8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gastritis
1. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi
(Smaltzer dan Bare, 2002). Sedangkan menurut Hirlan tahun 2005,
gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung,
secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut (Suyono, 2001). Gastritis adalah suatu
keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronis, difus dan local. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis
akut dan kronik (Price & Wilson, 2005).
2. Klasifikasi Gastritis
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
b. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis
hipertrofik.
9
1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan
mukosa. Pada perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dal sel chief.
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-
nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan
hemoragik.
3. Etiologi
a. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis
obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau
intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia
dan trauma langsung (Muttaqin, 2011).
1) Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide,
Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-
deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa
lambung (Gelfand, 1999).
2) Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin (Kang, 1985).
3) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species,
E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis (Anderson, 2007)
4) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus (Giannkis, 2008).
5) Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan
Phycomycosis (Feldman,1999).
6) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim
10
gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga
menimbulkan respons peradangan mukosa (Mukherjee, 2009).
7) Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma
langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas
mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan pada
mukosa lambung (Wehbi, 2008).
Sedangkan penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres
fisik dan makanan, minuman.
1) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kersusakan susunan saraf
pusat, dan refluks usus-lambung.
2) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu
dan minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan
agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.
b. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi
ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis
kronik, yaitu: infeksi dan non infeksi menurut Wehbi (tahun 2008
dalam Muttaqin, 2011)
1) Gastritis infeksi
a) H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini
merupakan penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson,
2007)
b) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
(Wehbi, 2008)
c) Infeksi parasit.
d) Infeksi virus.
11
2) Gastritis non-infeksi
a) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan,
terdapat kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik
mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya (Genta, 1996).
b) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk
garam empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin
(Mukherjee, 2009)
c) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa
lambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi,
2008).
d) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan
dengan berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn,
Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan kokain,
Isolated granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik
pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma, Allergic
granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas,
Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang
berhubungan dengan kanker lambung (Shapiro, 2006).
e) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis
dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).
4. Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
bersifat jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan
terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus
yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab
gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel
yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid
12
(NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida,
steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga
diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum
bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan
efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara terpisah (Price &
Wilson, 2002).
Menurut Dermawan dan Rahayuningsih (2010) patafisiologi gastritis yaitu
mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan
terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti acid,
prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier
ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf
colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan
tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin
dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer (2001), manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi
yaitu gastritis akut dan gastritis.
a. Manifestasi klinik gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika
dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-
obatan atau bahan kimia tertentu.
13
b. Manifestasi klinik gastritis kronik
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik
tidak dijumpai kelainan.
6. Penatalaksanaan
a. Gastritis Akut
Menurut Suzzane & Bare (2002) penatalaksaanaan medis pada pasien
gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan.
Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan antacid umum dan bila
korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2004) penatalaksanaanya jika
terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif
berupa pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis
reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan
bedah.
b. Gastritis kronik
Menurut Suzzane & Bare (2002) penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stres. Sedangkan menurut Mansjoer (2001)
penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat
dilakukan endoskopi caranya yitu dengan mengatasi dan menghindari
penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris
14
berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat dilakukan berikan terapi
eradikasi.
7. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2001), komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu
gastritis akut dan gastritis kronik.
a. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian
atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir syok hemoragik.
b. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian
atas, ulkus, perforasi dan anemia.
8. Diet pada Gastritis
Makanan yang disajikan perlu diatur pada penderita gastritis, terutama
mengingat bahwa penyakit ini berhunbungan dengan alat pencernaan.
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengaturan makananan
menurut Irianto (2007):
a. Keadaan akut, lambung diistirahatkan tanpa makanan selama 24-48
jam, hanya diberi minuman agak dingin. Hindarkan minuman dingin
atau minuman panas.
b. Berikan makanan secara bertahap, misalnya bubur saring, dan
berangsur-angsur makanan lunak, makan biasa.
c. Berikan makanan yang mudah dicerna, misalnya bubur beras, kentang
pure, roti bakar, tepung yang dibuat pudding, sementara untuk lauk
pauk, misalnya daging ayam, telur, ikan tanpa duri yang direbus atau
dipanggang.
d. Makanan atau minuman yang tidak boleh diberikan meliputi:
1) Sayuran dan buah-buahan berserat dan mengandung gas, seperti
sawi, kol, nangka, daun singkong.
2) Bumbu-bumbu makanan yang merangsang, seperti cabe, lada dan
cuka.
3) Minuman beralkohol, kopi.
15
4) Makanan yang dimasak dengan santan kental atau digoreng.
5) Porsi makanan diberikan sedikit, tetapi frekuensinya sering.
B. Faktor-Faktor Kekambuhan Gastritis
1. Stres
a. Pengertian stres
Setiap orang pernah mengalami stres, dan orang yang normal dapat
beradaptasi dengan stres jangka panjang atau jangka pendek hingga
stress itu berlalu. Hartono (2007) mendefinisikan stres adalah reaksi
non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus
stressor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat
individual, sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama
tanggapannya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan adaptasi
seseorang terhadap lingkungannya.
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenpmena universal yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap
orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu
yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres
dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).
b. Macam-macam stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati dan
Desminiarti (tahun 1990 dalam Sunaryo, 2004), dapat digolongkan
menjadi stres fisik, stres kimiawi, stres mikrobiologik, stres fisiologik,
stres proses pertumbuhan dan perkembangan serta stres psikis.
16
1) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena
temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising,
sinar matahari, atau tersengat arus listrik.
2) Stres kimiawi
Stress ini disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat
beracun, gas, prinsipnya karena senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri
atau parasite.
4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh,
diantaranya gangguan struktur tubuh, fungsi organ, jaringan dan
lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada masa bayi hingga tua.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri
seperti hubungan interpersonal, social budaya, atau factor
keagamaan.
c. Penyebab stres
Adapun menurut Brench Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), stres
ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
penyebab makro dan penyebab mikro.
1) Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam
kehidupan, seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan
kebangkrutan.
17
2) Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari
seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah yang
dimakan, dan antri.
d. Tanda dan gejala stres
Menurut Lukaningsih (2011) Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala
fisik dan psikis.
a. Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat
dan memburu/terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, suara
menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat
banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah,
panas, otot tegang.
b. Keadaan stres dapat membuat orang-orang yang mengalaminya
merasa gejala-gejala psikoneurosa, seperti bingung, salah paham,
agresi, labil, jengkel, marah, lekas panic, cermat secara berlebihan.
e. Tingkat stres
Menurut Rasmun (2004), stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres
ringan, sedang dan berat.
1) Stres ringan
Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari
seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang
misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan
biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam.
Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi
terus menerus.
2) Stres sedang
Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa
hari. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah
kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
18
mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi
dalam waktu yang lama.
3) Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat
menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak
harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres
Menurut Sunaryo (2004), setiap individu akan mendapat efek stres
yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu
faktor biologis dan faktor psikoedukatif:
1) Faktor biologis: herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik,
neurofsiologik, dan neurohormonal.
2) Faktor psikoedukatif/sosiokultural: perkembangan kepribadian,
pengalaman dan kondisi lain yang mempengaruhi.
g. Tahapan stres
Stress yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan,
menurut Amberg (tahun 1979 dalam Hawari, 2001) bahwa tahapan
stress sebagai berikut :
1) Tahap pertama
Merupakan tahap yang paling ringan, yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan
pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan
penglihatan menjadi tajam.
2) Tahap kedua
Pada tahap ini seseorang merasa letih sewaktu bangun pagi, terasa
lelah setelah makan siang, cepat lelh menjelang sore, sering
mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung
19
berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan
tengkuk semakin tegang dan tidak bias santai.
3) Tahap ketiga
Seseorang mengalami gangguan lambung dan usus seperti keluhan
gastritis, buang air besar tidak teratur, gangguan pola tidur seperti
sulit untuk tidur kembali, tenaga seperti tidak ada, perasaan tidak
tenang, ketegangan otot semakin terasa.
4) Tahap keempat
Pada tahap ini seseorang akan merasa pekerjaan yang
menyenagkan menjadi membosankan, tidak mampu melaksanakan
tugas sehari-hari, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun
karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak
diketahui penyebabnya, gangguan pola tidur.
5) Tahap kelima
Ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan
pada system pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan
kecemasan semakin meningkat.
6) Tahap keenam
Tahap ini merupakan puncak dan seseorang mengalami panik dan
perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung
semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan
berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
h. Pengukuran tingkat stres
Tingkat stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringannya stress
yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini diukur dengan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh
Lovilbond & Lovilbond (1995). Psychometric Properties of The
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS
adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur
20
status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42
dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai
status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk
pemahaman, pengertian dan pengukuran yang berlaku di manapun dari
status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai
stres.
Kategori tingkatan stres menggunakan instrumen DASS 42 yang terdiri
dari normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Jumlah skor dari
pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal), 30-59
(ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), dan > 120 (sangat berat)
(Sriati, 2008)
2. Frekuensi konsumsi makanan dan minuman yang mengiritasi
lambung
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu
memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologi, psikologi dan sosial budaya. Kebiasaan makan atau
pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk
melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat
diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan
makan secara sehat. Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah
susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu. terjadinya gastritis dapat
disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu
frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung
menjadi sensitif bila asam lambung meningkat (Baliwati, 2004).
Kebiasaan makan dihihat dari segi gizi terbagi menjadi dua yaitu
kebiasaan makan yang baik dan yang buruk. Kebiasaan makan yang
21
baik adalah yang dapat menunjang terpenuhinya kecukupan gizi,
sedangkan kebiaaan yang buruk adalah kebiasaan yang dapat
menghambat terpenuhinya kecukupan gizi, seperti adanya pantangan
tang berlawanan dengan konsep gizi.
Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan produksi asam lambung.
Asam lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk
kedalam lambung dengan jadwal yang teratur. Produksi asam lambung
akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan
makan yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena
kobdisi tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan
sehingga produksi asam lambung terkontrol. Kebiasaan makan tidak
teratur akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini
berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga
dapat mengiritasi dinsing mukosa pada lambung sehingga timbul
gastritis dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke
kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005).
b. Frekuensi makan dan minum
Frekuensi makan dan minun adalah jumlah makan dan minum dalam
sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan
diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika dirata-rata, umunya lambung kosong antara 3-4
jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung.
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,
22
atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001).
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam,
maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih
sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004).
c. Jenis makanan dan minuman untuk pasien gastritis
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,
dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu
sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada
orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan,
seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal
ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin
berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan
pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan
dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).
23
Jenis makanan pada penderita gastritis ada 2 yaitu jenis makanan yang
disarankan dan dihindari (lambung sehat.com):
1) Jenis makanan yang disarankan
Para penderita maag dan radang lambung disarankan untuk
mempertimbangkan makanan yang dapat mengurangi serangan
nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, kol, dan bubur.
a) Kentang
Sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa
kenyang yang cukup lama. Bubur kentang atau jus kentang
yang bersifat basa di pagi hari bermanfaat untuk menetralisir
asam lambung sebelum Anda menyantap makanan lain.
b) Pisang Masak
Mengandung kalium, selain melon, pepaya dan tomat. Kalium
yang dikandung dalam buah-buahan tersebut bermanfaat
menyeimbangkan pH (derajat keasaman) di dalam lambung.
Pisang juga mampu memberi rasa kenyang sehingga amat baik
dikonsumsi di antara waktu makan. Selain itu, pisang juga kaya
akan potasium yang mampu menormalkan peningkatan tekanan
darah akibat serangan stres.
c) Brokoli
Merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur mampu
berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit
lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C yang baik untuk
memelihara stamina tubuh. Makanan lain yang mengandung
sulfur adalah bawang merah dan bawang putih.
d) Bubur Ayam
Bagi penderita sakit maag akut sangat berguna untuk mencegah
dan meringankan sakit. Sebaiknya hindari sate jeroan yang
sulit dicerna, namun sebagai penambah rasa boleh ditambahkan
telur rebus, kecap dan sedikit kerupuk.
24
e) Lidah Buaya
Bermanfaat meredakan panas dalam dan mempercepat
penyembuhan luka. Kandungan saponinnya mempunyai
kemampuan antiseptik, sedangkan kandungan antrakuinon dan
kuinonnya berkhasiat sebagai antibiotik, penghilang rasa sakit
dan merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Selain itu,
kandungan mukopolisakarida di dalam lidah buaya juga
berguna untuk memulihkan radang, termasuk radang saluran
pencernaan dan arthritis.
f) Permen Karet (bukan utk dimakan)
Aktivitas mengunyah bisa merangsang produksi air liur yang
bersifat basa sehingga mampu menetralisir asam lambung.
Selain itu, bertambahnya produksi air liur juga dapat
meningkatkan upaya pembersihan lambung.
2) Jenis makanan yang harus dihindari oleh penderita maag:
a) Makanan dan minuman yang terlalu banyak mengandung gas
dan serat seperti sawi, kol, nangka, pisang ambon, kedondong,
durian dan minuman bersoda.
b) Makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti
kopi, minuman beralkohol, sari buah sitrus dan tape.
c) Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat
pengosongan lambung. Makanan jenis ini, seperti kue tart,
keju, makanan berlemak, dan cokelat, dapat menyebabkan
peningkatan peregangan di lambung dan berakibat
meningkatnya asam lambung.
d) Makanan yang mengandung cuka pedas dan merica yang dapat
merusak dinding lambung.
e) Makanan yang bersumber karbohidrat seperti beras ketan, mie,
bihun, bulgur, jagung, singkong, tales, serta dodol.
f) Makanan yang terbuat dari santan.
25
d. Pengukuran Frekuensi Pangan (Food Frequency)
Food frequency questionnaire (FFQ) dikenal sebagai metode frekuensi
pangan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi pada
konsumsi pangan seseorang. Oleh karena itu, diperlukan kuesioner
yang terdiri dari dua komponen yaitu daftar jenis pangan dan frekuensi
konsumsi pangan (Riyadi, 2004).
3. Pemakaian obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung
Gastritis dapat disebabkan karena mengkonsumsi obat-obat tertentu. Obat
anti nyeri (aspirin, neuralgin, piroxicam, paracetamol), obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS), antibiotik, kortikosteroid (hormon), tablet besi,
suplemen kalium, jamu-jamuan dan obat kemoterapi adalah beberap jenis
obat yang memiliki efek menyebabkan gastritis. Selain itu, menelan racun
atau zat kimia tertentu pun berpotensi menyebabkan gastritis, seperti
menelan asam korosif, alkohol dan lainnya (Santoso, 2008).
Obat-obatan banyak yang dijual secara bebas di Indonesia. Obat-obatan
daftar G (obat yang perlu resep dokter) dapat dengan mudah dibeli tanpa
menggunakan resep. Pemakaian obat-obatan yang luas ini menyebabkan
kejadian efek samping obat meningkat. Beberapa obat menimbulkan efek
samping yang berhubungan dengan saluran cerna. Molekul-molekul obat
yang bersifat asam akan langsung mengiritasi mukosa lambung dan
inhibisi atau hambatan pengeluaran kadar prostaglandin yang bersifat
protektif terhadap mukosa lambung. Prostaglandin dihambat karena
dianggap bertanggung jawab terhadap munculnya inflamasi dan rasa nyeri
(Santoso, 2008).
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan
penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakhidonat (Brooker, 2009). Siklooksigenase merupakan enzim yang
26
penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat.
Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa
lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin
mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak
mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam
dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel
mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari
selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis (Rosniyanti, 2010).
C. Hubungan antara stres, frekuensi makan dan minum, pemakaian obat-
obatan dengan kekambuhan gastritis
Stres menurut Selye (tahun 1950 dalam Hawari 2006) adalah respons tubuh
yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntunan beban stresnya. Orang
yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya, misalnya pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan.
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Orang yang memiliki
pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut
harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbulnya rasa nyeri.
Obat-obatan dapat menjadi faktor resiko terjadinya kerusakan pada saluran
pencernaan terutama pada lambung dan mempengaruhi pemenuhan nutrisi
yang berakibat terhadap proses pencernaan makanan, pola makan dan
27
penyerapan makanan (Miller, 2004). Terjadinya kekambuhan gastritis dapat
disebabkan karena stres, frekuensi konsumsi makanan dan minunam serta
mengkonsumsi obat-obat tertentu yang dapat mengiritasi lambung.
D. Kerangka Teori
Setelah memperhatikan tentang uraian-uraian mengenai konsep diri prestasi
belajar, maka disusun kerangka teori sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
(Dermawan & Rahyuningsih, 2010)
E. Kerangka Konsep
Berdasarkan masalah penelitian dan uraian-uraian mengenai faktor-faktor
kekambuhan dan gastritis, maka digambarkan suatu kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:
Faktor kekambuhan gastritis:
1. Stres
a. Fisik
b. Psikologis
2. Kebiasaan Menkonsumsi Alkohol
3. Konsumsi Obat-obatan
4. Kebiasaan Merokok
5. Frekuensi konsumsi bahan pangan yang
mengiritasi lambung
6. Kebiasaan makan makanan merangsang
(pedas, asam)
Kambuh Penyebab gastritis :
1. Infeksi Bakteri ; seperti
H. Pylory, H. heilmanii,
E. coli, Streptococci,
staphylococci
2. Refluks isi usus kedalam
lambung
3. Alkohol
4. Obat-obatan
5. Stres fisik
6. Makanan dan minuman
yang bersifat iritan
Gastritis
28
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas atau Independen
Variabel bebas (independent) variabel yang menjadi sebab timbulnya
variabel terikat (dependent). Variabel independent dalam penelitian ini
adalah stres, frekuensi konsumsi makanan dan minuman yang mengiritasi
lambung dan pemakaian obat-obatan yang mengiritasi lambung.
2. Variabel Terikat atau Dependen
Variabel terikat (dependent) adalah variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah kekambuhan gastritis.
G. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah di uraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan:
1. Ada hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
2. Ada hubungan antara frekuensi makan dan minuman yang mengiritasi
lambung dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas
Kedungmundu Semarang.
3. Ada hubungan antara pemakaian obat-obat yang dapat mengiritasi
lambung dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas
Kedungmundu Semarang.
Variabel independent :
1.
Variabel dependent :
Stres
Frekuensi konsumsi
makanan dan minuman
Pemakaian obat-obatan
Kekambuhan
gastritis
Top Related