11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang didasari
dengan pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun
kerugian-kerugian lainnya yang dapat terjadi. Keselamatan kesehatan kerja
bertujuan untuk mencegah para pekerja mengalami gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi kerja mereka dan melindungi para pekerja dari segala
risiko akibat pekerjaan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Chandra,
2009).
2.1.2 Dampak Kerja dengan Posisi Duduk
Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi
fenomena yang sering terjadi saat ini. Enam puluh persen orang dewasa
mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada
mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan
duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot
punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila
keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang
12
belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang
belakang terjepit diantara ruas tulang belakang sehingga menyebabkan selain
nyeri punggung bawah juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke
kaki. Bahkan bila dibiarkan, dapat menyebabkan kelumpuhan (Samara et al.,
2003).
2.1.3 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerjanya dan diperoleh pada waktu
melakukan pekerjaan dan masyarakat umum biasanya tidak akan terkena. Berat
ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Cara
menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja sedikit berbeda dengan diagnosis
penyakit-penyakit umum karena untuk penyakit ini tidak cukup hanya dengan
pemeriksaan klinis dan laboratorium. Akan tetapi, harus pula diperiksa tempat,
cara, dan syarat-syarat kerja. Selain itu sebagai tambahan bagi anamnesis yang
biasa, harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan dari si penderita (Basuki,
2009).
Secara umum, gangguan di daerah tulang belakang dapat terjadi karena posisi
duduk antara lain: nyeri leher, nyeri punggung bawah. Secara teori nyeri
punggung bawah terjadi karena posisi duduk yang terus menerus selama kerja.
13
2.2 Konsep Nyeri Punggung Bawah
2.2.1 Pengertian Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah merupakan kelainan muskuloskeletal yang sering
ditemukan dan mempengaruhi kemampuan untuk beraktivitas pada hampir setiap
individu dalam kehidupan sehari-harinya. Nyeri punggung bawah penyebab
paling utama tenaga kerja mengambil cuti sakit atau mempunyai disabilitas
dibandingkan penyakit-penyakit lainnya. Nyeri punggung bawah bisa akut
maupun kronis berdasarkan durasinya (Mahadewa & Maliawan, 2009).
Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah yang dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah
yaitu di daerah lumbal dan sering disertai dengan perjalanan nyeri ke arah tungkai
dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menyebar ke
daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah Nyeri punggung bawah yang lebih dari enam bulan disebut
kronik. (Meliala, 2003;Mahadewa & Muliawan, 2009).
Nyeri punggung bawah tidak mengenal umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena nyeri punggung bawah.
Tulang punggung bawah berfungsi menyangga beban tubuh dan sekaligus sangat
berdekatan dengan jaringan lain yakni traktus digestivus dan traktus urinarius.
Kedua jaringan ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat
menyebabkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah (Basuki, 2009).
14
2.2.2 Penyebab Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah merupakan hal yang umum terjadi dan penyebab
yang spesifik sering tidak dapat diidentifikasi (Patel & Ogle, 2000). Terdapat
beberapa penyebab nyeri punggung bawah di bidang medis antara lain: obesitas,
stress, depresi, analgetik, kelainan muskuloskeletal, sistem saraf, sistem vaskuler
dan psikogenik, dan beban kerja yang berat seperti mengangkat sesuatu yang berat
setiap hari, bekerja dengan posisi kerja yang tidak benar, serta duduk terlalu lama
dan penuh dengan ketegangan akan dapat menimbulkan keluhan nyeri punggung
bawah (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri punggung bawah dapat timbul akibat dari
adanya peregangan atau laserasi pada ligament (sprain) atau peregangan yang
berlebihan dari otot atau sendi (strain) atau postur yang tidak tepat. Nyeri
punggung bawah berat biasanya disebabkan terjadinya cedera pada sendi tulang
punggung yang mengakibatkan nyeri pada jaringan atau serabut saraf di
dekatnya, keadaan ini biasa terjadi ketika membungkuk. Penyebab nyeri
punggung bawah selain spasme otot adalah deformitas, osteoarthritis, fraktur
tulang punggung, lordosis, scoliosis, dan lain-lain (Murtagh, 2002).
Penyebab nyeri punggung bawah adalah beban statis pada otot punggung
yang menyebabkan otot-otot tubuh tegang dan pembuluh darah menyempit.
Keadaan ini menurunkan aliran darah yang membawa oksigen dan glukosa ke
seluruh tubuh dan akibatnya orang tersebut merasa lelah, tulang punggung dan
ototnya akan merasa sakit. Penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan
dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin,
histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, substansi P, dan penimbunan
15
asam laktat yang akan mengakibatkan respon nyeri. Rasa nyeri tersebut
ditimbulkan oleh adanya akumulasi sisa-sisa hasil metabolisme yang menumpuk
di jaringan. Penumpukan zat sisa hasil metabolisme tersebut dapat dihilangkan
dengan gerakan pelatihan punggung yang cukup untuk mendilatasikan pembuluh
darah. Lancarnya sirkulasi darah dan nutrisi maka zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh ikut terbuang. Nyeri akan berkurang diikuti dengan spasme otot berkurang
sehingga akan merileksasikan otot dan mengaktivasi pelepasan sistem endorphin
dalam darah (Santosa, 2008).
Endorphin dihasilkan di otak dan sumsum saraf tulang belakang. Hormon
ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang
melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk
mengurangi rasa nyeri. Pelatihan terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin
empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga semakin banyak melakukan
pelatihan, maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin akan keluar. Ketika
seseorang melakukan pelatihan, maka b-endorphin akan keluar dan diterima oleh
reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur
emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa
nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual,
tekanan darah dan pernafasan (Siswantoyo, 2010).
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah
antara lain:
16
1) Umur
Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada usia 25-65
tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan akan
semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot dan tulang mulai menurun, sehingga
risiko keluhan otot dan tulang akan meningkat (Chaffin, 1979 & Guo et al, 1995
dalam Tarwaka, 2004).
2) Jenis kelamin
Masalah jenis kelamin wanita dan laki-laki mengenai penyebab dari nyeri
punggung bawah dengan perbandingan hampir sama. Secara keseluruhan wanita
lebih banyak mengalami nyeri punggung bawah dibandingkan dengan laki-laki
karena kepadatan tulang yang kurang. Proses berhentinya menstruasi (menopause)
juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen.
3) Kebiasaan olahraga
Latihan olahraga teratur adalah cara yang ampuh untuk melawan nyeri yang
ditimbulkan oleh gangguan punggung bawah. Jenis olahraga yang dapat dilakukan
oleh penderita nyeri punggung bawah yang sudah berusia lanjut adalah jalan cepat
dan jogging. Sedangkan bagi yang berusia di bawah 50 tahun dapat memilih jenis
olahraga seperti: berenang, bersepeda santai dengan posisi punggung tegak,
aerobik intensitas rendah hingga sedang, jogging, jalan cepat ataupun naik turun
tangga.
17
4) Status gizi
Diet yang tidak seimbang menyebabkan obesitas sehingga akan meningkatkan
insiden terjadinya gangguan muskuloskeletal terutama pada punggung bawah
karena lumbal merupakan titik mobilitas dari punggung.
5) Faktor psikososial
Stres dapat menyebabkan otot menjadi tegang sehingga merupakan faktor
psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan daerah punggung. Faktor
psikososial di tempat kerja dapat mempengaruhi tekanan psikososial para pekerja
yaitu kontrol yang rendah dari organisasi pekerjaan, hubungan yang buruk dari
manajemen, teman kerja dan permintaan yang tinggi dari hasil produksi,
ketelitian, dan kecepatan kerja.
6) Sikap tubuh dan desain tempat kerja
Sikap dengan posisi menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan sakit punggung. Posisi statis terus menerus akan menyebabkan otot-
otot menjadi spasme dan akan merusak jaringan lunak. Posisi tubuh yang salah
selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan
rasa sakit. Dalam bekerja dengan posisi duduk, sikap tubuh selama bekerja
berhubungan dengan tempat duduk dan meja kerja.
2.2.3 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Tulang vertebra merupakan struktur komplek yang secara garis besar
terbagi atas dua bagian yaitu bagian anterior tersusun atas corpus vertebra, discus
intervertebrallis, dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan
18
posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis
vertebralis, serta procesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung columna vertebra. Stabilitas vertebra tergantung
integritas corpus vertebra dan discus intervertebralis serta dua jenis jaringan
penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang
besar terhadap columna vertebra, stabilitas daerah punggung sangat bergantung
pada gerak kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal,
gluteus maksimus, dan hamstring. Discus intervertebralis, baik annulus fibrosus
maupun nucleus pulposus adalah bagian yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka
nyeri adalah ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal
posterior, corpus vertebra dan periosteumnya, articulation zygoapophyseal,
ligamentum supraspinosum, facia dan otot (Meliala L., 2003).
Jaringan-jaringan ligamen dan tendon memegang tulang-tulang vertebra
di tempatnya dan melekatkan otot-otot kepada columna spinalis. Punggung bawah
mempunyai fungsi yang penting pada tubuh manusia, antaranya memberi
Gambar 1. Kolumna Vertebralis
19
sokongan struktur, pergerakan, dan proteksi untuk jaringan-jaringan tubuh. Selain
itu, punggung bawah berperan dalam melindungi jaringan lunak sistem saraf pusat
yang mempersarafi bagian lumbal serta ekstremitas bawah, serta organ-organ
daerah pelvis dan abdomen.
Tulang belakang terdiri dari ruas vertebra servikalis, vertebra torakalis,
vertebra lumbalis, vertebra sakralis, dan vertebra koksigius dan jumlah semua
ruasnya adalah 33 ruas yang merupakan satu kesatuan dalam melakukan
fungsinya seperti memperhatikan posisi tegak tubuh, menyangga berat badan,
fungsi pergerakan tubuh, dan pelindung jaringan tubuh. Pada saat berdiri tulang
belakang mempunyai fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat
jongkok atau memutar tulang belakang mempunyai fungsi sebagai penyokong
pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang
inilah yang sering kali menyebabkan masalah. Tulang belakang yang paling sering
mengalami masalah adalah pada daerah lumbal karena daerah lumbal menyangga
berat badan atas serta berat yang berasal dari benda yang dibawa manusia. Daerah
ini berada dalam tekanan yang konstan terutama saat melakukan gerakan
membungkuk, memutar, mengangkat, dan pada postur yang salah terutama pada
posisi duduk lama karena dapat menyebabkan beban yang berlebihan dan
kerusakan jaringan pada vertebra lumbal.
2.2.4 Manifestasi Klinis Nyeri Punggung Bawah
Tanda dan gejala dari nyeri punggung bawah adalah ditemukan nyeri
myofasial yang khas ditandai dengan nyeri gerak dan nyeri tekan dari seluruh
20
daerah yang bersangkutan, kehilangan ruang gerak kelompok otot yang
bersangkutan, dan spasme otot punggung bawah. Keluhan nyeri akibat spasme
otot daerah lumbosakral sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.
Keluhan nyeri gerak punggung bawah akibat spasme otot daerah lumbosakral
akan dapat gambaran klinis sebagai berikut:
1) Keluhan nyeri yang dirasakan hebat dengan lokasi yang jelas.
2) Setiap kegiatan menimbulkan rasa sakit dan bila penderita tidur sakitnya
hilang.
3) Penampilan umum dan pola jalan agak pincang.
4) Adanya spasme otot daerah lumbosakral, lingkup gerak sendi lumbosakral
menjadi terbatas.
Pembagian derajat nyeri menurut (Apley & Solomon, 1986 dalam
Dachlan, 2009).:
1) Derajat 1: normal (tidak ada keluhan).
2) Derajat 2: nyeri ringan adalah nyeri yang terus menerus namun dapat
diabaikan dan tidak mengganggu aktivitas, apabila dipalpasi dengan
penekanan yang kuat akan timbul keluhan nyeri.
3) Derajat 3 : nyeri sedang adalah nyeri yang timbul terus menerus dan
mengganggu aktivitas dan tidak bisa diabaikan, apabila dipalpasi dengan
penekanan sedang akan timbul keluhan nyeri.
21
4) Derajat 4 : nyeri berat adalah nyeri yang timbul terus menerus dan selalu
mengganggu aktivitas, apabila dipalpasi dengan penekanan ringan akan
timbul keluhan nyeri.
2.2.5 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
Klasifikasi nyeri punggung bawah dapat dibagi antara lain:
1) Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada
organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, maag, dan lain-lain.
2) Neurogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya penekanan pada
saraf punggung bawah.
3) Vaskulogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
vaskuler di sekitar punggung bawah.
4) Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada
struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
5) Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
psikologis penderita (Tamsuri, 2007).
22
2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Punggung Bawah
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah antara
lain:
1) Usia
Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari.
Namun, individu yang berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasi-
situasi yang membuat lansia merasakan nyeri.
2) Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak harus menangis,
sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama). Toleransi
nyeri sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita.
Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokomia dan
merupakan hal yang unik pada setiap individu.
3) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka.
4) Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat
dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan
23
nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.
5) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan
memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulan lain, maka nyeri
dapat ditempatkan pada kesadaran perifer.
6) Ansietas
Nyeri yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan gangguan psikologis
dan kepribadian. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu
mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status
emosional kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit
kronis seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri
yang dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi.
7) Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu
yang menderita penyakit dalam jangka waktu yang lama.
8) Pengalaman sebelumnya
Individu yang sudah pernah mengalami nyeri cenderung untuk mampu mengatasi
nyerinya atau beradaptasi dengan nyeri yang dialami saat ini.
24
9) Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan.
10) Gaya koping
Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan baik sebagian maupun
keseluruhan/total. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Sumber-sumber
seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan pelatihan, atau
menyanyi dapat digunakan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri
sampai tingkat tertentu (Potter & Ferry, 2006).
Selain faktor di atas, adapun faktor yang mempengaruhi nyeri punggung bawah
menurut (Occupational Safety and Health Administration/OSHA, 2000) sebagai
berikut:
1) Postur yang tidak baik ketika duduk atau berdiri
2) Lama waktu bekerja
3) Hidup dan aktivitas kerja yang penuh ketegangan
4) Kondisi fisik yang tidak baik
5) Kelelahan
2.2.7 Pengukuran Nyeri
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
tidak menyita waktu banyak saat klien melengkapinya. Skala nyeri deskriptif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
25
Skala pendeskripsian verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun
dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini dijelaskan dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan
skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang
dirasakan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri.
Visual Analog Scale/VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk
memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis dengan
setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda
“tidak nyeri” dan ujung kanan diberi tanda “nyeri hebat”. Klien diminta untuk
menandai di sepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang
dirasakan klien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang
diberi oleh klien (mm), dan itulah skornya yang menunjukkan level intensitas
nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi
selanjutnya.
Skala Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale/NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Skala paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Agency for
Health Care and Research/AHCH, 1992 dalam Potter & Perry, 2006). Dalam hal
ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Klasifikasi nyeri
berdasarkan skala nyeri numerik yaitu skala 10 berarti nyeri sangat hebat, skala
26
nyeri 7-9 termasuk nyeri hebat, skala 4-6 termasuk nyeri sedang, skala nyeri 1-3
termasuk nyeri ringan, skala nyeri 0 berarti tidak ada terasa nyeri (Tamsuri, 2007).
Skala Nyeri Deskriptif/Verbal Descriptor Scale (VDS)
Skala Nyeri Analog/Visual Analog Scale (VAS)
Skala Nyeri Numerik/Numerical Rating Scale (NRS)
Tabel 1. Penjelasan Skala Nyeri Numerik/Numerical Rating Scale (NRS)
Pengukuran
Nyeri
0 (Tidak
Ada Nyeri)
1-3 (Nyeri
Ringan) 4-6 (Nyeri
Sedang)
7-9 (Nyeri
Hebat)
10 (Nyeri
Paling Hebat)
Deskriptif Pasien
menyatakan
tidak
merasakan
nyeri
Pasien
menyatakan
nyerinya
ringan atau
tidak tampak
gelisah
Pasien
menyatakan
nyerinya
sedang atau
tampak
gelisah dari
nyerinya,
sedikit
mampu
berpartisipas
i dalam
perawatan
Pasien
menyatakan
nyerinya
hebat atau
tampak
sangat
gelisah,
fungsi
mobilitas
atau perilaku
berubah
Pasien
menyatakan
nyerinya
sangat hebat,
perubahan
yang
menyolok
dalam
pemenuhan
aktivitas
sehari-hari,
ketergantunga
n,dan
melelahkan
(Sumber : Potter & Perry, 2006)
Tidak
Ada
Nyeri
Nyeri
Sedang
Nyeri
Ringan
Nyeri
Sangat
Hebat
Nyeri
Paling
Hebat
Nyeri
Hebat
Tidak Ada Nyeri Nyeri Paling Hebat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 2. Skala Pengukuran Nyeri (Tamsuri, 2007).
27
2.2.8 Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah
Penatalaksanaan nyeri punggung bawah dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis
dapat dilakukan dengan pemberian analgesik berupa obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) yang digunakan pada nyeri ringan sampai sedang. Steroid
dapat digunakan terutama bila terdapat proses inflamasi. Sedangkan untuk
mengurangi spasme otot dan sulit tidur akibat nyeri digunakan relaksan otot. Pada
kasus nyeri punggung bawah berat digunakan kombinasi OAINS, steroid, dan
relaksan otot dengan dosis terbagi. Nyeri punggung bawah dapat diatasi bukan
hanya dengan pengobatan saja melainkan dapat diatasi dengan terapi konservatif
lainnya seperti dengan terapi modalitas yaitu terapi non farmakologis seperti
ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), short wave,
akupuntur, latihan peregangan otot punggung (Dachlan, 2009).
2.3 Pelatihan punggung McKenzie Extension Exercise
2.3.1 Pengertian Pelatihan Punggung
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Robin McKenzie pada tahun
1960-an. Terapi McKenzie Extension Exercise adalah serangkaian gerakan tubuh
yang bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri punggung bawah (McKenzie,
1995 dalam Wahyuni, 2012). Prinsip pada terapi McKenzie Extension Exercise
adalah memperbaiki postur untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, penurunan
spasme otot melalui efek relaksasi, membebaskan kekakuan sendi intervertebralis
dan koreksi postur yang buruk. McKenzie Extension Exercise dapat menurunkan
28
rasa nyeri, mengurangi nyeri kambuh kembali dan menurunkan tindakan operasi
nyeri punggung. Mobilitas tulang belakang dapat meningkat dengan metode Mc.
Kenzie Extension Exercise, namun tidak selalu menyebabkan perbaikan pada
penderita nyeri punggung bawah (Johannsen, 1995 dalam Wahyuni, 2012).
Mekanisme dari terapi McKenzie Extension Exercise dalam mengurangi
nyeri punggung bawah adalah dengan mengurangi tekanan pada bagian posterior
annulus fibrosus melalui gerakan-gerakan ekstensi (Kisner, 1996 dalam Wahyuni,
2012). Pelatihan ini terdiri dari enam latihan yaitu program latihan 1-4 adalah
extension exercise, program latihan 5-6 adalah flexion exercise. Latihan ini
didesain untuk meningkatkan mobilitas tulang belakang dan memperbaiki postur
serta dirancang untuk mengurangi nyeri punggung dengan memberikan efek
relaksasi pada otot yang mengalami spasme sehingga dapat mengembalikan
fungsi normal pada lumbal (Michelle H.C (2009) dalam Nahdliyyah & Prastiwi
(2014).
2.3.2 Program Pelatihan
Menurut teori yang dikemukakan oleh American Collage of Sport
Medicine, pelatihan fisik yang dapat meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan
dengan frekuensi tiga kali seminggu (Mahler et al., 2004). Waktu yang efektif
untuk melakukan pelatihan adalah pada sore hari, karena pada sore hari otot-otot
tubuh cenderung sudah hangat akibat aktivitas sebelumnya, fleksibel, dan tidak
kaku sehingga tidak rentan mengalami cedera. Selain itu, pelatihan akan
29
bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona
pelatihan paling sedikit 15 menit (Maryam et al., 2008).
2.3.3 Persiapan Alat
Dalam hal ini alat yang digunakan adalah alas dengan bahan yang
lunak/sedikit keras namun nyaman untuk responden.
2.3.4 Persiapan Responden
Responden diperiksa tekanan darah untuk mengetahui apakah responden
mengalami keluhan pusing, mata berkunang-kunang, mual, dan lain-lain. Dengan
kebugaran jasmani yang baik dapat lebih membantu dan tidak mengganggu saat
latihan berlangsung. Sarankan pada responden untuk tidak menggunakan pakaian
terlalu ketat yang dapat membatasi gerakan pelatihan, sebaiknya gunakan pakaian
yang nyaman.
2.3.5 Pelaksanaan McKenzie Extension Exercise
Sebelum McKenzie Extension Exercise dilakukan, responden diberi contoh
terlebih dahulu gerakan pelatihannya.
Bentuk-bentuk pelatihannya sebagai berikut:
1) Posisi awal: tidur, tengkurap dengan kepala diputar ke satu sisi dan
kedua lengan rileks di samping badan. Dalam posisi ini, lakukan nafas
dalam kemudian rileks secara sempurna selama 4-5 menit. Latihan ini
30
digunakan terutama dalam pengobatan nyeri punggung akut, dilakukan
pada awal dari setiap sesi latihan.
Gambar 3. McKenzie Extension Exercise Nomor 1
2) Tetap dalam posisi tidur tengkurap kemudian posisikan kedua siku
di bawah bahu sehingga bersandar pada kedua lengan bawah. Selama
latihan ini, lakukan nafas dalam kemudian relaksasikan otot-otot pinggang
secara sempurna. Lakukan latihan ini selama lima menit. Latihan 2
terutama digunakan dalam pengobatan nyeri punggung bawah berat.
Gambar 4. McKenzie Extension Exercise Nomor 2
3) Tetap dalam posisi tengkurap kemudian posisikan kedua tangan di
bawah bahu. Kemudian luruskan kedua siku dengan mendorong badan ke
atas sejauh mungkin sehingga nyeri berkurang. Posisi ini penting untuk
merelaksasikan tulang panggul, pinggang dan tungkai secara sempurna.
Pertahankan posisi ini selama dua detik sehingga region pinggang terasa
31
lentur/longgar dan lakukan 10 kali repitisi. Latihan ini sangat berguna dan
efektif dalam pengobatan nyeri punggung bawah akut dan kekakuan.
Gambar 5. McKenzie Extension Exercise Nomor 3
4) Berdiri tegak dengan kedua kaki sedikit membuka. Letakkan kedua
tangan pada pinggang dengan jari-jari menghadap ke belakang. Kemudian
ekstensikan badan sejauh mungkin dengan kedua tangan sebagai tumpuan
dan lutut harus tetap lurus. Pertahankan posisi ini selama dua detik dan
ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini dapat diberikan setelah mengalami
fase penyembuhan nyeri punggung bawah.
Gambar 6. McKenzie Extension Exercise Nomor 4
32
5) Posisi tidur terlentang kemudian tekuk kedua lutut dan kedua kaki
datar pada lantai. Kemudian bawa kedua lutut ke arah dada dengan
bantuan kedua tangan secara perlahan sampai kedua lutut dekat dengan
dada. Pertahankan posisi selama dua detik dan kembali ke posisi semula
(jangan menaikkan kepala atau meluruskan tungkai) dan ulangi sebanyak
5-6 kali. Latihan ini digunakan pada pengobatan nyeri punggung bawah
akut dan kekakuan.
Gambar 7. McKenzie Extension Exercise Nomor 5
6) Posisi duduk di kursi yang tidak memakai sandaran dengan kedua
lutut dan kaki terbuka dan kedua tangan bersandar diatas ke dua tungkai.
Kemudian tekuk badan ke depan sehingga kedua tangan menyentuh lantai.
Kembali ke posisi awal dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini dapat
menjadi lebih efektif dengan kedua tangan pada pergelangan kaki dan
tekuk badan sejauh mungkin.
33
Gambar 8. McKenzie Extension Exercise Nomor 6
2.3.6 Mekanisme Penurunan Nyeri
1) Teori pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat (Melzack &
Wall, 1982 dalam Potter & Perry, 2006). Mekanisme pertahanan/gerbang ini dapat
ditemukan di sel-sel gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla
spinalis, thalamus, dan sistem limbik (Clancy & Mc Vicar, 1992 dalam Potter &
Perry, 2006). Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri.
Trasmisi impuls nyeri melalui pintu gerbang sumsum tulang belakang
dipengaruhi oleh:
a) Aktivitas serabut sensori
Gerbang akan terbuka dengan adanya perangsangan serabut A delta dan C
yang melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme
gerbang. Sinyal nyeri ini bisa diblok dengan stimulasi serabut A beta. Serabut
saraf A beta adalah serat saraf bermielin yang besar sehingga mengantarkan
34
impuls ke sistem saraf pusat jauh lebih cepat daripada serabut A delta atau
serabut C. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut A beta, maka
gerbang akan menutup (Potter & Perry, 2006). Serabut ini berespon terhadap
masase ringan pada kulit, pergerakan otot dan stimulasi listrik. Ketiga hal ini
dalam bahasa non fisiologi, membuat otak tetap “sibuk” sehingga mencegah untuk
terlalu terganggu dengan impuls yang datang dari sumber nyeri (Kenworthy et al,
2002).
b) Neuroregulator: endorphin
Neuroregulator atau substansi yang mempengaruhi transmisi stimulus
saraf memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. Substansi
ini ditemukan di lokasi nosiseptor, di terminal saraf dalam kornu dorsalis pada
medulla spinalis. Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok, yakni
neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti substansi P
mengirim impuls listrik melewati celah sinaps di antara dua serabut saraf. Serabut
saraf tersebut adalah eksitator dan inhibitor. Neuromodulator memodifikasi
aktivitas neuron dan menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri
tanpa secara langsung menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinaps.
Nerumodulator diyakini tidak bekerja secara langsung, yakni dengan
meningkatkan dan menurunkan efek neurotransmiter tertentu. Endorphin (berasal
dari kata endogenous morphin) dan juga enkefalin, serotonin, noradrenalin dan
gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah contoh neuromodulator. Enkefalin dan
endorphin diduga dapat menghambat impuls nyeri dengan memblok transmisi
impuls ini di dalam otak dan medula spinalis. Kadarnya yang berbeda di antara
35
individu menjelaskan mengapa stimulus nyeri yang sama dirasakan berbeda oleh
orang yang berbeda (Potter & Perry, 2006).
2) Agen Anastetik dan Analgesik Spesifik
Terdapat tiga kelompok obat analgesik (pereda nyeri) yang tersedia untuk
menangani nyeri. Kelompok pertama adalah non-opioid termasuk paracetamol
dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang dipertimbangkan untuk
diberikan sebelum beralih ke kelompok kedua yaitu opioid dan kelompok ketiga
adalah adjuvan. Analgesik adjuvan adalah obat-obat yang tidak diklasifikasikan
sebagai analgesik, tetapi dapat digunakan untuk menangani nyeri pada situasi
tertentu, misalnya antidepresan dan antikonvulsan yang biasanya digunakan untuk
penanganan nyeri neuropatik. Agen analgesik dapat diberikan dalam berbagai
jalan seperti parenteral, oral, rektal, transdermal, dan intraspinal.
Top Related