12
BAB II
TEORI SIMBOL DAN IDENTITAS
Dalam latar belakang telah digambarkan dengan singkat bahwa rambut
adalah salah satu dari bagian tubuh manusia dan rambut memiliki fungsi sebagai
pelindung kepala dari cuaca yang panas dan dingin, selain itu ada begitu banyak
pemaknaan terhadap rambut, baik untuk pria maupun wanita. Masyarakat Timor pada
umumnya telah terbentuk dengan pola pikir bahwa pria dan wanita dapat dibedakan
berdasarkan potongan rambut mereka, untuk pria potongan rambutnya pendek
sedangkan untuk wanita rambutnya dibiarkan panjang, sehingga akan menjadi sebuah
anomali apabila masyarakat berperilaku berbeda dari kesepakatan sosial yang ada di
Timor, yaitu laki-laki berambut panjang dan perempuan berambut pendek.
Pola pikir masyarakat Timor terbentuk karena kontruksi sosial yang terjadi
berkaitan dengan gambaran seorang laki-laki umumnya dilihat dengan potongan
rambut yang pendek dan sebaliknya perempuan rambut dibiarkan panjang, selain
suatu konstruksi sosial. Alkitab juga dijadikan sebagai patokan 1 Korintus 11:14-15.
“bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-
laki, jika ia berambut panjang, tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan,
jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi
penudung”.
Hal yang menarik berkaitan dengan rambut, bahwa salah satu suku di
Indonesia yaitu Suku Boti Dalam, didiami oleh pria dan wanita pada umunya, namun
yang unik dari keadaan mereka adalah semua pria berambut panjang dan rambut
panjang mereka akan ditata dengan cara mengulung secara melingkar hingga
13
akhirnya membentuk konde, sehingga di kampung tersebut pria dan wanita sama-
sama berkonde. Konde yang dimiliki oleh Pria Boti Dalam merupakan sebuah simbol
yang ada dalam kebudayaan mereka bahkan bisa dikatakan bahwa konde itu
merupakan simbol identitas Suku Boti Dalam. Untuk mengetahui tentang simbol dan
identitas, penulis berupaya mengungkapkan mengenai simbol dan identitas dari
pandangan para ahli berdasarkan teori-teori mereka. Dalam Bab ini penulis
melakukan kajian atas dua teori yang berkaitan dengan konde pria Boti Dalam
sebagai simbol identitas, yaitu teori simbol dari F.W. Dillistone dan identitas sosial
Jan E. Stets, Peter J Burke serta Hendri Tajfel.
2.1 Simbol
2.1.1 Definisi Para Ahli mengenai Simbol
Berbicara mengenai simbol maka perlu untuk mengetahui perbedaan antara
simbol dan simbolisme, agar dalam pengunaannya tidak terjadi kekeliruan,
simbolisme adalah tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-
pola yang mendasarkan diri kepada simbol-simbol, simbolisme di dalamnya
mencakup simbol itu sendiri, yang mana di dalam simbol itu juga terdapat isyarat,
dan tanda. Jadi simbolisme mencakup simbol, isyarat dan tanda.1
Dari zaman ke zaman Simbolisme tetap memiliki arti yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, di mana manusia memakai simbol-simbol untuk
mengungkapkan dirinya. Seperti yang ditulis Dillistone dalam The Power of Symbol
berdasarkan kutipannya terhadap apa yang dikatakan Maclver:
1Budiono Herusatoto, “Simbolisme Dalam Budaya Jawa”. (Yogyakarta: PT Hanindita, 1984
14
“kesatuan sebuah kelompok, seperti semua nilai budayanya, pasti diungkapkan
dengan memakai simbol… simbol sekaligus merupakan sebuah pusat perhatian yang
tertentu, sebuah sarana komunikasi, dan landasan pemahaman bersama… setiap
komunikasi, dengan bahasa atau sarana yang lain, mengunakan simbol-simbol.
Masyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-simbol”2
Berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh Dillistone, bahwa nilai-nilai
budaya diungkapkan dengan memakai simbol, maka perlu untuk melihat hubungan
simbol dan kebudayaan. Simbol adalah salah satu dari produksi budaya atau
sebaliknya simbol dapat memproduksikan sebuah kebudayaan karena simbol dan
kebudayaan adalah dua hal yang memiliki timbal balik. Pendapat serupa
dikemukakan oleh Budiono Herusatoto: kebudayaan sendiri terdiri dari gagasan-
gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari perilaku manusia,
begitu eratnya kebudayaan manusia dengan simbol-simbol, sehingga manusia dapat
pula disebut makhluk bersimbol.3
Sebagai makhluk budaya manusia harus terus menerus menggali,
mengembangkan semua bakat yang ada padanya, bahkan menciptakan kemungkinan-
kemungkinan baru dalam kehidupannya: yang berupa atau terdiri dari gagasan-
gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia.
Karena itulah dapat dikatakan bahwa antara kebudayaan manusia dan simbol-simbol
memiliki hubungan yang erat sehingga manusia dapat dikatakan sebagai mahkluk
2 Maclver M.R, Society (Devizes, WILTS, United Kingdom: Macmillan, 1950), dikutip
F.W. Dillistone, The Power Of Symbol, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), 15. 3 Herusatoto, Simbolisme, 10.
15
bersimbol. Jadi kebudayaan adalah dunia yang penuh dengan simbol. Manusia
berpikir, berperasaan, dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan simbolis.4
Eratnya hubungan kebudayaan dengan simbolisme, terlihat dari tradisi atau
adat istiadat dan lebih kentalnya dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat
tradisonal. Misalkan, dalam upacara-upacara yang dilakukan baik dari seseorang
masih dalam kandungan sampai pada kematian, upacara tersebut merupakan warisan
yang diturunkan dari satu genersi ke generasi berikutnya yang di dalamnya penuh
dengan simbol. Segala bentuk dan jenis kegiatan simbolik dalam masyarakat
tradisional merupakan upaya pendekatan manusia kepada Tuhannya, yang
menciptakan, menurunkannya ke dunia, memelihara hidup dan menentukan
kematiannya. Dengan demikian, simbolisme dalam masyarakat tradisional disamping
membawa pesan kepada generasi-generasi berikutnya selalu dilaksanakan dalam
kaitannya dengan religi.5
Definisi etimologis, kata “simbol” berasal dari kata Yunani sumballeo,
sumballein atau sumballesthai yang berarti berunding, berdebat, merenungkan,
bertemu/ membantu (Sutanto, 2003:727), berwawancara, melemparkan menjadi satu,
menyusun atau menyatukan, menetapkan, menggabungkan, menyetujui,
membandingkan, menjelaskan, menafsir, mengapresiasi (Thayer, 1981: 595). Simbol
juga berarti penyatuan dua hal menjadi satu (Dibyasuharda, 1990: 11). Kata ini
berasal dari suatu kegiatan praktis pada masa lampau berupa sebuah cincin, koin, atau
lempengan tanah liat yang dibagi dua, untuk mengadakan perjanjian antara dua pihak.
4 Herusatoto, Simbolisme, 16.
5 Herusatoto, Simbolisme, 48-49.
16
Yang separuh berarti pelengkap dari separuh yang lainnya; atau berarti keseluruhan
ketika separuh yang lain tidak ada. Kegiatan praktis dalam bentuk potongan suatu
bagian dengan maksud untuk perbandingan dan kecocokan pasangan adalah awal
keberadaan simbol. Potongan-potongan dari suatu unit yang dibagi, keduanya disebut
simbol (Savickas, 1.980: 2-3).6
Salah satu definisi yang termasyur dalam zaman Modern diberikan oleh
A.N. Whitehead dalam bukunya Symbolism,ia mengatakan: Pikiran manusia
berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah
kesadaran, kepercayaan, perasaan, dan gambaran mengenai komponen-komponen
lain pengalamannya. Perangkat komponen terdahulu adalah simbol dan perangkat
komponen yang kemudian adalah membentuk makna simbol. Keberfungsian organis
yang menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu akan disebut
referensi.7
Selain Whitehead, Erwin Goodenough mendefinisikan simbol sebagai
berikut: simbol adalah barang atau pola yang, apapun sebabnya, bekerja pada
manusia, dan berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang
apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk yang diberikan itu. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa simbol memiliki maknanya sendiri atau nilainya sendiri dan
bersama dengan ini daya kekuatannya sendiri untuk mengerakan manusia, daya
6 Ivan Th. J Weismann, Simbolisme Menurut Mircea Eliade. Jaffray 2. No.1 (Juni 2004): 55,
diakses 10 April, 2017.http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/152 . 7 A.N. Whitehead, Symbolism (Cambridge University Press, 1928), 9.
17
kekuatan simbol bersifat emotif yang merangsang orang untuk bertindak dipandang
sebagai ciri hakikinya.8
Definisi mengenai simbol juga dikemukakan oleh John A Saliba, dalam
“Homo Religiosus' in Mircea Eliade” seperti dikutip oleh J. Weismann ia mengatakan
bahwa: simbol adalah sarana atau pembawa buah pikiran atau makna. Simbol
mengandung suatu pengertian yang tidak mengandung informasi langsung, kepada
benda, objek, atau referensi, tetapi terhadap ideal-ideal, nilai-nilai dan paham-paham
abstrak. Simbolisme adalah suatu bentuk komunikasi yang ekspresif, mengandung
suatu pesan atau informasi yang tidak dapat dikatakan secara langsung (Saliba,
1976:83). Selain itu, simbol tidak dapat memberi arti langsung oleh karena menurut
John H. M. Beattie, simbol berimplikasi makna yang tidak berasal dari konteks
pengalaman, karena simbol merujuk pada realitas yang lain atau di luar konteks
pengalaman (Saliba, 1976: 83).9
Mircea Eliade juga berbicara mengenai simbol namun ia lebih berfokus pada
agama, ia mengatakan bahwa semua kegiatan manusia melibatkan simbolisme,
bahkan simbol adalah cara khusus untuk mengenal hal-hal religius. Simbol mampu
menampung informasi yang sulit bahkan yang tidak mungkin untuk diekspresikan.
Simbol adalah tanda-tanda realitas transenden, memberikan pandangan yang jelas
mengenai keberadaan yang sakral itu. Simbol disebut bentuk wahyu yang otonom.
Simbol memiliki keunikan karena memberikan pemahaman yang jelas mengenai
8 Erwin Goodenough, Jewish Symbols in the Graeco-Roman Period, jilid 4, (New York:
Pantheon Press, 1953), 28. 9 John A. Saliba, Homo Religiosus' in Mircea Eliade, (Netherlands: Leiden E.J.Brill, 1976),
54.
18
yang sakral dan realitas kosmologis yang tidak ada manifestasi lain mampu
menyatakannya. Simbol memainkan peran penting dalam kehidupan religius manusia
dan membawa manusia kepada makna yang lebih dalam dari pengetahuan biasa atau
sehari-hari. Simbol adalah tindakan dari keseluruhan manusia. Simbol membicarakan
keseluruhan manusia dan bukan hanya terdapat dalam hal-hal intelegensinya. Simbol
terdapat dalam semua aspek hidup manusia dan dalam pemikiran Eliade ia lebih
mengkhusukannya pada hal-hal religius.10
Dari pemahaman para ahli ini, maka dapat disimpulkan bahwa simbol adalah
: kata, barang, atau objek atau hal-hal yang konkrit. Simbol juga adalah tanda-tanda
realitas, buah pikiran, yang mendatangkan transformasi universal yang ada dalam
realitas kehidupan manusia, yang memiliki makna. Ataupun dapat disimpulkan
dengan pemahaman Dillistone bahwa simbol adalah :
1. Sebuah kata atau barang atau objek atau tindakan atau peristiwa atau pola atau
pribadi atau hal yang konkrit;
2. Mewakili atau menggambarkan atau mengisyaratkan atau menandakan atau
menyelubungi atau menyampaikan atau menggungah atau mengungkapkan
atau mengingatkan atau merujuk kepada atau berdiri mengantikan atau
mencorakkan atau menunjukkan atau berhubungan dengan atau bersesuaian
dengan atau menerangi atau mengacu kepada atau mengambil bagian di atau
mengelar kembali atau berkaitan dengan;
10
Ivan Th. J Weismann, Simbolisme Menurut Mircea Eliade. Jaffray 2. No.1 (Juni 2004):
55, diakses 10 April, 2017.http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/152 .
19
3. Sesuatu yang lebih besar atau transenden atau tertinggi atau terakhir: sebuah
makna, realitas, suatu cita-cita, nilai, prestasi, kepercayaan, masyarakat,
konsep, lembaga, dan suatu keadaan.11
Berdasarkan kesimpulan ini simbol adalah sesuatu yang hadir dan ada dalam
kehidupan manusia, bahkan dalam kehidupan manusia selalu berkaitan dengan
simbol dan simbol-simbol tersebut tercipta dari pengalaman manusia dan dengan
sendirinya makna itu dibangun berdasarkan pengalaman manusia, namun makna
tersebut jauh melebihi sekedar pengalaman manusia, di mana berkaitan dengan hal-
hal yang transenden.
2.1.2 Ciri dan Fungsi Simbol
Setelah membahas definisi perlu juga melihat ciri dan fungsi simbol dalam
kehidupan manusia. Bagaimana simbol memiliki andil besar dalam setiap apa yang
dilakukan oleh manusia. Menurut Paul Tillich ciri simbol adalah: simbol bersifat
figuratif. Simbol selalu menunjuk kepada sesuatu di luar dirinya sendiri, sesuatu yang
tingkatannya lebih tinggi. simbol bersifat dapat dicerap, baik sebagai bentuk objektif
maupun sebagai konsep imajinatif. Simbol memiliki daya kekuatan yang melekat.
Simbol mempunyai akar dalam masyarakat dan mendapat dukungan dari masyrakat.
Tillich juga membedakan antara tanda dan simbol. Menurutnya, tanda bersifat unifok,
arbitrer dan dapat diganti, karena tidak mempunyai hubungan intristik dengan sesuatu
yang ditujukannya itu, sedangkan sebuah simbol sungguh-sungguh mengambil
11
F.W. Dillistone, The Power Of Symbol, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), 20.
20
bagian dalam realitas yang ditujukannya itu. Dan yang sampai tingkat tertentu
diwakilinya.12
Ketika Tillich membedakan antara simbol dan tanda, maka dalam bukunya
Budiono Herusatoto malah mengatakan bahwa simbol adalah tanda, dengan artian
bahwa di dalam simbol sendiri terdapat tanda bahkan simbol bisa berupa tanda
namum memilki makna yang jauh lebih dari sekedar makna tanda tersebut. Walaupun
pada dasarnya simbol dan tanda memiliki pengertiannya masing-masing namun dari
pengertian-pengertian itu mengambarkan bahwa di dalam simbol terdapat tanda.
Pendapat Herusatoto dapat dijelaskan dengan pemaparannya mengenai
isyarat dan tanda yang memiliki pengertian berbeda namun semuanya itu terdapat
dalam simbol. Menurutnya, isyarat adalah sesuatu hal atau keadaan yang yang
diberitahukan subjek kepada objek, isyarat tidak dapat ditangguhkan pemakaiannya ia
berlaku pada saat dikeluarkan atau dilakukan oleh subjek. Isyarat yang dapat
ditangguhkan atau disimpan pengunaannya akan berubah bentuknya menjadi tanda.
Sedangkan tanda sendiri menurut Herusatoto adalah sesuatu hal atau keadaan yang
menerangkan atau memberitahukan obyek kepada si subjek, tanda selalu menunjuk
kepada sesuatu yang nyata yaitu benda kejadian atau tindakan.13
Ketika berbicara isyarat, tanda dan kaitan kedua hal ini dengan simbol,
terdapat beberapa hal konkret yang menunjukan bahwa dalam pengertian kedua hal
tersebut berbeda dengan simbol namun di satu sisi, kedua hal tersebut ada di dalam
12
Dillistone, Power, 124,127. 13
Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa. (Yogyakarta: PT Hanindita,
1984), 11.
21
simbol, misalnya: isyarat yang abstrak (kedipan mata atau siulan), tanda berbentuk
konkret sedangkan simbol dapat berbentuk konkret maupun abstrak. Simbol dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang lebih kompleks, yang bisa dilihat dalam tindakan
yang tidak berwujud dan bisa dilihat dalam sesuatu yang berwujud salah satunya
berupa benda, dan lebih dari semua itu ada makna yang tidak terbatas. Simbol
memiliki makna yang luas yang mencakup semua aspek kehidupan manusia dan
memiliki makna yang memiliki kekuatan untuk mengerakan manusia yang memakai
dan memaknai simbol tersebut.
A.N Whitehead dalam “Symbolism” ia menguraikan tentang pengunaan
simbol dalam kehidupan manusia dan dalam urainya tersebut sebenarnya telah
terdapat apa fungsi dari simbol, dan ia mengatakan bahwa: Manusia harus berusaha
untuk menemukan simbol untuk mengekspresikan dirinya sendiri, memang ekspresi
adalah simbolisme.14
Berdasarkan pemikirannya ini maka dapat dikatakan bahwa melalui simbol
manusia dapat mengekspresikan dirinya atau dengan kata lain, melalui simbol
manusia atau suatu kelompok tertentu dapat merepresentasikan dirinya, disinilah
terlihat fungsi dari simbol. Selain itu juga Whitehead mengatakan bahwa, bahasa
adalah salah satu dari fungsi simbol. Bahasa memiliki pengaruh untuk suatu
kelompok atau suatu negara tertentu. Di dalam bahasa terkandung begitu banyak
makna dan dorongan emosional di dalamnya, namun kembali bahwa fungsi bahasa
tergantung pada mereka yang mengunakannyanya. Whitehead mengatakan bahwa:
Bahasa bukan satu-satunya simbolisme efektif untuk tujuan ini. Tapi secara khusus,
14
A.N. Whitehead, Symbolism (Cambridge University Press, 1928), 29.
22
bahasa mengikat bangsa bersama-sama dengan emosi umum yang memunculkan, dan
belum instrumen dimana kebebasan berpikir dan kritik individu menemukan
ekspresi.15
Pendapat yang sama pula dikemukan oleh J A Hostetler bahwa fungsi simbol
adalah bahasa. Fungsi simbol ini dijelaskan Hostetler yaitu sebagai saluran (channel)
untuk segala kepercayaan dan sikap lalui dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Simbol juga adalah saluran bagi emosi manusia. Simbol bukan saja hasil dari
prosedur pemikiran, tetapi simbol juga adalah hasil dari suatu proses historis. Sebagai
contoh: jilbab, adalah mekanisme yang efektif untuk mempertahankan kesadaran
kelompok dan mengintegrasikan nilai-nilai kelompok masyarakat atau khususnya
kaum wanita Muslim. Fungsi simbol dalam hal ini cenderung memperkuat budaya
dan memelihara identitas”.16
Saliba juga mengemukakan pendapat Godfrey Lienhardt bahwa, fungsi
simbol adalah untuk mendapatkan pengaruh yang diinginkan. Menurutnya simbol
tidak hanya mengusulkan tentang perubahan, status moral dan sosial, tetapi juga
membawa perubahan tersebut dalam masyarakat.17
Dengan kata lain untuk
mendapatkan hasil yang telah diusulkan perlu juga disertai dengan tindakan.
Fungsi simbol juga dikemukan secara lebih religius oleh Tillich menurutnya,
fungsi simbol adalah membukakan kepada manusia adanya tingkat-tingkat realitas
yang tidak dapat dimengerti dengan cara lain, atau dengan kata lain ia ingin
15
Whitehead, Symbolism, 32. 16
John A. Saliba, Homo Religiosus'in Mircea Eliade, (Laiden E.J Brill, 1976), 83. 17
Saliba, Religiosus, 84.
23
mengatakan bahwa simbol membukakan roh manusia kepadapandangan-pandangan
yang lebih tentang yang kudus dalam dimensi transendennya.18
Pendapat Tillic dan Herusatoto mengenai fungsi simbol memiliki sedikit
perbedaan namun kedua pendapat itu dapat disimpulkan dan menjadi titik
temu,secara pengertian simbol berbeda dengan tanda, namun di dalam simbol
terdapat tanda di mana makna dari tanda tersebut tidak terbatas sejauh tanda itu
dilihat, namum lebih luas makna tanda bila tanda itu telah menjadi sebuah simbol.
Hal ini seperti yang telah dikatakan Dillistone ketika ia mengembangkan pikiran dari
Paul Tillich bahwa simbol mengambil bagian dalam sesuatu yang dituju dan sampai
pada tingkat tertentu. Berdasarkan pemikiran para ahli mengenai simbol, maka dapat
dikatakan bahwa: simbol berfungsi sebagai ekspresi dari manusia, simbol juga
berfungsi sebagai bahasa dan tanda yang di dalamnya terkandung banyak makna di
mana memperlihatkan kepada manusia bahwa ada tingkat realita yang tidak
dimengerti oleh manusia dan semua itu dituangkan dalam simbol.
2.1.3 Bentuk simbol
Simbol dapat menuju kepada sebuah benda, suatu peristiwa, atau seseorang
didunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada suatu dunia yang
lain dan pada isi yang dibayangkannya. Adapun bentuk-bentuk simbol di antaranya
berkaitan dengan tubuh dan makanan, tanah, pakaian, terang dan gelap, api dan air
darah dan kurban. Dalam bagian ini akan lebih difokuskan kepada tubuh sebagai
simbol. Untuk sampai pada tubuh sebagai simbol, maka perlu untuk mengetahui
pengertian dasar dari tubuh.
18
F.W. Dillistone, The Power Of Symbol, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), 125.
24
Secara biologis tubuh terdiri dari anggota-anggota tubuh antara lain,
kerangka tubuh, otot, sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem indera,
sistem pencernaan, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem saraf, sistem edokrin,
setiap bagian-bagian ini, memiliki fungsinya tersendiri. Tubuh bukan hanya berkaitan
dengan semua organ, atribut, fungsi dan kondisi, melainkan merupakan penciptaan
sosial dengan komplesitas yang luas dan hampir-hampir tidak terbatas. Atau dengan
kata lain tubuh mampu menampung sebuah wilayah yang sangat luas dan memiliki
perkembangan makna, ia dapat menjadi unsur identitas baik personal maupun sosial.
Ketika berbicara mengenai tubuh maka Socrates melihat tubuh sebagai
perangkap jiwa, atau makam dan kuburan bagi jiwa, ia membedahkan antra tubuh dan
jiwa, ia berpendapat bahwa jiwa lebih unggul dari tubuh. Selain Socrates, Seneca juga
memiliki pendapat yang sama, walaupun Seneca tidak terlalu menolak tubuh. Ia
mengatakan bahwa “Alam telah melingkupi jiwa kita dengan memberikan tubuh
sebagai mantelnya” walaupun memiliki pendapat yang hampir sama dengan Socrates
namun Secane melihat tubuh bukan sebagai penjara, ia melihat sebagai mantel
“sebuah mantel bukanlah sebuah makam atau penjara, dan sesungguhnya ia
melindungi unsur-unsur di dalamnya; namun ia tidak sepenting pemakai mantelnya”
19
Dari kedua ahli yang mengangap tubuh adalah “penjara” dan ”mantel”di
mana tubuh dianggap sebagai sesuatu yang lebih bernilai negatif, namun adapula ahli
yang melihat tubuh sebagai sesuatu yang bernilai positif, diantaranya adalah: Walt
Whitman, ia mengagungkan tubuh manusia, menurutnya tubuh diisi dengan makna
19
Seneca, Ad Lucilium, vol 2. (London: Heinemann, 1953), 187-455.
25
dengan juga melihat jiwa yang ada di dalamnya. Friedrich W. Nietzsche juga
memiliki pendapat bahwa: “di belakang pikiran dan perasaan ada seorang yang
bijaksana, gagah dan perkasa seorang yang dipanggil sebagai diri, ia hidup di dalam
tubuh dan ia adalah tubuh”20
Dari kedua pandangan tersebut, sebenarnya yang hendak dilihat bukan
perbedaan antara tubuh dan jiwa, melainkan bagaimana melihat pentingnya tubuh
yang di dalamnya terdapat jiwa yang mengerakan untuk menolong manusia dalam
memahami tubuhnya sendiri sebagai simbol-simbol yang memiliki makna. Tubuh
sebagai fenomena biologis itu kiranya sudah menjadi umum untuk seluruh bangsa
manusia; demikian juga, tubuh sebagai simbol, yang menunjuk pada kenyataan yang
lebih dari pada fungsi-fungsi biologis, juga kelihatan umum untuk semua orang.
Tubuh merupakan simbol keutuhan, keanekaragaman, perimbangan,
kekuatan pada laki-laki, keindahan pada perempuan. Tubuh manusia adalah simbol
yang tepat untuk koordinasi banyak unsur di dalam suatu keutuhan organis; tubuh
manusia juga dapat menjadi simbol untuk konsentrasi intens pada penggarapan suatu
tujuan khusus. Tubuh yang berhubungan sehat dengan lingkungannya menyimbolkan
cita-cita keselarasan, koordinasi, kehidupan organis.berhimpunnya tubuh-tubuh
dalam hubungan sosial yang sehat menyimbolkan cita-cita daya cipta, perhatian atau
kepedulian, sikap saling tanggap satu sama lain.21
20
Friedrich Nietzsche, Thus Spoke Zarathustra (Harmondsworth: Penguin Books, 1983),
62. 21
Anthony Synnot. Tubuh Sosial Simbolisme, Diri dan Masyarakat. (Yogyakarta: Jalasutra,
2007), 162.
26
Melalui bentuk-bentuk simbol tubuh diangkat pada daya-daya
kemampuannya yang sejati dan bentuk-bentuk simbolis itu telah dikaitan tidak hanya
dengan kegiatan-kegiatan primernya. Melalui bentuk-bentuk simbolis itu manusia
terus-menerus memperluas lingkup respon simbolis mereka, dan dengan demikian
membangun sistem-sistem budaya yang mengangungkan.22
Dalam bentuk simbol ini
lebih difokuskan pada tubuh karena tesis ini secara keseluruhan berbicara mengenai
kepala dan rambut yang merupakan bagian dari tubuh manusia.
Seperti yang telah dikatakan pada bagian sebelumnya, tubuh manusia terdiri
dari anggota-anggota tubuh yang memiliki fungsinya masing-masing. Setiap anggota
tubuh saling melengkapi dan menolong agar fungsinya dapat dijalankan. Secara
umum tubuh manusia dapat dibagi menjadi, kepala, badan, tangan dan kaki. Ketika
menyebut kepala, maka kepala memainkan peran utama dalam melindungi organ
penting, banyak jaringan sel dan jaringan ikat yang membantu dan mengatur sistem
biologis dan itu di temukan pada kepala dan juga badan.
Kepala berada pada bagian atas tubuh manusia, kepala memilik fungsi yang
sangat penting karena di dalam kepala terdapat otak yang bertanggung jawab atas
tindakan utama yang dilakukan oleh tubuh manusia. Kepala sendiri terdiri atas
tulang-tulang pipih yang saling menyambung dan berbentuk bulat. Tulang bagian
kepala atas: tulang dahi, tulang ubun-ubun, tulang kepala belakang, tulang bajie atau
tulang tapis, tulang pelipis. Tentu semua tulang ini memiliki fungsinya masing-
masing. Salah satunya adalah fungsi tulang ubun-ubun terletak tepat pada bagian atas
kepala dan biasanya terdapat garis-garis halus berbentuk lingkaran, fungsi dari ubun-
22
Dillistone, Power, 49-50.
27
ubun adalah untuk mengetahui perkembangan otak khususnya pada saat bayi.23
Berkaitan dengan ini, dalam budaya Timor ada pernyataan bahwa anak yang
memiliki dua lingkaran halus pada kepalanya (ubun-ubun) dikategorikan sebagai
anak yang hiper aktif dan pandai.
Jika dari sisi biologis telah dijelaskan mengenai fungsi kepala dan dikaitkan
dengan tulang ubun-ubun, maka perlu juga untuk melihat mengapa kepala begitu
penting dalam tradisi orang timor. Pada umumnya pria sering disebut sebagai kepala
keluarga, hal ini menunjukan bahwa pria adalah yang terutama dan merupakan bagian
teratas melihat dari struktur tubuh manusia, bahwa kepala terletak di bagian atas
tubuh manusia. Selain itu kepala memiliki fungsi sebagai pelindung sehingga dengan
itu pria menyatakan diri sebagai pelindung bagi wanita dan anak-anak.
Dalam budaya Timor juga terdapat istilah bayar tulang kepala, tradisi tulang
kepala adalah pembayaran Belis kepada suadara laki-laki dari ibu, yang biasa disebut
Atoin Amaf. Penghargaan terhadap Atoin Amaf dikarenakan ia adalah pemangku
tanggung jawab yang akan berpikir dan bertindak nanti untuk kehidupan anak dari
saudara perempuannya, ialah yang memberi keputusan, sehingga Ia disimbolkan
sebagai kepala.24
Berdasarkan contoh di atas, dapat dikatakan bahwa kepala memiliki fungsi
penting baik secara biologis maupun secara sosial budaya. Dengan kata lain kepala
adalah bagian yang merepresentasikan kehidupan manusia secara utuh, baik itu dari
23
Albert M, Hutapea. Keajaiban-Keajaiban Dalam Tubuh Manusia. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005), 28, 66. 24
Ema Yunita Amelia Dima, Skripsi: Bayar Tulang Kepala, (Salatiga: Universitas Satya
Wacana, 2008), 55,63.
28
aspek biologis maupun dalam kehidupan sosial. Contoh, kalimat yang sering
diucapkan “satu kepala” kepala sering diidentikan dengan manusia. Jadi untuk
menyatakan manusia itu secara keseluruhan istilah kepala sering dipakai. Kepala
adalah sebuah simbol yang mereptresentasikan kehidupan manusia secara
keseluruhan.
Ketika berbicara tentang kepala sebagai bagian dari tubuh manusia, penting
untuk melihat rambut juga adalah bagian dari tubuh manusia yang tumbuh pada
kepala. Kepala dan rambut tentu memiliki kaitan baik secara biologis, maupun
sebagai simbol yang bermakna yang bisa dilihat dari berbagai aspek. Karena itu perlu
juga untuk mengetahui hal-hal mengenai rambut baik secara biologis maupun secara
simbol.
Rambut adalah salah satu bagian dari tubuh manusia, seperti yang dikatakan
pada bagian sebelumnya, rambut berperan sebagai pelindung kepala dari sinar
matahari. Setiap helai rambut, terdiri atas sel-sel mati yang membentuk dua lapisan
berbeda yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan terluar disebut kutikel dan
terdiri atas sel-sel pipih yang tersusun bertumpang tindih ke arah luar seperti genteng
rumah. selain fungsinya sebagai pelindung, rambut juga merupakan catatan medis
yang akurat tentang keadaan tubuh seseorang. Seorang ahli dapat menganalisis
sehelai rambut seseorang untuk mengetahui apakah ia sedang menderita suatu
penyakit keturunan tertentu atau tidak. Di samping itu semua yang masuk ke dalam
tubuh manusia akan tersimpan di dalam sel-sel rambutnya.25
25
Albert M, Hutapea. Keajaiban-Keajaiban Dalam Tubuh Manusia. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005), 124, 133.
29
Dari aspek sosial, rambut adalah salah satu simbol identias individu dan
kelompok, pertama-tama karena ia bersifat fisik dan kemudian menjadi sangat
personal dan kedua meskipun personal ia juga bersifat publik. Simbolisme rambut
biasanya lebih merupakan pilihan bebas dari pada sesuatu yang ditentukan atau
diberikan sejak lahir, pada akhirnya rambut dapat dibentuk dengan berbagai macam
cara dan dengan demikian cocok untuk mensimbolkan berbagai perbedaan di antara,
dan perubahan di dalam, identitas individu serta kelompok.26
Rambut menjadi simbol diri yang sangat kuat. Rambut bukan hanya
menyimbolkan diri, namun dalam maknanya yang paling nyata ia adalah diri karena
ia tumbuh dari dan menjadi bagian tubuh fisik manusia. Dalam kaitannya dengan
sosiologi tubuh, sosiologi rambut memberikan perhatian kepada relasi yang dekat
antara tubuh fisik dan tubuh sosial dalam dua aspek gender dan ideologi, dalam kedua
hal ini baik fisik maupun ideologi, rambut menyimbolkan identitas baik dalam
politik, religius, budaya dan lain sebagainya.27
Telah disinggung bahwa pada umumnya masyarakat Timor membedahkan
antara pria dan wanita dengan potongan dan gaya rambut mereka dan hal ini sudah
menjadi norma umum yang berlaku. Rambut panjang secara berabad-abad telah
menjadi suatu tanda gender dan simbol kelamin dalam masyarakat. Melihat hal ini,
maka pertanyaannya ialah bagaimana jika seorang pria berambut panjang? Kehendak
seseorang dalam menentukan rambutnya didasarkan pada suatu pemahaman
simbolisme baik secara individu maupun kelompok atau dapat dikatakan bahwa jika
26
Anthony Synnot. Tubuh Sosial Simbolisme, Diri dan Masyarakat. (Yogyakarta: Jalasutra,
2007), 163. 27
Anthony. Tubuh Sosial, 195.
30
seseorang memiliki idiologi atau pemahaman yang berbeda terhadap rambutnya, ia
pun dapat mengubah atau menata rambutnya dengan gaya dan kehendaknya sendiri,
berdasarkan paham yang ia miliki. Salah satu contohnya adalah masyarakat
tradisional seperti banyak ditunjukan oleh antropolog, menyimbolkan berbagai
perbedaan status dengan gaya rambut yang berlainan dan menginstitusionalisasikan
ritual-ritual rambut dalam ritus-ritus penciptaan undang-undang.28
Salah satu ritus berkaitan dengan rambut dalam budaya Timor, yaitu ritus
potong rambut atau dalam bahasa timor disebut eu nak’put. Tradisi ini diwajibkan
bagi anak laki-laki dan dilakukan sekali seumur hidup dengan dasar bahwa rambut
yang dibawa dari kandungan panas, sehingga akan membawa sakit dan musibah bila
tidak dipotong, selain untuk menghindarkan anak tersebut dari sakit dan musibah,
dengan dipotongnya rambut tersebut pertumbuhan dan kesuburan anak jadi bagus.
Ritus potong rambut ini dilakukan oleh saudara laki-laki dari ibu, atau yang biasa
disebut Atoin Amaf.29
Masyarakat tradisional pada umumnya memiliki rambut yang panjang
terkhususnya untuk kaum pria dan pemaknaan terhadap rambut tersebut dilihat bahwa
ada unsur-unsur magis yang terkandung di dalamnya atau hal-hal yang berkaitan
dengan nilai-nilai kepercayaan mereka. seperti yang dikatakan Dr. A.C. Kruyt
sebagaimana dikutip Ebenhaizer Nuban Timo dalam “Kupang Punya Cerita”
dikatakan bahwa nilai keagamaan yang dipercayai tersimpan di rambut, yakni jiwa
seseorang, sebagai kekuatan untuk hidup berada di rambutnya. Ketika para zendeling
28
Anthony. Tubuh Sosial, 195-196. 29
Wawancara dengan om kandung dari Raja Boti, bapak Heka Benu, tanggal 21 April 2017.
Pukul 18.18 WITA
31
masuk dalam wilayah Timor dan mengharuskan agar seorang pria yang menyatakan
kesediaan untuk beralih dari kekafiran untuk menjadi kristen ia harus mengunting
rambutnya, ada yang melakukannya dengan sukarela, namun ada pula yang merasa
bahwa itu adalah bagian dari tradisi yang telah diturunkan oleh lelehur dan orang tua,
sehingga jika mereka mengunting rambut mereka, maka mereka telah melakukan
pemutusan total dengan kebiasaan para orang tua mereka. Jadi masyarakat tradisional
pada umumnya bukan hanya melihat rambut panjang sebagai hal yang indah tetapi
ada juga menyadari bahwa ada suatu makna yang terkandung di dalamnya.30
Makna yang terkandung di dalam rambut menurut budaya Timor dipercayai
memiliki kekuatan sehingga ada keparcayaan bahwa: rambut yang disisir bila rontok,
tidak boleh dibiarkan begitu saja, tapi harus diambil dan disimpan dengan pada
tempat yang aman. Menurut kepercayaan orang Timor rambut adalah bagian penting
dari tubuh manusia yang bisa dipakai seseorang untuk merencanakan sesuatu yang
jahat bagi orang yang memiliki rambut tersebut. seseorang yang berencana jahat
dapat dengan muda membawa rambut orang yang dibencinya kepada dukun untuk
mencelakai pemilik rambut tersebut.31
Di Jawa Tengah khususnya orang Dieng, mereka mempercayai bahwa anak
yang memiliki rambut gimbal secara alami adalah, jelmaan dari nenek moyang
mereka. Rambut gimbal pada anak diartikan sebagai bentuk kemakmuran dalam
kehidupan keluarga tersebut. Jadi rambut anak itu merupakan sebuah simbol
30
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Kupang Punya Cerita: Orang Kupang di Sekitar Injil 150
Tahun Lalu , (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2015), 120-122. 31
Wawancara dengan bapak Boy Benu, tanggal 21 Mei 2017. Pukul 17.06
32
kemakmuran orang-orang Dieng. Ini adalah contoh bahwa di dalam rambut ada
makna tersendiri yang dipahami bersama dalam suatu komunitas masyarakat. Rambut
dilihat sebagai suatu simbol yang memuat begitu banyak makna dan hal ini terjadi
dalam setiap kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok.
2.2 Identitas Sosial
Terdapat empat tipe identitas: Pertama, identitas berdasarkan pada
perseorangan, tipe ini adalah bagaimana sifat diri kelompok diinternalisasikan oleh
anggota individu sebagai bagian dari konsep diri. Kedua, identitas sosial berdasarkan
korelasi. Tipe ini memberikn pemahaman bahwa individu menggunakan identitas
kelompok pada saat-saat tertentu. Ketiga, identitas sosial berdasarkan kelompok,
artinya perilaku individu dalam berhubungan dengan kelompoknya. Pada kondisi
seperti ini, individu harus menggunakan identitas sosial untuk bisa bergabung dengan
kelompok sosial lainya. Keempat. Identitas kolektif. Identitas ini memiliki makna
yang lebih praktis. identitas sosial tidak hanya menjadi sebuah pengetahuan bersama
untuk mendefinisikan identitas diri dan kelompok.32
Adapun salah satu teori yang
dipakai untuk menjadi pisau analisis dalam tesis ialah identitas sosial.
Identitas sosial adalah pengetahuan seseorang bahwa ia milik sosial atau
kelompok. Sebuah kelompok sosial adalah satu set individu yang memegang sosial
umum identifikasi atau melihat diri mereka sebagai anggota yang sama kategori
sosial. Melalui proses perbandingan sosial, orang yang mirip dengan diri
32
Jan E. Stets dan Peter J. Burke. Identity Theory And Social Identity Theory. (Pullman:
Depertemen Sociology, Washington: State University, 1998), 17-19.
33
dikategorikan dengan diri dan diberi label dalam kelompok; orang yang berbeda dari
diri sendiri dikategorikan sebagai out-group.33
Terdapat dua proses penting yang terlibat dalam pembentukan identitas
sosial, yaitu kategorisasi diri dan perbandingan sosial, masing-masing menghasilkan
konsekuensi yang berbeda. Konsekuensi dari kategorisasi diri adalah aksentuasi dari
kesamaan persepsi antara diri dan anggota lainnya di kelompok, dan aksentuasi dari
perbedaan dirasakan antara diri dan anggota kelompok anggota. Aksentuasi ini terjadi
untuk semua sikap, keyakinan dan nilai nilai, reaksi afektif, norma perilaku, gaya
berbicara, dan properti lainnya yang diyakini berkorelasi dengan kategorisasi
antarkelompok yang relevan. Konsekuensi dari proses perbandingan sosial adalah
aplikasi selektif dari efek aksentuasi, terutama untuk dimensi-dimensi yang akan
menghasilkan meningkatkan hasil bagi diri. Secara khusus, harga diri adalah
ditingkatkan dengan mengevaluasi di-kelompok dan luar-kelompok pada dimensi
yang memimpin dalam kelompok untuk dinilai positif dan keluar-kelompok untuk
dinilai negatif.34
Kategori sosial adalah kategori yang di dalamnya individu menempatkan
dirinya sebagai bagian masyarakat terstruktur dan hanya ada dalam hubungannya
dengan lainnya. Korelasi ini menunjukkan bahwa kategori sosial mendahului
individu; individu dilahirkan ke dalam suatu masyarakat terstruktur. Setiap orang,
bagaimanapun, lebih perjalanan atau sejarah pribadinya, adalah anggota dari
33
Turner, John C., Michael A. Hogg, Penelope J. Oakes, Stephen D. Reicher, and Margaret
S. Wetherell. Rediscovering the Social Group: A Self-Categorization Theory. (New York: Basil
Blackwell. 1987), 20. 34
Hogg, Michael A. dan Dominic Abrams. Social Identifications: A Social Psychology of
IntergroupRelations and Group Processes. (London: Routledge, 1988), 5.
34
Kombinasi unik dari kategori sosial; Oleh karena itu set identitas sosial yang
membentuk konsep diri orang itu unik.35
Secara umum identitas seseorang terdiri dari diri yang pandangan muncul
dari aktivitas refleksif kategorisasi diri atau identifikasi dalam hal keanggotaan di
kelompok-kelompok tertentu atau peran. Banyak teori identitas sosial berkaitan
dengan hubungan antar kelompok yaitu, bagaimana orang-orang datang untuk
melihat diri mereka sebagai anggota satu kelompok kategori (dalam kelompok)
dibandingkan dengan yang lain (out-group), dan konsekuensi dari ini kategorisasi,
seperti etnosentrisme.36
Atau dapat dikatakan memiliki identitas sosial tertentu berarti
berada di salah satu dengan kelompok tertentu, menjadi seperti orang lain dalam
kelompok, dan melihat sesuatu dari perspektif kelompok.
Dasar identitas sosial dalam keseragaman persepsi dan Tindakan antara
anggota kelompok, Demikian pula, pemikiran kelompok atau persetujuan ekstrim
dalam kelompok pengambilan keputusan jauh lebih mungkin dalam kondisi sosial
yang tinggi Identifikasi.37
Secara umum, ditemukan ada keseragaman persepsi dan
tindakan antara orang ketika mereka mengambil pada kelompok berbasis identitas.
Teori identitas sosial menganggap kelompok sebagai kolektif dari orang yang sama
yang semuanya mengidentifikasi dengan sama lain, melihat diri mereka sendiri dan
35
Jan E. Stets dan Peter J. Burke. Identity Theory And Social Identity Theory. (Pullman:
Depertemen Sociology, Washington: State University, 1998), 6. 36
Turner, John C., Michael A. Hogg, Penelope J. Oakes, Stephen D. Reicher, and Margaret
S. Wetherell. Rediscovering the Social Group: A Self-Categorization Theory. (New York: Basil
Blackwell. 1987), 8. 37
Turner, Marlene E., Anthony R. Pratkanis, Preston Probasco,and Craig Leve. 1992. “Threat,
Cohesion, and Group
Effectiveness: Testing a Social Identity Maintenance Perspective on Groupthink. Journal of
Personality and Social Psychology 63:781-96.
35
satu sama lain dengan cara yang sama, dan memiliki pandangan yang sama, semua
berbeda dengan anggota luar kelompok. Teori identitas menganggap kelompok
sebagai satu bagian individu yang saling terkait, yang masing-masing melakukan
unik namun kegiatan terpadu, melihat hal-hal dari nya sendiri perspektif, dan
menegosiasikan hal interaksi.
Menurut Richard Jenkins identitas terbentuk melalui tiga hal yakni: Pertama.
Identitas individual dan kolektif berkembang secara sistematis, dan berkembang atas
keterlibatan satu sama lain. Kedua. Identitas individu dan kolektif merupakan prodak
interaksional “eksternal” yang diidentifikasi oleh orang lain sebagai identifikasi
“internal”. Ketiga. Proses terjadinya identitas dihasilkan baik dalam wacana- Narasi,
retorika dan sepresentasi-dan dalam materi, seringkali bersifat sangat praktis, yang
merupakan konsekuensi dari penetapan identitas.38
Jenkins juga mengatakan bahwa identitas personal berbeda dengan identitas
sosial yang merupakan internalisasi terhadap indifikasi kolektif yang seringkali
steoreotipis. Identitas sosial erat hubungannya dengan keanggotaan terhadap suatu
kelompok dan proses indetifikasi kolektif. Setiap individu memiliki beragama
identitas sosial, diantaranya didasarkan pada keanggotaan terhadap kelompok yang
penting dan memiliki batasan yang jelas. maupun kelompok dengan batasan yang
abstrak dan ambigu.39
Anthony P. Cohen, melihat budaya sebagai identitas yang mengacu pada
upaya mewakili seseorang atau kelompok yang dibatasi oleh nilai-nilai. Masyarakat
38
Richard Jenkins, Social Identity, Third Edition. (London: Routledge, 2008), 16. 39
Jenkins, Sosial, 122.
36
menurut Cohen, merupakan konstruksi sosial yang secara kolektif dibayangkan.
Cohen mengatakan bahwa budaya harus dilihat sebagai hasil dan produk interaksi
atau dengan kata lain orang-orang akan terlihat aktif dalam terciptanya budaya, bukan
pasif dalam menerima hal itu.40
Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal
personal dan sosial, soal apa yang kamu miliki secara bersama-sama dengan beberapa
orang dan apa yang membedakan mu dengan orang lain.41
Hendri Tajfel, mengemukakan bahwa, identitas sosial adalah bagian dari
konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari
keanggotaan tersebut. Identitas sosial berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan
juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.42
Dalam teori
identitas sosial, seseorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak
satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu entah
disadari atau tidak disadari.
2.3 KESIMPULAN
Dari pembahasan atas kedua teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa,
simbol adalah bagian dari kehidupan manusia yang memainkan peranan penting, dan
simbol juga adalah bagian dari kebudayaan, simbol dapat berupa kata, objek, pola,
barang, atau apa pun yang ada pada manusia, di dalamnya terdapat makna yang
40
Anthony P. Cohen. The Symbolic Construction Of Community. (London and New York:
Routledge, 1985), 11. 41
Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka,
2005), 221. 42
Henri Tejfel, Social Pshicologi (Introduction a ia Psychologie Sociale), (Vol.1). Paris:
Larousse.1972. 292.
37
mengandung nilai-nilai dan dari nilai-nilai tersebut merangsang orang untuk
bertindak sesuai dengan nilai simbol tersebut, atau dengan kata lain, di dalam simbol
terkandung suatu pesan atau informasi yang disampaikan secara tidak langsung.
Kalau simbol ditempatkan dalam kontek agama, maka simbol dipakai untuk memberi
pemahaman yang jelas mengenai yang sakral. Ciri khas dari simbol sendiri ialah
simbol bersifat kiasan atau lambang, simbol memiliki daya kekuatan yang melekat,
simbol mengambil bagiandari realitas yang ditujukannya itu dan sampai pada tingkat
tertentu yang diwakilinya. Sedangkan identitas sosialadalah bagian dari konsep
diriseseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu
kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat
keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam
kelompok tersebut.
Berdasarkan tinjauan teoritis ini maka dapat pula dibuat benang merahnya.
Simbol ada dalam kehidupan manusia baik individu maupun kelompok, sedangkan
identitas juga adalah bagian dari kehidupan manusia, baik itu individu maupun
kelompok, di dalam simbol terdapat pesan dan makna yang hendak menjelaskan
sesuatu, dan bisa di dalamnya identitas terkandung baik itu individu maupun
kelompok, dan sebaliknya di dalam suatu suatu kelompok sosial tertentu ada hal yang
dipakai untuk menunjukan identitas mereka dan di sinilah simbol memainkan
perannya, jadi simbol dan identitas adalah dua hal yang saling kait mengait, karena
kedua hal tersebut ada dalam kehidupan manusia.
Tubuh manusia dapat pula dijadikan sebagai sebuah simbol identitas baik
untuk manusia itu sendiri maupun untuk suatu kelompok di mana manusia itu hidup
38
dan berada. Kepala dan rambut merupakan bagian tubuh yang bisa dijadikan sebagai
simbol, di mana kepala ada bagian atas manusia yang melindungi otak yang
merupakan bagian yang bertanggung jawab mengerakan manusia. sedangkan rambut
juga merupakan bagian dari tubuh manusia yang memiliki makna simbolis, peran
rambut dapat membawa perbedaan dan perubahan sosial bila disimbolkan. Sedangkan
rambut dalam sebuah kebudayaan dapat dilihat sebagai sesuatu yang berharga dan
penting karena di dalam rambut tersimpan kekuatan dan daya hidup seorang manusia.
Top Related