21
BAB II
LANDASAN TEORETIK
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas
memiliki pengertian ‘keefektifan’ keefektifan adalah
‘keadaan berpengaruh’; hal berkesan’; ‘keberhasilan’ (tata
usaha, tindakan). Efektivitas berasal dari kata efektif yang
berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif
juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang
memuaskan. 1 Dari uraian diatas dapat dijelaskan kembali
bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan
hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian
antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
2. Fungsi dan tujuan Efektivitas
Fungsi efektivitas yaitu lembaga dikatakan efektivitas
jika melaksanakan tugas dan fungsinya, begitu juga suatu
1DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1999), 371.
22
program pembelajaran akan efektiv jika tugas dan fungsinya
dapat dilaksanakan dengan baik dan fungsinya dapat
dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan
baik. Tujuan efektivitas yaitu suatu program kegiatan
dikatakan efektiv dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi
ideal program tersebut dapat dicapai. Penilaian ini dapat
dilihat dari prestasi yang dicapai oleh peserta didik.2
3. Ciri-Ciri Efektivitas
Menurut Harry Firman keefektifan program
pembelajaran ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan
siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan
instruksional.
c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar
mengajar.3
2 Muasaroh, Aspek-Aspek Efektivitas Studi Tentang EfektivitasPelaksanaan Program pelaksanaan PNPM-PM, (Universitas BrawijayaMalang, 2010), 13.
3 Herry Firman, Ilmu dan Aflikasi Pendidikan Bagian III,(Bandung : PT. Impereal Bhakti Utama, 2007), 53.
23
B. Hakikat Sistem Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti
anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlak karimah).
Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan
beragama peserta didik secara normal. Sehubungan dengan
pendidikan akhlak ini, Rasulullah SAW telah mengemukakannya
dalam banyak hadis, diantaranya sebagai berikut.
هما قال مل يكن النيب عن عبدالله بن عمرو : ر ظي الله عنـمن حشا وكان يـقول إن تـف صلى الله عليه وسلم فا حشا والم
سنكم أجالقا جيا ركم أح Abdullah bin Amru ra berkata, “Nabi SAW bukan
orang yang keji dan tidak bersikap keji”. Beliaubersabda, “Sesungguhnya yang terbaik di anatara kamuadalah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Al-Bukhari).4
Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan
peran penting dalam membangun dan menumbuh kembangkan
peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban ditentukan oleh
pendidikan. Bahkan, peradaban dan kebudayaan umat manusia
tidak akan pernah muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan
4 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Bukhari,(Jakarta: Pustaka Azzam,2014), 118.
24
manusia ke arah tersebut. Karena manusia terlahir ke dunia tidak
memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya berkembang
lebih maju, maka pendidikanlah yang membangun daya dan
pengetahuan tersebut dalam jiwa manusia. 5 Al-Qur’an
menegaskan:
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم ال تـعلمون شيئا وجعل لكم )١٦:٧٨النحل (لعلكمتشكرونبصار واألفئدة السمع واأل
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perutibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, danDia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hatinurani, agar kamu bersyukur”. (QS. Al-Nahl (16): 78)6
Dalam keadaan ketidaktahuan manusia itu, Allah
membekalinya dengan indera baik, indera zahir maupun indera
batin. Melalui indera itulah manusia dapat mengetahui sesuatu.
Indera manusia yang meliputi indera zahir, batin, dan
indera qalbu merupakan sarana transformasi ilmu pengetahuan,
melalui tiga indera itulah ilmu pengetahuan sampai ke dalam jiwa
5Kadar M Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekanbaru: Zanafa Publishing,2011), 1.
6 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,423.
25
manusia. Pendidikan merupakan wadah tempat manusia
berinteraksi dengan menggunakan indera, dimana melalui indera
itu ilmu masuk ke dalam jiwa atau kalbu yang pada akhirnya
melahirkan sikap dan perilaku serta peradaban.
Pedidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk
mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta
memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya. Ada
tiga unsur utama yang harus terdapat dalam proses pendidikan,
yaitu:
a. Pendidik (Orang tua, Guru/ Ustadz/Dosen/ Ulama/
Pembimbing).
b. Peserta Didik (Anak/ Santri/ Mahasiswa/ Mustami).
c. Ilmu atau Pesan yang disampaikan (Nasihat, Materi Pelajaran,
Kuliah, Ceramah, Bimbingan).7
Menurut Zamakhsyari Dhofier, kedudukan Masjid sebagai
pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan menifestasi
universalisme dasar sistem pendidikan islam tradisional. Dengan
kata lain, kesinambungan sistem pendidikan islam yang berpusat
7Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, ( Jakarta: Rosda Karya,2000), 14.
26
pada Masjid sejak Masjid Al-Quba didirikan dekat Madinah pada
masa Nabi Muhammad tetap terpancar dalam sistem pesantren.
Sejak zaman Nabi, Masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam.
Dimanapun kaum Muslim berada, mereka selalu menggunakan
Masjid sebagai tempat pertama pusat pendidikan, aktivitas
administrasi dan cultural.8
Didalam buku yang diterbitkan oleh Prof. Dr. H. Abuddin
Nata, M. A yang berjudul “Sejarah Peradaban Islam beliau
mengungkapkan bahwa :
Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi diangkat menjadiRasul di Makkah dan beliau sendiri Gurunya. Pendidikanmasa ini merupakan prototype yang terus menerusdikembangkan oleh umat islam untuk kepentinganPendidikan pada zamannya. Pendidikan islam yangdilakukan nabi di Makkah merupakan prototype yangbertujuan untuk membina pribadi muslim agar menjadikader yang berjiwa kuat dan dipersiapkanmenjadimasyarakat islam, mubalig dan pendidik yangbaik.9
Bila dilihat dari sudut administrasi pendidikan, seperti
dikemukakan M. Arifin, Pesantren dalam bentuk ini tergolong
8Yasmadi, Modernisasi Pesantren, ( Jakarta: Ciputat Pres, 2002),65.
9Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasikdan Pertengahan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 9-11.
27
pada kategori pertama (dari empat kategori Pesantren). Pesantren
ini termasuk dalam sistem pendidikan lama. Pada umumnya
terdapat jauh diluar kota, hanya memberikan pengajian. Pesantren
didirikan secara individual oleh seorang atau beberapa orang kiai
(biasanya sefamili), maka segala sesuatu yang berlaku dalam
pondok pesantren tersebut sangat bergantung pada sistem
leadership (kepemimpinan) kiai yang bersangkutan. Menurut
Nurcholish Madjid, dalam aspek kurikulum terlihat bahwa
pelajaran agama masih dominan dilingkungan pesantren bahkan
materinya hanya khusus yang disajikan dalam berbahasa Arab.
Mata Pelajaran yang meliputi Fiqh, (paling utama), Aqa’id,
Nahwu Sharf (juga mendapat kedudukan penting), dan lain-lain.10
Keberadaan pesantren di Indonesia dimualai sejak Islam
masuk di negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan
keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum
kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama
berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil
yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Pesantren
10Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),78.
28
tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh nasional yang paling
berpengaruh di negeri ini, tetapi juga diakui telah berhasil
membentuk watak tersendiri, dimana bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam selama ini dikenal sebagai bangsa
yang akomodatif dan penuh tenggang rasa.11
Dalam perkembangannya, pesantren terlihat semakin
ambisius dalam hal penyelenggaraan pendidikan. Ambisi tersebut
dapat dinyatakan melalui kondisi pesantren yang tidak
berkekayaan tebal, namun dengan tenaganya yang kecil itu sering
menyelenggarakan berbgai macam, atau mungkin bahkan seluruh
jenjang pendidikan. Dari TK sampai perguruan tinggi. Dari yang
umum hingga kejuruan. Dari yang informal hingga yang
nonformal dan formal. Seperti sudah disinggung sejarah awal
pendidikan Islam di Indonesia, mula-mula pendidikan pesantren
hanya dimulai dari praktek pengajaran ilmu agama secara
sederhana. Kebanyakan berbentuk pengajian di rumah kyai, atau
surau-surau. Lalu kyai menyediakan pemondokan, lalu
berkembang menjadi besar. Pola pengajarannya juga sederhana
11 Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Editor: MuhammadAdib), 3.
29
karena bersifat informal, seperti sistem Sorogan dimana murid
duduk bersela mengelilingi guru. Satu demi satu menghadap guru
untuk belajar Al-Qur’an, atau kitab-kitab keagamaan. Kitab
keagamaan yang utama berkisar pada ilmu Fiqih, ilmu alat
(Nahwu) dan ilmu Usuluddin.12
1. Pengertian Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari
khuluqun yang menurut bahasa berartiخلق budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabi’at. Kata tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خلق yang
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq
خلق yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun
مخلو ق yang berarti yang diciptakan.13 Ibnu Athir menjelaskan
bahwa: “Hakikat makna khuluq itu, ialah gambaran batin
manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang
khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka,
warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain
12Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan PendidikanNasional Paradigma Baru, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 78.
13Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), 11.
30
sebagainya”. 14 Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab,
“khuluqun” artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.15
Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
حال للنـفس داعية هلا ايل افعا هلا من غري فكر وروية Artinya: “Keadaan jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melaluipertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi Akhlak
sebagai berikut:
خللق عبارة عن هيئة ىف النـفس راسخة عنها تصدراألفعال ا بسهولة ويسر من غري حاخة اىل فكروروية
Artinya: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanamdalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatandengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbanganpikiran (lebih dahulu)”.16
Dalam pengertian yang hampir sama dengan
kesimpulan diatas, Dr. M Abdullah Dirroz, mengemukakan
14Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), 12.
15Nina Aminah, Studi Agama Islam, ( Bandung: PT REMAJAROSDAKARYA, 2014), 69.
16Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), 12.
31
definisi akhlak sebagai berikut: “Akhlak adalah suatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada
pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik)
atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.17
Sementara menurut Hujjatul Islam Imam al-Ghazali(1059-1111 M) “Akhlak ialah suatu sifat yangtertanam dalam jiwa yang daripadanya timbulperbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpamemerlukan pemikiran dan pertimbangan.”18
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun
perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa,
sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.19
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas
tentang akhlak, penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah
tingkah laku seseorang yang tertanam didalam jiwa yang
17Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), 14.
18Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia,2014), 152.
19Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2014), 4.
32
mana timbul suatau perbuatan dengan mudah/gampang tanpa
perlu pemikiran dan pertimbangan.
2. Macam-Macam Akhlak
Sementara itu, menurut obyek atau sasarannya, akhlak
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sebagai
berikut:20
a. Akhlak kepada Allah (Khalik)
1. Tidak menyekutukan Allah
لك لمن يشاء إن الله ال يـغفر أن يشرك به ويـغفر ما دون ذيشركباللهفقد )٤:٦١١ضالال بعيدا (النساء : ضل ومنـ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosamempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Diamengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yangdikehendakinya. Barang siapa yang mempersekutukan(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telahtersesat sejauh-jauhnya (QS. An-Nisa(4): 116).21
2. Bertakwa kepada Allah
20Nina Aminah, Studi Agama Islam, ( Bandung: PT REMAJAROSDAKARYA, 2014), 69-77.
21 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,127.
33
: ٢٤:٣٥( النور(
Artinya: Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit danbumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah sepertisebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnyaada pelita besar (An-Nur (24): 35).22
3. Mencintai Allah
والله جعل لكم من أنـفسكم أزواجا وجعل لكم من أزواجكم بنني وحفدة ورزقكم من الطيبات أفبالباطل
)٧٢: ١٦يـؤمنون وبنعمت الله هم يكفرون( النحل : Artinya: Allah menjadikan bagi kamu istri-istri darijenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, danmemberimu rezeki dari yang baik-baik (QS. An-Nahl(16): 72).23
4. Ridha dan Ikhlas atas segala keputusan Allah
قـلهوأذىفاعتزلواالنساءفيالمحيض ويسألونك عن المحيض يطهرن فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم الله والتـقربوهنحتىـ
22 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,494.
23 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,374.
34
( ٢٢٢ : إناللهيحبالتـوابينـوحيبالمتط هرين ( البقره :٢Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang bertobat dan menyukai orang-orang yangmenyucikan diri (QS. Al-Baqarah (2): 222).24
5. Bersyukur atas Segala Nikmat Allah
(١٥٢ :٢ فاذكروين أذكركم واشكروا يل وال تكفرون ( البقره :
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-ku niscayaAku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-ku(QS. Al-Baqarah (2): 152).25
6. Memohon/Berdo’a dan Beribadah Hanya KepadaAllah
( ٣ : ( الفاحتة : ١ الرمحـن الرحيم Artinya: Maha pemurah lagi maha penyayang (QS.Al-Fatihah (1): 3)26
7. Senantiasa Mencari Keridhaan Allah
لتـؤمنوا بالله ورسوله وتـعزروه وتـوقـروه وتسبحوه بكرة )٩: ٤٨وأصيال ( الفتح :
24 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,46.
25 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,29.
26 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia, 1.
35
Artinya: Supaya kamu sekalian beriman kepada Allahdan Rasul-nya, menguatkan (agama) nya, membesarkan-nya, dan bertasbih kepada-nya diwaktu pagi dan petang(QS. Al-Fath (48): 9).27
b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
1. Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak tersebut terbagi dua jenis, yakni akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah
ialah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) (al-
Akhlak al-Karimah/ al-mahmudah), yaitu akhlak yang
senantiasa berada dalam kontrol Ilahiyah yang dapat
membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi
kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur,
tawadlu (rendah hati), husnudzdzon (berprasangka baik),
optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan
lain-lain, yang biasa juga dinamakan fadlilah
(kelebihan/utama).
Adapun akhlak madzmumah (qabihah) (al-Akhlak
al-Madzmumah), yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol
27 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,738.
36
ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam
lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif
serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti
takabur (sombong), su-‘udzdzon (berprasangka buruk),
tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas, dan lain-
lain.28
2. Akhlak terhadap Orang Tua
باهللا إن الشرك وإذ قال لقمان البنه وهويعظه يابـين التشرك )١٣لظلم عظيم(
نااإلنسان بوالديه محلته أمه وهنا علي وهن وفصاله يف ووصيـر( :٣١) ( لقمان : ١٤عامني أن اشكريل ولوالديك إيل املصيـ
١٤-١٣(Artinya: Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada
anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Haianakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benarkezaliman yang besar. “Dan kami perintahkankepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaanlemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalamdua tahun.Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua orang
28Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia,2014), 153.
37
ibu bapakmu, hanya kepada –kulah kembalimu (QS.Luqman (31): 13-14).29
3. Akhlak terhadap Keluarga
وإذ أخذنا ميثاق بين إسرائيل ال تـعبدون إال الله وبالوالدين إحسانا وذي القرىب واليتامى والمساكني وقولوا للناس حسنا
تم إال قليال منكم وأنـتم وأقيموا الصالة وآتوا الزكاة مث تـولي )٢:٨٣معرضون ( البقره :
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janjidari Bani Israil (yaitu): “janganlah kamu menyembahselain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa,kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”.(QS. Al-Baqarah (2): 83).30
4. Akhlak terhadap Orang Lain/Masyarakat
ر بـيوتكم حىت تستأنسوا يا أيـها الذين آمنوا ال تدخلوا بـيوتا غيـر ◌ وتسلموا على أهلها لكمخيـ لعلكم تذكرون ( النور : لكمذ
٢٤:٢٧(Artinya: (yaitu) orang-orang yang di wafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakaa(kepada mereka):“Salaamun’alaikum”, masuklah kamu
29 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,581.
30 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,15.
38
kedalam surga itu disebabkan apa yang telah kamukerjakan” (QS. An-Nur (24): 27).31
5. Akhlak Terhadap Lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan diantarnaya akhlak
kepada tumbuhan, hewan, benda-benda tidak bernyawa.
Dalam hal ini manusia tidak boleh membuat kerusakan
dimuka bumi.
ظهر الفساد يف البـر والبحر مبا كسبت أيدي الناس ليذيقهم )٣٠:٤١بـعض الذي عملوا لعلهم يـرجعون ( الروم :
Artinya: Telah nampak kerusakan didarat dan dilautdisebabkan karena perbuatan tangan manusia. (QS. Ar-Rum (30): 41).32
Dengan demikian, akhlak islam adalah akhlak yang
berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, maka akan bersifat
universal dan komprehensif, mudah dilakukan, bahkan slalu
mendapat pancaran ilahi.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa akhlak
adalah suatu sikap manusia disertai dengan niat yang tentram
31 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,496.
32 Hanun Asrohah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), Kementerian Agama Republik Indonesia,576.
39
dalam jiwa yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits. Jika
kehendak jiwa itu menimbulkan perbuatan-perbuatan dan
kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka disebut dengan akhlak
yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan
perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek,
maka disebut dengan akhlak yang tercela.
3. Pengertian Pembinaan Akhlak
Menurut para Ulama Islam yang cenderung untuk
mempelajari tentang akhlak, seperti Ibn Maskawaih, Ibnu
Sina dan Al-Ghazali, bahwa akhlak dapat dibentuk melalui
pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan
sungguh-sungguh. 33 Menurut Zakiah Daradjat pembinaan
akhlak diartikan sebagai upaya kontrol pribadi dan moral baik
melalui penglihatan, pendengaran dan pengalaman yang
diterimanya.34
Pembinaan yang dapat diberikan kepada siswa
diantaranya adalah pembinaan akhlak, yaitu menanamkan
33 Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: GhaliaIndonesia, 2014), 155.
34Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Untuk PerguruanTinggi Umum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 157.
40
bagaimana berperilaku, beretika atau sopan santun yang
baik. 35 Dengan pembinaan yang diberikan secara
berkelanjutan dan pengawasan yang dilakukan secara baik,
maka santri tersebut akan membiasakan dirinya untuk
melakukan hal-hal positif.
Pembinaan akhlak adalah usaha yang terstruktur dan
berkelanjutan guna melakukan bimbingan dan pengawasan
kepada siswa agar melakukan hal-hal yang baik sesuai nilai-
nilai kemuliaan ajaran islam, pembinaan akhlak terintegrasi
dengan pelaksanaan rukun iman. 36 Sehingga santri
merefleksikan nilai-nilai kemuliaan ajaran islam tersebut
melalui perilaku positif dan budi pekerti yang luhur, sehingga
tercipta ketentraman sosial sesuai norma yang telah disepakati
bersama. Pembinaan akhlak adalah upaya pengawasan atau
tindaka preventif serta upaya penanggulangan atau tindakan
35Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,2010), 66.
36Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2012),160.
41
kuratif perilaku individu agar tetap pada konsepsi kebenaran
(hal-hal baik dan berguna).37
Pembinaan akhlak dalam islam menurut Muhammad
Al-Ghazali yang dikutip oleh Aminuddin, telah terintegrasi
dalam rukun Islam yang lima. Disamping itu pembinaan
akhlak juga telah terintegrasi dalam rukun iman yang keenam.
Hal yang lebih penting dalam pembinaan akhlak adalah
pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung
secara terus menerus, karena akhlak yang baik tidak dapat
dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, tetapi
harus disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan
nyata.38
Pembinaan akhlak merupakan penuntun bagi umat
manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian yang
ditunjukan oleh Al-Qur’an dan hadist yang dibawakan oleh
Nabi Muhammad SAW.
37Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I: Mu’jizat Nabi, Karamah Walidan Ma’rifat Sufi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 57.
38 Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk PerguruanTinggi Umum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 156.
42
Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa pembinaan akhlak bagi setiap muslim adalah sebuah
kewajiban yang harus dilakukan terus-menerus. Baik dengan
cara melalui pembinaan orang lain maupun diri sendiri. Hidup
ditengah krisis akhlak sekarang ini, pembinaan akhlak
memang harus lebih gencar dilakukan. Banyak ilmuan yang
menyatakan bahwa berbagai kerusakan dan kejahatan yang
telah terjadi samapai saat ini akibat manusia tidak lagi
memegang dan mengamalkan akhlak yang baik, Ditambah
lagi kurangnya perhatian masyarakat Islam sendiri terhadap
pendidikan atau pembinaan akhlak.
4. Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan Pembinaan Akhlak pada Hakikatnya adalah
realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa
misi bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan di akhirat.
Menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui
latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan
indra. Tujuan akhir dari pendidikan Islam terletak dalam
43
realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik
secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat
manusia secara keeluruhannya.39
Pembinaan Akhlak juga bertujuan untuk menjadikan
peserta didik memiliki pribadi yang hanif dan berakhlak
mulia, melaksanakan ibadah wajib dan sunnah dengan penuh
kesadaran dan kecintaan, memiliki semangat untuk
memperbaiki diri dan orang lain, mampu mengembangkan
potensi diri dan bersimpati terhadap masalah umat islam.40
Dalam definisi yang telah para ahli paparkan penulis
berpendapat bahwa tujuan pembinaan akhlak yaitu untuk
menjadikan manusia menjadi lebih baik dan mempunyai
akhlak yang baik serta menanamkan ke imanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT. Serta selalu menjadikan Islam
sebagai Agama yang baik.
39M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara),28.
40 Ahmad Jubaedi, et. All, Ar-risalah Mentoring Handbook,(Bandung: Mec Publishing, 2008), 4.
44
C. Hakikat Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
“Pondok” secara etimologis berarti bangunan untuk
sementara, rumah, bangunan tempat tinggal yang berpetak-
petak yang berdinding bilik dan beratap rumbia dan madrasah
dan asrama (tempat mengaji atau belajar agama islam).41
Kata pesantren berasal dari akar kata “santri”, yaitu
istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu
agama di lembaga pendidikan Islam tradisional di Jawa. Kata
“santri” mendapat awalan “pe” dan “an”, yang berarti tempat
para santri menuntut ilmu.42
Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga yang
bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan
sisitem pendidikan nasional. Dari segi historis prsantren tidak
hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Sebab,
lembaga yang serupa pesantren ini sebenernya sudah ada
41Abdul Mughits, Kritik Nalar Fiqih Pesantren, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2008), 119.
42Hanun Asrohah, Pesantren di Jawa, (Rijal Roihan), 15.
45
sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga islam
tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan
yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan
peranan islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia.43
Menurut Johns, seperti dikutip oleh Zamakhsari
Dhofier, kata santri berasal dari bahasa Tamil sastri yang
berarti “guru mengajar”. Sedangkan menurut C.C. Berg,
sebagaimana dikutip oleh Dhofler, berasal dari bahasa India
shastri, yang berarti buku suci, buku-buku agama, atau buku-
buku tentang ilmu pengetahuan. Menurut Robson, kata santri
berasal dari bahsa Tamil santri yang diartikan orang yang
tinggal disebuah rumah miskin atau bangunan secara umum.44
Menurut Zuhairin dalam bukunya, Sejarah Pendidikan
Islam, memberikan definisi tentang pondok pesantren adalah
tempat murid-murid (disebut santri) mengaji agama islam dan
sekaligus di asramakan ditempat itu.45 Adapun menurut Ta’rif
memberikan definisi pondok pesantren adalah lembaga
43Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, (Jakarta: PT. DIANRAKYAT, 2010), 3.
44Hanun Asrohah, Pesantren di Jawa, (Rijal Roihan), 15.45 Mahpuddin Noor, Potret Dunia Pesantren, ( Bandung:
HUMANIORA, 2006), 17.
46
pendidikan islam yang minimal terdiri dari tiga unsur, yaitu:
kyai/ ustadz yang mendidik serta mengajar, masjid dan
pondok atau asrama. 46 Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya
Indonesia.
Pesantren (atau pondok, surau, dayah dan nama lain
sesuai daerahnya) bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan
Islam. Dan tradisi yang muncul itu hanya satu dari bererapa
aliran Islam Indonesia masa kini. Aliran-aliran modernis,
reformis dan fundamentalis yang pada mulanya muncul
sebagai penentang terhadap tradisi ini, dalam kadar tertentu
bahkan juga telah berkembang menjadi tradisi lain yang tidak
kalah kakunya. Perhatian saya dalam tulisan ini adalah pada
islam tradisional, meskipun pembatasan secara ketat untuk
tidak membicarakan beberapa kelompok terakhir yang
dengannya selalu terjadi interaksi tidak mungkin dapat
dilakukan, dan pada tahun-tahun terakhir ini terlihat adanya
konvergensi dengan kelompok-kelompok tersebut. Organisasi
46 Mahpuddin Noor, Potret Dunia Pesantren, ( Bandung:HUMANIORA, 2006), 19.
47
kaum reformis Muhammadiyah, misalnya, sekarang
mempunyai pesantren, dimana disamping ada kurikulum
sekolah, juga diajarkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab
(meskipun seleksi kitab-kitab klasiknya berbeda dengan
pesantren tradisional). Dihampir semua pesantren, pada sisi
lain, terjadi pergeseran penekanan dalam materi kitab-kitab
tradisional, yang tampaknya akibat pengaruh modernism.
Tafsir, hadist dan ushul fiqh mendapat perhatian lebih besar
dibandingkan seabad yang lalu, sebuah perkembangan yang
paralel dengan (dan mungkin sebagai respon atas) semboyan
kaum modernis “kembali kepada Al-Qur’an dan hadis”.47
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan
diatas tentang pondok pesantren, penulis menyimpulkan
bahwa pondok pesantren adalah tempat tinggal santri yang
mana didalamnya ada santri/santriawati belajar ilmu agama
atau menuntut ilmu dengan didamping oleh para kyai dan
ustadz agar umat manusia bisa mempunyai akhlak yang baik.
47 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren danTarekat, (Yogyakarta: Gading Publising, 2012), 85-86.
48
2. Model Pembelajaran Pesantren
Menurut pandangan Kyai Zarkasyi, pendiri PP
Gontor, metode pembelajaran di pesantren merupakan hal
yang setiap kali mengalami perkembangan dan perubahan
sesuai dengan penemuan metode yang lebih efektif dan
efisien untuk mengerjakan masing-masing cabang ilmu
pengetahuan. Meskipun demikian, dalam rentang waktu yang
panjang pesantren secara seragam mempergunakan meode
pengajaran yang telah lazim disebut dengan sorogan dan
bandongan (weton). Seperti telah disinggung bahwa sistem
pengajaran di pesantren khususnya di Jawa dan Madura rata-
rata menggunakan metode Sorogan dan Bandongan. Kedua
sistem itu digunakan setelah para santri dianggap telah
mampu membaca dengan lancar dan menguasai Al-Qur’an.
Pada awalnya sistem tradisional ini banyak dilakukan di
masjid, langgar, atau rumah-rumah kyai. Seorang murid
mendatangi seorang guru yang akan membacakan beberapa
kitab berbahasa Arab dan menerjemahkan ke dalam bahasa
Jawa. Setelah itu, murid atau santri mengulangi dan
49
menerjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang
dilakukan oleh seorang guru/kyai.48
Dalam metode bandongan atau weton ini, sekelompok
santri terdiri antara 5 sampai dengan 10 orang mendengarkan
seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan
dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab.
Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat
catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata
atau buah pikiran yang sulit unuk dipahami. Kelompok kelas
dari sistem bandongan ini disebut dengan halaqah yang secara
bahasa diartikan dengan lingkaran murid, sekelompok siswa
yang belajar dibawah bimbingan seorang guru. Sedangkan
metode sorogan, pada umumnya diberikan kepada para santri
yang baru masuk dan memerlukan bimbingan secara
individual.
Akan tetapi justru sistem sorogan inilah, yang paling
dianggap sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam
tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, ketekunan,
48 Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren, (IDR PRESS,2006), 40-41.
50
kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi santri atau murid.
Sistem sorogan ini dianggap telah terbukti secara efektif
sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita
menjadi ulama (alim). Sistem ini memungkinkan seorang kyai
atau guru mengawasi, mengontrol, menilai dan membimbing
secara maksimal kemampuan seorang murid dalam
menguasai bahasa Arab.
Menurut Nurcholis Madjid memberikan definisi
tentang metode weton, menurutnya weton adalah pengajian
yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri, baik dalam
menentukan empat, waktu maupn lebih-lebih lagi kitabnya.49
Menurut Zamakhsyari Dhofier juga memberikan
definisi tentang metode bandongan, menurutnya dalam sistem
ini sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang
membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali
mengulas buku-buku islam dalam bahasa Arab. Setiap murid
memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan
49 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah PotretPerjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), 98.
51
(baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah
pemikiran yang sulit.50
Dalam definisi yang telah para ahli paparkan penulis
berpendapat bahwa model pembelajaran pesantren yang
selama ini dilakukan atau dilaksanakan masih
mempergunakan meode pengajaran yang telah lazim disebut
dengan sorogan dan bandongan (weton).
3. Pola Pergaulan dalam Pesantren
Pergaulan bisa diibaratkan as core the pesantren.
Sebagaimana kita ketahui, pesantren merupakan tempat
berkumpulnya para santri. Jadi kalau kita berbicara mengenai
pola pergaulan di pesantren tentunya tidak bisa kita lepaskan
dari santri itu sendiri. Perkataan santri digunakan untuk
menunjuk pada golongan orang-orang islam di Jawa yang
memiliki kecenderungan lebih kuat pada ajaran-ajaran
agamanya, sedangkan untuk orang-orang yang lebih
mengutamakan tradisi kejawaannya biasanya disebut kaum
“abangan”.
50 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentengPandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S, 1985), 76.
52
Dalam pengajian biasanya kiai duduk ditempat yang
sedikit lebih tinggi dari para santri. Kiai tersebut duduk diatas
kursi yang dilandasi bantal dan para santri duduk
mengelilinginya. Dari sini terlihat bahwa para santri
diharapkan bersikap hormat dan sopan ketika mendengarkan
uraian-uraian yang disampaikan kiainya. Yang menarik
adalah metode yang digunakan oleh kiai dalam pengajian.
Sebagaimana kita ketahui kitab-kitab yang biasa diajarkan di
pesantren adalah berbahasa Arab. Sehingga yang namanya
ngaji adalah kegiatan mempelajari kitab bahasa Arab itu, dan
sering kita dengar dengan ungkapan “ngaji kitab”. Di
pesantren ini hanya buku-buku yang berbahasa Arab yang
disebut “kitab” sedangkan yang berbahasa selain Arab disebut
“buku”.
Kitab “Ta’lim-u ‘I-Muta’allim” karangan Syeikh al-
Zarnuji adalah salah satu dari sekian kitab yang sangat
mempengaruhi hubungan kiai-santri. Tidak diragukan lagi
bahwa setiap santri diharapkan memenuhi tuntunan kitab itu
dalam sikapnya terhadap kiai. Satu gambaran yang ideal
53
tentang ketaatan murid kepada guru dalam kitab “Ta’lim” itu
yang banyak diikuti dan diterangkan adalah yang berbunyi:
“Salah satu cara menghormati guru adalah hendaknya jangan
berjalan didepannya, jangan duduk didepannya, jangan
memulai pembicaraan kecuali dengan izinnya, jangan banyak
bicara didekatnya, jangan menanyakan sesuatu ketika sedang
kelelahan, dan menghormati guru adalah juga harus
menghormati anak-anaknya.51
4. Panca Jiwa Pondok Pesantren
Panca jiwa pondok adalah nilai-nilai yang melekat
dalam organisasi Pesantren. Khususnya para santri, Panca
Jiwa Pondok menjadi dasar cara berfikir, sikap mental dan
perilaku. Nilai-nilai itu meliputi: menjunjung tinggi
keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan
kebebasan.52
51 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah PotretPerjalanan, (Jakarta: PT. DIAN RAKYAT, 2010), 21-27 .
52Andy Dermawan, Internalisasi Core Values Panca Jiwa PondokSebagai Budaya Organisasi, Jurnal Membangun Profesional Keilmuan,(Tahun 2016), 238-241.
54
a. Menunjang tinggi ke ikhlasan
Kata ikhlas merupakan kunci semua aksi manusia
didalam menjalani proses kehidupan sehari-hari. Dalam
bahasa agama, kata ikhlas merupakan ujung tombak bagi
dilangsungkannya rangkaian ibadah (baik itu ibadah sosial
atau ibadah mahdhah) kepada Allah SWT. Santri dilatih
jiwa dan raga untuk ikhlas dipimpin oleh para mudabbir,
terutama kepengasuhan pondok. Ikhlasnya santriawati
dipimpin dengan menunjukkan ketaatan kita pada aturan
yang berlaku serta sikap disiplin.
b. Kesederhanaan
Kesederhanaan dalam konteks ini bukanlah dalam
keadaan “papa” atau seolah tidak butuh apa-apa atau tidak
punya apa-apa. Tetapi kesederhanaan disini adalah
perilaku hidup secara natural, wajar dan biasa-biasa saja.
Tidak berlebiha, berhambur-hamburan, norak dan
bermegah-megahan.
55
c. Berdikari
Berdikari disini memiliki arti kesanggupan untuk
hidup mandiri, artinya para santri mampu belajar dan
berlatih mengurus segala keperluan dan kepentingan
sendiri secara baik dan bertanggungjawab.
d. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah islamiyah disini memiliki pengertian
luas, diataranya memiliki makna bersamaan, kejujuran,
keterbukaan dan keikhlasan didalam menjalin hubungan
sosial yang harmonis, jauh dari hasrat dengki dan saling
menjatuhkan satu sama lainnya.
e. Kebebasan
Kebebasan dalam konteks ini bermakna bebas
bertanggungjawab. Bebas bukan berarti melakukan
keputusan tindakan menurut kehendaknya, tetapi
berdasarkan kesadaran yang menjadi pertimbanagan
utamanya. Bebas dalam menentukan masa depan, dalam
memilih jalan hidup ditengah masyarakat dan
bertanggung jawab, baik dalam kehidupan didalam
56
pondok maupun dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya.
Dalam definisi yang telah para ahli paparkan
penulis berpendapat bahwa panca jiwa pondok pesantren
berkaitan erat dengan pembelajaran yang dilakukan di
pondok pesantren umum lainnya yang mana santri
diajarkan untuk ikhlas, jujur, disiplin, bertanggung jawab
dan bekerja keras.
Top Related