5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan tenis
dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara memukul bola
dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis pukulan yang harus
dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatatak bahwa “dalam olahraga tenis ada tiga jenis
pukulan yakni: groundstroke, volley, dan overhead stroke”.
1. Hakikat Permainan Tenis
Tenis lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan
banyak digemari oleh kalangan masyarakat menengah ke atas. Permainan tenis
lapangan dapat dilakukan dan dinikmati oleh berbagai usia dan jenis kelamin.
Teknik pukulan bola adalah dasar yang harus dimiliki oleh pemain tenis. Pukulan-
pukulan dalam permainan tenis digolongkan menjadi tiga, yaitu: Ground stroke,
Volleys, dan Overhead Stroke (Yudoprasetio, 1981: 43). Pukulan groundstroke
dapat dibedakan lagi menjadi beberapa antara lain: Forehand Drive, Drop Shot,
Backhand Drive, Half Volley, (Scharff, 1981: 24).
Salah satu pukulan drive yang paling mudah dipelajari dan sering dilakukan
oleh petenis adalah forehand drive (Mottram, 1996: 37; Brown, 1996: 31). Hal ini
karena dengan pukulan pola forehand pemain relatif mudah untuk mengembalikan
bola karena kondisi raket bebas dari tubuh. Forehand merupakan pukulan yang
ayunannya dari belakang badan menuju depan dan bagian depan raket atau telapak
tangan kita berhadapan dengan bola. Pukulan forehand selalu digunakan sebagai
senjata utama pemain tenis dan pukulan forehand lebih keras dibandingkan dengan
pukulan backhand, selain itu setengah dari seluruh pukulan tenis lapangan adalah
forehand (Brown, 2007: 31; Handoyo, 2002: 20). Tidak menutup kemungkinan
pukulan forehand drive lebih dominan digunakan dalam permainan maupun
pertandingan tenis.
6
1) Teknik Permainan Tenis Lapangan
Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan
tenis dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara
memukul bola dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis
pukulan yang harus dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatakan bahwa dalam
olahraga tenis ada tiga jenis pukulan yakni: groundstroke, volley,dan overhead
stroke. Dari ketiga jenis pukulan tersebut di dalamnya ada pukulan-pukulan
yang termasuk groundstroke, volley, dan overhead stroke. Ketiga jenis pukulan
(ground stroke, volley, dan overhead stroke) merupakan tiga perempat yang
menjadi dasar untuk mencapai nilai kemenangan. Seorang petenis akan bermain
baik jika dia menguasai teknik yang baik.
a. Pengertian Forehand Drive
Forehand drive adalah mengembalikan bola pada sisi badan sebelah
raket (sebelah kanan pada orang normal dan sebelah kiri pada orang yang
kidal), setelah bola memantul sekali (Yudoprasetio, 1981: 59; Scharff, 1981:
24). Pukulan forehand drive adalah pukulan yang paling penting bagi
seorang petenis (Scharff, 1981: 24). Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa forehand drive adalah suatu pukulan dalam permainan
tenis lapangan yang dilakukan dalam swing atau ayunan kesamping kanan
secara penuh, kemudian dengan raket diayunkan ke samping badan lalu
diayunkan ke depan untuk memukul bola secara datar di atas net setelah bola
memantul sekali di lapangan.
2) Macam-Macam Pegangan Raket
Sejak tenis mulai diperkenalkan kepada umum, cara-cara pemain
memegang raketnya diperhatikan dan akhirnya diketahui, bahwa garis besarnya
ada tiga cara memegang raket, yakni cara memegang di Amerika bagian timur
(eastern grip), cara memegang di Amerika bagian barat (western grip), dan cara
memegang di Eropa (continental grip) (Loman, 2008: 22-23; Scharff 1981: 24).
Dalam penelitian ini pegangan yang digunakan untuk melakukan pukulan
7
forehand drive adalah Pegangan eastern (Eastern Grip), sebab pegangan
tersebut mempunyai keuntungan yaitu dapat dengan mudah melakukan pukulan
forehand, karena dalam permainan tenis pegangan inilah yang paling mudah
digunakan.
a. Cara Melakukan Teknik Pegangan Eastern
Cara melakukan teknik pegangan Eastern untuk pukulan forehand
sangat dianjurkan bagi para pemula. Hal ini cocok untuk pukulan tinggi,
setinggi pinggang atau pukulan-pukulan rendah (Scharff,1981: 24). Eastern
grip diperoleh dengan memegang leher (throat) dari raket dengan tangan kiri
dan merentangkannya ke depan badan dengan pangkal gagang ke jurusan
anda. Permukaan raket harus membentuk sudut siku-siku dengan tanah.
Peganglah raket dengan tangan kanan, sehingga ruas belakang dari ibu jari
berada dibagian atas dari raket. Ini berarti, bahwa letak telunjuk dan ibu jari
berada pada bagian atas dari bidang rata dari gagang. Ibu jari membalut
gagang, sedangkan jari-jari lain berada pada gagang. Telapak tangan harus
dekat pada bidang yang rata dari gagang itu. Seumpama kita berjabat tangan
dengan raket itu. Orang yang kidal seperti demikian juga, hanya raket
dipegang dengan tangan kanan, sedangkan gagangnya digenggam dengan
tangan kiri (Scharff, 1981: 24).
Gambar 2.1. Pegangan Eastern dilihat dari Samping (Scharff, 1981: 25).
8
Gambar 2.2.Pegangan Eastern dilihat dari Atas (Scharff, 1981: 25).
3) Macam Pukulan Forehand Drive
Tiga jenis forehand drive berkenaan dengan spin atau putaran: a)
Forehand flat-drive, b) Forehand topspin-drive, c) Forehand sliced-drive
(Katilli, 1948: 40).
a. Forehand Flat-Drive
Forehand Flat-Drive adalah pukulan forehand drive pada bola yang
mengandung sedikit top spin atau back spin. Bola yang dipukul dengan
teknik forehand flat drive, melayang dengan lurus, cepat serta tajam seolah-
olah rata dengan tanah. Cara melakukan forehand flat drive adalah ayunkan
raket lurus ke belakang, kemudian ke muka atau kearah bola tanpa membuat
lengkung yang berarti. Kaki kiri ke depan dan bahu miring kejaring, mata
mengawasi kearah bola dapat dilihat pada gambar 2.3 (Katilli, 1948: 40).
9
Gambar 2.3. Forehand Flat- Drive (Katilli, 1948: 40).
b. Forehand Topspin-Drive
Pelaksanaan teknik forehand topspin-drive ini bola dipukul ke atas
raketnya mengenai bola dibawah garis tengahnya sehingga akan
menghasilkan putaran bola kedepan (overspin). Kelebihan bola dipukul
dengan menggunakan dengan teknik forehand topspin-drive ini adalah hasil
bola yang dipukul lebih condong untuk jatuh ke tanah lebih cepat dari bola
tanpa spin. Oleh karena itu, maka forehand topspin–drive merupakan
“passing shot” yaitu pukulan yang dapat melewati penyerang jaring. Hal ini
disebabkan karena cepatnya bola menukik ke bawah akan mengakibatkan
lawan yang akan melakukan volli terhadap bola terpaksa memukul bola yang
rendah dan vollinya akan naik keatas (Katilli, 1948: 42).
Permukan raket terhadap bola betul-betul menghasilkan putaran ke
depan (overspin), maka forward swing harus dilakukan dari bawah ke atas
terhadap bola. Oleh karena itu, raket memukul bola harus dari tinggi bola
(ball level), yaitu titik pantulan tertinggi dari bola setelah memukul di
lapangan. Backswing bisa dilakukan tinggi, tetapi dalam hal ini pemain harus
10
membiasakan diri dengan swing melingkar sehingga raket akan berada di
bawah tinggi bola tepat sebelum kontak dengan bola. Permukaan raket bisa
terbuka membentuk sudut 45ᵒ atau tegak lurus terhadap tanah (lapangan),
akan tetapi kalau permukaan raket terlalu tertutup bola akan terlalu pendek
jatuhnya atau menyentuh net. Kalau permukaan raket terlalu terbuka, pemain
harus menggunakan ayunan raket untuk menghasilkan topspin yang
berlebihan untuk menjaga agar bola masuk dalam lapangan dapat dilihat
pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Forehand Topspin-Drive (Katilli, 1948: 44).
c. Forehand Sliced-Drive
Forehand slice-drive ini senar raket menggesek bola dari tengahnya
kebawah. Backswing pada forehand sliced-drive lebih tinggi dari pada
backswing pada forehand topspin-drive atau forehand flat-drive. Permukaan
raket terbuka, dalam posisi ini raket diayunkan kemuka pada forward swing
dan memukul bola ke bawah pada belakang bawahnya. Gerak raket ini
mengakibatkan putaran ke belakang dan menyebabkan bola mengambang di
udara lebih lama dari pada forehand topspin flat-drive. Karena bola
melayang di udara lebih lama atau lambat, maka pukulan forehand sliced-
11
drive mudah divolli oleh lawan. Oleh sebab itu, kalau lawan sudah tertarik
ke kanan, ke kiri atau dia tidak menduganya, pukulan forehand sliced-drive
kurang membawa hasil passing shot (Katilli, 1948: 46).
4) Teknik Pukulan Forehand Drive dilihat dari Biomekanika
Teknik pukulan forehand drive yang baik diperlukan teknik-teknik
pukulan yang benar. Menurut Scharff (1981: 29) forehand taraf pemulan dibagi
atas lima bagian : 1) Cara berdiri, 2) Ayunan kebelakang, 3) Ayunan depan, 4)
Saat pukulan, dan 5) Gerakan lanjutan. Setiap tahap sama pentingnya untuk
memperoleh pukulan yang keras dan berirama. Pukulan dari awal sampai akhir
harus lancar dan merupakan koordinasi dari gerak kaki, gerak badan, dan gerak
lengan, disebut koordinasi karena sulit untuk memukul tanpa gerak kaki yang
baik, sedangkan pukulan yang dilakukan dengan lengan saja akan kekurangan
tenaga dan kekuatan yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, maka akan
diuraikan kelima hal tersebut di atas sebagai berikut:
a. Posisi Siap (Ready Position)
Sebelum mampu mengeksekusi pukulan forehand yang pertama
harus mampu bergerak dari posisi siap. Beberapa cara untuk melakukan
pukulan forehand. Pada saat ini hanya sekilas penampilan akan diambil pada
bagaimana ketika bergerak keluar dari posisi siap ke posisi sikap menghadap
samping untuk mengeksekusi pukulan forehand (Yessis, 2000: 25).
Dalam posisi siap posisi badan menghadap ke depan dengan kedua
kaki di buka selebar bahu, tungkai sedikit ditekuk, badan condong ke depan
sekitar 20°-30°, sikap ini bertujuan untuk siap bergerak ke segala arah
dengan berat badan merata pada kedua kaki untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2.5 (Yessis, 2000: 25).
12
Gambar 2.5. Posisi Siap (Ready Position) (Yessis, 2000:25).
Untuk perpindah dari sikap siap menghadap depan ke posisi
menghadap samping saat bola dipukul yang harus terlebih dahulu menggeser
adalah kaki kiri ke depan dengan berat badan berada di kaki kanan yang
berada di belakang.
b. Ayunan ke Belakang (Backswing)
Ayunan ke belakang merupakan faktor kunci dari keberhasilan dalam
tenis, banyak pemain tenis amatir menghabiskan banyak waktu dan usaha
penyempurnaan mekanika pukulan tenis mereka berharap untuk membuat
lebih akurat, konsistensi, dan kekuatan dalam ayunan. Untuk mencapai
tujuan tersebut secara efektif aspek independen teknik perlu ditangani,
termasuk membentuk pegangan raket yang benar, waktu menembak,
posisibiomekanika tubuh dan ayunan lanjutan (Philip Kelly and Noel E.
O’Connor: nd).
Masuk ke posisi sikap tertutup dari posisi siap dijelaskan dalam
gambaran umum dari forehand diperlukan seluruh tubuh berubah ke posisi
menghadap samping. Ketika melakukan posisi menghadap samping diikuti
juga mulai backswing. Lihat bingkai 2-5 untuk pukulan penuh pada gambar
13
2.6 dapat melihat bagaimana raket dibawa kebelakang tubuh masuk ke rotasi
untuk mencapai sikap tertutup (Yessis, 2000:41).
Gambar 2.6. Ayunan ke Belakang (Backswing), Yessis, 2000: 41).
Ketika mengubah tubuh berat badan harus bergeser ke kaki kanan
(belakang). Untuk memperoleh kekuatan yang lebih besar gerakan yang
harus dilakukan adalah memposisikan pinggang kanan tepat di atas kaki
kanan diakhir ayunan ke belakang (backswing). Ini berarti bahwa semua
berat badan di kaki belakang (kanan) dan berada dalam posisi yang baik
untuk memindahkan berat badan ke kaki depan (kiri) untuk memulai
pukulan (Yessis, 2000: 41-42). Lihat pada gambar 2.7 dan 2.8 bagaimana
penempatan pinggang yang baik (bingkai 5 dan 8 untuk ayunan penuh).
14
Gambar 2.7. Bagaimana Pinggang Telah Bergeser dari Kaki Belakang
ke Kaki Depan (Yessis, 2000: 42).
Gambar 2.8. Penempatan Pinggang Yang Baik
(Yessis, 2000: 42).
15
Pergerakan pinggang berputar ke belakang dan berat badan
menggeser ke kaki belakang juga membawa pergerakan lengan dengan raket
ke belakang dalam gerakan bersama yang dikenal sebagai bahu abduksi
horisontal dapat dilihat pada gambar 2.8 (Yessis, 2000: 42). Pada dasarnya
lengan bergerak tegak lurus dengan tubuh dari depan ke belakang. Otot-otot
yang terlibat dalam aksi ini termasuk deltoid posterior, teres minor, dan
infraspinatus. Mereka bertanggung jawab untuk membawa lengan bergerak
ke belakang, sementara trapezius tengah dan otot-otot rhomboid menarik
skapula di arah tulang belakang untuk memindahkan sendi bahu ke
belakang. Tindakan scapula ini memungkinkan untuk berbagai macam
gerakan lengan ke belakang (Yessis, 2000: 42-43).
Tindakan ini terjadi karena menempatkan pectoralis deltoid utama,
anterior otot-otot dada dan masing-masing bahu depan pada peregangan, ini
adalah otot-otot yang akan menarik lengan ke depan ketika kontraksi secara
konsentris. Pada peregangan otot-otot akan berkontraksi dengan kekuatan
yang lebih besar atau bahkan eksplosif jika digerakan dengan kecepatan
yang cukup (Yessis, 2000: 43).
c. Saat Perkenaan Raket Dengan Bola (Impact) Untuk Sikap Tertutup
Saat lengan bergerak ke belakang dan mendekati posisi akhir untuk
memulai pergeseran berat badan ke depan dan melangkah menuju bola.
Pergeseran berat badan ke depan harus terjadi pada dasarnya melalui
gerakan panggul ke depan melalui kontraksi gluteus medius dan minimus di
sendi pinggang kanan dapat dilihat pada gambar 2.9 (Yessis, 2000: 43).
16
Gambar 2.9. Saat Perkenaan Raket dengan Bola (Impact)
Sikap Tertutup (Yessis, 2000: 43).
Sebagaimana pinggang bergerak maju bersama dengan tubuh, selain
itu melangkah maju dengan kaki kiri menuju bola. Jika langkah ini tidak
diambil maka setidaknya berat badan telah bergeser ke depan untuk
menciptakan lebih banyak kekuatan (Yessis, 2000: 43). Dalam gambar 2.10
dapat dilihat bagaimana pinggang telah jauh bergerak maju.
Gambar 2.10. Bagaimana Pinggang Telah Jauh Bergerak Maju
(Yessis, 2000: 44).
17
Gerakan maju dari kaki kiri dimungkinkan oleh kontraksi konsentris
otot pinggang, dan abduktor disendi pinggang kiri (gluteus medius dan
minimus). Hal ini menduga dengan melangkah maju ke samping ke arah
target (bola). Jika melangkah ke samping juga akan melibatkan sendi otot
pinggang fleksor. Dengan abduktor sendi pinggang memutar berperan
penting tidak hanya dalam tindakan pergeseran berat badan tetapi dalam
semua gerakan kaki di sisi lapangan. Setelah melangkah keluar dan ke depan
(kaki kiri) kaki ditempatkan di lapangan sebagian besar berat badan
kemudian bergeser ke kaki depan.
d. Saat Perkenaan Raket Dengan Bola (Impact) Sikap Terbuka
pukulan forehand sikap terbuka pada dasarnya adalah sama dengan
sikap tertutu hanya saja tidak ada pergeseran berat ke depan, tidak ada rotasi
pinggang. Hal ini menghemat waktu jika bola dipukul kembali dengan
begitu cepat, sehingga tidak memungkin lagi untuk masuk ke sikap tertutup.
Namun sikap terbuka tidak mendapatkan kekuatan dan akurasi dengan tetap,
karena pukulan tanpa beberapa tindakan penting yang menghasilkan
kekuatan terutama pergeseran berat badan dan rotasi sendi pinggang (Yessis,
2000: 53).
Pada gambar 2.11 dan 2.12 pemain memiliki sikap terbuka dan
sebagai mana bola mendekat dan mereka mulai backswing dengan cara
hanya memutar bahu ke belakang dalam rangka untuk mendapatkan rotasi
bahu penuh guna mengambil putar. Posisi kaki kanan ke samping sehingga
mampu berputar tidak hanya bahu tapi juga pinggang ke belakang. Hal ini
hampir sama dengan apa yang terjadi di sikap tertutup, tapi hal ini tanpa
pergeseran berat untuk memulai membangun kekuatan dan mengatasi rotasi.
Ketika mengubah kaki kanan berat badan juga bergeser ke kaki kanan
sehingga ini menjadi sumbu rotasi yang memungkinkan kaki kiri menjadi
tidak tertimbang. Lengan tidak dibawa jauh ke belakang seperti sikap
tertutup, akan tetapi sangat dekat dengan badan (Yessis, 2000: 54).
18
Gambar 2.11. Memutar Bahu ke Belakang, (Yessis, 2000: 54)
Gambar 2.12. Memutar Bahu ke Belakang (Yessis, 2000: 54).
Pemain dengan sikap terbuka hanya mengandalkan rotasi bahu
bersama-sama dengan ayunan lengan untuk menghasilkan gaya ke depan.
Sebagian besar gaya lengan ini seperti dapat dilihat pada gambar 2.13 dan
gambar 2.14, dimana terdapat lengan di depan bahu (Yessis, 2000: 53).
19
Seluruh lengan dan raket lebih maju ke depan dari pada bahu yang belum
mencapai posisi depan. Jadi bahu tidak mungkin memberikan banyak
kekuatan dalam pukulan. Untuk melakukan hal ini harus mendahului
tindakan lengan dan diakhiri dengan menghadap depan pada saat posisi
pergerakan lengan berlangsung. Sebaliknya pemain menggunakan lengan
utama dan lengannya menarik sekitar bahu dapat dilihat pada gambar 2.13
dan 2.14 terutama pada bingkai 7 dan 10.
Gambar 2.13. Pemain Mengandalkan Rotasi Bahu
(Yessis, 2000: 55)
20
Gambar 2.14. Pemain Mengandalkan Rotasi Bahu
(Yessis, 2000: 55)
Dalam kedua pemain melihat bahwa sebagai mana lengan dan raket
akan dibawa melalui lintasan kontak antara raket dengan bola. Pergelangan
tangan tetap santai untuk memastikan posisi muka raket tegak lurus pada
saat yang tepat untuk kontak (impact) dapat dilihat pada gambar 2.13
bingkai 9 dan gambar 2.14 bingkai 11. Tindakan pergelangan tangan
kemudian mengambil dengan beberapa fleksi dalam tindak lanjut (Yessis,
2000: 56).
Pada saat yang tepat dari kontak, dada berada dalam posisi
menghadap ke depan seperti halnya pinggang. Kebanyakan orang melihat ini
pada saat kontak dan meyakinkan bahwa pemain tidak pernah berputar dan
hanya tetap dalam posisi terbuka sambil memukul. Tapi sebagai mana
adanya untuk melihat ada 90° penuh dalam rotasi ini dan sikap terbuka
lainnya untuk menciptakan gaya yang dibutuhkan untuk memukul bola
dengan kekuatan yang cukup (Yessis, 2000:56).
e. Ayunan Lanjutan (Follow Through)
Setelah kontak, lengan dan raket terus bergerak maju disekitar tubuh
untuk membantu menghilangkan gaya. Setelah lengan, rotasi bahu
21
mengambil alih kemudia diikuti oleh rotasi pinggang dan langkah maju atau
geser ke depan dengan kaki belakang (kaki kanan) untuk mengambil
kembali posisi siap (ready position). Selain itu lengan membungkuk di siku
untuk memperpendek radius rotasi dan untuk menghilangkan gaya dapat
dilihat pada gambar 2.15 ini tidak tergantung seberapa kuat ayunan dan jenis
pukulan yang dijalankan yaitu topspin atau flat. Semakin besar kekuatan
yang dihasilkan, maka semakin lama ayunan lanjutannya. Meskipun bola
sudah dalam perjalanan dan tidak dapat mengubah jalur bola tindak lanjut
masih memainkan peran penting (Yessis, 2000:52).
Gambar 2.15. Menekuk Siku Selama Ayunan Lanjutan
(Follow Through), (Yessis, 2000: 52)
2. Latihan
Latihan adalah proses yang sintematis dari pada berlatih atau bekerja secara
berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan
(Harsono, 1982: 27). Setiap pelaksanaan gerak teknik dalam cabang olahraga
memerlukan keterampilan yang baik. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang
22
dalam mempergunakan pengetahuannya secara efektif untuk menampilkan gerak.
Keterampilan yang didemonstrasikan dalam penampilan merupakan pertanda dari
segala sesuatu yang telah dipelajari (Singer, 1980: 29). Untuk dapat menguasai
keterampilan, khususnya teknik forehand drive diperlukan suatu proses latihan yang
didukung oleh pengalaman gerak-gerak yang dimiliki sebelumnya. Tanpa adanya
proses latihan serta pengalaman, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam
mempraktekkan satu keterampilan gerak dikarenakan belum mempunyai gambaran
gerak atau rencana pelaksanaan gerak. Untuk itu latihan keterampilan gerak harus
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Agar mendapatkan hasil latihan yang efektif dan efisien, maka dalam proses
latihan perlu disertai dengan bimbingan dan evaluasi terhadap kesalahan yang
dilakukan serta diberitahukan cara-cara melakukan gerakan dengan benar. Dengan
demikian siswa selalu dalam keadaan terkontrol sehingga mengetahui apa dan
bagaimana seharusnya satu keterampilan gerak yang harus dilakukan. Andaikan terjadi
kesalahan gerak tidak segera dibetulkan akan tersimpan dalam memori siswa latih
suatu gerak yang salah. Hal ini merugikansiswa karena menghambat penguasaan
keterampilan gerak yang benar.
Belajar adalah bagian dari pengalaman dan sebagai fungsi dari perkembangan
(Keogh, 1985: 40). Grace, 1983: 41; Winkel, 1996: 42; Gagne 1985: 47,
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses aktivitas mental (psikis), yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang merupakan proses perubahan individu
sebagai hasil dari pengalaman dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
sikap melalui aktivitas yang berulang-ulang. latihan merupakan proses bertambahnya
perubahan yang relatif permanen meliputi pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi,
kemampuan, dan keterampilan individu melalui pengalamannya. Latihan dapat juga
didefinisikan sebagai suatu perubahan keadaan internal individu sebagai hasil dari
instruksi, pengalaman, belajar, dan latihan. Perubahan internal tersebut tidak dapat
dilihat, tetapi dapat diduga dari perilaku atau penampilan (Deborah, 1995: 43).
Awan, (2010: 10-22); Schmidt (1988:46) mendefinisikan belajar sebagai suatu
proses perolehan kapabilitas untuk menghasilkan keterampilan gerak, yang terjadinya
23
sebagai hasil langsung dari latihan atau pengalaman dan prosesnya tidak dapat diamati
secara langsung, serta diperkirakan menghasilkan perubahan yang relatif permanen
pada kemampuan perilaku keterampilan. Belajar atau latihan sebagai suatu usaha untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah konsisten melalui pengalaman
individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Untuk itu terjadinya proses belajar
karena ada usaha atau aktivitas tertentu dari individu dalam kaitannya dengan belajar
dan perubahan tingkah laku.
Belajar dapat terjadi jika individu secara terus menerus melakukan sesuatu
setiap hari akan menambah pengetahuan atau kapabilitas (Schmidt, 1988: 48). Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan hasil dari belajar atau latihan yaitu
terjadinya perubahan dapat dikarenakan adanya peningkatan kapabilitas, keterampilan,
perubahan disposisi tentang sikap, minat atau nilai yang bersifat permanen. Belajar
atau latihan dapat dilihat sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan
tingkah laku ke arah yang konsisten sebagai pengalaman dari interaksi individu dengan
lingkungannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa proses belajar atau latihan
ditunjukkan dengan adanya usaha atau kegiatan tertentu untuk mencapai perubahan
pada diri individu.
Seperti telah dikemukakan oleh beberapa ahli perubahan yang terjadi pada
individu peserta belajar atau latihan sebagai hasil dari proses belajar atau latihan
sifatnya relatif permanen. Adapun yang dimaksud dengan hasil perubahan yang
bersifat relatif permanen diantaranya mencakup hal-hal seperti pengertian, sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan. Belajar atau latihan
keterampilan gerak akan menghasilkan satu perubahan perilaku yang akan nampak
sebagai hasil belajar atau latihan terutama pada perubahan keterampilan. Perubahan
individu sebagai hasil latihan keterampilan gerak antara lain ditandai dengan terjadinya
perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot. Pada sistem syaraf, individu akan lebih
mengenal terhadap bentuk-bentuk stimulus yang serupa dengan yang pernah diterima
selama proses belajar atau latihan. Kondisi tersebut akan memudahkan dan
mempercepat individu dalam merespon setiap stimulus yang sama atau hampir sama.
24
Dalam proses belajar keterampilan gerak, keadaan tersebut dikenal dengan
istilah carry over. Sedangkan perubahan pada sistem otot diantaranya akan menjadi
lebih kuat, tahan, dan cepat dalam merespons setiap stimulus yang berupa gerak.
Dengan adanya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot individu sebagai akibat
dari latihan, maka dalam belajar atau latihan keterampilan gerak terjadinya perubahan
akan lebih permanen bila dibandingkan dengan belajar yang bukan keterampilan gerak
(Miguel et al., 1998: 51). Artinya, individu yang pernah belajar atau latihan satu
keterampilan gerak akan membekas lebih lama daripada belajar yang non keterampilan
gerak. Latihan meningkatkan kemampuan untuk penampilan (performance), perubahan
hasil beiajar dapat diamati dari penampilan (performance) sebagai kesimpulan bahwa
telah terjadi proses belajar terutama belajar gerak yang peningkatannya melalui latihan.
Dengan demikian hasil belajar atau latihan yang bersifat (psikomotor) akan membekas
lebih lama daripada hasil belajar yang bersifat kognitif.
Menurut Beckett dalam Awan (2010: 10-22) kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran yang berbeda akan menghasilkan
kemampuan yang berbeda pula pada siswa. Selain itu tidak ada satu pendekatan
melatih yang paling mujarab. Pendekatan pembelajaran atau latihan yang efektif
merupakan perpaduan dari seni dan ilmu yang memerlukan perencanaan intensif dan
kemampuan pelatih dalam mengembangkannya sesuai dengan perubahan situasi.
Sesuai dengan pendapat Awan, (2010: 10-22) bahwa dalam proses pendidikan olahraga
tidak memiliki satu metode yang spesifik. Oleh karena itu, bagi guru atau pelatih
pendekatan latihan merupakan petunjuk strategi mengajar atau melatih yang didesain
dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran ata atihan.
Tujuan utama dalam latihan adalah untuk memperbaiki prestasi maupun
keterampilan gerak. Menurut Bompa (1990: 30) tujuan latihan adalah untuk mencapai
dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh, untuk menjamin dan
memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah
ditentukan untuk membentuk dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih.
Lardner (2003: 153-159) ada beberapa jenis latihan untuk mempersiapkan seorang
25
petenis, yaitu: lari, lompat tali, latihan perut, latihan kaki, latihan tungkai, latihan
pergelangan tangan, jari, dan lengan bawah.
1) Metode Latihan
Penampilan keterampilan gerak melalui proses pembelajaran maupun latihan
dapat bersifat positif maupun negatif. Arti positif adalah keterampilan gerak yang
dimiliki akan bertambah baik dan benar. Sebaliknya yang negatif adalah
keterampilan gerak yang dimiliki tidak bertambah baik dan tidak benar. Hal ini
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses latihan tidak
mendapatkan koreksi dan bimbingan tentang gerak yang baik dan benar. Oleh
karena itu diperlukan evaluasi dan bimbingan.
Meningkatkan prestasi petenis dibutuhkan pengetahuan khusus tentang
metode-metode latihan. Karena metode melatih merupakan kunci keberhasilan
seorang pelatih dalam meningkatkan prestasi petenis. Harsono (1993: 3) metode
kepelatihan adalah suatu ilmu yang mempelajari masalah cara-cara berlatih dan
melatih yang bersifat meningkatkan kualitas petenis dalam rangka mencapai prestasi
prima dan kemandirian. Menurut Suharno (1993: 6) ada beberapa azas dalam
berlatih dan melatih yaitu antara lain: 1) Motivasi adalah dorongan baik dari dalam
maupun dari luar untuk mencapai cita-cita juara petenis dalam proses pelatihan, 2)
Minat adalah perhatian, kosentrasi, dan semangat tinggi dalam proses pelatihan, 3)
Peragaan adalah ketrampilan olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila benar-
benar diragakan atau dipraktikkan dilapangan, gerak dari yang mudah ke arah yang
sukar, berlatih dari gerak yang sederhana kearah gerak yang komplek, 4) Ulangan
adalah untuk mencapai gerak otomatis yang benar, perlu frekuensi gerak sebanyak-
banyaknya dilapangan.
Melatih teknik pukulan forehand drive diperlukan banyak latihan secara
efektif dan kontinu. Prestasi petenis akan menurun lagi apabila beban menjadi
ringan dan latihan tidak kontinu (Harsono, 1982: 10). Meningkatkan teknik
forehand drive dapat dilakukan dengan pendekatan latihan dengan sikap tertutup
dan terbuka. Disamping itu untuk melatih teknik diperlukan cara-cara khusus
antara lain: 1) melatih gerak tenik secara keseluruhan dan kasar, 2) melatih gerak-
26
gerak bagian dengan teliti dan benar, 3) melatih gerak keseluruhan secara cermat
dengan menitik beratkan kunci-kunci gerak yang dapat menjamin kebenaran
gerak, 4) Mengotomatisasi gerak yang benar secara keseluruhan dengan jalan
melakukan sebanyak mukin frekuensinya, 5) Dicobakan atau dipraktikkan dalam
permainan dengan pengontrolan secara cermat, 6) Penyempurnaan kesalahan-
kesalahan yang terdapat saat bermain atau bertanding, 7) Evaluasi hasil gerak
ketrampilan yang menjadi tujuan latihan (Harsono, 1982: 69).
2) Durasi Latihan
Durasi latihan menurut Djoko Pekik (2004: 21) durasi latihan atau time
adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih. Sedangkan menurut
Sharkey yang dikutip Suharjana (2007: 16) durasi menunjuk pada lama waktu
yang digunakan untuk latihan. Adapun lamanya latihan dalam penelitian ini adalah
6 minggu hal ini mengacu pendapat Sajoto (1988: 209) lamanya latihan adalah 6
minggu atau lebih.
3. Pendekatan Latihan Forehand Drive
Pendekatan latihan dapat dikatakan sebagai suatu cara yang digunakan dalam
menyajikan pelatihan untuk tercapai suatu tujuan dalam latihan. Dengan kata lain
pendekatan merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses latihan sehingga tujuan
dapat tercapai (Awan, 2010). Dengan demikian pendekatan latihan adalah suatu cara
yang sistematis yang diterapkan dalam proses latihan untuk mencapai tujuan berupa
keterampilan gerak yang efektif dan efisien harus sesuai dengan kaidah biomekanika.
Dua isu biomekanika yang berkaitan dengan persiapan untuk sikap siap dalam
pukulan tenis, kesiapan sebuah sikap siap yang baik atau langkah yang tepat
mengambil peran penting karena memungkinkan pemain untuk bergerak cepat untuk
mengantisipasi tembakan lawan (Paul, 2013). Untuk menentukan langkah membuthkan
waktu yang singkat bertepatan dengan lawan memukul bola. Langkah ini melibatkan
fleksi lutut diikuti oleh gerak ekstensi pada lutut. Dengan menggunakan langkah split
bermanfaat bagi pemain untuk memperpendek peregangan, dengan menggunakan
27
langkah split pemain mampu meningkatkan kecepatan gerakan sekitar 15-20% (Paul,
2013; Knudson: 1990; 6: 415-421).
Sebagian banyak kekuatan yang digunakan untuk memukul bola ditransfer
melalui tubuh ke lengan dan raket, cara pemain menempatkan kaki akan
mempengaruhi bagaimana gaya yang dihasilkan dan kekuatan yang ditransfernya
(Paul, 2013). Posisi kaki untuk kedua sikap dapat dilihat pada gambar 2.16
Gambar 2.16. Posisi Kaki Untuk Sikap Terbuka (A), dan Sikap Tertutup (C).
Dimodifikasi dari Paul Sandamas, 2013.
Selama proses latihan, ketepatan pelatih dalam menerapkan metode latihan
sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya,
penggunaan metode latihan harus disesuaikan dengan kondisi anak latih dan ligkungan
yang dapat mempengaruhi proses latihan. Beberapa pendekatan yang biasa digunakan
selama dalam proses latihan khususnya kemampuan forehand drive adalah pendekatan
latihan dengan sikap tertutup dan dengan sikap terbuka.
1) Latihan Forehand Drive dengan Sikap Tertutup
Forehand sikap tertutup dapat digambarkan seperti forehand tradisional
bertentangan dengan sikap forehand modern (Crespo dan Reid 2001: 149). Untuk
28
melakukan forehand, langkah pemain mengambil salah satu kaki di belakang dan
salah satu kaki mengambil langkah kedepan menuju bola dengan demikian
menempatkan panggul dan kaki mereka tegak lurus terhadap arah yang dituju.
Gerakan ini mentransfer berat badan mereka dari kaki belakang ke kaki depan
hanya sebelum kontak dengan bola (Landlinger, 2010: 643-651). Sebuah contoh
dari forehand dapat dilihat pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17. Perhatikan Forehand Sikap Tertutup Telah Memindahkan Berat
Badan ke Kaki Depan (Paul Sandamas, 2013).
Beberapa peneliti dan pengajar telah mengidentifikasi gerakan ekstremitas
bawah termasuk lutut sebagai komponen penting dari ayunan forehand drive sikap
tertutup (Steven, 2008: 114-124). Sayangnya penelitian resmi tentang peran lutut
dalam biomekanika secara keseluruhan dari ayunan forehand sangat terbatas.
Landlinger, (2010: 643-651) memberikan gambaran tentang teknik forehand sikap
tertutup yang tepat menggunakan urutan foto-foto yang menunjukkan bahwa
posisi lutut dan sebagaian dari gerak ayunan merupakan komponen penting. Sikap
dari tubuh juga menunjukkan pengaruh posisi lutut dan lengan untuk gerak pada
pergeseran berat badan, gerakan tubuh, gerakan pinggul, dan rotasi tubuh. Groppel
(1995) mencatat bahwa sikap tertutup membuat ayunan tangan diawali dari lutut,
pinggul, dan tubuh secara bertahap membangun kecepatan keseluruh rantai
kinematik gerak forehand drive. Selanjutnya produksi kekuatan di tenis menjadi
bagian dari pergerakan lutut dan ditransfer ke ekstremitas atas (Perry et al, 2004).
29
Iino dan Kojima (2001) menganalisis kinetika ekstremitas bawah pemain
tenis tingkat perguruan tinggi saat melaksanakan forehand drive sikap tertutup
(dengan kaki bergerak) dalam upaya untuk menentukan sumber putaran panggul
superior inferior. Hasil dari penelitian Iino dan Kojima (2001) ini adalah gambaran
umum dari gerakan lutut dan profil putaran lutut selama ayunan. Tidak ada
hubungan antara gerakan lutut, putaran dan kecepatan raket terhadap tingkat
keterampilan, atau gerakan tubuh yang lainnya dengan jelas. Paul (2013), transfer
berat badan telah menekankan sebagai sumber penting dari kekuasaan dalam jenis
stroke karena langkah ke depan menghasilkan jumlah momentum linier yang
diubah menjadi momentum sudut selama ayunan ke depan.
Van Gheluwe dan Hebbelinck (1986) data gambar kekuatan yang
digunakan untuk mengidentifikasi gerakan maju dari tubuh yang telah dihasilkan
oleh gerakan lutut dalam mempercepat tubuh selama gerakan maju, maka
perlambatan itu hanya sebelum kontak. Karena peran penting dari lutut selama
membuat suatu ayunan tangan secara jelas belum secara resmi diteliti. Sebuah
penelitian mendalam mengenai biomekanika gerakan lutut dan efek biomekanika
terkait akan menambah pemahaman dari ayunan forehand drive dan memberikan
informasi yang sangat bermanfaat bagi pelatih, para ilmuwan olahraga, dan
pemain mengenai kinerja dan tenis khusus program latihan. Biasanya gaya gerak
ayunan forehand drive sikap tertutup untuk pemain yang berpengalaman, kaki dan
tangannya lebih rendah dari sikap terbuka. Selain itu gerakan kaki dan tangan
adalah penting untuk menghasilkan tenaga untuk forehand sikap tertutup dan
forehand sikap terbuka (Landlinger, 2010: 643-651).
Efek langsung dari posisi lutut untuk berbagai gerak pada kecepatan raket
selama forehand drive sikap tertutup mungkin minim sedikit terjadi gerakan raket
sejak dari gerakan lutut. Namun gerakan lutut telah berperan penting terhadap efek
biomekanika terkait gerakan yang mungkin secara langsung tidak berhubungan
dengan kecepatan raket dan karakteristik dari tingkat keterampilan pemain seperti
gerakan segmen tubuh, pusat massa tubuh secara keseluruhan, dan kerja yang
dilakukan oleh berbagai sendi (Steven, 2008).
30
Dapat di gambarkan gerakan lutut untuk forehand drive sikap tertutup
selama gereakan ayunan ke depan dibagi menjadi dua fase yang berbeda. Tahap
pertama disebut sebagai fase pengaturan: bagian dari ayunan yang terjadi mulai
dari loncatan gerak maju dari kaki depan sampai tumit membuat kontak dengan
tanah. Tahap kedua disebut sebagai fase ayunan: bagian setelah tumit kaki depan
membuat kontak dengan tanah segera diikuti dengan pergerakan lengan (Steven,.
et. al, 2008). Forehand drive sikap tertutup memungkinkan subjek untuk
menghasilkan putaran yang lebih besar yang mengakibatkan pembebanan yang
lebih besar pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang
lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar
(Landlinger, 2010: 643-651). Setiap metode yang diterapkan dalam proses
pembelajaran maupun latihan tidak mungkin dapat diterapkan secara optimal.
Menurut Singer (1980: 223) tidak ada satu metode yang terbaik untuk semua
tugas, kecuali situasi dan kondisi variabel sekitar tempat latihan relatif
mendukung. Artinya, setiap metode tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan.
Adapun kelemahan dan kelebihan pendekatan latihan forehand drive sikap tertutup
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2.1 Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Latihan Forehand Drive
Sikap Tertutup.
Kelebihan Kekurangan
1. Subjek dalam memukul bola tidak
memerlukan energi banyak dalam
memukul bola
1. Subjek dalam melakukan latihan
memerlukan energi yang lebih banyak
untuk koordinasi langkah kaki menuju
bola.
2. Pukulan yang dihasilkan lebih
keras.
2. Membutuhkan waktu yang lebih untuk
subjek yang memiliki kemampuan
awal rendah.
3. Meningkatkan daya pikir dan daya
kreativitas subjek latih.
3. Subjek yang memiliki kemampuan
awal rendah mengalami kesulitan
31
4. Waktu istrirahat cukup, sehingga
anak tidak mengalami kelelahan.
2) Latihan Forehand Drive dengan Sikap Terbuka
Untuk melakukan forehand sikap terbuka, pemain menghadap lapangan
dengan panggul mereka sejajar dengan net dan bahu berputar menjauh dari
lapangan selama backswing dan menuju ke lapangan selama ayunan ke depan
(Crespo dan Reid 2003, 24). Kemungkinan pemanfaatan kedua momentum linear
dan angular selama pukulan forehand drive akan berkurang dari forehand sikap
tertutup (Paul, 2013). Contoh dari forehand ditunjukkan pada gambar 2.19 (a). Ini
adalah jenis forehand yang digunakan sebagian besar dalam tenis (Paul Sandamas,
2013).
Peningkatan kecepatan dalam bermain tenis saat ini banyak atlet yang
mengadopsi teknik forehand dengan sikap terbuka dibandingkan teknik forehand
sikap tertutup (Milano, 1993; Landlinger, 2010: 643-651). Yudoprasetio (1981:40)
“Dalam bermain tenis drive atau forehand drive merupakan pukulan yang
menjuruskan atau mengarahkan bola ke muka”. Dari pernyataan tersebut maka
cocok digunakan untuk mengembangkan forehand drive yaitu latihan dengan
mengarahkan atau menjuruskan bola kedepan.
Forehand dengan sikap terbuka telah diyakini sebagai teknik yang kurang
efektif, tapi sekarang banyak pelatih yang menganjurkan (Burwash, 1987). Selama
ini penelitian dari forehand dengan sikap terbuka dan forehand dengan sikap
tertutup hanya terbatas pada kinematika dari pukulan dan cenderung menunjukkan
signifikan dalam raket dan pantulan bola yang kecepatannya untuk keuntungan
teknik forehand sikap tertutup, walaupun telah ada data ilmiah yang tersedia pada
ilmu gerak forehand sikap terbuka, (Groppel, 1995; Harris, 1995). Landlinger,
(2010: 643-651) menyatakan bahwa forehand drive sikap terbuka tidak
memanfaatkan secara optimal rantai gerak dari ekstremitas tubuh bagian bawah.
Dengan demikian ketergantungan pada teknik ini mungkin berakhir dengan
ketegangan pada ekstremitas atas seorang atlet. Resiko cidera menggunakan
32
forehand sikap terbuka secara berlebihan mungkin lebih besar untuk pemain
tingkat yang lebih rendah karena memiliki mekanika gerak yang tidak baik dan
kurangnya tingkat pengetahuannya.
Forehand drive sikap terbuka menghasilkan kecepatan yang lebih rendah
saat raket impac dengan bola yaitu (21.2 dan 15.8 m/s) dibandingkan dari forehand
drive sikap tertutup yang memiliki kecepatan (22,3 dan 16,4 m/s) untuk masing-
masing pemain profesional dan pelajaran (Landlinger, 2010: 643-651). Kinetika
ekstremitas atas dari forehand sikap terbuka dan sikap tertutp sangat mirip kecuali
untuk puncak torsi, komponen rotasi internal bahu, dan fleksi pergelangan tangan.
Selama ayunan maju semua subjek menghasilkan torsi rotasi bahu internal,
sedangkan lengan atas berputar eksternal (Landlinger, 2010: 643-651).
Gambar 2.18. Kerangka Acuan Anatomi Ekstremitas Atas
(Landlinger, 2010: 643-651).
Pada gambar 2.18 diatas menggambarkan sebagai tubuh berputar ke depan
dan lengan atas dipercepat dalam arah positif Z3. Kekuatan tindakan ini terpusat,
masa lengan yang cenderung menghasilkan rotasi bahu secara eksternal, karena
inersia dari lengan dan raket. Mekanisme rotasi eksternal mirip dengan rotasi
eksternal yang diamati dalam mengembalikan bola (Bahamonde, 1994.)
33
Selama ayunan ke depan dari akhir back swing untuk perkenaan raket
dengan bola dari pukulan forehand lengan atas bergerak dari posisi diputar secara
internal untuk sedikit diputar keposisi eksternal sekitar 50˚-60˚ (Groppel, 1995).
Pentingnya mekanisme ini adalah bahwa ketinggian inersia ini dimentahkan oleh
tindakan otot eksentrik dari internal yang menyiapkan putaran lengan memerlukan
sebuah siklus koordinasi untuk memperpendek lengan. Forehand drive sikap
terbuka memungkinkan subjek untuk menghasilkan putaran yang lebih besar yang
mengakibatkan terjadinya pembebanan lebih besar pada sendi. Peningkatan beban
dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin
penggunaan rotasi tubuh lebih besar dengan tindakan siklus koordinasi
memperpendek otot. Gerakan kaki dan tangan berperan penting untuk
menghasilkan tenaga untuk forehand sikap terbuka (Groppel, 1995). Dengan
demikian telah diyakini bahwa ayunan dan gerakan lutut pada tenis memiliki
peranan mendasar dalam gerak ayunan forehand drive dari sikap terbuka (Steven,
2008).
Terlepas dari jenis forehand drive sikap terbuka dan tertutup mungkin ada
potensi untuk pengembangan kekuatan tidak seimbang dan cidera berlebihan
karena penggunaan berulang dari forehand dalam bermain tenis (Landlinger, 2010:
643-651). Potensi cidera tubuh bagian ekstremitas atas dan potensi masalah pada
sikap terbuka. Todd (2006) memukul dengan sikap terbuka memerlukan perhatian
khusus dapat dilihat pada gambar 2.19 bingkai 4 dalam gambar ini dapat dilihat
bahwa tubuh diposisikan hampir sejajar dengan baseline. Untuk mencapai posisi
ini diperlukan membuka pinggul dan batang pinggul guna menghasilkan
ketinggian raket dimana lengan kanannya jauh di belakang terhadap bidang tubuh.
34
Gambar 2.19 Posisi Forehand Sikap Terbuka (Todd, 2006).
Pembukaan awal tubuh mengakibatkan ketinggian lengan selama forehand
dapat menyebabkan stres pada bahu terutama alat pemutar spontan dan
menstabilkan struktur siku. Ini awalnya dapat menyebabkan tendonitis di bahu.
Hal ini menyebabkan bahu beresiko lebih besar untuk menjadi tidak stabil
sehingga lebih rentan terhadap cidera serius. Kegagalan untuk menggunakan
seluruh rantai kinetik yang benar untuk menghasilkan tenaga dan membantu
lengan ketika bola kontak dengan raket dapat menempatkan stres tambahan di
bagian siku, terutama ketika pemain mengkompensasi dengan menggunakan
pergelangan tangan dan lengan secara berlebihan (Todd, 2006).
35
Gambar 2.20 Forehand Sikap Terbuka Todd (2006).
Potensi cedera panggul saat sikap terbuka dapat dilihat pada gambar 2.20
melakukan forehand dengan sikap terbuka, saat beban memukul menggunakan
rotasi pinggul. Dalam forehand sikap terbuka otot dan struktur yang mencakup
pinggul kanan diperlukan untuk menyerap kekuatan besar dapat dilihat (bingkai1-
2). Ini diikuti dengan ledakan kontraksi konsentris dari otot-otot yang sama
(bingkai 3 dan 4), menghasilkan daya yang diperlukan dari matarantai gerakan
pertama dari rantai kinetik dari forehand sikap terbuka. Kekuatan dihasilkan oleh
kaki dan badan yang akhirnya ditransfer melalui rantai kinetik ke tubuh bagian
atas. Menariknya, sebagian besar berpendapat bahwa ini merupakan jalannya
pukulan yang benar. Namun bila dilakukan dengan benar proses dominan sisi
pinggul merupakan ciri yang melekat pada forehand sikap terbuka dan harus
dipertimbangkan ketika mencegah dan diperhatikan ketika berupaya mencegah
terjadinya cedera pada ekstremitas tubuh bagian bawah.
Pembebanan berulang dari pinggul kanan untuk pemain tangan kanan
dapat menyebabkan cedera pada sendi pinggul itu sendiri diakibatkan keterlibatan
36
pinggul menstabilkan struktur sendi kapsul, labrum, otot-otot, dan ligamen yang
mendukung sendi ini. Pemain yang memukul secara berulang-ulang
mengakibatkan beban pinggul dapat menambah cidera terutama ketika ketidak
seimbangan kekuatan dan kurang fleksibilitas yang ada di wilayah pinggul. Dari
penelitian Todd S (2006) telah menunjukkan bahwa bermain tenis memukul secara
berulang-ulang dapat membuat hilangnya gerak di sendi pinggul. Pemain
membutuhkan kekuatan yang sangat baik dan memiliki fleksibilitas dalam
pinggulnya untuk mengeksekusi tembakan dengan benar. Latihan dan peregangan
sangatlah perlu untuk membantu mempersiapkan pemain untuk menangani beban
dan mengurangi resiko cidera pinggul.
Pengunaan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran maupun
latihan tidak mungkin dapat diterapkan secara optimal pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan. Menurut Singer (1980: 223) tidak ada satu metode yang terbaik
untuk semua tugas kecuali situasi dan kondisi variabel sekitar tempat latihan relatif
mendukung. Artinya setiap metode tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan.
Adapun kelemahan dan kelebihan pendekatan latihan forehand drive sikap terbuka
dapat ditarik secara garis besar dari uraian di atas dapat dilihat pada tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.2 Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Latihan Forehand Drive Sikap
Terbuka.
Kelebihan Kekurangan
1. Subjek dalam melakukan latihan
tidak memerluka energi yang lebih
banyak untuk koordinasi langkah
kaki menuju bola.
1. Kemukinan cedera lebih besar.
2. Menghasilkan kecepatan yang
lebih rendah dari raket saat impac
dengan bola dengan kata lain
pemain memiliki waktu yang lebih
2. Pukulan yang dihasilkan kurang
keras.
37
sikat dalam memukul bola dan
memiliki waktu lebih banyak untuk
bereaksi ke bola berikutnya.
3. Frekuensi pukulan lebih cepat dan
pemain tidak cepat lelah karena
tidak banyak mengalami
pergeseran pergerakan kaki.
3. Latihan forehand drive sikap
terbuka potensi untuk
pengembangan kekuatan tidak
seimbang.
4. Kemampuan Awal dalam Berlatih Forehand Drive
Kemampuan adalah sifat yang di bawa manusia sejak lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang menyelesaikan tugasnya (Gibson, 1997: 54). Kemampuan
menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan (Gibson, 1997:
215). Kemampuan menampilkan keterampilan merupakan keistimewaan manusia.
Tanpa keistimewaan tersebut, dapat dibayangkan bahwa kita sebagai manusia hanya
akan bersandar pada gerak-gerak reflek seperti binatang, termasuk dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Karena keistimewaan tersebut manusia mampu menguasai
keterampilan dalam berbagai banyak segi kehidupan, dari mulai keterampilan
vokasional hingga keterampilan berolahraga. Dalam bidang olahraga, termasuk dalam
sirkus, kita dapat menyaksikan bahwa keterampilan yang dikuasai seseorang tersebut
kadang-kadang melampaui apa yang dapat dipikirkan. Bayangkan seorang pemain
tenis yang dapat melakukan pukulan terhadap bola yang cepat dengan sedemikian
tepatnya.
Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran dan
berlatih olahraga karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi di berbagai cabang
olahraga. Menurut Robbins (2002: 67) kemampuan merupakan bawaan sejak lahir
atau merupakan hasil dari latihan yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat
kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal merupakan prasyarat untuk
mengikuti latihan, sehingga dapat melaksanakan proses latihan dengan baik.
Kemampuan seseorang yang diperoleh dari pelatihan selama hidupnya dan apa yang
38
dibawa untuk menghadapi suatu pengalaman baru. Menurut Muhibbin (2006: 121)
yang mengemukakan bahwa kemampuan awal merupakan prasyarat awal untuk
mengetahui adanya perubahan.
Sugandi (2006:128) Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan
tes awal. Kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar atau pelatih agar dapat
memberikan dosis pelajaran dan latihan yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1996: 158) menyatakan bahwa
kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran dan
latihan, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang
siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami
materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam
proses pembelajaran.
Kemampuan awal juga bisa disebut dengan prior knowledge. Kemampuan awal
merupakan langkah penting di dalam proses belajar dan berlatih, dengan demikian
setiap guru dan pelatih perlu mengetahui tingkat kemampuan awal yang dimiliki para
peserta didiknya. Dalam proses pemahaman, kemampuan awal merupakan faktor
utama yang akan mempengaruhi pengalaman belajar dan berlatih bagi para peserta
didik. Menurut Trianto (2009: 25) kondisi internal dan kondisi eksternal berperan
penting dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan awal. Menurut Trianto (2009:
81) pengetahuan awal merupakan sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu
yang diperoleh selama hidup mereka, dan menjadi dasar dalam mempelajari hal yang
baru. Suyanik (2010) menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran siswa yang
berkemampuan awal tinggi cenderung memperoleh hasil belajar yang lebih baik
dibanding siswa berkemampuan awal rendah. Dengan kemampuan awal yang telah
dimiliki siswa menjadi dasar untuk lebih mengembangkan pengetahuannya, sehingga
kemampuan awal siswa perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran atau
39
latihan. Melihat hal tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa kemampuan awal akan
berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian hasil latihan. Peserta didik
dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima pendekatan latihan yang
diberikan. Sebaliknya peserta didik yang memiliki mampuan awal rendah
dimungkinkan prestasinya kurang karena belum menguasai konsep-konsep dasar
sebagai acuan untuk mempelajari materi baru.
Dari berbagai penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar dan latihan
memerlukan suasana stabil, nyaman, familiar dan menyenangkan. Lingkungan belajar
dan latihan dalam konteks kemampuan awal harus memberikan suasana yang
mendukung keingintahuan peserta didik, semangat untuk meneliti atau mencari sesuatu
yang baru, bermakna, dan menantang. Menciptakan kesempatan yang menantang para
peserta didik untuk memanggil kembali kemampuan awal merupakan upaya yang
esensial. Dengan cara-cara tersebut maka pengajar, instruktur atau fasilitator
mendorong peserta didik untuk mengubah pola pikir, dari mengingat informasi yang
pernah dimilikinya menjadi proses belajar dan latihan yang penuh makna dan memulai
perjalanan untuk menghubungkan berbagai jenis kejadian atau peristiwa dan bukan lagi
mengingat-ingat pengalaman yang ada secara terpisah-pisah. Dalam seluruh proses
tadi, kemampuan awal merupakan elemen esensial untuk menciptakan proses belajar
dan latihan menjadi sesuatu yang bermakna.
Dalam proses belajar dan latihan, kemampuan awal merupakan kerangka di
mana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang
sedang dipelajarinya. Proses membentuk makna melalui membaca didasarkan atas
kemampuan awal dimana peserta didik akan mencapai tujuan belajar dan berlatihnya.
Dari uraian tersebut, maka kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah
didapat sebelum diberi pembelajaran dan latihan baru. Kemampuan awal dalam
penelitian ini diambil dari nilai tes forehand drive sebelum pendekatan latihan
forehand drive sikap terbuka dan tertutup diberikan. Kemampuan awal disini ada dua
yaitu kemampuan awal tinggi dan rwndah.
40
1) Kemampuan Awal Tinggi
Kemampuan awal tinggi adalah kemampuan awal yang diperoleh dari tes
forehand drive sebelum diberi pembelajaran dan latihan memperoleh hasil yang
tinggi.
2) Kemampuan Awal Rendah
Kemampuan awal tinggi adalah kemampuan awal yang diperoleh dari tes
forehand drive sebelum diberi pembelajaran dan latihan memperoleh hasil yang
rendah.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Penelitian dari Yus Solihin (2009) yang meneliti tentang “pengaruh metode
mengajar dan koordinasi terhadap keterampilan ground stroke petenis pemula. Dari
penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil terdapat perbedaan hasil belajar
keterampilan forehand ground stroke tenis antara penggunaan metode mengajar
terbuka dan metode mengajar tertutup”.
2. Penelitian dari Andi Suntoda Situmorang (2008) yang meneliti tentang “gaya
mengajar dan kemampuan awal dalam pembelajaran keterampilan forehand ground
stroke petenis pemula. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan pengaruh hasil belajar keterampilan forehand ground stroke
antara mahasiswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal
rendah”.
3. Penelitian dari Bahamonde, R. dan Knudson, D. (1997) yang meneliti tentang
“investigation of the open stance and investigation of the open staince and close
staince forehand drives square stance forehand drives. Dari penelitian yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa 1. Sikap tertutup dihasilkan kecepatan lebih cepat
daripada raket sikap terbuka, 2. Semua pemain dalam sikap tertutup mampu
menghasilkan rotasi tubuh yang lebih besar dari pada sikap terbuka, dengan pemain
profesional menghasilkan rotasi tubuh yang lebih daripada pemain intermediet
dengan teknik yang baik, 3. Jalannya raket melalui ayunan adalah sama untuk kedua
kelompok pemain”.
4. Penelitian dari Ganesh Narayanrao Kadam (2015) yang meneliti tentang “effect of
strength training programme on forehand and backhand drive skill performance on
lawn tennis player. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
Program latihan kekuatan tertentu mengembangkan akurasi forehand dan backhand
41
drive. Sedangkan kelompok kontrol tidak dapat mengembangkan akurasi forehand
dan backhand drive”.
5. Penelitian dari Milen Chalakov (2014) yang meneliti tentang “study of the ball
speed during forehand and backhand hit in tennis training of 12 years old players.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang tepat
dari dua pukulan utama dalam tenis memberikan signifikan keuntungan untuk
masing-masing pemain. Pukulan dilakukan dengan teknik yang tepat sering menjadi
faktor kunci dalam memenangkan permainan. Kinerja yang tepat dari setiap
pukulan menyebabkan peningkatan kecepatan. Menerapkan pukulan dengan teknik
yang benar dan kecepatan tinggi dapat menyebabkan kesalahan bahkan dalam
pemain terbaik. Anak usia 12 tahun memerlukan latihan dimulai dengan belajar
teknik yang benar dan setelah itu bekerja untuk untuk peningkatan kecepatan”.
6. Penelitian dari Palmizal A (2011) yang meneliti tentang “pengaruh metode latihan
global terhadap akurasi ground stroke forehand dalam permainan tenis. Dari
penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil diketahui terjadi peningkatan rata-
rata antara tes awal dan tes akhir pada metode latihan, yaitu untuk metode latihan
global sebesar 4,92”.
C. Kerangka Berfikir
1. Perbedaan pengaruh pendekatan latihan forehand drive sikap tertutup dan sikap
terbuka terhadap hasil pukulan.
Mengingat bahwa dalam permainan tenis forehand drive adalah pukulan
yang paling mudah dipelajari dan sering dilakukan oleh petenis. Hal ini karena
pukulan forehand drive relatif mudah untuk mengembalikan bola karena kondisi
raket bebas dari tubuh. Memiliki forehand drive yang baik bisa dilatih dengan cara
memukul bola dengan sikap tertutup dan terbuka.
Sekarang ada dua pandangan yang berbeda mengenai bagaimana pukulan
forehand drive harus dilakukan. Banyak yang menganjurkan forehand dengan sikap
tertutup, ada juga yang menganjurkan forehand drive dengan sikap terbuka. Karena
banyak yang berpendapat sikap terbuka adalah yang terbaik sehingga telah
diasumsikan bahwa melatih forehand drive dengan sikap terbuka adalah yang
terbaik, tapi hal ini belum tentu benar. Instruktur maupun pelatih yang mengajarkan
dengan sikap terbuka belum meneliti alasan memukul dengan sikap terbuka,
mereka juga tidak membandingkan bagaimana sikap tertutup terkait dengan sikap
terbuka.
42
Dua isu biomekanika yang berkaitan dengan persiapan untuk sikap siap
dalam pukulan tenis, kesiapan sebuah sikap siap yang baik atau langkah yang tepat
mengambil peran penting karena memungkinkan pemain untuk bergerak cepat
untuk mengantisipasi pukulan lawan. Untuk menentukan langkah membuthkan
waktu yang singkat bertepatan dengan lawan memukul bola. Langkah ini
melibatkan fleksi lutut diikuti oleh gerak ekstensi pada lutut. Dengan menggunakan
langkah split bermanfaat bagi pemain untuk memperpendek peregangan, dengan
menggunakan langkah split pemain mampu meningkatkan kecepatan
gerakan. Sebagian banyak kekuatan yang digunakan untuk memukul bola ditransfer
melalui tubuh ke lengan dan raket, cara pemain menempatkan kaki akan
mempengaruhi bagaimana gaya yang dihasilkan dan kekuatan yang ditransfernya.
Forehand drive sikap tertutup memungkinkan subjek untuk menghasilkan
putaran yang lebih besar yang mengakibatkan pembebanan yang lebih besar pada
sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari
rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar.
Untuk melakukan pukulan forehand,drive langkah pemain mengambil salah
satu kaki di belakang dan salah satu kaki mengambil langkah kedepan menuju bola
dengan demikian menempatkan panggul dan kaki mereka tegak lurus terhadap arah
yang dituju tembakan. Gerakan ini mentransfer berat badan mereka dari kaki
belakang ke kaki depan sebagai komponen penting dari sikap tertutup ayunan
forehand drive.
Pemain yang baik menggunakan forehand dengan sikap terbuka biasanya
setiap kali melakukan ada waktu yang relatif cukup untuk menghadap samping guna
memukul bola dengan ayunan penuh. Hal ini sering terlihat dalam mengembalikan
bola, dilain waktu digunakan untuk menyimpan langkah atau kembali keposisi siap
lebih cepat ketika dibutuhkan waktu yang sangat penting ketika terjadi kelelahan
atau terlalu lelah untuk menjalankan footwork seperti yang dibutuhkan untuk
forehand sikap tertutup. Forehand drive dengan sikap terbuka tidak belajar tentang
footwork yang tepat untuk masuk ke posisi gerakan yang penting saat di lapangan.
Ketika mereka hanya mengeksekusi dengan sikap terbuka, kaki mereka tetap datar
43
dan menunggu bola datang kepada mereka. Akibatnya sangat sulit bagi mereka
untuk berada di posisi terbaik utntuk memukul bola.
Forehand drive sikap terbuka memungkinkan subjek untuk menghasilkan
putaran yang lebih besar yang mengakibatkan terjadinya pembebanan lebih besar
pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien
dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar dengan
tindakan siklus koordinasi memperpendek otot. Gerakan kaki dan tangan berperan
penting untuk menghasilkan tenaga untuk forehand sikap terbuka. Dengan demikian
telah diyakini bahwa ayunan dan gerakan lutut pada tenis memiliki peranan
mendasar dalam gerak ayunan forehand drive dari sikap terbuka.
2. Perbedaan hasil pukulan antara yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan
kemampuan awal rendah.
Kemampuan adalah sifat yang di bawa manusia sejak lahir atau dipelajari
yang memungkinkan seseorang menyelesaikan tugasnya. Kemampuan
menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan
menampilkan keterampilan merupakan keistimewaan manusia. Tanpa
keistimewaan tersebut, dapat dibayangkan bahwa kita sebagai manusia hanya
akan bersandar pada gerak-gerak reflek seperti binatang, termasuk dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses
pembelajaran dan berlatih olahraga karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi
di berbagai cabang olahraga. Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang
didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi, bahwa kemampuan awal
lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran dan latihan,
kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang
siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami
materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan awal tinggi
cenderung memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa
berkemampuan awal rendah. Dengan kemampuan awal yang telah dimiliki siswa
44
menjadi dasar untuk lebih mengembangkan pengetahuannya, sehingga kemampuan
awal siswa perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena berpengaruh
terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran atau latihan.
3. Pengaruh interaksi antara pendekatan latihan dengan kemampuan awal terhadap
hasil pukulan.
Pendekatan latihan dapat dikatakan sebagai suatu cara yang digunakan
dalam menyajikan pelatihan untuk tercapai suatu tujuan dalam latihan. Dengan
kata lain pendekatan merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses latihan
sehingga tujuan dapat tercapai. Dengan demikian pendekatan latihan adalah suatu
cara yang sistematis yang diterapkan dalam proses latihan untuk mencapai tujuan
berupa keterampilan gerak yang efektif dan efisien harus sesuai dengan kaidah
biomekanika.
Forehand drive sikap tertutup memungkinkan subjek untuk menghasilkan
putaran yang lebih besar yang mengakibatkan pembebanan yang lebih besar pada
sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari
rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar. Gerakan ini
mentransfer berat badan mereka dari kaki belakang ke kaki depan sebagai
komponen penting dari sikap tertutup ayunan forehand drive.
Forehand drive dengan sikap terbuka tidak memanfaatkan secara optimal
rantai gerak dari ekstremitas tubuh bagian bawah, hal ini berbeda dengan forehand
drive sikap tertutup yang memanfaatkan rantai kinematika gerak dari ekstremitas
tubuh bagian bawah. Gerakan mentransfer berat badan dari kaki belakang ke kaki
depan sebagai komponen penting dari sikap tertutup. Transfer berat badan ini
menyumbang kekuatan dari forehand drive sikap tertutup. Forehan drive sikap
terbuka dalam kinematika gerak tidak begitu komplek seperti halnya pada sikap
tertutup. Forehand drive sikap terbuka hanya memanfaatkan kinimatika gerakan
lengan tanpa adanya tranfer energi dari ekstremitas tubuh bagian bawah, sehingga di
sikap terbuka kemukinan cidera lebih besar.
45
Kemampuan awal memiliki peran penting bagi pengajar atau pelatih agar dapat
memberikan dosis pelajaran dan latihan yang tepat. Kemampuan awal lebih rendah dari
pada kemampuan baru dalam pembelajaran dan latihan. Jadi seorang siswa yang
mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi
dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan awal tinggi cenderung
memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa berkemampuan awal rendah.
4. Hipotesis
Uraian dalam kerangka berfikir tentang perbedaan hasil latihan forehand drive
dengan sikap terbuka dan forehand drive sikap tertutup terhadap hasil pukulan
forehand drive tenis lapangan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan latihan forehand drive sikap tertutup dan sikap
terbuka terhadap hasil pukulan.
2. Ada perbedaan pengaruh hasil pukulan antara mahasiswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal rendah.
3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan latihan dengan kemampuan awal
terhadap hasil pukulan.
Top Related