11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kajian Geografi
a. Pengertian Geografi
Pengertian Geografi dalam buku menurut para ahli:
1) SEMLOK pada tahun 1988,
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan
(Suharyono dan Moch. Amien, 1994:15).
2) E. A. Ackerman
Menurut E. A. Ackerman tujuan geografi tidak lain adalah
suatu pengertian tentang sistem yang berinteraksi cepat yang
mencakup semua budaya manusia dan lingkungan alamiahnya
di permukaan bumi (Bintarto dan Surastopo, 1991: 9).
b. Pendekatan Geografi
Pendekatan dalam geografi yaitu pendekatan spasial
(keruangan), pendekatan ekologi (kelingkungan), dan pendekatan
regional (kewilayahan), dari ketiga pendekatan tersebut terdapat
satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan spasial (keruangan).
12
Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian
persamaan dari perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Analisis
keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, sebab
merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi
dengan membahas masing masing aspek-aspek keruangannya.
Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi
alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya (Bintarto dan
Surastopo Hadisumarno (1991: 12).
Pendekatan keruangan merupakan ciri khas yang membedakan
ilmu geografi dengan lainnya. Menurut Nursid Suraatmadja (1981:
78) menyebutkan pendekatan keruangan terdiri dari pendekatan
topik, pendekatan aktivitas manusia dan pendekatan regional.
Dalam penelitian ini, dilihat dari pendekatan aktivitas manusia
yaitu mendeskripsikan aktivitas manusia dalam ruang.
Pendekatan ini diarahkan pada aktivitas manusia dalam sebuah
ruang untuk mengungkapkan aktivitas manusia yang ditinjau dari
penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala-
gejala lain serta interaksi yang terjadi antara manusia dengan
lingkungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan.
Hal ini berarti menggambarkan aktivitas manusia yang
menciptakan kearifan lokal berupa kesenian Reyog dan upaya
mempertahankan kesenian dengan interaksinya, baik manusia
dengan manusia maupun dengan alam sekitar yang terjadi pada
13
satu ruang yaitu Desa Sumoroto. Kegiatan kesenian merupakan
aktivitas manusia dalam menyesuaikan dengan kondisi ruang
sebagai bentuk adaptasi dan penyesuaian dengan kondisi ruang
yaitu tempat asal usul kerajaan Bantarangin.
c. Konsep Geografi
Konsep geografi yang diusulkan dalam SEMLOK 1989 dan 1990
dalam buku Suharyono dan Moch. Amien (1994: 27-35), terdapat
10 konsep yaitu konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola,
morfologi, aglomerasi, nilai guna, interaksi dan interdependensi,
diferensiasi areal, keterkaitan keruangan (asosiasi), yang digunakan
dalam penelitian ini:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak
awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu dan
pengetahuan geografi, yaitu „dimana‟. Konsep lokasi ada dua
yaitu lokasi absolute dan lokasi relatif.
a) Lokasi absolut adalah konsep lokasi yang bersifat tetap,
tidak berubah-ubah meskipun kondisi tempat yang
bersangkutan terhadap sekitarnya mungkin berubah.
b) Lokasi relatif adalah konsep lokasi yang relatif lebih
banyak dikaji dalam geografi serta lazim juga disebut
sebagai letak geografis. Arti lokasi ini berubah-ubah
sesuai dengan keadaan daerah sekitar.
14
Konsep lokasi pada penelitian ini menjadi penting karena
menunjukkan letak salah satu tempat yang memiliki pengaruh
dalam kesenian Reyog dan merupakan asal usul Kerajaan
Bantarangin, sehingga mudah diketahui yaitu di Desa
Sumoroto Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.
2) Konsep Jarak
Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi
kehidupan sosial, ekonomi maupun juga untuk kepentingan
pertahanan. Jarak dapat merupakan faktor pembatas yang
bersifat alami, sekalipun arti pentingnya juga bersifat relatif
sejalan dengan kemajuan teknologi.
Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya
pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air,
tanah subur, pusat pelayanan, pengangkutan barang
penumpang). Oleh karena itu jarak tidak hanya dinyatakan
dengan ukuran jarak lurus di udara yang mudah diukur pada
peta (dengan memperhatikan skala peta), tetapi dapat pula
dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang berkaitan dengan
waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya
angkutan.
Konsep jarak dalam penelitian ini berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesenian Reyog mampu dikenal di
wilayah dalam hingga keluar. Desa Sumoroto yang merupakan
15
asal usul kerajaan Bantarangin ini merupakan tempat yang
strategis dimana dekat dengan wilayah perbatasan dan tidak
terlalu jauh dari pusat kota.
3) Konsep Interaksi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya,
obyek atau tempat satu dengan tempat lain. Setiap tempat
mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak
selalu sama dengan apa yang ada di tempat lain. Oleh karena
itu senantiasa terjadi interaksi atau bukan interdependensi
antara tempat yang satu dengan tempat wilayah yang lain.
Karena masyarakat yang memperkenalkan kesenian ini hingga
ke luar wilayah kepada masyarakat luas khususnya pelaku
kesenian di wilayah Desa Sumoroto membuat kesenian Reyog
dapat dikenal ke wilayah lain.
4) Konsep Diferensiasi Sosial
Setiap tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil integrasi
berbagai unsur atau fenomena lingkungan baik yang bersifat
alam atau kehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu
tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas tersendiri
sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau wilayah
lain. Dikenalnya kebudayaan Kabupaten Ponorogo sebagai
kota dengan Kesenian Reyog berbeda dengan kebudayaan
wilayah lain.
16
d. Geografi budaya
Hugo Hassinger memberikan pernyataan bahwa geografi
budaya (Kultur Geography) merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari persebaran dan keragaman kerja budaya manusia yang
telah menentukan aspek-aspek dan inti lanskap. Pengertian yang
luas mengenai lanskap budaya, yaitu dengan memperhatikan
unsur-unsur kerokhanian (menyelidiki organisasi keagamaan),
ekonomi, politik, dan sosial (Suharyono dan Moch. Amien, 1994:
108).
2. Pengertian kebudayaan atau budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
“buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “budhi” (budi atau
akal) diartikan sebagai ha-hal yang bersangkutan dengan budi dan
akal. Koentjaraningrat (2002:180), kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Koentjaraningrat (2002: 203-204), menyatakan bahwa ada tujuh
unsur-unsur kebudayaan secara universal, yaitu:
a. Sistem religi dan upacara keagamaan
b. Sistem dan organisasi sosial kemasyarakatan
c. Sistem pengetahuan
d. Bahasa
17
e. Kesenian
f. Sistem mata pencaharian hidup
g. Sistem teknologi dan peralatan
Penelitian ini menjelaskan mengenai kesenian Reyog, unsur
kebudayaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah unsur sistem
dan organisasi sosial kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian,
sistem mata pencaharian hidup. Unsur ini akan dijelaskan secara lebih
lanjut mengenai peranan dan kemampuan kelompok kesenian Reyog
dan pengrajin tersebut bertahan sampai sekarang.
3. Kearifan lokal
Pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan lokal (local
wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local).
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 memberikan pengertian tentang
kearifan lokal, yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari.
Pengertian kebahasaan kearifan lokal, berarti kearifan setempat
(localwisdom) yang dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam dan
diikuti oleh warga masyarakatnya. Dalam konsep antropologi, kearifan
lokal dikenal pula sebagai pengetahuan setempat (Indigenous or local
knowladge), atau kecerdasan setempat (local genius), yang menjadi
18
dasar identitas kebudayaan (cultural identity) (
http://litbang.kemdikbud.go.id).
4. Kesenian
Menurut Koentjaraningrat berdasarkan indera pengelihatan
manusia dan indera pendengaran, maka kesenian dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Indera pengelihatan
1) Seni rupa, terdiri atas:
a) seni patung dengan bahan batu dan kayu,
b) seni menggambar dengan media pinsil dan crayon,
c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air.
2) Seni pertunjukkan, yang terdiri dari:
a) seni tari,
b) seni drama, dan
c) seni sandiwara.
Seni pertunjukkan, indera pendengaran sebenarnya juga turut
berperan, oleh karena di dalamnya diolah pula berbagai efek suara
dan musik untuk menghidupkan suasana.
b. Indera pendengaran
1) Seni musik, (termasuk seni musik tradisional), dan
2) Seni kesusteraan. Cabang kesenian yang tersebut terakhir ini
juga termasuk dalam bagian ini karena dapat pula dinikmati
19
dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui
pebacaan prosa dan puisi).
5. Kesenian Reyog
Kesenian Reyog merupakan bentuk seni pertunjukkan yaitu seni
tari. Kesenian Reyog terdiri dari beberapa tarian yaitu tarian warok,
tarian Jatilan, tarian Pujangganong, tarian Barongan, dan tarian Klono
Sewandhono. Tari yang terdiri dari beberapa karakter membutuhkan
peralatan untuk melengkapi seni pertunjukkan, pada buku pedoman
kesenian Reyog menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek
peralatan yang ada dalam kesenian Reyog. Pemerintah Ponorogo
membuat patokan agar para paguyupan memakai peralatan yang
digunakan sesuai dengan Pedoman dasar kesenian Reyog Ponorogo
pada pementasan yang bersifat festival baik berupa jumlah, bentuk,
dan ukuran. Jumlah yang dipentaskan dapat beragam namun jumlah
minimal yaitu 1 buah. Peralatan menurut Pedoman dasar kesenian
Reyog Ponorogo (Pemerintah Daerah Tingkat II Ponorogo, 2004:7-14)
yang dipakai sebagai berikut:
a. Barongan
b. Topeng Klana Sewandana
c. Topeng Bujang Ganong
d. Topeng Patrajaya
e. Eblek/ jaranan
f. Kendan
g. Kendang
h. Ketipung
i. Terompet
j. Kempul
k. Kethuk kenong
l. Angklug
20
6. Pengrajin Reyog
Pengrajin Reyog merupakan suatu profesi pembuat kerajinan
Reyog, kerajinan ini merupakan kerajinan yang dibuat di rumah
dengan menggunakan peralatan yang sederhana namun membutuhkan
ketekunan dalam proses pembuatannya. Kerajinan Reyog pada setiap
jenisnya memiliki arti dan karakteristiknya masing-masing, sehingga
kerajinan ini tidak bisa sembarangan dibuat. Pengrajin Reyog
mempunyai keahlian dan dari masing-masing pengrajin memiliki ciri
khasnya dalam menciptakan kerajinan tersebut.
Kerajinan yang dibuat tidak hanya dalam bentuk kerajinan Reyog
saja, melainkan dalam bentuk souvenir Reyog dan beberapa peralatan
musik seperti angklung.
a. Jenis Kerajinan Reyog
Tarian Reyog membutuhkan berbagai banyak perlengkapan,
agar pertunjukkan dapat tersampaikan. Pada jurnal Isni Herawati
(2010: 923) dijelaskan dalam pertunjukkan Reyog Ponorogo
banyak membutuhkan kelengkapan yang digunakan dan umumnya
diproduksi oleh pengrajin yang ada di wilayah Ponorogo. Hanya
saja untuk bahannya harus mendatangkan dari luar daerah. Adapun
peralatan tersebut meliputi:
21
1) Barongan atau Dhadak Merak
Barongan terdiri dari empat bagian utama, dimana bagian-
bagian tersebut jika disatukan akan menjadi satu bagian
rangkaian. Bagian tersebut diantaranya:
a) Kepala Harimau
Kepala harimau terbuat dari kerangka kayu dadap, bambu,
dan rotan dengan penutup kulit harimau gembong.
b) Dhadak Merak
Menggambarkan seekor merak yang sedang
mengembangkan bulunya dan menggigit manik-manik.
c) Krakab
Krakab terbuat dari kain bludru warna hitam yang disulam
dengan manik-manik atau monte, dan merupakan penghias
sebagai tempat menuliskan identitas grup Reyog.
d) Kerudung
Kerudung dibuat dari kain berwarna hitam berseling merah
melintang. Kain ini sebagai penutup pembarong (pemain
Barongan).
2) Topeng Klono Sewandana
Topeng Klana Sewandana menggambarkan sosok seorang
raja muda yang tampan dan gagah berani dari kerajaan
Bantarangin atau Ponorogo jaman dahulu. Raja tersebut
22
mempunyai pusaka sakti yang berbentuk pecut (cambuk) yang
bernama pecut Samandiman
a) Topeng Klana Sewandana
b) Pecut Samandiman
3) Topeng Patih Pujonggo Anom atau Pujangganong
Topeng ini lebih mirip dengan wajah raksasa, hidung
panjang, mata melotot, mulutnya terbuka, sehingga tampak
giginya yang besar-besar tanpa taring. Tokoh ini
menggambarkan sosok seorang patih muda yang cekatan,
berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
4) Topeng Patra Jaya dan Patra Tholo
Topeng ini menggambarkan sosok dua orang abdi dalem atau
pembantu yang mewakili tokoh rakyat kecil, yang sekaligus
berperan sebagai pelawak.
5) Eblek atau Jaranan
Merupakan perlengkapan prajurit berkuda, jaranan Ponorogo
ini mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu bentuk kepala
menggambarkan kuda yang sedang bergerak lincah, pada
bagian belakangnya atau pantat tidak berekor.
b. Souvenir Reyog
Souvenir yang dibuat oleh para pengrajin ada berbagai bentuk,
jenis-jenis yang dibuat biasanya berbentuk seperti kerajinan Reyog
23
yang membedakan adalah ukuran yang lebih kecil. Beberapa jenis
souvenir yang dibuat adalah sebagai berikut.
1) Maket lengkap Reyog.
2) Gantungan kunci dengan berbagai macam bentuk: barongan,
eblek atau jaranan, klono sewandana, bujang ngganong dll.
3) Peralatan musik seperti angklung, terompet, kendang,
ketipung, kethuk, kenong, dan kempul Olor warok dll.
7. Nilai
Nilai merupakan ukuran sikap dan perasaan seseorang atau
kelompok yang keadaan baik buruk, benar salah atau suka tidak suka
terhadap suatu objek, baik material maupun non-material (Abdulsyani,
2007: 49). Pengertian kata Nilai merupakan harga, harga uang
(dibandingkan dengan harga uang lain), angka kepandaian, banyak
sedikitnya isi; kadar; mutu, sifat-sifat (hal-hal yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan), sesuatu yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakikatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963).
Buku Dr. M. Munandar Soelaeman (2007: 35), sebagai bahan
perbandingan dan untuk menambah wawasan pengertian tentang nilai,
ada beberapa pendapat sebagai berikut:
a. Pepper, mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang baik
atau buruk.
b. Perry mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang menarik
bagi manusia sebagai subjek.
24
Dari berbagai pendapat tentang nilai ini dapat dikemukakan sebuah
batasan nilai (tentatif), yaitu nilai adalah sesuatu yang dipentingkan
manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau
yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai
pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.
Pada penelitian ini, nilai yang akan dikaji lebih pada nilai sosial
terkandung dalam kesenian Reyog. Berikut adalah beberapa pengertian
nilai sosial:
a. Nilai Sosial
1) Nilai sosial dapat disebut sebagai ketentuan-ketentuan atau
cita-cita dari apa yang dinilai baik dan benar oleh masyarakat
luas (Abdulsyani, 2007: 52).
2) Nilai sosial menurut Alfin L. Bertrand (1967): nilai sosial
adalah suatu kesadaran dan emosi yang relative lestai terhadap
suatu objek, gagasan, atau orang Dr. M. Munandar Soelaeman
(2007: 36).
8. Paguyuban
Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah,
dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa
persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini
dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun
25
tetangga. Ada tiga tipe paguyuban menurut Ferdinand Tonnes, yaitu
sebagai berikut:
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu
paguyuban yang merupakan ikatan berdasarkan golongan darah
atau keturunan, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan
b. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu
paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat
tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, contoh rukun
tetangga, rukun warga, arisan.
c. Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemeinschaft of mind), yang
merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang
walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat
tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan
pikiran yang sama, ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini
biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau
keturunan (Soerjono Seokanto, 2010:118-120).
9. Norma
Kata Norma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 968),
mempunyai arti sebagai 1). Aturan atau ketentuan yang mengikat
warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan,
dan pengendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima; 2). Aturan,
ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau
memperbandingkan sesuatu. Menurut Abdulsyani (2007: 54),
26
mengungkapkan bahwa norma lebih banyak penekannannya pada
peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan
faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk
mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk
dilakukan. Alvin L. Bertrand mendefinisikan norma sebagai suatu
standar-standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat.
Ia mengatakan bahwa norma sebagai suatu bagian dari kebudayaan
non-materi, norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi
teridealisasi dari tingkah laku.
Buku Abdulsyani (2007: 55-56) menyebutkan untuk dapat
membedakan kekuatan norma-norma, maka secara sosiologis dikenal
ada empat bagian norma-norma sosial, yaitu:
a. Cara Berbuat (Usage)
Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang
dapat dikatakan sangat lemah dibandingkan norma yang lainnya.
Cara lebih banyak terjadi pada hubungan-hubungan antar individu
dengan individu dengan dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi
pelanggaran terhadapnya (norma), seseorang hanya mendapat
sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan
dari individu lain yang dihubunginya.
b. Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (folkways)
Kebiasaan adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam
bentuk yang sama. Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang
lebih kuat disbanding cara. Kebiasaan merupakan suatu indikator
kalau orang-orang lain setuju atau menyukai perbuatan tertentu
yang dilakukan seseorang, misalnya bertutur sapa lembut kepada
orang.
c. Tata-kelakuan (mores)
Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh
masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata
kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas kelakuan
oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan
mempunyai kekuatan pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu; jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan
27
jatuhnya sanksi berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk
kembali menyesuaikan diri dengan tata kelakuan umum
sebagaimana telah digariskan.
d. Adat istiadat (costum)
Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan
yang mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat yang
melanggar adat istiadat, akan mendapat sanksi hokum, baik formal
maupun informal.
Norma yang digunakan adalah norma cara berbuat (usage),
kebiasaan (folkways), dan tata kelakuan (mores) karena lebih sesuai
dengan kajian yang dibahas dalam kesenian Reyog.
10. Mempertahankan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, 1375), mempunyai arti
mengusahakan supaya tetap tidak berubah dari keadaan semula:
membela; memegang teguh, menjaga atau melindungi supaya selamat.
Penelitian ini lebih menekankan untuk menjaga atau melindungi
kesenian Reyog agar tetap ada.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan dengan peneliian ini adalah:
a. Penelitian ilmiah (skripsi) yang dilakukan oleh Clara Pratiwi Soni
tahun 2012 berjudul “Kearifan Lokal Masyarakat Adat Dayakan
Kanayatn dalam Pengelolaan Hutan Adat (Marang) Di Kampung
Sidas Daya Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan
Barat”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripif dengan
pendekatan Kualitatif. Hasil penelitian Kearifan local masyarakat adat
Dayak Kanayatn di Kampung Sidas Daya dalam pengelolaan hutan
28
marang terwujud dalam bentuk aturan-aturan yang berupa larangan-
larangan, kepercayaan dan hokum adat, Lembaga adat Kampung Sidas
Daya terdiri dari beberapa pengurus adat dimulai dari tingkat tinggi
hingga rendah, Masyarakat adat Dayak Marang berperan lran penting
dalam usaha menjaga hutan Marang dan melanjutkan tradisi kepada
generasi uda untuk melindungi Hutan Marang. Usaha yang telah
dilakukan adalah mendirikan pembatas berupa pagar di sekeliling
Hutan Marang dan menanami pohon karet dan pohon tengkawang,
dan pepohonan lainnya dibagian luar sekitar Hutan Marang.
b. Penelitian ilmiah (skripsi) yang dilakukan Indah Lia Khatulistiwa
tahun 2013 berjudul “Budaya Adat Nyobeng dan Upaya
Pelestariannya di Desa Hlibeui Kecamatan Siding Kabupaten
Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat”. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu
Proses pelaksanaan ritual upacara adat Nyobeng dimulai degan
Ngiliniu (pemanggilan roh-roh nenek moyang), dilanjutkan Nabuei
(penyambutan tamu undangan), perarakan menuju rumah adat Baluk,
mendirikan Sangiel (miniature rumah Baluk), memotong bambu
terbalik, pemotongan babi, ritual balik layar. Upaya pelestarian
budaya adat Nyobeng antara lain dengan mengajarkan sejak dini
kepada anak-anak Suku Dayak Bidayuh tentang budaya adat Nyobeng
sehingga diharapkan menjadi penerus budaya adat Nyobeng.
29
Penelitian pertama diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini,
yaitu metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif, selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Clara Pratiwi
Soni hampir sama dengan membahas mengenai kearifan lokal. Penelitian
kedua memiliki kesamaan pada metode kualitatif dan membahas mengenai
upaya yang dilakukan untuk suatu kebudayaan suatu tempat.
C. Kerangka fikir dan pertanyaan penelitian
a. Kerangka fikir
Aktivitas antar manusia dalam sebuah ruang yang menghasilkan
aneka bentuk cipta, rasa, dan karya manusia di permukaan bumi
merupakan suatu kebudayaan/budaya. Salah satu kebudayaan sebagai
ciri khas yang dibentuk dan dikembangkan di Kabupaten Ponorogo
adalah kesenian Reyog.
Desa Sumoroto merupakan tempat cikal bakal kesenian Reyog
yang dahulu dianggap sebagai kerajaan Bantarangin, hal tersebut
mempengaruhi masyarakat yang berada di desa tersebut ikut
berpartisipasi dalam proses pengembangan kelompok kesenian Reyog
baik paguyuban maupun pengrajin di wilayah tersebut. Kesenian
Reyog merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang memiliki nilai
leluhur, namun nilai yang terkandung dalan kesenian ini hanya
diketahui oleh segelintir orang.
Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan
tradisional pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak
30
mengandung suatu pandangan, nilai, norma, maupun aturan agar
masyarakat lebih memiliki pijakan dalam menenukan suatu tindakkan
seperti prilaku masyarakat sehari-hari. Jaman yang terus berkembang
mempengaruhi masyarakat untuk terus berkembang, hal ini
mempengaruhi kesenian yang semakin terlupakan, sehingga
diperlukan upaya untuk mempertahankan agar kesenian tetap bertahan
tidak hanya dikenal sebagai objek kesenian saja.
Gambar 1. Kerangka fikir
Kearifan lokal
Nilai-nilai dan
Norma
Kesenian Reyog
Kerajinan Kesenian Tari Reyog
Pengrajin Paguyupan Kesenian
Reyog
Upaya
Mempertahankan
Aktivitas Masyarakat
Desa Sumoroto
Budaya
31
b. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimanakah sejarah Reyog secara umum dan keadaan nyata
kesenian Reyog di Desa Sumoroto?
2. Apa sajakah nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung
pada kesenian Reyog?
3. Upaya apakah yang dilakukan untuk mempertahankan kesenian
Reyog di Desa Sumoroto?
Top Related