6
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce
menyatakaan bahwa setiap model peserta didik sedemikin rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Maksud dari tujuan pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar, Joyce ( dalam Trianto, 2007: 5)
Pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya memengaruhi
siswa agar belajar, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai
upyah membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan
pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar sesuatu yang mereka tidak akan mereka
pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau (2) mempelajari sesuatu dengan cara
yang lebih efisien.
7
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sedar
untuk menhasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai. Belajar untuk mengetahui dan melakukan diharapkan dapat
menciptakan manusia-manusia yang produktif dak kreatif, Uno ( 2012:54)
Guru, instruktur, atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan
pembelajaran. Padahal pengajaran (instructional) lebih mengarah pada pemberian
pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak.
Sedangkan pembelajara (learning) adalah suatu kagiatan membelajarkan siswa secara
terintegrasi dan memperhitungkan factor lingkungan belajar, karakteristik siswa,
karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran. Hal ini terjadi karena
ilmu pembelajaran (learning science) dipandang sebagai suatu disiplin yang masih
relative mudah, menaruh perhatian pada upayah untuk meningkatkan pemahaman dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: (a)
rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (b)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang dicapai), (c) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai, Kardi dkk ( dalam Trianto, 2007:6)
8
Selain cirri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, suatu model
pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitakan dengan dua hal yaitu: (a) apakah
model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan (b)
apakah terdapat konsistensi internal.
2. Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (a) para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan, dan (b)Kenyataan
menuntukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
3. Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter
sebagai berikut: (a) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif, dan (b) secara operasional model tersebut
memberikan hasil sesui yang diharapkan, Nieveen (dalam Trianto, 2007: 8)
2.2 Pengembangan Model Pembelajaran
Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mengembangkan suatu produk pendidikan kemudian divalidasi. Penelitian
pengembangan dilakukan karena adanya masalah yang terkait dalam suatu perangkat
pembelajaran yang kurang tapat, yang bertujuan untuk menghasilkan suatu perangkat
pembelajaran, seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, media, Lembar
karja siswa, bahan ajar, model pembelajaran, metode, dan lain-lain, dalam penelitian
penulis kedepan adalah penelitian pengembangan model pembelajaran.
9
Terkait dengan model, Tim Puslitjaknov (dalam Nusa Putra, 2007:133)
menguraikan: Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk
yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model procedural, model
konseptual, dan model teoritik. Model procedural adalah model yang bersifat
deskriptif, menunjukan langkah-langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan
produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan
komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukan
hubungan antar komponen yang akan dikembangkn. Model teoritik adalah model
yang menggambarkan kerangka berfikir dan didasarkan pada teori-teori yang relevan
dan didukung oleh data empirik.
Melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran yang digunakan, untuk
aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran
yang dikembangkan, sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan
suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang
dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu
perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model
pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, Khabibah (dalam Trianto,
2007: 8)
Model yang dikembangakan dengan R&D ( Research & Development) beranjak
dari fakta, biasanya disebut model induktif. Bila bertolak dari teori dinamai model
deduktif. Biasanya juga dikembangkan sekaligus secara induktif dan deduktif, yang
10
disebut model campuran. Model yang terakhir ini yang paling banyak digunakan
dalam R & D. R & D biasanya berupaya melakukan inovasi yang sungguh-sungguh
baru. Namun, sering kali memperbarui atau meningkatkan, memodifikasi dan
mempercanggih apa yang telah ada sebelumnya. Contohnya pada perkembangan
model computer, laptop dan telepon seluler sekarang ini cenderung mempercanggih
apa yang telah ada. Begitu juga pengembangan perangkat pembelajaran bertujuan
untuk untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan dapat menarik
minat belajar siswa agar tujuan pembelajaran dari model pembelajaran dapat tercapai.
Langkah-langkah pengembangan model pembelajaran yaitu berangkat dari
suatu fakta, misalnya seperti yang di alami penulis ketika melakukan praktek
pengalaman lapangan (PPL-II) yaitu mengenai karakteristik para siswa yang berbeda-
beda terhadap suatu proses pembelajaran berlangsung, dan para guru tidak terampil
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, maka masalahnya jika
katrakteristik siswa negative dalam suatu proses pembelajaran yang sedang
berlangsung berarti tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik dan para
guru tidak mampu menciptakan suatu suasana belajar yang menarik. Ini akan
menyebabkan nilai dari para peserta didik akan terancam rendah. Oleh karena itu
langkah-langkah untuk menciptakan suatu produk baru agar pembelajaran dapat
menari siswa untu terlibat aktif. Untuk mendapatkan gambaran yang rinci, utuh dan
sistematis, berikut diuraikan ringkasan padat tahapan dan proses pelaksanaan
penelitian itu, tahap demi tahap:
11
A. Tujuan Perumusan Model
Untuk mencapai tujuan perumusan model yang terfokus pada pengembangan
modeldalam penelitian dan pengembangan (R&D), maka akan dirumuskan
operasional yang sifatnya lebih spesifik,yaitu: (a) merumuskan model pembelajaran
yang mengintegrasikan kecakapan emosional dan kreativitas untuk membentuk
prilaku positif, model ini dikembangkan dan dinilai dengan lebih berpusat pada
mempraktikan prilaku didalam proses pembelajaran; (b) menguji coba model secara
empiris dalam proses pembelajaranagar dapat diperbaiki dan lebih lanjut
dikembangkan; (c) merumuskan instrument penilaian pada proses pembelajaran,
pembelajaran kecakapan emosional dan kreatifitas. Tujuan utama R & D dalam
penelitian ini bukanlah mengkaji atau merumuskan teori, melainkan menghasilkan
suatu produk yang efektif untuk proses pembelajaran, Nusa Putra ( 2011: 165)
B. Proses Pengembangan Model
Merumuskan dan mengembangkan model pembelajaran, digunakan metode
penelitian dan pengembangan (R & D. Tahap pengembangan model dalam
pembelajaran dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
12
Gambar 1. Desain Tahap Pengembangan Model
Gambar diatas mengenai modifikasi tentang pengembangan model dapat di
jelaskan sebagai berikut:
Karakteristik Belajar
Merumuskan Model Teoritis
Pembiasaan Mengajar
Melakukan Uji Coba
Laporan
Desminasi Produk
Uji Coba Lanjutan
Melakukan Uji Coba Empiris
Revisi Model dan Instrumen
Revisi Model Pembelajaran
Revisi Model dan Instrumen
Model Kooperatif
Identifikasi Tingkah Laku Awal
13
1. Mengidentifikasi tingkah laku awal/ karakteristik siswa.
Mengidentifikasi tingkah laku awal/ karakteristik siswa. Ketika melakukan
analisis terhadap ketrampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu
dilewati, juga harus dipertimbangkan ketrampilan apa yang telah dimiliki siswa serta
yang tidak dimiliki siswa saat mengikuti pelajaran, sehinnga guru dapat menyiapkan
apa yang dibutuhkan siswa.
2. Karakteristik Belajar.
Karakter belajar didalam kelas biasanya banyak hal-hal yang terjadi, ada
peserta didik yang dalam proses belajar mengajar banyak bermain, ada yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, dan lain-lain. Setelah guru mengidentifikasi tingkah
laku awal siswa, maka guru sudah dapat mengetahui karakter belajar siswa dalam
proses pembelajaran.
3. Merumuskan Model Teoritis
Tahapan ini dikaji sejumlah teori yang akan diintegrasikan dalam perumusan
model, sebagai hasilnya dirumuskn model pembelajaran untuk mengukur prilaku dan
kreativitas siswa terhadap materi pembelajaran. Yang terpenting materi pembelajaran,
tetapi model pembelajaran yang dikembangkan berpusat bagaimana nilai-nilai
terhadap karakteristik dan kraetivitas siswa dalam proses pembelajaran.
4. Mendapatkan Data Dasar
Tahapan ini dilakukan observasi di kelas uji coba sebelum penggunaan model,
agar kita mendapatkan gambaran tentng keadaan pembelajaran sebagaimana proses
pembelajaran berlangsung. Guru mengajarkan materi yang telah dirancang sendiri
14
sesuai sesuai dengan perkembangan pembelajaran, guru pengamat yang dibantu
dengan lembar pengamatan, mengamati seluruh proses pembelajaran yang sedang
berlangsung, hasil dari kegiatan ini adalah dapat berupa data atau informasi yang
merupakan data dasar.
5. Pembiasaan Mengajar
Pelatihan dilakukan setelah mendapatkan data dasar agar dapat dibedakan
pengajaran yang biasa dilakukan guru dengan pembelajaran menggunakan model.
Pelatihan guru dilakukan agar para guru pelaksana model dan guru pengamat
memahami model dan dapat melaksanakannya. Pelatihan dilakukan dengan cara
berdiskusi antar peneliti, guru pelaksana model dan guru pengamat setelah
mempelajari buku panduan model pembelajaran.
6. Melakukan Uji Coba
Uji coba dilakukan secara empiris dengan cara menguji penggunaan model
dalam proses pembelajaran. Uji coba ini mengambil bentuk meminta masukan, kritik,
saran, analisis dari para ahli dan para guru yang berpengalaman yang dimintai untuk
mencaritemukan berbagai kelemahan dan keunggulan model. Baik secara konseptual,
teoritis, maupun implementasi model.
7. Revisi Model dan Instrument
Masukan, saran, kritik, dan rekomendasi dari para ahli dan guru berpengalaman
semua dicatat dan dijadikan dasar untuk memperbaiki model pembelajaran yang
digunakan dan instrumennya.
15
8. Melakukan Uji Coba Empiris
Uji coba model embelajaran dilakukan dengan bantuan guru-guru sebagai
kolaborator pelaksana model, dan pengamat. Uji coba ini bertujuan untuk melihat
titik lemah dan kekurangan model agar dapat diperbaiki dan lebih disempurnakan.
Juga untuk mendapatkan data empiris guna mengetahui kendala-kendala
pelaksanaannya dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.
9. Merevisi Model Pembelajaran
Tahapan ini dipusatkan pada berbagai perbaikan pada komponen-komponen
model pembelajaran terkait dengan hasil uji coba. Perbaikan memanfaatkan hasil uji
coba dan diskusi dengan guru pelaksanaan model, guru pengamat, dan guru-guru
yang ikut serta mempelajari model.
10. Uji Coba Lanjutan
Setelah model diperbaiki dan disempurnakan dilakukan uji coba empiris kedua,
yang menjadi focus adalah mencaritemuka keunggulan model ini dalam hal
efektivitasnya dlam menumbuh kembangkan nilai-nilai positif, dan kecakapan
emosional dan produktivitasnya dalam memicu kreativitas para pembelajar.
Instrument yang telah diperbaiki juga diuji coba kembali.
11. Revisi Model dan Instrument Lanjutan
Model dan instrument direvisi lagi dan disempurnakan berdasarkan masukan
dari uji coba empiris kedua. Pada tahap ini model dinyatakan telah siap didesiminasi.
16
12. Desiminasi Produk
Desiminasi dilakukan dengan menyebarluaskan model pembelajaran dan model
pembelajaran kepada beberapa guru, dan mereka dimintakan pendapat, komentar,
kritik, dan saran, baik secara lisan maupun tulisan. Beberapa diantara mereka
diikutsertakan dalam diskusi setelah model diuji cabakan untuk menyempurnakan
model.
C. Tahapan Penelitian
a. Tahap Pertama
Menyusun rencana uji coba bersama guru pelaksana dan guru kolaborator yang
mengamati. Guru pelaksana adalah yang melaksanakan model yang dirumuskan
dalam proses pembelajaran. Guru kolaborator adalah guru yang bertugas mengamati
proses pembelajaran dan mendiskusikan segala sesuatunya tentang pelaksanaan
model dengan guru pelaksanaan dan peneliti. Pada tahap ini meliputi sudah membuat
perencanaan awal, namun rencana ini harus didiskusikan dengan guru pelaksana dan
guru kolaborator. Tidak tertutup kemungkinan rencana ini diubah sesui dengan
masukan dari kedua guru tersebut.
b. Tahap Kedua
Pada tahap ini dilaksanakan tiga kali uji coba yaitu: (1) bersifat teoretis dengan cara
mencari masukan dari ahli dan guru yang berpengalaman, (2) melakukan uji empiris
pertama, (3) melaksanakan uji empiris kedua. Pelaksanaan uji coba model secara
empiris. Guru pelaksana melaksanakan proses pembelajaran mengikuti model yang
telah dijabarkan menjadi rencana pembelajaran. Sementara itu, guru kolaborator dan
17
peneliti melakukan pengamatan terhadap semua proses pembelajaran yang
berlangsung.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini dilakukan revisi dan perbaikan dengan tekanan pada pancarian
kelemahan model dan kendala pelaksanaannya oleh guru. Peneliti, guru pelaksana,
dan guru kolaborator mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dan pengalaman si guru
pelaksana. Kemudian dilakukan perbaikan model sesuai dengan masukan dari
pelaksanaan uji coba.
d. Tahap Keempat
Pada tahap ini dilakukan evaluasi dan refleksi yang bersifat menyeluruh
terhadap dua aksi yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk menilai seluruh
pelaksanaan model terkait dengan kendala, kekurangan, dan kelebihan model, serta
kemungkinan penyempurnaan. Refleksi dilakukan untuk mencaritemukan
kemengapaan kendala, kekurangan, dan kelebihan model. Dengan refleksi secara
mendalam seluruh pelaksanaan uji coba ditinjau ulang. Atas dasar temuan melalui
evaluasi dan refleksi, model diperbaiki.
e. Tahap Kelima
Diseminasi model pada tahap ini dalam bentuk seminar dengan sejumlah guru,
pembelajar, dan beberapa ahli materi dan metode. Diseminasi ini untuk
menyebarluaskan model dan mencari masukan untuk perbaikan lebih lanjut. Setelah
proses ini, model kembali diperbaiki berdasarkan beberapa masukan.
18
D. Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini baik pada tahapan mendapatkan
data dasar maupun pada tahapan uji coba merupakan data yang bersifat kualitatif.
Karena itu instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Data
terutama didapatkan melalui observasi pengamatan terhadap aktifitas guru dalam
mengajar dan aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk menjaga
keobjektifan, pangamatan juga dilakukan oleh guru pangamat yang memanfaatkan
lembar observasi.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskkriptif,
oleh karena kegiatan penelitian lebih banyak berupa model yang telah dikembangkan,
pengamatan terhadap pelaksanaan model yang berupa pengamatan terhadap aktifitas
guru dalam melaksanakan model pengembangan, aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran dan tes evaluasi hasil belajar, maka data merupakan data kualitatif.
Untuk itu dilakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
mengumpulkan seluruh data hasil pengembangan model, pengamatan aktifitas guru
dalam melaksanakan model pengembang, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran,
dan tes evaluasi hasil belajar, (2) melakukan analisis pertama untuk memilah data ke
dalam kategori; kategori pertama terkait dengan penyempurnaan medel yang telah
dikembangkan, kategori kedua berkenaan dengan pemunculan perilaku positif,
kecakapan emosional, dan kretifitas, (3) melakukan analisis kedua di dalam masing-
masing kategori; untuk kategori pertama analisis dilakukan untuk menemukan data
19
pendukung bagi penyempurnaan model; untuk kategori kedua analisis dilakukan
untuk memetakan kecenderungan perilaku, kecakapan emosional, dan kretivitas yang
muncul, (4) melakukan proses sintesis, yaitu mengolah keseluruhan data untuk
merumuskan model akhir dan menentukan pola-pola perilaku, kecakapan emosional,
dan kreativitas yang muncul dalam proses pembelajaran, dan (5) pembuatan simpulan
akhir.
F. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar data dipertanggung jawabkan keabsahannya digunakan pemeriksaan data
melalui:
1. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan adalah mencari kedalaman, untuk itu diadakan
pengamatan yang teliti secara berkesinambungan sampai muncul perilaku yang
diharapkan, karena itu diikutsertakan guru kolaborator yang mengamati
dilengkapi dengan lembar pengamatan dan menggunakan camera untuk hasil
dokumentasi.
2. Triangulasi
Sesuatu di luar data yang diteliti untuk pengecekan dan perbandingan.
Triangulasi dilakukan dengan sumber dan metode.
3. Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi
Dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru sejawat yang bukan peneliti dan
tidak terlibat penelitian untuk mendapatkan masukan dan analisis kritis.
20
4. Pengecekan Anggota melalui Diskusi
Pengecekan anggota melalui diskusi dilakukan sesudah penelitian dan
pengamatan tahap demi tahap dan setelah semua pekerjaan sesui dilakukan
untuk meningkatkan kepercayaan.
Oleh karena penelitian ini menggunakan R & D, maka salah satu cara untuk
memperkuat keabsahan data adalah memperhatikan relevansi, yaitu model yang
dirumuskan sungguh dapat diterapkan di sekolah lain dengan tetap memperhatikan
konteks spesifik tiap sekolah.
G. Hasil Akhir
Setelah dilakukan tiga kali uji coba dan memperhatikan massukan yang dapat
melalui desiminasi, dilakukan berbagai perbaikan. Hasil akhir dari R & D ini adalah
produk yang berupa: (1) model Pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan,
(2) karakteristik siswa dalam proses pembelajaran, dan (3) tes evaluasi pembelajaran.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang
tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan cara berfikir dan latihan
bertindak demokratis, pembelajaran aktif, prilaku kooperatif, dan menghormati
perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Model pembelajaran kooperatif juga
memfokuskan pengaruh-pengaruh pengajaran selain pembelajaran akademik,
khususnya menumbuhkan penerimaan antar kelompok serta ketrampilan social dan
kelompok kerja, dan juga kooperatife learning merupakan model pembelajaran
21
dengan sejumlah siswa sebagai anngota kelompok kecil yang mempunyai
kemampuan berbeda-beda, dalam pembagian kelompok model pembelajaran
kooperatife learning yaitu secara heterogen.
Kooperative learning adalah mengelompokan siswa didalam kelas kedalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal
yang mereka miliki dan saling mempelajarin satu sama lain dalam kelompok tersebut,
Johnson (dalam isjoni, 2009:17)
Muslimin dkk, ( 2005: 10) Model pembelajaran kooperatif, ada 6 langkah-
langkah utama atau tahapan:
1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi
siswa untuk belajar.
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar/bekerja dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien kepada siswa dalam masing-masing kelompok dalam proses
pembelajaran.
4. Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjaka
tugas mereka.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasika hasil kerjanya.
22
6. Guru memberikan penghargaan untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
2.4 Karakteristik Siswa
Karakter adalah budi pakerti, ahlak yang terbentuk dari prilaku seseorang yang
terulang-ulang dilakukan dalam kesehariannya sehingga menjadi kebiasaan.
Pembentukan karakter seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
pendidikan, didikan orang tua, dan lingkungan luar dan lain-lain. Pendidikan sangat
diperlukan sekali dalam pembentukan kartakter anak bangsa. Pendidikan adalah suatu
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahlak mulia, serta ketrampilan, yang diperlukan dirinya, mastarakat bansa dan
Negara. Pendidikan juga merupakan salah satu program pemerintah untuk membantu
peserta didik memperoleh pendidikan yang layak bagi masa depan kelak, dalam
pembentukan karakter anak bangsa dapat dilakukan melalui 3 tahap melalui
pendidikan: (a) pendidikan informal (pendidikan keluarga dan lingkungan), (b)
pendidikan formal (pendidikan di bangku sekolah), dan (c) pendidikan non formal.
Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa depan
anak, demikian pula karakter/budi pakerti anak yang baik dimulai dari dalam
keluarga. Karakter/budi pekerti, akhlak mulia terbentuk dari prilaku yang baik yang
selalu diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang baik, kebiasaan-kebiasaan ini
seperti mencium tangan orang tua bila mau berangkat kesekolah, ke tempat teman,
23
mengucapkan salam bila masuk rumah, dan menundukan kepala bila melintas
dihadapan orang yang lebih tua, Amin ( 2011:43-48). Dapat dikatakan bahwa,
pembentukan karakter anak dapat dibentuk pertama oleh orang tua, karena orang tua
adalah cermin utama terbentuknya karakter seorang anak.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pembentukan karakter dalam membangun budaya disekolah, biasanya dituangkan
dalam tata tertib sekolah itu sendiri, seperti cara berpakaian, sopan santun, tidak
berkata-kata kasar, disiplin waktu, menjaga ketertiban dan keamanan serta
kebersihan. Sering kali terjadi dalam proses pembelajaran, dikala seorang guru
sedang mengajar dan siswa-siswa yang sedang asyik berdiskusi yang bukan materi
yang diajarkan, hal itu merupakan salah satu conto pembentukan karakter siswa yang
kaliru. Masalah seperti itu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
kurangnya rasa hormat antara siswa terhadap guru, tidak adanya sopan santun, materi
yang diajarkan dianggap rumit, akibat banyaknya kesibukan lain diluar sokolah, dan
lain-lain. Munculnya masalah-masalah seperti itu, dapat mempengaruhi hasil evaluasi
siswa. Artinya nilai-nilai siswa baerada dipintu kehancuran. Agar hal-hal seperti itu
tidak terjadi, maka karakter siswa harus dibentuk. Selain pembentukan karakter
siswa, guru juga harus mampu menguasai empat kompetensi yaitu: pedagogik,
kepribadian, professional, dan social, karena kerangka pendidikan karakter/ budi
pakerti di sekolah tidak hanya tanggung jawab pimpinan sekolah tetapi semua guru
pada setiap guru bidang studi. Guru adalah kunci penting untuk mewujudkan
24
pendidikan karakter/budi pakerti disekolah dalam rangka membangun karakter budi
pakerti anak bangsa.
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan yang di luar pendidikan formal
yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal sejatinya
diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah dan/ atau pelengkap
pendidikan formal. Lingkungan pendidikan non-formal yang sejatinya bermuatan
kurikulum pendidikan kertampilan diisi dengan kegiatan atau praktek yang diisi
dengan kegiatan atau praktek yang member bekal karakter/ budi pakerti peserta didik.
Kelemahannya budi pakerti tidak baik dibiarkan terus-menerus.
2.5 Karakteristik Belajar Siswa
Pendidikan karakter/ budi pakerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pakerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan, baik
memelihara apa yang baik dan mewujudkan serta menebarkan kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati, Djoko santoso dkk, ( dalam Amin,
2011:5).
Karakter belajar siswa didalam kelas biasanya banyak hal-hal yang terjadi,
ada peserta didik yang dalam proses belajar mengajar banyak bermain, ada yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, dan lain-lain. Karakter belajar peserta didik
seperti itu biasanya dikarenakan oleh beberapa factor, yaitu: materi yang dianggap
sulit, kurangnya ketegasan guru, tekanan guru, banyaknya pergaulan luar yang
mengakibatkan pikiran peserta didik terganggu, model pembelajaran yang kurang
25
mendukung dan lain-lain, sehinnga didalam proses pembelajaran sudah direncanakan
oleh guru banyak yang terganggu karena karakter belajar siswa yang berbeda-beda.
Belajar didalam kelas juga ada yang menyenangkan karena, karena ada juga
siswa yang tenang mengikuti pelajaran, serius, aktif dalam proses pembelajaran.
Dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran barbagai macam karakter belajar
siswa.
2.6 Listrik Dinamis
2.6.1 Arus Listrik
Dalam Giancoli, ( 2001: 26) Arus listrik pada kawat didefinisikan sebagai
jumlah total muatan yang melewatinya per satuan waktu pada suatu titik. Gambar 1
menunjukkan potongan kawat yang dialiri arus litrik. Jika ΔQ adalah jumlah muatan
yang mengaliri melalui penghantar yang luas penampangnya A dalam waktu Δt,
dengan demikian, arus rata-rata I didefinisikan sebagai:
I = tQ
Keterangan : I = Kuat arus listrik (Ampere) ΔQ = Jumlah muatan listrik yang melewati konduktor selama jangka waktu Δt (Coulomb, C)
Δt = Waktu (s)
Arus Listrik di ukur dalam coulomb per detik; satuan ini diberi nama khusus,
ampere (disingkat amp atau A), dari nama fisikawan Perancis Andre Ampere (1775-
1836). Berarti, 1 A = 1 C/det. Satuan-satuan terkecil yang sering kali digunakan
adalah seperti miliampere (1mA = 10-3 A) dan mikroampere (1 A = 10-6 A)
26
(Giancoli, 2001: 26)
2.6.2 Hukum Ohm dan Hambatan Listrik
Hukum Ohm
Seorang guru fisika dari Jerman bernama George Simon Ohm (1789-1854)
berhasil mendapatkan hubungan antara besarnya beda potensial dengan besarnya arus
yang mengalir. Ia menyimpulkan penemuannya ini kedalam suatu hokum yang
dikenal dengan nama huku Ohm. Bunyi hokum Ohm sebagai berikut. ‘’kuat arus
yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara
ujung-ujung penghantar itu, asalkan suhu penghantar itu tetap’’.
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial.
Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai. George
Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat
logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya:
IV
Sebagai contoh, jika kita menghubungkan kawat ke baterai 6 V, aliran arus akan
dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai 3 V.
Giancoli, ( 2001: 26-29)
Arus yang mengalir pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial
yang diberikan pada ujung-ujung penghantar itu. Artinya, jika beda potensial
diperbesar, arus yang mengalir juga semakin besar. Sebaliknya, jika beda potensial
diperkecil, arus yang mengalir juga makin kecil. Besar aliran arus pada kawat tidak
27
hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan kawat
terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu
tegangan V. Kita kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding
terbalik dengan hambatan. Ketika kita gabungkan hal ini dan kesebandingan di atas,
kita dapatkan
I = RV
R = IV
dimana R adalah hambaran kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda potensial
yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. Dituliskan:
V = IR
dan dikenal sebagai hukum ohm. Banyak fisikawan yang akan mengatakan
bahwa ini bukan merupakan hukum , tetapi berupa definisi hambatan. Jika kita ingin
menyebut sesuatu sebagai hukum Ohm, hal tersebut akan berupa pernyataan bahwa
arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan yang diberikan, I
V, Giancoli, (2001: 26-29)
Hambatan Listrik
Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk menahan atau
menentang aliran arus listrik. Besarnya hambatan pada sebuah rangkaian listrik
menentukan jumlah aliran arus pada rangkaian untuk setiap tegangan yang diberikan
pada rangkaian dan sesuai dengan prinsip hukum Ohm.
28
Kita mungkin menyangka bahwa hambatan kawat yang tebal akan lebih kecil dari yang tipis karena kawat yang lebih tebal memiliki area yang lebih luas untuk lewatnya elektron. Dan mungkin anda berpikir bahwa hambatan akan lebih besar jika panjangnya lebih besar karena ada lebih banyak pengahalang untuk aliran elektron. Dan memang, ternyata ditemukan pada eksperimen bahwa hambatan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang A yaitu
R = ρ AL
dimana ρ, konstanta pembanding disebut hambat jenis (resistivitas) dan bergantung pada bahan yang digunakan. Satuan ρ adalah Ω m.
(Giancoli,2001: 35-40)
2.7 Kajian yang Relevan
1. Penelitian yang relevan pertama dilakukan oleh Ririyanti Korompot yang
mengkaji tentang pengembangan bahan ajar berbasis pemecahan masalah materi
segitiga pada siswa kelas VII di sekolah SMP Negeri 4 Gorontalo kota
gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana mengembangkan bahan
ajar berbasis pemecahan masalah dengan model pembelajaran kooperatif
dengan model pengembangan ADDIE pada mata pelajaran metematika pada
materi segitiga. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa pengembangan
bahan ajar berbasis pemecahan maslah pada materi struktur ruang dan bangun
datar dapat memudahkan peserta didik dalam memecahkan masalah terutama
pada pengerjaan soal-soal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dalam
menyelesaikan soal-soal perhitungan.
2. Penelitian relevan juga sebelumnya dilakukan oleh Masril yang mengkaji
tentang pengembangan model pembelajaran fisika SMA berbasis graphic
29
organizers melalui belajar kooperatif tipe stad ditinjau dari peningkatan nilai
UN 2008 untuk tingkat SMA Negeri di kota Padang. Penelitian yang dilakukan
termasuk dalam penelitian pengembangan (Research and Development) karena
dalam penelitian ini dilakukan perencanaan pengembangan model pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Fisika, dalam
mengungkap masalah yang ditemui di lapangan seperti rendahnya pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep Fisika.
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah: pengembangan model pembelajaran kooperatif dapat mengubah
karakteristik belajar siswa menjadi baik dalam proses pembelajaran.
Top Related