7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran Matematika SD
Pembelajaran Matematika di sekolah dasar lebih menekankan hal-hal yang
konkret kemudian antar konsep-konsep saling dikaitkan. Ibrahim dan Suparni
(2012:5) menyebutkan “matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan,
sebab matematika sering dicari keragaman seperti keruntutan, dan keterkaitan
pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model-model yang merupakan
representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk selanjutnya
dibuktikan kebenarannya secara deduktif”. Sedangkan Ruseffendi (dalam
Heruman, 2011:1) menyimpulkan “matematika adalah bahasa simbol; ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya
ke dalil”.
Depdiknas (2006) menyimpulkan matematika bersifat ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Berdasarkan beberapa
definisi tentang pengertian matematika penulis menyimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu yang memiliki konsep yang saling terorganisir yang berpotensi dalam
memajukan teknologi dan daya pikir manusia yang dengan cara pembuktian yang
mengahasilkan dalil.
Soejadi (dalam Heruman, 2011:1) menyimpulkan “Hakikat matematika
yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir
yang deduktif. Pelajaran Matematika memiliki berbagai unit yang satu sama lain
saling berkaitan, yang terpenting dalam belajar matematika adalah bagaimana
pemecahan masalahnya.” Anwara (dalam Ibrahim, 2012) menyimpulkan karena
matematika didasarkan pada satu pemikiran bahwa materi matematika merupakan
materi yang abstrak yang memiliki karakteristik berbeda dibanding materi ilmu
8
lainny. Selama matematika diajarkan sifatnya hafalan maupun parsial
kemungkinan siswa untuk memiliki kemampuan matematis tingkat tinggi
memiliki peluang kecil. Oleh karena itu, guru diharapkan menemukan cara yang
dianggap terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep matematika. Ibrahim dan
Suparni (2012) menyarankan guru diharapkan mampu menggunakan model
pembelajaran yang lebih baik lagi.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif
(Depdiknas, 2006). Pelajaran Matematika juga bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram, dan media lain dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan mata pelajaran matematika di SD/MI dari Depdiknas (2006:417)
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep danmengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau medialain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajarimatematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Depdiknas (2006) mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan
SD/MI meliputi aspek-aspek atau memilki ruang lingkup, yaitu bilangan,
geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.
9
2.1.2 Peta Pikiran (Mind Map)
2.1.2.1 Definisi Peta Pikiran (Mind Map)
Mind Map memiliki banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Michael
Michalo (dalam Tony Buzan, 2012:2) “Mind Map merupakan alternatif pemikiran
keseluruhan otak terhadap pemikiran linier [Mind Map] menggapai ke segala arah
dan mengungkap berbagai pikiran dari segala sudut”. Mind Map menggapai ke
segala arah dan menangkap berbagai pikiran dan segala sudut. Tony Buzan (2012)
menambahkan Mind Map merupakan cara yang mencatat kreatif, efektif, dan
secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Mind Map juga sederhana.
Mind Map menggunakan warna semuanya memiliki struktur alami yang
memancar dari pusat dengan melibatkan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar
yang sesuai dengan rangkaian aturan sederhana, alami, mendasar, dan sesuai
dengan cara kerja otak.
De Porter dan Hernacki (2011) beranggapan bahwa Mind Map sebagai
“pendekatan keseluruhan otak” karena peta pikiran atau Mind Map merupakan
pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang
berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan,
dan merencanakan. Berbeda dengan pendapat Purwoko (2012:23) yang
menyatakan “Mind Map merupakan cara mencatat yang mengembangkan cara
belajar visual”. Mind map memadukan kedua belah otak sehingga akan
memudahkan mengatur dan mengingat segala informasi, baik secara tulis maupun
verbal. Adanya kombinasi antara garis, kata, warna, simbol kemudian dimasukkan
kedalam secara terstruktur akan membuat informasi mudah.
Melvin L. Silbermen (2012:200) berpendapat bahwa “Mind Map
merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk mengahsilkan gagasan, mencatat apa
yang dipelajari, atau merancanakan tugas baru”. Berdasarkan perbedaan beberapa
pendapat mengenai Mind Map, penulis menyimpulkan bahwa Mind Map
merupakan suatu desain pembelajaran dengan cara mencatat dengan cara
memetakan pemikiran yang membentuk seperti struktur otak atau peta jalan.
10
2.1.2.2 Peta Pikiran (Mind Map) Model Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
DePorter dan Hernacki (2011) beranggapan bahwa Mind Map sebagai
“pendekatan keseluruhan otak” karena peta pikiran. Mind Map merupakan
pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang
berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan,
dan merencanakan.
DePorter dan Hernacki (2011:152) menyimpulkan “Peta pikiran
menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu ide-ide
yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide
orisinil dan memicu ingatan yang mudah”.
Gambar 1 Mind Map Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
Langkah membuat Mind Map model DePorter dan Hernacki (2011:155-
156) sebagai berikut:
a. Tulislah gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah
dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. Misalnya, dilingkupi gambar
bohlam.
b. Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin
atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung
dari jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk
tiap-tiap cabang. (gambar 1 di ilustrasikan menggunakan warna)
11
c. Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan
untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti
sebuah gagasan dan memicu ingatan anda. Jika Anda menggunakan
singkatan, pastikan bahwa Anda mengenal singkatan-singkatan tersebut
sehingga Anda dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-
hari atau berminggu-minggu setelahnya.
d. Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untk mendapatkan
ingatan yang lebih baik.
Kiat- kiat tambahan untuk membuat peta pikiran (Mind Map) menjadi
lebih mudah diingat (Bobbi DePorter dan Hernacki, 2011:157) sebagai berikut:
a. Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya.b. Tambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci –
gunakan pulpen warna-warni.c. Tulislah kata kunci/frase pada tiap-tiap cabang, kembangkan untuk
menambahkan detai-detail.d. Tambahkan simbol dan ilustrasi.e. Gunakan huruf-huruf kapital.f. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.g. Hidupkan peta pikiran.h. Garis bawahi kata-kata dan gunakan huruf-huruf tebal.i. Bersikap kreatif dan berani.j. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau gagasan-
gagasan.k. Buatlah peta pikiran secara horizontal.
Mind Map menurut DePorter dan Hernacki (2012:172) memiliki manfaat
sebagai berikut:
a. Fleksibel, jika seseorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskansuatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannyadi tempat yang sesuai dalam peta pikiran anda tanpa harus kebingungan.
b. Dapat memusatkan Perhatian, Anda tidak perlu berpikir untukmenangkap setiap kata yanh dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapatberkosentrasi pada gagasan-gagasannya.
c. Meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan atau laporanteknik, peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikancatatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
d. Menyenangkan, imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas. Dan hal itumenjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.
12
2.1.2.3 Peta Pikiran (Mind Map) Model Tony Buzan
Otak manusia terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan
kiri. Otak kiri memikirkan hal, seperti kata-kata, logika, angka, urutan, linieritas,
analisis, dan daftar. Sedangkan otak kanan memikirkan hal, seperti irama,
kesadaran ruang, gestalt (gambar keseluruhan), imajinasi, melamun, warna, dan
dimensi. Buzan (2012:96) mengatakan “cara kerja Mind Map menggunakan kedua
belahan otak yang berpikir secara linier dan berurutan”. Sehingga memudahkan
kita dalam berpikir, mengingat, berencana, menyusun, dan mengambil kendali.
Tony Buzan (2012) menyatakan bahwa Mind Map merupakan cara yang
mencatat kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran
kita. Mind Map juga sederhana. Mind Map menggunakan warna semuanya
memiliki struktur alami yang memancar dari pusat dengan melibatkan garis
lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan rangkaian aturan
sederhana, alami, mendasar, dan sesuai dengan cara kerja otak. Mind Map
menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dan segala sudut.
Buzan (2012:124) menyimpulkan sebagai berikut:
Mind Map membantu otak membuat asosiasi dan lompatan-lompatan besar dalam pemahaman. Mereka mengandalkan kegiatan intiotak untuk membuat kaitan-kaitan. Seni menggambar Mind Mapmendorong otak untuk membuat asosiasi: setiap cabang mengaitkan satupikiran dengan pikiran lainnya. Mind Map juga merupakan cara cerdikuntuk mengatur informasi ke dalam kelompok pada sebuah halaman danmenggunakan gambar-gambar sebagai simbol-simbol pemicu.
Mind Map Tony Buzan memiliki ciri-ciri struktur memancar dari pusat
menggunanakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu
rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja
otak.
13
Gambar 2 Mind Map Tony Buzan
Menurut Tony Buzan (2012), ada tujuh langkah membuat Mind Map
sebagai berikut:
a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan secara mendatar.
Gambar 3 langkah 1
b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral.
Gambar 4 Langkah 2
14
c. Gunakan warna.
Gambar 5 Langkah 3d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang
tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
Gambar 6 Langkah 4e. Buatlah garis garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Gambar 7 Langkah 6f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
Gambar 8 Langkah 6
15
g. Gunakan gambar.
Gambar 9 Langkah 7
Tony Buzan menambahkan (2008:25)“keefektifan dan kreatifitas model
Mind Map buatanya sangat membantu kita untuk: mengingat, berkonsentrasi,
mencatat, memahami, memilah informasi dan gagasan, menjadi kretif,
menggunakan imajinasi, tetap tenang, tetap berminat, dan mengendalikan”.
2.1.2.4 Persamaan dan Perbedaan Mind Map Tony dengan Mind Map
DePorter dan Hernacki
Kesederhanaan bentuk merupakan kelebihan Mind Map. Penggunaan
warna-warna yang memberikan efek menarik sehingga memudahkan untuk
membaca dan mengingatnya. Mind Map dikembangkan oleh beberapa tokoh
sebagai inovasi teknik mencatat. Mind Map dikembangkan pada tahun 1970-an
dan dilanjutkan oleh beberapa tokoh seperti Bobbi DePorter dan Mike Hernacki.
Dari berbagai model yang dikembangkan oleh beberapa tokoh memiliki
persamaan dan perbedaan baik bentuk dan ciri khasnya.
Kesamaan antara model Mind Map DePorter Hernacki dengan model
Mind Map Tony Buzan adalah keduanya sama-sama menggunakan warna untuk
memudahkan dalam memahami dan mengingat. Keduanya menggunakan cabang
untuk saling mengorganisasikan dengan gagasan lain. Disamping menggunakan
warna dan cabang, gagasan utama untuk memulai catatan dari pusat/tengah, dan
tersusun secara horizontal.
Selain persamaan ada perbedaan dari kedua model. Tony Buzan
mengawalinya dalam bentuk seperti struktur otak yang memancar dati tengah.
16
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki membentuk Mind Map seperti peta jalan.
Model Mind Map Tony Buzan menggunakan gambar atau foto pada gagasan
utama dan pada cabang terakhir, tapi DePorter dan Hernacki gambar/simbol untuk
melingkupi gagasan utamanya dan cabang terakhir menggunakan simbol
sederhana. Kesimpulannya perbedaan yang paling menonjol, yaitu model Mind
Map Tony buzan lebih menggunakan gambar untuk membuat catatannya
sedangkan model Mind Map DePorter dan Hernacki menggunakan simbol
sederhana untuk membuat catatanya.
2.1.2.5 Kelebihan Mind Mapping dalam Pembelajaran
Adapun kelebihan-kelebihan model pembelajaran Mind Mapping yaitu:
a. Mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman yang telah dikuasai siswa.
b. Dapat digunakan untuk meluruskan kesalahpahaman apabila ada
kesalahan.
c. Cara cepat untuk belajar atau menjelaskan materi pelajaran yang luas.
d. Proses dalam menggambar peta pikiran dengan mudah dapat
memunculkan ide-ide baru.
2.1.2.6 Kekurangan Mind Mapping dalam Pembelajaran
Selain memilki kelebihan, model pembelajaran Mind Mapping juga
memiliki kelemahan sebagai berikut:
a. Tidak semua materi dapat disajikan ke dalam Mind Map.
b. Kurang adanya kerjasama antar siswa sebab siswa yang kurang kreatif
akan lebih menyerahkan kepada teman lain yang memiliki kreatifitas di
atasnya.
c. Materi pembelajaran yang disajikan kurang detail.
2.1.2.7 Langkah-langkah Mind Mapping dalam Pembelajaran
Model pembelajaran Mind Mapping sebaiknya dilakukan secara
berpasangan (2 orang) dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan tujan pembelajaran dan membagikan bahan belajar
atau handout kepada siswa.
17
b. Guru menyajikan atau menjelaskan materi.
c. Guru membentuk kelompok untuk membuat peta konsep/peta pikiran
sebagai pengukur tingkat pemahaman siswa atas materi yang telah
dipelajari.
d. Guru membimbing siswa untuk melakukan presentasi atas peta pikiran
yang dibuat dengan memberikan beberapa penjabaran atas kata-kata kunci
dari peta pikiran yang di buat.
e. Guru bersama-sama dengan siswa merangkum pembelajaran.
f. Guru memberikan evaluasi/ latihan soal untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran.
2.1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar sering diartikan sebagai hasil akhir dari evaluasi
pembelajaran. Dimyati dan Mujiono (2006:3) menyimpulkan “hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi
siswa hasil belajar merupakan penggal dan puncak proses belajar”. Sedangkan
Winkel (2012) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kemampuan baru
sama sekali; boleh juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari
suatu kemampuan yang telah dimilki. Selanjutnya, Wismono (dalam Isnining
2011) hasil belajar dipandang sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil
pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu.
Nana Sudjana (2011:12) memiliki pendapat yang berbeda yaitu:
Sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswaterhadap tujuan-tujuan instruksional. Karena isi rumusan tujuan instruksionalmenggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya.Belajar terdiri dari input kemudian proses (belajar) dan menghasilkan output(hasil belajar) dapat dijelaskan bahwa proses (belajar) yang biasa akanmenghasilkan output atau hasil belajar yang biasa pula.Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga akan mempengaruhi atau
berdampak pada hasil belajar.
18
Gagne (dalam Ratna Wilis, 2011) mengemukakan bahwa “hasil belajar
ditandai dengan lima kemampuan meliputi lima domain: keterampilan intelektual,
strategi kognitif, sikap, informasi verbal, keterampilan motorik”. Gagne (dalam
Winkel, 2012) lebih menekankan kemampuan internal yang telah menjadi pribadi
dan memungkinkan seseorang mendapatkan prestasi (performance). Bloom
(dalam Ratna Wilis, 2011) memiliki perbedaan pendapat dan membagi hasil
belajar atas tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom (dalam Winkel,
2012) menjabarkan bahwa ranah kognitif meliputi: mengetahui, memahami,
menerapkan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selanjutnya ranah afektif meliputi:
penerimaan, pertisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola
hidup. Terakhir, ranah psikomotor meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola
gerakan, dan kreatifitas.
Berdasarkan perbedaan beberapa pendapat mengenai hasil belajar, penulis
menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dalam proses belajar
berupa perubahan baik perilaku baru atau penyempurnaan dari kemampuan yang
telah dimiliki sebelumnya yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf.
2.2 Kajian-kajian Hasil Penelitian yang Relevan
PTK Isnining (2011) berjudul “Upaya Merancang Peta Konsep Dalam
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Materi Sumberdaya
Alam Kelas 1V Semester 1 SD Negeri Dringo Kecamatan Todanaan Kabupaten
Blora Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rancangan peta konsep dalam pembelajaran IPS mampu meningkatkan ketuntasan
belajar pada kondisi awal/ pembelajaran yang tidak menggunakan rancangan peta
konsep; penggunaan rancangan peta konsep siklus I; penggunaan rancangan peta
konsep siklus II adalah: 35%; 70%; 95%. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada
kondisi awal/pembelajaran yang tidak menggunakan rancangan peta konsep;
dengan penggunaan rancangan peta konsep siklus I; penggunaan rancangan peta
konsep siklus II adalah; 59,25; 72,25 ;80,15. kemudian terjadi kenaikan angka
skor maksimal dari kondisi awal; siklus I; siklus II adalah: 80; 88; 95, dan terjadi
19
kenaikan angka skor minimal dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II yaitu dari:
40; 55; 68.
Penelitian Yudy Guspriyanto dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode
Pembelajaran MIND MAPPING terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Jenis penelitian yang adalah eksperimen dengan
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-Experimental
Research bentuk Nonequivalent Control Group Design. Bahan yang diteliti adalah
minat belajar dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan
bentuk tes pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar IPS dan angket untuk
mengukur minat belajar. Dari data yang diperoleh kemudian dibandingkan untuk
mencari signifikansi dengan menggunakan uji beda (uji t). Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh minat belajar dan
hasil belajar melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dalam
pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN Banyubiru 01.
Selanjutnya, penelitian oleh Daniel Hendra Purwoko (2012) yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Metode Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas IV SD
Pangudi Luhur Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012”. Hasil
penelitian kelas kontrol mempunyai rata-rata 74,269 dan kelas eksperimen 82,87.
Nilai signifikansi yang diperoleh dari penghitungan anova 2 jalan 0,000 dengan
tingkat kesalahan 5%, menunjukkan bahwa metode Mind Mapping berpengaruh
terhadap hasil belajar. Sedangkan penghitungan dalam perbedaan jenis kelamin
menunjukkan nilai 0,003 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh
terhadap metode yang digunakan. Peneliti menggunakan perbandingan dari hasil
pretest dan nilai postest kemudian dicari selisih antara jenis kelamin laki- laki dan
perempuan. Dari hasil perhitungan terdapat selisih 10,449. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode mind mapping lebih berpengaruh terhadap siswa
dengan jenis kelamin laki-laki. Pembelajaran mind mapping disajikan dalam
catatan bentuk catatan, diskusi, tanya jawab, dan soal evaluasi.
20
2.3 Kerangka Berpikir
Guru yang baik adalah guru yang mampu mengajar dengan efektif dan
sistematis. Untuk mengatasi beberapa masalah pembelajaran matematika dalam
kelas guru harus mampu menemukan model pembelajaran yang efektif agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Mengatasi masalah rendahnya nilai
matematika pada siswa tidak hanya sekedar mengajar dengan model pembelajaran
yang efektif saja, selain itu guru juga harus mampu menggali kreatifitas dan
potensi yang dimiliki oleh siswanya. Guru memegang peranan penting dari
kesimpulan Phopam dan Baker (2008), guru merupakan satu di antara pembentuk-
pembentuk utama calon warga masyarakat.
Guru kurang efektif dalam menentukan model pembembelajaran, siswa
belum menemukan gaya belajar, catatan kurang efektif dan sistematis sehingga
hasil belajar tidak sesuai harapan. Matematika sering mendapat kurang perhatian
dari siswa, banyak rumus, banyak sifat, dan hitungan membuat siswa
menghindarinya. Matematika mata pelajaran yang mudah karena saling
berasosiasi antar satu konsep dengan konsep yang lain dan matematika tersaji
dengan sistematis. Mind mapping merupakan model pembelajaran yang berbentuk
sederhana dengan prinsip seperti kerja otak hanya dengan garis lengkung, simbol,
dan kata kunci. Tersaji dengan sederhana sehingga mudah dipahami.
Tantangan untuk meningkatkan hasil belajar matematika memungkinkan
akan tercapai karena mampu membuat mata pelajaran Matematika menarik bagi
siswa. Dengan adanya penerapan model pembelajaran Mind Mapping Tony Buzan
dengan model pembelajaran Mind Mapping Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
akan menarik minat dan motivasi belajar belajar siswa. Motivasi dan minat
merupkan dorongan intern dari siswa yang berpotensi untuk meningkatkan hasil
belajar.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka berpikir, Sugiyono (2010:96) merumuskan
“hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan”.
21
Sedangkan Puwanto (2010:145) memiliki perbedaan pendapat “hipotesis
merupakan dugaan berdasarkan keterangan teori yang semetara diterima sebagai
kebenaran sambil menunggu pengujian menggunakan data empiris”. Dapat
disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan.
Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Ada perbedaan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 antara siswa yang
belajar dengan model pembelajaran Mind Mapping Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki dan model pembelajaran Mind Mapping Tony Buzan.
2) Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 model pembelajaran Mind
Mapping Tony Buzan lebih kecil dari pada (<) model Mind Mapping
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki.
3) Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 model pembelajaran Mind
Mapping Tony Buzan lebih besar daripada (>) model Mind Mapping
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki.
Top Related