8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permainan Bola Basket
a. Pengertian Permainan Bola Basket
Permainan. bola basket merupakan permainan beregu, yang
masing-masing regu terdiri 5 orang pemain. Tujuan permainan bola basket
yaitu untuk mendapatkan skor dengan memasukkan bola ke dalam
keranjang lawan dan mencegah tim lawan melakukan hla serupa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hal Wissel (2000:2) bahwa :
“Bola basket dimainkan oleh tim dengan 5 pemain per tim.
Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan
bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa.
Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan
tangan atau dengan mendribllenya (batting, pushing, atau tapping)
beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan
secara bersamaan.”
Bola basket merupakan olahraga permainan beregu yang dapat
dimainkan baik putra maupun putri. Permainan ini menggunakan bola
besar dan dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper, dilempar dan
boleh dipantulkan ke lantai di tempat, atau sambil berjalan dan tujuannya
adalah memasukkan bola ke dalam keranjang lawan untuk mendapatkan
nilai. Pemenangnya adalah regu yang dapat mengumpulkan nilai dengan
memasukkan bola ke dalam keranjang yang lebih banyak.
Menurut Imam Sodikun (1992:48) bahwa “Teknik dasar bola
basket dibagi menjadi :
1) Teknik Melempar dan Menangkap Bola
Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan
menangkap berarti menerima bola. Oleh karena itu kegiatan ini dapat
berlangsung silih berganti, maka selalu dilakukan berteman biasanya
juga disebut operan. Apabila seseorang memegang bola mak a ia harus
siap untuk menerima atau menangkap bola. Operan ini merupakan
teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah pemain dapat
melakukan gerakan mendekati ring (basket) dan seterusnya melakukan
tembakan.
9
2) Teknik Menggiring Bola
Menggiring bola adalah salah satu cara yang diperbolehkan
oleh peraturan untuk membawa lari bola ke segala arah. Seorang
pemain boleh membawa bola lebih dari satu langkah, asal bola sambil
dipantulkan , baik dengan bolanya ingin mendekati ring (basket) dan
memasukkannya (menembak). Cara menggiring bola yang dibenarkan
adalah dengan satu tangan saja (kiri/kanan). Untuk kemahirannya
dianjurkan untuk membiasakan keduanya, jadi yang baik hendaknya
seimbang kekuatan menggiring dengan tangan kanan dan kiri.
3) Teknik Menembak
Menembak merupakan sasaran akhir setiap pemain.
Keberhasilan suatu regu dalam permainan selalu ditentukan oleh
keberhasilannya dalam menembak. Untuk dapat berhasil dalam
tembakan perlu dilakukan teknik-teknik yang betul.
4) Teknik Gerakan Berporos
Gerakan berporos (pivot) adalah suatu mengubah arah hadap
badan ke segala arah dengan satu kaki tetap tinggal ditempat sebagai
poros (as). Kaki poros ini tidak boleh terangkat atau bergeser dari
tempatnya.
5) Merayah
Merayah adalah suatu usaha mengambil (menangkap) bola
yang datangnya memantul dan pirebutkan.
b. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Bola Basket
Teknik dasar permainan bola basket merupakan komponen-
komponen yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain.
Wissel Hal (2000:15) menyatakan bahwa, “Meskipun bola basket adalah
permainan tim, namun penguasaan teknik dasar sangatlah penting sebelum
bermain dalam tim”. Hal senada dikemukakan A.Sarumpaet , Zulfar
Djazet, Parno dan Imam Sodikun (1992:223) bahwa, “Keterampilan bola
basket dapat dicapai sampai tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik.
Oleh karena itu teknik dasar perlu dilakukan dengan cara-cara yang benar
agar keterampilan dapat ditingkatkan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa,
menguasai teknik dasasr bola basket secara individu merupakan
kemampuan yang harus dimiliki setiap pemain bola basket. Penguasaan
teknik dasar bola basket yang baik akan dapt mendukung penampilan
seorang pemain baik secar individu maupun secara tim. Menurut
10
Soebagio Hartoko, “Teknik dasar permainan bola basket terdiri dari : “(1)
operan, (2) menangkap, (3) menembak, (4) menggiring , (5) olah kaki, (6)
gerakan berporos, (7) melompat/meloncat, (8) gerak tipu”(1993:22-25).
Hal senada dikemukakan Wissel Hal bahwa, “Shooting, passing, driblling,
rebounding, defending bergerak dengan bola dan bergerak tanpa bola
adalah teknik dasar yang harus dikuasai”(2000:15).
Berdasar dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik
dasar permainan bola basket terdiri dari dua macam yaitu teknik dasar
tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknk tersebut merupakan
komponen-komponen dalam permainan bola basket. Teknik-teknik
tersebut di atas harus dikuasai oleh setiap pemain agar dapat mendukung
penampilannya dalam bertanding. Dengan menguasai macam-macam
teknik dasar permainan bola basket dengan baik memberi peluang untuk
dapat memenangkan pertandingan.
c. Teknik Menembak (shooting)
Menembak merupakan keterampilan yang sangat penting dan
mendasar dalam permainan bola basket. Teknik ini wajib dikuasai dengan
baik, karena suatu tim akan memenangkan suatu pertandingan apabila
mempunyai keterampilan menembak yang baik. Berdasar PERBASI
(2004:23) teknik menembak itu sendiri masih terbagi lagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
1) Set shoot
Tembakan ini jarang digunakan dalm permainan biasa. Karena
bila penembak tidak melompat, maka tembakannya akan mudah
dihalangi oleh lawan. Umumnya tembakan ini dilakukan saat lemparan
bebas atau bila memungkinkan untuk menembak tanpa rintangan.
2) Lay up shoot
Lay up adalah salah satu teknik memasukkan bola ke dalam
jaring dalam permainan bola basket. Dilakukandengan men-dribble
bola dari garis tembakan bebas, kemudian melompat dengan satu kaki
bergantian dan pada lompatan kedua dilakukan tembakan ke ring
secara bersamaan. Saat melompat, bola dibawa dengan dua tangan,
setelah itu dilepaskan ke arah ring dengan satu tangan.Sedangkan
tangan lainnya membantu dan melindungi bola.Lay up
11
dilakukandengan memantulkan bola ke bagian atas papan ring terlebih
dahulu ataupun langsung memasukkan bola ke ring.
3) Underhandshoot
Tembakan ini adalah jenis tembakan lay up. Ketika penembak
setelah melompat ke arah, mengangkat lengan dan mengangkat
tangannya ke atas untuk menjauhkan bola dari pemain lawan.
4) Jump shoot
Tembakan ini sulit dihalangi karena di titik tertinggi lompatan
vertikal penembak.
5) Hook shoot
Tembakan hook adalah tembakan lemah dan akurat serta
merupakan gerakan low post yang baik. Bila dilakukan denganbenar
maka tembakan ini sulit dihalangi oleh lawan, karena tangan yang
menembak berada jauh dari pemain bertahan. Bahkan ketika dijaga
oleh lawan yang mempunyai postur tinggi sekalipun. Tembakan hook
selalu diawali dengan pemain memunggungi keranjang. Sama seperti
jump shoot, tembakan ini sangat penting tergantung keseimbangan
tubuh. Untuk melakukan tembakan ini dengan tangan kanan, pemain
berpivot dengan kaki kanan dan melangkah dengan kaki kiri.
Kemudian ia mengangkat lutut kanan ke atas dan melepaskan bola
dengan mengebaskan pergelangannya.
6) Dunking
Tembakan dunking dulunya dianggap suatu atraksi yang
dilakukan pemain-pemain tinggi. Saat ini, tembakan tersebut sudah
umum. Keuntunganny adalah tembakan ini dilakukan tanpa lompatan
jauh sehingga sulit dihalangi. Tembakan dunk adalah gerakan
mengagumkan dan dapat mengobarkan semangat tim serta
menjatuhkan mental lawan dengan cepat. Dunking dapat dilakukan
dengan satu tangan atau dua, dari depan atau belakang.
Menembak atau shooting adalah keahlian yang sangat
penting dalam permainan bola basket, teknik dasar seperti operan,
menggiring, bertahan, rebounding adalah teknik yang harus dikuasai.
Namun untuk membuat angka harus mampu melakukan tembakan
d. Lay Up Shoot Bola Basket
1) Pengertian Lay Up Shoot Bola Basket
Menembak atau shooting merupakan teknik dasar bola basket
yang sangat penting. Nilai atau angka tercipta dalam permainan bola
basket melalui tembakan-tembakan yang tepat dan akurat pada ring
lawan. Dalam melakukan tembakan permainan bola basket dapat
dilakukan dengan beberapa macam, di antaranya tembakan lay up.
12
Dibandingkan dengan jenis tembakan lainnya, tembakan lay up
memiliki prosentase yang lebih besar dapat masuk ke dalam ring
lawan. Seperti dikemukakan John Oliver (2007: 13) bahwa:
Meskipun banyak pemain banyak pemain bola basket terus
mencoba melakukan tembakan tiga angka, statistik
mengungkapkan bahwa para penembak tiga angka terbaik pun
hanya 40 hingga 45 persen dari semua usaha lemparan tiga
angka mereka. Persentase tembakan tertinggi adalah tembakan
dalam, seperti lay up yang dilakukan oleh seorang pemain
penyerang yang berada dalam jarak sekitar satu meter dari ring
basket. Para pemain bola basket yang melakukan sebagian
tembakan mereka dari posisi yang dekat dengan ring basket
biasanya memiliki ketepatan tembakan paling tinggi
(persentase bola masuk) 55 hingga 60 persen berhasil dari
semua usaha tembakan mereka.
Pendapat tersebut menunjukkan, tembakan lay up memiliki
peluang yang besar untuk masuk ke dalam ring basket lawan. Hal ini
karena tembakan lay up dilakukan sedekat mungkin dengan ring
basket. Berkaitan dengan tembakan lay up Imam Sodikun (1992: 103)
menyatakan, “Tembakan lay up adalah jenis tembakan yang efektif,
sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan ring
basket”.Menurut Hal Wissel (2000: 61) berpendapat, “Tembakan lay
up dilakukan dekat dengan ring setelah menangkap bola atau
menggiring bola”. Hal senada dikemukakan Agus Mukholid (2004:
44) bahwa, “Lay up atau melangkah melayang adalah melangkah yang
dilakukan dengan melayang mendekati basket (keranjang), biasanya
setelah lay up dilanjutkan dengan tembakan ke arah basket (keranjang
dengan tanaga yang sedikit, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan
ke dalam basket (keranjang)”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan,
tembakan lay up merupakan tembakan yang dilakukan dengan
melayang untuk mencapai ring sedekat mungkin agar lebih mudah
memasukkan bola ke dalam ring basket. Dengan kata lain, lay up shoot
13
adalah tembakan melayang, karena sebelum melakukan tembakan,
pemain melakukan langkah panjang, langkah pendek sebagai persiapan
untuk melompat dan melakukan tembakan sedekat mungkin dengan
ring basket. Rangkaian gerakan dari lay up shoot inilah seolah-olah
melayang, sehingga lay up shoot dikatakan tembakan melayang. Untuk
dapat melakukan tembakan lay up dengan baik, maka harus menguasai
teknik tembakan lay up.
2) Teknik Lay Up Shoot Bola Basket
Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya
perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai
tujuannya.Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis,
fisiologis, mekanika, biomekanika dan mental terpenuhi
persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan
memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.
Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, jika seorang pemain
bola basket menguasai teknik lay up shoot dengan baik dan benar.
Imam Sadikun (1992: 104) menyatakan, “Teknik tembakan lay up ada
dua cara, yaitu (1) melalui operan dan (2) menggiring bola”.Hal senada
dikemukakan Agus Mukholid (2004: 44) bahwa, “Gerakan melangkah
pada lay up shoot dapat dilakukan dari menerima bola atau gerakan
menggiring bola”.
Prinsip teknik tembakan lay up ada dua cara yaitu, melalui
operan dan diawali dengan menggiring bola. Tembakan lay up melalui
operan yaitu, operan dilakukan oleh teman seregunya secara tepat
(bola setinggidada), pemain berusaha menjemput bola sambil
melompat dan pada saat melayang inilah bola ditangkap. Setelah itu
menumpu dengan kaki yang lain lagi untuk melompat sambil
membawa bola untuk ditembakkan.
Tembakan lay up yang diawali dengan menggiring bola yaitu,
pemain menggiring bola sendiri menuju ke ring basket. Setelah dekat
dengan basket, kemudian melakukan tembakan lay up tergantung pada
14
perkiraan dan keterampilan masing-masing pemain. Menangkap bola
dari menggiring bola tersebut dilakukan dari pantulan bola dari lantai
sambil melayang (melompat), melangkah, melompat untuk menembak
seperti pada gerakan lay up yang dilakukan dengan operan dari teman
seregunya. Perbedaannya hanyalah pada saat menerima bola dari diri
sendiri saat menggiring bola.
Teknik tembakan lay up pada prinsipnya dilakukan melalui
operan teman seregunya atau diawali dari menggiring bola (dribbling).
Hal terpenting dan harus diperhatikan saat akanmelakukan tembakan
lay up harus tepat menangkap bola, melakukan langkah lay up dan
menembakkan bola ke dalam ring basket. Arma Abdoellah (1981:
103) menyatakan, “Yang perlu diperhatikan dalam tembakan lay up
adalah (1) saat menerima bola, (2) saat melangkah, (3) saat
melepaskan bola”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi
gambar rangkaian gerakan lay up shoot sebagai berikut:
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot
(Sumber: A. Sarumpaet dkk., 1992: 234)
3) Pelanggaran yang Sering Terjadi Dalam Lay Up Shoot
Lay up adalah bentuk keterampilan yang menuntut skill yang
tinggi. Bagi siswa sekolah, tembakan lay up merupakan salah satu
teknik tembakan bola basket yang sulit untuk dikuasai.
15
Menurut Hal Wissel (2000: 62-63) pelanggaran yang sering
terjadi dalam lay up shoot yaitu:
(1) Pada saat mengambil ancang-ancang menggunakan
lompatan jauh (imbang ke depan atau ke samping)
ketimbang melompat tinggi.
(2) Sebelum melakukan tembakan memutar bola ke arah dalam
dan sehingga gampang dihalangi atau dicuri lawan.
(3) Kehilangan perlindungan dan kontrol pada bola karena
terlalu cepat menarik tangan penyeimbang pada bola.
(4) Tembakan berputar dari samping menghasilkan gerakan
bola yang memutar menjauhi ring.
(5) Bola memantul rendah pada papan dan keluar.Dengan
sedikit sentuhan dengan tangan, tembakan jatuh rendah.
(6) Setelah melakukan lay up tidak siap merebutnya kembali
atau gagal melakukan rebound.
Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, jika pelanggaran-
pelanggaran seperti di atas dapat dihindari. Kesalahan dari gerakan lay
up shoot akan merugikan, karena bola akan menjadi hak lawan. Usaha
untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran dalam gerakan lay up
shoot. Hal Wissel (2000: 63) menyarankan hal-hal sebagai berikut
(1) Jaga posisi kepala tegak dan fokuskan pada target. Jalan
beberapa langkah sebelum memulai (take off) sehingga
dapat cepat menekuk lutut take off dan memeperoleh
momentum gaya angkat. Sewaktu take off angkat lutut yang
satu lagi lurus bersamaan dengan melompat bola ke dalam
keranjang. Kombinasi dari mengangkat lutut ke atas dan
gerakkan tangan akan mendorong tubuh melompat lebih
tinggi.
(2) Angkat bola lurus ke atas ketika menembak.
(3) Jaga tangan penyeimbang pada bola sampai melepasnya.
(4) Tembak dengan tangan yang berada di belakang bola agar
diperoleh spin dan selanjutnya masukkan bola ke dalam
keranjang.
(5) Tembakan bola lebih tinggi dari papan sehingga bola
terpantul masuk ke dalam keranjang. Walaupun tidak tepat
tetapi ada kemungkinan bola akan masuk
(6) Mendarat di tempat yang sama–posisi kaki dengan lutut
dibengkokkan dan siap melakukan rebound.
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam
gerakan lay up shoot harus segera dibetulkan dan diberi contoh
16
gerakan lay up yang benar. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk
pola gerak yang salah, sehingga kualitas lay up shoot yang dihasilkan
tidak sesuai yang diharapkan.
2. Ring Sesungguhnya
Drs. Nuril Ahmadi ( 2007 : 9-10 ) menjelaskan ring sesungguhnya
adalah ketinggian ring basket standard, yang diukur dari bibir ring ke tanah
dengan ketinggian 3.05 m, diameter ring basket 0.45 m
3. Ring Modifikasi
Latihan lay up bola basket dapat dilakukan dengan memodifikasi alat,
dalam penelitian ini yang dimodifikasi adalah ketinggian ring. Modifikasi
alat yang dimaksud yaitu menggunakan ring dengan ukuran tinggi ring yang
bertahap mulai dari 240cm, 260cm, 280cm dan dengan ketinggian ring yang
sesungguhnya, Sukintaka ( ) maka ketinggian awal ring ditentukan 2,4 meter
dengan ring sesungguhnya 3,05 meter maka setiap peningkatan ketinggian
ring yaitu 20 cm.
2. Belajar Gerak
Di dalam belajar gerak proses seperti pada belajar pada umunya.
Namun proses yang terjadi pada belajar gerak ini memiliki karakteristik yang
berbeda, dimana dalam belajar terlihat suatu proses yaitu, terjadinya
perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar yang lebih baik
dari sebelum belajar. Proses belajar gerak melalui beberapa tahapan. Menurut
Fitts & Posner (1967) yang dikutip Sugiyanto (2004:44) “Proses belajar gerak
keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar yaitu (1) fase kognitif, (2) fase
asosiatif, (3) fase otonom”.
Dalam pelaksanaannya proses belajar gerak, ada beberapa hukum-
hukum belajar motorik yang harus dipahami dan dimengerti oleh seorang
guru. Hukum-hukum belajar motorik tersebut akan berpengaruh terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar keterampilan. Menurut Thorndike yang
dikutip Sugiyanto & Agus Kristiyanto,“Hukum-hukum belajar gerak
17
dibedakan menjadi 3 yaitu (1) hukum kesiapan (2) hukum pembelajaran,dan
(3) hukum pengaruh”.(1998 : 2-3)
Hukum kesiapan (law ofreadness) menurut tahap kesiapan, dimana
dalam pelaksanaan belajar keterampilan siswa harus betul-betul siap untuk
menerimanya. Lebih lanjut Sugiyanto & Agus Kristiyanto (1998:2)
menyatakan “Hukum kesiapan menyatakan bahwa belajar akan berlangsung
sangat efektif jika pelaku berada dalam suatu kesiapan untuk memberikan
respon”.
Hukum pembelajaran (low exercise) merupakan tahap pengulangan
gerak yang dipelajari, mengulang-ulang respon tertentu sampai beberapa kali
akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon. Sugiyanto & agus
Kristiyanto (1998:3) menyatakan, “Hukum pembelajaran mengandung dua hal
yaitu (1) low of use yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon
melemah kalau pembelajaran dihentikan”.
Hukum pengaruh (low of effect) menyatakan, penguatan atau
melemahnya suatu koneksi merupakan akibat dari proses yang dilakukan.
Hubungan stimulus respon menguat bila muncul respon disertai oleh keadaan
menyenangkan atau memuaskan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
hendaknya materi pembelajaran yang disajikan dapat mendatangkan
kesenangan hingga mampu melakukan secara berulang-ulang sehingga akan
memberi pengaruh yang lebih terhadap hasil belajar.
a. Proses Belajar Lay up
Proses mempelajari gerakan teknik dasar lay up diperlukan jangka
waktu tertentu. Belajar lay up pada dasarnya merupakan suatu proses.
Untuk dapat berubah dari tidak bisa, dari kurang bisa, dari kurang
terampil, memerlukan suatu proses yang disebut sebagai proses belajar.
Dalam prosesnya, belajar gerak teknik dasar lay up melalui
beberapa tahap atau fase pada prinsipnya sama dengan fase dalam proses
belajar gerak keterampilan lainnya. Menurut Fitts and Posner dalam Davis
(1967) yang dikutip Sugiyanto (2000:44) fase-fase tersebut adalah fase
kognitif, fase asosiatif, dan fase otonom.
18
Pada fase kognitif, siswa belajarr tentang apa yang akan dilakukan.
Didalam belajar lay upmula-mula siswa harus mengerti tentang gerakan
lay up. menurut Abdul Rohman (2010:16 ) Latihan lay updapat dilakukan
dua tahap yaitu :
1) Latihan langkah, pada bagian latihan ini tidak menggunakan bola. Cara
melakukan latihan ini adalah sebagai berikut :
a) Menolak dengan salah satu kaki, misalnya dengan kaki kiri
b) Langkah kaki kanan, kemudian kaki kiri lagi
c) Lakukan berulang-ulang
Setelah lancar latihan tersebut kemudian lakukan latihan di atas
dengan berlari. Dengan cara sebagai berikut :
a) Untuk langkah pertama harus panjang, badan condong kedepan
dan untuk melatih langkah pertama itu dapat dipergunakan
rintangan supaya merasakan saat melayang.
b) Langkah kedua pendek dilanjutkan dengan melakukan tolakan ke
atas setinggi mungkin sambi meluruskan tangan ke atas.
c) Mendarat dengan kedua kaki mengeper.
2) latihan langkah dilanjutkan dengan tembakan lay up dengan
menggunakan bola. Cara ini dapat dilakukan dengan gerakan sebagai
berikut :
a) Berlari kemudian melangkah, pada waktu badan melayang ambil
bola dari tangan kawan yang telah disediakan.
b) Lakukan dua irama langkah, langkah yang terakhir pendek dan
langsung menolak keatas setinggi-tingginya.
c) Luruskan lengan yang memegang bola, lepaskan bola kepapan
pantul tepat pada garis tegak lurus di atas ring, pandangan ke papan
pantul.
d) Kalau bola tepat mengenai garis yang tegak lurus dengan tidak
terlalu keras, maka bola akan masuk ke keranjang.
e) Mendarat dengan dua kaki.
3. Latihan
a. Pengertian Latihan
Untuk menjelaskan apa sebenarnya latihan itu, akan dikemukakan
beberapa definisi latihan. Menurut Joseph Nosseck (1982:12) menyatakan
bahwa, “Latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur
dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip
paedagogis. Proses ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan
kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati”.
19
Definisi lain dikemukakan oleh Suharno HP. yang memberikan
batasan sebagai berikut, “Latihan adalah suatu proses mempersiapkan
organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal
dengan diberi beban-beban fisik dan mental yang teratur, terarah,
meningkat dan berulang-ulang waktunya”(1993:7). Sedangkan menurut
Harsono (1988:101) mengemukakan bahwa, “Training adalah proses yang
sistematis dari kerja atau latihan secara berulang-ulang dengan menambah
jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan
harus direncanakan dengan baik, berkesinambungan, tersusun dan terarah
pada tujuan yang akan dicapai. Yang dimaksud terencana dan
berkesinambungan adalah terencana menurut jadwal, pola dan system
tertentu dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang
komplek.
Pelaksanaan latihan dengan penambahan beban harus diprhatikan
pada kemampuan individu agar dapat meningkatkan kemampuan individu
secara optimal. Latihan dapt meningkatkan prestasi atlet apabila dalam
pelaksanaannya memperhitungkan penambahan-penambahan kemampuan
secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan individu dalam
menanggapi rangsang yang diberikan.
Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-
pengulangan yang konstan maka gerakan-gerakan yang semula dianggap
sukar atau sulit dilakukan lama-kelamaan akan merupakan gerakan yang
otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi
pusat-pusat saraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan. Dengan
demikian maka hal ini akan mengurangi jumlah tenaga yang dikeluarkan,
sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan dapat diabaikan.
20
b. Aspek- Aspek Latihan
Tujuan latihan adalah membantu atlet atau siswa meningkatkan
keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan
dari latihan tersebut selain melakukan latihan secara sistematis dan
pengulangan secara konstan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan.
Lebih lanjut aspek-aspek latihan menurut Harsono (1988:100)
1) Latihan Fisik
Kondisi fisik sangat penting dan diperlukan karena bisa
mempengaruhi dapat dan tidaknya mengikuti suatu latihan. Tanpa
kondisi fisik yang baik tidak akan dapat mengikuti latihan dengan
baik. Komponen fisik yang perlu diperhatikan adalah daya tahan,
kekuatan kelentukan (fleksibilitas), power, kecepatan (speed). Daya
tahan kardiovaskuler dan kelincahan (agility). Dalam bola basket
latihan fisik juga sangat diperlukan.
2) Latihan Teknik
Yang dimaksud latihan teknik adalah latihan untuk
mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu
melakukan salah satu cabang olahraga yang dilakukan. Latihan teknik
dimaksudkan untuk membentuk dan memperkembangkan kebiasaan-
kebiasaan motorik. Kesempurnaan teknik dasar setiap gerakan adalah
penting karena akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu
teknik dasar harus dilatih dan dikuasai dengan sempurna.
3) Latihan Mental
Perkembangan mental atlet atau siswa tidak kalah pentingnya
dari perkembangan kedua faktor diatas, sebab meskipun
perkembangan fisik dan teknik sudah sempurna tetapi mentalnya tidak
berkembang, prestasi yang optimal tidak akan tercapai. Latihan mental
adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan,
perkembangan emosional dan impulsif.
c. Prinsip-Prinsip Latihan
Tujuan dari latihan olahraga prestasi yaitu mencapai prestasi yang
semaksimal mungkin. Untuk mencapai prestasi yang tinggi harus
dilakukan latihan secara sistematis dan terprogram. Tujuan latihan dapat
tercapai secara maksimal jika dalam latihan diterapkan prinsip-prinsip
latihan yang baik dan tepat. Adapun tujuan prinsip latihan menurut
Sudjarwo (1993:21) yaitu, “Agar pemberian dosis latihan dapat
dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Sedangkan yang
21
dimaksud dengan prinsip latihan menurut Nosseck bahwa, “Prinsip latihan
merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan
terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal,
hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan
tepat”(1982:14).
Prinsip latihan pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan
dalam latihan yang terorganisir secara baik dan teratur agar tujuan latihan
dapat tercapai. Jika dalam latihan berpedoman prinsip latihan yang baik,
maka sangatlah penting agar pemberian dosis latihan tepat. Pemberian
dosis latihan yang tepat dalam latihan, maka tujuan latihan akan tercapai
sesuai yang diharapkan. Menurut A.Hamidsyan Noer (1996: 8-11) prinsip-
prinsip latihan dalam olahraga meliputi : “(1) Latihan yang dilakukan
hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang diberikan harus cukup berat,
(3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus
dilakukan secara teratur dan, (5) Kemampuan berprestasi”.
Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang
utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan
keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlit yang
berlatih.
Hasil latihan dapat dicapai secara maksimal maka harus
berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.Prinsip-prinsip latihan
tersebut hendaknya diterapkan dalam pelaksanaan pelatihan.Setiap prinsip
latihan tersebut memiliki penekanan secara khusus, oleh karenanya harus
dipahami dan dikuasai dengan baik.Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip
latihan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Latihan Harus Diulang-Ulang
Mengulang-ulang terhadap bentuk gerakan yang dipelajari
adalah sangat penting untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga
atau meningkatkan kemampuan fisik.Pengulangan gerakan hendaknya
dilakukan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya.Hal ini dimaksudkan
untuk mempermahir teknik yang dipelajari menuju otomatisasi
22
gerakan yang efektif dan efisien.Seperti dikemukakan Sudjarwo (1993:
44) bahwa, “Latihan teknik yang dilakukan secara berulang-ulang
bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik
yang dikehendaki.Pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan
bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan cermat,
efisien dan efektif”.
Suatu teknik cabang olahraga yang dipelajari jika dilakukan
secara berulang-ulang, agar gerakan tersebut akan menjadi gerakan
otomatis dan reflektif. Dengan gerakan yang otomatis maka dapat
melakukan gerakan dengan cepat dan tenaga yang dikerahkan lebih
efisien. Suharno HP. (1993: 22) menyatakan, “Penguasaan skill secara
otomatis dan benar tidak hanya dipelajari secara teoritis, melainkan
masih dituntut latihan praktik di lapangan secara berulang-ulang dan
terus menerus, sehingga jumlah ulangan gerak sampai ribuan kali”.
2) Latihan yang Diberikan Harus Cukup Berat
Latihan yang diberikan harus cukup berat maksudnya yaitu,
latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin
berat atau prinsip overload. Dengan pemberian beban latihan yang
cukup berat akan merangsang tubuh untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Pemberian beban latihan yang cukup berat ini harus
berpedoman pada prinsip beban lebih (overload principle), dimana
melalui rangsangan (stimulasi) maksimal atau hampir maksimal
dengan latihan yang kian hari kian meningkat dan kian bertambah
berat maka perubahan-perubahan dalam tubuh akan dapat
tercapai.Andi Suhendro (2007: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak
akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip
beban lebih”.Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik
dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban
lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah
kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa
23
sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia
mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa,
pengulangan latihan yang konstan dan dilakukan berulang kali harus
diikuti dengan penambahan beban latihan.Salah satu hal yang harus
tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada
di atas ambang rangsang latihan.
3) Latihan Harus Cukup Meningkat
Pemberian beban latihan harus dilakukan secara bertahap yang
kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan
efektivitas kemampuan fisik atau teknik. Peningkatan beban latihan
hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta
ditingkatkan setahap demi setahap. Bila suatu latihan yang diberikan
terlalu cepat dengan pemberian beban latihan yang ditingkatkan secara
cepat pula maka akan dapat menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan
dalam tubuh. Seperti dikemukakan Russel Pate., Clenaghan
&Rotella(1993: 318) bahwa “Terlalu cepat tekanan peningkatan
latihan dapat menyebabkan kelelahan dan menggangu penampilan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam meningkatkan
beban latihan harus direncanakan dengan tepat dan disesuaikan dengan
kemampuan atlet. Beban latihan yang terlalu berat dan diberikan dalam
waktu yang cepat pula akan mengakibatkan tubuh mengalami
kelelahan yang berlebihan. Hal ini disebabkan tubuh belum mampu
untuk menerima pembebanan yang ditingkatkan secara cepat dan dapat
menyebabkan terjadinya gejala-gejala overtraining.
4) Latihan Harus Dilakukan secara Teratur
Latihan yang dilakukan secara teratur dan kontinyu akan
membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri dengan alam
sekitarnya secara teratur pula. Latihan yang teratur dilakukan sekali
dalam seminggu bertujuan untuk memelihara kondisi fisik. Bila
24
dilakukan sedikitnya tiga kali dalam seminggu atau lebih akan dapat
diharapkan meningkatnya prestasi yang cukup.
Pelaksanaan latihan dapat dilakukan secara teratur, maka harus
didukung program latihan yang tepat.Hal ini karena masa-masa puncak
prestasi seseorang selalu berubah-ubah. Russel, Pate., Clenaghan &
Rotella (1993: 319) menyatakan, “Hanya sedikit olahragawan yang
dapat mempertahankan tingkat penampilan puncaknya lebih dari
beberapa minggu, dengan demikian jadwal latihan dan pertandingan
perlu disusun sedemikian rupa sehingga penampilan puncak dapat
dicapai pada waktu yang diharapkan”.
5) Kemampuan Berprestasi
Prestasi yang tinggi merupakan tujuan dari latihan olahraga
prestasi. Prestasi yang tinggi dapat dicapai tidak terlepas dari
dukungan beberapa faktor. A. Hamid Syah Noer (1995: 11)
menyatakan “Kemampuan berprestasi di samping ditentukan oleh
faktor latihan juga ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, bakat dan
kemauan”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor
yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi di antaranya usia, jenis
kelamin,bakat dan kemauan. Perlu disadari bahwa prestasi yang akan
dicapai seseorang mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, tetapi
batas-batas kemampuan itu sangat relatif. Jika pada suatu saat setelah
menjalani latihan-latihan, atlet merasa tidak ada kemajuan, hendaklah
disadari bahwa prestasi yang dicapai sudah hampir mendekati puncak.
Prestasi yang hampir mencapai puncak memang sangat lambat
kemajuannya.
d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah
perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan
25
keterampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu
yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume),
beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas).
Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model
yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang
olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan
tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan
dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang
olahraga yang banyak menentukan keterampilan yang tinggi termasuk bola
basket, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan.
Menurut Andi Suhendro (2007: 3.17) bahwa, “Komponen-komponen
penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan meliputi: (1) volume
latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan, (4)
kompleksitas latihan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, komponen-komponen
latihan yang harus diperhatikan terdiri dari volume latihan, intensitas
latihan, density latihan dan kompleksitas latihan.Komponen-komponen
latihan tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.Oleh
karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan
baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai secara maksimal. Untuk
lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut:
1) Volume Latihan
Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang
sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian
fisik yang lebih baik. Menurut Bompa (1990: 2) volume diartikan
“Sebagai jumlah kerja yang dilakukan selama satu kali latihan atau
selama fase latihan”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2007:
3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan
26
jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat
ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang
ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah
“Ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran".
Pengertian seri atau set, menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah, “Suatu
rangkaian kegiatan dari satu repetisi”.
Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari
semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga
pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau
keterampilan taktik.Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi
yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan
untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif.Perbaikan penampilan
seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan
latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.
Menurut Bompa (1990: 4) dalam latihan harus diperhitungkan
dan dipertimbangkan dua jenis volume “(1) Volume relatif dan, (2)
Volume absolut”. Volume relatif diartikan sebagai jumlah total waktu
yang dipakai dalam latihan oleh sekelompok atlet sewaktu melakukan
latihan yang khusus atau tahap latihan. Volume relatif jarang memiliki
nilai untuk masing-masing individu, selama pelatih tahu waktu
keseluruhan latihannya. Sedangkan volume absolut merupakan ukuran
jumlah kerja yang dilakukan setiap atlet persatuan waktu dan biasanya
dalam satuan menit.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat
penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang
dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang
dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya.
Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang
dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari
27
beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap
ulangannya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah
takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi
atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun
pertandingan”.
Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas
latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka
pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama
sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat
menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan
Menurut Andi Suhendro (1999 : 3.24) bahwa, “Density
merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan
yang dilakukan”.Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu
hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan.
Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi latihan,
menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang
seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara
rangsangan latihan dan pemulihan.
Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan,
bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap
rangsangan yang diberikan.Rangsangan di atas tingkat intensitas
submaksimal menuntut interval istirahat yang relatif lama, dengan
maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi
rangsangan berikutnya.Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah
membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan
terhadap organismenya pun juga rendah. Seperti yang dikemukakan
oleh Suharno HP ( 1993 : 33 ) menyatakan, “ intensitas untuk latihan
28
daya ledak adalah 40% - 60% dari kemampuan maksimal, set 4-6,
recovery antar set 2 -3 menit “.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang
dilaksanakan dalam latihan.Kompleksitas dari suatu keterampilan
membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam
menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau
sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan
menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama
tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah.
Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang
kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki
koordinasi yang baik dan yang jelek.Seperti dikemukakan Astrand dan
Rodahl dalam Bompa (1990: 28) bahwa, “Semakin sulit bentuk latihan
semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi
mekanismenya”.
Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas
harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan.Untuk
memperoleh hasil latihan yang optimal, komponen-komponen latihan
tersebut haru diterapkan dengan baik dan benar.
(a) Alat Bantu Latihan
Keluhan umum para guru Penjasorkes dalam melaksanakan
pembelajaran Penjasorkes karena keterbatasan alat. Untuk
mengatasi keterbatasan alat pembelajaran Penjasorkes, maka dapat
menggunakan alat bantu. Berkaitan dengan alat bantu Sriyono
Brotosuryo, Sunardi & M. Furqon H. (1994: 294) menyatakan,
“Alat bantu yaitu alat-alat yang digunakan oleh guru sebagai
sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan mengajar”. Menurut
H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto & Sutijan (1998: 37)
bahwa, “Alat bantu belajar atau pembelajaran adalah semua alat
29
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber
(guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”.
Berdasarkan pengertian alat bantu yang dikemukakan dua
ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, alat bantu yaitu, semua alat
dalam kegiatan pembelajaran yang berfungsi untuk membantu
menyampaikan materi pelajaran. Alat bantu ini dapat
menggunakan berbagai benda yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang disampaikan. Sriyono Brotosuryo, Sunardi & M.
Furqon H. (1994: 294) menyatakan:
Jenis dan alat bantu mengajar yang dikembangkan di
Indonesia antara lain:
(1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan
(2) Alat bantu mengajar/audio (dengar)
(3) Alat bantu tanpa proyeksi
(4) Alat bantu dengan proyeksi
(5) Lingkungan dan sumber-sumber masyarakat
(6) Kumpulan benda-benda.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, alat bantu
pembelajaran mencakup enam macam yaitu, bahan-bahan cetakan
atau bacaan, alat bantu audio (dengar), alat bantu tanpa proyeksi,
alat bantu dengan proyeksi, lingkungan dan sumber-sumber
masyarakat dan kumpulan benda-benda. Dari enam macam alat
bantu tersebut, seorang guru dapat memilihnya sesuai dengan
kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran sangat berperan penting untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sriyanto
(2010) dalam blog sport-nya dikatakan, “Yang dimaksud alat bantu
pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih
sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
30
meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran”.
Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 106-107) menyatakan:
Ada beberapa fungsi penggunaan alat dalam proses
pembelajaran di antaranya:
(1) Menarik perhatian siswa
(2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam
proses pembelajaran.
(3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat
verbalitis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)
(4) Mengatasi keterbatasan ruang
(5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
(6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan
(7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
(8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari
sesuatu atau menimbulkan gairah belajar
(9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam.
(10) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat bantu
pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung
pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang
guru penjas harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat
bantu pembelajaran, agar materi pembelajaran dapat diterima oleh
siswa secara optimal. Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 46)
menyatakan, “Terbuka kesempatan guru pendidikan jasmani untuk
membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna
menyampaikan bahan pelajaran”.
Pembelajaran lay up shoot bola basket dengan modifikasi
ring dilakukan dengan cara yang mudah kemudian secara bertahap
ditingkatkan ke gerakan yang lebih sulit dan kompleks. Karena
dalam memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dapat
dilakukan dari berbagai aspek. Menurut H.J.S. Husdarta
(2009:180) bahwa, “ Komponen – komponen penting dalam
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang dapat
31
dimodifikasi meliputi : “(1) Ukuran, berat, bentuk peralatan yang
dipergunakan, (2) Lapangan permainan, (3) Waktu bermain atau
lamanya permainan, (4) Peraturan permainan, dan (5) Jumlah
pemain”.
Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran lay up shoot
bola basket dengan memodifikasi ring basket termasuk modifikasi
ukuran, berat, atau bentuk peralatan yang dipergunakan. Ditinjau
dari modifikasi pembelajaran, modifikasi ring basket termasuk
modifikasi lingkungan belajar.Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan
Adang Suherman (2000:4) menyatakan modifikasi lingkungan
pembelajaran ini menyangkut banyak aspek. Hal ini didasarkan
pada keadaan kondisi lingkungan yang digunakan dalam proses
belajar mengajar keterampilan. Modifikasi kondisi lingkungan
pembelajaran meliputi : “(1) peralatan, (2) penataan ruang gerak
dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4) organisasi
atau formasi berlatih” .
Modifikasi ring basket yang dimaksud yaitu, menata ring
basket lebih rendah dari ketinggian yang sebenarnya. Dari
ketingian ring basket sebenarnya 3.05 meter dari lantai diturunkan
lebih rendah menurut kebutuhan. Misalnya ring basket dibuat
dengan ketinggian awal 2.40 meter kemudian ditambah 20cm
menjadi 2.60 meter, bertambah 20cm menjadi 2.80 meter
kemudian kembali pada ring dengan ketinggian standart yaitu 3.05
meter. Hal ini karena, ketinggian ring basket 3.05 meter siswa
merasa sulit untuk melakukan lay up shoot. Sehingga diturunkan
20cm dari ketinggian standart ring, diharapkan siswa lebih mudah
melakukan lay up shoot.
H.J.S. Husdarta (2009 : 179 ) menyatakan alasan utama
perlunya dimodifikasi adalah :
32
1) Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil,
kematangan fisik dan mental anak belum selengkap
orang dewasa.
2) Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama
ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton.
3) Fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang ada
sekarang hampir semuanya untuk orang dewasa .
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa memodifikasi
pembelajaran keterampilan sangat penting bagi anak – anak
(siswa). Karena dalam membelajarkan keterampilan yang suli bagi
anak – anak (siswa) harus dilakukan dari cara yang mudah. Untuk
selanjutnya ditingkatkan ke gerakan yang sulit dan kompleks.
Sugiyanto (1996:31) menyatakan, “Pertimbangan menentukan
urutan materi belajar
keterampilan didasarkan pada, (1) tingkat kesulitan
gerakan, (2) tingkat kompleksitas gerakan, (3) intensitas
penggunaan daya fisik dan, (4) kemungkinan menimbulkan
transfer positif “.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lay
up shoot bola basket dengan modifikasi ring basket merupakan
cara belajar keterampilan yang dilakukan dari cara yang mudah,
kemudian pembelajaran ditingkatkan secara bertahap ke tingkat
yang lebih sulit atau kompleks. Hal ini dimaksudkan agar siswa
memiliki keterampilan awal yang memadai. Jika pada akhirnya
ditingkatkan pada keterampilan yang lebih sulit atau kompleks
siswa akan lebih mudah dan cepat beradaptasi.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tidak ada ketentuan
khusus bahwa alat bantu yang digunakan harus alat yang lazim
digunakan dalam kegiatan olahraga sebenarnya. Oleh karena itu,
seorang guru Penjasorkes dituntut inovasi dan kreativitasnya untuk
menciptakan atau menggunakan alat bantu karena keterbatasan
sarana pembelajaran Penjasorkes.
33
4. Otot Penunjang Lay Up Shoot
Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan
gerak atau bentuk suatu benda (Russel, Bounce, Robert, 1984 : 181). Cara
otot berkontraksi untuk menghasilkan kekuatan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan otot yang akan menentukan macam gerakan dan gerakan yang
dihasilkannya (Russel, dkk, 1984 : 150). Kekuatan otot adalah kekuatan
maksimum yang digunakan dengan satu kontraksi maksimal (Russel, dkk,
1984 : 150).
Dari keterangan diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa
kekuatan adalah penyebab adanya gerakan ketrampilan. Dalam hal ini
adalah kekuatan otot tungkai terhadap hasil lay up dalam permainan bola
basket adalah merupakan fungsi kekuatan yang dimaksud.
Dalam gerakan lay up shoot kekuatan otot tungkai merupakan
komponen yang dominan. Karena semakin besar kekuatan otot tungkai
maka semakin besar pula tolakan atau daya ledak kaki untuk melompat
kearah ring basket.
Lengan merupakanorgan tubuh yang berperan langsungmelakukan
lay up shoot. Lengan adalah organ tubuh yang panjangnya dari akromeon
sampai ke ujung jari tengah. Pada bagian lengan atas terdapat tulang
lengan atas (tulang humerus) dengan sekumpulan otot, diantaranya
Musculus Bichep brachili, Musculus Brachialis, Musculus Corabobra
brachialis, Mosculus Trichep Brachi, Musculus fleksor digitilongus,
Musculus Brachio radialis, Misculus Bisep brachineoput longus. Lengan
atas ini bagian atas berhubungan dengan bahu dengan dihubungkan oleh
sendi bahu (Articulasio Humeri) dan pada bagian bawah berhubungan
dengan lengan bawah yang dihubungkan oleh sendi siku (Articulasio
Cubiti). Pada lengan bawah ada dua tulang yaitu tulang hasta (tulang
radius) dan tulang pengumpil (tulang ulna), pada bagian bawah tulang ini
berhubungan dengan telapak tangan dengan dihubungkan oleh sendi
pergelangan tangan (Articulasio Radiocarpalia).Otot-otot yang terdapat
34
pada lengan bawah antara lain Musculus Brachialis, Musculus
Ekstensorcarpi, Musculus Radius longus, Musculus Digitorum kommunis
dan Musculus Fleksor radialis.(google search : otot penunjang lay up
shoot)
Tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam otot, dimana dalam
suatu gerakan otot-otot tersebut saling mendukung antara otot yang satu
dengan yang lainnya. Karena tanpa saling keterkaitan otot-otot tersebut
tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Namun walaupun begitu ada
bagian otot yang dominan saat melakukan gerakan.
Dalam gerakan lay up shoot kita juga harus memperhatikan otot-
otot yang mendukung saat melakukan gerakan tersebut. namun juga
melihat kualitas dari sistem otot tersebut. Karena kualitas dari sistem otot
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : jenis serabut, ukuran, kapasitas
sistem penyediaan tenaga, aliran darah serta ada tidaknya faktor-faktor
penghambat. Menurut Sugiyanto (1993:19) faktor-faktor yang dapat
mengganggu kerja otot adalah : sistem saraf, suhu keasaman (pH) darah,
kadar elektrolit darah, bahan-bahan kimia sisa metabolisme, serta
gangguan pada sistem penyediaan tenaga.
Menurut Harsono (1988:176), kekuatan adalah kemampuan dari
otot untuk dapat mengatasi tekanan atau beban dalam aktivitas. Wilmore
(1992:14) mengatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan maksimum
untuk mengerakan atau melawan suatu daya. Kekuatan juga diartikan
sebagai komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja(Sajoto,1995:8).
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan atau kekuatan
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang dalam
mengerahkan tenaga secara maksimal untuk melakukan kontraksi atau
gerakan.
Faktor-faktor penentu kekuatan adalah sebagai berikut : 1) Besar
kecilnya melintas otot, 2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam
35
melawan beban, semakin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan
semakin bertambah, 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, semakin
besar skelet semakin besar kekuatannya (Suharno, 1993:28)
Pada pembahasan mengenai lay up shoot, telah diterangkan bahwa
pola gerak lengan untuk melakukan lay up shootada tahapan yang sesuai
dengan analisa pola gerak tersebut, maka kesimpulannya otot-otot lengan
yang bekerja antara lain:
1. Untuk mengggerakan extensor siku, yaitu saat melakukan sanggahan
atau topangan yaitu otot triceps
2. Untuk menggerakan lengan kedepan pada saat ayunan kedepan yaitu
otot teres major, sub scapularis, latisimusdorsi dan pectoralis major
3. Untuk menggerakan lengan sebagai pendorong saat melakukan
gerakan lanjutan, yaitu otot latisimusdorsi, pectoralis major, teres
major dan triceps
Seorang olahragawan apabila ingin memperoleh kekuatan untuk
mencapai hasil prestasi yang diinginkan maka dituntut untuk melakukan
latihan guna meningkatkan kekuatan. Program latihan peningkatan
kekuatan otot paling efektif adalah program latihan memakai beban atau
weight training program (M. Sajoto, 1988:42).
Sebab dengan latihan berbeban maka akan dapat tercapainya
pengembangan kekuatan otot secara maksimum. Disamping itu kita bisa
menentukan dengan mudah otot yang akan dikembangkan kekuatannya
sesuai dengan cabang olahraga yang dikehendaki.
Latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis untuk
meningkatkan kekuatan secara maksimum. M. Sajoto (1988) menyatakan :
36
Pertama bahwa semua program latihan harus berdasar SAID, yaitu
Spesific Adaptation to Imposed Demand. Prinsip tersebut
mengatakan bahwa latihan hendaknya khusus sesuai dengan
sasaran yang diinginkan. Bila harus meningkatkan kekuatan otot
maka program harus memenuhi syarat untuk itu. Sedangkan yang
kedua, bahwa latihan haruslah diberikan berdasarkan prinsip
overload. Prinsip ini menjamin agar tubuh mendapat tekanan
dengan besarnya beban makin meningkat, yang diberikan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya yang perlu
diperhatikan dalam menyusun program latihan berbeban, yaitu
menuju hal yang khusus untuk cabang olahraga yang ditentukan,
dan hendaknya latihan dapat merangsang betul pada gerakan
cabang olahraga tersebut. (hlm.114)
Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang
tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban
sewaktu kerja tertentu. Oleh karena itu kekuatan memegang peranan
penting dalam melindugi seseorang dari kemungkinan cidera yang cukup
parah. Dengan kekuatan seseorang dapat berlari dengan cepat, melempar
jauh, mendorong dengan kuat, menendang dengan kuat, memukul lebih
keras, demikian pula dapat membantu memperkuat sendi-sendi.
Kekuatan otot lengan adalah upaya maksimal seseorang dalam
melakukan aktifitas gerak yang melibatkan otot-otot yang terdapat pada
lengan secara maksimal. (M. Sajoto 1992:12)
Dalam permainan bola basket, lay up shoot memerlukan peranan
penting dari kekuatan otot lengan yaitu untuk mendorong, melempar, atau
memasukkan bola kedalan ring untuk memperoleh poin. Adapun bentuk
tes dan pengukuran kekuatan otot lengan yaitu dengan menggunakan alat
yaitu pull push. Cara menggunakannya yaitu posisi tangan memegang alat
didepan dada, lengan membentuk sudut. Lengan bagian atas lurus dengan
bahu sedangkan lengan bagian bawah lurus bengan alat. Kemudian tarik
alat tersebut sekuat tenaga, sehingga alat tersebut menunjukkan berapa
besar kekuatan otot lengan seseorang.
37
a). Pengertian Power
Power sangat diperlukan dalam cabang – cabang olahraga,
seperti halnya pada latihan lay up shoot bola basket. Otot merupakan
bagian komponen tubuh yang sangat dominan karena adanya otot,
tulang, persendian, ligament serta tendon sehingga gerakan dapat
terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah serabut yang
diaktifkan.Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang
didalamnya melibatkan kerja otot secara maksimal.dengan kata lain
power adalah gabungan dari 2 unsur yaitu kekuatan dan kecepatan
menurut Sudjarwo (1995 : 27) explosive power merupakan kemampuan
otot (segerombolan otot) untuk melawan beban atau tahanan dengan
kecepatan tinggi dalam satu gerakan.
Berdasarkan pergertian power dapat disimpulkan bahwa otot
merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi beban dengan
mengarahakan kekuatan otot secara maksimal dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Dapat dirumuskan bahwa pengertian otot lengan
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat –
singkatnya.
b). Otot-Otot Penunjang / Power Otot Lengan
Lengan merupakan bagian tubuh yang dominan dalam permaian bola
basket.Keberadaan lengan, ditinjau dari anatomi \ lengan merupakan
anggota gerak atas.Sebagai anggota gerak atas lengan terdiri dari seluruh
lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menuru Hasan
Doewes (1993:22) bahwa "rangka daripada anggota gerak atas dibagi
menjadi 3 bagian besar: (1) sceleton brachii, (2) sceleton ante brachii, (3)
sceleton mani."
Tulang-tulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam
otot. Berkaitan dengan otot, menurut dr. Dwi Hatmisasi A, dkk(2007 :
52) menyatakan, "Sebuah otot adalah kumpulan dari benang – benang
38
panjang yang dibuat dari sel – sel dan dikelompokkan.Dalam gerakan
shooting bola basket, otot-otot lengan sangat berperan penting untuk
menghasilkalay up shoot yang maksimal untuk dapat masuk ke target
sasaran.Adapun otot-otot yang terdapat pada lengan menurut Evelyn
Pearce (1999:112) yaitu: "otot deltoid, otot trisep, otot brakhioradialis,
otot extensor karpi radialis longus, otot extensor digitorum, otot
extensor dan abduktor ibu jari, ototankonecus, otot extensor
karpiulnaris, otot extensor retinakulum".
Dalam gerakan lay up shootbola basket, otot-otot lengan
mempunyai peran penting untuk menghasilkanlay up shootyang
maksimal, efektif dan efisien.Dalam gerakan lay up shoot, otot-otot
lengan harus dikerahkan sebaik mungkin pada teknik yang benar.
Lengan mengerahkan otot-otot lengan secara tepat pada teknik yang
benar, maka akandiperoleh lay up shootyang memuaskan.
c). Latihan Untuk Meningkatkan Power.
Untuk meningkatkan kemampuan fisiologis kekuatan otot
haruslah melalui suatu bentuk latihan yang terprogram secara intensif
dan teratur.Maka seorang atlet bolabasket agar dapat mencapai prestasi
yang maksimal maka harus selalu membina dan mengembangkan
bentuk – bentuk latihan yang sesuai. Dalam mencapai prestasi lay up
shootini perlu ada latihan – latihan kekuatan otot lengan, karena
dengan kuatnya otot lengan pengarunya sangat besar terhadap
keberhasilanlay up shoot .
Suharno HP (1993 : 38) ciri – ciri latihan daya ledak adalah :
1 Meningkatkan beban relatif ringan (berat badan atau tambahan
beban luar).
2 Gerakan latihan dinamis.
3 Gerakan-gerakan merupakan suatu gerakan yang singkat dan
selaras.
Kunci dalam latihan ini adalah mula – mula dipusatkan pada
pembentukan kekuatan kemudian setelah masa tertentu beralih menitik
beratkan pada kecepatan.Hal imi dikarenakan dalam latihan power
39
harus menggabungkan antara latihan kekuatan dan latihan kecepatan,
faktor tersebut tetap harus dikombinasikan agar memperoleh hasil
yang maksimal.Oleh karena itu sebelum latihan untuk daya ledak, atlet
harus sudah memiliki suatau tingkatan kekuatan otot yang baik.
5. Latihan Lay Up Shoot
a. Latihan Bola Basket
Penentuan metode latihan merupakan salah satu faktor yang
penting untuk mencapai tujuan proses pelatihan. Sehingga seorang guru
atau pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang tepat sehingga
proses latihan dapat berjalan secara efektif dan memeberikan hasil latihan
yang optimal. Menurut Yoyo Bahagia & Adang Suherman (1999/2000:1)
Bahwa,
Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan
materi pelajaran dengan cara meruntuhkannya dalam proses aktivitas
belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara
ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa
dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkatannya yang tadinya
lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Maka dari itu untuk mencapai tujuan proses latihan terutama untuk
keterampilan gerak perlu ditempuh pendekatan-pendekatan yang berdasar
pada karakteristik suatu keterampilan gerak yang akan dipelajari. Melalui
pendekatan-pendekatan yang disesuaikan dengan jenis keterampilan gerak
yang dipelajari, suatu keterampilan tersebut akan dapat dikuasai dengan
baik.
b. Hakekat Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Modifikasi Ring
Latihan lay up dengan modifikasi ring yaitu cara latihan lay up
menggunakan ketinggian ring bertahap, yaitu dengan menurunkan
ketinggian ring yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marta Dinata (2006:12) bahwa :
40
“Semua bentuk latihan akan direncanakan dari yang paling
sederhana meningkat kepada yang agak susah dan seterusnya.
Apabila kamu belum menguasai bentuk yang sederhana dengan
betul, jangan terlalu berkeinginan untuk meningkat kepada yang
lebih susah, karena gerakan yang salah pada permulaan apabila
tidak dapat dibetulkan akan lebih sulit dirapikan di kemudian hari,
dan apabila sudah melakukan gerakan yang mudah dengan betul,
kemudian dipersilahkan untuk melanjutkan ke gerakan yang lebih
susah.”
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Sugiyanto dan Sudjarwo
(1992:284) bahwa: “Hendaknya pengaturan materi belajar yang
dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, atau dari
sederhana ke yang lebih kompleks”.
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa latihan lay up dengan
modifikasi ring bertahap merupakan modifikasi pembelajaran atau latihan
yang diklasifikasikan ke dalam peralatan yang disesuaikan dengan
lingkungan yaitu tingat kemampuan dan postur tubuh siswa. Menurut
yoyo Bahagia & Adang Suherman (1999/2000:7) bahwa,
Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan dari
beberapa macam cara menurut kebutuhan. Seorang guru Penjas harus
kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran.Setiap kesulitan
yang dihadapi siswa harus segera dicarikan solusi yang tepat agar
diperoleh hasil belajar yang optimal. Demikian halnya dalam
pembelajaran lay up shoot bola basket, jika siswa merasa sulit melakukan
lay up shoot karena ring basket yang cukup tinggi maka dapat
dimodifikasi dengan cara ring basket diturunkan. Jika pada ring basket
yang rendah siswa mampu melakukan lay up shoot, selanjutnya
ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan program latihan yang telah
dijadwalkan.
c. Pelaksanaan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Modifikasi
Ring
Dalam pelaksanaan latihan tekhnik dasar lay up shoot ini Guru
dapat mengurangi atau menambah kompleksitas dan kesulitan tugas ajar
41
dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan
skill itu, misalnya berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya,
panjang-pendeknya peralatan yang akan digunakan.
Menurut Nosseck (1982:49) bahwa : “Periode stabilitas atau
adaptasi organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai
dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”.Dari
Sampel yang akan diteliti dan sudah diobservasi terlebih dahulu tinggi
maksimal siswa adalah 178 cm dengan tinggi raihan 25 cm. Agar semua
siswa dapat melakukan teknik dasar lay up sesuai dengan pola gerak dasar
menurut Sukintaka maka ketinggian awal ring ditentukan 2,4 meter
dengan ring sesungguhnya 3,05 meter maka setiap peningkatan ketinggian
ring yaitu 20 cm.
Gambar 2 : ilustrasi ketinggian ring Teknik Dasar Lay Up Shoot
Dengan Modifikasi Ring
42
Untuk peningkatan beban latihan disesuaikan dengan lamanya
waktu latihan. Dimana dalam penelitian ini program latihan dilaksanakan
3 kali per minggu dan selama 6 minggu. M.Sajoto (1995:35) Berpendapat
bahwa “para pelatih dewasa ini pada umunya setuju untuk menjalankan
program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang
kronis. Adapun latihan yang diperlukan selama 6 minggu atau lebih”.
Untuk mengetahui beban awal latihan lay up dilakukan try out dengan
melakukan lay up semaksimal mungkin. Bompa O.Tudor (1983:108)
berpendapat bahwa “Setelah diketahui rata-rata kemampuan maksimal tes
lay up, kemudian diambil 50% dari kemampuan maksimal sebagai beban
awal latihan”.
Berdasarkan uraian di atas maka latihan dilaksanakan selama 18
kali pertemuan selama 6 minggu dengan 3 kali perminggunya. Dalam
peningkatan ketinggian ring sebagai berikut : 240cm, 260cm, 280cm,
305cm dengan disesuaikan pada program latihan yang meliputi repetisi,
set serta waktu istirahat.
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot
Dengan Modifikasi Ring
Berdasarkan modifikasi ketinggian ring basket tersebut
pembelajaran ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaranlay up shoot dengan modifikasi ring basket antara
lain :
1. Siswa menjadi lebih senang dan sangat tertarik karena ring basket yang
cukup rendah, sehingga merasa lebih mudah untuk melakukan lay up
shoot.
2. Peluang bola masuk ke dalam ring basket lebih besar.
3. Kesulitan siswa dalam melakukan lay up shoot dapat teratasi.
4. Secara tidak langsung siswa mampu beradaptasi melakukan lay up
shoot pada ketinggian ring sebenarnya, karena ring basket dinaikkan
secara bertahap.
43
Kelemahan pembelajaran lay up shoot bola basket dengan
modifikasi ring basket antara lain :
1. Karena ring basket cukup rendah, sehingga teknik lay up shoot
menjadi kurang diperhatikan.
2. Teknik lay up shoot yang kurang diperhatikanakan berakibat pola
gerakan teknik dasar lay up shoot yang kurang benar.
Pada penelitian ini, latihan yang dimaksudkan adalah tinggi
rendahnya ring, dijelaskan sebagai berikut : pada awal ketinggian 2,4
meter. Hal ini didasarkan pada pola gerakan teknik dan disesuaikan
dengan kondisi siswa yaitu tinggi maksimal yang dibutuhkan siswa untuk
melakukan gerakan teknik dasar, dengan maksud dalam pemodifikasian
alat tanpa merubah teknik dan mekanisme gerakan lay up shoot, baik itu
saat menerima bola, saat melangkah, saat melepas bola, sehingga siswa
benar-benar menguasai teknik dasar lay up shoot.
e. Hakekat Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Menggunakan
Ring Sesungguhnya
Latihan lay up menggunakan alat sesungguhnya, yang dimaksud
adalah latihan lay up menggunakan ring yang sesungguhnya. Merupakan
bentuk belajar yang menuntut anak untuk melakukan secara berulang-
ulang tapa memperhatikan kondisi anak yaitu baik kondisi tahap belajar
anak maupun postur tubuh.
Dalam belajar keterampilan secara keseluruhan banyak guru atau
pelatih yang menerapkan metode ini dengan tidak mengabaikan metode
bagian. Hal ini dikarenakan metode keseluruhan mempunyai berbagai
keuntungan. Seperti dikemukakan Harsono (1988:142) bahwa, “Ada
pelatih yang pada permulaan yang lebih suka dngan whole-method
meskipun tetap tidak mengabaikan metode bagian bila mana atlet
menemui kesulitan dalam melakukan suatu teknik bagian tertentu. Metode
keseluruhan juga mempunyai keuntungan terutama dalam memberikan
44
informasi dan konsep secara jelas, bermakna (meaningful), dan logis
mengenai keseluruhan teknik atau keterampilan”.
f. Pelaksanaan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Ring
Sesungguhnya
Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan lay up menggunakan
ketinggian ring tetap yaitu 3,05 meter, termasuk metode latihan secara
keseluruhan. Dimana anak dituntut melakukan lay up secara berulang
meskipun baru pertama kali mengenal atau belum menguasai teknik
tersebut.
Gambar 3 : ilustrasi ketinggian Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot
Dengan Ring Sesungguhnya
Seperti dikemukakan Sugiyanto (2000:67) metode keseluruhan
merupakan cara mempraktekkan seluruh rangkaian gerakan yang
dipelajari. Menurut Thomas yang dikutip oleh Harsono (1988:142) bahwa
“Apabila keterampilan olahraga yang diajarkan itu sifatnya sederahana dan
45
mudah dimengerti maka keterampilan tersebut sebaiknya diajarkan secara
keseluruhan, dan setiap teknik bagian hanya dilatih secara khusus apabila
siswa atau obyek selalu membuat kesalahan pada teknik bagian tersebut”.
g. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot
Dengan Ring Sesungguhnya
Perlu disadari bahwa setiap bentuk pembelajaran tentu memiliki
kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran lay up shoot
bola basket dengan ketinggian ring sesungguhnya juga memiliki kelebihan
dan kelemahan. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran lay up shoot
dengan tinggi ring sesungguhnya dapat diidentifikasi kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihan pembelajaran lay up shoot dengan tinggi ring
sesungguhnya antara lain :
1. Siswa akan lebih cepat beradaptasi terhadap tinggi ring basket
sesungguhnya atau standart.
2. Siswa akan terbiasa dengan ketinggian ring basket, sehingga akan
meningkatkan kepekaannya melakukan lay up shoot.
3. Dengan kemampuan beradaptasi dan kepekaan terhadap gerakan,
siswa dapat melakukan lay up shoot menjadi lebih baik.
Kelemahan pembelajaran lay up shoot dengan ring sesungguhnya
antara lain :
1. Orientasi siswa lebih cenderung pada kekuatan lengan agar bola
sampai pada ring basket sehingga ketepatan langkah kurang
diperhatikan.
2. Karena jarak ring sesungguhnya lebih tinggi maka diperlukan
konsentrasi yang lebih besar agar lay up shoot tetap pada teknik yang
benar.
3. Peluang masuk bola kecil
46
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, dapat
diajukan kerangka pemikiran dalam penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh Penggunaan Ring Sesungguhnya Dan Modifikasi Terhadap
Kemampuan Teknik Dasar Lay Up Shoot
Latihan lay up shoot dengan menggunakan ring sesungguhnya dan
modifikasi memiliki karakteristik yang berbeda. Masing – masing latihan
mempunyai penekanan yang berbeda. Pembelajaran lay up shoot dengan
ketinggian ring sesungguhnya (3.05 meter ) menekankan pada penguasaan
teknik lay up shoot yang baik dan benar. Dalam hal ini siswa secara terus
menerus mengulang teknik lay up shoot yang benar. Dengan pengulangan
teknik lay up shoot yang secara terus menerus diharapkan menjadi kebiasaan
atau keterampilan yang lebih baik. Di sisi lain latihan ini tidak memperhatikan
kondisi siswa, baik secara fisik ataupun siswa baru mengenal teknik lay up
shoot dalam permainan bola basket.
Pada latihan lay up shoot dengan menggunakan ring modifikasi
merupakan cara belajar dimana ring yang digunakan dimodifikasi
ketinggiannya, yaitu teknik lay up shoot yang dilakukan dengan menyesuaikan
ring yang dapat diturun naikan. Dalam pelaksanaan latihan ini siswa dituntut
melakukan teknik gerakan lay up shoot secara berulang – ulang dengan
menggunakan ring yang dapat dinaikkan sedikit demi sedikit. Mulai dari ring
dengan ketinggian 2.4 meter, 2.6 meter, 2.8 meter sampai pada akhirnya pada
mencapai ketinggian ring normal ( 3.05 meter). Dari latihan ini diharapkan
siswa dapat terbiasa dengan baik tanpa merasa bahwa ketinggian ring sudah
mencapai ketinggian ring yang sesungguhnya.
Berdasarkan masing – masing latihan di atas menunjukkan bahwa
masing – masing mempunyai penekanan dalam proses latihan. Perbedaan
perlakuan yang diberikan dalam latihan ini akan menimbulkan respon yang
47
berbeda pula terhadap hasil latihan, dalam hal ini kemampuan teknik dasar lay
up shootdalam permainan bola basket.
2. Latihan Lay up Shoot Dengan Menggunakan Ring Modifikasi Memiliki
Pengaruh Lebih Baik Terhadap Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot
Dalam Permainan Bola Basket
Ditinjau dari masing – masing latihan di atas, menunjukkan bahwa
latihan lay up shoot dengan menggunakan ring modifikasi memiliki pengaruh
yang lebih baik terhadap kemampuan lay up shoot dalam permaian bola
basket. Hal ini dikarenakan latihan menggunakan ring modifikasi membuat
siswa untuk terbiasa dalam melakukan gerakan teknik lay up shoot. Selain itu
siswa akan merasa senang dan motivasi tinggi, karena dengan ketinggian ring
yang dinaikkan secara bertahap bola akan mudah dimasukkan ke dalam ring.
Jadi pengulangan gerakan lay up shoot dan modifikasi ketinggian ring yang
dipakai akan memberi pengaruh yang besar dalam latihan ketrampilan,
sehingga dapat mempercepat teknik dasar lay up shoot dalam permainan bola
basket.
48
C. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diuraikan hipotesis sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan ring sesungguhnya dan modifikasi terhadap
kemampuan teknik dasar lay up shoot pada siswa putra ekstrakurikuler bola
basket SMA N 2 Boyolali tahun ajaran 2013 / 2014.
2. Latihan menggunakan ring modifikasi lebih baik pengaruhnya terhadap
kemampuan teknik dasar lay up shoot pada siswa putra ekstrakurikuler bola
basket SMA N 2 Boyolali tahun ajaran 2013 / 2014.
Top Related