BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan tenaga (Supariasa dkk, 2002).
Menurut kamus kedokteran Dorland (2009), nutrisi ialah proses pengambilan
dan metabolisme nutrien (makanan) oleh organisme agar tetap hidup dan
pertumbuhan dapat berlaku. Nutrisi adalah proses sains di mana tubuh
menggunakan makanan untuk pemeliharaan energi, dan pertumbuhan
(Peckenpaugh,2007).
Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan
mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4
kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah
zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam
jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut
lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral (Wardlaw, 2004).
2.2 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-
kelompok yang ditentukan oleh derajat ke butuhan fisik akan energi dan zat-zat
energi lain yang belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya dapat diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003:55). Sedangkan
menurut Supariasa, status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan
antarakonsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam
selulertubuh. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dan nutritur dalam bentuk variabel
tertentu.
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok didalam masyarakat yang paling
mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi.
Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan
atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar
dari kelompok umur yang lain. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari:
a. Kelompok bayi : 0-1 tahun
b. Kelompok dibawah 5 tahun (ba lita) : 1-5 tahun
c. Kelompok anak sekolah : 6-12 tahun
d. Kelompok remaja : 13-20 tahun
e. Kelompok remaja : 13-20 tahun
f. Kelompok usia lanjut
Berdasarkan baku harvard, status gizi dapat dibagi menjadi empat (Supariasa
dkk., 2003).
1. gizi lebih atau overweight, termasuk kegemukan dan obesitas
2. gizi baik atau well nourish
3. gizi kurang atau underweight yang mencakup mild dan moderate PCM
(Protein Calorie Malnutrition)
4. gizi buruk atau severe Protein Calorie Malnutrition (PCM), termasuk
marasmus, marasmus-kwasiokor dan kwasiokor.
Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan-batasan yang
disebut ambang batas. Ambang batas ini berbeda-beda, tergantung kesepakatan
ahli gizi. Oleh karena itulah, dikenal pula klasifikasi Gomez, Wellcome Trust,
Waterlow, Jelliffe, Bengoa, dan lain sebagainya (Supariasa dkk., 2002
2.2.1 Cara Penilaian Status Gizi
Cara penilaian Status Gizi terbagi atas tiga cara yaitu :
1. Cara Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan merupakan cara penilaian keadaan / status
masyarakat secara tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan dapat
dilakukan dengan cara survey dan akan menghasilkan data yang kuantitatif
maupun kualitatif. Secara kuantitatif akan deketahui jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi.
2. Cara Biokimia
Beberapa tahapan perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi dengan
cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Dengan demikian, cara
biokimia dapat digunakan mendeteksi keadaan defisiensi subklinis yang semakin
penting dalam era pengobatan preventif. Metode ini bersifat sangat obyektif,
bebas dari faktor emosi dan subyektif lain sehingga biasanya digunakan untuk
melengkapi cara penilaian status gizi lainnya.
3. Cara Antropometri
Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara
luas dalam penelitian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik
antara energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu
pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup
komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (Yayuk, Farida, 2004:
79-80),
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia antara
lain; umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2002:38).
2.2.2 Jenis Parameter Status Gizi
Dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis parameter. Parameter
adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak di bawah kulit.
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti
1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan
yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang
menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan
pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi.
c. Indeks BB/U
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan akan bertambah mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang lebih cepat
atau lebih lambat dari keadaan normal. Mengingat karakteristik berat badan yang
labil, maka penggunaan indeks BB/U lebih menggambarkan status seseorang saat
ini adalah Current Nutritional Status (CNS) (Supariasa dkk, 2001).
Kelebihan dalam penggunaan indeks BB/U sebagai parameter antropometri
yaitu: 1. Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum
2. Sensitif ntuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek
Menurut Supariasa dkk (2002), tinggi badan merupakan parameter untuk
mengetahui keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
diketahui dengan tepat. Kadar panjang dan tinggi badan mengambarkan
kecukupan gizi untuk jangka panjang (Hammond, 2008)
d. Lingkar Lengan Atas
Menurut Hammnond (2008), lingkar lengan atas diukur di pertengahan antara
processus olekranon dari scapula dan processus olekranon dari siku. Kombinasi
antara pengukuran lingkar lengan atas dan lipat kulit trisep (triceps skin-fold)
dapat menentukan area otot di tangan serta area lemak di tangan secara tidak
langsung.
e. Jaringan Lunak
Pengukuran ketebalan lipatan lemak sub-kutan atau lipatan kulit dapat menilai
jumlah lemak di dalam tubuh individu. Tempat lipatan kulit yang mengambarkan
lemak tubuh adalah di trisep dan bisep, di bawah scapula, di atas krista iliaka, dan
paha atas (Hammond, 2008).
Menurut Supariasa dkk (2002) pengukuran pada trisep adalah paling praktis
untuk semua umur disebabkan oleh peningkatan dan penurunan penyimpanan
lemak di jaringan subkutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh.
2.3 Klasifikasi Status Gizi
Berdasarkan WHC NCHS, status gizi dikategorikan menjadi:
a. Gizi Lebih : Apabila nilai Z score yang diperoleh > 2 SD
b. Gizi baik : Apabila nilai Z score yang diperoleh -2 SD s.d + 2
c. Gizi Kurang : Apabila nilai Z score yang diperoleh < -2 SD s.d -3 SD
d. Gizi buruk : Apabila nilai Z score yang diperoleh <-3 SD
2.4 Makanan Pendamping Asi
2.4.1 Pengertian makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada
bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain
makanan pendamping ASI. ASI pun tetap diberikan kepada bayi, paling tidak
sampai 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk
menggatikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2001)
Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI,
selain periode pemberian makanan tambahan, seorang bayi perlahan-lahan
terbiasa memakan makanan keluarga (WHO, 2004)
2.4.2 Manfaat makanan pendamping ASI
Ada beberapa manfaat makanan pendanping ASI menurut Yenrina ( 2001 ) yaitu:
a. Menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi terus-menerus/melengkapi zat gizi ASI
yang sudah kurang
b. Pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses
belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan
yang baik
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
d. Selama proses belajar, berbagai jenis makanan tambahan harus
dikenalkan kepada bayi secara bertahap, mulai makanan yang berbentuk
cair, padat dan semipadat. Pada anak berusia 24 bulan makanan keluarga
inilah yang akan memenuhi kebutuhan zat gizi anak
e. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
f. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
tinggi. Energi dibutuhkan seorang anak meningkat sewaktu dia
bertambah usianya, bertambah ukuran badannya dan bertambah aktif
g. Makanan tambahan yang memberi banyak zat besi diperlukan untuk
mengisi kesenjangan zat besi sejak usia 6 bulan, jika tidak diberikan anak
menjadi anemik.
2.4.3 Tujuan Pemberian MP-ASI
1. Memenuhi kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan dan
aktivitasnya.
2. Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.
3. Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat
dari pada susu. Membiasakan bayi mengkonsumsi makanan sehari-hari
menggunakan sendok.
Menurut Diah K dan Rina Y (2000) Manfaat MP-ASI adalah untuk
menambah energi dan zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat
mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi
pertambahan berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan,
menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi.
2.4.4 Syarat-syarat makanan pendamping ASI
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik yaitu
rupa dan aroma yang layak, selain itu dilihat dari segi kepraktisannya. Makanan
tambahan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang
singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang
jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin,
mineral dan zat-zat tambahan lainnya.
Bahan makanan hewani seperti telur, daging, susu, dan ikan mengandung
mutu protein yang lebih tinggi dibandingkan mutu protein bahan makanan nabati
seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Untuk meningkatkan mutu protein yang
terkandung dalam bahan makanan nabati dapat dilakukan dengan cara
mencampurkan bahan makanan sumber protein hewani dan nabati. Di sini harus
diperhatikan penggunaan bahan tambahan makanan seperti penyedap, pewarna,
pengawet, garam dan pemanis hendaknya dibatasi seminimal mungkin.
Menurut Muchtadi (2003), hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam
pemberian makanan tambahan untuk bayi sebagai berikut:
a. Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang
diperlukan oleh bayi.
b. Makanan tambahan harus diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6
bulan sebanyak 4-6 kali sehari
c. Sebelum berumur 2 tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan
orang dewasa
d. Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok,
lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari
nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki
kriteria berikut :
1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi
2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan
mineral yang cocok
3. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik
4. Harganya relatif murah
5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal
6. Bersifat padat gizi
7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah
yang sedikit kandungan serat kasar yang selalu banyak justru akan
mengganggu pencernaan bayi.
2.4.5 Waktu Pemberian MP-ASI
Makanan tambahan diberikan setelah masa ASI eksklusif untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan energi, yang tidak lagi terpenuhi dari ASI saja. Di masa
penyapihan ini bayi akan mendapatkan ASI, buah, biscuit bayi, bubur bayi dan
lebih lanjut akan mendapat nasi tim. Prinsip pemberian makanan pada bayi usia 0
sampai 6 bulan hingga 1 tahun adalah peralihan bertahap dari hanya ASI hingga
mencapai pola makan dewasa. Perubahan terjadi di dalam hal tekstur (halus
hingga kasar), konsistensi (lunak hingga padat), porsi dan frekwensinya sesuai
dengan kemampuan dan perkembangan bayi. Tahapan pemberian makanan
pendamping ASI yang ideal adalah mulai usia 6 bulan.
Makanan tambahan harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat
cukup energi dan nutrisi dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan
tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan keatas. Pada usia ini otot dan syaraf
didalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit dan
memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari
mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan gerakan lidahnya secara
penuh. pada usia 6 bulan lebih mudah untuk memberikan bubur kental, sup kental
dan makanan yang dilumatkan, karena anak :
1. dapat mengendalikan lidahnya lebih baik
2. Mulai melakukan gerak mengunyah keatas dan kebawah.
3. Mulai tumbuh gigi.
4. Suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya.
5. Berminat terhadap rasa yabg baru.
Ada beberapa tanda kesiapan yang menunjukkan seorang bayi telah mampu
menerima makanan pendamping pertamanya:
1. Kesiapan Fisik
a. Telah berkurang / hilangnya refleks menjulurkan lidah.
b. Kemampuan motorik mulut tidak hanya mampu menghisap, namun
juga mampu menelan makanan setengah padat.
c. Dapat memindahkan makanan dalam mulut menggunakan lidah.
d. Dapat mempertahankan posisi kepala secara stabil, tanpa bantuan.
e. Dapat diposisikan duduk dan mampu mempertahankan keseimbangan
badan.
2. Kesiapan psikologis
a. Perilaku yang semula hanya bersifat refleks dan imitative menjadi
lebih independent dan mampu bereksplorasi.
b. Menunjukkan Keinginan makan dengan membuka mulut, dan
menunjukkan rasa lapar dengan mencondongkan badan ketika disodori
makanan.
c. Sebaliknya, mampu menjauhkan badan ketika telah merasa kenyang
Pada usia ini juga system pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna
berbagai makanan.Memulai pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu
lambat, keduanya tidak diinginkan. Tanda bahwa seorang anak sudah siap untuk
menerima makanan tambahan adalah bahwa anak tersebut: 1) Sekurangnya usia 6
bulan, 2) Sering mendapat ASI tapi tampak lapar segera sesudahnya, 3)Tidak
mengalami penambahan berat badan yang adekuat.Seorang anak harus diberi ASI
saja sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (Lilian Juwono,2004).
2.4.6 Jenis makanan pendamping ASI dan waktu pemberiannya
Tabel 2.1 : Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI menurut Umur Bayi,
Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian ( Krisnatuti 2001 ).
Umur bayi Jenis makanan Berapa kali sehari
0-4/6 bulan - ASI 10-12 kali sehari
6 bulan
- ASI Kapan diminta
- Buah lunak/sari buah
- Bubur : bubur havermout/bubur tepung
beras merah
1-2 kali sehari
7 bulan
- ASI Kapan diminta
- Buah-buahan
- Hati ayam atau kacang kacangan
- Beras merah atau ubi
- Sayuran (wortel, bayam)
- Minyak/santan/advocat
- Air tajin
3-4 kali sehari
9 bulan
- ASI Kapan diminta
- Buah-buahan
- Bubur/roti
- Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
- Kacang tanah
4-6 kali
- Minyak/santan/advocat
- Sari buah tanpa gula
12 bulan atau
lebih
- ASI Kapan diminta
- Makanan pada umumnya termasuk telur
dan kuning telunya dan jeruk 4-6 kali
2.4.7 Cara membuat makanan pendamping ASI
a. Bahan-bahan makanan pendamping ASI
Makanan campuran yang ideal untuk bayi atau anak di bawah usia 2 tahun
(BADUTA) harus mengandung 6 bahan pangan berikut ( menurut Yenrina 2001 )
yaitu :
1. Makanan pokok
Jenis-jenis makanan pokok yang dikonsumsi penduduk Indonesia adalah
beras, jagung, singkong, ubi jalar, dan beberapa jenis umbi-umbian
sepetalas dan kentang.
2. Kacang-kacangan
Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang-kacangan
diperlukan juga oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat
penting untuk pertumbuhan.
3. Bahan pangan hewani
Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain daging sapi, ayam
termasuk jeroannya (termasuk hati), ikan segar baik, ikan air tawar
maupun laut, telur, susu dan keju dan susu asam (Yogurt).
4. Sayuran berwarna
Contoh sayuran yang umum digunakan sebagai bahan campuran makanan
bayi adalah wortel, tomat merah, bayam, kangkung, sawi hijau.
5. Buah-buahan
Pisang sering dipakai sebagai makanan awal bayi berusia diatas 4-6 bulan.
Buah-buahan lain yang baik untuk bayi antara lain pepaya, mangga dan
jeruk manis
6. Lemak dan minyak
Mentega, margarin, keju dan lemak dari binatang lainnya. Jenis minyak
yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santang, minyak kacang,
minyak jagung dan minyak nabati lainnya.
b. Cara praktis membuat makanan pendamping ASI
1. Pisang
a. Pilih pisang yang sangat matang dan tidak asam, lalu cuci kulitnya
sampai bersih.
b. Cuci dan rebus sendok kecil yang akan digunakan untuk mengerok
pisang beberapa saat dalam air yang mendidih.
c. Kerok pisang secara perlahan-lahan dan setipis mungkin dengan
sendok sehingga menghasilkan pisang lumat yang halus (Pure).
Hasilnya siap untuk disuapkan kepada bayi.
d. Jika kerokan pisang akan ditaruh ke dalam mangkok maka mangkuk
pun harus dicuci dan dididihkan terlebih dahulu bersama-sama sendok.
2. Sari buah
a. Pilih buah yang sangat matang dan tidak asam, lalu cuci kulitnya
sampai bersih. Apabila ada yang perlu dikupas maka setelah dikupas
bahan harus dicuci lagi.
b. Cuci dan rebus semua peralatan yang akan digunakan dengan air
mendidih, seperti cangkir dan sendok kecil, pisau, parutan dan
saringan.
c. Kerok buah (pepaya, mangga) dengan sendok, kemudian lumatkan
atau saring. Untuk mendapatkan sari jeruk. Caranya belah buah jeruk
menjadi 2 bagian, lalu peras dengan menggunakan saringan atau alat
bantu peras jeruk.
d. Jika tersedia blender atau juicer akan mempermudah dan mempercepat
pembuatan sari buah, tetapi sebelum menggunakan peralatan tersebut
jangan lupa untuk mencuci dan mensterilkannya.
e. Agar bayi tidak cepat bosan, sari buah bisa disajikan dengan dicampur
buah lainnya, misalnya pisang dengan jeruk, pepaya dengan jeruk, atau
pepaya dengan mangga.
f. Jika rasa buah terasa hambar, bisa ditambahkan sedikit gula
2.5 Pengertian Baduta
Baduta adalah anak dengan usia dibawah 2 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan
BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada
umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB
kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.
(Soetjiningsih, 2001)
Baduta merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima
tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh
dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode
tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004).
Bawah Dua Tahun atau sering disingkat sebagai baduta, merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia baduta
dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah
(Wikipedia, 2009). sebagai berikut :
1. Perkembangan fisik
Di awal baduta, pertambahan berat badan Baduta merupakan singkatan
bawah dua tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua hingga
lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode usia prasekolah. Pada
fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009 : 10).
Pada periode ini, baduta memiliki ciri khas perkembangan menurun
disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.
2. Perkembangan Psikologis
Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakanya
(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,
menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan
tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai
terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer
yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan
menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu. Dari sisi kognitif,
pemahaman tehadap obyek telah lebih ajeg. Kemampuan bahasa baduta
tumbuh dengan pesat. Pada periode awal baduta yaitu usia dua tahun kosa
kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas
1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun baduta mulai berbicara dengan kalimat
sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa
ibunya (Choirunisa, 2009 : 10).
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada baduta
a. Pengetahuan
Pengetahuan gizi menurut Khomsan (2007) adalah segala sesuatu yang
diketahui seorang ibu tentang sikap dan perilaku seseorang dalam memilih
makanan,serta pengetahuan dalam mengolah makanan dan menyiapkan makanan
(Harsiki,2003).pengetahuan yang ada pada manusuia tergantung pada tingkat
pendidikan yang diperoleh baik secara formal maupun informal,dimana tingkat
pengetahuan akan memerikan pengaruh pada cara-cara seseorang memahami
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.tingkat pengetahuan gizi seseorang
terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan,yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap keadaan gizi seseorang.tingginya tingkat pengetahuan
seseorang maka diharapkan akan lebih baik juga keadaan gizinya (Khomsan,
2007).
b. Jumlah anak
Jumlah anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu selama berumah
tangga dalam keadaan hidup.jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan
keadaan social ekonomi cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima oleh anak.apalagi jarak anak yang tertlalu
dekat.sedangkan pada keluarga dengan keadaan social ekenomi kurang,jumlah
anak yang banyak dapat berakibat pada kurangnya kasih saying dan perhatian
pada anak,juga kebutuhan primer seperti makanan (soejiningsi,2005). Menurut
Djaeni (2005) mengatakan bahwa jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan
jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam
keluaraga, kesulitan mengurus dan kurang bias menciptakan suasana tenang di
rumah.
c. Jumlah anggota keluarga
Besarnya keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
ayah,ibu,anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengolaan sumber daya
yang sama. Besar anggota keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang di
konsumsi.kualitas dan kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status
gizi keluarga dan individu.besar anggota keluarga mempengaruhi pengeluaran
pangan (sanjur, 2005).
Suharjo (2005) mengatakan jumlah keluarga yang banyak akan berakibat pada
terbatasnya kemampuan kepada keluarga atau orang tua dalam menyediakan
makanan untuk semua anggota keluarga baik dari segi kuantitas maupun
kulaitasnya,sedangkan menurut Adelafza (2009) besarnya keluaraga dapat
menjadi faktor resiko terjadinya malnutrisi pada anak dan di Negara
berkembang.penelitian ini menemukan bahwa anak-anak dari rumah tangga yang
lebih besar banyak mengalami gizi kurang. sumber daya yang tersedia jika
anggota keluarga tersebut besar tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
anak seperti terbatasnya asupan makanan pada anak.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga tingkat kemampuan masyarakat dalam membelanjakan
pendapatannya dinilai berdasarkan kebutuhan ibunya.menurut Adisasmito (2007)
mengatakan bahwa di Indonesia dan Negara lain nenunjukan bahwa terdapat
hubungan timbal balik antara kurang gizi dengan kemisikinan.kemiskinan
merupakan penyebab pokok antara akar maslah gizi buruk,proporsi anak gizi
kurang dan gizi buruk berbanding terbalik denag pendapatan.semakin kecil
pendapatan penduduk,semakin tinggi presentasi anak yang kekurangan
gizi,sebaliknya semakin tinggi pendapatan semakin kecil presentasi gizi buruk.
e. Pekerjaan
Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. sedangkan yang di maksud
dengan pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas,
kegiatan, kesibukan, urusan, karir, profesi, pencaharian seseorang. Merawat anak,
mulai memandikan dan menyuapi sampai mengasuh hampir semuanya dilakukan
oleh ibu. merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan minum anak
merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu. Akan
tetapi, tugas itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah, ibu juga harus
mengingatkan tugas anak-anaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan atau
belum dilakukan seperti mengingatkan anak supaya mandi, makan dan
mengingatkan waktu bila anaknya bermain (Supanto, 2004). Anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental perkembangan dan
emosinya. Bermain bukan berarti membuang waktu,juga buakn berarti membuat
anak menjadi sibuk sementara oarng tuanya mengerjakan pekerjaan orang tuanya
sendiri.anak harus mempunyai cukup untuk waktu bermain.untuk bermain
diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan perkembangannya
(Soetjiningsi, 2005). Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui
pendidikan orang tua tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan
kunjungan rumah telah dapat menrunkan angka kurang gizi pada balita.penelitan
ini membuktikan bahwa perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan
derajat petumbuhan anak.
2.7 Kerangka teori
Status Gizi pada
Balita Umur 6-24
Bulan
Waktu pemberian
makanan pendamping ASI
0-4/6 bulan
7 bulan
9 bulan
12-24 bulan
Jenis pemberian
makanan pendamping
ASI
Karakteristik ibu
Pekerjaan
Pendapatan
Pengetahuan
Makanan Pendamping ASI
Jenis pemberian makanan pendamping
ASI
Waktu pemberian makanan pendamping
ASI
Karakteristik
keluarga
Jumlah keluarga
Jumlah anak
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
HA : Ada hubungan antara status gizi dengan waktu pemberian makanan
pendamping asi pada baduta.
H0 : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan waktu pemberian makanan
pendamping asi pada baduta.
Status Gizi
Waktu Pemberian
makanan pendamping
asi pada baduta umur 6-
24 bulan
Top Related