29
BAB II
BENTUK TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM DRAMA
AHLUL KAHFI BAGIAN PERTAMA
Seperti yang dijelaskan pada bab I sub bab landasan teori, bahwa tindak
tutur asertif dapat berupa tindak tutur asertif dapat berupa affirm (menguatkan)/
assert (menegaskan), allege (menduga)/ forecast (meramalkan)/ predict
(memprediksi), insist (mendesak), announce (mengumumkan)/reporting
(melaporkan), claiming (mengakui), concluding (menutup/mengakhiri), dan
stating (menyatakan). Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini, mengenai bentuk tindak tutur asertif dalam drama Ahlul Kahfi
bagian pertama. Untuk mengurangi adanya pengulangan kata yang berlebihan
dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan singkatan AKbg1 untuk
menggantikan kepanjangan dari “drama Ahlul Kahfi bagian pertama”. Dan untuk
mempermudah dalam mengenali data diperlukan adannya kartu data, oleh karena
itu penulis akan menyisipkan kartu data berupa (nama drama/tahun/hal/no data) “
(AKbg1/1932/30/33)”. Ditemukan beberapa bentukyang digunakan, di antaranya:
A. Affirm (menguatkan), assert (menegaskan);
Menegaskan adalah memberitahukan dengan sungguh-sungguh
tentang sesuatu yang sudah pasti, jadi tindak tutur menegaskan merupakan
pengulangan tentang apa yang dituturkan sebelumnya (Indriastuti, 2007: 8).
Affirm atau affirmation dalam “dictionary of linguistic terms” diartikan oleh
Baalbaki ke dalam bahasa Arab menjadi “إثبات”„itsba>t‟ (1990: 34). Kamus
30
Bahasa Indonesia (KBI, 2008: 17) kata afirmatif bersifat menguatkan atau
mengesahkan.
Shachrawi (2005: 206) menyepadankan makna kata affirmation
dengan kata “at-ta’ki>d”. Adapun Baalbaki (1990: 58) menyepadankan kata
“at-ta’ki>d” dengan assert (menegaskan). Dapat disimpulkan bahwa
affirmation dan assert di dalam bahasa Arab mempunyai makna yang sama,
yaitu “at-ta’ki>d” yang artinya menegaskan atau menguatkan.
Ghulayaini menjelaskan pengertian at-tauki>d di dalam kitabnya
“Jami>’ud-Duru>si al-Ara>biyati”, yaitu:
. أو التأكيد(( تكرير يراد بو تثبيت أمر املكرر يف نفس السامع) ) التوكيد
At-tauki>d ( (au at-ta’ki>d)) takri>run yura>du bihi tatsbi>tu amril-mukarrari fi> nafsi’s-sa>mi’i
At-tauki>d atauat-ta’ki>d: pengulangan yang bermaksud untuk menguatkan
pernyataan pada mitra tutur (Ghulayaini, 1993: 542).
Ditemukan 94 data tuturan menegaskan dalam naskah AKbg1.
Sampel data yang akan dianalisis penulis sebanyak tujuh data. Sampel
tersebut berdasarkan beberapa jenis tuturan menegaskan yang ditemukan di
dalam AKbg1, sehingga dapat mewakili data-data lainnya. Tindak tutur
menegaskan ditemukan pada data-data berikut ini:
إيل؟ صغيتأ !مشلينيا: مرنوش نعم: مشلينيا . علينا حقو بعض عن نزل قد قلوبا لنا خلق وقد اهلل إن: مرنوشيف شك( . . . )بعد تفكن يصيح يف فرح( قد تكون صادقا يف ىذا يا مرنوش : )مشلينيا
(AKbg1/1932/30/33). . . لكن Marnu>sy: Misyli>niya>! Atushgi ilaiya? Misyli>niya>: na'am
31
Marnu>sy: inna'l-Laha waqad khalaqa lana> qulu>ban qad nazala 'an ba'dhi chaqqahu 'alaina>.
Misyli>niya>: (ba’da tafki>r yashi>chu fi> farach) qad taku>nu sha>diqan fi> hadza> ya> Marnu>sy… (fi> syak) lakin…
Marnusy : “Misyliniya! Apa kamu memperhatikanku?”
Misyliniya: “iya”
Marnusy: "sesungguhnya Allah telah menciptakan untuk kita hati, dan
telah menurunkan sebagian hakNya untuk kita"
Misyliniya: (setelah berfikir tiba-tiba berteriak) “dalam hal ini kita telah
menjadi teman wahai Marnusy…” (ragu-ragu) “tapi…” '
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan
Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan
menegaskan tersebut dilakukan untuk menegaskan pernyataan bahwa amanat
yang disampaikan penutur itu agung (baik) ditandai dengan partikel inna ( إن) dan qad ( (قد .
Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya kepada mitra tutur
“Anushgi ilaiya?”. Mitra tutur menjawab “na'am”, mendengar jawaban mitra
tutur tersebut penutur melanjutkan “inna'l-Laha waqad khalaqa lana> qulu>ban
qad nazala 'an ba'dha chaqqihi 'alaina>” dengan maksud untuk menyimpulkan
pembahasan sebelumnya.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penuturmenggunakan intonasi
datar. Akan tetapi dengan adanya ada>tu tauki>d yang digunakan dalam tuturan
tersebut membuat intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima
mitra tutur menjadi bertekan.
32
Data tuturan menegaskan dalam naskah AKbg1 juga ditemukan pada
data berikut:
حواملسي باهلل األقلى عل كفرت أنك ألخربك ىنا الراعي أن لو ) هتكم يف: (مشلينيا األقل؟ى عل: مرنوش . . . آخر بأحد أذكرك أن أود ال نعم، ألين: مشلينيا . النفس ءي س لفيت إنك: مرنوش
(AKbg1/1932/34/39) أنا؟!: مشلينيا Misyli>niya>: (fi> tahkim) lau anna'r-ra>'i huna> la'ukhbiruka annaka kafarta
'ala>'l-aqal bi'l-Lahi wa'l-masi>chi. Marnu>sy: 'ala'l-aqal? Misyli>niya>: na'am, li'anni> la> awaddu an adzkuraka bi'achadin a>khar. . .
Marnu>sy: innaka lafata> saiyi'i'n-nafsi Misyli>niya>: ana>?!
„Misyliniya: (mengejek) “jika saja pengembala ini mengatakan kepadamu
bahwasanya kamu telah ingkar, paling tidak kepada Allah
dan al-Masih”
Marnusy : “paling tidak?”
Misyliniya: “benar, karena aku tidak akan mengingatmu sebagai
seseorang. . . ”
Marnusy: "sesungguhnya kamu adalah seseorang yang berhati jahat"
Misyliniya : “aku?!” '
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan
Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan
menegaskan di atas ditandai dengan adanya partikel yaitu inna ( إن ) pada kata
innaka ( . (إنك
Percakapan ini terjadi ketika mitra tuturmenyatakan “lau anna'r-ra>'i
huna> la'akhbiruka annaka kafarta 'ala>'l-aqal bi'l-Lahi wa'l-masi>chi” yang
yang bermaksud untuk menduga sesuatu yang tidak terjadi. Mendengar hal
33
itu penutur pun terkejut dengan mengatakan “'ala'l-aqal?”, kemudian mitra
tutur menjawab “na'am, li'anni> la> awaddu an adkurka bi'achadin a>khar. . .
. . ”penutur tidak menyukai jawaban mitra tutur sehingga penutur dengan
sengaja memotong tuturan mitra tutur dengan “innaka lafata> syai'u'n-nafsi”.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi
datar. Ada>tu tauki>d pada data tuturan menegaskan di atas menjadikan tuturan
tersebut sedikit bertekan, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra
tutur menjadi bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat
diketahui bahwa mitra tutur memperhatikan dan terkejut dengan tuturan
penutur.
Data tuturan menegaskan pada naskah AKbg1adalah sebagai berikut:
كم حتب أىلك!: ديليخا (AKbg1/1932/22/100. . . ) إين إنا أحيا هبما وهلما: مرنوش
Yimli>kha>: kam tuchibbu ahlaka! Marnu>sy: inni> innama> achya> bihima> walahuma>
„Yimlikha: “seberapa besar kamu mencintai keluargamu!”
Marnusy: “sebenarnya diriku tiada lain hidup dengan mereka dan untuk
mereka…”
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan
Marnusy sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur. Tuturan
menegaskan ditandai dengan inna ( إن), innama> (إنا) dan pengulangan ism
dhamir huma> (مها).
34
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kepada penutur
mengenai besarnya perasaan cinta kepada keluarganya, kemudian penutur
menjawab bahwa dia hidup tiada lain adalah dengan keluarganya dan untuk
keluarganya. Tindak tutur menegaskan merupakan pengulangan tentang apa-
apa yang dituturkan sebelumnya oleh seorang penutur (Indriastuti, 2007: 8).
Begitu pula dalam bahasa Arab bahwa tuturan menegaskan dengan
mengulangi satu lafadz sebelumnya disebut “taukid lafdzi” (Shachrawi,
2005: 210).
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar. Melihat
dengan adanya ada>tu taukid pada tuturan di atas menyebabkan intonasi yang
dituturkan menjadi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra
tutur adalah sedikit bertekan.
Selain data di atas tuturan menegaskan juga ditemukan dalam data
berikut:
أرأيتنا من قبل؟: مشلينيا كثنا: ديليخا أين؟: مرنوشكنتما حتوطان امللك يف شرفتو، . مبدينة طرسوس، ىف ساحة مصارعة السباع: ديليخا
. ىذا امللك، وىذان مشلينيا ومرنوش: واألنظار ترمقكم والشفاه هتمس(AKbg1/1932/16/60)
Misyli>niya>: ara’aitana> min qabl? Yimli>kha>: katsi>ran Marnu>sy: aina?
35
Yimli>kha>: bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-siba>’i. Kuntuma> tachu>tha>ni’l-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-syafa>hu tahmus: hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy.
„Misyliniya: “apakah sebelumnya kamu pernah melihat kita?”
Yimlikha: “sering”
Marnusy: “dimana?”
Yimlikha : “di kota Tharsus, di arena pertandingan binatang liar. Kalian
menjaga Raja di balkon, kalian menjadi pusat perhatian dan
bibir berbisik: ini Raja dan keduanya ini adalah Misyliniya
dan Marnusy”. ‟
Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini
menyebabkan Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur
pertama dan Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan menegaskan
ditandai dengan adanya charfu tanbih bersama ism isyarah, yaitu hadza> (ىذا) dan hadza>ni (ىذان) yang merupakan salah satu ada>tu tauki>d.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertamabertanya kepada
penutur “ara>’aitana> min qabl?”, kemudian penutur menjawab “katsi>ran”.
Mendengar jawaban penutur, mitra tutur kedua segera bertanya “aina?”, maka
penutur menjawab “bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-sa>bi’.
Kuntuma> tachu>tha>ni’l-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-
syafa>hu tahmus: hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy”.
kalimat yang menunjukkan adanya tuturan menegaskan terdapat pada tuturan
penutur “…hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy”
Penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana
(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data di atas,
36
menunjukkan bahwa penutur menggunakan intonasi datar. Melihat dengan
adanya charfu tanbi>h pada tuturan di atas menyebabkan intonasi yang
dituturkan menjadi sedikit naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima
mitra tutur adalah sedikit bertekan.
B. Allege (menduga), forecast (meramalkan), predict (memprediksi);
Kamus Bahasa Indonesia (KBI, 2008: 367) kata menduga diartikan
sebagai (1) mengukur dalamnya laut (sungai dsb); (2) menyangka;
memperkirakan (akan terjadi sesuatu); (3) hendak mengetahui (isi hati dsb).
Jadi tindak tutur menduga adalah tindakan yang berwujud tuturan untuk
memperkirakan atau menyangka sesuatu yang akan terjadi, memperhitungkan
sesuatu dengan adanya pengamatan sebelumnya.
Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1160) mengartikan kata meramalkan
sebagai melihat, menduga keadaan yang akan terjadi. Memprediksi dapat
diartikan sama seperti meramal. Dalam kamus, Ba‟albaki mengartikan
prediction (memprediksi) menjadi تنبؤtanabbu’, yaitu kemampuan mitra tutur
atau penutur untuk memprediksi dengan menggunakan kalimat berimbuhan
awal atau akhir dalam suatu keadaan (1990: 392). Ba‟albaki menyebutkan
adanya prediction verb (kata kerja memprediksi), yaitu kata kerja yang
bermanfaat untuk memprediksi sesuatu seperti: “will”
„akan/mau/dapat/harus‟ atau “shall” „akan/dapat/boleh‟ dengan “fi’lu’t-ta>li”
„kata kerja yang akan datang‟ (1990: 392). Beberapa pengertian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa menduga, meramalkan dan memprediksi
mempunyai makna dan maksud yang sama.
37
Partikel lau (لو) dan la’alla ( لعل) merupakan salah satu partikel yang
menandakan adanya maksud untuk menduga, seperti yang dijelaskan
Ghulayaini (1993: 560) berikut:
: نوعن ))لو((تسمى حرف , فتفيد امتناع شئ المتناع غنه, أن تكون حرف شرط ملا مضي .1
. قوعغنع لو ملا كان سيق امتناع المتناع او حرفاحينئد ال تفيد االمتناع وإنا تكون : إن(()) مبعىن, أن تكون حرف شرط للمستقبل .2
. جملرد ربط اجلواب بالشرط
Lau nau’aini: 1. An taku>na charfu syarthin lima> madhi>, fatufi>du imtina>’u syai’in
li’imtina>’i gairihi, tusamma> charfa imtina>’a li’imtina>’i au charfan lima>
ka>na sayaqa’u liwuqu>’igairi,
2. An taku>na charfu syarthin lilmustaqbal, bima’na ( (in): chi>naidzin la>
tufi>du’l-imtina>’I, wa innama> taku>nu limujarradi rabthi’l-jawa>bi bisy-
syarthi
Lau mempunyai dua macam:
1. Partikel syarat untuk sesuatu yang lalu atau masa lalu: bermanfaat untuk
menghindar sesuatu yang mustahil, dinamakan partikel
imtina>’uli’imtina>’i atau partikel yang akan melakukan jika terjadi
sesuatu yang lain
2. Menjadikan partikel syarat untuk sesuatu yang akan terjadi, artinya (in)
yang kemudian tidak bermanfaat untuk menghindar. Dan menjadikan
untuk meringkas hubungan jawab dengan syarat.
مبعىن الرتاجي أو االشفاق: لعل طلب ملمكن املرغوب فيو: الرتجي والتخوف من حدوثو, توقع االمر املكروه: االشفاق
La’alla: bima’na> at-tara>ji> au al-isyfa>qi Fa’t-tara>ji>: thalabu limumkini’l-mar’ghu>bi fi>hi Al-isyfa>q: tawaqqa’u’l-amr’l-makru>hu, wa takhufu min chudu>tsihi
La’alla: berarti at-tara>ji atau al-isyfa>qi At-tara>ji: meminta sesuatu untuk mungkin dengan adanya rasa takut di
dalamnya.
38
Al-isyfa>q: berjanji mengajarkan atau memerintahkan hal yang merusak,
dan ketakutan dari apa yang terjadi (1993: 566)
Ditemukan 16 data tuturan menduga dalam naskah AKbg1. Penulis
akan menganalisis empat sampel data tuturan berdasarkan banyaknya jenis
tanda lingual tuturan menduga yang digunakan, yaitu:
أين الراعى؟ أين ثالثنا الراعى؟: مشلينيا . أتبن شبح كلبو ىنا باسطا ذراعيو: مرن وشناب ق رب ناا، أين ىو؟أال: مشلينيا ت ر ىذا الرااعى ي ت . ، شأن الراعاة الن اهار اب الكهف ي رقب طلوعب لعلاو ب : مرن وش
(AKbg1/1932/14/95) Misyli>niya >: aina’r-ra>’i>? aina tsa>litsuna>’r-ra>’i>? Marnu>sy : atabayyanu syabcha kalbihi huna> ba>sithan dzira>’i>hi Misyli>niya >: ala> tara> hadza>’r-ra>’i yatajannabu qurbanan, aina huwa?
Marnu>sy: la’allahu biba>bi’l-kahfi yarqubu thulu>’a’n-naha>ri, sya’na’r-ra’a>ti
„Misyliniya: “mana si penggembala? Mana orang ketiga di antara kita si
penggembala?”
Marnusy : “aku melihat dengan jelas anjingnya di sini sedang
merenggangkan kakinya. ”
Misyliniya: “tidakkah kamu mengetahui si penggembala ini menjauhi kita,
dimana dia?”
Marnusy: “mungkin di pintu gua menunggu datangnya siang, kebiasaan
penggembala. ” ‟
Pada penggalan tuturan di atas terdapat data yang menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini
Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan
menduga tersebut dilakukan penutur karena belum mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dan hanya berdasarkan pengamatan penutur saja. Ditandai
dengan partikel la’alla ( لعلا).
39
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kepada penutur
mengenai keberadaan si penggembala, akan tetapi penutur menjawabnya
dengan menunjukkan keberadaan anjing gembalanya si penggembala yang
menendakan bahwa si penggembala masih berada di sekitar. Kemudian mitra
tutur mengatakan “ala> tara> hadza>’r-ra>’i yatajannabu qurbanan, aina huwa?”.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data tuturan menduga di atas, menunjukkan bahwa penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa.
Data lainnya terdapat dalam naskah AKbg1 adalah sebagai berikut ini:
حياول النهوض فتؤملو عضالتو( آه!): مشلينيا إىل أين؟: مرنوش سيذىب ىذا اإلنسان كى يصلح فعلتو: مشلينيا (AKbg1/1932/23/98) ؟ذا عساك تصنعوحيك! ما: مرنوش
Misyli>niya >: (yucha>wilu’n-nahu>dha fatu’limuhu ‘adhla>tuhu) a>h! Marnu>sy: ila> aina? Misyli>niya>: sayadzhabu hadza’l-insa>nu kai-yuslich fi’latahu Marnu>sy: waichaka! Ma>dza ‘asa>ka tashna’u?
„Misyliniya : (merasakan sakit pada tulangnya) “aah!”
Marnusy: “mau kemana?”
Misyliniya: “orang ini akan pergi untuk memperbaiki perbuatannya. ”
Marnusy : “celaka kamu! Apa yang akan kamu lakukan?”. ‟
Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini
Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan
40
menduga tersebut dilakukan penutur untuk menduga apa yang akan mereka
lakukan. Tuturan menduga ini ditandai dengan adanya pertikel sa (س ) yang
memiliki maksud sama seperti kata “will” dalam bahasa Inggris. Will
merupakan salah satu prediction verb menurut Ba‟albaki (1990: 392).
Percakapan ini terjadi ketika penutur tiba-tiba merenggangkan
badannya yang terasa sakit, kemudian mitra tuturbertanya “ila> aina?” „mau
kemana?‟, penutur pun langsung menjawab “sayadzhabu hadza’l-insa>nu kai-
yaslich fi’latahu”. Mitra tutur langsung menanggapinya “waichaka! Ma>dza
‘asa>ka tashna’?”dengan membentak dan khawatir.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi
datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.
Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra
tutur memperhatikan dan menanggapi.
Data berupa tuturan menduga juga dapat ditemukan pada naskah
AKbg1 berikut:
فأة(ذىب ديليخا الراعى؟ : )مرنوش ماذا تريد منو؟: مشلينيا لو أين وجهتو إىل بييت يف طريقو ير زوجي وولدي وينبئهما خبن وبقرب أوبيت؟: مرنوش. ؟ إن مرآ وحده قد ديلؤمها اطمئنانااما تقول لو ذىبت أن. إنو اليعرف منزلك: مشلينيا
(AKbg1/1932/31/101) Marnu>sy: (faj’atan) dzahaba Yimli>kha>’r-ra>’i> Misyli>niya >: ma>dza> turi>du minhu?
41
Marnu>sy: lau anni> wajahtuhu ila> baiti> fi> thari>qihi yara> zauji> wawaladi> wayunabbi’uhuma> bikhairi> wabiqurbi aubati>?
Misyli>niya: innahu la> ya’rifu manzilaka. Ma> taqu>lu lau dzahabtu ana>? Inna mar’a> wachdahu qad yamlu’uhuma>’thmi’na>nan.
„Marnusy : (tiba-tiba) “Yimlikha penggembala sudah pergi?”
Misyliniya : “apa yang kamu inginkan darinya?”
Marnusy : “seumpama aku mengatakan kepadanya untuk ke rumahku
diperjalanannya, untuk melihat istriku dan anakku dan
mengabarkan kepada mereka berdua keadaan baikku dan akan
segera kembali?”.
Misyliniya: “sesungguhnya dia tidak tahu rumahmu. Bagaimana
pendapatmu jika aku yang pergi? Sesungguhnya itu bisa
memberikan keduanya ketenangan. ” ‟
Tuturan Marnusy pada data penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini
Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan
menduga tersebut ditandai dengan adanya partikel lau (لو) sebagai charfu
syarat yang menandakan sesuatu akan terjadi dengan syarat tertentu.
Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya apakah Yimlikha sudah
pergi? Kemudian mitra tutur bertanya apa yang diinginkan penutur kepada si
penggembala?. Penutur menjawab “lau anni> wajahtuhu ila> baiti> fi> thari>qihi
yara> zauji> wawaladi> wayunabbi’uhuma> bikhairi> wabiqurbi aubati>?”.
Penggunaan tanda baca tanya (?) seperti yang dijelaskan oleh Wijana
(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menduga
di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi sedikit naik, sehingga
kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.
42
Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra
tutur memperhatikan dan menyampaikan pendapatnya.
Data berupa tuturan menduga juga dapat ditemukan pada
naskahAKbg1 berikut:
ىو املطر والسيل؟ أم إرادة اهلل واملسيح؟ ما تقول؟ أ نصف ساخر( ويف حالتنا ىذه: )رنوشم حنوى عل الكهف عن دتيل الشمس رأيت إين أقل أمل. . . كذلك ىذه حالتنا يف: ديليخا
ىذه شاءت واملسيح اهلل ارادة ىي بداننا؟إ حرارهتا تؤذ ال كي ذلك عيب، أليس املؤمنن لتني األعوبة
معنا وجودك لوال أن أظن !ياديليخا أشكرك ملؤمنن؟ ا) خفيف هتكم يف(: مرنوش !!(AKbg1/1932/43/110) أعوبة أية لنا شاءت واملسيح اهلل إرادة ماكانت
Marnu>sy: (nishfu sa>khar) wafi> cha>latina> hadzihi> ma> taqu>lu? Ahuwa’l-matharu wa’s-sailu? Am ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi?
Yimli>kha>: fi> cha>latina> hadzihi kadzalika … alam aqul inni> ra’aitu’syamsa tami>lu ‘an’l-kahfi ‘ala> nahwin ‘aji>b, alaisa dza>lika kai la> tu’dzi> chara>ratuha> ibda>nana>? Hiya ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at hadzihi’l-a’jubata litunji>’l-mu’mini>n
Marnu>sy: (fi> tahki>m khafi>f) al-mu’mini>n? asykuruka ya> Yimli>kha>! Azhunnu anna laula> wuju>duka ma’ana> ma> ka>nat ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at lana> ayyatu a’ju>bah!!
„Marnusy: (setengah mengejek) dan dengan keadaan kita ini? Apa yang
akan kamu katakan? Apakah hujan dan banjir? Apa kehendak
Allah dan al-Masih?
Yimlikha : “dalam keadaan seperti ini… bukankah aku katakan
sesungguhnya aku melihat matahari bergeser dari gua suatu
yang mengherankan, bukankah seperti itu supaya panasnya
tidak merusak jasad kita? Itu adalah kehendak Allah dan al-
Masih yang merupakan suatu keajaiban untuk menyelamatkan
orang Mukmin. ”
Marnusy : (sedikit mengejek) “seorang Mukmin? Aku berterima kasih
kepadamu wahai Yimlikha! Aku kira jika tidak ada
kehadiranmu bersama kita apa yang akan terjadi dengan
43
kehendak Allah dan al-Masih ketika kita mencari
keajaiban!!”.‟
Tuturan Marnusypada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini Marnusy
sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur. Tuturan menduga ditandai
dengan adanya partikel “azhunnu” artinya „aku kira‟ dan dilanjutkan dengan
partikel “lau”.
Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya kepada mitra tutur
untuk mendapatkan pendapatnya mengenai keadaan apa yang sedang mereka
hadapi. Kemudian mitra tutur memberikan pendapatnya mengenai keadaan
apa yang sedang mereka hadapi, yaitu “fi> cha>latina> hadzihi kadzalika … alam
aqul inni> ra’aitu’syamsa tami>lu ‘an’l-kahfi ‘ala> nahwin ‘aji>b, alaisa dza>lika
kai la> tu’dzi> chara>ratuha> ibda>nana>? Hiya ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at
hadzihi’l-a’jubata litunji>’l-mu’mini>n”.
Pendapat mitra tutur tersebut mendapatkan respon dari penutur
sebagai berikut “al-mu’mini>n? asykuruka ya> Yimli>kha>! Azhunnu an laula>
wuju>duka ma’ana> ma> ka>nat ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at lana> ayyatu
a’ju>bah!!”.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca dua seru (!!) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data tuturan menduga di atas menunjukkan penuturmenggunakan intonasi
naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah keras
dan bertekan.
44
C. Insist (mendesak),
Mendesak dapat diartikan sebagai mendorong dengan tubuh;
menyesak hingga mundur; meminta (menganjurkan); memaksa; penting
untuk segera dilakukan (dipenuhi, diselesaikan); sudah hampir habis
waktunya (KBI, 2008: 346). Jadi tindak tutur mendesak adalah tindakan
berupa tuturan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya untuk
mendesakkan sesuatu, memaksakan agar mau menerima, menganjurkan
dengan sangat atau memaksa untuk melakukan sesuatu.
Ba‟albaki menyebutkan bahwa memaksa (compellative phrase) atau
syibhu jumlata’l-muna>da>” „menyerupai kalimat seruan‟ dalam“شبو مجلة املناد
suatu susunan kalimat dapat ditunjukkan dengan adanya tanda seru (1990:
104). Tuturan „mendesak‟ disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur
bertujuan untuk memaksa atau meminta sesuatu dengan cepat terhadap suatu
hal yang diinginkan penutur.
Data yang termasuk tuturan mendesak pada naskah AKbg1 sebanyak
4 data, dan penulis akan menganalisis dua sampel, berdasarkan jumlah fi’l
amr yang digunakan. Dalam naskah AKbg1 yang menunjukkan adanya
tuturan mendesak terdapat dalam data berikut:
إين جنيت علي مرنوش ظلما، وإن امسو ىف ): )امللك توا وأقول لوإىل سأذىب : مشلينيا وىأنذا أقدم حيايت((. . . الرسالة ال يعين شيئا
. وكفى ىذراا! قل إنك ذاىب لرت حبيبتك. . . اقعد : مرنوش
(AKbg1/1932/23/111) وا أسفاه !: مشلينيا Misli>niya>: sa’adzhabu ila>’l-maliki tauwan wa’aqu>lu lahu: ( (inni> janaitu
janaitu ‘ala> Marnu>sy zhulman, wa’in’smahu fi>’r-risa>lati la> risa>lati la> ya’ni syai’an… waha’anadza> uqaddimu chaya>ti>)).
45
Marnu>sy : uq’ud… wakafa> hadzran! Qul innaka dza>hibun litara> chabi>batika.
Misyli>niya>: wa> asfa>h!
„Misyliniya: “aku akan pergi kepada Raja secepatnya dan aku katakan
padanya: ((sesungguhnya akumembuat kesalahan kepada
Marnusy secara tidak sengaja, dan sesungguhnya namanya di
dalam surat tidak memiliki maksud apapun … dan seperti itulah
saya menjalani hidup saya))”
Marnusy: “duduklah! … dan sudahi ocehanmu! Katakan saja sebenarnya
kamu akan pergi melihat kekasihmu”.
Misyliniya: “alangkah ruginya!” ‟
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mendesak. Tuturan mendesak di atas
dilakukan oleh Marnusy (penutur) untuk mendesak Misyliniya (mitra tutur)
agar segera melakukan apa yang diinginkannya.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur merencanakan untuk keluar
dari gua dan bertemu dengan raja untuk mengatakan bahwa sesungguhnya
penutur tidak bersalah, penutur hanyalah korban yang tidak disengaja, dan
sebenarnya nama penutur di dalam surat yang ditulisnya itu tidak memiliki
maksud apapun. Namun, setelah mendengar perkataan tersebut penutur
segera menghalangi mitra tutur yang akan melakukan rencananya untuk
keluar dari gua. Penutur meminta mitra tutur agar tetap tinggal dengan
mengatakan “uq’ud… wakafa> hadzran! Qul innaka dza>hibun litara>
chabi>batika. ”.
Tanda yang menunjukkan adanya tuturan mendesak pada data di atas,
yaitu berupa kata perintah (fi’l amr) “uq’ud” „duduklah‟ kemudian
dilanjutkan dengan kata perintah (fi’l amr) serta tanda seru “wakafa>
hadzran!” „sudahi ocehanmu!‟ dan dilanjutkan kata perintah (fi’l amr) lagi
46
“Qul” „katakan‟ dan ditandai dengan adanya tanda seru. Kalimat perintah
merupakan salah satu bagian dari kalimat bermodus imperatif. Kalimat
imperatif memiliki dua jenis, yaitu imperatif instruktif (perintah) dan
imperatif rekustif (permintaan).
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan mendesak di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa
mitra tutur memperhatikan dan dia dapat menyangkal.
Data lainnya terdapat dalam penggalan naskah AKbg1seperti berikut:
يف ارتباب( وىل ستعود إلينا؟: )مرنوش . إين أترك قطمنا ىنا: ديليخاعبا! أتر . ! ىا ىو ذاينهضانظر. . . انظر الكلب يف دىشة( إىل يشن : )مرنوش
شبحو كيف يتلو يف الظالم وكيف يتمطى! خييل إىل أن كل من نام يف ىذا (AKbg1/1932/28/113) . الكهف يصحو وكأن أعضاءه متكسرة
Marnu>sy : (fi>’r-tiba>bi) wahal sata’u>du ilaina>? Yimli>kha>: inni> atruku Qithmi>ran huna> Marnu>sy: (yasyi>ru ila>’l-kalbi fi> dahsyati) unzhur… unzhur! Ha> huwa dza>
yanhadhu. ‘ajban! Atara> syabchahu kaifa yatalauwa> fi>’zh-zhala>mi wa kaifa yatamaththa>! Yukhayyalu ila> anna kulla man na>ma fi> hadza>’l-kahfi yashchu> waka’anna a’dha>’ahu mutakassirah.
„Marnusy: (ragu) “apakah kamu akan kembali lagi pada kami?”
Yimlikha: “sungguh aku meninggalkan Qitmir di sini”
Marnusy: (menunjuk pada seekor anjing dengan kekaguman) “lihatlah…
lihat! Apakah dia sedang bangun. Ajaib! Apakah kamu melihat
tubuhnya bagaimana dia meliuk-liuk dikegelapan dan
bagaimana dia melebarkannya! Bayangkan bahwasanya setiap
47
orang yang telah tidur di dalam gua ini seperti itu dan seakan-
akan anggota tubuhnya retak”. ‟
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mendesak. Tuturan mendesak di atas
dilakukan oleh Marnusy untuk meminta agar mitra tutur melakukan
permintaannya. Pada data ini Marnusy sebagai penutur Yimlikha sebagai
mitra tutur pertamadan Misyliniya sebagai mitra tutur kedua.
Percakapan ini terjadi ketika penutur ragu apakah mitra tutur akan
kembali kepada mereka, kemudian mita tutur meyakinkan penutur dengan
menjawab “inni> atruku Qithmi>ran huna>” yang menunjukkan dia akan
kembali. Kemudian penutur menunjuk anjing penggembala dengan terkejut
dan meminta mitra tutur pertama dan mitra tutur kedua untuk segera melihat
Qitmir dengan tuturan “unzhur… unzhur!”. Tuturan tersebut merupakan
tuturan mendesak, ditandai dengan adanya fi’l amr (kata perintah) “unzhur”
yang diulang dua kali menandakan meminta segera untuk melakukan sesuatu.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan mendesak di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi tinggi, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur
adalah menekan.
D. Announce (mengumumkan), reporting (melaporkan)
Kata mengumumkan di dalam KBI (2008: 1588) dapat diartikan
sebagai memberitahukan kepada orang banyak; memaklumkan;
menyebarluaskan. KBI (2008: 818) melaporkan diartikan dengan kata
48
memberitahukan. Memberitahukan adalah menyampaikan (kabar) supaya
diketahui; mengumumkan; menyebarluaskan (KBI, 2008: 186).
Memberitahu adalah mengatakan kepada mitra tutur mengenai suatu
kejadian yang sebenarnya. Tindak tutur memberitahu adalah tindakan yang
dilakukan penutur berupa tuturan yang ditujukan kepada mitra tutur untuk
memberitahukan sesuatu kejadian sebenarnya yang belum diketahui oleh
mitra tutur (Indriastuti, 2007: 12). Ba‟albaki (1990: 247) menyebutkan
tuturan yang mengandung informasi adalah tuturan yang mengandung pesan
yang beraturan di dalamnya.
Tanda yang menunjukkan adanya tuturan memberitahu adalah
kalimat yang mengandung unsur 5W 1H dalam suatu berita. Ditemukan 23
data tuturan memberitahu, penulis akan menganalisis tiga sampel tuturan
memberitahu berdasarkan jenis unsur 5W 1H yang ditemukan. Dalam naskah
AKbg1 tuturan memberitahu terdapat dalam data berikut:
. (. . . . يبدو شبح يتخبط ىف الظالم ) من ىذا؟: مشلينيا (AKbg1/1932/15/117) . أنا الراعى يا موال : ديليخا
(yabidu> syabchun yatakhabbathu fi’zh-zhula>mi…) Misyli>niya>: man hadza>? Yimli>kha>: ana>’r-ra>’i ya>maula>
„ (Nampak bayangan terbentuk di kegelapan …)
Misyliniya: “siapa ini?”
Yimlikha: “aku si penggembala, tuan”. ‟
Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini
Yimlikha sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan
49
memberitahu di atas dilakukan penutur untuk memperkenalkan dirinya atau
untuk memberitahukan kepada mitra tutur mengenai siapa penutur.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur melihat bayangan terbentuk di
dalam kegelapan, kemudian mitra tutur bertanya kepada sesuatu yang
membentu bayangan tersebut “man hadza>?”. Kemudian seseorang yang
membentuk bayangan tersebut (penutur) menjawabnya “ana>’r-ra>’i ya>maula>”
dengan maksud untuk memperkenalkan diri kepadamitra tutur.
Tuturan memberitahu ditandai oleh tuturan sebelumnya berupa
pertanyaan yang merupakan salah satu dari unsur 5W 1H, yaitu who (siapa).
Unsur 5W 1H merupakan unsur yang selalu digunakan untuk mencari suatu
informasi. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa.
Data berupa tuturan memberitahu juga ditemukan dalam penggalan
naskah AKbg1 berikut:
. تفقدناك الساعة: مشلينيا (AKbg1/1932/15/118). قمت أتلمس الطريق إىل الباب، فلم أىتد إليو: ديليخا
Misyli>niya>: tafaqqadna>ka’s-sa>’ah. Yimli>kha>: qumtu atalammasu’th-thari>qa ila>’l-ba>bi, falam ahtadu ilaihi
Misyliniya: “kami telah mencarimu”
Yimlikha: “aku bangun meraba-raba jalan menuju pintu, tetapi aku tidak
menemukannya”. ‟
50
Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini
Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan
Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan memberitahu di atas dilakukan
penutur untuk memberikan informasi berupa hasil yang ditemukan penutur.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama menyatakan kepada
penutur bahwa mereka (mitra tutur pertama dan kedua) telah mencarinya,
kemudian penutur menjawab “qumtu atalammasu’th-thari>qi ila>’l-ba>bi, falam
ahtadu ilaihi” dengan maksud memberitahukan kepada mitra tutur pertama
tentang apa yang telah dilakukannya dan memberitahukan hasil dari
tindakannya. Dapat diketahui bahwa data tersebut merupakan tuturan
memberitahu seperti yang dijelaskan Indriastuti (2007: 12) pada keterangan
sebelumnya.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada
data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa.
Data berupa tuturan memberitahu juga ditemukan dalam penggalan
naskah AKbg1 berikut:
ما الذ حنك من أمرنا؟ : مشلينيا دقيانوس عدو املسيحية ما كان ي علمأنا وزيريو مسيحياان!: ديليخا
51
ىذا اآلمر بذبح . . . يف اندفاع مقصود( وىو ال يعلم كذالك أنا ابنتو مسيحية): مرنوش املسيحين
(AKbg1/1932/18/124) يف استغراب( ابنتو؟ األمنة بريسكا!؟: )ديليخاMisyli>niya> : ma>’l-ladzi> chayyaraka min amrina>? Yimli>kha>: Diqya>nu>s ‘aduwwu’l-masi>chi>yati ma> ka>na ya’lamu anna
wazi>raihi masi>chi>ya>ni! Marnu>sy: (fi>’-ndifa>’in maqshu>din) wahuwa la> ya’lam kadzalika anna’-
bnatahu masi>chi>yyah … hadza>’l-a>miri bidzabchi’l-masi>chi>yi>n
Yimli>kha> : (fi>’s-tigra>bi) ibnatuhu? Al-ami>ratu Bri>ska>?
„Misyliniya : “apa yang menjadikanmu bingung dari perkara kami?”
Yimlikha: “Diqyanus adalah musuh bagi orang-orang masehi, bagaimana
dia tidak tahu bahwa menterinya adalah seorang masehi!”
Marnusy: “ (menyela) dan dia juga tidak mengetahui bahwa putrinya
adalah seorang masehi”. ‟
Yimlikha: (terkejut) anaknya? Putri Priska?
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini Marnusy
sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Yimlikha
sebagai mitra tutur kedua. Tuturan memberitahu tersebut bertujuan untuk
memberikan informasi kepada mitra tutur.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama melihat mitra tutur
kedua yang sedang memikirkan sesuatu, lalu menanyakan “ma>’l-ladzi>
chayyaraka min amrina>?” kemudian mitra tutur kedua menyatakan apa yang
sedang difikirkannya. penutur menyela pembicaraan mereka “wahuwa la>
ya’lam kadzalika anna’b-natahu masi>chi>yyah … hadza>’l-a>miri bidzabchi’l-
masi>chi>yi>n”. Kalimat tersebut merupakan tuturan memberitahu karena
kalimat tersebut mempunyai tujuan memberitahukan sesuatu yang belum
diketahui oleh mitra tutur kedua.
52
Tuturan memberitahu pada data di atas ditandai dengan respon yang
diberikan mitra tutur kedua, yaitu menanggapinya dengan melontarkan
pertanyaan menunjukkan bahwa sebelumnya dia belum mengetahui berita
tersebut.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa. Respon yang diberikan mitra tutur menunjukkan bahwa dirinya belum
mengetahui berita tersebut.
E. Claiming (mengakui),
Kamus Bahasa Indonesia (2008: 32) mengartikan kata mengaku
sebagai membenarkan (tuduhan dsb); menerima dan menyatakan (bahwa
salah, keliru, dsb); menanggung; menyanggupi; menganggap. Mengakui
dapat diartikan sebagai membenarkan dilihat dari pernyataan Indriastuti
(2007: 5) membenarkan yaitu memastikan bahwa sesuatu yang diketahui
atau dilihat adalah benar adanya, dan tindak tutur membenarkan adalah
tindakan yang berwujud tuturan untuk membenarkan suatu pendapat,
mengakui sebuah tindakan atau mengakui pendapat.
Tindak tutur mengakui atau menyetujui yakni penutur menyatakan
setuju atau sepakat dengan menerima, memperkenankan tuturan mitra
tutur (Handayani, 2012: 28). Mengakui dapat diartikan sebagai
membenarkan, partikel bala>, na’am, ajal merupakan beberapa tanda lingual
53
lingual membenarkan atau mengakui, seperti yang dinyatakan Ghulayaini
(1993: 558):
ختتص بوقوعها بعد النفي فتعلو اثباتا: بلى فأن اجلواب هبما يتبع ماقبلها يف اثباتو ونفيو: نعم وأجل
Bala>: takhtashshu biwuqu>’iha> ba’da’n-nafi> fataja’alahu itsba>tan Na’am waajal: fainna’l-jawa>b bihima> yattabi’u ma> qablaha> fi> itsba>tihi wa
naffi>hi.
Bala>: menghubungkan suatu peristiwa yang berada setelah an-nafi (partikel menolak) menjadi sah atau benar
Na’am dan ajal: sesungguhnya jawaban dari keduanya mengikuti kalimat
sebelumnya untuk membenarkan atau menolaknya.
Ada beberapa tanda lingual yang menunjukkan tuturan mengakui,
baik berupa partikel ataupun kata kerja “fi’l”. Pada naskah AKbg1 ditemukan
25 data tuturan, dalam pembahasan ini penulis akan melampirkan 5 sampel
tuturan berdasarkan macam tanda lingual yang digunakan. Tuturan mengakui
dalam naskah AKbg1 sebagai berikut:
ا؟ن ا ى ا ى ن ث ب ل م ش، ك و ن ر م …: مشلينيا . يوما أو بعض يوم: مرنوش من أدراك؟: مشلينيا وىل ننام أكثر من ىذا القدر؟: مرنوش (AKbg1/1932/14/138). …(، صمت) صدقت: مشلينيا
Misyli>niya>: … Marnu>sy, kam labitsna> ha> huna>? Marnu>sy: yauman au ba’dha yaumin Misyli>niya>: man adraka? Marnu>sy: wa hal nana>mu aktsar min hadza>’l-qadr? Misyli>niya>: shadaqta (shumt), … .
„Misyliniya : “… Marnusy, berapa lama kita tinggal di sini?”
Marnusy: “sehari atau dua hari”
Misyliniya: “siapa yang memberitahumu?”
Marnusy: “apakah kita akan tidur lebih lama dari perkiraan kita?”
Misyliniya : “kamu benar” (diam) … . ‟
54
Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini
Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan
mengakui di atas bermaksud untuk mengakui pertanyaan yang disampaikan
mitra tutur itu benar.
Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya “Marnu>sy, kam labitsna>
ha> huna>?”, kemudian mitra tutur menjawab “yauman au ba’dha yaumin”.
Mendengar pernyataan mitra tutur tersebut lalu penutur bertanya “man
adraka?”. Mitra tutur menjawab “wa hal nana>mu aktsar min hadza>’l-qadr?”.
Mendengar pertanyaan mitra tutur tersebutpenutur menjawab “shadaqta”.
Tuturan mengakui pada data di atas ditandai dengan adanya fi’l ma>dhi
“shadaqta” yang berasal dari kata “shadaqa”, yaitu kata yang digunakan
untuk membenarkan sesuatu. Dan pada data di atas di tuturkan oleh penutur
untuk mengakui bahwa pertanyaan mitra tutur benar dan penutur mengakui
bahwa dirinya tidak tahu berapa lama mereka akan tinggal.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma (,) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa.
55
Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada
penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:
ومل أستطيع أنا، وأنا وىل امرأة وولد أعزمها وأعبدمها؟: مرن وش
. أنت تستب قى حياتك من أجلهما: مشلينيا . . . تريد أن تستب قى حياتك من أجل ال وأنت؟ أ : مرن وش . أق و على الب عد ي وماا واحداال ، لكن ىا أنت ذا ت ران يا مرن وش ن عم : مشلينيا
(AKbg1/1932/15/139) Marnu>sy: walima> astathi>’u ana>, wa’ana> waliyyu’mra’ati wawaladin a’izzu
huma> wa a’buduhuma>? Misyli>niya>: anta tastabqa> chaya>taka min ajlihima> Marnu>sy: wa anta? Ala> turidu an tastabqa> chaya>taka min ajli … Misyli>niya>: na’am ya>Marnusy, walakin ha> anta dza> tara>ni> la> aqwa> ‘ala>
bu’di yauman wa>chidatan
„Marnusy: “dan kenapa aku bisa, dan aku adalah wakil dari istri serta
seorang anak yang aku sayangi dan aku lindungi?
Misyliniya: “kamu mempertaruhkan hidupmu demi mereka berdua”
Marnusy: “dan kamu? Tidakkah kamu ingin mempertaruhkan hidupmu
demi …”
Misyliniya: “benar wahai Marnusy, tetapi tidakkah kamu melihatku tidak
mampu berjauhan walau hanya sehari. ” ‟
Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini
Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan
mengakui di atas bermaksud untuk mengakui apa keinginannya.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kenapa dirinya
(mitra tutur) sanggup adapun dirinya mempunyai tanggungan sebuah
keluarga yang dicintai dan dilindunginya. Kemudian penutur mengatakan
kepada mitra tutur “anta tastabqa> chaya>taka min ajlihima>”. Mitra tutur
menanyakan hal yang serupa kepada penutur, dan penutur mengakui bahwa
dirinya juga ingin mempertaruhkan hidupnya demi seseorang.
56
Tuturan mengakui pada data di atas ditandai dengan adanya partikel
“na’am” „iya‟, yaitu kata yang dapat diartikan menyetujui, mengakui, atau
membenarkan sesuatu hal. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma
(,) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa, pada data tuturan menyetujui di atas menunjukkan
penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang
diterima mitra tutur adalah biasa.
Data berupa tuturan mengakui dapat ditemukan pada penggalan
tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:
ا بيد؟فما: . . . مرنوش مشلينيا ال جييب( ) ذا عليك لو أنك أعطيتها الرسالة كذلك يدانعم، كي . . . ولكنك تزعم أنك مل تستطع، فلقد كتبت ها ب عدئذ علي عل
ختربىا أنك ذاىب بصحبة مرنوش تصلى سراا صالة الفصح وتذكرىا ىف الصالة! مشلينيا ال جييب( بصحبة مرنوش!!) . . . نعم كلمة لو مل أخطها : مشلينيا لكنت جنوت جبلد : مرنوش (AKbg1/1932/21/143) . أجل كنت جنوت جبلدك: مشلينيا
Marnu>sy: … fama>dza ‘alaika lau annaka a’thaitaha>’r-risa>lata kadza>lika yadan biyadin? (Misyli>niya> la> yuji>b) walakinnaka taz’am annaka lam tastathi’, falaqad katabtaha> ba’da’idzin ‘ala> ‘ajal …na’am, kai tukhbiruha> annaka dza>hibun bishuchbati Marnu<sy tushalli siran shala>ta’l-fishchi wa tadzkurha> fi>’sh-shala>ti! (Misyli>niya> la>yuji>b) bishuchbati Marnu>sy!!
Misyli>niya>: na’am kalimatun lau lam akhuththuha> … Marnu>sy : lakuntu najautu bijildi> Misyli>niya> : ajal kunta najauta bijildika.
„Marnusy: “apa yang menghalangimu untuk memberikan surat itu secara
langsung?” (Misyliniya tidak menjawab) “akan tetapi kamu
merasa belum bisa, kamu telah menulis sebelumnya … ya,
sebagaimana kamu mengabarkan kepadanya bahwasanya
kamu pergi dengan tergesa-gesa Marnusyberdoa supaya di
57
setiap hari Paskah kamu mengingatnya di dalam shalat”
(Misyliniya tidak menjawab) sahabat Marnusy!!
Misyliniya: benar, kata itu jika saja tidak aku tulis…
Marnusy : tentu aku akan selamat
Misyliniya : ya, tentu kamu akan selamat.
Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini
Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan
mengakui di atas bermaksud untuk mengakui bahwa pernyataan mitra tutur,
ditandai dengan adanya partikel ajal.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bercerita tentang alasan
mengapa mereka berdua sampai bersembunyi di gua tersebut. Mitra tutur
menyatakan bahwa itu semua kesalahan penutur yang tidak mau memberikan
suratnya secara langsung dan seandainya di dalam surat tersebut penutur tidak
menyantumkan nama mitra tutur. Mendengar hal itu penututr menjawab
“na’am kalimatun lau lam akhuththuha> …”. Mitra tutur melanjutkan
“lakuntu najautu bijildi>”. Penutur menjawab “ajal kunta najauta bijildika. ”.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa.
Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada
penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:
أال تري كيف يذكره واملسيح يف كل وقت!. نبهنا إىل اهلل اآلنىذا الذ . الراعى: شلينيا م
58
. فما يضنه أن دينح قلبو كلو هلل أو للشيطان. إن صاحبك الراعى خللى: مرنوش (AKbg1/1932/31/151). . . أصبتفسو( يف تأمل أو كمن يقنع ن: )مشلينيا
Misyli>niya> : ar-ra>’i. hadza>’l-ladzi> nabbahna> ila>’l-La>hi’l-a>n. ala> tara> kaifa yadzkuruhu wa’l-masi>cha fi> kulli waqtin!
Marnu>sy: inna sha>chibaka’r-ra>’i lakhalli>. Fama> yudhi>ruhu anna yamnacha qalbahu kullahu’l-La>hi au lisy-syaitha>ni.
Misyli>niya> : (fi> ta’ammuli au Kaman yuqna’u nafsahu) ashabta …
„Misyliniya : “penggembala. Ini yang mengingatkan kita kepada Allah
sekarang ini. Tidakkah kamu menginggat bagaimana dia
mengingat al-Masih setiap waktu!”
Marnusy: “sesungguhnya temanmu penggembala tidak berfikir. Apakah
dia tidak takut memberikan seluruh hatinya kepada Allah
atau untuk syaitan”
Misyliniya : (introspeksi diri) “kamu benar”. ‟
Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini
Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan
mengakui di atas bermaksud untuk mengakui bahwa pendapat mitra tutur
benar. Tuturan mengakui ditandai dengan adanya fi’l ma>dhi“ashabta” berasal
dari kata “asha>ba” „benar‟. Kata kerja tersebut digunakan penututur untuk
menyetujui, mengakui, atau membenarkan pendapat.
Percakapan ini terjadi ketika penutur menyatakan pendapatnya “ar-
ra>’i. hadza>’l-ladzi> nabbahna> ila>’l-La>hi’l-a>n. ala> tara> kaifa yadzkuruhu wa’l-
masi>cha fi> kulli waqtin!”. Mendengar pendapat tersebut mitra tutur juga
berpendapat bahwa “inna sha>chibaka’r-ra>’i lakhalli>. Fama> yudhi>ruhu anna
yamnacha qalbahu kullahu’l-La>hi au lisy-syaitha>ni. ”. Setelah mendengarnya
penutur berfikir sejenak lalu menjawab “ashabta”.
59
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah
biasa.
Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada
penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:
وإذا حملك أحد وعرف من أنت؟: مرنوش . سأتسلل يف الظالم وال أر أحدا وجهى, ال حتف: لينيا مش
(AKbg1/1932/32/152). يف خروجك خطر. كال (وةيف عزم وق): مرنوش
Marnu>sy: waidza> lamachaka achadun wa ‘arafa man anta? Misylini>ya>: la>takhaf, sa’atasallalu fi>’zh-zhula>mi wala> ara> achadan wajhi>
Marnu>sy : (fi> ‘azmi wa qu>wati) kalla>. Fi> khuru>jika khathar.
„Marnusy: “bagaimana jika seseorang melihatmu dan mengenali siapa
dirimu?”
Misyliniya: “jangan takut, aku akan menyelinap di dalam kegelapan dan
tidak ada seorangpun yang dapat melihat wajahku”
Marnusy : (tegas) “tentu. Demi keluar dari bahaya”. ‟
Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya
tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Marnusy
sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas
ditandai dengan partikel “kalla>” untuk mengakui bahwa apa yang akan
dilakukan mitra tutur tersebut benar.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur ingin keluar dari
persembunyiannya lalu penutur bertanya kepadanya “waidza> lamachaka
achadun wa ‘arafa man anta?”. Kemudian mitra tutur menjawab “la>takhaf,
60
sa’atasallalu fi>’zh-zhala>mi wala> ara> achadan wajhi>”. Mendengar respon mitra
respon mitra tutur, penutur menjawab “kalla>. Fi> khuru>jika khathar”.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, akan tetapi pada tuturan tersebut di sertai dengan keterangan
keadaan yang ditunjukkan pada dalam kurung yaitu (tegas). Sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.
F. Stating (menyatakan)
Maksud dari kata menyatakan di dalam KBI (2008: 1011) adalah
menerangkan; menjadikan nyata; menjelaskan; menunjukkan;
memperlihatkan; menandakan; mengatakan; mengemukakan (pikiran, isi
hati). Tindak tutur menyatakan memiliki maksud bahwa penutur mengatakan
atau mengemukakan pikiran atau isi hati kepada mitra tutur (Handayani,
2012: 20).
Tuturan menyatakan adalah tuturan yang mengandung pernyataan
mengenai apa yang diinginkan atau apa yang dirasakan hati dan fikiran.
Ditemukan 26 data tuturan pada naskah AKbg1 dan penulis akan
menganalisis tiga sampel data berdasarkan tanda yang menunjukkan tuturan
menyatakan: Dalam naskah AKbg1 yang menunjukkan adanya tuturan
menyatakan terdapat dalam data berikut:
وىل ننام أكثر من ىذا القدر؟: مرنوش . أريد اخلروج من ىذا املكانوفأة يقول وىو نافد الصرب( ) صمت(،) صدقت: مشلينيا
61
(AKbg1/1932/14/164) أين؟إىل وحيك! : مرنوش
Marnu>sy: wahal nana>mu aktsaru min hadza>’l-qadri? Misyli>niya>: shadaqta (shamta), (wafaj’atan yaqu>lu wahuwa na>fadu’sh-
shabri) uri>du’l-khuru>ja min hadza>’l-maka>ni. Marnu>sy : waichaka! Ila> aina?
„Marnusy: “dan apakah kita tidur lebih lama dari perkiraan kita?”
Misyliniya: “kamu benar (diam), (tiba-tiba berkata dengan tidak sabar)
aku ingin keluar dari tempat ini”
Marnusy: ” celaka kamu? Mau kemana?”. ‟
Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini
Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan
menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan apa yang diinginkan.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kenapa penutur
“wahal nana>mu aktsaru min hadza>’l-qadri?”, kemudian penutur menjawab
“shadaqta”. Tiba-tiba penutur berkata “uri>du’l-khuru>ja min hadza>’l-maka>ni”.
Tuturan penutur tersebut merupakan tuturan menyatakan, yaitu menyatakan
keinginannya atau isi hatinya.
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang
dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data tuturan menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan
intonasi datar, akan tetapi pada tuturan tersebut di sertai dengan keterangan
keadaan yang ditunjukkan pada dalam kurung yaitu (tiba-tiba dia berkata
dengan tidak sabar). Sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur
adalah cepat.
62
Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada
penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:
ملاذا تدعونا دائما بياموال ؟: مشلينيا . ومباذا أدعو صاحب دين امللك وصاحب يساره: ديليخا (AKbg1/1932/16/168) من أنبأك أننا صاحبا امللك؟!. . . عبا! : مرنوش
Mitsli>niya>: lima>dza> tad’u>na> da>’iman biya>maula>? Yimli>kha>: wabima>dza> ad’u> sha>chiba yami>ni’l-maliki washa>chiba yasa>rihi.
Marnu>sy: ‘ajaban! … man anba’aka annana> sha>chiban’l-maliki?!
„Misyliniya: “kenapa kamu terus memanggil kami dengan sebutan tuan?”
Yimlikha: “lalu dengan apa aku memanggil tangan kanan raja dan tangan
kirinya”
Marnusy: “ aku terkejut! … siapa yang mengabarkanmu bahwa kami
adalah kepercayaan raja?”. ‟
Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini
Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan
Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan menyatakan di atas bermaksud
untuk menyatakan pendapat.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama bertanya kenapa
penutur selalu memangil mereka dengan panggilan tuan. Kemudian penutur
menjawab“wabima>dza> ad’u> sha>chibu yami>ni’l-maliki washa>chibu yasa>rihi. ”.
Pernyataan penutur tersebut merupakan tindak tutur asertif berupa tuturan
menyatakan, yaitu menyatakan bahwa penutur berfikir bagaimana atau
dengan apa dia harus memanggil mereka.
63
Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) pada data tuturan
menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar,
sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.
Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada
penggalan tuturan drama AKbg1 berikut:
ما الذ حنك من أمرنا؟ : مشلينيا (AKbg1/1932/18/169) دقيانوس عدو املسيحية ما كان ي علمأنا وزيريو مسيحياان!: ديليخا
Mitsli>niya> : ma>’l-ladzi> chaiyaruka min amrina>? Yimli>kha>: Diqya>nu>s ‘adu>wu’l-masi>chi>yah ma> ka>na ya’lamu anna
wazi>raihi masi>chi>yan!
„Misyliniya: “apa yang menjadikanmu bingung dengan perkara kami?”
Yimlikha: “Diqyanusy adalah musuh bagi orang-orang Masehi apa yang
menjadikannya tidak tahu bahwa kedua menterinya adalah orang
Masehi!”. ‟
Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan
adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini
Yimlikha sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan
menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan pendapat.
Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur menyadari kegelisahan
penutur, maka mitra tutur bertanya “ma>’l-ladzi> chaiyaruka min amrina>?”.
Mengetahui bahwa dirinya dipersilahkan untuk menyatakan kegelisahannya,
maka penutur pun menyatakan bahwa “Diqya>nu>s ‘adu>wu’l-masi>chi>yah ma>
ka>na ya’lamu anna wazi>raihi masi>chi>yan!”. Sehingga dapat diketahui bahwa
pada data di atas terdapat tuturan menyatakan yang bermaksud untuk
menyatakan pendapat.
Top Related