1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) merupakan cetak biru mengenai strategi dalam memajukan
perekonomian di Indonesia. Proses penyusunan MP3EI merupakan inisiatif
presiden yang disampaikan pada tanggal 30 Desember 2010 dalam Rapat Kabinet
Terbatas. Presiden menganggap Indonesia kaya akan potensi dan keunggulan
ekonomi sehingga perlu diadakan transformasi ekonomi berupa percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, MP3EI menjadi
arahan pembangunan ekonomi Indonesia hingga tahun 2025.
Dokumen MP3EI merupakan dokumen yang bersifat komplementer dari
dokumen perencanaan pembangunan nasional yakni RPJPN, RPJMN, dan lain-
lain. Visi MP3EI selaras dengan visi pembangunan nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025 yakni “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang
Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Dengan visi tersebut maka strategi perluasan
pembangunan ekonomi ini tidak hanya mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dari sisi pendapatan dan daya beli masyarakat namun juga diiringi dengan
peningkatan dan pemerataan kualitas sumber daya manusia.
Penguatan kemampuan sumberdaya manusia dan IPTEK merupakan salah
satu dari tiga pilar utama dalam dokumen MP3EI. Dua pilar utama lainnya adalah
koridor ekonomi dan penguatan konektivitas nasional. Struktur ekonomi
Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi
dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai
tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas.
Peranan MP3EI dalam struktur perekonomian Indonesia memberikan arahan
strategis untuk pembangunan berdasarkan potensi alam yang dimiliki di tiap
koridor ekonomi MP3EI. Pengembangan potensi melalui koridor ekonomi (enam
koridor), yaitu: (1) Sumatra, (2) Jawa, (3) Kalimantan, (4) Sulawesi, (5) Bali -
2
Nusatenggara, (6) Papua-Kepulauan Maluku; pengembangan konektivitas intra
dan inter koridor serta internasional (membangun konektivitas nasional) dan
peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK (mempercepat kemampuan SDM dan
IPTEK Nasional). Integrasi antar pilar-pilar tersebut menjadi suatu strategi bagi
keberhasilan MP3EI namun pilar-pilar ini pun menimbulkan isu-isu permasalahan
strategis terkait dengan penjabaran masing-masing dari pilar-pilar tersebut.
Fokus utama penyusunan MP3EI terletak pada pembentukan koridor-
koridor ekonomi. Koridor-koridor ekonomi ditentukan untuk mengetahui
persebaran potensi-potensi sumberdaya yang ada pada enam koridor tersebut.
Pengembangan potensi melalui enam koridor ekonomi yang dilakukan dengan
cara mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI (Foreign Direct
Investment) dalam skala besar di 22 kegiatan ekonomi utama. Penyelesaian
berbagai hambatan akan diarahkan pada kegiatan ekonomi utama sehingga
diharapkan akan terjadi peningkatan realisasi investasi untuk memacu
pertumbuhan ekonomi di tiap koridor. Untuk mampu mewujudkan tiap-tiap pilar
maka pilar ketiga menjadi kunci utama, namun dalam MP3EI pilar ketiga yang
mengusung permasalahan SDM dan IPTEK tidak dikembangkan lebih rinci.
Gambar 1.1. Sebagian isi dokumen MP3EI, Hal. 40
Sumber : Dokumen MP3EI
2
Nusatenggara, (6) Papua-Kepulauan Maluku; pengembangan konektivitas intra
dan inter koridor serta internasional (membangun konektivitas nasional) dan
peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK (mempercepat kemampuan SDM dan
IPTEK Nasional). Integrasi antar pilar-pilar tersebut menjadi suatu strategi bagi
keberhasilan MP3EI namun pilar-pilar ini pun menimbulkan isu-isu permasalahan
strategis terkait dengan penjabaran masing-masing dari pilar-pilar tersebut.
Fokus utama penyusunan MP3EI terletak pada pembentukan koridor-
koridor ekonomi. Koridor-koridor ekonomi ditentukan untuk mengetahui
persebaran potensi-potensi sumberdaya yang ada pada enam koridor tersebut.
Pengembangan potensi melalui enam koridor ekonomi yang dilakukan dengan
cara mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI (Foreign Direct
Investment) dalam skala besar di 22 kegiatan ekonomi utama. Penyelesaian
berbagai hambatan akan diarahkan pada kegiatan ekonomi utama sehingga
diharapkan akan terjadi peningkatan realisasi investasi untuk memacu
pertumbuhan ekonomi di tiap koridor. Untuk mampu mewujudkan tiap-tiap pilar
maka pilar ketiga menjadi kunci utama, namun dalam MP3EI pilar ketiga yang
mengusung permasalahan SDM dan IPTEK tidak dikembangkan lebih rinci.
Gambar 1.1. Sebagian isi dokumen MP3EI, Hal. 40
Sumber : Dokumen MP3EI
2
Nusatenggara, (6) Papua-Kepulauan Maluku; pengembangan konektivitas intra
dan inter koridor serta internasional (membangun konektivitas nasional) dan
peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK (mempercepat kemampuan SDM dan
IPTEK Nasional). Integrasi antar pilar-pilar tersebut menjadi suatu strategi bagi
keberhasilan MP3EI namun pilar-pilar ini pun menimbulkan isu-isu permasalahan
strategis terkait dengan penjabaran masing-masing dari pilar-pilar tersebut.
Fokus utama penyusunan MP3EI terletak pada pembentukan koridor-
koridor ekonomi. Koridor-koridor ekonomi ditentukan untuk mengetahui
persebaran potensi-potensi sumberdaya yang ada pada enam koridor tersebut.
Pengembangan potensi melalui enam koridor ekonomi yang dilakukan dengan
cara mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI (Foreign Direct
Investment) dalam skala besar di 22 kegiatan ekonomi utama. Penyelesaian
berbagai hambatan akan diarahkan pada kegiatan ekonomi utama sehingga
diharapkan akan terjadi peningkatan realisasi investasi untuk memacu
pertumbuhan ekonomi di tiap koridor. Untuk mampu mewujudkan tiap-tiap pilar
maka pilar ketiga menjadi kunci utama, namun dalam MP3EI pilar ketiga yang
mengusung permasalahan SDM dan IPTEK tidak dikembangkan lebih rinci.
Gambar 1.1. Sebagian isi dokumen MP3EI, Hal. 40
Sumber : Dokumen MP3EI
3
Dari 210 halaman dokumen MP3EI, pemaparan mengenai sumberdaya manusia
sangat sedikit sekali seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.1. Pentingnya
mengetahui potensi SDM di tiap-tiap koridor ekonomi adalah agar dapat
dirancang suatu penyelesaian atau solusi terhadap permasalahan yang terjadi di
tiap koridor tersebut. Pada MP3EI perhatian lebih ditekankan pada perwujudan
SDM yang berkualitas dengan meningkatkan variabel pendidikan dan tidak ada
tindak lanjut kedepannya mengenai alokasi dari SDM tersebut.
Pendidikan juga menjadi salah satu indikator komposit dalam Indeks
Pembangunan Manusia (UNDP, 1993). Pendidikan memiliki peranan sangat
penting dalam membentuk kapabiltas penduduk untuk menangkap modernisasi
tekhnologi serta mengembangkan potensi diri untuk terciptanya pembangunan
yang berkelanjutan, karena salah satu indikator dalam pendidikan yakni buta
huruf menjadi salah satu gejala kemiskinan (Tukiran, 2001).Variabel-variabel
indeks pendidikan menjadi penting untuk ditelaah untuk mengetahui kondisi IPM
dari sisi pendidikan sehingga dapat dilakukan perencanaan yang tepat terhadap
permasalahan terkait pendidikan yang terjadi di masing-masing koridor ekonomi
MP3EI.
1. 2. Permasalahan Penelitian
Dokumen MP3EI memuat rencana strategis untuk mewujudkan kutub-
kutub perekonomian Indonesia di tiap koridor ekonomi yang telah ditentukan.
Ditentukannya kutub-kutub pertumbuhan bedasarkan potensi sumberdaya alam
yang ada di masing-masing koridor ekonomi tersebut. Pada bab tiga dokumen
MP3EI dijelaskan secara rinci mengenai potensi-potensi sumberdaya alam tiap
provinsi masing-masing koridor dan keterkaitan instansi-instansi dalam
mengambangkan potensi yang ada di tiap koridor ekonomi tersebut namun tidak
membahas secara rinci mengenai ketersediaan sumberdaya manusia yang ada di
masing-masing koridor ekonomi yang telah ditentukan pada dokumen MP3EI
tersebut. Hal ini mengingat sumberdaya manusia yang berkualitas dapat
mengoptimalisasikan potensi sumberdaya yang ada sehingga rencana strategis
yang ada pada dokumen MP3EI dapat direalisasikan demi terrwujudnya
4
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Kritik terhadap
dokumen MP3EI ini menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kualitas SDM berdasarkan indeks pendidikan di Indonesia
menurut koridor ekonomi MP3EI?
2. Bagaimana distribusi potensi SDM bidang pendidikan di Indonesia menurut
koridor ekonomi MP3EI
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Analisis Potensi Sumberdaya Manusia Bidang Pendidikan Menurut
Koridor Ekonomi MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia) ”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengidentifikasi dan menganalisis :
1. Mengkaji potensi SDM bidang pendidikan menurut koridor ekonomi
MP3EI
2. Menganalisis kesesuaian potensi SDM bidang pendidikan dengan potensi
sumberdaya alam dalam koridor ekonomi MP3EI dalam mengimbangi
potensi SDA di masing-masing koridor MP3EI
1.4. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang ingin diberikan dalam penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai sumbang saran untuk pertimbangan kebijakan pemerintah dalam
melaksanakan rencana kegiatan yang telah disusun dalam dokumen MP3EI.
Selain itu, sebagai referensi dalam suatu studi kasus dan menjadi bahan
pertimbangan dalam penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan tema
penelitian, sehingga berguna bagi penelitian di masa datang.
5
1.5. Telaah Pustaka
1.5.1. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia produktif dan berkualitas unggul merupakan faktor
penggerak ekonomi dalam pembangunan. Pembangunan yang berhasil adalah
pembangunan yang melihat manusia baik sebagai modal pembangunan maupun
sebagai komponen pembangunan. Manusia merupakan modal pembangunan
karena sesungguhnya tidak ada pembangunan yang tidak menggunakan manusia.
Manusia merupakan subjek dan objek dalam pembangunan karena pembangunan
itu sendiri memang bertujuan menyejahterakan manusia (Ananta dan Hatmadji,
1985). Sebagai modal pembangunan, maka mutu atau kualitas sumberdaya
manusia harus ditingkatkan agar memiliki kualitas unggul dan daya saing tinggi.
Thomas Robert Malthus seorang pendeta Inggris yang terkenal dengan
teori Malthusnya mengungkapkan bahwasanya pertumbuhan penduduk apabila
tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi seluruh
muka bumi. Selain itu, manusia memerlukan bahan makanan untuk
melangsungkan hidup, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat
dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Mantra, 2003). Namun, teori Malthus
ini memiliki kekurangan karena Malthus menggunakan asumsi bahwa
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia merupakan suatu koefisien tetap, yang
tidak dapat ditingkatkan.
B C D
Gambar 1.2. Penduduk sebagai Modal (Ananta dan Hatmadji, 1985)
Jumlahbarang
dan jasa
Jumlah penduduk
g0
g1
6
Bedasarkan grafik pada gambar 1.2 walaupun dalam kondisi g0 jumlah C
merupakan beban pembangunan, namun kondisi g1 jumlah C justru merupakan
modal pembangunan. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang besar belum tentu
merupakan suatu beban pembangunan. Kualitas sumberdaya manusia berperan
penting dalam menentukan apakah suatu jumlah penduduk merupakan beban atau
modal pembangunan. Kualitas sumberdaya manusia dapat dianalisis melalui
indikator-indikator terkait dengan sumberdaya manusia.
Indikator kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu pendekatan
untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan rakyat (Kasto, 1988 : 121).
Banyak penelitian yang menganalisis mengenai kualitas sumberdaya manusia,
dalam penelitian yang dilakukan secara regenerasi tersebut disimpulkan bahwa
kualitas penduduk ada dua aspek yakni aspek fisik dan non fisik yang kemudian
indikator dari kedua aspek tersebut dapat menentukan kualitas sumberdaya
manusia. Berdasarkan indikator-indikator yang diteliti dan dipilah maka untuk
mengukur kualitas sumberdaya manusia dapat digunakan pendekatan kualitas
fisik hidup manusia atau lebih dikenal dengan PQLI yang disusun menggunakan
Angka Harapan Hidup setelah Usia Setahun (e1) , Angka Kematian Bayi (IMR)
dan melek huruf dewasa (Morris and Morris, 1979)
PQLI semakin tertinggal dengan perubahan tuntutan kehidupan manusia di
era global. Maka pertengahan periode ini atau sekitar tahun 1988, UNDP
menawarkan ide yang tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, ide ini
lebih dikenal dengan memperluas pilihan-pilihan hidup yang lebih baik atau yang
lebih dikenal dengan istilah enlarging people choice (UNDP, 1993). Pada periode
ini lah, tepatnya tahun 1990 IPM mulai diperkenalkan. Akhirnya dengan berbagai
kelemahan yang ada maka pilihan-pilihan hidup yang lebih baik diukur melalui
tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Selanjutnya parameter
IPM digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan sumberdaya
manusia (Tukiran, 2011).
7
1.5.2. Aspek Pendidikan dalam Pembangunan Sumberdaya Manusia
Pembangunan pendidikan yang merupakan bagian dari pembangunan
nasional dan indikator komposit dari Indikator Pembangunan Manusia (IPM) ini
memiliki peranan penting dalam terwujudnya kesejahteraan sosial (UNDP, 1993).
Pendidikan adalah suatu usaha yang kerap kali dikaitkan dengan investasi dalam
bidang sumberdaya manusia. Yang dikorbankan adalah sejumlah dana yang
dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi.
Yang diperoleh sebagai imbalannya adalah tingkat penghasilan yang lebih tinggi
untuk mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula. Investasi yang demikian
dinamakan human capital (Jhingan, 1996:521 522).
Teori human capital dalam bidang pendidikan dapat digunakan : (1)
sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang melanjutkan
atau tidak melanjutkan sekolah, (2) untuk menerangkan situasi tenaga kerja
seperti terjadinya pengangguran di kalangan tenaga kerja terdidik, (3)
memperkirakan pertambahan penyediaan waktu dari masing-masing tingkat dan
jenis pendidikan dalam kurun waktu tertentu, dan (4) dalam menyusun
kebijaksanaan pendidikan dan perencanaan tenaga kerja. Don Tappscott (1998)
pada bukunya yang berjudul “Digital Economy: Promise and Perilin the Age of
Networked Intelligence” mengemukakan 12 tema ekonomi baru akibat dari
meluasnya pengaruh internet. Dalam buku tersebut terdapat paparan mengenai
tema ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy).
Implementasinya adalah hanya pegawai yang memiliki pengetahuan yang luas
dan terus menambah pengetahuan yang dapat beradaptasi dengan kondisi
perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan strategis yang luar biasa
cepatnya.
Indeks pendidikan adalah angka atau bilangan yang menunjukkan tingkat
atau ranking dalam bidang pendidikan (yang termasuk dalam kategori Indeks
Pembangunan Manusia/IPM). Indeks pendidikan ini merupakan pencerminan
hasil pembangunan bidang pendidikan yang diukur dengan dua pertiga angka
melek huruf dan sepertiga rata-rata lama sekolah (Riani, 2004). Pendidikan
memiliki peranan sangat penting dalam membentuk kapabilitas penduduk untuk
8
menangkap modernisasi teknologi serta mengembangkan potensi diri untuk
terciptanya pembangunan secara berkelanjutan. Karena salah satu indikator dalam
pendidikan yakni buta huruf menjadi salah satu gejala kemiskinan (Tukiran,
2001). Dan pendidikan menjadi satu-satunya upaya untuk mengeluarkan
penduduk dari The vicious cyrcle of poverty atau lingkaran setan kemisikinan
yang mana lingkaran setan ini memiliki sifat berkelanjutan pula sehingga hal ini
dapat menghambat pencapaian visi MP3EI di tahun 2025.
Pendapatan
Pendidikan Kemiskinan
Gambar 1.3. The vicious cyrcle of poverty (Payne, 2005)
Lingkaran kemisikinan terdiri dari pendidikan, pendapatan, dan
kemiskinan seperti yang diilustrasikan gambar 1.3 ini dimulai dari pendapatan
yang rendah sehingga mengakibatkan sifat konsumtif masyarakat juga rendah
dalam memenuhi kebutuhannya termasuk dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan, pendidikan yang rendah ini menyebabkan pekerjaan yang mampu di
dapat merupakan pekerjaan yang kurang prestise dan pekerjaan strata bawah,
begitu seterusnya siklus ini terjadi. Seperti halnya virus, siklus tersebut dapat
menyebar dari satu generasi ke generasi lainnya, misal dari orang tua ke anaknya.
Pendidikan menjadi satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran setan tersebut.
Tingginya kesadaran terhadap pendidikan dari seseorang yang berpendapatan
rendah mampu mengeluarkannya dari lingkaran setan tersebut. Keberhasilan
pendidikan sangat tergantung pada kualitas kesehatan yang dimiliki. Usia harapan
hidup yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam
pendidikan. Kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya tingkat
depresiasi dari modal pendidikan. Dengan demikian pendidikan dan kesehatan
merupakan komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital. Peningkatan
9
mutu pendidikan dan kesehatan merupakan kunci untuk menikmati tingkat
kesejahteraan yang lebih baik (Todaro, 2006 : 404-407).
Indeks pendidikan merupakan pencerminan hasil pembangunan dalam
bidang pendidikan yang mempunyai kedudukan strategis, mengingat kualitas
sumberdaya manusia tercermin di dalamnya sangat menentukan tingkat
produktivitas suatu masyarakat dalam skala nasional. Terdapat beberapa indikator
berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) terdapat beberapa indikator
yang menjadi indikator terhadap kondisi pendidikan antara lain : angka partisipasi
sekolah (APS), angka melek huruf (AMH), rata-rata lama sekolah, tingkat
pendidikan, dan sarana prasana sekolah (jumlah guru dan jumlah sekolah).
1. Angka Partisipasi Sekolah merupakan indikator penting dalam
menentukan indeks pendidikan karena indikator ini digunakan untuk
menilai pencapaian pendidikan dasar untuk semua, dan ini menjadi salah
satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya tujuan kedua
yaitu pendidikan untuk semua atau Education for All (EFA). Menurut
BPS, angka partisipasi sekolah adalah proporsi anak sekolah pada usia
jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan
jejang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Sekolah juga dapat
menunjukkan apakah akses pendidikan di suatu wilayah dapat dijangkau
dengan mudah atau tidak.
2. Angka Melek Huruf adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan
terlaksananya pendidikan yang baik bagi masyarakat. Angka melek huruf
dapat mendeskripsikan kondisi mutu sumberdaya manusia di suatu
wilayah dalam aspek pendidikan (Inkesra, 2011)
3. Rata-rata Lama Sekolah merupakan salah satu indikator pendidikan yang
mengindikasikan bahwa sampai sejauh mana seseorang menjalani tingkat
pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dijalani maka
semakin tinggi pula rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk usia
15 tahun ke atas untuk menempuh jenis pendidikan formal.
4. Tingkat pendidikan merupakan indikator lain yang dapat digunakan untuk
mengetahui kualitas sumberdaya manusia yaitu tingkat pendidikan yang
10
telah ditamatkan atau ijasah terakhir yang dimilikinya. Indikator tingkat
pendidikan juga dapat digunakan untuk mengetahui persentase penduduk
yang telah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun (Inkesra, 2011)
5. Sarana dan prasarana merupakan indikator yang menjadi syarat awal
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Komponen penting dalam
sarana dan prasarana pendidikan yaitu guru, murid, dan sekolah. Rasio
antar komponen tersebut dapat menggambarkan ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan di suatu wilayah.
6. Jumlah Pe
Pendidikan erat kaitannya dengan pendapatan dengan determinan tenaga
kerja yang menjadi penghubung kedua aspek tersebut. Terkait dengan dokumen
MP3EI mengenai kutub-kutub pertumbuhan ekonomi di Indonesia maka kualitas
sumberdaya manusia melalui pendidikan memiliki keterkaitan dengan lapangan
pekerjaan yang dikembangkan pada koridor-koridor ekonomi. Dalam indikator
kualitas sumberdaya manusia, pendidikan merupakan input untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia dan tenaga kerja merupakan output, secara
konvensional, adalah output yang dapat dinilai di pasar.
1.5.3. Pendidikan dalam Dokumen MP3EI
Dokumen MP3EI pun membahas mengenai pentingnya aspek pendidikan
dalam menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Hal ini dikarenakan pergeseran
arah ekonomi yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ekonomi
menuntut modernitas dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dibutuhkan, untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi yang
berkelanjutan.
Indikator pendidikan yang dibahas pada dokumen ini hanya pada angka
partisipasi kasar. Menurutnya semakin tinggi jenjang pendidikan yang diperoleh
oleh seseorang maka kualitas sumberdaya manusia tersebut unggul. Padahal
indikator pendidikan lainnya perlu menjadi pertimbangan. Angka partisipasi kasar
tidak dapat menjadi acuan ataupun asumsi untuk menentukan kualitas unggul
11
tenaga kerja sebagaimana output dari pendidikan. Menurut Kasto (1988) dalam
tulisannya menjelaskan bahwa variabel-variabel indikator pendidikan memiliki
keterkaitan satu sama lain. Misalnya, angka partisipasi sekolah (APS) tentu harus
mempertimbangkan sarana dan prasarana sekolah secara kuantitatif
Gambar 1.4. Konsep Angka Partisipasi Kasar (Dokumen MP3EI, 2011: 40)
MP3EI adalah living document, sehingga apa yang tertulis di dalamnya
dapat senantiasa diupdate dan diperbaiki. Dalam mendukung strategi
pengembangan sektor pembangunan, dimensi spasial merupakan variabel penting
yang harus dimasukkan sehingga diharapkan dapat diperoleh strategi
pengembangan sektor pembangunan yang konkret dan spesifik sesuai dengan
potensi dan keunggulan masing-masing koridor ekonomi, dengan demikian,
strategi pengembangan koridor ekonomi diharapkan sudah mengintegrasikan
aspek sektoral maupun regional.
Namun lebih dari itu, kekurangan yang terdapat di MP3EI merupakan
kelemahan dasar dalam merancang kebijakan, yaitu asymmetric information.
Ketidaksempurnaan informasi membuat sulit untuk memetakan potensi-potensi
dari setiap daerahnya, tak terkecuali potensi sumberdaya manusia di setiap daerah.
Dengan wilayah yang terbentang luas, dan terdiri atas 500 Kabupaten/Kota dan 33
Provinsi, wajar apabila pemetaan potensi daerah tidak bisa dilakukan dengan
Universitas(pusat) Riset
Universitas Pengajaran/Politeknik(termasuk pendidikan berkelanjutan)
Community colleges (di tiap
kota/Ibukota Kabupaten)
SMA/SMK
Siswaberpotensi
SiswaBerprestasi
12
sempurna. Menjadi kewajiban pemerintah untuk terus memperbaiki masterplan ini
dengan menyesuaikan dengan potensi dan kebutuhan setiap daerahnya.
Indonesia tengah berada dalam periode transisi struktur penduduk usia
produktif. Pada kurun waktu 2020-2030, penurunan indeks (rasio) ketergantungan
Indonesia (yang sudah berlangsung sejak tahun 1970) akan mencapai angka
terendah. Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya
penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat memanfaatkan secara
maksimal besarnya porsi penduduk usia produktif.
Kepercayaan, menurut Francis Fukuyama (1995) merupakan modal sosial
yang sama pentingnya dengan modal fisik dalam mencapai kejayaan ekonomi di
tengah persaingan global. Bila tingkat pendidikan secara umum diasumsikan terus
membaik, produktivitas perekonomian negara ini sesungguhnya dalam kondisi
meningkat dan tingkat kepercayaan publik pun berjalan beriringan seiring
meningkatnya daya beli masyarakat terhadap produk lokal. Hal tersebut tentu
akan sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan maupun perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia yang kemudian tidak hanya difokuskan pada objek
pembangunannya tapi juga penguatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai
subjek pembangunan.
Sejatinya, kualitas sumber daya manusia masih menjadi tantangan di
Indonesia. Dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat, masalah-
masalah sosial multidimensional yang menyangkut hak dasar dari kebutuhan
manusia pun tidak akan ada habisnya (endless problem). Saat ini sekitar 50 persen
tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan hanya sekitar 8
persen yang berpendidikan diploma/sarjana (Dokumen MP3EI : 19) . Kualitas
sumber daya manusia ini sangat terkait dengan kualitas sarana pendidikan,
kesehatan, dan akses ke infrastruktur dasar.
13
Gambar 1.5. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Pemetaan IndeksPendidikan Bedasarkan
Koridor MP3EI
SDM
Analisis Potensi danKesesuaian antara SDM
dan SDA menurutkoridor MP3EI
MP3EI
Rumusan Masalah
1. Persebaran kualitas SDM di Indonesia sesuai dengan koridor ekonomi MP3EI berdasarkan indekspendidikan2. Potensi SDM perlu dipetakan dan bagaimana hubungannya dengan kutub ekonomi yang akandirealisasikan pada tiap koridor ekonomi MP3EI3. Pengaruh potensi SDM terhadap pertumbuhan kutub-kutub ekonomi di tiap koridor ekonomi MP3EI
IPM
SDA
Enam koridorekonomi
Pemetaan(Telah dipetakan dalam
dokumen MP3EI)
Indikator Pendidikan1. Tingkat Pendidikan2.Rata-rata lama sekolah3. Angka Partisipasi Sekolah4. Angka Melek Huruf6. Sarana dan prasarana
Pendidikan
Kesehatan
Ekonomi
Perhitungan indeks pendidikan
Top Related