1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini terinspirasi oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Juhartiningrum (2010) yang berjudul Istilah-istilah Jamu Tradisional Jawa di
Kabupaten Sukoharjo (Suatu Kajian Etnolinguistik). Hasil penelitian tersebut
menemukan jumlah leksikon jamu tradisional Jawa di kabupaten Sukoharjo sebanyak
41 leksikon. Jika jamu itu dekat dengan masyarakat Indonesia, maka penelitian ini
tertarik untuk mencari suatu hal yang dekat dengan masyarakat Arab. Selanjutnya,
penelitian ini memilih untuk mengkaji kurma sebagai suatu hal yang dekat atau
melekat dengan masyarakat Arab. Sama dengan jamu, kurma juga memiliki banyak
leksikon. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat hal yang menarik yang dapat
dikaji yakni hubungan antara bahasa dan budaya yang tercermin dalam leksikon suatu
bahasa.
Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga unsur yang tidak dapat
dipisahkan. Ketiganya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Bahasa adalah alat
berpikir, setiap bahasa berbeda dengan bahasa lainnya. Dalam setiap bahasa
terkandung pandangan dunia yang khas (Kadarisman, 2008: 2).
Teori relativitas bahasa menyatakan bahwa bahasa tidak bersifat universal
melainkan sangat relatif dan berbeda satu sama lain meskipun memiliki pola dan
fungsi utama yang sama yakni sebagai alat komunikasi. Penyebab adanya perbedaan
1
2
ini dikarenakan faktor kebudayaan dan alam sekitar. Orang Jawa dekat dengan
leksikon kelapa, orang Inggris dekat dengan leksikon roti, dan orang Arab dekat
dengan leksikon kurma. Ketiga bahasa tersebut jelas memiliki pandangan khas yang
berbeda-beda. Lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Leksikon khas bahasa Jawa, Inggris, dan Arab
Jawa Kelapa: mancung, manggar, bluluk, cengkir, degan, dan
krambil
Mancung, bakal bunga dari buah kelapa. Manggar, bunga buah
kelapa. Bluluk buah kelapa yang masih kecil sekali atau buah
kelapa yang baru tumbuh. Cengkir, buah kelapa sebelum jadi
degan. Degan, buah kelapa muda dan memiliki daging yang
lunak. Krambil yaitu buah yang sudah tua, memiliki daging keras
atau padat dan biasa digunakan untuk diambil saripatinya.
Inggris Roti: bread, loaf, sandwich
Bread, roti yaitu makanan yang dibuat dari campuran tepung dan
air; loaf, roti yang dibentuk dan dipanggang dalam satu bagian
dan dapat diiris untuk dimakan; dan sandwich, roti berlapis atau
berisi (Dardjowidjojo, 2003: 285).
Arab Kurma: chaba>bu>, khala>l, ruthab, tamr
Chaba>bu>, buah kurma yang masih kecil; khala>l, kurma yang
sudah berukuran penuh; ruthab, kurma setengah matang; tamr,
kurma yang sudah matang, semi kering atau kering.
3
Berdasarkan contoh pada tabel 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa masing-
masing bahasa memiliki pandangan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena budaya
yang berbeda sehingga leksikon tertentu yang dimiliki suatu bahasa tersebut pun
berbeda. Masyarakat Jawa memiliki enam kategori untuk kelapa -mancung,
manggar, bluluk, cengkir, degan, dan krambil-. Dengan adanya leksikon tersebut,
masyarakat Jawa memandang dunia makanan berbeda dengan, misal orang Inggris
yang oleh bahasanya dibimbing hanya melihat satu kategori saja yaitu: coconut.
Berbeda juga dengan bahasa Arab. Masyarakat Arab dalam menyebut kurma
memiliki leksikon chaba>bu>, khala>l, ruthab, dan tamr berbeda dengan masyarakat
Jawa misalnya yang hanya menyebut dengan satu leksikon yaitu kurma.
Penelitian yang dilakukan oleh Majah (2010), leksikon kurma dalam kamus
al-Munawwir (2002) ditemukan sebanyak 15 leksikon, sebagai berikut:
Tabel 6. Leksikon kurma dalam kamus al-Munawwir (2002)
No Leksikon No Leksikon No Leksikon
حبوووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووووو ن 1
bachwan
tamrمتر mutsallagh 11 مثلغ 6
شانع naqsy 12 نقش burdiyy 7 بردي 2 ‘usya>n
chamt wa حامووو و محووو sya>sya> 13 شاشا jadam 8 جدم 3
cha>mit جرميو جرام syi>sh 14 شيص kha>zz 9 خاز 4 jara>m wa
jari>m
aza>d أزاد qu>thah 15 ق طة kabi>s 10 كبيس 5
4
Dari hasil penelitian Majah di atas, ternyata masih terdapat leksikon lain
untuk menyebut kurma dalam bahasa Arab, misal عجو „Ajwah. „Ajwah merupakan
salah satu jenis kurma yang lazim dikenal dengan kurma Nabi. Namun terdapat juga
leksikon lain untuk menyebut kurma seperti عنوة „Anbarah, سورري Sukkariy, خوص
Khala>sh, dan سلطان نبتة Nabtah Sultha>n.
Leksikon kurma jumlahnya mencapai lebih dari 3000 leksikon yang tersebar
di berbagai wilayah dunia. Misal, di Iran terdapat 400 leksikon, Iraq 370 leksikon,
Tunisia 250 leksikon, Maroko 244 leksikon, Mesir 26 leksikon (Zaid dan Wet, 2000).
Al-Khalifah (2006: 151) juga menambahkan bahwa jumlah leksikon kurma di Arab
Saudi mencapai 450 leksikon.
Berdasarkan penjelasan di atas, Arab Saudi terlihat sebagai negara yang
memiliki jumlah leksikon kurma terbanyak. Selanjutnya, pada penelitian ini
memfokuskan kajiannya pada leksikon kurma yang berasal dari Arab Saudi. Arab
Saudi merupakan salah satu negara pengekspor kurma di Indonesia. Leksikon-leksion
tersebut ada yang sudah lazim atau dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dengan
penelitian ini, diharapkan dapat diketahui leksikon kurma lain yang berasal dari Arab
Saudi. Penelitian ini membatasi penelitiannya hanya pada 100 leksikon kurma.
Pada penelitian ini, selain membahas banyaknya leksikon kurma juga
membahas aspek budaya yang terdapat pada kurma. Aspek budaya tersebut dilihat
dari aspek sistem pengobatan. Kurma sebagai media pengobatan masyarakat Arab
memiliki manfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Masyarakat Arab percaya
bahwa konsumsi kurma, terutama di pagi hari pada saat perut masih kosong, dapat
5
mencegah dari zat-zat yang mengandung racun. Selain itu, masyarakat Arab juga
percaya bahwa mengkonsumsi tujuh kurma setiap hari dapat melindungi anak dari
kecemasan (Ali et al, 2012: 368).
Kurma digunakan oleh masyarakat Arab untuk menyembuhkan berbagai
penyakit sebagai pengobatan natural. Praktek pengobatan ini dilakukan dengan
menggunakan ramuan tertentu. Misal, untuk mengobati ربو Rabw „asma‟ digunakan
ramuan campuran yaitu rebusan kurma dicampur dengan fenugreek (sejenis kacang)
(Amer, 1998: 17). Untuk mengobati التهووواحل ارنجووور Iltiha>bul-chanjarah ‘sakit
tenggorakan‟ dan التهواحل الشوب او اييوة Iltiha>busy-sya„bil-hawa>iyyah ‘infeksi paru-paru‟
ramuannya berupa campuran 50 g kurma, 50 g ara atau buah tin, 50 g kembang
sepatu, dan 50 g kismis direbus dalam 1 liter air. Campuran ini dianjurkan untuk
diminum tiga kali sehari (Manickavasagan et al, 2010: 369).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka leksikon kurma dalam pandangan
masyarakat Arab Saudi menduduki kedudukan penting. Hal tersebut tidak
mengeherankan jika masyarakat Arab Saudi memiliki banyak leksikon untuk
menyebut kurma. Dengan demikian, penelitian ini perlu meneliti nilai kearifan lokal
yang dimiliki masyarakat Arab melalui kurma.
Berikut merupakan penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
(1) Almos dan Pramono (2015) dengan judul penelitiannya “Leksikon
Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional Minangkabau”. Penelitian tersebut
dilakukan dengan menggunakan pendekatan etnomedisin yaitu dengan membahas
6
leksikon-leksikon etnomedisin dalam pengobatan tradisional Minangkabau. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan leksikon etnomedisin diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok yaitu berdasarkan jenis-jenis penyakit, jenis-jenis ramuan, dan proses
pengobatan.
(2) Majah (2010) dengan judul penelitiannya “Sinonimi Kata Kurma
(Tamr) dalam Bahasa Arab pada Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia (2002):
Analisis Semantik Leksikal”. Penelitian tersebut membahas tentang sinonimi kata
kurma dalam bahasa Arab dan mengklasifikasikan medan maknanya. Pembedaan
kata kurma terdapat dua ciri pembeda yaitu berdasarkan indra penglihatan dan indra
pengecap. Dalam kamus al-Munawwir Arab-Indonesia (2002), sinonimi kata kurma
ditemukan sebanyak 15 kata. Jika dalam penelitian Majah mengkaji tentang sinonimi
kata kurma dalam bahasa Arab, maka penelitian ini membahas tentang kurma dengan
pendekatan antropolinguistik (etnomedisin).
(3) Humaini (2007) dengan penelitiannya yang berjudul “Leksikon untuk
Unta dalam Bahasa Arab: Kajian Etnosemantik”. Penelitian tersebut dilakukan
melalui pendekatan etnosematik yaitu pendekatan dengan mengaitkan gejala bahasa
yang ada di dalam bahasa Arab dengan budaya mereka. Penelitian tersebut
membahas tentang bentuk-bentuk leksikon untuk unta dalam bahasa Arab, ciri
pembeda antara leksikon unta untuk yang satu dengan unta yang lain, dan pengaruh
budaya Arab terhadap pemakaian leksikon unta tersebut. Hasil analisis untuk
leksikon unta dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu berdasarkan 1)
jenis kelamin; 2) tingkatan usia; 3) fungsi; 4) ciri-ciri ; dan 5) kebiasaan atau
perilakunya.
7
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis
maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran wawasan bagi dunia akademik mengenai kajian
antropolinguistik khususnya pada kajian etnomedisin. Kemudian, penelitian ini juga
diharapkan dapat mengungkapkan komponen makna yang dapat menggambarkan
relasi hiponimik kurma. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan wawasan para pembaca atau masyarakat terkait dengan kekayaan bahasa
dan budaya yang dimiliki masyarakat Arab Saudi dan diharapkan pula dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian yang lebih
terperinci dan mendalam.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diambil dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana komponen makna kurma?
2. Bagaimana pandangan masyarakat Arab Saudi terhadap kurma?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan komponen makna kurma yang berasal dari Arab Saudi
2. Mengetahui pandangan masyarakat Arab Saudi terhadap kurma
8
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam suatu penelitian perlu dibuat mengingat luasnya
permasalahan yang dapat dikaji dari berbagai aspek serta keterbatasan kemampuan
dalam hal materi, tenaga, dan waktu. Pembatasan masalah juga dilakukan agar suatu
penelitian dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini
menggunakan leksikon kurma dalam bahasa Arab sebagai data. Objek material
penelitian ini dibatasi pada 100 leksikon kurma di Arab Saudi. Data diperoleh dari
buku karangan Al-Khalifah et al (2013) yang berjudul Date Palm Tissue Culture and
Genetical Identification of Cultivars Grown in Saudi Arabia. Adapun pendekatan
yang digunakan dalam menganalisis permasalahan adalah analisis komponensial dan
pendekatan etnomedisin
E. Landasan Teori
1. Istilah, Kata, Leksem, dan Leksikon
Dalam penelitian ini pengertian istilah, kata, leksem, dan leksikon
menggunakan definisi atau pengertian yang dipaparkan oleh Kridalaksana (2011)
dan Al-Khuli (1982). Teori ini digunakan untuk menentukan sebutan yang tepat
untuk kurma.
1.1 Istilah (term)
Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu (Kridalaksana, 2011: 97). Sebagai contohnya adalah istilah yang
berhubungan dengan „ilmul-„arudl (wazan syair Arab). Contoh berupa kata:
9
bachr, taf„i>lat, zichaf, „illah sedangkan contoh istilah yang berupa gabungan kata:
sabab khafi>f, sabab tsaqi>l, fa>shilah sughra, fa>shilah kubra.
1.2 Kata (word)
Menurut Kridalaksana (2011: 110), kata (word) merupakan morfem atau
kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang
dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, kata adalah satuan bahasa yang dapat
berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (seperti batu, rumah, datang, dsb.)
atau gabungan morfem (seperti pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa, dsb.),
kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah
mengalami proses morfologis.
Al-Khuli (1982: 310) menyepadankan kata dalam bahasa Arab dengan istilah
kalimah (كلمة) atau mufradah. ( مفرد).
كلمة أو مفرد هي أصغر وحد لغ ية ذات مبىن. وقد تتر ن من ص ت واحد أو أكثر, مثل a وbook. كموا تترو ن مون مو رويح واحود أو أكثور, مثولbook وbooks كموا تترو ن .
. كما تتر ن من جر بزوايد أو مون ريو windowو bookمن مقطع واحد أو أكثر, مثل . workerو workزوايد, مثل
Kalimatun au mufradatun hiya ashgharu wachdatin lughawiyyatin
dza>ta ma„na>. Wa qad tatakawwanu min shautin wa>chidin au
aktsar, mitslu ‘a’ wa ‘book’. Kama> tatakawwanu min murfi>min
wa>chidin au aktsar, mitslu ‘book’ wa ‘books’. Kama>
tatakawwanu min maqtha„in wa>chidin au aktsar, mitslu ‘book’
wa ‘window’. Kama> tatakawwanu min jarrin bizawa>ida au min
ghairi zawa>ida, mitslu ‘work’ wa ‘worker’.
Kata atau mufradat adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki
makna. Kata dapat terdiri dari satu fonem atau lebih, seperti‟ a‟
10
dan‟ book‟. Kata dapat terdiri dari satu morfem atau lebih, contoh
„book‟ dan „books‟, kata dapat terdiri dari satu silabel atau lebih,
seperti‟ book‟ dan „window‟. Kata dapat terdiri dari afiksasi atau
bukan afiksasi, seperti „work‟ dan‟ worker‟.
Berdasarkan pengertian di atas, di bawah ini ditampilkan contoh kata dalam
bahasa Arab:
Tabel 7. Kata dalam Bahasa Arab
Satu
fonem
Lebih dari
satu fonem Satu morfem
Lebih dari
satu morfem
A أ
)أ( Ilm„ علح
م( -ل -)ع Chajar حجر
(حجر)
Al-chajar ارجر
(حجر - ال)
Satu
silabel
Lebih dari
satu silabel
Tidak
terdapat
afiksasi
Mendapat
afiksasi
<Fi يف
)يف(تحو Fatch
+ ح(و)
Baya‟a بيع
(بيع)
Baya‟at بيب
(ت+ بيع)
1.3 Leksem (lexeme)
Leksem (lexeme) merupakan satuan leksikal dasar yang abstrak yang
mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata, misal dalam bahasa Arab,
dzahaba, yadzhabu, dza>hib, madzhab, adalah bentuk dari leksem dzahaba.
Leksem merupakan satuan bermakna yang membentuk kata, satuan terkecil dari
leksikon (Kridalaksana, 2011: 141). Al-Khuli (1982: 152) menyepadankan istilah
11
leksem dalam bahasa Arab dengan istilah liksi>m atau mufradah mujarradah.
Berikut pengertiannya:
لرسيح ه كلمة جمّرد قد ير ن وا عّد مبان وعّد استبمصت. ويبّة عنها ببو اللغو ي )يقطوع( cutخيتلف عن الرلموات CUT. ولرسيح CUTحبروف كب يف اإلجنلزية, مثل
.CUT)مقط ع(, حيث إّن الرلمات الثصثة تنتمي إىل اللرسيح cut)قطع( و cutو
Liksi>m huwa kalimatun mujarradatun qad yaku>nu laha> ‘iddatu
ma‘a>nin wa ‘iddatu ista‘mala>tin. Wa yu‘abbiru ‘anha> ba‘dul-
lughawiyyi>na bichuru>fin kabi>ratin fil-injiliziyyati, mitslu CUT.
Wa liksi>m CUT yakhtalifu ‘anil kalima>t cut (yaqtha‘u) wa cut
(qatha‘a) wa cut (maqthu>‘un), chaitsu innal-kalima>tits-tsala>tsata
tantami> ila>l-liksi>m CUT.
Leksem merupakan kata tertentu yang mungkin memiliki beberapa
arti dan beberapa kegunaan. Leksem diungkapkan oleh beberapa
ahli bahasa dengan menggunakan huruf kapital di dalam bahasa
Inggris, seperti CUT. leksem CUT berbeda dari kata-kata cut
(sedang atau akan memotong) dan cut (telah memotong) dan cut
(yang dipotong), ketiga kata tersebut tergabung dalam leksem
CUT.
1.4 Leksikon (lexicon, vocabulary)
Leksikon (lexicon, vocabulary), Kridalaksana (2011: 142) menyebutkan ke
dalam tiga pengertian, pertama leksikon adalah komponen bahasa yang memuat
makna informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Kedua,
leksikon merupakan kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis, atau
suatu bahasa; kosakata; perbendaharaan kata. Pengertian ketiga, leksikon adalah
daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan
praktis. Leksikon dalam bahasa Arab disepadankan dengan kata mufrada>tul-
lughah. Al-Khuli (1982: 154) mendefinisikan leksikon yaitu ‚majmu>‘ul-
12
kalima>til-mustakhdimati fi> lughatin ma>” yang artinya “kumpulan kata yang
digunakan dalam suatu bahasa”.
Berdasarkan pengertian keempat istilah di atas, maka dalam penelitian ini
sebutan yang tepat untuk menyebut kurma adalah dengan menggunakan istilah
leksikon. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kridalaksana (2011: 142) bahwa
leksikon merupakan kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Bahasa yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah bahasa Arab.
2. Komponen Makna
Analisis komponen makna sangat berdekatan dengan medan atau ranah
leksikal. Pengetahuan tentang metode analisis komponen makna memiliki
kegunaan yang amat penting untuk memilah-milahkan leksem yang tertata dalam
suatu medan leksikal (Subroto, 2011: 97). Verhaar (2008: 392) menjelaskan
bahwa analisis komponen makna merupakan suatu istilah yang dikenal dalam
linguistik yang membahas tentang analisis semantik leksikal terhadap unsur-unsur
leksikal.
Arti leksikal sebuah leksem pada dasarnya merupakan akumulasi secara
bersistem fitur-fitur atau ciri-ciri arti atau komponen lainnya. Pendekatan
terhadap pemerian arti kata-kata dan frase didasarkan atas dasar bahwa arti setiap
leksem dapat dianalisis ke dalam seperangkat komponen arti yang lebih umum
yang beberapa atau keseluruhannya menjadi komponen umum pada beberapa
leksem dalam perbendaharaan kata bahasa itu. Fitur atau ciri semantik itu
dipahami sebagai unsur arti yang paling kecil. Misalnya leksem „ laki-laki‟ dapat
13
dipandang sebagai kombinasi dari unsur arti terkecil: laki-laki, dewasa, manusia,
sebaliknya leksem „perempuan‟ dapat dipandang sebagai kombinasi dari unsur
arti: -laki-laki, dewasa, manusia (Subroto, 2011: 97).
2.1 Langkah analisis komponen makna
Komponen makna dalam bahasa Arab disepadankan dengan istilah al-
‘ana>shi>rut-takwi>niyyah. Langkah-langkah atau prosedur untuk menentukan
komponen makna sebagai berikut (Umar, 1998: 122-125):
1. Menggambarkan kumpulan makna (dengan gambaran dasar) antar leksem-
leksem terkait sehingga membentuk medan makna khusus. Seperti leksem
ab „ayah‟, umm „ibu‟, akh „saudara (lk)‟, ukht ‘saudara (pr)‟, dan „amm
„paman‟. Semua leksem tersebut menggambarkan bagian dari silsilah
keluarga, hubungan darah, hubungan perkawinan atau nasab.
2. Menentukan konten yang digunakan sebagai pembeda antar leksem.
Leksem-leksem tersebut dapat ditemukan ciri pembedanya seperti, jenis
kelamin dan generasi, kekerabatan langsung, hubungan darah atau
perkawinan.
3. Setelah identifikasi komponen makna, kemudian dapat meletakan
komponen-komponen makna dari tiap-tiap leksem terkait dalam diagram
pohon atau tabel. Namun, penelitian ini memilih menggunakan tabel
seperti contoh berikut ini:
14
Tabel 8. Model peletakan komponen makna dengan tabel
Leksem Komponen Makna
Dzakar
(Jantan)
Ka>in Basyariyy
(Manusia)
Ba>ligh
(Dewasa )
Rajul (Laki-laki) + + +
Imra„ah (Perempuan) - + +
Thifl (Anak) ± + -
Kalb (Anjing) ± - ±
Kalbah (Anjing betina) - - ±
Jirw (Anak anjing) ± - -
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan komponen makna dari beberapa
leksem tersebut. Leksem imra‟ah dibedakan dengan leksem kalbah karena ada
komponen makna yang membedakan, yaitu ada komponen makna (+ka>in
basyariyy) pada imra‟ah dan tidak adanya komponen makna itu pada kalbah.
Selanjutnya, ada komponen makna yang bersesuaian antara thifl dan jirw pada
satu sisi yaitu keduanya memiliki komponen makna (-ba>ligh).
2.2 Ciri-ciri analisis komponen makna
Contoh analisis komponen makna pada leksem „laki-laki‟, ‘perempuan‟,
„anak laki-laki‟, „anak perempuan‟. Leksem „laki-laki‟ dibedakan dari
‘perempuan‟ karena adanya komponen makna yang membedakan yaitu ada
komponen makna (+laki-laki) pada „laki-laki‟ dan tidak adanya komponen makna
15
tersebut pada ‘perempuan‟. Selanjutnya adanya komponen makna yang
bersesuaian antara „laki-laki‟ dengan „anak laki-laki‟ pada satu segi, yaitu
keduanya memiliki komponen makna (+laki-laki), namun juga ada komponen
makna yang membedakan, yaitu terdapat komponen (+dewasa) pada „laki-laki‟
sedang „anak laki-laki‟ tidak memiliki komponen makna itu. Leksem „anak laki-
laki‟ dibandingkan dengan „anak perempuan‟ memiliki komponen makna yang
bersesuaian (keduanya memiliki komponen makna –dewasa), namun keduanya
dibedakan berdasarkan komponen makna (+laki-laki) pada „anak laki-laki‟ dan
terdapat komponen (-laki-laki) pada „anak perempuan‟. Keempat leksem tersebut,
dapat digolongkan termasuk dalam sebuah medan leksikal atau ranah leksikal
yang sama karena sama-sama memiliki komponen makna umum bersama, yaitu:
benda, bernyawa, manusia (Subroto, 2011: 99-100). Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka komponen makna pada leksem „laki-laki‟, ‘perempuan‟, „anak
laki-laki‟, „anak perempuan‟, sebagai berikut:
Tabel 9. Analisis Komponen Makna
Leksikon
Komponen Makna
Benda
Bernyawa Manusia Laki-
laki
Perempuan Dewasa Belum
dewasa
Laki-laki + + + + - + -
Perempuan + + + - + + -
Anak laki-
laki
+ + + + - - +
Anak
perempuan
+ + + - + - +
16
3. Relativitas Bahasa
Bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang saling terkait. Pengaruh bahasa
terhadap pikiran atau sebaliknya pun telah lama diperbincangkan oleh para ahli.
Pada abad ke-18 seorang pemikir Jerman, Johan Herder telah memulai pemikiran
tentang hubungan antara bahasa dan pikiran. Selanjutnya, pada abad ke-19 di
Jerman muncul Willem von Humboldt kemudian dilanjutkan di Amerika oleh
Franz Boas, Benjamin L. Whorf, dan Edward Sapir (Dardjowidjojo, 2003: 284).
Boas (1911) berpendapat bahwa cara berpikir orang-orang dipengaruhi oleh
struktur bahasa yang mereka pakai. Sebagai contoh leksikon salju, fakta
menunjukkan bahwa salju merupakan entitas yang sangat signifikan dalam
kehidupan suku Eskimo sehari-hari maka bahasa mereka memiliki jumlah
leksikon yang banyak untuk mengklasifikasikan salju. Begitu pula dengan bahasa
Jawa, bahasa ini memiliki klasifikasi leksikon yang banyak untuk menyebut pari.
Selain itu bahasa Arab juga memiliki banyak leksikon untuk menyebut unta
(Dardjowidjojo, 2003: 284-285).
Tabel 10. Leksikon khas bahasa Eskimo, Jawa, dan Arab
Eskimo Salju
qana, salju yang sedang turun; aput, salju yang baru saja turun di
tanah; dan qimuqsuq, salju yang sedang mengalir .
Jawa Pari
Pari, tumbuhan yang menghasilkan beras; gabah, butir padi yang
sudah lepas dari tangkainya dan masih berkulit; beras, padi yang
17
telah terkelupas kulitnya; menir, pecahan beras halus yang terjadi
ketika ditumbuk; sego, beras yang sudah dimasak; intip, kerak
nasi yang dijemur hingga kering lalu digoreng; upo, sebutir nasi
yang jatuh.
Arab Unta
Jamal, unta jantan dewasa berumur 7 tahun; na>qah, unta betina
dewasa berumur 7 tahun; sadas, unta berjenis kelamin netral
berumur 8 tahun; ba>zil, unta berjenis kelamin netral berumur 9
tahun; dan na>b, unta betina berumur 9 tahun (Humaini, 2007: 44).
Hipotesis relativitas linguistik adalah pandangan yang mengatakan bahwa
bahasa mempengaruhi cara berpikir penuturnya (Dardjowidjojo, 2003: 285). Sapir
dan Whorf (dalam Widhiarso, 2005: 2) menguraikan dua hipotesis mengenai
keterkaitan antara bahasa dan pikiran:
a. Hipotesis pertama adalah linguistic relativity hypothesis yang menyatakan
bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum paralel dengan perbedaan
kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan bahasa menyebabkan
perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut.
b. Hipotesis kedua adalah linguistic determinism yang menyatakan bahwa
struktur bahasa mempengaruhi cara individu mempersepsi dan menalar dunia
perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia ditentukan oleh
kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa (Widhiarso, 2005: 2).
18
Pengaruh bahasa dan pikiran dapat terjadi melalui tata bahasa atau grammar
dan leksikon. Grammar dan leksikon dalam sebuah bahasa menjadi tolak ukur
penggambaran konseptual yang ada dalam si pengguna suatu bahasa tersebut
(Widhiarso, 2005: 2).
Penjelasan terkait teori relativitas bahasa berfungsi untuk menjelaskan bahwa
terdapat keterkaitan antara bahasa, budaya dan masyarakat. Hal yang perlu
digarisbawahi adalah peran leksikon suatu bahasa turut menjadi pengaruh antara
bahasa dan budaya. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam
pandangan teori relativitas bahasa bahwa khususnya pandangan hipotesis Sapir-
Whorf, leksikon suatu bahasa merupakan penentu konseptual dari pandangan
penutur bahasa tersebut.
4. Antropolinguistik dan Etnomedisin
4.1 Pengertian antropolinguistik
Antropolinguistik merupakan suatu cabang ilmu yang berasal dari kata
antropologi dan linguistik. Antropologi adalah studi ilmiah mengenai manusia.
Antropologi telah mapan sebagai bidang akademik dan pertama diajarkan di
Amerika Serikat oleh Franz Boas (1858-1942). Antropologi modern dimulai pada
abad 19 sebagai sebuah studi yang belum diklaim oleh ilmuwan di bidang lain.
Empat sub bidang pikiran antropologi yang kemudian diakui adalah antropologi
fisika (atau biologis) (physical (or biological anthropology)), antropologi budaya
(cultural anthropology), antropologi linguistik (linguistic anthropology) dan
arkeologi (archeology). Linguistik modern yang juga dimulai pada abad 19 yang
19
didirikan oleh Ferdinand de Saussure (1913-1857), subbidang utama dari
linguistik adalah linguistik teoritis, linguistik terapan dan linguistik interdisipliner
(Sibarani, 2015: 44).
Terdapat perbedaan penyebutan istilah dalam menyebut kajian ini. Foley
(1997) (dalam Ola, 2009: 6) menggunakan istilah linguistik antropologi
(Anthropological linguistic) berbeda dengan istilah yang digunakan Duranti. Jika
Duranti (1997: 1) memandang antropologi linguistik (linguistic anthropology)
digunakan secara bervariasi dengan linguistik antropologi, maka Foley (1997: 3)
berpendapat lain, dan secara tegas mengatakan: ”Anthropological linguistics is
that subfield of linguistics...” Menurutnya, linguistik antropologi memandang dan
mengkaji bahasa dari sudut pandang antropologi, budaya, dan bahasa untuk
menemukan makna di balik pemakaiannya. Linguistik antropologi adalah disiplin
ilmu yang bersifat interpretatif yang lebih jauh mengupas bahasa untuk
menemukan pemahaman budaya (cultural understanding).
4.2 Etnomedisin
Etnomedisin merupakan bagian dari bidang ilmu antropologi kesehatan.
Etnomedisin bertujuan untuk mengetahui sistem pengobatan suatu masyarakat,
klasifikasi penyakit serta terapi dan pencegahan penyakit yang digunakan oleh
masyarakat terkait (Heggenhougen dan Draper dalam Rahman, 2013: 20).
Etnomedisin merupakan cabang dari antropologi kesehatan yang mempelajari asal
mula penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat
tertentu (Almos dan Pramono, 2015: 46).
20
5 Etnomedisin pada Masyarakat Arab
5.1 Konsep sehat dan sakit menurut masyarakat Arab
Konsep sehat dan sakit tidak bisa dilepaskan dari pandangan yang dimiliki
oleh masyarakat. Setiap masyarakat memiliki pandangan yang berbeda tentang
kedua konsep tersebut. Konsep sehat dan sakit serta cara penyembuhannya tidak
bisa dilepaskan dari sistem pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hal-
hal yang menyebabkan sakit dan bagaimana munculnya suatu penyakit tersebut.
Konsep sehat dan sakit, kemudian dapat dilihat berdasarkan dua pandangan yaitu
pandangan budaya dan pandangan medis.
Secara medis sehat diartikan sebagai suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 2006: 1). Adapun menurut pandangan budaya, sehat diartikan
sebagai suatu keadaan yang dimiliki oleh seseorang dan ia dapat menjalankan
aktivitasnya dengan lancar dan baik setiap harinya (Wijaya, 2013: 14). Dengan
demikian sehat merupakan suatu kondisi atau keadaan baik, nyaman dan tidak
merasa terganggu. Jika seseorang tersebut sehat maka ia pun dapat menjalankan
aktivitasnya dengan baik.
Konsep sehat dalam masyarakat Arab ditemukan dua leksikon, yaitu صوةة
shich-chah dan عاويووة ‘a>fiyah. Shich-chah dalam pandangan masyarakat Arab
adalah sehat secara fisik. Shich-chah berasal dari verba ّيصوحّ -صووح shach-cha-
yasich-chu. Parkinson (2005: 284) mengartikan „shich-chah hiya shich-chatul-
jismi tabda-u minal-fami wa tasymalu kulla ajza>il jismi’, sehat adalah suatu
21
kondisi tubuh yang baik mulai dari mulut dan mencakup semua anggota tubuh.
Adapun „a>fiyah berasal dari verba يبواى-عواى ‘a>fa>-yu’a>fi>. Leksikon „a>fiyah dalam
kamus al-Wasith (2004: 612) berarti ash-shichchah at-ta>mmah yaitu sehat secara
sempurna. Dengan demikian, leksikon ini digunakan untuk menyatakan sehat,
baik secara fisik maupun mental. Sejalan dengan yang dijelaskan Gobel (2010
dalam kompasiana.com) bahwa „a>fiyah dapat diartikan sebagai kesehatan pada
segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat. Adapun Anwar (dalam
Gobel, 2010) berpendapat bahwa kata shich-chah diartikan sebagai keadaan baik
bagi seluruh anggota badan sedangkan „a>fiyah adalah keadaan baik namun tidak
secara fisik melainkan bentuk perlindungan dari Tuhan kepada hamba-Nya dari
segala macam bencana dan tipudaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
leksikon shich-chah merujuk pada sehat secara fisik/jasmani sedangkan „a>fiyah
merujuk pada sehat secara mental/rohani.
Selanjutnya, konsep sakit juga dapat dilihat melalui pandangan budaya dan
medis. Menurut pandangan budaya sakit merupakan gangguan kesehatan lain
yang menyebabkan aktivitas kerjanya terganggu. Dalam pandangan budaya kata
sakit hanya berlaku jika seseorang tersebut merasa terganggu, aktivitas hariannya
tidak bisa ia jalankan seperti biasanya. Meskipun seseorang sakit misal pilek,
demam jika ia tidak terganggu maka ia dianggap tidak sakit (Wijaya, 2013: 14).
Adapun menurut pandangan medis, sakit adalah jika ada gangguan fungsi dari
organ tubuh yang tidak bekerja secara baik, dan biasanya menimbulkan rasa sakit
sesuai dengan gejala dan rasa sakit yang muncul.
22
Masyarakat Arab memiliki dua leksikon untuk menyebut sakit yaitu مووري
mari>dh dan سوقيح saqi>m. Dalam kamus al-Wasith (2004: 863) leksikon mari>dh
berasal dari verba ميوور -موور maridha-yamradhu yang berarti fasadat shich-
chatuhu fadha‟ufa yang berarti kesehatannya terganggu sehingga menjadi lemah.
Leksikon mari>dh digunakan oleh masyarakat Arab untuk menyebut sakit yang
berkaitan dengan anggota tubuh atau secara fisik. Adapun leksikon saqi>m dalam
kamus al-Wasith (2004: 437) berasal dari verba يسوقح-سوقح saqima-yasqamu yang
berarti tha>la maradhuhu yaitu sakit yang berkepanjangan. Leksikon saqi>m dalam
kamus al-Wasith juga dijelaskan dengan contoh huwa saqi>mush-shadri ‘ala akhi>hi
„Dia sakit hati kepada saudaranya‟. Saqi>mush-shadri „sakit hati‟ yang dimaksud
bukanlah sakit hati secara fisik akan tetapi berarti pendendam yakni ingin
membalas kejahatan pada seseorang. Leksikon saqi>m lebih dipilih dalam kalimat
tersebut dibandingkan dengan leksikon mari>dh. Dengan demikian leksikon saqi>m
digunakan oleh masyarakat Arab untuk menyebut sakit yang berhubungan dengan
hati atau perasaan (non fisik).
Konsep sakit menurut masyarakat Arab dikembalikan lagi kepada individu
masing-masing. Jika individu merasa terganggu maka ia sakit namun jika tidak
terganggu maka ia tidak sakit. Sejalan dengan. Rahman (2013: 22) menyatakan
bahwa konsep sakit lebih cenderung bersifat subyektif sedangkan penyakit
bersifat obyektif.
23
5.2 Pengetahuan masyarakat Arab terhadap penyakit
Pengetahuan merupakan suatu hal yang diketahui oleh seseorang.
Pengetahuan yang dimiliki tersebut diperoleh dari belajar, informasi dan juga
pengalaman yang pernah didapat (Wijaya, 2013: 20). Pengetahuan itu berbeda
dengan ilmu pengetahuan karena tidak diuji secara ilmiah.
Pengetahuan bisa dimiliki oleh suatu masyarakat. Pengetahuan masyarakat
sebagai contoh adalah pengetahuan terhadap penyakit. Pengetahuan ini dapat
dilihat melalui cara hidup mereka dalam memanfaatkan tumbuhan di sekitar.
Pengobatan tradisional di Arab oleh Saad, et al. (2008: 31) dijelaskan bahwa
saat ini di negara-negara Arab tidak tersedia program-program pelatihan terkait
dengan pengobatan tradisional. Tumbuhan obat di Timur Tengah pun terancam
langka karena rusaknya habitat alami mereka. Obat tradisional Arab belum
muncul sebagai obat alternatif kesehatan yang komprehensif dibandingkan
dengan model pengobatan non-Barat lain. Namun, masih terdapat tumbuhan obat
yang masih digunakan oleh masyarakat Arab.
Naskah sejarah medis Arab menjelaskan bahwa terdapat tumbuhan obat yang
masih digunakan oleh masyarakat Arab yaitu sekitar 200-250 jenis tumbuhan
(Saad dan Said, 2011: 230). Berikut ini adalah beberapa contoh tanaman obat
yang digunakan oleh masyarakat Arab:
Tabel 11. Jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Arab
No Nama
tumbuhan Transliterasi
Nama bahasa
Inggris
Nama bahasa
Indonesia
Abu> rukbah Kohlrabi Kolrabi أب ركبة 1
24
No Nama
tumbuhan Transliterasi
Nama bahasa
Inggris
Nama bahasa
Indonesia
Afu>ka>du> Avocado Alpukat او كادو 2
Ba>bu>naj Wild Chamomile Chamomile liar باب نج 3
Bashal Onion Bawang merah بصل 4
Tabgh dukha>n Tobacco Tembakau دخانتبغ 5
Tamr Date palm Kurma متر 6
Tu>t Mulberry Murbai ت ت 7
Tu>t ardhiyy Strawberry Stroberi ت ت أرضي 8
Ti>n Common fig tree Pohon tin ت 9
Jazar busta>niyy Carrot Wortel جزر بستاين 10
Jauz Walnut Buah kenari ج ز 11
Jauzul-hindiyy Coconut palm Kelapa ج ز اوندي 12
13
/اءاربة الس د
الةكة حبة
Al-chabbatus-
sauda>’/chabbatul-
barkah
Black seed
Habbatus
sauda/jintan
hitam
Challabah Fenugreek Fenugreek حلبة 14
Chandzal Bitter apple Apel حنظل 15
Khiya>r Cucumber Mentimun خيار 16
Za„atar رتعز 17Wild
thyme/marjoram Thyme liar
25
No Nama
tumbuhan Transliterasi
Nama bahasa
Inggris
Nama bahasa
Indonesia
Za„fara>n Saffron Za‟faran زعفران 18
Zahratus-sa>„ah زهر الساعة 19Blue passion
flower
Bunga blue
passion
Zu>fa> Savori Savori زووا 20
Zaitu>n Olive tree Pohon zaitun زيت ن 21
Saba>nakh Spinach Bayam سبانخ 22
Sulthatur-ruhba>n Dandelion Dandelion سلطة الرهبان 23
Samsam Sesame Wijen مسسح 24
Shaba>r alu>fi>ra> Aloe Lidah buaya صبار أل و ا 25
-Abba>dusy„ عباد الشمس 26
syams Sunflower Bunga matahari
Qahwah Coffee Kopi قه 27
Naji>l Bermuda grass جنيل 28Rumput
Bermuda
Yabru>j Mandrake Mandragora يةوج 29
Yanbu>t Dwarf mesquite Pohon mesquite ينب ت 30
Sumber: Saad dan Said, 2011
Tabel 11 menunjukkan beberapa tanaman obat yang digunakan oleh
masyarakat Arab. Sebagai contohnya اربة الس د Al-chabbatus-sauda >’ atau الةكوة حبوة
chabbatul-barkah (jintan hitam) untuk mengobati pilek, sakit gigi, memperlancar
26
menstruasi dan meningkatkan produksi susu. Tumbuhan ini merupakan salah satu
tumbuhan obat yang paling umum digunakan di seluruh Timur Tengah (Saad dan
Said, 2011: 152-153).
Gambar 1. Tanaman al-chabbatus-sauda >’
Selanjutnya, رتعوز za„atar juga termasuk salah satu tumbuhan obat di Timur
Tengah. Masyarakat Arab menggunakan za„atar untuk mengobati penyakit asma,
bronkitis, dan tumor. Ramuan untuk mengobati penyakit tersebut adalah daun
kering za„atar dicampur dengan garam dan biji wijen (Saad dan Said, 2011: 197).
Gambar 2. Tanaman za„atar
250 jenis tumbuhan obat yang tercatat, cukup mewakili dari pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit. Masyarakat Arab menggunakan media pengobatan
27
natural yang terkadang lebih mereka percayai dibanding dengan pengobatan
medis modern.
F. Data dan Sumber Data
Data merupakan bahan jadi penelitian (Kesuma, 2007: 25). Data sebagai
objek penelitian secara umum adalah semua informasi atau bahan yang disediakan
oleh alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data harus dicari
dan dikumpulkan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan masalah yang
diteliti. Dengan demikian, data itu merupakan bahan yang sesuai untuk memberi
jawaban terhadap masalah yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 3).
Data dalam penelitian ini berupa data tulis sebagai data primer yaitu 100
leksikon kurma dalam buku karangan Al-Khalifah et al (2013) yang berjudul Date
Palm Tissue Culture and Genetical Identification of Cultivars Grown in Saudi
Arabia. Adapun sumber data dipilih dari buku karangan Al-Khalifah et al.
dikarenakan buku tersebut merupakan buku berupa penjelasan tentang kurma dan di
dalamnya terdapat banyak leksikon kurma. Dalam pandangan penelitian ini buku
tersebut dapat dikatakan sebagai ensiklopedi kecil tentang kurma.
G. Metode dan Teknik Penelitian
Pada bagian metode penelitian dijelaskan cara penelitian itu dilakukan
(Mahsun, 2005: 72). Sudaryanto (1993:5) membagi tahapan penelitian menjadi tiga
28
tahap, yaitu: penyediaan data, penganalisisan data yang telah disediakan, dan
penyajian hasil analisis data yang bersangkutan. Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap penyediaan data
Makna dari penyediaan data adalah penyedian data yang benar-benar
data, penyedian data yang terjamin sepenuhnya akan keshahihannya
(Sudaryanto, 1993: 131). Penelitian ini menggunakan metode simak. Istilah
menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan,
akan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005: 92).
Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Penyadapan
penggunaan bahasa secara tertulis, karena penelitian berhadapan dengan
penggunaan bahasa bukan dengan orang yang sedang berbicara akan tetapi
berupa leksikon kurma dalam bahasa Arab.
Kemudian, penelitian ini menggunakaan teknik lanjutan yang berupa
teknik simak bebas libat cakap, karena penulis hanya berperan sebagai
pengamat penggunaan bahasa saja, tidak terlibat dalam dialog. Selanjutnya,
teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode
simak dengan teknik simak bebas libat cakap. Penelitian ini mengamati,
mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mencatat leskion kurma pada kartu
data. Data diperoleh dari buku karangan Al-Khalifah et al (2013) yang
berjudul Date Palm Tissue Culture and Genetical Identification of Cultivars
Grown in Saudi Arabia.
29
2. Tahap analisis data
Penelitian ini merupakan penelitian literatur. Metode yang digunakan
dalam analisis data adalah metode padan. Metode padan adalah metode yang
alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang
bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan yang digunakan adalah
metode padan translasional yaitu metode padan yang alat penentunya berupa
bahasa lain. Selanjutnya, analisis data untuk rumusan masalah pertama
dibantu dengan menggunakan teknik yaitu teknik penandaan komponen
makna. Pemilikan komponen makna dapat ditandai oleh (+) berarti memiliki
komponen makna, (-) berarti tidak memiliki komponen makna dan (±) berarti
bisa memiliki, bisa tidak, dan (*) berarti tidak berkaitan dengan komponen
makna. Teknik lain yang digunakan adalah menggambarkan dalam sebuah
tabel dari leksikon untuk kurma yang memiliki komponen makna bersama.
Dengan tabel itu dapat ditemukan komponen makna spesifik yang kemudian
dapat ditambahkan sebagai kontrasnya. Adapun rumusan masalah kedua
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan etnomedisin yaitu mengkaji
pengobatan penyakit dengan kurma dan bentuk-bentuk ramuannya dalam
pengobatan penyakit tertentu.
Selanjutnya, pemaparan hasil analisis dalam penelitian ini, transliterasi
leksikon kurma yang digunakan adalah transliterasi bahasa Arab. Kemudian
terdapat keterangan tahap 1, 2, dan 3 menunjukkan tahap pertumbuhan kurma,
yaitu tahap ruthab, busr, dan tamr yang terdapat dalam sub bab klasifikasi
kurma berdasarkan warna.
30
3. Tahap penyediaan hasil analisis data
Tahap penyediaan hasil analisis data dalam penelitian ini adalah secara
formal dan informal. Penyajian secara formal yaitu penyajian hasil analisis
data dengan menggunakan kaidah (Kesuma, 2007: 73). Penyajian secara
formal dalam penelitian ini kemudian akan menggunakan tabel dan foto atau
gambar. Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan penyajian secara
informal yaitu hasil analisis data disajikan dengan cara mendeskripsikan data
dalam bentuk kata-kata atau kalimat biasa (Mahsun, 2005: 123).
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan
daftar lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri dari empat bab yaitu:
BAB I : Pendahuluan, dalam hal ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, landasan teori, data dan
sumber data, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Komponen makna kurma.
BAB III : Pandangan masyarakat Arab terhadap kurma.
31
BAB IV : Kesimpulan dan saran, yaitu bab yang berisi kesimpulan hasil
penelitian dan saran.
Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
Top Related