Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJN) Tahun 2005-2025, mengamanatkan bahwa
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan mamfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, balita, anak pra sekolah,
remaja, usia produktif, usia lanjut dan keluarga miskin.
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kesehatan Kabupaten Barru
merupakan dokumen perencanaan yang memuat program-program pembangunan
kesehatan yang bersifat indikatif yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun
yaitu tahun 2010 – 2015 yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barru Tahun 2010-
2015 dan bentuk tindak lanjut komitmen Millenium Development Goal’s (MDGS).
Rencana Strategis (RENSTRA) ini bersifat dokumen perencanaan jangka
menengah dan mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam
penyusunan Rencana Kerja (RENJA) setiap tahunnya, sebagai dasar penilaian
kinerja pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan menjadi acuan
dalam menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Penyusunan dokumen ini tetap mengacu kepada sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan RPJMD yang memuat Visi, Misi, Strategi Pemerintah
Kabupaten Barru melalui pendekatan politik, pendekatan teknokratik, pendekatan
partisipatif, pendekatan top down dan pendekatan bottom up. Sebagai dokumen
yang menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Barru, maka RENSTRA ini memuat Visi, Misi, tujuan,
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 2 -
sasaran, strategi, kebijakan yang selanjutnya diuaraikan di dalam program dan
kegiatan.
1.2. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasioanal
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan
pemerintah antara pemerintah, pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Kota/Kota
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi
Perangkat Daerah
9. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang
Sistem Kesehatan Nasional
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 331/Menkes/SK/VIII/2005 tentang
Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1468/Menkes/SK/XII/2006 tentang
Rencana Pembangunan Kesehatan 2005-2009.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 3 -
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
15. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan
16. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi
Sulawesi Selatan.
17. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Kesehatan Propinsi.
18. Perda Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah Kabupaten Barru Tahun 2005-2025.
19. Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Barru Tahun 2010-2015.
1.3. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penyusunan Rencana Strategis ini dimaksudkan agar tersedianya dokumen
perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru yang komprehensif dalam
kurun waktu lima tahun dan mampu beradaptasi dengan segala perubahan-
perubahan lingkungan strategis.
2. Tujuan
a. Sebagai pedoman/acuan perencanaan dalam perumusan program dan
kegiatan yang konsisten sesuai dengan kebutuhan daerah dibidang
kesehatan
b. Menentukan arah kebijakan pembangunan bidang kesehatan yang
sustainable
c. Tersedianya bahan evaluasi kinerja Dinas Kesehatan kabupaten Barru
d. Memudahkan pemangku kebijakan (stakeholder) dan instansi terkait
berperan aktif untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama dalam
pembangunan bidang kesehatan lima tahun kedepan
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 4 -
e. Merupakan komitmen bersama antara petugas kesehatan, pemangku
kebijakan dan masyarakat dalam melaksanakan program-program yang
dalam perumusannya menyerap hasil aspirasi dan keinginan masyarakat.
1.4. Sistematika Penulisan
1. Bab I. Pendahuluan
2. Bab II. Gambaran Pelayanan SKPD
3. Bab III. Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi
4. Bab IV. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan
5. Bab V. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran
dan Pendanaan Indikatif
6. Bab VI. Indikator Kinerja Dinas Kesehatan
7. Bab VII. Penutup
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD
Dinas Kesehatan adalah Instansi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pembangunan kesehatan dan hasil - hasil yang dicapai dari
Pembangunan Kesehatan tersebut. Sekaitan dengan hal tersebut, Dinas
Kesehatan Kabupaten Barru memiliki tugas dan fungsi yang terkait dengan tugas
dan fungsi pembangunan kesehatan.
Adapun Tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Barru sebagaimana
diatur dalam Peraturan Bupati Barru Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Barru.
Adapun Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Barru, yaitu :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Subbagian Penyusunan Program 2. Subbagian Keuangan 3. Subbagian Umum
c. Bidang Pelayanan kesehatan dan Farmasi, yang terdiri dari :
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 5 -
1. Seksi Bina Sarana Pelayanan Kesehatan Umum; 2. Seksi Bina Rumah Sakit dan Puskesmas, Kesehatan Khusus; 3. Seksi Bina Farmasi, Makanan dan Laboratorium.
d. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang terdiri dari :
1. Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit; 2. Seksi Bina Kesehatan Lingkungan; 3. Seksi Kesehatan Matra.
e. Bidang Promosi Kesehatan Masyarakat, yang terdiri dari :
1. Seksi Promosi Kesehatan; 2. Seksi Institusi dan Peran Masyarakat; 3. Seksi Bina JPKM.
f. Bidang Bina Kesehatan, Keluarga dan Gizi, yang terdiri dari:
1. Seksi Bina Kesehatan Ibu dan Anak; 2. Seksi Bina Gizi Masyarakat; 3. Seksi Bina Kesehatan Lanjut Usia.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas(UPTD) ;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2 SUMBER DAYA SKPD DAN KINERJA PELAYANAN SKPD
1. Jumlah Personil
Jumlah personil atau pegawai yang bekerja pada lingkup Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru adalah sebagai berikut :
JENIS, JUMLAH DAN KEBUTUHAN KETENAGAAN LINGKUP DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BARRU TAHUN 2010
TENAGA KESEHATAN
JUMLAH TENAGA BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL (Jml Tenaga / 100.000
Jml Penduduk)
TENAGA
KESEHATAN YG
DIBUTUHKAN
JUMLAH TENAGA
KESEHATAN YANG ADA
KESENJANGAN
Dokter Spesialis 6 10 0 10
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 6 -
Sumber : Bag. Umum Dan
Kepegawaian Dinkes Barru,
2010
Untuk menentukan
jumlah kebutuhan pegawai atau kesenjangan tenaga dengan perbandingan 1 per 100.000 jiwa
digunakan Jumlah Penduduk Kab. Barru sebanyak 165.900 Jiwa.
Disamping personil tenaga diatas yang keberadaannya telah ditetapkan berdasarkan
standar nasional, ada juga beberapa tenaga kesehatan lainnya yang bertugas dalam lingkup
dinas kesehatan Kab. Barru dan jajarannya, seperti dalam tabel di bawah ini :
Dokter Umum 40 66 18 48 Dokter Gigi 11 18 10 8 Apoteker 10 16 6 10 Asisten Apoteker 30 50 23 27 Bidan 100 166 85 81 Perawat 117 194 130 64 Ahli Gizi 22 36 30 6 Ahli Sanitasi 40 66 22 44 Ahli Kesmas 40 66 54 12
JUMLAH 416 688 378 310
TENAGA KESEHATAN JUMLAH TENAGA KESEHATAN
S2 Manajemen Kesehatan 8 S2 Administrasi 2 S2 Manajemen SDM 1 S1 Administrasi 14 S1 Sistem Informasi 1 DIII Kesehatan Gigi 10 DIII Analis Kesehatan 10 DIII Teknik Elektromedik 1 D1 Informatika 1 SPRG 3 Pekarya Kesehatan 12
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 7 -
Sumber : Bag. Umum & Kepegawaian Dinkes Barru, 2010
Secara keseluruhan pegawai dalam lingkup dinas kesehatan seperti nampak pada
kedua tabel diatas sebanyak 458 orang yang tersebar pada 10 UPTD Puskesmas, Dinas
Kesehatan dan UPTD Gudang Farmasi, dengan rincian sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan + UPTD Gudang Farmasi : 58 Orang
2. UPTD PKM Pujananting : 29 Orang
3. UPTD PKM Ralla : 34 Orang
4. UPTD PKM Lisu : 33 Orang
5. UPTD PKM Pekkae : 63 Orang
6. UPTD PKM Padongko : 44 Orang
7. UPTD PKM Palakka : 29 Orang
8. UPTD PKM Madello : 40 Orang
9. UPTD PKM Mangkoso : 48 Orang
10. PKM Palanro : 37 Orang
11. UPTD PKM Bojo Baru : 31 Orang
2. Pendidikan Personil Termasuk Diklat Fungsional dan Teknis yang Pernah
Diikuti
Berkaitan dengan pengembangan Sumber Daya Manusia Tenaga
Kesehatan, maka pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu hal penting
bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Barru demi meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang paripurna.
SAA 1 SMA 11 SMAK 5 SMP 4 SPR 3 SD 1
JUMLAH 81
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 8 -
Berikut keadaan personil dinas kesehatan dan jajarannya berdasarkan
pada pendidikan dan atau jabatan, yaitu :
PENDIDIKAN/JABATAN JUMLAH TENAGA
Dokter Spesialis 0 S2 Kesehatan 8 Dokter Umum 18 Dokter Gigi 10 Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) 54 Apoteker 6 Asisten Apoteker 23 Bidan 85 Perawat 130 Ahli Gizi 30 Ahli Sanitasi 22 Perawat Gigi 10 Analis Kesehatan/Laboran 10 Teknik Elektromedik 1 SPRG 3 SAA 1 SMAK 5
JUMLAH 409
Sumber : Bag. Umum & Kepegawaian Dinkes Barru, 2010
Selain tenaga tersebut diatas, terdapat juga tenaga yang berlatar
belakang pendidikan non kesehatan, yaitu :
PENDIDIKAN JUMLAH TENAGA
S2 Manajemen SDM 1
S2 Administrasi 2
S1 Administrasi 14
S1 Sistem Informasi 1
D1 Informatika 1
Pekarya Kesehatan 12
SMA 11
SMP 4
SPR 3
SD 1
JUMLAH 49
Dari 25 rumpun jabatan fungsional kesehatan yang dipersyaratkan harus
mengikuti diklat jabatan fungsional untuk diangkat dalam jabatan fungsional
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 9 -
hanya 3 jenis rumpun jabatan. Sedangkan tenaga yang sudah pernah dan
belum mengikuti diklat jabatan fungsional dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Jenis jabatan fungsional Jumlah tenaga keseluruhan
Jumlah yang pernah mengikuti diklat
Administrator Kesehatan 20 1
Promosi Kesehatan 10 9
Epidemologi Kesehatan 24 7
JUMLAH 54 17
Berdasar tabel diatas terlihat bahwa dari 54 orang tenaga yang di
haruskan mengikuti diklat jabatan fungsional baru 17 orang tenaga yang pernah
mengikutinya, dengan demikian masih ada tenaga yang belum mengikuti
sebanyak 37 orang.
3. Jumlah Jabatan Yang Terisi
Secara rinci dapat di lihat pada tabel di bawah ini jabatan-jabatan
struktural yang terisi beserta pejabatnya dalam lingkup dinas kesehatan Kab.
Barru dan jajarannya.
JABATAN STRUKTURAL YANG TERISI DAN BELUM TERISI PADA DINAS KESEHATAN BARRU TAHUN 2011
No Jabatan Struktural Pemangku Jabatan Keterangan 1 2 3 4
1 Kepala Dinas Kesehatan Dr. H. Haryanda 2 Sekretaris Dinas Kesehatan Drs. H. Udding 3 Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan & Farmasi Hj. Selvia Madjid, B.Sc
4 Kepala Bidang Pencegahan Peny. & Penyehatan Lingkungan Umar, SKM, M.Kes
5 Kepala Bidang Promosi Kesehatan
Masyarakat drg. Muhammad Asri Tahir
6 Kepala Bidang Bina Kesehatan Keluarga & Gizi -
7 Kepala Sub Bagian Penyusunan Program -
8 Kepala Sub Bagian Keuangan - 9 Kepala Sub Bagian Umum Dra. Maria Dandi Ranggina Kasubag umum &
Kepegawaian
10 Kepala Seksi Bina Sarana Pelayanan Kesehatan Umum -
11 Kepala Seksi Rumah Sakit & PKM, Kesehatan Khusus -
12 Kepala Seksi Bina Farmasi, Makanan & Laboratorium -
13 Kepala Seksi Pegamatan & Pencegahan Penyakit -
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 10 -
14
Kepala Seksi Bina Kesehatan Lingkungan
Drs. H. Syaifuddin Yasin
Kasi Penyehatan Ling/Pemuk. & TTU
15 Kepala Seksi Kesehatan Matra - 16 Kepala Seksi Promosi Kesehatan - 17 Kepala Seksi Institusi & Peran
Masyarakat - 18 Kepala Seksi Bina JPKM -
19 Bina Seksi Bina Kesehatan Ibu & Anak Ermy Ekaniswan, SKM, M.Kes Kasi KIA/KB & Gizi
20 Bina Seksi Bina Gizi Masyarakat - 21 Kepala Seksi Bina Kesehatan
Lanjut Usia - 22 Kepala UPTD PKM Padongko Hj. A. Marolah, SKM, S.Kep, M.Kes 23 Kepala UPTD PKM Palakka Muhammad Alidin, S.Kep 24 Kepala UPTD PKM Pujananting dr. Wilmayanti 25 Kepala UPTD PKM Ralla Saparuddin, SKM 26 Kepala UPTD PKM Lisu Makmur, S.Sos 27 Kepala UPTD PKM Madello drg. Ichwaniar Idris 28 Kepala UPTD PKM Palanro H. Gustaman, SKM 29 Kepala UPTD PKM Bojo Baru Isriani Latief, SKM, M.Kes 30 Kepala UPTD PKM Pekkae Drs. Idris, SKM, S. Kep, M.Kes 31 Kepala UPTD PKM Mangkoso dr. Citra Dewi 32 Kasubag TU UPTD PKM Padongko Tri Rasmi 33 Kasubag TU UPTD PKM Palakka Hj. Suharmawati, AMAK 34 Kasubag TU UPTD PKM
Pujananting Arifuddin, SKM 35 Kasubag TU UPTD PKM Ralla Mansur, S.Kep 36 Kasubag TU UPTD PKM Lisu Abdul Rahman, SKM 37 Kasubag TU UPTD PKM Madello Muhiddin,S. Sos 38 Kasubag TU UPTD PKM Palanro Hj. Heriati, AMK, SKM 39 Kasubag TU UPTD PKM Bojo Baru Susiana R, SKM, M. Kes 40 Kasubag TU UPTD PKM Pekkae Nurhayati, S. Sos 41 Kasubag TU UPTD PKM Mangkoso Andi Badaruddin, S. Sos 42 Kepala UPTD Gudang Farmasi Dra. Warsiah, Apt 43 Kasubag TU UPTD Gudang
Farmasi Jumriah Sumber : Bag. Umum & Kepegawaian Dinkes Barru, 2010
Berdasarkan tabel diatas menunjukan masih ada beberapa jabatan yang
belum terisi yaitu 13 jenis jabatan, sedangkan yang sudah terisi sebanyak 30
jabatan struktural. Adapun jabatan yang belum terisi sebagian besar para
kepala-kepala seksi dalam setiap bidang dalam lingkup Dinas Kesehatan Barru.
Jika dirinci menurut eselonisasi, maka jabatan yang terisi dan belum terisi
dapat digambarkan sebagai berikut :
NO ESELON JUMLAH SESUAI
PERDA TERISI
BELUM TERISI
1 II 1 1 -
2 III a 1 1 -
3 III b 4 3 1
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 11 -
4 IV a 26 14 12
5 IV b 11 11 -
JUMLAH 43 30 13
Sumber : Bag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Barru, 2010
Sarana Dan Prasarana
Untuk melihat sarana yang di miliki oleh dinas kesehatan, dapat di
gambarkan sebagai berikut :
No. Kecamatan
Jumlah Desa
Sarana Kesehatan
Puskesmas Pustu Poskesdes
1. Pujananting 6 1 5 2
2. Tanete Rilau 10 1 6 8
3. Tanete Riaja 7 2 5 6
4. Barru 10 2 5 7
5. Balusu 6 1 3 5
6. Soppeng Riaja 7 1 4 6
7. Mallusetasi 8 2 5 6
Jumlah 54 10 33 39
Sumber : Diolah dari Data Profil Kesehatan Dinkes Barru, 2010
Disamping sarana di atas, dapat juga di kemukakan sarana dan
prasarana lainnya yang terdapat dalam lingkup dinas kesehatan dan jajaranya
hingga tahun 2010 adalah sebagai berikut :
NO SARANA/PRASARANA JUMLAH KONDISI
1 Mobil 18 Unit 14 Baik, 4 Rusak
2 Motor 103 Unit 75 Baik, 28 Rusak
3 Laptop 8 Unit Semua Baik
4 Komputer 13 Set 8 Baik, 5 Rusak
5 Printer 5 Buah 3 Baik, 2 Rusak
6 Meja 24 Buah Semua baik
7 Kursi 25 Buah Semua baik
8 Lemari 12 Buah Semua Baik
9 Kursi Tunggu 29 Buah Semua baik
10 Alat/Mesin Foging 8 Buah Semua baik
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 12 -
11 Laboratorium Set 1 Set Baik
12 Cold Chain 3 Buah 2 Baik, 1 Rusak
13 AC 6 Unit Semua baik
14 Faximile 1 Unit Baik
15 Telepon 1 Unit Baik
16 Televisi 1 Unit Baik
17 Kulkas 4 Unit Semua Baik
KINERJA PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARRU
1. Kondisi Umum Daerah Masa Kini
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis
dan berkesinambungan, baik pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota maupun oleh masyarakat dan swasta.
Untuk menggambarkan derajat kesehatan di Kabupaten Barru
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Penurunan angka kematian bayi berpengaruh pada umur harapan
hidup waktu lahir . Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak
langsung memberikan gambaran adanva peningkatan kualitas hidup
dan derajat kesehatan masyarakat. Rata-rata umur harapan hidup
penduduk Kabupaten Barru adalah sebagai berikut tahun 2007 (67,8
tahun), tahun 2008 (68,2 tahun) dan pada tahun 2009 (69,2 tahun).
(Profil Dinas Kesehatan Kab.Barru 2007-2009).
b. Angka Kematian (Mortalitas) a) Angka Kematian Bayi (AKB)
AKB di Kabupaten Barru pada tahun 2010 berada pada
kisaran 4,96 jiwa per 1000 kelahiran hidup, sedikit mengalami
peningkatan dari tahun 2007 yang telah berada pada 3,34 jiwa
per 1000 kelahiran hidup tahun dan menjadi 2,63 jiwa per 1000
kelahiran hidup di tahun 2008. (Profil Kesehatan Kab.Barru 2007-
2010). Penyebab utama kematian bayi ini adalah terjadinya
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 13 -
gangguan perinatal, seperti gangguan saluran nafas (asfiksia),
diare, tetanus dan infeksi lainnya. Penyebab kematian bayi
tersebut sangat terkait dengan keterlambatan penangananan
pada saat persalinan dimana cakupan pertolongan persalinan
nakes pada Tahun 2010 ini adalah 83,5% dari target 85%. Ini
artinya masih ada sebesar 16 orang dari 100 ibu bersalin yang
ditolong oleh dukun sehingga ketika terjadi gangguan perinatal
sebagai penyebab utama kematian bayi terlambat ditangani oleh
tenaga kesehatan.
Capaian AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi
gambaran bahwa di Kabupaten Barru AKB telah berada dibawah
target MDGs pada Tahun 2015 yaitu 34/1000 kelahiran hidup.
Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan kualitas hidup
masyarakat terutama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Hal ini ditandai dengan adanya kecenderungan peningkatan
cakupan kunjungan ibu hamil K4 dan cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan selama 5 tahun terakhir mulai
tahun 2005 - 2010. Data menunjukkan bahwa K4 tahun 2005
kunjungan ibu hamil K4 sebesar 2.843 orang, tahun 2006
kunjungan ibu hamil K4 sebesar 2.806 orang, tahun 2007
kunjungan ibu hamil K4 sebesar 3.048 orang, tahun 2008
kunjungan ibu hamil K4 sebesar 3.123 orang, tahun 2009
kunjungan ibu hamil K4 sebesar 2.835 orang, tahun 2010
kunjungan ibu hamil K4 sebesar 3.099 orang.
b) Angka Kematian Anak Balita (AKABA) Angka Kematian Anak Balita (1-5 tahun) adalah jumlah
kematian anak umur 1 sampai dengan 5 tahun per 1.000 kelahiran
hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan
anak dan faktor - faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan
kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan
sosial dalam arti besar tingkat kemiskinan penduduk.
Untuk Kabupaten Barru AKABA ini masih berfluktuasi yakni
pada tahun 2005 sebesar 0 per 1000 jumlah Balita, tahun 2006
sebesar 7 per 1000 tahun 2007 sebesar 0 per 1000 jumlah Balita,
tahun 2008 sebesar 0 per 1000 Jumlah Balita tahun 2009 sebesar
0,3 per 1000 Jumlah Balita dan tahun 2010 sebesar 0 per 1000
Jumlah Balita (Profil Dinas Kesehatan Kab.Barru, 2005 - 2010).
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 14 -
Penyebab utama kematian didominasi oleh ISPA, Diare, Infeksi, dan
PD3I (penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).
c) Angka Kematian IBU (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu
melahirkan dan masa nifas.
Angka kematian ibu (AKI) terus mengalami penurunan, hal ini
terlihat pada tahun 2005 AKI sebesar 2 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2006 sebesar 1 per 100.000 ,tahun 2007 sebesar 2
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2008 sebesar 0 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2009 sebesar 1 per 100.000 kelahiran hidup
dan tahun 2010 sebesar 4 per 100.000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Dinas Kesehatan kab.Barru, 2007-2010).
Salah satu faktor dominan kematian ibu melahirkan tersebut
adalah perdarahan. Selain itu, juga disebabkan karena kurang
akses ke pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
kegawatdaruratan yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal
tanda bahaya dan mengambil keputusan, serta terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Penyebab lain juga
tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu
kriteria 4 “terlalu” yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35
tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu
banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2
tahun).
Selain itu, untuk mengantisipasi masalah kematian ibu
melahirkan maka diperlukan terobosan-terobosan dengan
mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan
kita agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam
upaya penurunan AKB dan AKI. Masalah lain yang perlu dicermati
adalah ketidakmampuan masyarakat membayar bidan dalam
pelayanan persalinan dan masyarakat lebih senang melahirkan di
rumah dari pada di sarana kesehatan yang tersedia. Oleh karena itu
upaya – upaya kemitraan bidan dan dukun perlu terus digalakkan.
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 15 -
c. Angka Kesakitan (Morbiditas) Angka kesakitan hingga akhir tahun 2010 masih di dominasi oleh –
oleh penyakit menular antara lain :
a) Angka “Acute Flaccid Paralysis”(AFP) Secara statistic jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2
diantara 100.000 anak usia <15 tahun. Situasi penderita AFP di
Kabupaten Barru yang ditemukan pada tahun 2007 (2 orang),
tahun 2008 (3 orang), menurun pada tahun 2009 (2 orang
penderita) dan tahun 2010 (2 orang penderita). Dari hasil
pemeriksaan laboratorium, dari semua kasus yang diperiksa
semua menunjukkan negative polio (berarti tidak ditemukan virus
polio liar).
b) Penyakit TB Paru
Upaya pencegahan pemberantasan TB paru dilakukan dengan
strategi DOTS. Penanggulangan penyakit TB paru di Kabupaten
Barru, setiap tahun semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat
terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan
disembuhkan setiap tahun dengan angka kesembuhan TBC
sebesar 83,23% tahun 2008, 91,20% tahun 2009 dan 96% tahun
2010. Mengingat proses penularan penyakit TB Paru cukup tinggi,
maka diperlukan upaya promosi kesehatan yang menjangkau
seluruh lapisan masyarakat dan kedisplinan dalam melakukan
pengobatan.
c) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Situasi kasus Penyakit DBD di Kabupaten Barru, cenderung
mengalami peningkatan yaitu tahun 2008 sebanyak 507 kasus
(Incidence Rate 0,3%), tahun 2009 mengalami peningkatan
sebanyak 551 kasus (insidence rate 0,3%) dan tahun 2010
mengalami penurunan sebanyak 463 kasus (insidence rate 0,3%)
Kecamatan dengan kasus tertinggi adalah kecamatan Barru dan
Tanete Rilau. Beberapa faktor yang menyebabkan kasus DBD
antara lain karena kepadatan vektor penular (nyamuk Aedes
Aegepty), mobilitas pendudduk, belum optimalnya program
pemberantasan sarang nyamuk baik dilihat dari sarana maupun
prasarana, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat
yang masih rendah.
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 16 -
d) Penyakit Malaria Hasil pengumpulan data/indikator kinerja bidang kesehatan dari 7
kecamatan di Kabupaten Barru menunjukkan. Pada tahun 2007 di
laporkan jumlah penderita klinis 31 dan yang positif malaria 29
penderita (2 per 10.000 jumlah penduduk), tahun 2008 di laporkan
jumlah penderita klinis 44 dan yang positif malaria 26 penderita
(prevalence rate 2 per 10.000 penduduk), tahun 2009 di laporkan
jumlah penderita klinis 48 dan yang positif malaria 26 penderita
(prevelence rate 2 per 10.000 penduduk), tahun 2010 di laporkan
jumlah penderita klinis 374 dan yang positif malaria 61 penderita.
e) Penyakit Kusta Tahun 2007, jumlah penderita Kusta yang terdaftar sebanyak 52
orang atau 3 per 10.000 penduduk dan diobati sampai yang
sembuh 44 orang (persentase kesembuhan 84,61%). Sementara
untuk tahun 2008, jumlah penderita Kusta yang terdaftar sebanyak
41 orang atau 3 per 10.000 penduduk dan yang diobati sampai
sembuh 39 orang (persentase kesembuhan 95,12%), untuk tahun
2009 jumlah penderita yang terdaftar sebanyak 27 orang atau
prevalence rate 2 per 10.000 penduduk dan yang diobati sampai
sembuh 27 orang (tingkat kesembuhan 100%) dan tahun 2010
jumlah penderita yang terdaftar sebanyak 31 orang atau
prevalence rate 2 per 10.000 penduduk dan yang diobati sampai
sembuh 29 orang (tingkat kesembuhan 93,55%).
f) Penyakit Filariasis
Salah satu upaya pemberantasan penyakit Filariasis (kaki gajah)
adalah penemuan penderita secara dini. Tahun 2008 – 2010 tidak
ditemukan penderita Filariasis di Kabupaten Barru
g) Penyakit Tidak Menular Sementara itu untuk kasus-kasus penyakit tidak menular,
cenderung diakibatkan karena semakin meningkatnya arus
globalisasi di segala bidang yang telah banyak membawa
perubahan pada periiaku dan gaya hidup masyarakat termasuk
dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebut
tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinva transisi
epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit
tidak menular. Pada tahun 2008 jumlah penderita Hipertensi 2,130
per 100.000 penduduk, Diabetes Militus 482 per 100.000
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 17 -
penduduk, sedangkan tahun 2009 jumlah penderita Hipertensi
1,276 per 100.000 penduduk, Diabetes Militus 269 per 100.000
penduduk, Kecelakaan lalu lintas jalan 520 per 100.000 penduduk,
Asma 358 per 100.000 penduduk dan Struma 34 per 100.000
penduduk. Untuk saat ini penyakit tidak menular yang tergolong
dalam penyebab kematian yang tinggi adalah:
Jantung & Pembuluh Darah
Diabetes Militus
Akibat Kecelakaan
d. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan
permasalahan kesehatan secara umum. Karena disamping merupakan
faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara
langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam
kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh
status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
Berdasarkan data hasil penimbangan balita pada tahun 2009
jumlah gizi buruk dengan indikator Berat Badan menurut umur
sebanyak 59 balita atau 0,85%, angka ini masih rendah dari target
nasional sebesar 3%. Tertinggi di Puskesmas Mangkoso 1,75% dan
terendah di puskesmas Madello 0,12%. Adapun situasi status gizi
balita di Kabupaten Barru pada tahun 2009 sebagai berikut : BGM
sebesar 9,62%, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium sebesar
5,93%.
Pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat tersebut
dipengaruhi dengan pencapaian cakupan program dan kegiatan
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
Kabupaten Barru hingga tahun 2010, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 (76,79%)
b. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang
memiliki Kompetensi Kebidanan (82,22%)
c. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100%)
d. Ibu hamil mendapat tablet Fe (84,44%)
e. Kunjungan Neonatus (69,75%)
f. Kunjungan Bayi (93%)
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 18 -
g. Cakupan Bumil risti/komplikasi ditangani (100%)
h. Cakupan Bumil risti dirujuk dan ditangani (88,46%)
i. Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) –79,63%
j. Cakupan MP-ASI bayi BGM – 51,48%
k. Cakupan balita Gizi buruk mendapat perawatan – 100,00%
l. Cakupan murid SD/MI mendapat perawatan (UKGS) (67,87%)
m. Cakupan peserta KB aktif – 54,68%
n. Cakupan penduduk miskin dicakup JPKM – 91,53%
Sementara itu berdasarkan data profil Kesehatan Dinas Kesehatan dan
laporan dari penanggung jawab teknis program di Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru Tahun 2010, didapatkan data tambahan yaitu :
Berdasarkan laporan rutin Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru, cakupan pemberian makanan pendamping (MP) ASI pada anak
usia 6-24 bulan adalah (51%), tertinggi di Kecamatan Tanet Rilau (94%)
dan terendah di Kecamatan Soppeng Riaja (20%).
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan terdapat 11 kasus
Berdasarkan data Subdin Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Barru
tahun 2009, jumlah bayi yang ditimbang 94% dan bayi BBLR 2,65%
Berdasarkan data Subdin Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Barru
tahun 2009, jumlah bayi yang ditimbang dengan BGM 9,62% dan 0,85%
Gizi Buruk
Berdasarkan data Subdin P2PL Dinas Kesehatan kabupaten
Barru, Cakupan imunisasi bayi tahun 2010 di Kabupaten Barru dari ke 5
jenis imunisasi yakni BCG 96,44%, Campak 94,20%, Polio95,24%, DPT
3 kali 91,90%, dan Hepatitis B 98,49%
o Untuk kasus-kasus penyakit menular, menurut data Subdin P2PL Dinas
Kesehatan kabupaten Barru tahun 2009 tercatat bahwa ada 3
kecamatan mempunyai masalah Filariasis yakni ditemukannya suspek
filariasis pada Kecamatan Pujananting (2 kasus), Kecamatan Tanete
Riaja (3 kasus) dan pada tahun 2010 tidak terdapat kasus filariasis
o Berdasarkan data Subdin P2PL Dinas Kesehatan kabupaten Barru tahun
2010, diperoleh data tambahan tentang kasus-kasu penyakit menular
antara lain : penyakit DBD menunjukkan kasus DBD tertinggi di
Kecamatan Barru 274 penderita dan Kecamatan Tanete Riaja 171
penderita dan untuk penyakit Malaria positif kasusnya di Kabupaten
Barru 54,17%, kasus TB Paru klinis tertinggi di kecamatan Tanete Riaja
(207 penderita) , untuk Pneumonia tertinggi di Kecamatan Barru (150
penderita), jumlah penderita dan kematian pada kecamatan dan
desa/kelurahan yang terserang KLB adalah 20 jumlah penderita dan
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 19 -
5 orang diantaranya meninggal dunia.
o Berdasarkan data Subdin Yankes POM Dinas Kesehatan kabupaten
Barru, cakupan pelayanan kesehatan dasar untuk puskesmas dan rumah
sakit dapat dilihat dan cakupan rawat inap sebesar 9%. Sedangkan
cakupan r a wat jalan sebesar 71,24%
o Berdasarkan data Subdin Promkes Dinas Kesehatan kabupaten Barru
Untuk rawap inap masyarakat miskin di puskesmas 0,76% dengan
kecamatan terendah adalah kecamatan pujananting 0,0%.
o Cakupan pelayanan Kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin pada
tahun 2010 sebesar 83,93%.
BAB III
ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Permasalahan
Perkembangan hasil – hasil pembangunan kesehatan dapat dilihat
dari status kesehatan masyarakat yang diukur pada indikator – indikator
kesehatan yaitu mortalitas (kematian) antara lain kematian ibu melahirkan,
bayi dan balita, morbiditas (kesakitan) misalnya prevalensi penyakit
menular, dan status gizi. Kondisi tersebut masih terjadi sebagai
permasalahan kesehatan di Kabupaten Barru.
Permasalahan pembangunan kesehatan merupakan kesenjangan
antara kinerja yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara
apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat ini. Potensi
permasalahan pembangunan kesehatan umumnya timbul dari kekuatan
yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi,
peluang yang tidak dimanfaatkan dan ancaman yang tidak diantisipasi.
Pada aspek kekuatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Barru memiliki
beberapa potensi kekuatan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang
memadai jumlahnya dan tersebar pada berbagai sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, polindes dan
poskesdes. Selain dari aspek jumlah, tingkat pendidikan tenaga kesehatan
relatif cukup tinggi yang sebagian besar minimal berpendidikan Diploma III
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 20 -
Kesehata, bahkan beberapa tenaga kesehatan sudah ada memiliki predikat
Magister yang bekerja di Puskesmas. Sedangkan dari aspek sarana
prasarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas sudah terdapat pada
setiap kecamatan dan puskesmas pembantu serta poskesdes merata
hampir di seluruh Desa/Kelurahan di Kabupaten Barru.
Sedangkan kelemahan lebih banyak dirasakan pada sisi manajemen
kesehatan khususnya pada kemampuan perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring evaluasi program yang belum dilakukan secara profesional. Hal
lainnya adalah manajemen SDM yang belum baik dengan parameter belum
meratanya pendistribusian tenaga kesehatan pada sarana kesehatan,
dimana ada sarana kesehatan seperti puskesmas yang memiliki tenaga
yang berlebihan tetapi puskesmas lainnya kekurangan tenaga. Parameter
lainnya yang terkait manajemen SDM yang belum baik adalah juga
penempatan tenaga pada bidang pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan keahliannya, serta system pembinaan
kepegawaian yang dalam impelementasi regulasi kepegawaian khususnya
di bidang kesehatan belum dijalankan secara menyeluruh. Contoh yang
paling konkrit adalah sebagian pegawai menempuh jalur fungsional untuk
kenaikan pangkatnya, namun di sisi lain sebagian lainnya belum
mendapatkan kesempatan untuk hal tersebut, sehinga terjadi kesenjangan
antar tenaga satu dengan lainnya dan hal ini dapat berpengaruh kepada
kinerja pelayanan kesehatan. Demikian pula pada jabatan struktural pada
eselon IV yang tidak memiliki penanggung jawab atau pejabat eselon,
sehingga kinerja pada bagian tersebut tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Selain itu, koordinasi dan kerja sama yang masih lemah antar
semua bagian yang dibuktikan dengan sangat minimnya pertemuan –
pertemuan koordinasi untuk membahas dan mengevaluasi tujuan dan
capaian organisasi.
Selain sisi kekuatan dan kelemahan, Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru memiliki peluang yang cukup besar untuk mencapai kinerja sesuai
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 21 -
target yang diharapkan karena adanya regulasi dan kebijakan yang
memotivasi petugas kesehatan untuk meningkatkan kinerjanya. Regulasi
dan kebijakan tersebut antara lain otonomi daerah dan perimbangan
keuangan pusat dan daerah, system perencanaan dan penganggaran
program/Kegiatan di Kabupaten Barru, Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang kesehatan dari Kemenkes RI, Komitmen dunia termasuk Republik
Indonesia terhadap pencapaian 8 (delapan) tujuan dalam Millenium
Development Goal’s (MDGs).
Otonomi daerah memberikan peluang bagi pelaku – pelaku
pembangunan termasuk petugas kesehatan untuk berkreasi memunculkan
dan mengembangkan potensi – potensi lokal daerah sehingga daerah
memiliki daya saing yang kuat dengan daerah lainnya. System
perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan akan menciptakan
kondisi manajemen yang baik sehingga petugas kesehatan akan
mengimplementasikan sistem tersebut sebagaimana mestinya. Standar
pelayanan minimal merupakan bagian dari system kepemerintahan yang
baik menjadi peluang yang baik untuk implementasi program yang
menghasilkan kinerja yang baik pula. Sedangkan MDG’s merupakan
peluang yang baik untuk menunjukkan kepada dunia international tentang
kemauan dan komitmen kita terhadap pencapaian tujuan – tujuan mulia
tersebut.
Peluang lain yaitu tersedianya alokasi anggaran yang cukup untuk
pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif seperti program Jamkesmas,
program Kesehatan Gratis yang diluncurkan Gubernur Sulawesi Selatan
dan yang terakhir program Jaminan Persalinan (Jampersal) sangat
membuka peluang besar agar masyarakat menggunakan sarana pelayanan
kesehatan semaksimal mungkin tanpa perlu mempertimbangkan biaya lagi.
Pada aspek ancaman yang dirasakan adalah arus globalisasi yang
ditandai dengan semakin majunya teknologi termasuk teknologi kesehatan
dan semakin kuatnya arus informasi yang apabila tidak disikapi dengan
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 22 -
penyiapan sumber daya manusia untuk mengimpelemetasikannya, maka
akan berakibat kepada tidak efesien dan tidak efektifnya impelementasi
pembangunan kesehatan menurut ukuran – ukuran globalisasi tersebut,
dan hal ini berarti kita terbelakang. Oleh karena itu strategi pengembangan
sumber daya manusia dan penguatan system informasi kesehatan perlu
dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan yang tidak
diharapkan.
Ancaman lain adalah kemajuan sarana transportasi yang menjadi
salah satu faktor yang mempercepat penularan penyakit antar wilayah
bahkan mempercepat perubahan negative prilaku masyarakat akibat
terkontaminasi budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya asli
masyarakat Barru, seperti ibu yang tidak lagi memberikan ASI pada
anaknya karena gencarnya promosi susu formula dan distribusi produk
yang lancar karena sarana transportasi yang sudah modern sehingga
sangat mudah dijangkau masyarakat luas. Begitupun dengan produk rokok,
yang sangat nyata merugikan kesehatan dan menjadi salah satu tantangan
dalam program PHBS. Contoh nyata penyakit yang mudah tertular akibat
kelancaran sarana transportasi adalah flu burung dan penyakit infeksi
pernafasan lainnya.
Letak Kabupaten Barru yang menjadi perlintasan jalur trans Sulawesi
dan kini ditambah dengan adanya pelabuhan laut juga menjadi ancaman
yang cukup serius bagi bidang kesehatan ke depan terutama dalam
penanganan penyakit-penyakit akibat menular seksual.
Berdasarkan analisis swot yang dilakukan diatas dapat disimpulkan
berbagai permasalahan kesehatan yang perlu menjadi perhatian bersama
para stakeholder kesehatan, yaitu :
- Masih lemahnya manajemen kesehatan khususnya pada kemampuan
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program yang
belum dilakukan secara professional.
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 23 -
- Belum meratanya pendistribusian tenaga kesehatan baik dilihat dari
jenis/rumpun tenaga serta kualitas tenaga pada umumnya masih perlu
di tingkatkan kemampuannya.
- Masih belum terkelolanya system data dan informasi kesehatan
dengan perangkat teknologiI informasi (IT).
- Masih meningkatnya angka kesakitan penyakit menular seperti DBD
dan Malaria serta masih banyaknya penyakit-penyakit lama yang
belum tereleminasi sepertti TBC dan kusta.
- Pelayanan KIA dan Gizi yang berkualitas dan sesuai target-target
yang ditetapkan belum tercapai dengan maksimal.
- Kemitraan masyarakat dan pemberdayaan belum optimal menuju
kabupaten sehat.
3.2 Isu Strategis
Secara umum permasalahan kesehatan yang dihadapi saat ini terkait
dengan capaian – capaian kinerja pembangunan kesehatan cakupan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat dan terwujudnya
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, efektifitas pelayanan
perawatan dan pengobatan penyakit, status gizi masyarakat, angka
kematian bayi, balita dan ibu hamil/melahirkan, kebutuhan
sarana/prasarana kesehatan, tehnologi, obat – obatan, dokter dan
paramedis, kemampuan tangkal atas penyakit menular dan penyakit
tertentu seperti HIV/AIDS, Flu Burung serta potensi penyakit atau gangguan
kesehatan akibat pemanasan global.
Seiring dengan hal tersebut di atas, masalah kesehatan yang
dihadapi saat ini juga semakin kompleks. Bahkan beban ganda (double
burdon) masalah kesehatan menjadi satu issu tersendiri dimana selain kita
menghadapi penyakit menular kita juga dihadapkan penyakit tidak menular
(degenerative) yang cenderung meningkat jumlah kasusnya. Demikian juga
gizi buruk dihadapi bersamaan dengan masalah gizi lebih (obesitas) dan
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 24 -
munculnya kembali penyakit – penyakit lama dan kejadian – penyakit
penyakit baru.
Berkaitan dengan isu – isu strategis tersebut, maka pembangunan
kesehatan selama lima tahun ke depan diperhadapkan pada tantangan
berupa upaya – upaya dalam rangka penyadaran akan pentingnya PHBS
masyarakat dan upaya menciptakan lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan melalui penyelenggaraan penyehatan lingkungan, perbaikan dan
peningkatan status gizi. Di samping itu juga diperlukan upaya – upaya untuk
meningkatkan efektifitas perawatan dan pengobatan penyakit dengan
dukungan sarana dan prasarana kesehatan, tehnologi kesehatan, obat –
obatan, dokter dan paramedis yang memadai dan berkualitas. Demikian
pula dengan angka kematian bayi, balita dan ibu melahirkan, kejadian -
kejadian penyakit menular dan penyakit tertentu seperti HIV/AIDS, Flu
Burung serta penyakit atau masalah kesehatan lainnya akibat globalisasi.
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 VISI DAN MISI
1. Visi
“ Terwujudnya Pembangunan Kesehatan Yang Profesional, Inovatif, dan
Lebih Maju Bernafaskan Keagamaan Untuk Mewujudkan Masyarakat
Sehat Tahun 2015 ”.
Penjelasan Visi :
- Profesional berarti pelaksanaan pembangunan kesehatan mengacu
kepada standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan dan
regulasi atau peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan.
- Inovatif berarti dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan juga
dapat melakukan perubahan – perubahan sesuai masalah dan
tantangan yang dihadapi pada saat pelaksanaan program dan
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 25 -
mengembangkan inovasi – inovasi dalam rangka mencapai efesiensi
dan efektivitas pelayanan kesehatan.
- Lebih maju artinya proses pelaksanaan dan hasil - hasil
pembangunan kesehatan yang dicapai lebih baik dari tahun ke tahun
yang berdampak pada peningkatan kualitas SDM sebagai hasil dari
pembangunan kesehatan yang merupakan suatu investasi.
- Masyarakat sehat artinya terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat
yang optimal, baik fisik, mental, spiritual, yang memungkinkan
produktif secara social maupun ekonomi untuk mewujudkan
masyarakat sejahtera. Indikator kesehatan masyarakat tersebut
biasanya diukur dengan melihat status gizi, menurunnya kasus –
kasus penyakit dan kematian ibu, bayi dan balita dan kemandirian
masyarakat dalam menolong dirinya sendiri utamanya pada aspek
promotif dan preventif.
- Bernafaskan keagamaan artinya bahwa setiap implementasi program
dan kegiatan pelayanan kesehatan selalu berada pada koridor aturan
dan norma – norma agama.
2. MISI
Untuk mendukung terwujudnya visi Dinas Kesehatan Kabupaten Barru,
maka ditetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat termasuk
swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi Kesehatan Masyarakat melalui upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan bidang kesehatan yang baik
(good governance of health sector).
4.2 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 26 -
Tujuan dan sasaran bidang kesehatan yang akan dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatnya pemberdayaan dan peran serta masyarakat termasuk
swasta dalam mencegah penyakit dan memelihara kesehatan.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan ini adalah :
a. Meningkatkan upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat.
b. Meningkatnya PHBS masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan
c. Meningkatkan kerjasama lintas sector, lintas bidang dan lintas program
2. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyarkat.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan ini adalah :
a. Meningkatnya efektifitas pelayanan perawatan dan pengobatan penyakit
b. Meningkatnya status gizi masyarakat
c. Menurunnya angka kematian bayi, balita dan Ibu hamil/melahirkan
d. Terpenuhinya kebutuhan sarana/prasarana kesehatan, tehnologi kesehatan
dan tenaga kesehatan sesuai bidangnya.
e. Meningkatnya kemampuan tangkal atas penyakit menular dan penyakit
tertentu seperti HIV/AIDS, Flu Burung serta potensi penyakit/gangguan
kesehatan akibat pemanasan global.
3. Terwujudnya aparatur tenaga kesehatan yang profesional dan merata
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan ini adalah :
a. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan kepada
masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan manajerial dan kemampuan teknis aparatur.
c. Terwujudnya pemerataan tenaga kesehatan yang professional.
4. Terwujudnya manajemen dan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efesien serta memuaskan masyarakat
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan ini adalah :
a. Tercapainya efektifitas dan efesiensi pengelolaan program/kegiatan yang
transparan, akuntabel dan partisipatif.
b. Terciptanya pelayanan publik yang prima.
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 27 -
4.3 STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana
strategis pembangunan kesehatan maka strategi dan kebijakan ditetapkan untuk
mendukung tercapainya tujuan dan sasaran tersebut. Adapun strategi
pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan, melalui peningkatan
mutu tenaga kesehatan serta perbaikan tata kelola pembangunan kesehatan
dengan mengembangkan layanan kesehatan yang didukung oleh fasilitas
kesehatan yang memadai dengan mengoptimalkan berbagai sumber
pembiayaan”.
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
kesehatan berdasarkan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah
bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan efektifitas pelayanan perawatan dan pengobatan penyakit pada
semua sarana pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan status gizi masyarakat.
c. Menurunkan angka kematian bayi, balita dan ibu hamil/melahirkan.
d. Meningkatkan keterpenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan,
tehnologi, obat – obatan, dokter dan paramedic.
e. Meningkatkan kemampuan daya tangkal atas penyakit menular.
2. Meningkatkan pemenuhan hak – hak dasar masyarakat miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial lainnya melalui penajaman dan fasilitasi program
yang terintegrasi lintas sektor pada semua tingkatan pemerintahan dengan
dukungan kelembagaan, regulasi, data yang “up to date” dan mudah diakses
dengan sumber pembiayaan yang memadai dan “pro poor”.
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
kesehatan yang terkait dengan strategi tersebut adalah menurunkan jumlah
penduduk miskin, kedalaman kemiskinan dan kerentanan untuk miskin bagi
kelompok yang berpotensi miskin.
3. Meningkatkan pelestarian lingkungan hidup dan antisipasi penanganan bencana
melalui pengembangan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan serta mengutamakan pemeliharaan sumber daya alam, kesiagaan
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 28 -
penanganan bencana yang didukung oleh regulasi, sistem pengawasan, mitigasi
dan adaptasi serta pembiayaan.
Berdasarkan strategi tersebut maka kebijakan pembangunan kesehatan
berdasarkan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah adalah
menciptakan sistem penanganan bencana yang tanggap, efektif dan efesien.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan umum melalui penerapan tata kelola
pemerintahan yang transparan, akuntabel dan partisipatif dengan
mengembangkan system pelayanan yang terintegrasi, mudah dan murah,
regulasi pelayanan yang berorientasi pelanggan dan aparat yang profesional
dengan pembiayaan dari pihak terkait.
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
kesehatan berdasarkan kebijakan pembangunan jangka menengah daerah
yaitu :
a. Meningkatkan pencapaian efektifitas dan efesiensi pengelolaan program/
kegiatan yang transparan, akuntabel dan partisipatif.
b. Meningkatkan pencapaian pelayanan publik yang prima
c. Meningkatkan kemampuan manajerial dan teknis aparatur.
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran
dan Pendanaan Indikatif pada Dinas Kesehatan Kabupaten Barru seperti pada
tabel 5.1 pada lampiran Dokumen Rencana Strategis ini.
BAB VI
INDIKATOR KINERJA DINAS KESEHATAN
Indikator kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Barru dapat di lihat pada
tabel 5.1 pada lampiran Dokumen Rencana Strategis ini.
Renstra Dinkes Barru 2010-2015 - 29 -
BAB VII
PENUTUP
Demikianlah formulasi dokumen rencana strategis dinas kesehatan
Kabupaten Barru Tahun 2010-2015. Dalam Dokumen ini memberikan gambaran
bahwa semua stakeholders kesehatan di harapkan bahu-membahu dalam
mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Barru, yaitu Terwujudnya Pembangunan
Kesehatan Yang Profesional, Inovatif, dan Lebih Maju Bernafaskan Keagamaan
Untuk Mewujudkan Masyarakat Sehat Tahun 2015. Untuk mencapai impian visi
tersebut, maka perlunya implementasi dan penjabaran Misi Dinas Kesehatan,
yaitu :
5. Meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat termasuk swasta
dan masyarakat madani.
6. Melindungi Kesehatan Masyarakat melalui upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
7. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
8. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan bidang kesehatan yang baik (good
governance of health sector).
Kesemua rencana itu semoga terlaksana dengan baik, pada akhirnya
Pembangunan Sub Sektor Kesehatan berkontribusi dengan maksimal dalam
mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Barru.
**** renstr@2010_b@rru ****
Top Related