1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)
Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan
Ampel, kawasan ini menjadi penting sebagai kawasan religi atau tempat
ibadah, pusat pendidikan keIslaman, serta sarana pemukiman dan pariwisata
religius.
Keberadaan Masjid Sunan Ampel dan makam beberapa Wali sebagai
pusat penyebaran agama Islam menjadikan kawasan Ampel ditetapkan
pemerintah sebagai pusat wisata religi di Surabaya. Pada saat ramai peziarah
dan saat Ramadhan kawasan ini menjadi sangat padat oleh pendatang dari
berbagai daerah. Pada bulan Ramadhan, jumlah pengunjung bahkan bisa
meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan dengan hari biasa. Selain
wisatawan lokal, banyak juga wisatawan mancanegara yang berasal dari
China, Belanda, Malaysia, Saudi Arabia, Jepang, Brunei Darussalam, dan
Korea. Wisatawan tersebut ada yang datang khusus untuk beribadah dan
berziarah, ada juga yang ingin melihat bentuk dan arsitektur bangunan masjid
Ampel yang dibangun sejak 1421. Wisata Religi Ampel memiliki bentuk
bangunan yang khas dan sebagian besar bangunannya bernuansa Timur
Tengah.
2
Beberapa pendapat masyarakat dan pemerintah Kota Surabaya tentang
kawasan Ampel :
Ruang jalan dapat dimaknai sebagai ruang-ruang dalam kota yang
dibatasi oleh dinding bangunan bangunan dalam kota, tembok bangunan kota,
atau juga bentang alam. Jalan-jalan di kota besar dunia, termasuk di Indonesia
lebih banyak didominasi oleh fungsinya sebagai jalur pergerakan. Kendaraan
bermotor mendominasi hampir setiap jengkal ruang jalan bahkan hingga ke
jalur pejalan kaki. Di Indonesia jarang ditemukan jalur pejalan kaki yang
nyaman, aman, dan aksesibel bagi semua pengguna jalan. Selain itu, fungsi
ruang jalan sebagai area komersial juga cukup dominan. Seringkali penataan
yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, fungsi
“Salah satu fakta di Kawasan Ampel yang merupakan salah satu obyek wisata unggulan di
Surabaya, yaitu PKL yang tidak tertata dan teratur di wilayah ini. Hal ini merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi dalam upaya merevitalisasi Kawasan Masjid Ampel” (Bappeko,
2005).
“Setiap malam Jumat, apalagi malam Jumat Legi, jumlah bus yang diparkir mencapai tiga kali
lipat. Pengendara sepeda motor pun tak sedikit yang parkir di gang-gang perkampungan.
Akibatnya warga tidak dapat memarkir kendaraannya sendiri,” ucap Agus Sodhikin, warga Gang
Ampel Rachmad.
“Pernah suatu ketika ada penduduk meninggal dunia, jenazahnya tidak bisa diusung keluar gang
karena disesaki PKL,” ucap Gus Azim.
“Jalan Nyamplungan sendiri sudah diperlebar dan dibangun jalur pedestrian, namun usaha Pemkot
tersebut belum berjalan optimal, jalur pedestrian yang seharusnya diperuntukkan untuk pejalan
kaki malah berubah fungsinya menjadi kawasan tempat berjualan para PKL.”
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7947-3602100022-bab1.pdf)
http://jawatimuran.wordpress.com/2012/03/27/revitalisasi-ampel/
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7947-3602100022-bab1.pdf)
“Sebelumnya ada upaya penataan yang dilakukan oleh pemerintah kota (Pemkot) dengan
menyediakan lahan untuk berjualan di area parkir bus di Jalan Pegirian. Nyatanya, hal itu tidak
secara signifikan membuat PKL di Kawasan Ampel menjadi tertata dan teratur. PKL tersebut
kembali menempati pinggir-pinggir jalan di kawasan Ampel. Sehingga kesemrawutan dan
kekumuhan tetap terlihat di kawasan ini.”
(Jawa Pos, 2005).
“ Lahan parkir yang sedianya bertujuan untuk memusatkan aktivitas berjualan PKL tersebut, tidak
digunakan secara optimal. Hal tersebut dikarenakan tempat pemberhentian bus dan parkir itu tak
jelas konsepnya.”
3
ruang jalan sebagai ruang publik menjadi terganggu akibat adanya
penyalahgunaan fungsi ruang jalan tersebut.
Begitu pula yang terjadi di ruang jalan utama di Kawasan Ampel yaitu
jalan Nyamplungan dan jalan Pegirian. Sebagai jalur utama menuju kawasan
wisata religi, jalan Nyamplungan dan Pegirian dipadati kendaraan yang
melintas maupun kendaraan yang parkir.
Jalan Nyamplungan dan jalan Pegirian sendiri termasuk Jalan kolektor.
Yang merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
(http:/www.wikipedia.com/klasifikasi jalan di Indonesia).
Jalan kolektor
Gambar 1. Peta Satelit Kawasan Ampel Surabaya
sumber : Google Earth, 2012 (diakses 27 Agustus 2012)
4
1.1.2 Potensi Kawasan Ampel
Masjid dan makam Sunan Ampel merupakan pusat perkembangan
kawasan Ampel secara keseluruhan. Pemukiman kampung Arab di sekitar
masjid memiliki ciri khas arsitektur Timur Tengah yang unik. Layer terluar
kawasan yang sekarang telah didominasi pertokoan juga menjadi daya tarik
tersendiri karena menjual barang dagangan khas Timur Tengah yang tidak
ditemukan di daerah lain di Surabaya.
Gambar 2. Potensi Kawasan Ampel Surabaya
sumber : survei, 2012
5
Gambar 3. Kondisi Eksisting Jl. Nyamplungan dan Jl. Pegirian
sumber : survei, 2012
Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir
didominasi oleh fungsi pemukiman. Masjid
ampel ditengah-tengah kawasan sebagai pusat
perkembangan kawasan. Lapisan kedua
adalah kawasan permukiman. Lapisan
ketiga/yang terluar sepanjang jl. KH Mas
Mansur, Nyamplungan, dan Sukodono adalah
jasa perniagaan. Kelompok ruang jasa
perniagaan yang erat kaitannya dengan
kegiatan keagamaan sepanjang jalan Sasak,
dan sepanjang koridor Ampel Suci.
Gambar 4. Peta tata guna lahan kelurahan Ampel
sumber : RTRW Kota Surabaya 2013
6
1.1.3 Perumusan Masalah Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan –
Jalan Pegirian)
Penggerak kegiatan utama di kawasan Ampel ini merupakan Masjid
Agung Ampel dimana banyak didatangi pengunjung yang ingin berziarah.
Kegiatan ini cukup berpotensi membangkitkan bangkitan lalu lintas kendaraan
pribadi, volume pedestrian dan pedagang kaki lima berbaur menjadi satu,
reklame toko yang saling bersaing, menimbulkan arus sirkulasi yang padat
antar pengguna jalan yang melalui jalan utama Jalan Nyamplungan.
Fenomena kawasan yang terbentuk akibat aktivitas yang terjadi di
kawasan yaitu padatnya aktivitas pertokoan, PKL, parkir, dan pedestrian.
Gambar 5. Potongan koridor jalan sisi selatan
sumber : survei 2012
Gambar 6. Potongan koridor jalan sisi utara
sumber : survei 2012
7
Aktivitas kawasan yang terjadi adalah ramainya pertokoan yang menjual
barang-barang khas Timur Tengah yang sulit ditemukan di tempat lain.
Ramainya pengunjung pertokoan tersebut sering menyebabkan kepadatan di
ruang pedestrian dan ruang jalan. Aktivitas PKL juga banyak yang
menggunakan ruang jalur pedestrian dan bahu jalan, baik untuk berjualan
maupun menyimpan dagangannya. Parkir dan loading dock kendaraan juga
banyak yang menggunakan jalur pedestrian dan sebagian badan jalan.
Aktivitas PKL, parkir, dan loading dock di jalur pedestrian tersebut dapat
menyebabkan terjadinya konflik di koridor ruang jalan Nyamplungan.
Berdasarkan latar belakang, lokasi, dan fungsi kawasan Ampel
Surabaya sebagai kawasan wisata religi dan pusat perkonomian di Surabaya,
maka adanya konflik sirkulasi dan aktivitas dalam pemanfaatan ruang jalan
oleh pengguna jalan dapat menyebabkan ketidakteraturan kondisi ruang jalan.
Dari fenomena tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola
pemanfaatan ruang jalan yang seimbang, yang mendukung terciptanya ruang
yang livable yaitu ruang jalan yang hidup dan mampu bertahan memberikan
kenyamanan bagi aktivitas pengguna dan berlangsung secara terus menerus,
serta membuat kawasan wisata religi ini menjadi kawasan wisata yang
menarik khususnya bagi pejalan kaki.
8
1.1.4 Skematis Pola Pikir Penelitian
JALUR PEDESTRIAN
Sebagai tempat PKL
Parkir kendaraan
Loading dock
SIRKULASI
pedestrian terganggu adanya PKL dan parkir kendaraan
Kendaraan lewat terhambat keluar masuk kendaraan parkir dan loading dock
PENGGUNA JALAN
Pejalan kaki : intensitas setiap waktu berbeda, konsentrasi pejalan kaki hanya di beberapa area jalan saja
Kendaraan : parkir off street dan parkir on street
PROBLEM
konflik aktivitas pengguna jalan,
masalah sirkulasi & aktivitas di jalan
Perkembangan aktifitas di ruang jalan
RUMUSAN MASALAH
Aktifitas pejalan kaki, kendaraan serta
PKL yang menjadi satu di ruang jalan
menyebabkan konflik aktifitas dan
sirkulasi di ruang jalan tersebut
Gambar 7. Skematis Pola Pikir Penelitian
Sumber : analisis, 2012
9
1.1.5 Permasalahan Utama di Kawasan Ampel (koridor jalan Nyamplungan -
jalan Pegirian)
Gambar 8. Perumusan Masalah Penelitian
Sumber : analisis, 2012
Tidak nyaman berjalan di
pedestrian way
Tidak ada teduhan di pedestrian
way
Kawasan wisata religi Ampel Surabaya merupakan salah satu generator ekonomi di Surabaya, adanya masjid Agung Ampel yang terus didatangi pengunjung juga
berpotensi menjadi titik munculnya
kawasan komersial.
Kawasan Wisata Religi Ampel
Surabaya
Berada dalam lingkungan kota Tua Surabaya yang memiliki posisi penting dalam sejarah
perkembangan Kota Surabaya
Infrastuktur baik Fasilitas tersedia Akses transportasi kota
Pengguna jalan Pedagang kaki lima
aktivitas
Kurangnya fasilitas
pejalan kaki
Rencana pemerintah akan dipindahkan
diatas box culvert Jl. Nyamplungan
Tidak teratur
Loading
dock parkir
Fasilitas yang ada tidak
terawat
Diisi oleh pedagang
kaki lima
tersebar
Di jalur
pedestrian
Dekat dengan
area parkir
kendaraan
Berhenti / Parkir di trotoar /
pedestrian way
(offstreet)
kendaraan
Volume kendaraan
meningkat
Di jalur
kendaraan
macet
Berjalan di jalur
kendaraan
Sirkulasi
Parkir on
street dan off street
10
1.2 Tujuan Penelitian
Adanya aktivitas pejalan kaki dan kendaraan yang menjadi satu, serta
pedagang kaki lima yang menggunakan ruang jalan di kawasan Ampel
Surabaya, dapat menimbulkan konflik aktivitas dan sirkulasi di ruang jalan
Nyamplungan. Penelitian ini bertujuan, untuk :
1. Mengetahui konflik apa saja dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya konflik di ruang jalan Kawasan Ampel Surabaya (koridor jalan
Nyamplungan dan jalan Pegirian).
2. Mendapatkan arahan pemanfaatan ruang jalan yang livable dan dapat
menampung kebutuhan pengguna jalan Nyamplungan dan jalan Pegirian
yang sesuai dengan kebutuhannya sebagai jalan utama menuju kawasan
wisata religi Ampel Surabaya.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Konflik apa saja yang terjadi dan faktor apa yang mempengaruhi
terjadinya konflik pemanfaatan ruang jalan di Kawasan Ampel Surabaya
(koridor jalan Nyamplungan dan jalan Pegirian)?
2. Bagaimana arahan pemanfaatan ruang jalan yang livable dan dapat
menampung kebutuhan pengguna jalan Nyamplungan dan jalan Pegirian
yang sesuai dengan fungsinya sebagai jalan utama menuju kawasan
wisata religi Ampel Surabaya?
11
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai wacana pengembangan ilmu di bidang Desain Kawasan Binaan
yang berhubungan dengan kawasan Ampel Surabaya dalam usaha
menghidupkan potensi-potensi kawasan dan diharapkan dapat menjadi
acuan penelitian yang berhubungan dengan pokok pembahasan
permasalahan.
2. Memberi masukan kepada pemerintah Kota Surabaya sebagai pedoman
untuk menentukan kebijakan terhadap permasalahan kawasan sehingga
dapat memberi pedoman dalam perencanaan dan perancangan kawasan
khususnya dalam pemanfaatan ruang jalan kawasan Ampel Surabaya.
1.5 Keaslian Penelitian
Sebelum penulis, sudah ada peneliti-peneliti lain yang melakukan
penelitian yang berhubungan dengan ruang jalan. Berikut ini adalah beberapa
penelitian yang dianggap memiliki kemiripan dan akan dibandingkan
perbedaannya dengan penelitian ini.
12
Tabel 1. Tabel Keaslian Penelitian
no Penelitian Judul Lokasi Temuan
1 Dwi Endah Kusumaningsih
(tesis S2 MDKB UGM,
2004)
Keragaman Street Environments Sebagai
Penentu Tingkat Livability Pada Ruang
Pedestrian
jalan Urip Sumoharjo,
Yogyakarta
Street environments yang mendukung
livabilitas ruang pedestrian
2 Fendy Faizal G
(tesis S2 MDKB UGM,
2012)
Pengaruh Setting Fisik Dan Aktivitas
Pedagang Kaki Lima (Pkl) Terhadap Linkage
Kawasan
Kawasan Perdagangan
Kota Gorontalo
Pengaruh adanya PKL terhadap linkage
kawasan
3 M. Lufika Tondi
(tesis S2 MDKB UGM,
2012)
Arahan Penataan Spasial Ruang Terbuka
Kambang Iwak Palembang Ditinjau Dari
Kriteria Daya Hidup (Livability)
Kawasan Kambang Iwak,
Palembang
Faktor penentu yang membentuk
livabilitas ruang terbuka.
4 Risnawati
(tesis S2 MDKB UGM,
2013)
Arahan Setting Bangunan Di Kawasan
Gejayan Akibat Perubahan Fungsi Rumah
Tinggal Ke Komersial.
Jalan Gejayan,
Yogyakarta
Perubahan fungsi bangunan yang terjadi
dan arahan setting bangunan rumah
menjadi bangunan komersial.
5 Vinca Yulintania
(tesis S2 MDKB UGM,
2013)
Penataan Ruang Jalan Di Kawasan Ampel
Dengan Konsep Livable Street
Kawasan Ampel,
Surabaya.
(studi kasus : koridor Jl.
Nyamplungan dan Jl.
Pegirian)
Konflik yang terjadi di ruang jalan dan
penataan ruang jalan yang livable.
Sumber : Daftar Thesis Program Pasca Sarjana Magister Disain Kawasan Binaan dan Perpustakaan
Jurusan Teknik Arsitektur UGM
Top Related