BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terbentuk karena
interaksi antar lempeng, yang diketahui lebih dari 3 lempeng tektonik. Interaksi
antar lempeng ini menghasilkan deretan busur gunung api sebagai manifestasi
magmatisme yang terjadi pada zona zona pertemuan lempeng.
Gunung api merupakan sebuah bentukan morfologi yang menandakan
adanya kegiatan magmatisme yang berada dibawahnya. Kerucut gunung api
terbentuk dari endapan material hasil letusan yang terakumulasi di sekitar lubang
kepundan, proses ini dikenal dengan proses volkanisme. Mekanisme keluarnya
material Gunungapi yang membentuk endapan sebagai bentukan kerucut
Gunungapi ini disebut Erupsi / letusan Gunungapi. Dalam proses erupsi ini,
material vulkanik akan di keluarkan melalui lubang kepundan yang akan hancur
membentuk suatu depresi/ cekungan melengkung yang dikenal dengan Krater/
kawah dan Kaldera. Secara deskriptif, kawah dan kaldera ini dapat di bedakan
dari dimensinya, kawah berdiameter dari puluhan meter hingga ratusan meter,
sedangkan kaldera mencapai puluhan kilometer, bahkan dibeberapa tempat
diameternya mencapai 50 kilometer (Schimncke,2003).
Kaldera adalah salah satu bentukan morfologi dalam gunung api yang
menunjukan adanya proses erupsi yang mengarah pada suatu fenomena
kataklastik yang telah terjadi pada suatu tubuh Gunugapi. Meskipun banyak
perbedaan pendapat mengenai mekanismenya, akan tetapi pada prinsipnya para
peneliti sepakat bahwa pembentukan kaldera selalu di dahului oleh erupsi
eksplosif yang sangat besar (Erupsi Paroksimal), yang dipengaruhi oleh
dimensi/volume Magma dalam dapur magma dan komposisinya, serta kondisi
struktur geologi yang hal ini tentu saja berkaitan erat dengan tatanan tektoniknya.
Busur Gunungapi Jawa dan Sumatra ditafsirkan oleh para ahli terbentuk
pada zona penunjaman / Subduksi. Kedua pulau tersebut merupakan hasil dari
interaksi lempeng Samudra India-Australia yang menunjam kebawah Paparan
Sunda bagian dari Lempeng Benua Eurasia. Pertemuan Lempeng ini pada selatan
Jawa hampir tegak lurus, berbeda dengan pertemuang lempeng yang berada di
Sumatra yang mempunyai sudut penunjaman miring dengen kecepatan 5 – 6 cm
per tahun (Bock,2000). Perbedaan ini tentu saja akan menghasilkan pola pola
tatanan tektonik yang berbeda yang berimbas pada magmatisme dan vulkanisme
yang berbeda pula, dimana hal hal ini berpengaruh terhadap bentukan Kaldera.
sehingga secara umum, pembentukan kaldera yang berada posisi dan interaksi
lempeng yang hampir sama, dapat menghasilkan bentukan kaldera yang berbeda,
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dan faktor faktor inilah menjadi hal
menarik untuk dipelajari.
Memahami aspek aspek Geologi Kaldera menjadi sangat penting
khususnya diindonesia. Kepulauan Indonesia kaya akan Gunung api aktif, dan
kejadian erupsi eksplosif yang sangat besar dan berbahaya tentu bisa kapan saja
terjadi, dan seperti yang telah diketahui bahwa pembentukan kaldera berkaitan
dengan suatu kejadian erupsi bersifat kataklastik yang berbahaya bagi kehidupan
manusia . Dengan mempelajari aspek aspek yang terkait dengan geologi kaldera
diharapkan mampu mengetahui bagaimana mekanisme pembentukan kaldera,
sehingga bencana kehilangan dan korban jiwa dapat di kurangi atau bahkan
dihindari. Selain itu hal penting lain terkait kaldera adalah mineralisasi
hidrotermal. Pembentukan kaldera seringkali diikuti oleh mineralisasi hidrotermal
di sepanjang zona rekahan (Siggurdsson, 2000). Sehingga pemahaman mengenai
kaldera juga bermanfaat dalam prospeksi mineral ekonomis dari Kaldera Purba.
I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penulisan Karya Referat ini memilki maskud untuk mengetahui dan
memahami proses proses yang terjadi sebelum, selama dan setelah masa
pembentukan Kaldera Gunungapi yang terjadi di pulau Jawa, Bali, dan Sumatra
serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Dengan tujuan agar dapat
mengidentifikasi dan menentukan bagaimanakah hubungan/keterkaitan antara
bentukan kaldera sebagai manifestasi proses vulkanisme dengan tatanan tektonik
dalam dimensi ruang dan waktu.
I.3. Batasan Masalah dan sistematika
I.4. Metode Penyusunan