7
BAB 2 : LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Payment Gateway
Payment Gateway Service adalah layanan 3rd party service yang
menghubungkan antara merchant dengan bank. Dengan tersedianya layanan tersebut
maka merchant dapat menyediakan layanan online payment pada website online
shopping-nya dengan cara menghubungkan website mereka pada payment gateway
service menggunakan service dari Application Program Interface (API). Payment
gateway service sangat dibutuhkan karena tingginya initial cost dan maintenance
cost untuk melakukan koneksi dengan bank, selain dari pada itu dibutuhkan juga
sebuah sistem yang dapat menghubungkan account bank dari customer dan merchant
(Gulati et al., 2007; Duric et al., 2007).
Gambar 2.1 Relasi pada internet payment system
Keunggulan adanya payment gateway service :
• Selalu uptime 24 x 7 x 365.
• Authorisation credit card secara real time.
• Memproses transaksi secara cepat dan efisien.
• Memungkinkan untuk melakukan berbagai jenis pembayaran.
• Informasi data transaksi diproses secara aman.
• Fleksibel dan memungkinkan untuk mengenerelasi report dari history transaksi.
• Pembayaran dengan menggunakan multi-currency.
• Mempermudah merchant untuk mengatasi masalah pembayaran, sehingga
merchant dapat berfokus pada website online-nya saja.
Payment gateway
Bank
Customer / Payment Web
Segment
Web Shop
Merchant
8
• Menggunakan certifying authority dengan secure server.
• Filterasi awal sebelum mengirim informasi pembayaran kepada pihak bank
(mempermudah sisi bank).
• Dengan sekuritas yang baik akan memberikan positif user experience untuk
merchant maupun consumer.
2.1.1 Payment Gateway Transaction Tahapan – tahapan yang terjadi ketika melakukan pembelian barang / servis secara
online (Gulati et al., 2007) .
1. Customer mengunjungi sebuah online website shop untuk membeli barang /
servis, setelah customer melakukan pemilihan barang / servis dan menekan
tombol “buy”. Data dari komputer tempat customer itu berada akan dikirim
kepada online website shop tersebut.
2. Server online website shop tersebut akan menerima data yang dikirim pada
langkah pertama dan menambahkan digital certificate untuk mengenali website
shop tersebut. Setelah ditambahkan dengan informasi IP customer dan informasi
transaksi pembelian, message tersebut biasa disebut dengan “Digital Order”.
Digital Order akan dikirim menuju payment gateway melalui secure network
(dimana data tersebut di enkripsi).
3. Berdasarkan digital certificate, payment gateway akan mengautentikasi website
shop.
4. Payment gateway akan memberikan jenis – jenis pembayaran online yang
tersedia untuk dipilih oleh customer.
5. Customer memilih jenis pembayaran yang ingin dilakukan.
6. Payment gateway akan mengirim detail pembayaran ke acquiring bank (dimana
jenis pembayaran dilakukan dengan menggunakan credit card).
7. Acquiring bank akan mengirim informasi kepada issuing bank dimana credit
card customer itu terdaftar.
8. Berdasarkan limit dari credit card maupun validasi informasi pembayaran yang
digunakan, issuing bank akan menerima atau menolak transaksi yang dikirim.
Informasi hasil tersebut akan dikirim kepada Payment Gateway melalui
acquiring bank.
9
9. Payment gateway akan mengirim bukti tanda pembayaran kepada merchant
maupun customer.
10. Website online mengirim barang / servis kepada customer.
Proses pada payment gateway terjadi setelah payment message dari website
merchant telah diterima dan sebelum memberikan response balik kepada website
merchant. Langkah - langkah yang dilakukan payment gateway service selama
proses tersebut berlangsung yaitu :
• Authorising, verifikasi credit card
• Clearing, mentransfer hasil transaksi ke account bank merchant
• Reporting, menyimpan data transaksi.
2.2 The Unified of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
Unified of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) adalah salah satu
model penerimaan teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Venkatesh, Morris dan
Davis (2003).
Variabel utama yang terdapat dalam model UTAUT adalah :
• Performance Expectancy : Tingkat ukuran dimana seseorang percaya pada saat
penggunaan teknologi akan membantunya menyelesaikan berbagai
permasalahan.
• Effort Expectancy : Tingkat ukuran dimana adanya kemudahan dalam
penggunaan sistem.
• Social Influence : Tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang-orang
yang penting baginya percaya sebaiknya dia menggunakan sistem yang baru.
• Facilitating Conditions : Tingkat dimana seorang individu terhadap ketersediaan
infrastruktur teknik dan organisasional (sumber daya) untuk mendukung
penggunaan sistem.
Variabel tambahan yang terdapat dalam model UTAUT adalah :
• Gender : Peranan umur memiliki pengaruh psikologis yang cukup besar pada
penggunaan sistem.
• Age : Umur memiliki efek pada tingkah laku individu.
10
• Experience : latihan perkenalan pada sistem dengan kemampuan yang
dibutuhkan.
• Voluntariness of Use : Penggunaan sistem dengan sendirinya atau tanpa perintah
lagi.
Keterkaitan antara masing-masing variabEL utama dan variable pendukung dalam
UTAUT adalah seperti berikut :
Gambar 2.2 Konstruk UTAUT
(Sumber : Venkatesh et al, 2003)
UTAUT merupakan penggabungan dari beberapa elemen yang terdapat dalam
8 model penerimaan teknologi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan
pandangan mengenai user. Delapan model yang dijadikan sebagai acuan dalam
model UTAUT adalah :
2.2.1 Theory Reasoned Action (TRA)
Teori ini merupakan teori yang didasari kepada asumsi bahwa manusia
berperilaku secara sadar mempertimbangkan implikasi tindakan yang dilakukan yang
dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975).
Performance Expectancy
Effort Expectancy
Social Influence
Facilitating Conditions
Behavioral Intention
Gender Age Experience Voluntariness Of Use
Use Behavior
11
Konstruksi-konstruksi yang digunakan menurut Tsung Lu, et al (2010), adalah :
• Behavioral intention adalah keinginan untuk berperilaku.
• Behavior adalah tindakan nyata yang dilakukan.
• Attitude adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan.
• Subjective norm adalah persepsi individu mengenai kepercayaan orang lain yang
akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
dipertimbangkan.
Gambar 2.3 Konstruk TRA
Sumber : Tsung Lu, et al(2010).
2.2.2 Theory Acceptance Model (TAM)
Teori ini merupakan pengembangan dari TRA yang dapat digunakan untuk
menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi
yang dikembangkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1989.
Teori ini menambahkan 2 kosntruksi terhadap model TRA, yaitu perceived
usefulness dan perceived ease of use.
• Perceived usefulness adalah kepercayaan individu dalam meningkatkan derajat
kinerja pekerjaannya melalui penggunaan teknologi dan sistem informasi baru.
• Perceived ease of use adalah bagaimana individu belajar untuk mengoperasikan
atau menggunakan teknologi dan sistem informasi baru.
Kosntruksi-kosntruksi tersebut akan mempengaruhi attitude terhadap behavior
yang akan membentuk behavioral intention.
Attitude
Behavioral Intention
Subjective Norm
Behavior
12
Gambar 2.4 Konstruk TAM
Sumber : Davis (1989).
2.2.3 Motivational Model (MM)
Dalam teori ini meneliti tentang motivasi apa yang mendorong seseorang untuk
menggunakan komputer di tempat kerja.
Menurut pakar motivasi, perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua macam
motivasi, yaitu extrinsic motivation dan intrinsic motivation.
• Extrinsic motivation adalah persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu
kegiatan karena dianggap sebagai alat pencapaian hasil tetapi berbeda dari
kegiatan tersebut (Winarko & Mahadewi, 2013).
• Intrinsic motivation adalah persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu
kegiatan karena tidak ada alasan yang kuat selain proses dalam kegiatan
tersebut.( Winarko & Mahadewi, 2013).
2.2.4 Theory of Planned Behavior (TPB)
TPB merupakan pengembangan dari TRA. TPB menjelaskan perilaku
konsumen yang kompleks yang menbutuhkan kontrol keperilakuan atau kemampuan
untuk berperilaku. TPB menjelaskan bahwa behavioral intention dipengaruhi oleh
attitude towards behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control.
Perceived behavioral control dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan
perkiraan seseorang mengenai sulit atau tidaknya untuk melakukan perilaku tertentu
(Ajzen, 1991).
Perceived
Easy of use
Perceived Usefulness
Attitude Behavioral Intention
Behavior
13
Subjective Norm
Perceived Behavioral
Control
Attitude Toward Act or Behavior
Behavioral Intention
Behavior
Gambar 2.5 Konstruk TPB
Sumber : Ajzen (1991)
2.2.5 Combined TAM and TPB
Teori ini menjelaskan tentang perilaku seseorang dengan konstruksi model
multidimensional yang sering disebut dengan Decomposed Theory of Planned
Behavior.
Perbedaan teori ini dengan teori TRA berada pada faktor penentu attitude
dimana attitude dipengaruhi oleh perceived usefulness, ease of use dan compability.
Perbedaan teori ini dengan teori TPB berada pada subjective norm yang
memiliki pengaruh dari peer influence dan superior’s influence. Perceived behavior
control dipengaruhi oleh self efficacy, resource facilitating conditions, dan
facilitating conditions.
Compability diartikan sebagai sejauhmana inovasi cocok dengan nilai-nilai
yang dianut oleh adopter saat ini, termasuk penggunaan dan kebutuhan sebelumnya
(Taylor & Todd, 1995).
14
Gambar 2.6 Kombinasi TAM dan TPB
Sumber : (Taylor & Todd, 1995)
2.2.6 Model of PC Utilization (MPTU)
Teori ini dikembangkan oleh Triandis pada tahun 1980 mengenai pendekatan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam konteks sistem informasi untuk
memprediksi pemanfaatan PC (personal computer). Dalam teori ini dapat dilihat
bahwa utilization of PCs dipengaruhi oleh social norms dan expected consequences.
Social norms terdiri dari social factor, affect toward use, dan facilitating
conditions. Affect towards use adalah perasaan yang timbul dari asosiasi dengan
suatu tindakan seseorang. Dan facilitating conditions dalam sistem informasi adalah
faktor-faktor objektif dimana karena kemudahan maka pengguna menggunakan
sistem tersebut.
Expected consequences terdiri dari complexity of PC use, job fit with PC use,
dan long-term consequences of PC use.
Technology facilitating condition
Resource facilitating condition
Self-efficacy
Superior’s influence
Peer influence
Compability
Perceived usefulness
Ease of use
Attitude
Subjective Norm
Perceived Behavioral
control
Intention Usage behavior
15
Facilitating conditions for
PC use
Social factors influencing
PC use
Affect toward PC use
Complexity of PC use
Job fit with PC use
Long term consequences
of PC use
Utilization of PCs
Gambar 2.7 Konstruk MPTU
Sumber : Triandis (1980)
2.2.7 Innovation Diffusion Theory (IDT)
Teori ini dikembangkan dari teori Diffusion of Innovations oleh Everett M.
Rogers tahun 1960-an yang meneliti tentang beberapa macam inovasi organisasi.
Menurut Rogers, kategori adopter terhadap inovasi teknologi baru sebagai berikut :
• Innovators : kelompok orang-orang yang ingin mengadopsi suatu inovasi
pertama kali dengan mau menempuh risiko, berusia muda, punya kelas sosial
tinggi, punya kemampuan kelas sosial tinggi, kemampuan financial yang cukup,
memiliki jiwa sosial yang tinggi, punya akses ke sumber pengetahuan dan
berinteraksi dengan kelompok innovators lain.
• Early adopters : kelompok kedua yang paling cepat mengadopsi adanya inovasi
teknologi baru dengan memiliki opinion leadership yang tinggi dan memiliki
ciri yang mirip dengan innovators.
• Early majority : kelompok orang yang membutuhkan waktu lebih lama daripada
kelompok innovators dan early adopters yang berasal dari kelompok sosial
diatas rata-rata dan berhubungan dengan kelompok early adopters tetapi jarang
memiliki opinion leadership dalam suatu sistem.
• Late majority : kelompok orang yang memiliki sikap keraguan terhadap
teknologi baru sehingga mau mengadopsi inovasi setelah masyarakat mau
mengadopsi teknologi baru.
16
• Laggards : kelompok terakhir dalam mengadopsi teknologi baru karena
memiliki golongan sosial dan kemampuan finansial yang rendah, relative berusia
tua, serta tidak memiliki opinion leadership dan pola berpikir yang koservatif.
Gambar 2.8 Kategori IDT
Sumber : Rogers (2003)
Kosntruksi-kosntruksi dalam teori ini :
• Voluntariness of use : sejauhmana penggunaan inovasi dipersepsikan secara
sukarela.
• Image : sejauhmana penggunaan suatu inovasi dipersepsikan untuk
meningkatkan citra seseorang.
• Relative advantage : sejauhmana inovasi dipersepsikan lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya.
• Compability : sejauhmana sebuah inovasi dipersepsikan konsisten dengan nilai-
nilai, kebutuhan dan pengalaman dari potential adopters.
• Ease of use : sejauhmana inovasi dipersepsikan untuk digunakan.
• Result demonstrability : hasil nyata dari penggunaan inovasi untuk dapat
diamati.
• Trialability : sejauhmana inovasi bisa diuji sebelum diadopsi.
• Visibility : sejauhmana orang dapat melihat penggunaan sistem dalam organisasi.
2.2.8 Social Cognitive Theory (SCT)
Teori ini diterapkan dan dikembangkan oleh Compeau dan Higgins pada 1995
dalam konteks penggunaan komputer dengan model kosntruksi untuk menjelaskan
peranan self-efficacy, yaitu penilaian mengenai kemampuan seseorang dalam
17
menggunakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengerjakan suatu tugas
tertentu.
Computer self-efficacy mempengaruhi outcome expectations. Kemudian
computer self efficacy dan outcome expectations dipengaruhi oleh encouragement by
others, encouragement by others, others’ use dan support.
Gambar 2.9 Konstruk SCT
Sumber : Compeau dan Higgins (1995)
2.3 Behavioral Intention
Minat berperilaku merupakan indikasi kesiapan individu untuk melakukan
perilaku tertentu dan diasumsikan sebagai perilaku yang dilakukan secara spontan
(Lu, Huang, & Lo, 2010). Minat berperilaku juga merupakan fungsi dari sikap
individu terhadap perilaku dan norma subjektif sekitar kinerja perilaku (Ajzen &
Fishbein, 1975). Sehingga Behavioral Intention adalah fungsi dari sikap individu
untuk melakukan perilaku tertentu sebagai perilaku yang dilakukan secara spontan.
2.4 Trust
Kepercayaan merupakan kemauan untuk mengandalkan mitra (Ganesan, 1994;
McKnight, et al., 2002 dalam Kim., et al., 2012). Dalam bidang e-commerce,
kepercayaan adalah keyakinan yang membuat konsumen rentan terhadap itikad baik
dari penjual online setelah belajar dari karakteristik mereka (Pavlou, 2003 dalam
Kim., et al., 2012). Kepercayaan pada website memainkan peran penting dalam e-
commerce karena konsumen tidak mungkin berbelanja online bila mereka tidak
percaya pada website penjual dimana mereka berbelanja (Gefen, 2002; Jarvenpaa,
Encouragement by others
Anxiety Others’ use
Computer self-efficacy
Outcome expectations
affect Encouragement by others
Support Usage
18
Tractinsky, Saarinen, & Vitale, 1999; Kim et al., 2008). Sehingga Trust merupakan
peran penting di dalam interaksi antara penjual dan konsumen agar dapat
meyakinkan konsumen untuk mengandalkan penjual.
2.5 Flow
Flow merupakan sensasi holistik ketika orang bertindak dengan keterlibatan
total (Csikszentmihalyi, 1988 dalam Zhou, 2013). Flow juga cerminan dari
keseimbangan keterampilan pengguna dan tantangan yang akan diterima (Hoffman
dan Novak, 1996). Flow juga merupakan pengalaman optimal yang akan
mempengaruhi perilaku pengguna (Finneran dan Zhang, 2005). Sehingga Flow
merupakan pengalaman optimal yang mencerminkan keseimbangan keterampilan
dan tantangan yang dialami oleh pengguna ketika bertindak dengan keterlibatan total.
2.6 Satisfaction
Kepuasan adalah salah satu langkah yang paling penting dalam mencapai
keberhasilan di lingkungan online B2C (Turban, et al., 2012). Kepuasan
mencerminkan perasaan kumulatif yang dikembangkan antara beberapa interaksi
dengan penyedia layanan (Oliver, 1980 dalam Zhou, 2013). Sehingga Satisfaction
adalah cerminan dari perasaan kumulatif yang dikembangkan antara beberapa
interaksi dengan penyedia layanan yang diberikan untuk konsumen agar mencapai
keberhasilan perusahaan.
2.7 Perceived Value
Nilai yang dirasakan adalah penilaian manfaat yang konsumen dapatkan
terhadap biaya yang akan dikeluarkan ketika berbelanja online (Zethaml, 1988 dalam
Ponte, et al, 2014). Nilai yang dirasakan dari transaksi dalam belanja online
merupakan keuntungan yang didapatkan oleh penjual (Kim et al., 2012; Seddon,
1997). Kepercayaan dapat meningkatkan Perceived Value karena konsumen tidak
harus menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk memilih online seller (Kim et
al., 2012). Sehingga Perceived Value adalah manfaat yang didapatkan konsumen atas
kepercayaan yang diberikan kepada seller atas usaha yang dilakukan saat berbelanja
online.
19
2.8 Kerangka Pemikiran
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Behavioral
Intention pada payment gateway Mimopay. Kemudian dilakukan kajian pustaka
dengan mengumpulkan teori-teori pendukung yang sesuai dengan penelitian
sehingga dapat ditentukan model dan variabel-variabel penelitiannya. Setelah
menentukan model penelitiannya dan mengetahui variabel yang akan diteliti, langkah
selanjutnya adalah dengan pengumpulan data yaitu dengan menyusun kuesioner dan
membagikannya kepada sampel yang telah ditentukan. Setelah kuesioner tersebut
telah dibagikan, maka kemudian dilanjutkan ke tahap analisis. Pada penelitian ini
menggunakan metode analisis SEM-PLS. Kemudian setelah tahap analisis selesai,
langkah berikutnya adalah dengan menginterpretasikan hasil analisis untuk dapat
mengetahui rekomendasi apa saja yang akan diberikan untuk permasalahan yang ada.
Dan pada tahap terakhir akan dibuat simpulan dan saran atas penelitian ini.
20
Gambar 2.10 Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti (2014)
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dapat
menjadi landasan teori berpikir. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang
terkait dalam penelitian ini :
1. “Consumer Acceptance and Use of Information Technology: Extending The
Unified Theory of Acceptance and Use of Technology” – Venkatesh, Thong dan
Xu (2012).
Menentukan
Masalah
Menentukan
Landasan
Membuat Model
Penelitian
Perancangan
Kuesioner
Pengumpulan Data
Analisis SEM
Simpulan dan
Saran
21
Tujuan dari penelitian ini adalah dengan memperluas teori penerimaan dan
penggunaan teknologi (UTAUT) untuk mempelajari penerimaan dan
penggunaan teknologi dalam konteks konsumen dengan menggabungkan
konstruksi Hedonic Motivation, Price Value, dan Habit.
2. “ Internet Banking Adoption in Kuala Lumpur : An Application of UTAUT
Model” – Foon dan Fah (2011)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi faktor-faktor penentu
dalam mengadopsi internet banking pada penduduk Malaysia, khususnya daerah
Cheras, Ampang dan Pudu.
3. “An Empirical Examination of Behavioral Intention of Mobile Payment
Services” - Zhou (2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi Continuance Intention dalam mobile payment yang mengacu
pada model sistem informasi dan teori Flow.
4. ”Influence of trust and perceived value on the intention to purchase travel
online: Integrating the effects of assurance on trust antecedents” – Ponte,
Trujillo dan Rodriguez (2014).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek jaminan kepercayaan
dalam travel website yang diperluas untuk mencakup jaminan pihak ketiga dan
konstruksi yang terkait.
5. “Perceived values, satisfaction, and behavioral intentions: The role of
familiarity in Korean restaurants” – Ha dan Jang (2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji persepsi pelanggan di Amerika
Serikat mengenai pengalamannya di restoran Korea dengan melihat efek dari
nilai-nilai hedonis, kepuasan dan niat berperilaku.
6. “The Effects of Website Designs, Self-Congruity, and Flow on Behavioral
Intention” – Cho dan Kim (2012).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti efek dari web interface design
pada niat berperilaku konsumen dalam konteks retail online.
22
Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal-Jurnal
Jurnal
Pembanding
Venkatesh,
et al (2012)
Foon dan
Fah (2011)
Zhou (2013) Ponte, et al
(2014)
Ha dan Jang
(2010)
Cho dan Kim
(2012).
Penelitian
Sekarang
Industri Mobile
internet
technology
Internet
banking
Mobile payment
service provider
Travel online
website
Restoran
Korea
Clothing
retail sites
Payment
Gateway
Lokasi Hong Kong Malaysia China Spanyol United States United States Indonesia
Objek Pengguna
teknologi
mobile
internet
Penduduk
Malaysia di
daerah
Cheras,
Ampang dan
Pudu
Pengguna China
Mobile dan
China Unicom
yang memiliki
pengalaman
dalam mobile
payment
Pelanggan
yang pernah
melakukan
pembayaran
pada website
tersebut di
tahun
sebelumnya
Pelanggan
restoran
Pembeli
online
Perusahaan-
perusahaan e-
commerce
Metode
Penelitian
PLS Regresi
linier
berganda
PLS PLS PLS PLS PLS
23
2.10 Hubungan Antar Variabel
Berikut adalah keterkaitan antara faktor-faktor yang akan diuji dalam penelitian ini :
1. Hubungan antara UTAUT dengan Behavioral Intention
Penelitian yang dilakukan Venkatesh, Thong dan Xu (2012) adalah untuk
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari konstruksi di dalam UTAUT
terhadap Behavioral Intention pada penggunaan teknologi di Hong Kong. Di
dalam penelitian ini menghasilkan bahwa adanya efek yang signifikan pada
Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence dan Facilitating
Conditions terhadap Behavioral Intention. Performance Expectancy merupakan
pendorong utama pada minat penggunaan teknologi. Facilitating Conditions
mempengaruhi Behavioral Intention secara signifikan pada wanita yang lebih
tua dikarenakan konsumen melihat akan adanya ketersediaan sumber daya,
pengetahuan dan dukungan terhadap peneriman teknologi yang baru.
H1a. Performance Expectancy memiliki efek positif terhadap Behavioral
Intention.
H1b. Effort Expectancy memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
H1c. Social Influence memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
H1d. Facilitating Conditions memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
2. Hubungan antara Trust, Perceived Value, dengan Behavioral Intention.
Pada penelitian Ponte, Trujillo dan Rodriguez (2014) yang menganalisis
efek dari jaminan kepercayaan dalam situs travel. Trust berperan sebagai
prediktor dalam e-commerce dan travel-nya, yang berarti semakin besar
kepercayaan konsumen terhadap website tersebut semakin kuat minat mereka
untuk menggunakannya. Trust merupakan faktor utama untuk Perceived Value,
dimana semakin besar kepercayaan konsumen maka semakin besar nilai yang
akan diperoleh konsumen ketika berbelanja pada travel website tersebut.
Perceived Value juga merupakan faktor utama dalam Behavioral Intention ,
yang menjelaskan bahwa semakin besar nilai yang dirasakan konsumen pada
produk di dalam website-nya, maka semkin besar minat mereka untuk berbelanja
dalam website tersebut.
H2a. Trust memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
24
H2b. Trust memiliki efek positif terhadap Perceived Value.
H2c. Perceived Value memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
3. Hubungan antara Trust, Flow dan Satisfaction.
Pada penelitian Zhou (2013) yang mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi Continuance Intention pada mobile payment di china. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa service Quality merupakan faktor utama yang
mempengaruhi Trust dan Sistem Quality merupakan faktor utama yang
mempengaruhi Satisfaction. Information quality dan Service Quality
mempengaruhi Flow. Trust dan Flow memediasi pengaruh dari Information
Quality dan System Quality terhadap Satisfaction. Trust mempengaruhi Flow
dan saling mempengaruhi Satisfaction. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi
Continuance Intention. Trust, Flow dan Satisfaction merupakan faktor penentu
bagi Continuance Intention pada mobile payment di China dimana pengaruh dari
Flow terhadap Continuance Intention perlu diperhatikan lebih lanjut.
H3a. Trust memiliki efek positif terhadap Flow.
H3b. Flow memiliki efek positif terhadap Satisfaction.
4. Hubungan antara Flow dan Behavioral Intention.
Pada penelitian Cho dan Kim (2014) yang menginvestigasi bagaimana awal dari
Self-Congruity dan Flow mempengaruhi Behavioral Intention dalam
mengevaluasi website design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
pengaruh positif yang kuat antara Flow terhadap Behavioral Intention.
H4. Flow memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
5. Hubungan Satisfaction dan Behavioral Intention.
Pada penelitian Ha dan Jang (2010) yang meneliti efek dari Familiarity pada
restoran Korea dengan hubungannya antara Perceived Value, Satisfaction dan
Behavioral Intention. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Satisfaction
mempengaruhi Behavioral Intention dimana rasa merupakan faktor utama bagi
pelanggan Amerika sehingga dengan adanya temuan ini menyarankan agar
pemilik restoran harus mengembangkan berbagai menu agar dapat memuaskan
pelanggan dan mendorong mereka untuk lebih sering berkunjung.
25
H5. Satisfaction memiliki efek positif terhadap Behavioral Intention.
Model penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.11 Model Penelitian
Sumber : diadaptasi dari Venkatesh, et al (2012); Zhou (2013); Ponte, Trujillo dan
Rodriguez (2014); Ha dan Jang (2010); Cho dan Kim (2014).
2.11 Hipotesis
Berikut adalah hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan berbagai
identifikasi masalah dan teori yang telah dijabarkan untuk memenuhi tujuan
penelitian :
• Hipotesis 1
H0 : UTAUT tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment
gateway Mimopay.
a. Performance Expectancy tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral
Intention pada payment gateway Mimopay.
Performance Expectancy
Effort Expectancy
Social Influence
Facilitating Conditions
Trust
Flow
Satisfaction
Perceived Value
Behavioral Intention
UTAUT
26
b. Effort Expectancy tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention
pada payment gateway Mimopay.
c. Social Influence tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
d. Facilitating Conditions tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral
Intention pada payment gateway Mimopay.
Ha : UTAUT memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment
gateway Mimopay.
a. Performance Expectancy memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention
pada payment gateway Mimopay.
b. Effort Expectancy memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
c. Social Influence memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
d. Facilitating Conditions memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention
pada payment gateway Mimopay.
• Hipotesis 2
H0 : Trust tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment
gateway Mimopay.
Ha : Trust memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment gateway
Mimopay.
• Hipotesis 3
H0 : Flow tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment
gateway Mimopay.
Ha : Flow memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada payment gateway
Mimopay.
• Hipotesis 4
H0 : Satisfaction tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
27
Ha : Satisfaction tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
• Hipotesis 5
H0 : Perceived Value tidak memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
Ha : Perceived Value memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention pada
payment gateway Mimopay.
• Hipotesis 6
H0 : Trust tidak memiliki pengaruh terhadap Perceived Value pada payment gateway
Mimopay.
Ha : Trust memiliki pengaruh terhadap Perceived Value pada payment gateway
Mimopay.
• Hipotesis 7
H0 : Trust tidak memiliki pengaruh terhadap Flow pada payment gateway Mimopay.
Ha : Trust memiliki pengaruh terhadap Flow pada payment gateway Mimopay.
• Hipotesis 8
H0 : Flow tidak pengaruh terhadap Satisfaction pada payment gateway Mimopay.
Ha : Flow memiliki pengaruh terhadap Satisfaction pada payment gateway
Mimopay.
28
Top Related