8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Dasar/Umum
2.1.1 Pengertian Data
Menurut Turban (2003, p2) data merupakan fakta-fakta yang
belum diolah oleh gambar-gambarannya yang mewakili kejadian yang
terjadi serta kegiatan dan transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam,
disimpan, dan diklasifikasikan tetapi tidak disusun untuk menyimpan arti
khusus lainnya.
2.1.2 Pengertian Database
Menurut Connolly dan Begg (2002, p14), database merupakan
suatu kumpulan data yang berhubungan secara logikal, digunakan secara
bersama dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi di dalam
organisasi.
Menurut Inmon (2002, p388), database adalah sebuah kumpulan
dari data yang saling berhubungan yang disimpan (biasanya dengan
redundansi yang terkontrol dan terbatas) berdasarkan suatu skema.
Menurut Turban (2003, p16), database merupakan kumpulan file
atau record yang secara terorganisir menyimpan data beserta relasi antar
data tersebut.
9
2.1.3 Database Management System (DBMS)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p16), pengertian DBMS
adalah sebuah sistem piranti lunak yang memungkinkan user untuk
mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke dalam
basis data.
Adapun fungsi DBMSyaitu:
1. Data storage, retrieval and update
DBMS harus dapat memungkinkan user untuk
menyimpan, mengambil dan meng-update data di dalam basis
data.
2. A user-accessible catalog
DBMS harus memiliki sebuah catalog yang berisi
deskripsi data item dan dapat diakses oleh user.
3. Transaction support
DBMS harus memiliki sebuah mekanisme yang dapat
menjamin baik seluruh update yang berhubungan dengan sebuah
transaksi dapat dilakukan ataupun keseluruhan update tersebut
tidak dilakukan.
4. Concurrency control services
DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk
menjamin basis data di-update secara benar ketika banyak user
meng-update basis data secara bersamaan.
10
5. Recovery services
DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk
pemulihan basis data apabila terjadi bencana.
6. Authorization services
DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk
menjamin bahwa hanya user yang memiliki otorisasi yang dapat
mengakses basis data.
7. Support for data communication
DBMS harus dapat terintegrasi dengan piranti lunak
komunikasi, dapat akses database dari lokasi yang jauh.
8. Integrity services
DBMS harus memiliki sarana untuk menjamin baik data
di dalam basis data maupun perubahan terhadap data mengikuti
aturan-aturan tertentu (constraint).
9. Services to promote data independence
DBMS harus menyertakan fasilitas-fasilitas untuk
mendukung ketidaktergantungan piranti lunak terhadap struktur
aktual dari basis data.
10. Utility services
DBMS harus menyediakan serangkaian layanan kegunaan
seperti program analisis statistik, pengawasan fasilitas, fasilitas
reorganisasi indeks, dan lain-lain.
11
Menurut Connolly dan Begg (2002, p18), Database Management
System (DBMS) memiliki 5 komponen penting, yaitu:
1. Hardware (Perangkat Keras)
Dalam menjalankan aplikasi dan DBMS diperlukan
perangkat keras. Perangkat keras dapat berupa single personal
computer, single mainframe, sampai jaringan komputer.
Perangkat keras yang digunakan bergantung pada persyaratan
dari organisasi dan DBMS yang digunakan.
2. Software (Perangkat Lunak)
Komponen perangkat lunak meliputi DBMS software dan
program aplikasi beserta Sistem Operasi, termasuk perangkat
lunak tentang jaringan bila DBMS digunakan dalam jaringan
seperti LAN (Local Area Network).
3. Data
Data merupakan komponen terpenting dari DBMS dan
juga merupakan komponen penghubung antara komponen mesin
(Hardware dan Software) dan komponen human (Procedures dan
People).
4. Prosedur
Prosedur merupakan panduan dan instruksi dalam
membuat desain dan menggunakan basis data. Penggunaan dari
sistem dan staf dalam mengelola basis data membutuhkan
12
prosedur dalam menjalankan sistem dan mengelola basis data itu
sendiri. Prosedur di dalam basis data dapat berupa: login di dalam
basis data, penggunaan sebagian fasilitas DBMS, cara
menjalankan dan memberhentikan DBMS, membuat salinan
backup database, memeriksa hardware dan software yang sedang
berjalan, mengubah struktur basis data, meningkatkan kinerja
atau membuat arsip data pada media penyimpanan sekunder.
5. People (Orang)
Komponen terakhir yaitu orang sendiri yang terlibat dalam
sistem tersebut.Komponen ini meliputi:
a. DA (Data Administrator)
Seseorang yang berwenang untuk membuat keputusan
stategis dan kebijakan mengenai data yang ada.
b. DBA (Database Administrator)
Seseorang yang menyediakan dukungan teknis untuk
implementasi keputusan tersebut, dan bertanggungjawab
atas keseluruhan kontrol sistem pada level teknis
c. Database Designer (Logical and Physical)
Database Designer (Logical and Physical) dibedakan
menjadi 2 tipe:
13
i. Logical database designer
Seseorang yang mengidentifikasi data, relasi
antara data, dan konstrain pada data yang akan di
simpan di basisdata.
ii. Physical database designer
Seseorang yang menentukan bagaimana desain
basisdata logikal bisa direalisasikan secara fisikal.
Ada beberapa keuntungan dan kerugaian dalam menggunakan
DBMS. Keuntungan menggunakan DBMS adalah sebagai berikut:
a. Adanya kontrol terhadap redundansi data
b. Mendapatkan konsistensi data
c. Mendapatkan informasi lebih untuk sejumlah data yang sama
d. Adanya pembagian data (sharing of data)
e. Meningkatkan integritas data
f. Meningkatkan keamanan
g. Meningkatkan standar
h. Skala ekonomi
i. Menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang saling bertabrakan
j. Meningkatkan pengaksesan dan respon data
k. Meningkatkan produktivitas
l. Meningkatkan pemeliharaan melalui data independence
14
m. Meningkatkan concurrency
n. Meningkatkan layanan backup dan recovery
Sedangkan, kerugian DBMS adalah sebagai berikut :
a. Kompleksitas
b. Ukuran
c. Biaya dari DBMS
d. Biaya tambahan perangkat keras
e. Biaya proses konversi
f. Performa
g. Pengaruh kegagalan yang lebih tinggi
2.1.4 Database Language
2.1.4.1 Data Definition Language (DDL)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p40), pengertian Data
Definition Language adalah suatu bahasa yang memperbolehkan
Database Administrator (DBA) atau pengguna untuk
mendeskripsikan dan memberi nama suatu entitas, atribut, dan
relasi data yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan
integritas data yang diasosiasikan dan batasan (constraint)
keamanan data.
15
2.1.4.2 Data Manipulation Language (DML)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p41), pengertian Data
Manipulation Language adalah suatu bahasa yang menyediakan
seperangkat operasi untuk mendukung manipulasi data yang
berada pada basis data.
Pengoperasian data yang akan dimanipulasi biasanya meliputi:
• Penambahan data baru ke dalam basis data.
• Modifikasi data yang disimpan ke dalam basis data.
• Pengembalian data yang terdapat di dalam basis data.
• Penghapusan data dari basis data.
DML dibagi menjadi 2 jenis yaitu Procedural dan Non-
procedural. Procedural DML adalah suatu bahasa yang
memperbolehkan pengguna untuk mendeskripsikan ke sistem
data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan data
tersebut secara tepat, sedangkan Non-procedural DML adalah
sebuah bahasa yang mengizinkan pengguna untuk menentukan
data apa yang dibutuhkan tanpa memperhatikan bagaimana data
diperoleh.
16
2.1.5 Database Application Lifecycle
Menurut Connolly dan Begg (2002, p271), sebuah sistem
database merupakan komponen dasar sistem informasi organisasi yang
lebih besar sehingga siklus hidup aplikasi database berhubungan dengan
siklus hidup sistem informasi.
Langkah-langkah siklus hidup aplikasi adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Langkah-langkah siklus hidup aplikasi
17
2.1.5.1 Perencanaan Basis Data (Database Planning)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p273), perencanaan
basis data adalah merencanakan bagaimana tahapan dari siklus
hidup bisa direalisasikan secara efektif dan efisien.
Ada tiga tahapan perencanaan basis data, yaitu :
a. Mengidentifikasi rencana dan tujuan pembuatan
aplikasi basis data untuk menetapkan kebutuhan
sistem informasi.
b. Mengevaluasi sistem yang sudah ada untuk
menentukan kelebihan dan kekurangannya.
c. Menaksir kesempatan teknologi informasi untuk
menghasilkan kelebihan.
2.1.5.2 Definisi Sistem
Menurut Connolly dan Begg (2002, p274), sistem adalah
menggambarkan lingkup dan batasan-batasan dari aplikasi basis
data dan user view yang utama. Sebelum mencoba merancang
suatu aplikasi basis data diperlukan untuk mengenali batasan
sistem dan bagaimana antarmuka dengan bagian sistem
informasi lainnya dalam organisasi. Hal penting yang harus
diperhatikan adalah batasan pemakai dan aplikasi mendatang.
Mengidentifikasikan user view sangat penting dalam
18
mengembangkan aplikasi basis data agar dapat memastikan
tidak ada pemakai utama yang terlupakan ketika
mengembangkan keperluan untuk aplikasi baru.
2.1.5.3 Pengumpulan Kebutuhan dan Analisis
Menurut Connolly dan Begg (2002, p276), pengumpulan
dan analisis kebutuhan adalah proses dari analisis dan
pengumpulan informasi tentang bagian organisasi yang
didukung oleh sistem aplikasi basis data dan menggunakan
informasi ini untuk mengenali kebutuhan-kebutuhan untuk
sistem baru.
2.1.5.4 Perancangan Basis Data (Database Design)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p279), perancangan
basis data adalah sebuah proses dalam menciptakan perancangan
untuk basis data yang akan mendukung operasidan
tujuanperusahaan.
Menurut Connoly dan Begg (2002, p279), ada 4
pendekatan dalam desain basis data yaitu:
1. Top-down
Diawali dengan pembentukan model data yang
berisi beberapa entitas high-level dan relationship,
19
yang kemudian menggunakan pendekatan top-down
secara berturut-turut untuk mengidentifikasi entitas
lower level, relationship dan atribut lainnya.
2. Bottom-up
Dimulai dari atribut dasar (yaitu, sifat-sifat entitas
dan relationship), dengan analisis dari penggabungan
antar atribut, yang dikelompokan ke dalam suatu
relasi yang merepresentasikan tipe dari entitas dan
relationship antar entitas.
3. Inside-out
Berhubungan dengan pendekatan bottom-up tetapi
sedikit berbeda dengna identifikasi awal entitas utama
dan kemudian menyebar ke entitas, relationship, dan
atribut terkait lainnya yang lebih dulu diidentifikasi
4. Mixed
Menggunakan pendekatan bottom-up dan top-
down untuk bagian yang berbeda sebelum pada
akhirnya digabungkan
20
Menurut Connolly dan Begg (2002, p281) proses
perancangan terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Perancangan Basis Data Konseptual
Basis data konseptual adalah proses
membangun suatu model informasi yang digunakan
suatu perusahaan, yang berdiri sendiri terhadap semua
pertimbangan fisikal.
2. Perancangan Basis Data Logikal
Basis data logikal adalah proses membangun
model informasi yang digunakan dalam suatu
perusahaan berdasarkan pada spesifik data model,
tetapi berdiri sendiri terhadap semua fakta-fakta
DBMS dan pertimbangan fisikal lainnya.
3. Perancangan Basis Data Fisikal
Perancangan basis data fisikal adalah proses
menghasilkan satu deskripsi mengenai implementasi
basis data pada media penyimpanan sekunder; dia
menggambarkan dasar relasi, file organisasi, dan
indeks-indeks yang digunakan untuk mencapai
efisiensi akses terhadap data, dan semua integritas
constraint dan pengukuran keamanan.
21
2.1.5.5 Seleksi DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2002, p284), pengertian
seleksi DBMS adalah menyeleksi DBMS yang tepat untuk
mendukung aplikasi basis data. Seleksi DBMS dilakukan antara
tahapan perancangan database logikal dan perancangan
database fisikal. Tujuannya untuk kecukupan sekarang dan
kebutuhan masa mendatang pada perusahaan, membuat
keseimbangan biaya termasuk pembelian produk DBMS, piranti
lunak untuk mendukung aplikasi basis data, biaya yang
berhubungan dengan perubahan dan pelatihan pegawai.
2.1.5.6 Perancangan Aplikasi
Menurut Connolly dan Begg (2002, p287), pengertian
perancangan aplikasi adalah merancang antarmuka pemakai dan
program aplikasi, yang akan memproses basis data. Perancangan
basis data dan aplikasi merupakan aktivitas yang dilakukan
secara bersamaan pada databaseapplication lifecycle.
22
2.1.5.7 Prototyping
Menurut Connolly dan Begg (2002, p291), pengertian
prototyping adalah membuat model kerja dari aplikasi basis
data. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pemakai
menggunakan prototype untuk mengidentifikasikan fitur-fitur
sistem berjalan dengan baik atau tidak, dan bila memungkinkan
untuk menyarankan peningkatan atau bahkan penambahan fitur-
fitur baru ke dalam sistem database.
Ada dua macam strategi prototyping yang digunakan
sekarang :
1. Prototyping Kebutuhan (Requirement Prototyping)
Menggunakan suatu prototype untuk
menetapkan kebutuhan dari tujuan aplikasi basis
data dan ketika kebutuhan sudah terpenuhi,
prototype tidak digunakan lagi atau dibuang.
2. Prototyping Evolusioner (Evolutionary Prototyping)
Prototype Evolusioner digunakan dengan
tujuan yang sama. Perbedaan yang penting adalah
bahwa prototype tidak dibuang tetapi dengan
mengembangkan lebih lanjut menjadi aplikasi basis
data yang dikerjakan.
23
2.1.5.8 Implementasi
Menurut Connolly dan Begg (2002, p292), pengertian
implementasi adalah realisasi fisik suatu basis data dan
perancangan aplikasi. Implementasi basis data dapat dicapai
menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS
yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI).
Pernyataan DDL digunakan untuk menciptakan struktur-
struktur basis data dan file-file basis data yang kosong. Semua
spesifikasi user view juga diimplementasikan pada tahap ini.
2.1.5.9 Data Conversion And Loading
Menurut Connolly dan Begg (2002, p292), data
convertion and loading adalah mentransfer semua data yang
telah ada ke dalam database yang baru dan mengkonversi semua
aplikasi yang ada untuk dijalankan pada basis data yang baru.
Tahap ini hanya dibutuhkan ketika sistem basis data yang baru
menggantikan sistem basis data yang lama. Pada masa sekarang,
umumnya DBMS memiliki kegunaan untuk memasukkan file ke
dalam basis data baru tujuannya adalah untuk memungkinkan
pengembang untuk mengkonversi dan menggunakan aplikasi
program lama untuk digunakan oleh sistem baru.
24
2.1.5.10 Pengujian (Testing)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p293), pengertian
pengujian adalah proses menjalankan program aplikasi dengan
maksud untuk mencari kesalahan. Sebelum digunakan, aplikasi
basis data yang baru dikembangkan harus diuji secara
menyeluruh. Untuk mencapainya harus hati-hati dalam
menggunakan perencanaan strategi uji dan menggunakan data
asli untuk semua proses penguji.
Pengguna-pengguna suatu sistem yang baru seharusnya
dilibatkan dalam proses pengujian. Situasi yang ideal untuk
pengujian suatu sistem adalah dengan menguji basis data pada
sistem hardware yang berbeda, tetapi sering kali ini tidak
tersedia. Jika data sesungguhnya digunakan, sangat penting
sekali untuk memiliki backup untuk menangkap kesalahan yang
terjadi. Setelah pengujian selesai, sistem aplikasi siap digunakan
dan diserahkan ke pemakai.
2.1.5.11 Operasional dan Pemeliharaan
Menurut Connolly dan Begg (2002, p293), pengertian
operasional dan pemeliharaan adalah proses memonitor dan
memelihara sistem yang telah diinstall. Pada tahap ini
implementasi database dilakukan secara sepenuhnya. Sistem
25
diawasi dan dipelihara secara berkelanjutan. Jika diperlukan,
kebutuhan – kebutuhan baru dimasukkan dalam aplikasi
database melalui tahapan database terlebih dahulu.
2.1.6 Normalisasi
Menurut Connolly dan Begg (2002, p376), normalisasi adalah
suatu teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi table dengan sifat-
sifat (properties) yang diinginkan, sesuai dengan kebutuhan data dari
perusahaan.
2.1.6.1 Data Redudansi and Update Anomaly
Tujuan utama dari desain database relasional adalah untuk
mengelompokan atribut-atribut ke dalam relasi-relasi sehingga
meminimilisasi redudansi data dan mengurangi penggunaan
tempat penyimpanan yang dibutuhkan untuk sebuah relasi dasar
Update anomaly adalah efek samping yang tidak
diharapkan (misalnya menyebabkan inconsistency (tidak
konsisten) data atau membuat suatu data menjadi hilang saat
data lain dihapus) yang muncul dalam suatu proses perancangan
basis data.
Suatu tujuan desain database relational yang utama adalah
menggolongkan atribut ke dalam hubungan-hubungan untuk
26
memperkecil data redundancy dan dengan demikian mengurangi
tempat penyimpanan file yang diperlukan oleh hubungan-
hubungan dasar yang diimplementasikan. Hubungan-hubungan
yang memiliki data redundan mungkin memiliki masalah yang
disebut update anomalies, yang diklasifikasikan sebagai
insertion, deletion, atau modification anomalies.
2.1.6.2 Functional Dependency
Functional Dependency (ketergantungan fungsional)
menguraikan hubungan antara atribut-atribut dalam sebuah
relasi. Sebagai contoh, jika A dan B adalah relasi R, B adalah
secara fungsional bergantung kepada A (A B), jika setiap nilai
dari A diasosiasikan dengan tepat satu nilai dari B. (A dan B
masing-masing boleh dari satu atau lebih atribut).
2.1.6.3 Proses Normalisasi
Normalisasi sering dieksekusi sebagai langkah-langkah
yang berangkai/berseri. Bentuk normal adalah suatu aturan yang
dikenakan pada relasi-relasi dalam basis data dan harus dipenuhi
oleh relasi-relasi tersebut pada tingkatan normalisasi. Suatu
relasi dikatakan berada dalam bentuk normal tertentu jika
27
memenuhi kondisi-kondisi tertentu. Beberapa tingkatan yang
biasa digunakan pada normalisasi adalah:
a. Unnormalized Form (UNF)
Pada bentuk tidak normal (unnormalized
form/UNF), tabel masih mengandung satu atau lebih
kelompok pengulangan (repeating groups). Tabel UNF ini
dibuat dengan mentransformasi data dari sumber
informasi ke dalam tabel berbentuk baris dan kolom.
b. First Normal Form (1NF)
Pada bentuk normal pertama (first normal
form/1NF), suatu relasi di mana pada setiap sel
(perpotongan dari baris dan kolom) memuat satu dan
hanya satu nilai, setiap sel mengandung nilai atomic (atau
single value).
c. Second Normal Form (2NF)
Pada bentuk normal kedua (second normal
form/2NF), suatu relasi telah melalui bentuk normal
pertama dan setiap atribut bukan primary key (PK)
tergantung fungsional penuh terhadap PK.
28
d. Third Normal Form (3NF)
Pada bentuk normal ketiga (third normal form -
3NF), suatu relasi telah melalui bentuk normal pertama
dan kedua, serta tidak ada atribut bukan PK tergantung
fungsional terhadap atribut bukan PK yang lain.
e. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)
Suatu relasi disebut memenuhi bentuk normal
Boyce-Codd jika dan hanya jika semua penentu
(determinan) adalah candidate key. BCNF merupakan
bentuk normal sebagai perbaikan terhadap 3NF karena
bentuk normal ketiga berkemungkinan masih memiliki
anomali sehingga perlu dinormalisasi lebih jauh. Suatu
relasi yang memenuhi BCNF selalu memenuhi 3NF,
tetapi tidak untuk sebaliknya.
Gambar 2.2 Tingkatan Pada Normalisasi
29
2.1.7 Entity Relationship Modelling
Menurut Connolly dan Begg (2002, p330), salah satu aspek yang
sulit dalam perancangan database adalah kenyataan bahwa perancang,
programmer, dan pemakai akhir cenderung melihat data dengan cara
yang berbeda. Untuk memastikan pemahaman secara alamiah dari data
dan bagaimana data digunakan oleh perusahaan dibutuhkan sebuah
bentuk komunikasi yang non-teknis dan bebas dari segala ambiguitis.
Berikut ini adalah notasi Entity-Relationship Modelling menurut
Connolly dan Begg (2002, p331):
2.1.7.1 Entity Type
Menurut Connolly dan Begg (2002, p331), entity type
adalah kumpulan objek¬objek yang berproperti sama, dimana
properti tersebut diidentifikasikan memiliki keberadaan yang
bebas.
Gambar 2.3 Entity Type
30
2.1.7.2 Relationship Type
Menurut Connolly dan Begg (2002, p336), relationship
type adalah sekumpulan hubungan antara satu atau lebih tipe-
tipe entity.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p337), derajat dari
relationship adalah jumlah dari partisipasi (participating) tipe
entity dalam sebuah tipe relationshiptertentu. Sebuah
relationship berderajat dua disebut binary; relationship
berderajat tiga disebut sebagai ternary; dan relationship
berderajat empat disebut sebagai quarternar.
Gambar 2.4 Relationship Type
2.1.7.3 Attributes
Menurut Connolly dan Begg (2002, p338), attributes
adalah sifat dari sebuah entity atau sebuah tipe relationship.
Attribut menyimpan nilai dari setiap entity occurrence dan
mewakili bagian utama dari data yang disimpan dalam basis
data.
31
Menurut Connolly dan Begg (2002, p338), attribute
domain adalah sejumlah nilai yang diperkenankan untuk satu
atau lebih atribut. Setiap atribut yang dihubungkan dengan
sejumlah nilai disebut domain. Domain mendefinisikan nilai-
nilai yang dimiliki sebuah atribut dan sama dengan konsep
domain pada model relasional.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p339), simple
Attribute adalah atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal
dengan keberadaan yang bebas. Simple Attribute tidak bisa
dibagi lagi ke dalam komponen yang lebih kecil. Contohnya,
posisi dan gaji dari entity pegawai.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p339), composite
attribute adalah sebuah susunan atribut dari banyak komponen
dengan sebuah keberadaan yang bebas dari masing-masingnya.
Dalam hal ini beberapa atribut dapat dipisahkan menjadi
komponen yang lebih kecil lagi dengan keberadaan yang bebas
dari masing-masingnya. Contohnya atribut alamat dari entity
kantor cabang yang mengandung nilai (jalan, kota, kode pos)
bisa dipecahkan menjadi simple attribute jalan, kota, dan kode
pos.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p338), single value
attribute adalah atribut yang hanya menyimpan nilai tunggal
32
untuk suatu sifat dari entity. Multi-valued attribute adalah atribut
yang bisa menyimpan nilai lebih dari satu untuk suatu sifat dari
entity. Contohnya atribut telepon pada entity kantor cabang yang
bisa memiliki lebih dari satu nomor telepon.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p340), derived
attribute (atribut turunan) adalah atribut yang menunjukkan nilai
yang diperoleh dari atribut yang berhubungan, tidak terlalu
dibutuhkan dalam tipe entity yang sama. Atribut turunan
mungkin juga menyangkut hubungan dari atribut pada tipe
entity yang berbeda.
2.1.7.4 Keys
Key sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi satu atau
lebih atribut yang memiliki nilai unik setiap tuple dalam
relasi.Menurut Connolly dan Begg (2002, p340), terdapat
macam-macam kunci relasi, yaitu:
a. Candidate Key
Suatu atribut atau satu set minimal atribut yang
mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik
dari entity.
33
b. Primary Key
Satu atribut atau satu set minimal atribut yang
tidak hanya mengidentifikasikan secara unik suatu
kejadian spesifik, tapi juga dapat mewakili setiap kejadian
dari suatu entity.
c. Composite Key
Kunci yang disusun berdasarkan lebih dari satu
atribut.
2.1.7.5 Structural Constraints
Menurut Connolly dan Begg (2002, p344), Batasan-
batasan yang menggambarkan pembatasan pada relationship
seperti yang ada pada real world harus diterapkan pada tipe
entitas yang ikut serta dalam sebuah relationship. Tipe utama
dari batasan hubungan di dalam suatu relationship disebut
multiplicity.
Multiplicity adalah jumlah occurance yang mungkin
terjadi pada sebuah tipe entitas yang berhubungan ke sebuah
occurance dari sebuah tipe entitas lain dari suatu relationship.
Relationship yang paling umum adalah binary relationship.
Macam-macam binary relationship adalah:
34
a. Hubungan one to one (1 : 1)
Setiap relationship menggambarkan hubungan
antara sebuah entity occurance pada entitas yang satu
dengan entity occurance pada entitas lainnya yang ikut
serta dalam relationship tersebut. Hubungan 1: 1 dapat
terjadi bila setiap entitas pada himpunan entitas A
berhubungan paling banyak satu entitas dengan satu
entitas pada himpunan entitas B. Dan sebaliknya, setiap
entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling
banyak satu entitas dengan satu entitas pada himpunan
entitas A.
Gambar 2.5 Hubungan one to one (1 : 1)
b. Hubungan one to many (1 : *)
Setiap relationship menggambarkan hubungan
antara sebuah entity occurance pada entitas yang satu
dengan satu atau lebih entity occurance pada entitas
lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut.
35
Berarti setiap entitas pada pada himpunan entitas A dapat
berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan
entitas B. Namun, setiap entitas pada himpunan entitas B
hanya dapat berhubungan dengan paling banyak satu
entitas pada himpunan entitas A.
Gambar 2.6 Hubungan one to many (1 : *)
c. Hubungan many to many (* : *)
Setiap relationship menggambarkan hubungan
antara satu atau lebih entity occurance pada entitas yang
satu dengan satu atau lebih entity occurance pada entitas
lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut.
Berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat
berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan
entitas B, dan sebaliknya, setiap entitas pada himpunan
entitas B dapat berhubungan dengan banyak entitas pada
himpunan entitas.
36
Gambar 2.7 Hubungan many to many (* : *)
2.1.8 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah model proses yang digunakan
untuk menggambarkan aliran data yang ada pada sebuah sistem. DFD
merupakan salah satu tool penting bagi seorang analis system.
Penggunaan DFD sebagai modeling tool dipopulerkan oleh Tom
DeMarco (1978) dan Gane dan Sarson (1979) dengan menggunakan
metode analisa terstruktur (structured analysis).
DFD dapat digunakan untuk merepresentasikan suatu sistem yang
otomatis maupun manual dengan melalui gambar berbentuk jaringan.
Ada tiga tingkatan dalam diagram aliran data, yaitu :
1. Diagram Konteks
Diagram konteks merupakan tingkatan yang paling
pertama, yang menggambarkan ruang lingkup sistem dari sistem
yang digunakan. Diagram ini hanya memiliki satu proses yang
menggambarkan sistem secara keseluruhan dan hubungan antara
sistem dengan unit-unit di luar sistem tersebut.
37
2. Diagram Nol
Diagram yang menggambarkan proses-proses dan aliran
data yang terjadi di dalam suatu sistem. Proses-proses ini dapat
dipecah menjadi proses-proses dan aliran data yang lebih
terperinci.
3. Diagram Rinci
Diagram rinci adalah diagram yang menggambaran
rincian proses-proses yang ada pada diagram nol dan rincian
proses-proses ini dapat dipecah lagi menjadi proses-proses yang
lebih terperinci.
Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambar Data
Flow Diagram (DFD) adalah:
1. Terminator
Gambar 2.8 Terminator
Terminator adalah simbol yang menggambarkan
entitas yang dapat berupa orang, kelompok, atau
organisasi yang berhubungan dengan sistem.
2. Process
Gambar 2.9 Proses
38
Process merupakan bagian dari sistem yang
mengolah masukan menjadi keluaran.
3. Data Flow
Gambar 2.10 Data Flow
Data Flow adalah aliran menggambarkan
perpindahan informasi dari satu bagian ke bagian lain dari
sistem. Awal panah menggambarkan asal data sedangkan
arah panah menggambarkan tujuan.
4. Data Store
Gambar 2.11 Data Store
Data Store adalah digunakan untuk
menggambarkan penyimpanan data.
2.1.9 PHP
Menurut Welling dan Thomson (2001, p2), PHP adalah
bahasa server-side scripting yang dirancang khusus untuk
web. Dalam sebuah halaman HTML, kode PHP dapat dieksekusi
setiap kali halaman dikunjungi. Kode PHP akan diinterpretasi
39
pada web server dan menghasilkan HTML atau keluaran lain
yang akan dilihat oleh pengunjung.
PHP dibuat pada tahun 1994 oleh Rasmus Lerdorf. Pada
Januari 2001, PHP telah digunakan pada hampir lima juta domain
di seluruh dunia dan jumlah ini terus bertambah pesat.
PHP adalah produk open source yang dapat diakses source
codenya, serta dapat digunakan, diubah, dan didistribusikan
semuanya tanpa biaya.
Pada awalnya, PHP merupakan singkatan dariPersonal
Home Page, namun telah diubah sesuai dengan konvensi
penamaan GNU rekursif dan sekarang merupakan singkatan dari
PHPHypertextPreprocessor. Home page untuk PHP dapat dilihat
di http://php.net.
2.2 Teori-teori yang Berhubungan dengan Topik Yang Dibahas
2.2.1 Pengertian Asuransi
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) Republik Indonesia, asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk member penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan yang
40
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak tertentu.
2.2.2 Tujuan Asuransi
Menurut Purba (1992, p56), tujuan dari asuransi terbagi menjadi
tiga, yaitu:
2.2.2.1 Tujuan Ganti Rugi
Tujuan ganti rugi adalah ganti rugi yang diberikan oleh
penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita
kerugian yang dijamin oleh polis. Gunanya untuk
mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula atau
untuk mengembalikan tertanggung dari kebangkrutan sehingga
ia mampu berdiri, seperti sebelum menderita kerugian.
2.2.2.2 Tujuan Tertanggung
Tujuan tertanggung adalah untuk memperoleh rasa
tenteram dari resiko yang dihadapinya, kegiatan usahanya atau
atas harta miliknya. Selain itu, tujuan tertanggung lainnya
adalah untuk mendorong keberanian menggiatkan usaha yang
lebih besar dengan resiko yang besar pula, karena resiko yang
besar itu diambil alih oleh penanggung.
41
2.2.2.3 Tujuan Penanggung
Tujuan umum penanggung adalah untuk memperoleh
keuntungan perusahaan dan menyediakan lapangan kerja.
Sedangkan, tujuan khususnya adalah :
1. Meringankan resiko yang dihadapi oleh para nasabahnya
atau para tertanggung dengan mengambil alih resiko
yang mereka hadapi.
2. Menciptakan rasa tenteram di kalangan nasabahnya,
sehingga lebih berani menggiatkan usaha yang besar.
3. Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul
sedikit demi sedikit dari para nasabahnya sehingga
terhimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk
membiayai pembangunan bangsa dan negara.
2.2.3 Prinsip Asuransi
Menurut Purba (1992, p44), tujuan dari asuransi terbagi menjadi
tiga, yaitu:
2.2.3.1 Prinsip Kepentingan (Insurable Interest)
Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang
menutup asuransi harus mempunyai kepentingan (interest) atas
harta benda yang dapat diasuransikan (insurable). Jadi, pada
42
hakekatnya yang diasuransikan bukanlah harta benda itu, tetapi
kepentingan tertanggung atas benda itu.
Selain itu, agar kepentingan itu dapat diasuransikan
(insurable interest), kepentingan itu harus legal dan patut (legal
and equitable). Untuk membuktikan legal atau tidak, dibuktikan
dengan surat-surat resmi (otentik) dari harta benda yang
bersangkutan.
Bila seseorang menutup asuransi atas mobil dan premi
telah dibayar, tetapi ternyata tertanggung tidak mempunyai
kepentingan atas mobil itu, maka penanggung berhak
membatalkan polis. Bila mobil mengalami kecelakaan sehingga
menderita kerugian, penanggung tidak wajib membayar ganti
rugi sekalipun polis belum sempat dibatalkan ketika kecelakaan
itu terjadi.
Inti dari insurable interest adalah sebagai berikut:
1. Harus ada kepentingan atas harta benda yang dapat
dilimpahkan kepada orang lain
2. Harta benda itu harus yang dapat diasuransikan
(insurable)
3. Harus ada hubungan antara tertanggung dengan harta
benda itu, yaitu:
43
a. Bila harta benda itu rusak atau hilang, tertanggung
mengalami kerugian;
b. Bila hak atas harta benda itu hilang (lepas),
tertanggung mengalami kerugian.
2.2.3.2 Prinsip Jaminan (Indemnity)
Dengan adanya insurable interest yang legal dan patut,
maka sebagai konsekuensinya adalah jaminan (indemnity) dari
pihak penanggung bahwa penanggung akan memberikan ganti
rugi bila tertanggung benar-benar menderita kerugian atas
insurable interest itu, yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak
diduga sebelumnya.
Prinsip jaminan (principle of indemnity) menjelaskan
bahwa jaminan ada bila timbul kerugian. Sebaliknya, tidak ada
jaminan bila tidak ada kerugian.
Bila ada kerugian atas insurable interest, maka yang
tertanggung tidak boleh memperoleh keuntungan dari ganti rugi.
Inilah dasar prinsip jaminan.
Berpedoman kepada prinsip ini, maka tertanggung akan
memperoleh ganti rugi dari penanggung, dengan tujuan:
1. Mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula
seperti halnya sebelum kerugian menimpanya; atau
44
2. Menghindarkan tertanggung dari bangkrut sedemikian
rupa sehingga ia mampu berdiri di tempatnya semula
seperti halnya sebelumnya kerugian menimpanya.
Menurut prinsip jaminan ini, tertanggung hanya boleh
memperoleh ganti rugi maksimal sebesar kerugian yang
dideritanya, sekedar untuk mengembalikannya pada
kedudukannya semula.
2.2.3.3 Prinsip Kepercayaan (Trustful)
Dalam asuransi, kepercayaan (trustful) dari penanggung
mendapat tempat terhormat dalam setiap penutupan asuransi.
Bila tidak ada kepercayaan dari pihak penanggung, maka bisnis
asuransi akan mengalami kegagalan.
2.2.3.4 Prinsip Itikad Baik (Utmost goodfaith)
Seperti halnya kepercayaan pihak penanggung
mendapat tempat terhormat dalam penutupan asuransi, demikian
juga itikad baik (good faith) dari pihak tertanggung juga
mendapat tempat terhormat dalam penutupan asuransi.
Sudah seharusnya kepercayaan pihak penanggung
diimbangi dengan itikad baik oleh pihak tertanggung, yaitu
dengan memberitahukan semua keterangan dan data yang
45
diketahuinya atas interest yang akan ditutup asuransinya. Apa
saja yang diketahi atas interest, beritahukan kepada penanggung
tanpa ditambah-tambahi, juga tanpa dikurang-kurangi.
Maka agar bisnis asuransi dapat berlangsung dengan
baik dan mulus, mutlak diperlukan kepercayaan dari pihak
penanggung yang diimbangi oleh itikad baik dari pihak
tertanggung. Tanpa adanya keseimbangan antara kepercayaan
dan itikad baik itu, maka bisnis asuransi tidak bisa berperan baik
dalam masyarakat.
Berdasarkan kenyataan yang disebutkan di atas, maka
asuransi adalah suatu perjanjian yang didasarkan sepenuhnya
kepada kepercayaan dan itikad baik.
2.2.4 Premi Asuransi
2.2.4.1 Pengertian Premi
Menurut Djojosoedarso (2003, p127), premi adalah
imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin
diderita oleh tertanggung, dengan menyediakan sejumlah uang
terhadap resiko kecelakaan (pada asuransi kendaraan bermotor).
46
2.2.4.2 Pengembalian Premi
Menurut Djojosoedarso (2003, p131), pengembalian
premi atau restorno adalah pengembalian premi dari
penanggung kepada tertanggung. Ini terjadi karena antara lain
perjanjian gugur sebelum penanggung menanggung bahaya atau
baru menanggung sebagian, kelebihan pembayaran premi
insurable interest-nya tidak ada, kondisi jaminan/pertanggungan
dipersempit dan sebagainya.
2.2.5 Polis Asuransi
2.2.5.1 Pengertian Polis Asuransi
Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau
surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut polis. Secara
otentik menurut pasal 255 KUHD, polis adalah pertanggungan
yang harus diadakan secara tertulis dengan akta. Menurut pasal
257 KUHD, hanya penanggung yang menandatangani polis,
berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua
belah pihak yang berkepentingan atas polis itu (penanggung dan
tertanggung).
47
2.2.5.2 Fungsi Polis Asuransi
Menurut Purba (1992, p60), fungsi umum polis asuransi
adalah sebagai:
1. Perjanjian pertanggungan (a contract of indemnity)
2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada
tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin
dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak
diduga sebelumnya, dengan prinsip :
a. Untuk mengembalikan tertanggung kepada
kedudukannya semula sebelum mengalami
kerugian; atau
b. Untuk menghindari tertanggung dari kebangkrutan
(total collapse)
3. Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung
kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan
penanggung.
2.2.6 Underwriting
2.2.6.1 Fungsi Underwriters
Menurut Lukum (1996, pX/1), underwriters berfungsi
untuk menilai resiko yang diminta oleh pihak tertanggunguntuk
ditutup atau diasuransikan, selanjutnya menetapkan persyaratan
48
asuransinya, menetapkan suku premi untuk asuransi tersebut dan
membuat polis.
2.2.6.2 Peranan Underwriters
Menurut Lukum (1996, pX/1), underwriters berperan
untuk melakukan penilaian resiko dan penetapan persyaratan
asuransi dan suku premi secara baik/cermat, sehingga dengan
underwriting yang dilakukannya itu perusahaannya akan mampu
memperoleh keuntungan (profit) yang pantas dan berhasil
menarik bisnis baru di masa mendatang.
2.2.7 Asuransi Kendaraan Bermotor
2.2.7.1 Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor
Menurut Djojosoedarso (2003, p162), asuransi
kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau
kerusakan terhadap kendaraan bermotor.
Menururt Sonnidwiharsono (1996,p283), asuransi
kendaraan bermotor ini merupakan asuransi wajib karena tanpa
adanya asuransi ini, maka pemilik kendaraan bermotor tidak
akan memperoleh Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK).
49
2.2.7.2 Resiko yang Dijamin
Menurut Djojosoedarso (2003, p163), terdapat beberapa
resiko yang akan dijamin dalam asuransi kendaraan bermotor,
yaitu:
1. Kerugian kendaraan bermotor
1. Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari
jalan, kesalahan material, konstruksi, cacat
sendiri.
2. Perbuatan jahat orang lain.
3. Pencurian, termasuk diikuti kekerasan ataupun
ancaman.
4. Kebakaran, termasuk benda, kendaraan
bermotor lain yang berdekatan, atau tempat
penyimpanan kendaraan bermotor yang
dipertanggungkan.
5. Sambaran petir.
6. Kerugian selama penyebrangan dengan kapal
feri atau penyebrangan resmi lain di bawah
pengawasan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat.
50
7. Kerusakan roda, bila kerusakan tersebut
mengakibatkan kerusakan kendaraan karena
kecelakaan.
8. Biaya wajar yang dikeluarkan tertanggung
untuk penjagaan, bengkel, atau tempat lain
untuk menghindari dan mengurangi kerugian
yang dijamin polis.
2. Tanggung Gugat
Tanggung gugat adalah tanggung jawab hukum
asuransi yang diberikan kepada pihak ketiga dan
telah disetujui oleh penanggung, yang termasuk :
a. Kerusakan harta, cedera badan, atau kematian.
b. Biaya perkara atau bantuan para ahli yang
berkaitan dengan tanggung gugat tertanggung.
2.2.7.3 Resiko yang Tidak Dijamin
Menurut Djojosoedarso (2003, p165), terdapat beberapa
resiko yang tidak dijamin dalam asuransi kendaraan bermotor,
yaitu:
51
1. Kehilangan keuntungan, upah, dan berkurangnya nilai
keuangan karena kendaraan bermotor yang tidak dapat
dipergunakan.
2. Kerusakan atau kehilangan peralatan tambahan yang tidak
tertulis dalam ikhtisar pertanggungan.
3. Kerusakan atau kehilangan kendaraan bermotor seluruh atau
sebagian karena penggelapan.
4. Kerugian atau kerusakan akibat perbuatan jahat pihak
tertanggung.
5. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang
dipertanggungkan, karena :
a. Kendaraan digunakan untuk menarik atau kendaraan
lain, lomba, pelajaran mengemudi, melakukan
kejahatan, atau yang tidak termasuk dalam polis
pertanggungan.
b. Kelebihan muatan dijalankan secara paksa.
c. Dengan sepengetahuan tertanggung, kendaraan
dijalankan dalam keadaan rusak.
d. Kendaraan dikemudikan oleh orang yang tidak
memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau orang yang
sedang mabuk.
52
e. Kendaraan tersebut memasuki daerah yang terlarang
dan tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor.
f. Barang-barang yang dimuat, ditumpuk, dibongkar, atau
diangkut dengan kendaraan bermotor.
g. Adanya reaksi atau radiasi nuklir.
6. Kerugian atau kerusakan karena bencana alam atau konflik
horizontal.
7. Kehilangan atau kerusakan bagian material karena salah
penggunaan.
8. Kerugian yang dialami pihak ketiga yang secara langsung
atau tidak langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor
yang dipertanggungkan, berupa :
a. Kerusakan harta benda milik atau dalam pengawasan
tertanggung.
b. Kerusakan jalan, jembatan, bangunan-bangunan, berat
kendaraan, atau muatannya.
9. Cedera badan atau kematian terhadap tertanggung.
2.2.8 Klaim
2.2.8.1 Definisi Klaim
Menurut Alwi (2002), klaim memiliki dua definisi, yaitu:
53
1. Tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak
(memiliki atau mempunyai) atas sesuatu. Contoh: Pemerintah
Indonesia akan mengajukan ganti rugi kepada pemilik kapal asing
itu.
2. Pernyataan tentang suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Contoh: Ia
mengajukan bahwa barang-barang elektronik itu miliknya.
Sedangkan, menurut Alwi (2002), mengklaim memiliki dua definisi,
yaitu:
1. Meminta atau menuntut pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang
(suatu organisasi, perkumpulan, negara, dsb) berhak memiliki atau
mempunyai hak atas sesuatu. Contoh: Ada negara lain meminta atau
menuntut pengakuan atas kepulauan itu.
2. Menyatakan suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Contoh: Pemerintah
baru menyatakan suatu fakta atau kebenaran bahwa tokoh politik itu
meninggal karena bunuh diri.
2.2.8.2 Prosedur Klaim
1. Kewajiban Tertanggung
Menurut Lukum (1996, pXIII/1), ada beberapa
kewajiban yang harus dilakukan oleh tertanggung dalam
hal terjadi suatu kejadian yang kemungkinan akan
menimbulkan suatu klaim pada polis.
54
2. Hak Tertanggung
Menurut Lukum (1996, pXIII/1), dalam hal terjadi
suatu peristiwa yang kemungkinan akan menimbulkan
suatu klaim pada polis, hak tertanggung adalah bahwa
setelah ia memberi semua kewajibannya ia berhak untuk
mendapatkan penyelesaian gantirugi berdasarkan syarat-
syarat polis.
3. Kewajiban Penanggung
Menurut Lukum (1996, pXIII/1), setelah
tertanggung memenuhi kewajiban-kewajibannya
berkenaan dengan kerugian tersebut, penanggung
berkewajiban untuk memenuhi hak tertanggung seperti di
atas.
4. Hak Penanggung
Menurut Lukum (1996, pXIII/1), setelah
penanggung mendapat pemberitahuan tentang suatu
kejadian atau peristiwa yang kemungkinan dapat
menimbulkan klaim pada polis, penanggung berhak untuk
bersama-sama dengan pihak tertanggung mengamankan
pokok pertanggungan yang mengalami kerugian itu.
Top Related