BAB I
KONSEP DASAR PERENCANAAN PENDIDIKAN
Perencanaan merupakan penyusunan langkah-langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu perencanaan
dapat disusun berdasarkan jangka waktu tertentu yaitu jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek; menurut luas jangkauannya yaitu perencanaan
makro dan perencanaan mikro; perencanaan menurut wewenang pembuatnya
yaitu sentralisasi dan desentralisasi; dan menurut telaahnya yaitu perencanaan
strategis, perencanaan manjerial dan perencanaan opersional. Dalam membuat
suatu perencanaan prinsip yang paling utama adalah harus dapat dilaksanakan
dengan mudah dan tepat sasaran.
A. Pengertian, Ruang Lingkup, Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pendidikan
1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
a. Konsep Dasar Perencanaan
Menurut Ulbert Silalahi: Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan
tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi,
1
finansial, metode dan waktu untuk memaksimalisasi efisiensi dan efektivitas
penccapaian tujuan.1
Sedangkan William H. Newman dalam Abdul Majid: mengemukakan
bahwa "Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan
penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program,
penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari."2
Dari pengertian di atas perencanan dapat diartikan kegiatan menentukan
tujuan serta merumuskan serta mengatur pendayaguanan sumber-sumber
daya: , informasi, finansial, metode dan waktu yang didikuti dengan
pengambilan keputusan serta penjelasannya tentang penccapaian tujuan,
penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan
prosedur tertentu dan penentuan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Secara lebih luas perencanaan oleh Bintoro Tjokroamidjodjo di
defenisikan sebagai berikut:
1) Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif.
3) Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.3
Hal yang hampir sama mengenai pengertian perencanaan dikemukan
oleh Lembaga Administrasi Negara sebagai berikut:
1 Ulbert Silalahi, 1996., Asas-aas Manajemen., Bandung: Mandar Maju, h.135-1362 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya., h.163 Bintoro Tjokroamidjodjo, 1982., Perencanan Pembangunan., Jakarta: Gunung Agung, h. 12
2
1) Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untunk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan, dan
penentuan aparat pelaksana kegiatan untuk mencapai tujuan.
3) Perencaan adalah usaha yang diorganisasikan dengan dasar perhitungan
untuk memajukan perkembangan tertentu.
Dari dua pengertian di atas dalam suatu perencanan terdapat 5 hal
pokok sebagai berikut:
1) Adanya tujuan yang hendak dicapai dari sesuatu yang direncanakan.
2) Adanya rangkaian kegiatan yang tersusun sistematis untuk mencapai
tujuan
3) Sumber daya manusia yang akan melaksankan rencana yang disusun
untuk mencapai tujuan.
4) Penetapan jangka waktu kapan rencana akan dilaksanakan.
5) Penterjemahan rencana ke dalam program yang kongkrit dan nyata serta
mudah diaplikasikan.
b. Konsep Dasr Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yang berarti pendidikan dan
kata “pedagogia” yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa
Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu “Paedos” dan “Agoge” yang
berarti” saya mebimbing, memimpin anak.”4 Dari pengertian ini pendidikan
dapat diartikan: kegitaan sesorang dalam membimbing dan memimpin anak
menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri
semdiri dan bertanggung jawab.
Banyak rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya:
4 Tholib Kasan, 2005, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Studia Pers., h. 1
3
1) John Dewey: pendidikan merupakan suatu proses pembentukan
kecakapan mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia.
2) JJ. Rouseau: Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita apa yang
tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita butuhkan pada
saat dewasa.
3) Langeveld; Pendidikan merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk
mempengaruhi dan membimbing anak ke arah kedewasaan, agar anak
cekatan mnelaksanakan tugas hidupnya sendiri. Menurut Langeveld
pendidikan hanya berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang
sudah dewasa (atau yang diciptakan orang dewasa seperti: sekolah, buku
model dan sebagainya) dengan orang yang belum dewasa yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
4) Brubacher; Pendidikan merupakan proses timbal balik dari tiap individu
manusia dalam rangka penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman
dan dengan alam semesta.
5) Ki Hajar Dewantara: Pendidikan merupakan menuntun segala kodrat yang
terdapat dalam diri anak sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.
6) Zahara Idris: Pendidikan merupakan serangkaian interaksi yang bertujuan
antara manusia dewasa dengan anak didik secara tatap muka atau dengan
menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan perkembangan
potensi anak secara maksimal agar menjadi manusia dewasa.
7) Ahmad D. Marimba: Pendidikan merupakan pemberian bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari pengertian-pengertian yang diuraikan di atas menurut Amir Daien
Indrakusuma terdapat hal-hal pokok yang harus terdapat dalam suatu rumusan
tentang pendidikan sebagai berikut:5
5 Amir Daien Indrakusuma, 1973., Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
4
1) Bahwa pendidikan itu tidak lain adalah merupakan suatu usaha manusia.
2) Bahwa usaha itu dilakukan dengan sengaja atau secara sadar.
3) Bahwa usahanya itu dilakukan oleh orang-orang yang merasa bertanggung
jawab kepada hari depan anak didiknya.
4) Bahwa usahnya berupa bantuan atau bimbingan rohani dan dilakukan
secara teratur dan sistematis.
5) Bahwa yang menjadi obyek pendidikan itu adalah anak/peserta didik yang
masih dalam pertumbuhan dan perkembangan atau masih memerlukan
pendidikan.
6) Bahwa batas/sasaran akhir pendidikan adalah tingkat dewasa atau
kedewasaan.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar oleh orang dewasa/pendidik untuk
membawa anak/peserta didik menuju kedewasaan melalui proses bimbingan
yang dilakukan secara teratrur dan sistematis.
Secara nasional pendidikan dirumuskan sebagai berikut : "Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyrakat, bangsa dan negara.”6
c. Konsep Dasar Perencanaan Pdndidikan
Banyak konsep yang dikemukan oleh para ahli mengenai rumusan
perencanaan pendidikan sebagai berikut:
1. Guruge, Perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapakan kegiatan
di masa depan dalam bidang pembaangunan pendidikan adalah tugas
perencana pendidikan.
6 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, Op. Cit. pasal 1. ayat 1.
5
2. Albert Waterston, perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan
yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang
didasrkan ats pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
3. Menurut Comb, perencanaan pendidikan merupakan aplikasi analsisi
rasional dan sitematik dalam proses pengembangan pendidikan yang
bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam
usahanya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan (pendidikan) baik
tujuan yang berhubungan denan anak didik maupun masyrakat.
4. C.E. Beeby, perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat kemasa
depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan
dengan mempertimbangkan kenyataaan-kenyataan yang ada dalam
kegiatan ekonomi, sodial dan politik untul pengmebangan potenmsi sistem
pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang
dilayani oelh sitem tersebut.
5. Yusuf Enoch, perencanaan pendidikan merupakan suatu proses
penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan
dilaksanakan dlam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan
nasional dengan mempertimbagnakan kenyataan-kenyataan yang ada
dibidang sosial ekonomi, sodial budaya dan kebutuhan pembangunan
secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional.
Dari beberapa pengertian di atas dalam perencanaan pendidikan terdapat
unsur-unsur sebgai berikut:
1. Merupakan analisis rasional dan sitematik yang didasrakan pada teori-teori;
radical, advocacy, transactive, synoptic dan incremental dan dengan
pengunaan model serta pendekatan; Social Demand, Human Capital
Investment, Man Power Planning , Cost Efectiveness, Rate of Return dan
pendekatan sistem.
2. Merupakan proses pembagunan dan pemngembangan pendidikan, dalam
arti perencanaan pendidikan dilakukan dalam rangka penyempurnaan dan
6
reformasi pendidikan, yaitu berawal dari keadaan sekarang menuju pada
perkemabngan yang dicita-citakan secara terus menerus.
3. Merupakan kegiatan investasi di bidang pendidikan, perencanaan
pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang baru bisa dinimati
hasilnya pada tahun-tahun atau generasi yang kan datang.
4. Merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan baik jangka
panjang, jangka menengah, jangka pendek; perencanan makro, meso
maupun mikro; perencaanaan strategik, manjerial, maupun opersaional;
perencanaan perbaikan atau pengembangan, serta perencanaan
partispatory.
5. Prinsip efektivitas dan efisiensi, dalam perencanaan pendidikaan sangat
memperhatikan aspek ekonomi dengan memperhatikan penggalian sumber-
sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan
denan tenaa kerja, serta hubungan pengembangan pendidikan dengan
pertumbuhan ekonomi.
6. Kebutuhan dan tujuan peserta didik baik yang bersifat lokal kedaerahan,
nasional, regional maupun internasional dengan penekanan pada aspek
intrnal maupun kesternal sistem pendidikan yang dikembangkan.
Keberhasilan perencanaan pendidikan amat ditentukan oelh cara, sifat dan
proses pengmbilan keputusan yang dimabil para perencana pendidikan yang
didasarkan pada tujuan pembangunan nasional serta serta strategi dan
kebijakan operasional pendidikan serata cara pendekatan yang digunakan.
Dalam menentukan kebijakan mulai dari perencanaan sampai pelaskanaan
perlu meperhatikan, siapa yang memegang kekuasanaan merencanakan, siapa
yang dapt menentukan keputusan dalam perencanaan pendidikan serta faktot-
faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan.
2. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
7
Menurut Jumberensjah Indar7 runag lingkup perencaaan pendidikan
meliputi:
a. Menyangkut teori dasar perencaaan pendidikan (the theoritical
foundation of educational planning).
b. Beberapa langkah penilaian daripada pelaksanaan perencanaan
pendidikan tersbut (to any assessment of the bases of the imflication of
educational planning).
c. Hubungan antara peencanaan pendidikan dengan sektor ekonomi,
hubungan ini demikian erat sehingga sering digunakan relevansi.
d. Menyangkut juga bentuk-bentuk pendekatan apakah man power
approach planning atau cost benefit analyasis, cost efectivines analytical
atau cost verhead analitycal, dan sebagainya. Kesemuanaya akan berarti
dampaknya satu dengan lain berbeda dan sebgainya.
e. Bagaimana memanfaatakan human resources (potensi manusia)
atau bagaimana manusia-mansuia yang terlibat dimanfaatakan semaksimal
mungkin dalam rumusan perencanaan pendidikan sehingga terdapat
relevansi dengan social demands (keinginan sosial) dan social needs
(kebutuhan sosial).
f. Juga memperhitungkan maslah-masalah seperti:
1) Arus siswa atau murid (perkembangan, partisipasi mudir, angka droup
outs, mengulang dsb).
2) Pembanguann fisik prasaranan (rehabilitasi, pemabangunan gedung
baru, pebaikan/pembongkaran gedung).
3) Masalah tujuan opendidikan (nasional, institusional, kurikuler,
intrucksional)
4) Modernisasi di segala bidang.
5) Peroses bel1ajar mengajar di sekolah.
6) Nilai budaya yan g berkembang di masyarakat.
7 H.M. Djumberansjah Indar, 1995, Perencanaan Pendidikan (Starategi dan Implementasinya), Surabaya: Karya Abditama, h 16-17
8
7) Generasi muda.
8) Adat kbiasaan ya`1ng non e1konomi
9) Staratifikasi sosial..
Sedankgan meenurut Udin Syaifudin Saud8 ruang lingkup perencanaan
pendidikan meliputi:
a. Kajian terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan sebelumnya
sebagai titik berangkat perencanaan.
b. Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan
arah yag harus dapat dijadikan tumpu kegiatan perencanaan.
c. Pengembangan program dan proyek sebagai operasionalisasi prioritas yang
ditetapkan.
d. Schedulling dalam arti mengatur menemukan dua aspek yaitu keseluruhan
progra, dan prioritas secara terartur dan cermat karena penjadwalan ini
secara makro mempunyai arti tersendiri yang amat strategik bagi
keseluruhan pelaksanaan perencanaan.
e. Implementasi remncana termasuk di dlamnya proses legalisasi dan
persiapan aparat pelaksanaan rencanapengesahan dimulainya suatu
kegiatan, monitoring dan controlling untuk membatasi kemungkinan yang
tidak terpuji yang dapat merupakan hambatan dalam proses pelaksanaan
rencana.
f. Evaluasi dan revisi yang merupakan kegiatan evaluasi untuk
menentukan tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan baru yang berkembang.
3. Tujuan Perencanaan Pendidikan
Banyak tujuan yang hendak dicapai dari perencanaan pendidikan sebgai
berikut:
8 Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, 2005, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 26
9
a. Menyajikan rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui pejabat
tingkat nasional yang berwenang.
b. Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi berbagai
bidang/satuan kerja yang bertanggung jawab untuk melakukan
kebijaksanaan.
c. Mencari kebenaran atas fakta-fakta yang diperoleh atau yang akan
disajikan agar dapat diterima oleh stake holder penddidikan.
d. Menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan diorientasikan
pada masa depan.
e. Meyakinkan secara logis dan rasional kepada stake holder pendidikan
terhadapa pendidikan.
4. Manfaat Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan merupakan suatu keharusan, karena banyak
manfaat yang dapat diperoleh yaitu:
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi
setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru
maupun unsur murid pada lermbaga pendidikan.
d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga
setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.9
Disamping memilIki manfaat, perencaan pendidikan juga memiliki arti
yang sangat penting. Menurut Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin syamsudin
Makmun perencanaan memiliki arti penting sebagai berikut:
9 Abdul Majid, Op. Cit. h. 22
10
a. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan
kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
b. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting)
terhadap hal-hal dalam masa pelakasanaan yang akan dilalui. Perkiraan
dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan
tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin
dihadapi. Perencanaan megusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi
sedini mungkin.
c. Perencanaan memberikan kesempatan untuk meilih berbagai alternatif
tentang cara terbaik ( the best alternatif) atau kesempatan untuk memilih
kombinasi cara yang terbaik (the best combination).
d. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-
urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan
usahanya.
e. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar
untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau
organisasi, termasuk pendidikan.10
B. Fungsi, Karakteristik dan Unsur Perencanaan Pendidikan
1. Fungsi Perencanaan Pendidikan
Fungsi perencanaan pendidikan sama seperti fungsi perencanaan pada
umumnya yaitu:
a. Sebagai pola dasar dan petunjuk dalam mengambil keputusan tentang
bagaimana mencapai tujuan dan jalan apa yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan tesebut.
b. Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian pelakasnaan
pendidikan.
10 Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun. Ibid.
11
c. Menghindari dari pemborosan sumber-sumber daya baik sumber daya
manusia maupun sumber daya alam.
d. Sebagai alat bagi pengmebangan penjaminan kualitas pendidikan
e. Sebagai upaya untuk memenuhi dan mewujdukan akuntabilitas lembaga
pendidikan.
f. Mempersiapakan keputusan-keputusan atau alternatif-alternatif
kebijaksanaan untuk kegiatan masa depan dalam pembangunan
pendidikan.
2. Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Menurut Banghart dan Trull dalam Harjanto bahwa terdapat beberapa
karakteristik perencanaan pendidikan yaitu:
a. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan sosial dan
konsep-konsepnya yang dirancang oleh banyak orang.
b. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika
informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c. Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya,
namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengaahan.
d. Perencanaan pendidikan berkaitan dengan pemilihan sumber dana,
sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah
penggunaan dan salah dalam manajemennya.11
Sedangkan menurut Udin Syaefudin Saud perencanaan pendidikan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Suatu proses rasional, dikarakteristikkan sebagi
pengembangan yang terorganisasi dari kegiatan pemebalajran masyarakat.
2) Menyangkut tujaun sosial, cara dan tujuan, proses-proses dan kontrol.
3) Merupakan rancangan konseptual dimana kebijakan dan
tindakan dibuat oleh kelompok.
11Ibid. h.52
12
4) Konsep dinamis yang menjamin suatu rencana dikonstruksikkan denan
lentur sehingga tindak mungkin terjadi enyimpangan.12
3. Unsur-unsur Perencanaan Pendidikan
Menurut Endang Soenarya13 unsur-unsur perencanaan pendidikan meliputi:
unsur kunatitatif, unsur kualitatif, unsur relvansi dan unsur efisiensi.
a. Unsur kuantiatif
Subtansi utama unsur kunatitatif dalam perencaaan pendidikan
adalah berkenaan dengan aspirasi dan permintaan masyarakat terhadap
pendidikan (social demand) . Berdasarkan unsur kuantitatif perencanaan
pendidikan dilakukan berdasarkan pendekatan permintaan masyarakat, dan
dilnjutkan dengan menggunakan pendekatan sistem dalam langkah-langkah
kegiatan berikutnya.
Contoh unsur kuantitatif berdasarkan pendekatan kebutuhan
masyarakaqt dalam perencanaan poendidikan ketika merencanakan bhawa
usia wjaib pendidikan dsar dimulai ketiak anak berumus 7 tahu, tetapi akibat
perkembangan masyarakat banyak orang tua yang menghendaki anaknya
masuk pendidikan dasar pada umur 6 tahun. Dan solusi yang diambil dalh
mnerima seluruh anak yang berumusr 7 tahun baru kemudian menerima
anak yang berumusr 6 tahun di kelas 1 Sekolah Dasar.
Unsurunsur kuantitatif yang perlu ndiperhatikan dalam perencanaan
pendidikan baik faktor internalk maupun faktor ekternal. Faktor internal
berkaitan dengan arus murid, jumlah stauan, jenis dan jenajng pendidikan,
kondisi sarana prasarana yang dimiliki, tingkat pemnfaaaak kualitas sumber
daya manusia, status kepemilikan tanah dan bangunan sataun pendidikan,
sumber pembiayaanm operasinal serta manajemen pendidikan.. Faktor
eksternal unsur kunbtitatif perencanaan pendidikan meliputi: kondisi
geografis, kondisi ekonomi.
12Ibid, h. .13 Endang Soenarya,
13
Hasil proses perencanaan kuntitaf pendidikan direfleksikan dalam
bentuk daya tammopung jenis, jenjang dan satuan pendidikan dalam kurun
waktu tertentu serta sumber daya pendidikan yang terdiri atas: (1) jumlah
keperluan tenafga kependidikan sesuai dengan jenajng pendidikan dan
jenajng kelas; (2) jumlah gedung/ruangan kelas, perpustakaan, adminstrasi,
laboroatorium, kegaitan ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan jenis dan
jenajng tingakt satuan pendidikan; (3) sumber belajar yang dibutuhkan baik
human maupun nun-human yang sesuai dengan jenjang, dan jenis satuan
pendidikan; (4) serta sumber-0sumber pembiayaan pendidikan dari DIPA
dan iuran Komite di sekolqah negeri dan SPP pada lembaga-lembaga
pendidikan swasta.
b. Unsur Kualitatif
Perencanaan kualitas pendidiakn berarti perencanan peningkatan
kemampuan pengetahuan, sikap serta keterampialn peserta didik. Diantara
ukuran keberhasilan dan kualtias suatu pendidkan adalah:
1) proses belajar mengajar
berjalan secara efektif, peserta didik mengalami proses pembelajran
yang bermakan, ditunjang oleh sumber daya pendidikan danditunjang
pula oleh lingkungan yng kondusif.
2) Dalam proses penddidikan,
peserta didik menunjukkan kemampuan prestasi belajar, mengetahui
sesuatu dan dapat melakukan secara fungsional serta hasil
pendidikanya sesuai dengan tuntutan lingkugnannya.14
Dengan demkian meencanakan kualitas pendidikan berari
merencanakan kulaitas prosese pmebelajaran dan kulaitas lulusan pada
jenis, jenjang dan satuan pendidikan tertentu.. Sedankan kulaitas proses
belajar mengajr sendiri ditentukan oleh kulaitas peserta disik, kualitas tenga
kependidkan, kulaitas sarana dan prsarana pendidikan serta kualitas
lingkungan.
14 Ibid. h. 99
14
c. Unsur relevansi
Unsur relevansi dalam perencanaan pendidikan menekankan kepada
hubunngan antara pendidikan dengan tingkat perekmbangan dan
kemajuan serta perubahan yang terjadi di masyarakat dan kecendrungan-
kecendrungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Dalam merencanakan pendidiakn haeus duperhartikan peregeseran
struktur ejkonomi masyarakata, pergeseran struktur ketenagakerjaan,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan lokasi
pemukiman serta pergesraan nilai-nilai sosial dan budaya. Program-
program pendidikan sitem pendidikan yang direncanakan harus disesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek-aspek yang telah
disebuitkan.
Agar ada reelevansi dalam perencanaaan pendidikan dengan
perkembagnan masyarakat masukan-masukan yang berasala dari
lingkungan harus dinalisis secara sistematik dan diolah sebgai sumber data
dan informsi yang bisa dimnafaatakan dalam perencanaan pendidikan.
Pangkal tolak relevansi dalam perencanaan pendidikan adalah
bagaimana menkaitkan antara masa kini dengan masa yang akan datang.
Karenanaya perencanan pendidikan yang dibuat harus futuristik yaitu
mengatifasi kemungkinan perubahan dan kebutuhan di masa yang akan
datang. Dalam unsur relevansi perencanaan pendidikan harus
mengedapnkan mutu penddiikan yang dihasilakn yang dibutuhkan oelh
masyarakat. Karenanaya agar terdapat relevansi anatra perencanaan
pendidikan dengan pendidikan yang bermutu yang disesuiakan dengan
arah perkembangan masyarakat serta kebnutuhan masyarakat masukan
haurs diperhatikan keterkatannnya dengan lingkungan intrumental (tneaa
pendidik, program pendidikan, srana prsarana, baiya dan manajemen) serta
masukan liungkungan (lingkungan hidup, waktu, struktur ekonomi, struktur
ketangakerjaan sert IPTEKdalam perencanaan pendidikan/
15
d. Unsur efisiensi
Unsur Efisiennsi dalam perencanaan dapat dilihat dari lingkup
internal maupun lingkup ekjternal. Lingkup intenal usbur efisiensi dalam
perencanaan penddidikan ditandai denan tinggibrendahny angka putus
sekolah serta tinggi rendahnya siswa yang mengulang atau tingggal kelas.
Putus sekolah dikaibtakan oleh faktor intenal maupun faktor
eksternal. Faktor intenal berkaitan dengan profesionalisme guru dalam
proses belajar mengajar: seperti kurang atau tidak efektifnya kegaitan
pembelajaran, kurangngya variasi mengajara guru yang mengakibatkan
kebosnan dalam diri siswa. Sedankan faktor eksternal yagn adapat
mengyebabkan pusuts sekolah antara lain; berkaitan dengan kemmapuan
orang tua/peerta didik membiaya pendidikan, nilai-nilai budaya yang berlaku
di masyarkat dan sebgainya.
Sedangkan aspek eksternal berkaitan dengan efektivitas manjemen
sistem pendidikan yang dikaibatkan oleh kelambanan dlam sistem
manajemen pendidikan yang membawa akibat kepada terjadinya
pemborosan pendayaagunaan dan pemanfaatan sumber-sumber daya
dalam sutu sistem pendidikan.
Kelambanan manjemen pmndidikan dikabatkan faktor-faktor:
p[rofesionalisme, mekanisme pengambilan keputuasaan, kuragn jelasanya
prosesdur dan tata kerja, metode yang ketinggalan jaman, kuragn
memadaia fasilitas dan biaya operasional, etos kerja, disiplin serta tanggung
jawab yang rendah.
Fkator lain yang ikut menyebabkan terjadinya ketidak efektifan dan
ketidak efisienan karena masukan lingkungan yang kurnag menunjang
seperti kondisi geografis, kemampuan ekonomi, teknologi yang ketinggaln
jaman, birokrasi, peraturan perundang-undangan yang ketat, kordinasi
adminsitrasi antar lembaga yang slaing tekait, serta birokrasi pendidikan.
16
Agar tejadinya efketivitas dan efisiensi sistem pendidikan
memerlaukan perencanaan pendidikan yang terpadu yang dapt meamu dan
menggabungkan masukan intrumental maupun masukan lingkungan dalam
perencanaannya. Keterpaduan antara masukan instrumental dengan
masukan lingkungan dapaty meningkatakan eisiensi sistem manajemen
pendidikan dalam rangka menghasilakn lulusan yang bemutu serta memiliki
relevansi dengan tuntutan kebuthna masyarkat dengan mendayagunakan
sumber-sumber pendidikan secara efisien.
Sedangkan menurut Jusuf Enoch unsur-unsur perencanaan pendidikan
mepiputi:
a. Keadaan sekarnag (data dan informasi sebgai hasil potret atau
situasi sekarang)
b. Keadaan yang diharapkan yang akan dituju dan dicapai (sasaran)
c. Strategi pencapaian sasaran (langkah-lankgah, usaha, taktik atau cara) 15
4. Perencana Perencanaan Penndidikan
Perencana pendidikan bila dilihat dari tuga yang diemban adalah semua
petugas pendidikan mulai dari tingkat yang paling ats (perencana pada tingkat
pusat) sampai pda pendidikan sebagai pelaksana lapangan ayaitu Kepala
Sekolah dan guru. Secara lebih rinci berdasarakan ruang linkup dan tanggung
jkawab yang dibebankan petugas-petuga perencaan pendidikan dapat
dikategorikan sebgai berikut:
a. Petugas perencana pada tingkat pusat (national level: presiden, menteri
sekjen, dirjen, biro perencanaan).
b. Petugas perencana pada tingkat propinsi (regional level: kepala dinas,
kepala sub dinas/kepala seksi).
c. Petugas perencana pada tingkat kabupaten/kota (area level:, kepala dinas,
kepala sub dinas/kepala seksi).
15 Op. Cit., h. 3
17
d. Petugas perencana pada tingkat sekolah (institusional level: Kepala sekolah
dan guru).16
Untuk dapat membuat perencanaan pendidikan dengan baik seorang
perencanan pendidikan harus mengetaui beberap hal sebgai berikut:
a. Permasalahan-permaslahan pembangunan dari suatu msyaakat yang
berkaitan dengan sumbersumber pembangunan yang dapat diusahakan
dengan orientasi ke masa depan.
b. Adanya tujuan atau sasran yang akan dicapai.
c. Adanya kebijakan, strategi dan cara untuk mncapai tujuan, dan pemilihan
alternatif nyang terbaik.
d. Penterjemahan dan penjabaran dalam program-program dan kegaitan
yang konkrit.17
Agar dapt melaksanakan tugasnya dengan baik perencana pendidikan
harus memiliki kemampuan dalam melakukan sjumlah kegiatan yang meliputi:
a. Menganalisis data pendidikan dan data lainnya yang
diperlukan dalam penyusunan rencana;
b. Menerjemahkan implikasi rencana ekonomi makro ke dalam sektor
pendidikan;
c. Menganalisis proyeksi tenaga kerja nasional untuk seterusnya dikaitkan
kepada lulsuan atau otput pendidikan menurut tingkat dan proggeram
studi;
d. Menggunakan rumus matematis dalam perhitungan-perhitungan, mislanya
memperkirakan kebutuhan jangka pendek, jangka sedang dan jangka
panjang secara kuatitatif;
e. Menterjemahkan kebijaksanaan dalam suatu rencana yang operasional;
f. Menjabarkan suatu rencana pembanugnan pendidikan ke dalam proyek-
proyek.18
16Jusuf Enoch, 1992, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 1217 18Jusuf Enoch, 1992, Ibid, h. 12
18
Menurut Jumberennsyah Indar Seorang perencanan pendidikan juga
diharapkan dan dituntut untuk:
a. Mempunyai kemampuan dalam pengumpulan data diperlukan dalam
penysusunan rencan.
b. Mampu menganalisas data pendidikan ke dalam , menjadi bahan
informasi dan menjabarkan rencan ke dan program pendidikan
(perkiraan kebutuhan yang bersifat operasional).
c. Mampu menterjemahkan implikasi rencan ekonomi ke dalam sektor
pendidikan.
d. Memiliki pengetahuan dan mampu mengadakan analisas degna
mengugnakan rumsu-rumus statistik untuk memperhitungkan kebtuhan
dalam penyelengggaran pendidikan seperti perhitungan proyeksi
pendududk, tenaga kerja, output penddiikan dan sebgainya.
e. Mampu menterjemahkan kebijakn dan menjabarkan ke dalam rencan,
program dan proyek-proyek serta kegaitan-kegiatan dalam pendidikan.19
Disamping keahlian yang dituntut pada diri seorang perencana
pendidikan, karena dalam perencanaan pendidikan merupakan kegiatan
multidisiplimer dengan memperhatikan aspek: kependudukan, ekonomi,
keungan pemrintah, landasan kependidikan, statistik persekolah, linkgungan
sosial budaya serta aspek-aspek lainya baik secara langsung maupunsecara
tidak langsung mepnegaruhi perencanaan perencanaan pendidikan. Seroang
perencana pendidikan dalam merencanakan pendidikan harus mengadakan
konsultasi kepada para ahli yang mengusai bidang-bidnag tersebut serta
konsultan-konsultan pendidikan baik konsultan internal maupun konsultan
eksternal.
5. Model Perencanaan Pendidikan
19 Djumberemansyah Indar, Op. Cit. h. 26
19
Beberapa model perencanaan dapat dikembangkan yang meliputi; (1)
model perencanaan komprehensif; (2) Model perencanaan target setting; (3)
model perencanaan costing (pembiyaaan) dan efektivitas biaya; (4) Model
PPBS (Planning, Programming, Budgeting, System).20
a. Model perencanaan komprehensif
Model perencanaan pendidikan konprehensif menekankan pada analisis
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pdndidikan
secara keseluruhan untuk dijadikan patokan dalam penjabran rencana-
rencana pendidikan yang lebih spesifik kearah pencapaian tujuan yan lebih
luas.
b. Model perencanaan target setting
Model perencanaan pendidikan target setting menekankan pada proyeksi
ataupun perkitaan tingkat perkembangan dalam jangka waktu tertentu.
Model perencanaan pendidikan target setting dikembangkan model-model:
(1) model untuk analisis demografis dan proyeksi kependudukan; (2) model
proyeksi enrolmen (jumlkah siswa yang terdaftar) di sekolah; (3) model
untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.
c. Model perencanaan costing (pembiyaaan) dan aefektivitas biaya
Model perencanaan pendidikan costing (pembiyaaan) dan aefektivitas biaya
menekankan pada analisis terhadap efektivitas dan efisiensi proyek-proyek
secara ekonomi. Dengan model ini dapat diketagui proyek-proyek yang
feasible dan dapat memberikan infomasi tentang perbandingan dinatara
proyek-proyek yang ada dan dapat dipilih alternatif terbaik dalam
memecahkan dna menanggulangi permaslahan-permasalahan yang
muncul dan dihadapi.
Model ini digunakan karaena pada dasrnya perencanaa pendidikan tidak
terlepas dari unsure pembiayaan. Dan diharapkan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan baik pada saat perencanaan dan pada saat pelaksanaan akan
medatangkan keuntungan dalam kurun waktu tertentu yaitu tercapainya
20 Nanang Fatah, 2004, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdkarya, h. 50 -52
20
peningkatan kualitas sumber daya manusia pendidikan itu sendiri maupun
kualitas sumber daya manusia yang dididik pada lembaga pendidikan.
d. Model PPBS (Planning, Programming, Budgeting, System)
Model perencanaan pendidikan PPBS (Planning, Programming, Budgeting,
System) diterjemahkan ke dalam bahasa Indoensia dengan SP4 (sistem
perencanaan, penyusunan program dan penganggaran). Menurut Mc.
Ashan PPBS (Planning, Programming, Budgeting, System) adalah suatu
pengorganisasin yang sistematis, anlitis dan informasi keuangan yang
terintegrasi ke dalam semua program yang direncanakan,
diimplementasikan, dan dievaluasi untuk menolong melakukan alokasi
sumber pendidikan termasuk pembiayaan.21 Kast dan Rosenzweig
mengemukakan bahwa PPBS merupakan suatu pendekatan yang
sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan, mengembangkan
program-program untuk dicapai, menemukan besarnya biaya dan
alternative dan menggugnkan proses penganggaran yang merefleksikan
kegiatan program jangka panjang.22
Sifat esensial dari PPBS dikemukakn Jujun Surya Sumantri23 sebgai berikut:
a. Memperinci secara cermat dan menganalsisi secara sistematis terhadap
tujuan yang hendak dicapai.
b. Mencari alternative-alternatif yang relevan yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan.
c. Menggambarkan biaya total dari setiap alternative, baik biaya langsung
ataupun tidak langsung, biaya yang telah lewat ataupun biaya yang akan
datang , baik biaya yang berupa uang maupun biaya yang tidak berupa
uang.
d. Memberikan gambaran tentang efektivitas setiap alternative dan bagaimana
alaternatif mencapai tujuan.
21 Made Pidarta, Op. Cit. h. 14522 Nanang Fatah, Op. Cit. h. 5123 Ibid, h. 52
21
e. Membandingkan dan menganalisis alaternatif tersebut, yaitu mencari
kombinasi yang memberikan efektivitas besar dari sumber yang ada dalam
pencapaian tujuan.
Adapun faktor-faktor yang ditekankan oleh para perencana pendidikan
dalam perencanaan pendidikan menggunakn model PPBS adalah sebngai
berikut:24
a. Berorintasi kepada output atau efektivitas. Usaha utmaa penyusunan
budget terarah kepada pencapaian tujuan program. Dana dialokasikan
semikian rupa dengan memperhitungkan hubungannya dengan sumber-
sumber yang lain yang secara bersama menyelesaiakan tugas secara
efektif.
b. Dana dialikasikan kepada setiap program yang akan dikerjakan yang telah
disusun secara analistis dan sitematis. Program utama atau proyek atau
seluruh kegiatan dianalsias dahulu secara sistmatis untuk emndapatakan
program-program yang spesifik. Baru kemudian dialokasikan kepada
program-program ini dengan mempertimbangkan kebutuhan, prioritas dan
kaitan antar program sendiri.
c. Pembiayaan bersifat terintegrasi. Unsure pembiyaan masuk dalam analisis
sistem menjadi satu dengan analisis program dan analisis sistem sistem
menjadi satu dengan analisis alat dan metode. Analsisi program. Analisisi\
data dan metode, dan analisis budget menjadi satu temuam membentuk
suatu lembaran kerja yang rapid an indah.
d. Alokasi dana diatur/disusun atas dasara realita. Alokasi dana tidak boleh
dilakukan atas dasar angan-angan belaka atau atas dasar pemerataan.
Melainkan harus dialkukan atas dasar kebtuhan nyata dan prioritas.
Misalkan alokasi anggaran yang diajukan masing-masing sub kegiatan
ekstra kurikuler di sekolah yang diodorkan masing-masing sub unit kurang
24 Made Pidarta, Op. Cit. h. 146-148
22
memenuhi sasran. Sering terjadi mark up dan ketika dana ditutunkan tidak
termanfaatakan dengan bailk.
e. Pengalokasian dana dibuat sedmikian rupa sehingga dana dapat
dimanfaatkan secara efisien. Hal ini dapat diperpleh melalui studi empoiris
tersebut di atas, berdasrkan kebutuhan nyata, prioritas, dan dengan
menggabungkan kegiatan-kegiatan yang mirip menjadi kegiatan kelompok
yang dikerjakan bersama dengan alat dan metode yanbg sama.
Model perencanaan pendidikan PPBS dalam prosesnya data tentang biaya,
keuntungan serta kelayakan program dibuat selngkap mungkin, sehingga
pengambil keputusan dapat menentukan plihan program yang paling
menguntungkan. Model perencanaan pendidikan PPBS dapat digunakan
untuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
C. Hubungan antara Perencaaan Pendidikan dengan Manajemen
Pendidikan
Menurut Depdikbud manajemen pendidikan merupakan proses
perencanaan, pengorganiasian, memimpin, mengendalikan tenga pendidikan,
sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan penddikan, mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengmebangkan manusia seutuhnya, yaitu mansuai yang
beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehtan jasmani dan rohani,
kepribadian yang amntap, mandiri serta bertanggung jawab kemasyaraktan dan
kebangsaan.25
Sedangkan perencanaan pendidikan adalah merupakan aplikasi analsisi
rasional dan sitematik dalam proses pengembangan pendidikan yang bertujuan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam usahanya memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan (pendidikan) baik tujuan yang berhubungan
denan anak didik maupun masyarakat.
25 Sobaigo Atmodiwirio, 2000, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta Arddizya Jaya, h. 23
23
Kerangka dasar manejemen termasuk di dlamnya manajemen pendidikan
terdiri dari: pandangan tentang manajemen sebagai (ilmu, kiat/seni dan profesi,
falsafah manajemen, teori-teori manajemen, prinsip-prinsip manajemen, fungsi-
fungsi manajemen, praktek manajerial, sumber-sumber daya pendidikan.
Perencanaan merupakanbgaian dari fungsi-fungsi manajemen yang
meliputi: perencaaan, pengorganisasian, pengarahan, kordinasi, kepemimpinan,
komunikasi serta pengawasan. Perencanaan pada manajemen pendidikan
merupakan kegiatan manajerial dam rangka melaksanakan fungsi manajemen
yaitu merancang pemberdayaan sumber-sumber daya yang ada pendidikan baik
manusia, sarana, biaya, teknologi dan informasi secara bermutu, efektif dan
efesiensi serta memiliki relevansi dan didasarkan atas kreativitas dalam
pelaksanaanya dalam rangka memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik
dan masyarakat akan pendidikan.
D. Efektivitas dan Hambatan dalam Perencanaan Pendidikan
1. Efektivitas Perencanaan Pendidikan
Menurut Wahyu Sumidjo26 suatu perencanaan pendidikan yang efektiv
apabila:
a. dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan what/which, when, where, how,
who.
b. Pragmatis, yaitu disertai dengan perhitungan-perhitungan konkret berdasar
asumsi-asumsi logis.
c. Operasional, ialah dapat dengan kemampuan yang ada,
d. Ambisius tetapi realsitik,
e. Berkelangsungan, ialah jika sesuatu dimulai maka terus dilaksanakan
sampai selesai.
f. Fleksibel, ialah sewaktu-waktu dapat diadakan penyesuaian asalkan
sedapat-dapatnya tidak mengurangi sasaran.
26 Wahyu Sumidjo, 1999, Strategi Perencanaan (Bahan Diklat SPAMA, Jakarta: Lembaga Adminstrasi Negara, h.5
24
g. konprehensif
h. ada skala prioritas.
Sedangkan menurut Lembaga Adminstrasi Negara27 perencanaan yang
efekatif ditandai dengan.
a. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan
b. Harus dibuat oleh orang yagn sudngguh-sungguh memahami tujuan
organisasi.
c. Harus dibuat orang yang mendalami teknik-teknik perencanaan.
d. Rencana harus disertai dengan perincian yang teliti. Harus segera diikuti
dengan “programming” berbagai kegiatan: metode kerja, tenaga, biaya,
target waktu, target hasil dan lain-lain.
e. Rencana tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan. Harus banyak
infoamasi dari orang-orang serta unit-unit yang nantinya akan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan rencana.
f. Rencana harus sederhana, artinya: susunan renca harus sistematis,
prioritasnya jelas terlihat, bahasanya mudah dipahami.
g. Rencana harus luwes dalam menghadapi keadaaan-keadaan yang
dihadapi.
h. Terdapat tempat pengambilan resiko.
i. Harus meruapakn “forecasting” terhadap masa yang akan datang.
Selanjutnya Wahyu Sumidjo28 memaparkan efektivitas suatu perencanaan
sebagai berikut:
a. Perencanaan yang efektif diawali dengan perincian tujuan secara lengkap
danjelas. Tujuan yangkabur akan sulit dimengerti an oleh karenanya sulit
direncanakan. Agar efektif, maka tujuan-tujuan perlu dipilih yang mudah
dicapai dan berdasrakan skala prioritas.
b. Setelah tujuan ditetapkan maka langkah berikutnya adalah perumusan
kebijaksanan. Secara hariah kebijaksanaan berarti pedoman mengarahkan,
27 Lembaga Admnistrasi Negara RI, 1993, TekniK Perencanaan (Bahan Diklat Jarak jauh SEPALA), H. 928 Wahyusumindjo, Op. Cit. h. 6-7
25
tetapi sekaligus membatasi tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Maksud
daripada kebijaksanaan ialah memperhatikan dan menyesuaikan tindakan-
tindakan yang akan dilakukan dengan faktor-faktor lingkungan apabila
tujuan tercapai.
c. Langkah ketiga ialah analsisi dan penetapan cara dan sarana untuk
mecapai tujuan dalam kerangka kebijaksanaan yang telah dirumuskan.
Analisis perlu diperhatikan berbagai variabel dan alternative dan cara serta
sarana melaksanakan kebijaksanaan. Cara adalah prosesdur-prosedur,
baik yang dituangkan dalam peraturan-peraturan maupun dalam bentuk
intruksi-intruksi. Sedangkan sarana meliputi: organisasi, alat perlengkapan,
dana pembiyaan dan sebagainya.
d. Akhirnya langkah dalam perencanaan meliputi pula penentuan sistem
pengendalaian yang memungkinkan pengukuran dan perbandingan apa
yang harus dicapai dengan apa yang telah tercapai berdasarkan criteria
yang telah ditetapkan.
2. Hambatan-hambatan dalam Perencanaan Pendidikan
Hambatan-hambatan dalam perencanaan pendidikan meliputi: politik,
ekonomi dan waktu, hukum.29 Dismping kendala tersebut adalah kendala
berkaitan dengan pimpinan sebgai top manajer dan top leader serta
keterlibatan berbagai sumber daya manusia. Dan bila diuraikan sebagai
berikut:
a. Politik
Perencanaan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan politik yang
diahsilkan dari proses plitisasi. Dan perencanaan pendidikan harus
mejabarkan hasil kebijakan nasional yang telah digariskan yangmerupakan
hasil tawar menawar dari kekuatan poltik yang ada baik di pemrintahan
maupun pada lembaga legislatif. Dan kebijakanb politik mendaulu kebijakan
dibidang pendidikan. Karena pada dasaranya kebijakan meruapakan
29 Udin Syaefudin Saadu, Op. Cit. h. 54
26
serangkaian alternatif tindakan, dan perencanaan pendidiakan merupakn
suatu kebijakan yang dilakukan oleh tingkat adminsitrasi yagn lebih rendah
dari pemrintah puat.
Perencanaan pendidikan merupakan bagian dari permasalahan puublik.
Dan ketika elite politk merumuskan kebijakan publik pada sektor pendidikan
kurang mendapat perhatian dan kritik dari publik pemerhati, para pakar dan
pelaksanan pendidikan, maka kebiajkan yang dihasilkan cenderung kurang
memadai dan kutagn konfrehensif terhadap permasalahan-permasalhan
pendidikan yang sendang dihadapi serta tuntutunan terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi sert perkembangan masyarakat.
b. Ekonmi
Dari aspek ekonomi dalam perencanaan pendidikan melibatkan berbgai hali
dari berbagai bidang dan disiplin ilmu dengan dihadapkan pada
permaslahan ekonomi dan pembiayaan. Dalam perencanaan pendidikan
harus disesuaikan anggaran yang diperlukan dengan anggaran teredia
dalam mencapai tujuan pendidikan. Dan sering terjadi anggaran pendidikan
yang disediakan dengan anggaran yang dibtuhkan tidak seimbanga bahkan
jauh dari yang seharusnya yang disediakan.
c. Waktu
Dari aspek waktu perencanaan pendidikan masih sering terkendala
pemisahan antara perencanaanan jangak panjang yang bersifat strategis,,
menengah atau jangka pendek yang merupakan perencanaan rutin yang
bersifat tahunan.
d. Hukum
Dari aspek hukum menajdi kendala, karena nsering terjadi suatu kebijakan
pendidikan sudah diputuskan dalam Undang-undang dasar dan undan-
undang akan tetapi peraturan pelaksanaana yang bersifat teknik belum atau
lambat pembuataanya maulai dari peraturan pemerintah, kepurusan
presiden, peraturan menteri sampai pada keputusan menteri yang
27
merupakan penjabaran yang bersifat teknik dan operasional utnuk
melaksanakan Undang-udang Dasar maupun Undang-undamg.
e. Pimpinan
Pimpinan kadang memaksakan rencana sendiri untuk dijadikan rencana
organisasi atau satuan pendidikan. Pimpinan juga seri g tidak jelas dalam
emmberikan pengarahan rencana yang dibuat dan kakan dilaksanakan
f. Keterloibatan Banyak Sumber Daya Manusia
Dalam suatu perencanaan melibatkan banyak sumber daya manusia
dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu, tingkat pengatahuan,
pengalaman keterlobatan dalam perencanaan serta latar belakngan budaya
yang berbeda. Sehingga sering mengakibatkan perbeddan pendapat dan
pandangan dan sulit menyatukan pendapat tentang skala prioritas yang
harus direncankan serta tahapan-tahapan serta langkah-langkah apa saja
yang harus direncanakan.
28
Top Related