BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner & Suddarth, 1996).hipertensi
merupakan penyebab utama gagal jantung,stroke,dan gagal ginjal.disebut sebagai
‘PEMBUNUH DIAM-DIAM”.karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan
gejalannya.Institut Nasional Jantung ,paru dan darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisiinya.
Sekitar 20% populasi orang dewasa mengalami hipertensi; lebih dari 90% diantara
mereka mengalami hipertensi esensial(primer) dimana todak dapat ditentukan penyebab
medisnya.sisannya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder) seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim
ginjal ,berbagai obat,disfungsi jaringan ,tumor dan kehamilan .
Gangguan emosi,obesitas,konsusmsi alkohol yang berlebihan ,dan rangsangan kopi
yang berlebihan ,tembakau dan obat-obatan yang merangsang dapat berperan
disini .faktor resiko utama penyebab hpertensi yaitu dapat dimodifikasi
(obesitas,rokok,dm dll) tidak dapat dimodifikasi (usia,keturunan )
Jadi untuk menghindari atau mencegah agar tidak terjadi hipertensi yaitu menghindari
faktor resiko penyebab hipertensi
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipertensi ?
2. Apa penyebab atau etiologi hipertensi ?
3. Bagaimana gejala dan tanda hipertensi?
4. Bagaimana perjalanan/patofisiologi hipertensi ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang hipertensi ?
6. Apa saja komplikasi hipertensi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi?
8. Bagaimana asuhan keperawatan hipertensi ?
9. Apa kesenjangan antara kasus dan teori keperawatan
1
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan
sistem kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensif meliputi aspek biopsikososio
spiritual
2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan
siswa mampu:
1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular: hipertensi
2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah
yang telah diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada klien hipertensi.
6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh
dengan studi kasus/ penerapan di lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner & Suddarth, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara
Hearrison 1997)
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa
Kategori Sistolik ,mmHg Diastolik ,mmHg
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)
180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(hipertensi Maligna)
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
3
2.2 Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Berdasarkan faktor resiko :
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal
seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
Factor emosional dan tingkat stress
Gaya hidup yang monoton
Sensitive terhadap angiotensin
Kegemukan
Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
Hipertensi Renal (Sekunder)
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll
2.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
4
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
Manifestasi klinis hipertensi :
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
Sakit kepala
Edema pupil
Epistaksis
Pusing / migrain
Rasa berat ditengkuk
Sukar tidur
Mata berkunang kunang
Lemah dan lelah
Muka pucat
Suhu tubuh rendah
5
2.4 Patofisiologi
6
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
7
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
2.6 Komplikasi
OTAK GINJAL JANTUNG
Pemekaran
pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel
otak : stroke
Malam banyak
kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologis penurunan BB,pembatasan alkohol,natrium dan
tembakau,latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi.apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko
tinggi (pria perokok) .
2. Terapi Farmakologis
Jika tekanan darah diastoliknya menetap ,diatas 85-95 dan sistolik 130-139 mmHg
maka perlu dimulai terapi obat.Joint National on Detection ,Evaluation and
Treatment Of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih kelompok obat
yang mempunyai efektifitas tertinggi,efek samping paling kecil dan penerimaan serta
kepatuhan pasien .
8
Modifikasi gaya ,penurunan berat badan ,pengurangan
asupan alkohol,aktivitas fisik teratur,pengurangan
asupan natrium,penghentian rokok
2.6 Pengkajian
1) Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
b. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
9
Lanjutkan modifikasi gaya hidup
Pemilihan farmakologi awal :
Diuretik atau penyekat beta lebih disukai karena terbukti menurunkan mortalitas dan morbiditas
ACE inhibitor ,kalsium antagonis,reseptor penyekat alfa dan penyekat alfa beta belum pernah dibuktikan menurunkan mortalitas dan morbiditas
Respon tidak adekuat *
Respon tidak adekuat *
Naikan Obat Dosis Ganti dengan Obat Lain Tambahkan bahan kedua dari jenis yang berbeda
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P Paliative/provokatif: hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat.
Q Quality/Quantity: tingkat keluhan utama.
R Region; yaitu lokasi keluhan utama.Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala
S Savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
T Timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner,
merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang
kurang beraktivitas.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan
adanya penyakit jantung, stroke, dan lain-lain.
e. Aspek psikologis
Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien,
emosi yang labil
f. Aspek Sosial
10
Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih
bisa melakukan aktifitasnya namun agak terganggu.
g. Aspek spiritual
Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan aktivitas keagamaan.
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi:
1. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji
(Nevrus I-XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran
kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan,
gangguan ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB
biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas
normal
GCS (glaslow coma scale):
Respon Membuka Respon Motorik Respon Verbal
Spontan 4 Menurut perintah
6 Orientasi baik
5
Berdasarkan perintah verbal
3 Melikalisir rangsangan nyeri
5 Konversi kacau (bicara bingung)
4
Berdasarka rangsangan nyeri
2 Menarik/berlawanan rangsangan nyeri
4 Kata-kata kacau (tidak sesuai)
3
Tidak member respon
1 Fleksi abnormal (terhadap nyeri)
3 Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata)
2
11
Ekstensi (terhadap nyeri)
2 Tidak memberikan respon
1
Tidak member respon
1
NILAI:
15 : Compos mentis
12-14 : Somnolen
8-11 : Soporus
3-7 : Coma
System pengindraan (penglihatan)
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk
melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.
System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.
System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi
sekresi)
System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi
jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau
penyakit jantung vaskuler.
12
System pencernaan
Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
sendiri.
System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
System persarafan
Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)
Nevrus II Optic (penglihatan)
Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)
Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan,
gerak lidah)
Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)
System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa
kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
13
2.6.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi
adalah sebagai berikut:
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
2.6.2 Intervensi
Diagnosa keperaweatan 1
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
Catat edema umum.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
14
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplaidan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan
parameter :frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan
perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).
Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja
jantung).
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
15
Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
Batasi aktivitas.
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia.
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
Amati adanya hipotensi mendadak.
Ukur masukan dan pengeluaran.
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. A(60) di bawa ke UGD pukul 07.00 WIB oleh keluarganya karena pasien mengeluh
pusing tak tertahankan sejak kemarin malamnya, pusing bertambah ketika di buat mandi
pagi ,kemudian pasien jatuh pingsan. Saat di lakukan pengkajian, pasien mengatakan
mempunyai riwayat hipertensi. Pasien mengeluh merasa sakit kepala, Klien meringis
sampai menangis menahan sakit kepala yang dirasakan hingga tidak bisa tidur semalaman
Nampak memegangi kepala ditambah dengan sakit perut yang dirasakan . Mata pasien
juga nampak cekung dan berkunang-kunang, pasien nampak lemas. TD: 190/110 mmHg,
Nadi: 112x/menit, Suhu: 36OC. RR : 23x/menit.
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas penanggung pasien
Nama : Tn. A
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : petani
Alamat : Desa “P” kecamatan “C” Jombang
No. medrek : 055347
Dx. Medis : hipertensi
Tanggal masuk : 20 November 2014 jam 07.00 WIB
Tanggal pengkajian : 21 November 2014 jam 07.00 WIB
17
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. E
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Desa “P” kecamatan “C” Jombang
Hubungan dengan klien : anak
c. Keluhan utama
Pasien mengeluh sakit kepala
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 20 November 2014 jam 06.00 WIB klien sedang mandi , beberapa saat
kemudian klien merasakan sakit kepala yang bertambah semakin berat setelah klien mandi
dengan menggunakan air dingin. Kemudian pasien pinsan dan keluarga pasien membawanya
ke RSUD pertama masuk di UGD ,lalu pasien sadar dan di pimdahkan ke ruang Flamboyan.
saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan pusing dan nampak memegangi kepalanya,
sakit kepala sejak semalem dan tidak bisa tidur sejak kemarin malam dan ditambah sakit
perut TD: 190/110 mmHg, Nadi: 112x/menit, Suhu: 36OC. RR : 23x/menit. mata kelihatan
cowong .
e. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi 3 tahun yang lalu sejak usia klien 57 tahun. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang sering tidak teratur.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Klien mengatakan di keluarganya mempunyai riwayat hipertensi, dan di
keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma
dan lain-lain.
18
g. Aspek psikologis
Keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.
h. Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya
selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti
banyak yang menjenguknya,
i. Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin
beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
J Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : compos mentis
Nilai GCS : 15
Respon membuka : 4
Respon motorik : 6
Repon verbal : 5
- TD : 190/110 mmHg
- RR : 23x/menit
- N : 112x/menit
- S : 36oC
2) Sistem pengindraan
a) Sistem penglihatan
19
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris,kelihatan cowong, reflek pupil klien baik,
saat ada rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola
mata baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
b) System pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
c) System penciuman
Bentuk dan letak simetris, saat klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan minyak kayu
putih , klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
d) System pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula, klien dapat
menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
e) System integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata
f) System pencernaan
Inspeksi :Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa suddah tanggal, jumlah gigi sudah
tanggal, jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah
gigi 26, mukosa bibir kering, reflek menelan ada.
Auskultasi : pada bising usus 12x/menit.
Palpasi : I .Kuadran 1 (hepar) tidak ada pembesaran hepar dan ada nyeri tekan
II.Kuadran II (limpa) tidak ada pembesaran limpa
20
III. Kuadran III (Kolon) teraba masa /skibala
IV Kuadran IV tidak da nyeri tekan
Perkusi : kembung
g) System pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara
sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
h) System kardiovaskuler
Tachicardi, tidak terdapat peningakatan vena jugularis, tidak ada bunyi tambahan.
i) System perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada daerah
supra pubis, bleder tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
j) System persarafan
N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
N2 (optikus) : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan
penuaan,
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak
terkena cahaya)
N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.
N5 (trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup
secara simetris
N6 (abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.
N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.
21
N8 (cochlealis) : pendengaran baik.
N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.
N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.
k) System musculoskeletal
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada
luka
3) Pengkajian Aktifitas Sehari-hari
POLA SAAT DI RUMAH/SBLUM
MRS
SAAT MRS
1. Pola persepsi terhadap kesehatan
Penggunaan obat yg diberikan oleh pihak puskesmas
Mandi dan gosok gigi 2x/hari.
Pasien biasa makan sendiri.
Penggunaan obat sesuai resep dokter.
Px hanya di seka dan gosok gigi 2x/hari
Pasien makan di suapi.
2. Pola nutrisi Px makan 1 porsi habis setiap kali makan.
Jenis makanan: nasi, sayur, ikan
Minum ± 2000 cc tiap hari.
Px makan satu sendok makan
Jenis makanan: nasi, sayur,ikan
Minum ±1500 cc tiap hari
3. Pola eliminasi Bab 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas
BAK 5-6x sehari, warna kuning jernih
Px belum BAB sama sekali
BAK 4-5x sehari
4. Pola aktivitas Px melakukan aktivitasnya sendiri
Px meminta bantuan keluarga untuk memenuhi aktivitas sehari-harinya
5. Pola istirahat Px tidur siang 1 jam Tidur malam 6 jam/hari
Px tidur siang 1jam/hari Px tidur malam 3 jam/hari
sering terbangun 6. Pola persepsi
22
dan konsep diri Gambaran diri Ideal diri
Harga diri
Peran diri
Tidak ada gangguan Pasien ingin bekerja lebih
baik Pasien berusaha
melakukan segala sesuatu dengan optimal
Bekerja di sawah
Terganggu karena merasa malu terbaring di RS
Pasien ingin sembuh
Pasien bertindak kooperatif
Peran diri terganggu7. Pola sensori dan
kognitif Sensori
Hidung dapat membedakan bau busuk dan sedap
Lidah dapat membedakan asin, asam,manis, pahit
Mata dapat melihat pada jarak ± 3 m
Px dapat membedakan kasar dan halus
Kognitif Proses berpikir lancar dan
daya ingat baik
Sensori Hidung dapat
membedakan bau busuk dan sedap
Lidah dapat membedakan asin, asam,manis, pahit
Mata dapat melihat pada jarak ± 2,5 m
Px dapat membedakan kasar dan halus
Kognitif Proses berpikir lancar dan daya ingat baik
8. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik
9. Pola seksual TIDAK TERKAJI TIDAK TERKAJI
10. Pola pertahanan(koping)
Px berusaha mengatasi masalahnya sendiri jika ada kesulitan
Px meminta bantuan keluarga untuk mengatasi masalahnya.
11. Pola keyakinan Px beribadah sholat 5 waktu
Px hanya bisa berdoa di tempat tidur
4) Pemeriksaan penunjang
A )Laboratorium 21November 2014
Hb = 11,5 gr/dl (13,5 – 18 gr/dl)
L = 5.900/mm3 (4.500 – 10.000/mm3)
T = 155.000/mm3 (150.000 – 400.000/mm3)
Ht = 30 % (40 – 48 %)
GD puasa = 105 mg/dl (75 – 105 mg/dl)
Kalium = 4,05 (3,5 – 5,1 mmol/l)
23
Top Related