BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Kondisi perekonomian di Indonesia belakangna ini sedang mengalami sedikit
guncangan. Nilai rupiah kembali terhempas dan merosot sempat mencapai Rp.
11.800 per US$ 1, angka terendah sejak empat tahun terakhir (warta Ekuitas.
2005: 1). Ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah terpuruk, diantaranya
adalah menguatnya suku bunga Dollar A.S sehingga nilai tukarnya menguat
terhadap mata uang lainnya. Faktor lainnya adalah melambungnya harga minyak
mentah di pasaran dunia yang sempat mencapai nilai US$ 70 per barel (Warta
Ekuitas, 2005:1). Akibatnya, pertamina harus mengeluarkan US$ 1,6 miliar setiap
bulan untuk mengimpor BBM.
Pemerintah dan Bank Indonesia memang sudah mengambil langkah-lankah untuk
menahan kemerosotan rupiah. Diantaranya dengan menaikkan suku bunga SBI
dan mengeluarkan dana sebesar US$ 4 miliar untuk intervensi pasar. Dunia
perbankan harus berhati-hati terhadap situasi dan kondisi perekonomian.
Langkah-langkah antisipatif harus senantiasa dipertsiapkan oleh bank-bank agar
guncangan ekonomi saat ini tidak berubah menjadi krisis moneter, seburuk krisis
moneter 1998, yang tentu saja akan berpengaruh besar terhadap dunia perbangkan
Indonesia.
1
Adapun pengertian bank menurut undang-undang No. 7 tahun 1992 yang
disempurnakan menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah sebagai
berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentu kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan Bank merupakan kepentingan
semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen Bank), masyarakat
pengguna jasa Bank. Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan Bank dan pihak
lainnya. Kondisi Bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk
mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential
banking), kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko (risk
management).
Definisi tingkat kesehatan Bank menurut peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 adalah
sebagai berikut :
”Tingkat kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas,dan sensitivitas terhadap resiko pasar ”
Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi
rasio-rasio keuangan Bank. Rasio kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-
faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif dan penerapan manajemen
risiko dan kepatuhan Bank.
2
Penilaian tingkat kesehatan menurut peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut :
1. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap kompenen-
kompenen sebagai berikut :
a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan Bank
dalam mengcover asset bermasalah
b. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal bersal dari
keuntungan, rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan
usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang
saham untuk meningkatkan permodalan Bank
2. Kualitas Asset (Asset Quality)
Penilaian terhadap faktor kualitas asset meliputi penilaian terhadap kompenen-
kompenen sebagai berikut :
a. kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit,
perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP).
b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal;
sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produk bermasalah.
3. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko.
3
b. Kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada
BI dan atau pihak lainnya.
4. Rentabilitas (Earnings)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank.
b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan dan biaya, dan
prospek laba operasional.
5. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Rasio aktiva/pasar likuid, potensi naturity mismatch, kondisi Likuiditas
(LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan.
b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets dan Liabilitas
Management/ALMA). Akses kepada sumber pendanaan dan stabilitas
pendanaan.
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kemampuan modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai
akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar.
b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
4
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis
tertarik untuk membuat penelitian tesis dengan judul Pengaruh Capital Adequacy
Ratio Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas Pada Perbankan Di
Bursa Efek Indonesia (Periode 2005 sampai dengan 2009).
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti hanya pada masalah “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Loan
To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian mengenai pengaruh CAR dan
LDR terhadap profitabilitas (ROA) Bank mengambil dua dari enam aspek
penelitian tingkat kesehatan Bank (CAMEL). Capital dan Liquidity merupakan
bagian dari indikator penilaian kesehatan Bank. Dalam penelitian ini
menggunakan CAR yang merupakan penilaian dari aspek Capital sebagai variabel
X1, dan LDR yang merupakan penilaian dari aspek Liquidity sebagai variabel X2,
dan ROA (Return On Asset) yang merupakan penilaian dari aspek Earnings
sebagai variabel Y.
Dari latar belakang yang telah diidentifikasikan di atas dan batasan masalah, maka
masalah pokok penelitian ini dirumuskan : Seberapa besar pengaruh Capital
Adequacy Ratio dan loan to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA)?
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah, sebagai berikut :
5
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap profitabilitas (ROA)
pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh loan to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA) pada
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio dan loan to deposit ratio secara
bersama-sama terhadap profitabilitas (ROA) pada perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
Tujuan dan Keguanan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap profitabilitas
(ROA) pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Untuk mengetahui pengaruh loan to deposit ratio terhadap profitabilitas
(ROA) pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio dan loan to deposit ratio
secara bersama-sama terhadap profitabilitas (ROA) pada perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai upaya untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah peneliti peroleh selama perkuliahan ke dalam suatu
penelitian dan memperkaya wawasan khususnya dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan Capital Adequacy Ratio, loan to deposit ratio dan Return
On Asset.
6
Keterbatasan Penelitian
Dalam penulisan tesis ini penulis akan memberikan suatu batasan yang jelas guna
mempermudah pembahasan nantinya, seperti yang telah disinggung sebelumnya
bahwa dengan bermacam-macam masalah yang dihadapi perusahaan maka
penulis akan menekankan pada masalah Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada
Perbankan Di Bursa Efek Indonesia yang dibatasi pada perbankan di Bursa Efek
Indonesia yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Tinjauan Teori dan Telaah Penelitian Terdahulu
Pengertian Bank
Pengertian Bank
Bank bisa dikatakan sebagai urat nadi perekonomian suatu negara, terlebih-lebih
di era modern seperti sekarang ini peranan perbankan dalam memajukan
perekonomian suatu Negara sangatlah penting. Boleh dikatakan hamper semua
sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu
membutuhkan jasa Bank. Oleh karea itu, kemajuan suatu Bank di suatu Negara
dapat pula dijadikan tolak ukur kemajuan Negara yang bersangkutan. Makin maju
suatu Negara, makin besar pula peranan perbankan dalam membangun Negara
tersebut. Dengan demikian keberadaan dunia perbankan makin dibutuhkan oleh
pemerintah dan masyarakat.
Pada umumnya masyarakat memahami Bank hanya sebatas tempat untuk
meminjam dan menyimpan uang. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang betul-
betul belum mengetahui seluk beluk Bank secara utuh, sehingga pandanganh
tentang Bank sering diartikan secara keliru
Berbagai definisi mengenai Bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan
ahli. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian Bank :
Definisi Bank menurut UU Perbankan No. 21 tahun 2008 :
8
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup orang banyak.”
Sedangkan dalam PSAK No. 31 mengenai Akuntansi Perbankan disebutkan
sebagai berikut :
“Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial Intermediary) antar pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (deficit unit) serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada
dasarnya Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi
sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalu lintas uang, yaitu dalam
bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan
meminjamkan kepada masyarakat yang memerlukan dana.
Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya untuk
berbnagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Menurut Totok Budi
Santoso dan Sigit Triandaru (2006:9), secara lebih spersifik Bank dapat berfungsi
sebagai :
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di Bank apabila dilandasi oleh adanya unsure kepercayaan. Masyarakat percaya sepenuhnya bahwa uangnya tidak aka disalahgunakan oleh pihak
9
Bank, uangnya yakin akan dikelola dengan baik, Bank tidak akan bankrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik atau diambil kembali dari Bank. Begitu pula pihak Bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi oleh adanya unsure kepercayaan. Pihak Bank berharap atau percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of service
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sector rill tidak dapat dipisahkan. Kedua sector tersebut selalu berinteraksi dan saaling mempengaruhi satu sama lain. Sector rill tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sector moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan Bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sector rill. Kegiatan Bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, dimana kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tersebut tidak terlepas dari adanya kehadiran uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain merupakan kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent of development
Selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana. Bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan Bank ini sudah barang tentu erat kaitannyadengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan Bank, dan penyelesaian tagihan.
Ketiga fungsi Bank tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang
lengkap dan menyeluruh mengenai fungsi Bank dalam perekonomian, sehingga
Bank tidak hanya dapat diartikan sebagi suatu lembaga perantar keuangan
(Financial intermediary institution)
10
Jenis Bank
Jenis perbankan yang dikemukakan oleh Kasmir (2003:19) ditinjau dari berbagai
segi antara lain :
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2008, jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum
Bank umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasrkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank Umum sering disebut Bank Komersil (Commercial Bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasrkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya, BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinyab jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa Bank Umum.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah.
a. Bank Milik Pemerintah
Merupakan Bank milik pemerintah
b. Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan Bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya merupakan keuntungan swasta pula.
c. Bank Milik Koperasi
Merupakan Bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
11
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari Bank yang ada di luar negeri. Bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar negeri).
e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham Bank campuran ini adalah pihak asing dan pihak swasta nasional. Akan tetapi kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.
3. Dilihat dari Segi Status
Jenis Bank dilihat dari segi status adalah :
a. Bank Devisa
Merupakan Bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi Bank Devisa ini di tentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank non Devisa
Merupakan Bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai Bank Devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya Bank Devisa. Jadi Bank non Devisa ini merupakan kebalikan daripada Bank Devisa, dimana transaksi yang di lakukan masih dalam batas-batas Negara.
4. Dilihat dari Segi cara Menentukan harga
Jenis Bank jika dilihat dari segi atau cara menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok, yaitu :
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula Bank di Idonesia adalah produk colonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
a) Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga di tentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
12
b) Untuk jasa-jasa Bank lainnya, pihak perbankan konvensional (barat) menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. System pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah (Islam)
Bagi Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah, dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hokum islam antara Bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan Bank prinsip Syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan Prinsip Syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah bunag diartikan sebagai riba.
Usaha Bank Umum
Menurut UU No. 10 tahun 2008, usaha Bank meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan, da bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit
3. Menerbitkan surat pengakua hutang.
4. Membeli dan menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diaksepti oleh Bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud
b. Surat Pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud.
c. Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah
d. Sertifikat Bank Indonesia
e. Obligasi
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.
13
g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
6. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan kepada Bank lain. Bank dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan wesel tunjuk, cek, atau sarana lainnya.
7. Meneriam pembayaran dari tagihan atas atas surat berharga dan melakukan perhitungnan dengan atau antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
9. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan Bank lainnya berdasarkan usaha kontrak
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga.
11. Melakukan kegiatan anjak piutang usaha kartu kredit
12. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang yang berlaku
Kemudian dalam pasal 7 UU Perbankan No. 10 tahun 2008 dijelaskan bahwa
selain usaha yang dilakukan diatas, Bank dapat melakukan kegiatan lain. Kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank/Perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, lembaga kliring yang memenuhi ketentuan dari Bank Indonesia
3. Melakukan kegiatan penyertaan sementara untuk mengatasi kegagalan kredit dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiunan dan pengurus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dana pensiunan yang berlaku.
14
Karakteristik Usaha Perbankan
Perbankan melalui suatu industri yang berbeda dengan industri lainnya, yang
dalam hal ini memiliki karekteristik tersendiri. Dalam PSAK No. 31 mengenai
Akuntansi Perbankan sebagai berikut :
1. Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surflus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falasafah yang mendasari kegiatan usaha perbankan adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini tampak dari kegiatan pokok Bank yang meneriam simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentu giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam penerimaan simpanan masyarakat, Bank hanya memberikan tertulis yang menjelaskan bahwa Bank telah meneriam simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu. Bank juga tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada debiturnya yang telah memiliki reputasi yang baik. Di samping itu, lembaga kepercayaan Bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal dari pemilik atau pemegang saham.
2. Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan Bank harus dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga Bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat itu, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan Bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping factor likuiditas, keberhasilan usaha Bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau asset lainnya yang dititipkan kepada Bank.
3. Pengelola Bank dalam melaksanakan usahanya dituntut uintuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Hak tersebut diperlukan karena dalam
15
operasinya Bank selain melakukan penanaman dalam aktiva produktif seperti kredit dan surat-surat berharga, juga memberikan komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai “fee basede operation” atau “off balanced sheet activities”. Di sampung itu, pengelola Bank dalam pelaksanaan tugasnya senantiasa dihadapkan pada berbagai kemungkinan yang harus diperhitungkan pula masalah perpencaran (spreading) dari simpanan masyarakat, komitmen kredit yang masih berjalan serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya.
4. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari system moneter mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan persyaratan ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatab usaha Bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar Bank dapat memelihara kepercayaan masyarakat serta menunjang pemeliharaan stabilitas moneter.
Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat keshatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik
pemilik maupun pengelola Bank, masyarakat pengguna jasa Bank maupun Bank
Indonesia selaku Pembina dan Pengawas Bank sesuai dengan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No.26/23/KEP/DIR yang dikeluarkan tanggal 29 Mei
1993 telah ditetapkan tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank. Tata cara
penilaian yang dimaksud adalah CAMEL (Capital, Assets, Management, Equity,
Liquidity). Ketentuan tingkat kesehatan Bank dimaksudkan untuk dapat
digunakan sebagai :
1. Tolok ukur bagi manajemen Bank untuk menilai apakah pengelolahan Bank
telah dilakukan sejala dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
16
2. Tolok ukur menetapkan arah pembinaan dan pengembangan Bank baik secara
individual maupun perbankan secara keseluruhan.
Tingkat kesehatan Bank pada dasrnya dinilai dengan pendekatan kualitas
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu
Bank. Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan dengan menilai factor-faktor
penilaian tingkat kesehatan Bank yang meliputi permodalan, kualitas aktiva
produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Factor-faktor yang dinilai ini
berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Penilaian Permodalan
Penilaian terhadap permodalan didasarkan pada kewajiban penyediaan modal
minimum Bank sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) bank Umum, cara penilaiannya adalah :
1. Untuk rasio modal 0% atau negatif diberi nilai kredit 1, dan
2. Untuk setiap kenaikan 0,.% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100
Penilaian Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yag dikualifikasikan didasarkan pada
dua rasio, yaitu :
17
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan cara :
a. Untuk rasio 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0.
b. Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5% nilai kredit ditambah
1 dengan maksimal 100.
Dalam hubungannya dengan rasio ini dapat dijelaskan bahwa yang
diperhitungkan sebagai aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah :
a. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar
b. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan
c. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet
Pengertian dan cara penggolongan aktiva produktif yang digunakan dalam
perhitungan rasio tersebut di atas berdasarkan pada SE BI No. 26/4/BPPP
tanggal 29 Mei 1993 perihal kualitas aktiva produktif dan pembentukan
penyisihan penghapusan aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang
diklasifikasikan.
Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan cara:
a. Untuk rasio 0 (tidak memiliki penyisihan penghapusan aktiva
produktif) diberi nilai kredit 0, dan
b. Untuk setiap kenaikan 1% mulai dari 0% kredit ditambah 1,5 degan
maksimum 100
18
Penilaian Manajemen
1. Penilaian kuantitatif terhadap manajemen mencakup beberapa kompenen yaitu
manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen rentabilitas,
dan manajemen likuiditas. Setiap kompenen manajemen tersebut diberikan
bobot seperti tercantum pada ketentuan Bank Indonesia
2. Perhitungan nilai kredit didasarkan pada hasil penilaian jawaban pertanyaan
mengenai manajemen Bank yang secara keseluruhan berjumlah 250
selanjutnya dilakukan kuantifikasi dengan cara pemberian nilai kredit sebesar
0,4 untuk setiapm aspek yang dinilai positif. Untuk pertanyaan-pertanyaan
mengenai kegiatan yang tidak dilakukan oleh Bank, misalnya pertanyaan
nomor 39 dan 40 mengenai kegiatan valuta asing, Bank-Bank bukan devisa
dianggap menjawab dengan “ya”
Penilaian Rentabilitas
Penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas didasarkan kepada dua rasio yaitu:
1. Rasio laba sebelum pajak dalam dua belas bulan terakhir terhadap rata-rata
volume usaha dalam periode yang sama. Cara perhitungan nilai kreditnya
dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk rasio 0% atau negatif diberikan nilai kredit 0, dan
b. Untuk setiap kenaikan 0,15% muali dari 0% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum100.
19
2. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode
yang sama dengan huruf a. Cara perhitungan nilai kreditnya dilakukan
sebagai berikut :
a. Untuk rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan
b. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08% mulai dari 100% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100. perlu ditambahkan bahwa
pendapatan dan beban operasional serta laba dihitung selama 12 bulan
terakhir, dan rata-rata volume usaha dihitung berdasarkan penjumlahan
volume usaha selama 12 bulan terakhir dibagi 12.
Penilaian Likuiditas
Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas didasarkan pada dua rasio, yaitu:
1. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar. Termasuk
kedalam pengertian aktiva lancar adalah kas, giro, pada Bank Indonesia,
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang
telah diendos oleh Bank lain. Cara penghitungan nilai kredit adalah:
a. Untuk rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan
b. Untuk setiap 1% penurunan mulai dari 100% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.
2. Rasio antar kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank. Termasuk kedalam
pengertian dana yang diterima adalah:
a. Kredit likuiditas
20
b. Giro, deposit, dan tabungan masyarakat
c. Pinjaman bukan dari Bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
d. Deposit dan pinjaman dari Bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan
e. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank yang berjangka waktu lebih
dari tiga bulan
f. Modal inti
g. Modal pinjaman (sebelum disebut modal kuasa)
Cara perhitungan nilai kreditnya dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk rasio 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan
b. Untuk rasio dibawah 110% diberi nilai kredit 100.
Capital Adequacy Ratio (Rasio Kecukupan Modal)
Pengertian Modal
Menurut Malayu Hasibuan (2001:61) secara umum mengemukakan bahwa:
“Modal sendfiri Bank atau equity fund adalah sejumlah uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal dari dalam Bank itu sendiri: terdiri dari modal inti dan modal pelengkap”
Modal merupakan factor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan
Bank, serta sebagai upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat.
Sebagaimana layaknya sebuah badan usaha, modal bank harus dapat digunakan
21
untuk menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugian akibat dari pergerakan
aktiva Bank yang pada dasarnya sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga
(dana masyarakat)
Komponen Modal Bank
Modal Bank pada umumnya terdiri dari :
1. Modal Inti, berupa :
a. Modal Disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
b. Agio Saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh Bank
akibat harga saham yang melebihi nilai nominal.
c. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham
tersebut dijual.
d. Cadangan Umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau
dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan
pendirian atau anggaran masing-masing Bank.
e. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
22
f. Saldo Laba (Retained Earning), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi
pajak oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan
untuk tidak dibagikan.
g. Laba Tahun Lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunanya oleh rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota. Apabila Bank mempunyai saldo rugi
tahun-tahun lalu, maka kerugian tersebut menjadi factor pengurang dari
modal inti.
h. Laba Tahun Berjalan, yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah
dikurangi pajak. Apabila pada tahun berjalan Bank mengalami kerugian,
maka seluruh kerugian tersebut menjadi factor pengurang dari modal inti.
Total modal diatas harus dikurangi dengan :
1) Goodwill yang ada dalam pembukuan Bank
2) Kekurangan jumlah penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang
seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
2. Modal Pelengkap, berupa :
a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak.
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Cadangan ini dibentuk
untuk menampung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak diterimanya
23
kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap
adalah maksimum 1,25% dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko)
c. Modal Pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen yang
memiliki sifat seperti modal dan mempunyai cirri-ciri :
1) Tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan
modal dan telah dibayar penuh.
2) Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa
persetujuan Bank Indonesia
3) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian Bank melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun Bank belum dilikuidasi.
4) Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila Bank dalam keadaan
rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Ada perjanjian tertulis antara Bank Indonesia
2) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia
3) Menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinasi
tersebut.
24
4) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
minimal berjangka waktu 5 tahun
5) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan ari Bank
Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan Bank tetap sehat.
6) Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada.
Pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap adalah
maksimum 50% dari modal inti. Adapun fungsi dari modal adalah :
1. Sebagai ukuran kemampuan Bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan.
2. Srbagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga
berasal dari hutang penjualan assets yang tidak terpakai dan lain-lain.
3. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan Bank tersebut atau kekayaan
yang dimiliki oleh pemegang sahamnya.
4. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen Bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi seperti yang
dikehendaki oleh pemilik midal pada Bank tersebut.
Mengingatnya pentingnya fungsi modal bagi setiap Bank, maka manajemen Bank
perlu memperhatikan secara serius masalah permodalan ini. Adapun yang perlu
memdapatkan perhatian yang lebih seksama tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut :
25
1. Rencana kerja Bank yang akan dating, baik dalam rencana tahunan maupun
rencana lima tahunan jangka panjang (corperate plan). Hal ini dapat dipahami
karena setiap pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan
permodalan sebesar 100 berbanding 8, karena Capital Adequacy Ratio
ditetapkan 8%. Dibeberapa Negara lain bahkan ada yang menetapkan Capital
Adequacy Ratio di atas 8%.
2. Perhitungan ketentuan modal yang memenuhi syarat otoritas moneter, maupun
yang memenuhi ketentuan bisnis dari Bank yang bersangkutan. Banyak factor
yang secara kualitatif mempunyai pengaruh secara langsung terhadap jumlah
permodalan suatu Bank. Semakin besar modal Bank yang tersedia tentu akan
semakin baik bagi Bank yang bersangkutan, karena akan berpotensi lebih baik
lagi.
3. Kemampuan Bank secara intern dalam menciptakan modal dari kegiatan
usahanya, serta kemampuan kebijakan pembagian laba (dividen) yang ada
pada masing-masing Bank.
4. Sumber-sumber serta mekanisme penciptaan modal dari pasar modal yang ada
pada masyarakat dimana Bank tersebut beroperasi.
Unsur kepercayaan terhadap Bank ditandai dengan kondisi permodalannya
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan, tidak saja bagi
nasabah yang ingin menyimpan uangnya tapi juga oleh Bank Indonesia sebagai
lembaga pengawas Bank untuk kontinuitas dan kelangsungan serta eksistensi
operasionalisasi Bank yang bersangkutan bila sewaktu-waktu mengalami
26
kesulitan baik karena kesalahan pihak manajemen dalam mengelola likuiditas atau
karena tekanan kondisi eksternal seperti keadaan ekonomi dan moneter. Peranan
modal dalam pengelolahan Bank menjadi factor yang sangat penting sehingga
perlu menetapkan suatu rasio kecukupan modal yang merupakan perbandingan
antara modal dan aktiva yang memiliki risiko yang disebut Capital Adequacy
Ratio (CAR).
Pengukuran Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dipakai adalah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
n3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
dan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
53/KMK/017/1999 dan Nomor 31/12/KEP/GBI tanggal 8 Februari 1999
Kecukupan modal merupakan factor yang penting bagi Bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung kerugian, Bank Indonesia menetapkan
Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum
yang harus selalu dipertahankan oleh setiap Bank sebagai suatu proporsi tertentu
dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atau secara matematis
(Dendawijaya, 2005:121).:
Modal
CAR = X 100%
ATMR
27
Komponen modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan
memperhitungkan penyertaan yang dilakukan Bank sebagai factor pengurang
modal. Sedangkan ATMR Bank Umum dihitung berdasarkan bobot risiko
masing-masing pos aktiva neraca dan rekening administrative.
Bank Indonesia menetapkan kebijaksanaan bagi setiap bank untuk memenuhi
risiko CAR minimal 8%, jika kurang dari 8% maka akan dikenakan sanksi oleh
Bank Indonesia. Ketentuan CAR pada prisipnya disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku secara internasional, yaitu standar Bank of International Settlement
(BIS). CAR yang didasarkan pada standar BIS (8%) adalah salah satu cara untuk
menghitung apakah modal yang ada pad suatu Bank telah memadai atau belum.
Jika modal rata-rata suatu Bank lebih baik dari Bank lainnya, mak Bank
bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya, Ketetapan CAR sebesar 8%
bertujuan untuk (Dendawijaya, 2005:125).::
1. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan
2. Melindungi dana pihak ketiga (dana masyarakat) pad Bank bersangkutan
3. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS
Sanksi bagi Bank yang tiak memenuhi CAR 8% disamping diperhitungkan dalam
tingkat kesehatan Bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan
dan pembinaan Bank.
Setelah mengetahui cara perhitungan CAR maka dapat diambil kesimpulan
tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi CAR adalah :
28
1. Tingkat kualitas manajemen Bank dan kualitas system serta prosedur
operasionalnya
2. Tingkat kualitas aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya
3. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya
4. Struktur posisi dan kualitas permodalan Bank
5. Kemampuan Bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba
6. Tingkat likuiditas yang dimilikinya
7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka panjang
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau memperbaiki posisi Modal
Minimum Bank (CAR) adalah dengan :
1. Memperkecil komitmen pinjaman yang tidak dipergunakan.
2. Pinjaman yang diberikan lebih dibatasi dan diseleksi sehinggga risiko semakin
berkurang
3. Fasilitas Bank guarantee yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa
posisi yang relatife kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan
pinjaman yang ada sebaiknya dibatasi
4. Komitmen Letter of credit (LIC) bagi Bank Devisa yang belum benar-benar
memperoleh kepastian dalam penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan
secara efisien sebaiknya juga dibatasi.
5. Penyertaan yang mempunyai risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah
bermanfaat atau tidak
29
6. Posisi aktiva-aktiva tetap dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan
jangan hanya sekedar memenuhi kelayakan.
7. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go
public, dan pinjaman subordinasi jangka panjang dari pemegang saham.
Loan To Deposit Ratio
Pengertian Likuiditas
Menurut Bambang Riyanto ( 2004: 25) tentang masalah likuiditas menyatakan
bahwa :
“Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera dipenuhi, jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar (Zahoungskraft) dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar (Zahoungskraft).”
Pengukuran Rasio Likuiditas (LDR)
Total Loans
LDR = X 100%
Total Deposit + Equity
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang
diberikan dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak
termasuk pinjaman subordinasi. Rasio ini menggambarkan kemampuan Bank
30
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yag diberikan sebagai sumber likuiditas Bank.
“Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah ratio antara kredit yang diberikan Bank
degan dana Bank”. (Z. Dunil, 2004:80). Batas aman LDR suatu Bank secara
umum adalah sekitar 90-100, sedangkan menurut ketentuan Bank Sentral batas
aman LDR suatu Bank adalah 110%. Manajemen Bank yang konservatif biasanya
cenderung memiliki LDR yang tinggi atau melebihi batas toleransi. (Simorangkir,
2000:145)
LDR digunakan untuk menilai likuiditas suatu Bank yang dengan cara membagi
jumlah krediot yang diberikan oleh Bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin
tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas Bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi bermasalah akan
semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada Bank lain
sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka,
sertifikat deposito. (Almilia dan Herdiniatyas, 2005:139)
Profitabilitas (Return On Asset)
Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
sejauh mana efektivitas pengelolahan perusahaan untuk memperoleh laba. Seperti
dikemukakan Agus Sartono (2001:122) yang mendefenisikan profitabilitas
sebagai berikut :
31
“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Tingkat profitabilitas yang sehat merupakan salah satu tujuan setiap Bank karena
profitabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar kemampuan
manajemen dalam menghasilkan laba atas asset-asset yang ditanamkan dalam
perusahaan tersebut dan juga menunjukkan kemampuan manajemen dalam
menekan biaya operasionalnya.
Pengukuran Profitabilitas
Tingkat profitabilitas yang mencerminkan kemampuan Bank dalam menghasilkan
laba akan tergantung pada kemampuan manajemen Bank dalam mengelola asset
dan liabilitas yang akan secara kuantitatif dapat dinilai dengan beberapa indikator
menurut Agus Sartono (2001:125) yakni :
1. Gross Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentasi laba dari kegiatan usaha
murni dari Bank yang bersangkutan setelah dikurangi biaya-biaya
Operating Income – Operating Expense
Gross Profit Margin = X 100%
Operating Income
2. Net Profit Margin
Net Profit Margin merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen
Bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya.
32
Net Income
Net Profit Margin = X 100%
Operating Income
3. Return On Assets (ROA)
Ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan
aktiva yang tersedia :
EBIT
ROA = X 100%
Total Asset
4. Return On Equity (ROE)
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam
mengelola capital yang ada untuk mendapatkan income
Net Icome
ROE = X 100%
Equity Capital
5. Assets Utilization
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan manajemen
suatu Bank dalam mengelola asset dalam rangka menghasilkan operating
income dan non operating income.
Operating Income – Non Operating Income
Assets Utilization = X 100%
Total Assets
Pada penelitian ini, penulis menghitung tingkat profitabilitas dengan
menggunakan tolak ukur Return On Assets (ROA).
33
Dalam menganalisis suatu tesis diperlukan review penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan judul tesis, review yang dilakukan Yacub Azwir, Program Studi
Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang
Dengan Judul Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Npl,
Dan Ppap Terhadap Roa Bank (Studi Empiris: Pada Industri Perbankan Yang
Listed Di Bej Periode Tahun 2001-2004). Penelitian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh variabel CapitalAdequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi terhadap
Pendapatan Operasi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing
Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP tcrhadap Return
on Asset (ROA). Teknik sampling yang digunakan adalah sensus, dengan sample
sejumlah 23 bank yang listed di BEJ periode 2001-2004. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji
hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-
statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat
signifikansi 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedatisitas dan uji autokorelasi.
Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi
normal. Berdasarkan uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas clan uii
autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal
ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan
model persamaan regresi linier berganda. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
data CAR, BOPO, dan LDR secara parsial siginifikan terhadap ROA bank yang
listed di BEJ untuk periode 2001-2004 pada tingkat signifikansi kurang dari 5%
34
(masing-masing 0,01%, 0,01% dan 0,6%), sedangkan NPL dan PPAP tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA yang ditunjukkan dengan nilai tingkat
signifikansi lebih besar dari 5% yaitu masingmasing sebesar 88,2% dan 72,7%.
Sementara secara bersama-sama (CAR, BOPO, LDR, NPL, dan PPAP) terbukti
signifikan berpengaruh terhadap ROA pada tingkat signifikansi kurang dari 5%
yaitu sebesar 0,01%. Kemampuan prediksi dari ketujuh variabel tersebut terhadap
ROA sebesar 35,1% sedangkan sisanya 64,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Kerangka Pemikiran
Hubungan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan dalam sebuah paradigma
penelitian sederhana, yaitu:
Kasmir (2003:11), Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian Bank juga
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Disamping itu juga Bank dikenal sebagai tempat untuk
menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
35
Capital adequacy ratio (X1)
loan to deposit ratio (X2)
Return On Asset (Y)
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang
kuliah dan pembayaran lainnya.
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan
yang utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit. Maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari
masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi agar
masyarakat mau untuk menanamkan dananya dalam bentuk simpanan seperti
simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito.
Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di Bank, maka diperlukan dasar yang
kuat yaitu kepercayaan. Kepercayaan tersebut dapat diciptakan dengan adanya
suatu pelayanan yang baik, terjaminnya dana nasabah pada Bank dan adanya
pengelolaan kredit sebagai usaha Bank yang utama dengan prinsip kehati-hatian
(Prudential Banking). Oleh karena itu pihak manajemen Bank sangat dianjurkan
untuk menjaga kepercayaan dengan cara terus meningkatkan kinerja Banknya
yang ditunjukkan dengan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada
tingkat yang baik.
Tingkat kesehatan Bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator
utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan Bank yang
bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
36
Sudarsono (2001;120) ”Laporan Keuangan adalah suatu laporan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, dimana neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan laba rugi (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode setahun”
Gerald I. (2003;2).”Financial Statement are, at best, only an approximation of
economic reality because of the selective reporting of economic events by
accounting methods and estimates”
Menurut Y. Sri Susilo, dkk (2000;22) dalam bukunya ”Bank dan Lembaga
Keuangan lain” kesehatan Bank dapat diartikan sebagai berikut:
“Kemampuan suatu Bank untuk melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”.
Dalam kamus perbankan (Institut Bankir Indonesia, 1999), CAMEL adalah aspek
yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan Bank yang
berpengaruh juga terhadap tingkat kesehatan Bank. CAMEL merupakan tolak
ukur objek pemeriksaan Bank yang dilakukan oleh pengawas Bank. CAMEL
terdiri atas:
1. Aspek Permodalan
Yang dinilai adalah struktur permodalan yang ada di Bank dalam operasi
kegiatannya sehari-hari. Modal yang digunakan biasanya modal sendiri atau
modal asing. Perbandingan antara modal sendiri dengan modal asing harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penilaian juga didasarkan kepada CAR
(Tingkat Kecukupan Modal) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Bank
Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 36/67/Kep/DIR tgl 28
37
Februari 1991 (PAK Feb’91) yang kembali dipertegas melalui peraturan BI
No. 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban modal minimum Bank, menetapkan
bahwa rasio kecukupan modal (CAR) harus mencapai 8%.
2. Aspek Kualitas Aktiva
Yaitu untuk menilai jenis aktiva yang dimiliki apakah yang bersifat sangat
likuid, likuid atau kurang likuid. Penilaian aktiva harus sesuai dengan
peraturan BI dengan memperbandingkan antara aktiva yang diklasifikasikan
dengan aktiva produktif dan dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan
secara berkala kepada BI.
3. Aspek Kualitas Manajemen
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja,
kualitas manajemen juga dilihat dari pendidikan serta pengalaman dari
karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi.
4. Aspek Rentabilitas/Profitabilitas
Merupakan ukuran kemampuan Bank dalam meningkatkan labanya. Bank
yang sehat adalah Bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat,
penilaian juga dilakukan dengan ROA (Return On Assets) dan BOPO
(perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi).
5. Aspek Likuiditas
Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dengan pasiva lancar yang ada
dalam neraca suatu Bank. Semakin besar aktiva lancarnya, maka semakin
likuid Bank tersebut, sedemikian pula sebaliknya. Akan tetapi jika
38
perbandingannya terlalu besar misalnya aktiva lancar berbanding utang lancar
5;1 maka hal ini berarti di Bank tersebut banyak dana yang menganggur atau
tidak dimanfaatkan dan tentu saja mempengaruhi kesehatan Bank yang
bersagkutan.
Sedangkan penilaian tingkat kesehatan menurut peraturan BI No. 6/10/PBI/2004
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
1. Permodalan (Capital)
2. Kualitas Aset (Asset Quality)
3. Manajemen (Management)
4. Rentabilitas (Earnings)
5. Likuiditas (Liquidity)
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Untuk mengembangkan usaha secara produktif dan efisien, Bank memerlukan
kekuatan dana yang cukup, CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva Bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada Bank lain) yang ikut
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
di luar Bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Modal Bank
CAR = x 100%
Total ATMR
39
Pengelolaan dana yang diperlukan oleh Bank tidak hanya berupa penyaluran
kredit kepada masyarakat, tetapi bisa juga digunakan untuk investasi atau
penanaman dana kedalam aktiva produktif lainnya, yaitu; surat-surat berharga
seperti Obligasi dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam rangka memperkuat
likuiditas Bank, penyertaan ke badan usaha lain maupun penempatan sebagai alat-
alat likuid. LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai likuiditas suatu Bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan dana
pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas
Bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit
kepada Bank lain sedangkan dana untuk pihak ketiga adalah giro, tabungan,
simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: (SE BI No. 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001)
Total Loans
LDR = x 100%
Total Deposit + Equity
Untuk mengukur profitabilitas Bank dapat menggunakan ROA (Return On Asset).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen Bank dalam mengelola
modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank sehingga suatu Bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih
dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas
40
adalah rata-rata modal inti yang dimiliki Bank. Perhitungan ini dirumuskan
sebagai berikut (SE BI No. 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001):
EBIT
ROA = x 100%
Total Asset
Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap profitabilitas (ROA)
Pemerintah mengharapkan bank mempunyai CAR yang cukup. Hal ini
mengisyatakan bahwa pemberian kredit atau loan dan penurunan asset oleh bank
masih dapat ditutup oleh equity capital yang tersedia, dimana bank harus
ditunjang oleh struktur permodalan yang kuat. Dalam suatu bank, peranan modal
bank sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank
bersangkutan. Modal besar dan kuat yang dimiliki suatu bank akan menghasilkan
suatu kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Masyarakat akan semakin
merasa aman untuk mendepositokan dananya, karena dengan modal yang kuat dan
besar tentunya menjadikan bank memiliki image yang baik. Dampak dari sikap
positif masyarakat tersebut akan meningkatkan pendapatan bank yang kemudian
berdampak juga pada meningkatkan Return On Asset maka itulah persoalan
penting dialami perbankan saat ini adalah masalah resiko kecukupan modal
(CAR), dengan beban yang harus ditanggung oleh perbankan maka dari itu
masalah modal menjadi sangat krusial.
Pengaruh Loan To Deposit Ratio Terhadap profitabilitas (ROA)
Loan To Deposit Ratio merupakan salah satu faktor yang harus dinilai dalam
kesehatan bank. Batasan yang diberikan pemerintah melalui BI adalah LDR >
41
110%, diberi nilai (0). Tujuan pemeritah memberikan batasan ini adalah agar bank
tidak berlebihan dalam memberikan kredit, karena kredit yang berlebihan akan
menggangu likiditas bank dan besar kemungkinan akan terjadi hambatan dalam
pembayaran kewajiban jangka pendek. Seperti contoh suatu pihak ketiga baik itu
simpanan giro, tabungan, deposito, akan menarik dananya, karena bank tidak
memiliki uang kas yang mencukupi karena dana telah terealisasi menjadi kredit.
Hal semacam ini bisa berakibat pada sikap kurang percaya masyarakat terhadap
bank dan sebagai dampaknya masyarakat enggan berhubungan terhadap pihak
bank. Tentunya hal tersebut berdampak negatif terhadap bank karena pendapatan
bank akan berkurang. Pada sisi lain kekhawatiran bahwa tinggi atau besarnya
kredit, mengisyaratkan bahwa terjadinya kredit macet. Oleh karena itu dengan
kelemahan LDR yang tinggi maka pada akhirnya kelemahan tersebut akan
memberikan akibat penurunan profitabilitas ROA. Jika LDR rendah memberikan
indikasi rendahnya kemampuan likuid bank yang bersangkutan dan secara
otomatis akan berpengaruh pada ROA suatu bank dan laba bersih menjadi turun.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan jawab sementara terhadap rumusan masalah.
Dikatakan sementara karena jawaban masih didasarkan pada teori yang relevan
dan belum didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dari pengumpulan data.
Oleh karena itu, didalam rumusan hipotesis penelitian ini, peneliti akan
memberikan jawaban dari perumusan masalah yang ada, yaitu:
42
H1o : 1 = 0 Tidak terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap profitabilitas (ROA).
H1a : 1 > 0 Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap profitabilitas (ROA).
H2o : 2 = 0 Tidak terdapat pengaruh Loan to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA)
H2a : 2 > 0 Terdapat pengaruh Loan to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA)
H3o : 3 = 0 Tidak terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Loan to deposit ratio secara bersama-sama terhadap profitabilitas (ROA).
H3a : 3> 0 Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Loan to deposit ratio secara bersama-sama terhadap profitabilitas (ROA).
43
BAB III
METODOLOGI
Tujuan Operasional Penelitian
Dalam penelitian ini Capital Adequacy Ratio (X1) dan loan to deposit ratio (X2)
sebagai variabel bebas mempengaruhi ROA (Y) sebagai variabel terikat. Capital
Adequacy Ratio (X1) dan loan to deposit ratio (X2) mengalami perubahan baik
kenaikan maupun penurunan, maka variabel ROA (Y) juga akan mengalami
perubahan baik kenaikan maupun penurunan.
Pemilihan Metode Penelitian
Strategi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Strategi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah strategi penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif digunakan
karena sesuai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hubungan
antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari strategi ini adalah agar dapat
memberikan penjelasan tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio dan loan to
deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Sedangkan hubungan yang ada pada
44
permasalahan penelitian yaitu hubungan sebab akibat, dimana didalamnya
terdapat variabel Independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen (variabel yang dipengaruhi). Data-data yang digunakan dalam diambil
dari Bursa Efek Indonesia berupa data dokumenter yaitu laporan laba rugi dan
neraca yang disajikan dalam laporan keuangan tahun 2005 sampai dengan 2009.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto.
Metode ex post facto yaitu suatu metode yang dilakukan untuk meneliti peristiwa
yang telah terjadi dalam waktu tertentu dan kemudian merunut kebelakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut, sehingga
dengan metode penelitian ini dapat mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio
dan loan to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA).
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari obyek yang ingin diketahui karekteristiknya, baik
dari hasil pengukuran atau perhitungan kualitatif maupun kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Sampel dalam penelitian ini adalah dua puluh lima perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan data laporan keuangan yang
berisi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas selama tahun 2005
sampai dengan 2009.
45
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu informasi
yang diperoleh dari data yang telah ada atau tersedia. Pengumpulan data sekunder
ini dilakukan dengan cara :
1. Studi pustaka, yang merupakan dasar atau langkah awal penulis dengan
membaca buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti.
2. Teknik lapangan, yaitu dengan melakukan penelitian di Pusat Referensi
Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia untuk mendapat data sekunder
berupa laporan keuangan dan daftar harga pasar saham yang dipublikasi.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk
diamati. Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel bergantung,
yaitu terdapat hubungan antara dua variabel yaitu variabel X dan Y. Variabel
X merupakan variabel bebas dan variabel Y merupakan variabel bergantung
atau terikat. Variabel bebas adalah antecedent variabel yang mendasari
pendugaan. Variabel ini merupakan variabel penduga. Sedangkan variabel
terikat atau bergantung ialah variabel yang diperkirakan atau diduga nilainya
46
(variabel yang tergantung atas variabel lain). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (variabel X) terdiri dari dua variabel bebas, yaitu Capital
adequacy ratio (X1) dan Loan deposit ratio (X2).
b. Variabel terikat (variabel Y) yaitu return on asset.
Definisi Variabel
Definisi operasionalisasi dan pengukuran variabel yang berhubungan
dengan pembahasan penelitian adalah:
1) Capital adequacy ratio
Untuk mengembangkan usaha secara produktif dan efisien, Bank
memerlukan kekuatan dana yang cukup, CAR (Capital Adequacy Ratio)
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva
Bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada Bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar Bank. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Modal BankCAR = x 100%
Total ATMR
2) Loan deposit ratio
Pengelolaan dana yang diperlukan oleh Bank tidak hanya berupa
penyaluran kredit kepada masyarakat, tetapi bisa juga digunakan untuk
investasi atau penanaman dana kedalam aktiva produktif lainnya, yaitu;
surat-surat berharga seperti Obligasi dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
47
dalam rangka memperkuat likuiditas Bank, penyertaan ke badan usaha lain
maupun penempatan sebagai alat-alat likuid. LDR (Loan to Deposit Ratio)
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu Bank
dengan cara membagi jumlah kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin
tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas Bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk
kredit kepada Bank lain sedangkan dana untuk pihak ketiga adalah giro,
tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: (SE BI No. 3/30 DPNP tgl 14 Desember
2001)
Total LoansLDR = x 100%
Total Deposit + Equity
3) Return on asset (ROE)
Untuk mengukur profitabilitas Bank dapat menggunakan ROA (Return On
Asset). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen Bank
dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah
pajak. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai Bank sehingga suatu Bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata
modal inti yang dimiliki Bank. Perhitungan ini dirumuskan sebagai berikut
(SE BI No. 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001):
48
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer.
Program SPSS Ver. 17.00. yaitu program komputer untuk menghitung nilai
statistik berupa persamaan regresi berganda, koefisien korelasi, koefisien
determinasi dan uji hipotesis.
Data disajikan dalam bentuk tabel, karena dengan cara demikian dapat
mempermudah perhitungan dan pemahaman dalam meneliti.
Dalam membahas penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik berdasarkan
data yang diperoleh. Oleh karena terdapat lebih dari satu variabel independen
yaitu dua buah variabel independen dan satu buah variabel dependen, maka
digunakan Multiple Linear Regression (Analisis regresi linear multiple), tetapi
sebelumnya akan digunakan uji multikolinearitas.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau penyimpangan
asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan antar variabel
independent dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
modal regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan, diantaranya 1) dengan melihat nilai inflation
factor (VIF) pada model regresi, 2) dengan membandingkan determinasi
individual (r2) dengan nilai determinasi serentak (R2), dan 3) denagn melihat
eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji
49
multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model
regresi. Menurut Santoso (2001), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5,
maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan
variabel bebas lainnya.
2. Analisis Korelasi Berganda
Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara
variabel Capital Adequacy Ratio dan loan to deposit ratio dengan y
(profitabilitas) yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Ry x1 x2 =
Nilai koefisien korelasi ini adalah -1 ≤ r ≤ 1
a. Jika r = 1, maka hubungan antara variabel x dan variabel y adalah sangat
kuat dan searah atau positif, artinya apabila variabel x naik maka variabel
y juga akan naik atau sebaliknya apabila variabel x turun maka variabel y
juga turun.
b. Jika r = 0, maka hubungan antara variabel x dan variabel y adalah tidak
ada atau dikatakan lemah.
c. Jika r = -1, maka hubungan antara variabel x dan variabel y adalah sangat
kuat dan berlawanan atau negatif, artinya apabila variabel x naik maka
variabel y akan turun atau sebaliknya apabila variabel x turun maka
variabel y akan naik.
50
Tabel Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
Nilai r (nilai mutlak) Interpretasi hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Sangat lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2008), Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta, hal 183.
3. Koefisien Determinasi (KD = R square)
Koefisien determinasinya dapat diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien
korelasi (R2yx1x2) dan dikalikan 100%. Koefisien determinasi tersebut
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh keseluruhan perubahan
variabel bebas (Capital Adequacy Ratio dan loan to deposit ratio) perubahan
terhadap variabel tak bebasnya (Return On Asset).
Koefisien determinasi (KD) = R2yx1x2 100%
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui bagaimana variabel dependen yaitu Return On Asset atau
kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen yaitu Capital
Adequacy Ratio dan loan to deposit ratio atau prediktor, secara individual.
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Bentuk
persamaan regresi multiple dengan 2 variabel bebas adalah sebagai berikut
(Sugiyono, 2008:184) :
51
Ŷ = a + b1X1 + b2X2
Jika :
Keterangan :
Ŷ = Subyek dalam variabel terikat yang diprediksikan
Y = Return On Asset
X1 = Loan to deposit ratio
X2 = Capital Adequacy Ratio
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien masing-masing variabel X1, X2
Maka untuk menentukan a, b1, dan b2 dapat digunakan formula berikut :
5. Pengujian hipotesis mengenai koefisien regresi populasi (y1-2 dan y2-1).
Untuk melakukan pengujian hipotesis pada koefisien regresi, terlebih dahulu
dilakukan perhitungan berikut (Sugiyono, 2008:185):
JKT = Jumlah Kuadrat Total
= y2
JKR= Jumlah Kuadrat Regresi
52
= b1.y1 + b2.y2
JKS= Jumlah Kuadrat Sisa
= JKT – JKR
Standard Error Of Estimate = SYX1X2
SYX1X2 =
Error Of Regression Coefficient
1) Pengujian Hipotesis Mengenai Koefisien Regresi Parsial
Untuk 1
a. Ho : 1 = 0 (Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan loan to deposit ratio terhadap
profitabilitas (ROA))
Ha : 1 > 0 (Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan loan
to deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA))
b. Menentukan nilai ttabel dengan sebesar 5% (0,05)
c. Ho ditolak jika thit > t(; n-3).
d. Statistik Uji (Sugiyono, 2008:186)
53
e. Membandingkan thit dengan ttabel
f. Menarik kesimpulan
Untuk 2
a. Ho : 2 = 0 (Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan Capital Adequacy Ratio terhadap
profitabilitas (ROA))
Ha : 2 > 0 (Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan
Capital Adequacy Ratio terhadap profitabilitas
(ROA))
b. Menentukan nilai ttabel dengan sebesar 5% (0,05)
c. Ho ditolak jika thit > t(; n-3).
d. Statistik Uji (Sugiyono, 2008:187)
e. Membandingkan thit dengan ttabel
f. Menarik kesimpulan
2) Pengujian Hipotesis Mengenai Koefisien Regresi Berganda
Untuk 1..2
a. Ho : 1-2 = 0 (Secara serentak (simultan) tidak terdapat pengaruh
yang signifikan Capital Adequacy Ratio dan loan to
deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA))
54
Ha : 1-2 > 0 (Secara serentak (simultan) terdapat pegaruh yang
signifikan Capital Adequacy Ratio dan loan to
deposit ratio terhadap profitabilitas (ROA))
b. Menentukan nilai Ftabel dengan sebesar 5% (0,05)
c. Ho ditolak jika Fhitung > F(; n-3).
d. Statistik Uji (Sugiyono, 2008:188)
e. MKR = Mean Kuadrat Regresi = JKR/2
f. MKS = Mean Kuadrat Sisa = JKS / n – 3
g. Membanding Fhit dengan Ftabel
h. Menarik kesimpulan
55
DAFTAR PUSTAKA
Dendawijaya, lukman 2000, Manajemen Perbankan, jakarta : ghalia indonesia
Harahap sofyan safri, 2004 Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan jakarta pt raja grafindo persada
Hasibuan malayu 2002 dasar-dasar perbankan, jakarta : bumi aksara
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, Standar Akuntansi Keuangan 1 oktober 2004 Jakarta Salemba Empat
Indriantoro, Nur, 2002 Metode Penelitian Bisnis, Yogyakarta : Bpfe Yogyakarta
Kasmir, 2003, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta Pt Raja Grafindo Persada Manajemen Perbankan Jakarta Pt Raja Grafindo Persada
Kuncoro, Mudradjad Dan Suhardjono 2002 Manajemen Perbankan Yogyakarta Bpfe Yogyakarta
Munawir s. 2004, Analisis Laporan Keuangan, yogyakarta : liberty yogyakarta
Nasution s. 2001 Metode Research, jakarta : bumi aksara
Nazir M 2003 Metode Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia
Purbayu Budi Santosa dan Ashari (2005), Analisis Statistik dengan Microsoft Excell dan SPSS, Andi : Yogyakarta.
Republik indonesia, undang-undang no. 10 tahun 1998 tentang perbankan jakarta, available online at http://www.bi.go.id
Riduwan, (2005), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung : CV. Alfabeta.
Riyanto Bambang 2001 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta : Bpfe Yogyakarta
Sawir, Agnes 2001, Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencana Keuangan Perusahaan, Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama
Simorangkir O.P 2004, Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank Jakarta : Ghalia Indonesia
Sugiyono (2005), Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, bandung : cv. Alfabeta
56
Suharyadi dan sk. Purwanto, 2004, Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, buku dua, jakarta : salemba empat
Sulaiman Wahid, 2004 Analisis Regresi Menggunakan Spss, Yogyakarta : Penerbit Andi
Susilo sri y. Triandaru, sigit, totok budi santoso am 2006, Bank Dan Lembaga Keuangan, jakarta : salemba empat
Suyatno Thomas 2003 Kelembagaan Perbankan, Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama
Uma Sekaran (2002), Research Methods for Business, Southern Ilinois University at Carbondale.
Umar Husein, 2002 Metode Riset Bisnis, Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama
57
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN LOAN TO DEPOSIT
RATIO TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERBANKAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2005 SAMPAI DENGAN 2009)
NAMA : PRIYADI
NIM : 122.080.088
JURUSAN : MANAJEMEN KEUANGAN
ANGKATAN : 32
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS TRISAKTI
2011
58
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. iKATA PENGANTAR................................................................................. iiDAFTAR ISI................................................................................................ iiiDAFTAR TABEL........................................................................................ vDAFTAR GAMBAR................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii
BAB
I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
Latar Belakang dan Identifikasi Masalah...................................... 1
Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 5
Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 6
Keterbatasan Penelitian.................................................................. 7
II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS.............................. 8
Tinjauan Teori dan Telaah Penelitian Terdahulu.......................... 8
Kerangka Pemikiran...................................................................... 35
Perumusan Hipotesis...................................................................... 42
III METODOLOGI
Tujuan Operasional Penelitian....................................................... 44
Pemilihan Metode Penelitian......................................................... 44
Populasi dan Sampel...................................................................... 45
Teknik Pengumpulan Data............................................................. 46
Metode Analisis Data..................................................................... 46
Deskripsi Variabel......................................................................... 57
1. Variabel Pelayanan Kapal (X1).......................................... 57
2. Variabel Ketersediaan Alat Keselamatan (X2)................... 59
3. Variabel Kepuasan Penumpang (Y).................................. 60
4. Kalibrasi Instrumen............................................................ 62
a. Uji Validitas................................................................. 62
59
b. Uji Realibilitas............................................................. 65
A. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 67
B. Teknik Analisis Data............................................................... 69
1. Uji Normalitas Data........................................................... 70
2. Uji Multikolinieritas.......................................................... 71
3. Deskripsi Statistik.............................................................. 71
4. Analisis Inferensial............................................................ 72
a. Uji Korelasi.................................................................... 52
b. Uji Regresi..................................................................... 57
c. Uji Koefisien Determinasi............................................. 61
C. Hipotesis Statistik.................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data.......................................................................... 64
1. Pengambilan Sampel.......................................................... 64
2. Karakteristik Responden.................................................... 65
3. Rekapitulasi Data Kuesioner............................................. 68
B. Pengujian Validitas Dan Realibilitas Uji Coba Kuesioner......69
1. Uji Validitas....................................................................... 70
2. Uji Realibilitas................................................................... 72
C. Analisis Tanggapan Responden............................................... 77
D. Uji Statistik.............................................................................. 101
1. Uji Normalitas Data........................................................... 102
2. Uji Multikolinieritas.......................................................... 103
3. Uji Deskriptif..................................................................... 104
E. Uji Hubungan Antar Variabel.................................................. 108
1. Uji Korelasi........................................................................ 108
2. Uji Hipótesis Korelasi........................................................ 110
3. Uji Regresi......................................................................... 117
4. Uji Hipótesis Regresi........................................................ 123
5. Uji Koefisien Determinasi................................................. 130
F. Pembahasan Hasil Penelitian................................................... 131
60
G. Keterbatasan Penelitian............................................................ 135
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 139
B. Implikasi.................................................................................. 142
C. Saran........................................................................................ 143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
61