ASPEK MATEMATIS
PADA AKTIFITAS PEMBUATAN GERABAH DI KASONGAN
DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Magister Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Ana Easti Rahayu Maya Sari
NIM: 151442002
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Mukjizat itu nyata bagi mereka yang percaya”
Karya Tulis ini saya persembahkan dengan penuh rasa syukur untuk:
Tuhan Yesus, Bunda Maria, Malaikat Tuhan dan leluhurku.
Kedua orang tua saya Bapak Agustinus Suwondo,M.Pd dan Ibu Dra. Zita
Trimurdhani.
Adik saya Benediktus Adiatma Murti Wibowo.
Simbah putri saya Anastasia Jumirah Dwijohadiwarsono.
Pribadi yang selalu memotivasi saya Mas Cosmas Giawa, S.IP.
Seluruh sanak saudara saya.
Seluruh teman – teman mahasiswa S2 Pendidikan Matematika yang
telah memberikan doa, dukungan dan perhatian kepada saya.
Almamater saya Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Ana Easti Rahayu Maya Sari, S.Pd. (NIM: 151442002). 2018. Aspek
Matematis Pada Aktifitas Pembuatan Gerabah Di Kasongan Dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Matematika.Tesis. Program Studi
Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan,Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas para pengrajin
gerabah di Kasongan. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul dalam proses pembuatan
gerabah hubungannya dengan aspek matematis, untuk mengetahui aspek – aspek
matematis yang ada pada aktivitas – aktivitas para pengrajin tersebut dalam proses
pembuatan gerabah di Kasongan dan untuk mengetahui implementasinya dalam
pembelajaran matematika sebagai masalah kontekstual. Subyek penelitian ini
terdiri dari pengrajin gerabah tradisional, pengrajin gerabah modern, pengrajin
ukir, pengusaha tanah, pengusaha perabot rumah tangga, dan perwakilan warga
Kasongan. Obyek dalam penelitian ini adalah aktivitas pengrajin gerabah,
aktivitas pengrajin ukir, dan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap
subyek penelitian yang lain.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan dianalisis
berdasarkan teknik analisis data kualitatif menurut Sugiyono (2010). Data yang
diperoleh berupa hasil wawancara terhadap subyek penelitian dan dokumentasi
penelitian. Validasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
triangulasi sumber, triangulasi waktu dan triangulasi teknik. Data kemudian
dianalisis dengan tahap – tahap analisis data kualitatif menurut Sugiyono (2010).
Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas pengrajin Kasongan dalam
proses pembuatan gerabah secara umum di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan,
Bantul, meliputi; pengolahan terhadap tanah yang terdiri dari pasir, tanah merah,
tanah hitam, tanah coklat dan air dengan cara digiling, pembentukan terhadap
tanah liat menjadi gerabah, pengeringan terhadap gerabah yang telah dibentuk
dengan bantuan panas matahari dan angin, Pembakaran terhadap gerabah yang
sudah kering dengan suhu 1200oC, dan pengepakan gerabah yang sudah dingin
setelah melalui proses pembakaran. Setiap aktivitas tersebut didiskripsikan untuk
melihat aspek matematis yang terdapat didalamnya dengan menggunakan
pedoman enam aspek matematis fundamental menurut Alan J Bishop (1988).
Secara keseluruhan aspek matematis yang terdapat pada setiap aktivitas pengrajin
tersebut meliputi; a) Menghitung (Counting) yang terdiri dari perkiraan
(approximation), ketepatan (accuracy) dan tenaga atau kekuatan (power), b)
Menentukan lokasi (Location) yang terdiri dari lokasi lingkungan (environmental
location), menggunakan garis lurus (straight), bentuk melingkar (circle) dan elips
(ellips), c) Mengukur (Measuring) yang terdiri dari perkiraan waktu (time), luas
(area), volume (volume), suhu (temperature), dan pemesanan (odering), d)
Merencanakan (Designing) terdiri dari bentuk (shapes), ukuran besar (large),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
kecilnya (small), permukaan (surfaces), e) Bermain (Playing) yang terdiri dari
prediksi (prediction plan strategy) dan model (modelling), f) Menjelaskan
(Explaining) yang terdiri dari penjelasan (explanation) dan simbol (symbol).
Implementasi hasil penelitian ini dalam pembelajaran matematika berkaitan
dengan bidang ekonomi meliputi materi aritmatika sosial di dalam menentukan
harga gerabah agar diperoleh keuntungan bagi pengrajin, perhitungan harga
gerabah dengan pertimbangan bahan baku dan biaya pembakaran sampai
pemolesan, dan menentukan harga eceran gerabah dari bahan baku tanah liat yang
dipergunakan untuk memproduksi gerabah tersebut dengan menggunakan
perhitungan integral volume dalam menentukan volume satu gerabah.
Adapun beberapa manfaat dari hasil penelitian ini meliputi pengembangan
untuk menjadi permasalahan kontekstual yang disesuaikan dengan Kompetensi
Dasar pada kurikulum 2013, dan dapat digunakan untuk pembelajaran karakter.
Contoh penerapan konsep matematika yang terdapat pada seni kerajinan gerabah,
antara lain melalui pembuatan soal yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika tingkat atas seperti di SMP, pada materi 1) Sistem Persamaan linear
dua variable, 2) Operasi Aljabar, 3) Bangun Ruang dan di SMA pada materi 1)
Geometri bidang ruang, 2) Kalkulus Integral, 3) Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel, 4) Program linear, 5) Fungsi Eksponensial, 6) Statistika. Selain itu hasil
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pengetahuan atau informasi kepada
pihak masyarakat untuk melihat seni gerabah dan sejarah daerah Kasongan
melalui sudut pandang ilmu Matematika.
Kata Kunci : Aspek matematis, Etnomatematika, Seni, Kerajinan Gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Ana Easti Rahayu Maya Sari, S.Pd. (NIM: 151442002). 2018. Mathematical
Aspects of Pottery Making Activities In Kasongan And Its Implementation In
Mathematics Learning. Master Program of Mathematics Education, Faculty
of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purpose of this research is to know the activity of vessel craftsmen in
Kasongan. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul in the process of making pottery relation
with mathematical aspects, to know the mathematical aspects that exist in the
activities of the craftsmen in the process of making pottery in Kasongan and to
know its implementation in learning mathematics as a contextual problem. The
subjects of this study consist of traditional pottery craftsmen, modern pottery
craftsmen, carving craftsmen, land entrepreneurs, household furniture
entrepreneurs, and representatives of Kasongan residents. Object in this research
is activity of pottery craftsman, carving artisans activity, and data obtained from
interview result to other research subject.
The type of this research is qualitative descriptive research and analyzed
based on qualitative data analysis techniques according to Sugiyono (2010). Data
obtained in the form of interviews of research subjects and research
documentation. Validation of data in this research is done by using source
triangulation, triangulation time and triangulation technique. The data are then
analyzed by qualitative data analysis steps according to Sugiyono (2010).
The result of the analysis shows that the activity of Kasongan craftsmen in
general pottery making process in Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul,
covers; processing of soil consisting of sand, red soil, black soil, brown soil and
water by milling, forming clay into pottery, drying of pottery that has been formed
with the help of solar and wind, Burning of pottery that has been dry with
temperature 1200oC, and packing of cold pottery after going through the
combustion process. Each activity is described to look at the mathematical aspects
contained therein by using the six basic mathematical aspects of guidance
according to Alan J Bishop (1988). Overall, the mathematical aspects of each
craftsman's activities include; a) Counting of approximation, accuracy and power
or power, b) Determining a location consisting of an environmental location,
using a straight line, circle and ellipse, c) Measuring consisting of time, area,
volume, temperature, and odering, d) Planning (Designing) consists of shapes,
large, small, surfaces, e) Playing consisting of prediction plan strategy and
modeling, f) Explaining (Explaining) which consists of explanation (explanation)
and symbol (symbol). Implementation of the results of this study in mathematics
learning related to the field of economics include social arithmetic material in
determining the price of pottery to obtain profits for craftsmen, calculation of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
earthenware prices with consideration of raw materials and cost of burning to
polishing, and determine the retail price of clay pottery raw materials is used to
produce the pottery by using the integral volume calculation in determining the
volume of one pottery.
Some of the benefits of this research include development to become
contextual issues adapted to Basic Competency in the 2013 curriculum, and can
be used for character learning. Examples of the application of mathematical
concepts contained in the art of pottery, among others, through the making of
problems that can be used in top-level mathematics learning as in SMP, on the
material 1) Two-variable linear equation system, 2) Algebra Operation, 3) Build
Room and in SMA in material 1) Space geometry, 2) Integral Calculus, 3) Three
Variable Linear Equation Systems, 4) Linear Programs, 5) Exponential Function,
6) Statistics. In addition, the results of this study can also be used as knowledge or
information to the community to see the art of pottery and history Kasongan area
through the point of view of mathematics.
Key Words: Mathematical Aspects, Ethnomatematics, Art, Pottery
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur terhadap cinta kasih Tuhan atas karunia dan berkah yang
telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis dengan lancar. Tesis
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma.
Di dalam penyusunan tesis ini banyak kendala yang diperoleh peneliti,
namun semua itu mampu diselesaikan penulis dengan baik karena ada dukungan
dan motivasi yang diberikan kepada penulis dari berbagai pihak. Ucapan
terimakasih oleh penulis disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi
S2 Pendidikan Matematika;
2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan bersedia meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam menyusun
sampai penyelesaian tesis ini;
3. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang
telah membantu dan mendukung penulis selama belajar di Universitas
Sanata Dharma;
4. Bapak Lurah Desa Bangunjiwo yang telah memberikan ijin dan bantuan
infomasi yang dibutuhkan oleh penulis.
5. Orangtua, Adik Bene, Mbah Putri atas dukungan, doa, semangat, dan cinta
kasih yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tesis ini;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
6. Mas Cosmas Giawa yang selalu mendampingi dan mengingatkan penulis
dengan penuh perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis agar selalu
berusaha di dalam menyelesaikan tesis ini
7. Sahabat-sahabatku dan teman-teman Program Studi S2 Pendidikan
Matematika angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma yang selalu
mendukung, mengingatkan dan membantu penulis selama proses studi;
8. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya dapat
membangun dan mengembangkan kemampuan penulis dalam penyusunan karya
tulis selanjutnya. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca, khususnya bagi para calon dan guru matematika.
Yogyakarta, 15 Januari 2018
Penulis
Ana Easti Rahayu Maya Sari, S.Pd
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN....................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH........................................................................................................
vi
ABSTRAK.................................................................................................... vii
ABSTRACT.................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR.................................................................................. xi
DAFTAR ISI................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xvi
DAFTAR SKEMA........................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 10
D. Pembatasan Masalah......................................................................... 11
E. Penjelasan Istilah............................................................................... 11
F. Kebaruan Penelitian.......................................................................... 12
G. Manfaat Penelitian............................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................... 15
A. Kajian Teori...................................................................................... 15
B. Hasil – hasil Penelitian yang Relevan............................................... 34
C. Kerangka Berpikir............................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 44
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Subjek dan Objek Penelitian............................................................. 46
D. Bentuk Data....................................................................................... 47
E. Metode dan Instrumen Penelitian...................................................... 48
F. Langkah – langkah Pengumpulan Data............................................. 54
G. Teknik Analisis Data......................................................................... 66
H. Upaya – upaya untuk Meningkatkan Kredibilitas Data dan Hasil
Penelitian...........................................................................................
67
BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............ 68
A. Diskripsi Situasi Sosial Daerah Kasongan........................................ 68
B. Pelaksanaan Wawancara................................................................... 75
C. Aktivitas yang Dilakukan oleh Para Pengrajin Gerabah
Kasongan,Bangunjiwo, Kasihan, Bantul dalam Proses Pembuatan
Gerabah.............................................................................................
105
D. Aspek – aspek Matematis yang Terdapat pada Aktivitas – aktivitas
yang Dilakukan oleh Para Pengrajin Gerabah Kasongan,
Bangunjiwo, Kasihan Bantul dalam Proses Pembuatan Gerabah.....
E. Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika sebagai
Masalah Kontekstual.........................................................................
109
128
F. Keterkaitan antara Hasil Penemuan dengan Pembelajaran
Matematika........................................................................................
130
BAB V PEMBAHASAN IMPLEMENTASI DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA...........................................................
133
A. Pengembangan dalam Ilmu Pendidikan............................................ 133
B. Pengembangan dalam Masyarakat.................................................... 141
C. Pengembangan Karakter................................................................... 142
D. Keterbatasan Penelitian..................................................................... 144
E. Refleksi............................................................................................. 145
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 149
A. Kesimpulan....................................................................................... 149
B. Saran.................................................................................................. 155
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
LAMPIRAN A.............................................................................................. 162
LAMPIRAN B.............................................................................................. 207
LAMPIRAN C.............................................................................................. 211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Angket pendapat siswa tentang Matematika.................................. 53
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara...................................................................... 60
Tabel 3.3 Analisis Data................................................................................... 66
Tabel 4.1 Pedukuhan Desa Bangunjiwo......................................................... 68
Tabel 4.2 Perbedaan antara gerabah hitam dan gerabah merah...................... 90
Tabel 4.3 Aktivitas pengrajin gerabah Kasongan........................................... 107
Tabel 4.4 Aspek matematis pada aktivitas pengrajin.................................... 114
Tabel 5.1 Contoh masalah kontekstual dalam Matematika Peminatan dan
Matematika Wajib yang disesuaikan KD pada kurikulum 2013 untuk
tingkat kelas X dan XI....................................................................................
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Langkah – langkah pengumpulan data......................................... 54
Skema 3.2 Tahap observasi............................................................................ 55
Skema 3.3 Triangulasi Teknik........................................................................ 62
Skema 3.4 Triangulasi Sumber....................................................................... 63
Skema 3.5 Triangulasi Waktu......................................................................... 64
Skema 4.1 Langkah – langakh memproduksi gerabah dengan potongan
keramik...........................................................................................................
78
Skema 4.2 Langkah – langkah membuat keren dan anglo............................. 81
Skema 4.3 Langkah – langkah membuat gerabah cetakan............................. 87
Skema 4.4 Langkah – langkah membuat tanah liat........................................ 89
Skema 4.5 langkah – langkah pembuatan gerabah secara umum................... 93
Skema 4.6 Proses pengolahan tanah sebagai bahan pokok pembuatan
gerabah............................................................................................................
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pintu gerbang daerah wisata Kasongan..................................... 22
Gambar 2.2 Beberapa Art Shop di sepanjang jalan raya kawasan
Kasongan.......................................................................................................
23
Gambar 2.3 Olahan anyaman dan patung yang berada di Art Shop
Kasongan.......................................................................................................
23
Gambar 4.1 Peta letak desa Bangunjiwo...................................................... 69
Gambar 4.2 Pemolesan gerabah dengan potongan keramik......................... 71
Gambar 4.3 (a) Pengrajin yang melakukan finishing dengan menggunakan
potongan keramik, (b) Pengrajin yang melakukan finishing dengan
menggunakan anyaman.................................................................................
72
Gambar 4.4 (a) Pengrajin yang sedang menginovasi gerabah dengan
anyaman, (b) hasil gerabah yang dikombinasi dengan balutan anyaman.....
76
Gambar 4.5 pengrajin yang sedang membuat keren..................................... 79
Gambar 4.6 (a) pengrajin III yang sedang membuat pesanan, (b) Hasil
kerajinan berupa celengan............................................................................
84
Gambar 4.7 Hasil kerajinan pengrajin berupa celengan berbentuk minion
dan hello kitty................................................................................................
85
Gambar 4.8 (a) Tempat pembakaran, (b) Proses pembakaran...................... 95
Gambar 4.9 (a) Hasil olahan tanah gilingan yang siap disetorkan kepada
pemesan, (b) alat penggilingan tanah............................................................
98
Gambar 4.10 (a) Salah satu toko besar yang memproduksi gerabah di
Kasongan, (b) Tempat pembakaran gerabah.................................................
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan dari 100 responden siswa yang diberikan angket untuk
mengetahui respon mereka terhadap matematika. Diperoleh hasil 85%
menyukai matematika sedangkan 15% tidak menyukai matematika. Meskipun
demikian baik siswa yang menyukai maupun yang tidak menyukai
matematika memiliki kendala yang sama yaitu dalam menentukan
penyelesaian dari soal matematika. Bagi mereka untuk menentukan
penyelesaian matematika dari soal yang diberikan diperlukan rumus yang
harus dihapalkan. Hal ini yang membuat sebagian dari mereka menjadi malas
dan bahkan tidak menyukai belajar matematika karena terlalu banyaknya
rumus yang digunakan dan dihapalkan. Berdasarkan jawaban terhadap
pertanyaan yang diberikan oleh 100 responden diperoleh 100% siswa
menggunakan cara menghapal rumus untuk dapat menyelesaikan soal
matematika yang selama ini diperoleh selama pembelajaran yang diterima.
Sehingga suka atau tidaknya mereka terhadap matematika dipengaruhi dari
daya ingat mereka terhadap rumus – rumus yang sudah mereka hapalkan.
Berdasarkan dari pengisian angket itu pula diperoleh sekitar 80% siswa
menganggap bahwa matematika adalah pelajaran berhitung yang penuh
dengan hapalan rumus sedangkan 20% siswa menganggap matematika sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
suatu ilmu hitung yang dapat digunakan dalam kehidupan. Berdasarkan
pandangan sebagian besar siswa tersebut diperoleh bahwa matematika hanya
dianggap sebagai suatu pelajaran yang telah mereka terima selama belajar di
sekolah. Di dalam pembelajaran matematika banyak siswa memandang bahwa
matematika adalah pelajaran dengan banyak rumus yang harus dihapalkan.
Hal ini dilakukan agar dapat menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan
materi tertentu. Adanya pandangan tersebut disebabkan oleh penyampaian
guru yang terlalu monoton terhadap materi matematika yang diberikan. Siswa
kurang mendapatkan contoh aplikasi penggunaan matematika dalam bentuk
soal kontekstual yang mampu mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran matematika yang umumnya dilakukan saat ini
cenderung terlalu monoton, teoritis, kurang kontekstual dan bersifat abstrak.
Model – model pembelajaran yang digunakanpun kurang bervariasi, hal ini
berbanding lurus terhadap rendahnya minat siswa untuk mempelajari
matematika secara lebih lanjut. Di lingkungan sekolah siswa selalu
dihadapkan dengan pembelajaran matematika yang begitu abstrak dan penuh
rumus sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menerapkan ilmu
matematika yang diperoleh ketika berada di lingkungan hidup sehari – hari.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan situasi dan kondisi yang diterima siswa.
Selain itu juga dalam menyelesaikan soal matematika siswa akan berpedoman
dalam bentuk kalimat matematika. Hal ini secara tidak langsung membuat
siswa merasa harus menghapal rumus agar dapat menentukan
penyelesaiannya, karena siswa masih kurang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memahami penerapan ilmu matematika yang berbentuk soal kontekstual atau
tentang aplikasinya. Sehingga penting untuk menyampaikan kepada siswa
tentang contoh - contoh aplikasi matematika dan pemberian soal kontekstual
yang dekat dalam kehidupan sehari – hari. Didalam proses pembelajaran hal
ini dapat disampaikan pada bagian awal proses pembelajaran untuk
menumbuhkan semangat dan daya tarik bagi siswa dalam belajar matematika.
Contoh aplikasi matematika ini dapat dilihat dari berbagai bidang. Salah
satu bidang yang menggunakan ilmu matematika adalah seni yang diwujudkan
dalam bentuk kerajinan. Pada awalnya kerajinan dikerjakan sebagai suatu
kesenangan, kebiasaan atau suatu pekerjaan sampingan. Namun seiring
perkembangan jaman dan biaya kebutuhan yang semakin meningkat maka
kerajinan digunakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan suatu
penghasilan. Awalnya orang menganggap kerajinan sebagai suatu hobi dan
pekerjaan sampingan. Namun seiring berjalannya waktu pandangan tersebut
kemudian berubah. Sekarang kesenian tidak hanya dijadikan sebagai suatu
hobi atau pekerjaan sampingan namun menjadi mata pencaharian utama bagi
sebagian orang disuatu daerah tertentu. Daerah yang warganya sebagian besar
menggunakan kerajinan sebagai salah satu income keluarga adalah daerah
Kasongan. Kasongan adalah sebuah dusun dari Desa Bangunjiwo yang
terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta dimana warganya sebagian besar
bermata pencaharian sebagai seorang pengrajin seni kriya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kerajinan yang identik dengan olahan tangan ini memiliki banyak
ragam dan jenis diantaranya seni kriya, tenun, seni lukis dan lain – lain.
Kerajinan merupakan salah satu produk andalan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Banyak berbagai perusahaan yang menghasilkan produk kerajinan tersebar
luas diberbagai Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satunya adalah
perusahaan kerajinan gerabah di daerah Kasongan. Secara adminitratif
Kasongan berada di wilayah Desa Bangunjiwo Kecamatam Kasihan
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Berjarak kurang lebih 7 km dari pusat Kota
Yogyakarta ke arah barat daya. Pesatnya perkembangan jumlah unit usaha dan
reputasi gerabah Kasongan mendorong pemerintah Kabupaten Bantul
menetapkan sentra Usaha Kecil Menengah (UKM) Gerabah Kasongan
menjadi kawasan UKM unggulan sekaligus sebagai kawasan wisata dengan
nama Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan. Cakupan wilayah UKM
berkembang seiring dengan meningkatnya nilai ekonomis lokasi desa wisata.
Di daerah Kasongan ini banyak disajikan keragaman produk gerabah hasil
karya pengrajin Kasongan dalam mengolah tanah liat. Hasil produk kerajinan
berupa gerabah berkualitas tinggi dan kompetitif di pasar lokal dan global.
Adapun produksi dari usaha yang dimiliki oleh hampir seluruh warga daerah
Kasongan ini berupa gerabah atau tembikar dalam berbagai bentuk seperti
guci, vas bunga, patung hewan maupun manusia, keren, kuali, tempayan dan
tempat lilin. Berbagai produksi tersebut sekitar 80 % dipasarkan ke luar negeri
seperti Korea, Jepang, Singapura, Malaysa, Amerika Serikat dan Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Di sepanjang jalan raya Kasongan terdapat puluhan art shop (toko
barang seni) dimana produk – produk gerabah beranekaragam mulai dari
bentuk, warna sampai pada ukuran dan jenis bahan yang digunakan sehingga
mampu untuk menarik para wisatawan domestik maupun wisatawan manca
yang berasal dari berbagai daerah. Pintu gerbang merah dengan dua patung
berbentuk kuda yang saling membelakangi dan ada beberapa tambahan guci
atau tempayan yang menggambarkan kekhasan dari produk yang dihasilkan di
daerah Kasongan tersebut digunakan sebagai gerbang penyambutan dalam
memasuki daerah wisata Kasongan.
Melihat kondisi dari para pembeli maupun pengunjung daerah
Kasongan tidak hanya berasal dari daerah setempat namun juga dari luar
daerah bahkan luar negeri dengan berbagai selera dan minat yang beragam
menjadi salah satu pertimbangan para pemilik art shop untuk menjual
berbagai jenis kerajinan selain gerabah. Tidak hanya para pemilik art shop
namun hal ini juga mendorong para pengrajin Kasongan untuk semakin
meningkatkan kreatifitas dan inovasi mereka dalam memproduksi karya seni
yang mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan konsumen. Hal
ini dikarenakan tingkat minat dan kebutuhan akan seni gerabah ini bukan
merupakan kebutuham pokok manusia sehingga banyak sedikitnya barang
yang terjual disetiap harinya tidak menentu, tergantung dari minat dan
kebutuhan konsumen. Dampak positif lain akibat perkembangan dari
Kasongan sebagai daerah wisata ini dalam segi ekonomi maupun status sosial
bagi taraf hidup warganya bisa lebih meningkat. Nilai ekonomis dari gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mampu memotivasi warga Kasongan untuk menekuni produk berbahan baku
leleran (tanah liat) jenis body earthenware menjadi andalan untuk mencukupi
kebutuhan sehari – hari. Meskipun demikian disisi lain muncul persaingan
yang lebih ketat diantara pengrajin ataupun pengusaha gerabah dalam proses
pemasaran dan dalam menarik konsumen agar tertarik dan berminat untuk
membeli hasil seni yang ditawarkan.
Para konsumen tidak hanya disajikan dengan pilihan bentuk gerabah
namun ada pula produk lain yang sama menarik dan pentingnya seperti batik
kayu, pembuatan topeng, ukiran dari batu dan kerajinan anyaman berbahan
dasar rotan, daun tebu maupun daun enceng gondok. Berbagai kerajinan yang
diproduksi di daerah Kasongan ini dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori
yaitu kerajinan asesoris, home interior, dan koleksi kerajinan antik. Adapun
motif yang ditonjolkan pada umumnya adalah motif bunga, buah dan unsur
alam pada produksi guci atau gerabah lainnya.
Pada saat ini masih ada anggapan bahwa kegiatan industri kecil
berkembang berdasarkan musiman. Pada saat suatu produk mengalami
peningkatan penjualan yang begitu meningkat dimasyarakat karena banyak
peminatnya maka hal iini akan diikuti oleh produsen lain untuk menghasilkan
produk yang serupa. Hal ini mengakibatkan kondisi dipasaran akan lebih cepat
mengalami kejenuhan dan berujung kerugian di unit usaha yang memproduksi
barang serupa. Meskipun demikian kerajinan gerabah Kasongan mampu tetap
eksis dikancah para wisatawan karena kemampuannya untuk mengembangkan
produk – produk yang variatif dalam rangka memenuhi kebutuhan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
konsumen atau peminat seni gerabah produk Kasongan. Hal ini ditunjukkan
dari beberapa produk yang dihasilkan mampu menembus pasar internasional
dengan mengembangkan produk berdasarkan ide kreatif sendiri. Latar
belakang dari usaha yang ada di daerah Kasongan sangat beragam mulai dari
pengrajin tradisional yang memiliki varian sedikit sampai dengan pengrajin
modern yang memiliki variasi produk beragam, bahkan sudah ada sebagian
kecil unit usaha yang mampu untuk memberikan lapangan pekerjaan kepada
sekitar 100 orang.
Melihat fakta dari kondisi daerah Kasongan tersebut menunjukkan
bahwa seni gerabah sudah menjadi suatu budaya yang telah melekat dalam
kehidupan warga Kasongan itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dari kebiasaan dan
tradisi warganya yang secara turun – temurun mengajarkan anak - anak usia
dini untuk mengolah tanah liat menjadi olahan kerajinan mulai dari bentuk
yang sederhana sampai pada bentuk yang memiliki nilai jual dipasaran. Tidak
hanya dalam mengolah tanah liat menjadi suatu kerajinan gerabah namun
pemikiran sebagai seorang pengusaha atau businessman juga mengikuti
perkembangan kemampuan berpikir oleh warga Kasongan. Salah satu factor
yang menentukan kesuksesan dalam bidang bisnis adalah dari kematangan
perhitungan matematikanya. Semakin baik perhitungan matematika yang
dimiliki seseorang dalam membangun usahanya maka akan semakin baik pula
hasili yang akan diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari hasil keuntungan yang
diperoleh ketika perhitungan terhadap modal awal dilakukan dengan tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Beberapa contoh keterlibatan ilmu matematika yang digunakan dalam
usaha seni gerabah Kasongan secara tidak langsung telah membantu usaha
gerabah Kasongan sehingga dapat mencapai perkembangan yang baik seperti
sekarang ini. Melalui fakta ini peneliti ingin menunjukkan peran matematika
yang dapat ditemukan di dalamnya seperti memperkirakan bahan yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan, perhitungan
Matematika di bidang geometri untuk menghasilkan suatu bentuk simetri yang
ideal. Lebih jauh lagi masuk ke dalam tingkatan sekolah yang lebih tinggi,
contoh melalui gerabah tersebut dapat digunakan untuk menghitung volume
dan luas benda tersebut dengan menggunakan perhitungan integral. Beberapa
unsur matematis yang ditemukan dari seni gerabah Kasongan ini merupakan
suatu kondisi nyata untuk menunjukkan bahwa ilmu matematika merupakan
ilmu yang melekat dalam kehidupan sehari-hari dan telah membudaya bagi
warganya.
Melalui etnomatematika hal ini dapat didiskripsikan dan ditinjau
dengan lebih rinci lagi mengenai unsur budaya yang terdapat pada daerah
Kasongan dengan ilmu matematika yang telah dipelajari. Suatu tradisi yang
terdapat di daerah Kasongan dan dilakukan secara berkelanjutan atau turun
temurun dapat menjadi suatu budaya yang khas pada daerah tersebut.
Contohnya adalah tradisi dalam pembuatan gerabah secara tradisional sebagai
kerajinan tangan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di daerah
Kasongan Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Berawal dari suatu bakat yang dimiliki oleh masyarakat di daerah
tersebut yang menghasilkan sebuah seni gerabah dari tanah liat. Kasongan
kemudian menjadi suatu daerah wisatawan yang terkenal dengan hasil
gerabahnya. Hal ini dikarenakan antusias, ketekunan dan kerja keras para
pengrajin gerabah ini untuk mengembangkan olahan dari bakat seni kriya
yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Kasongan sampai menjadi mata
pencaharian utama bagi mereka untuk mencukupi kelangsungan hidup sehari -
hari. Suatu seni yang kemudian dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk
hasil karya berupa gerabah dan semakin diperluas oleh warganya di daerah
tersebut pada akhirnya menjadi suatu budaya khas suatu daerah. Pembuatan
gerabah di daerah Kasongan Bantul ini tidak terlepas dari keterlibatan ilmu
matematis yang digunakan dalam proses pembuatannya seperti bentuk
geometri ruang, perhitungan dengan menggunakan integral volume untuk
suatu produk dan lain-lain.
Melihat bahwa ada keterkaitan antara gerabah dengan ilmu matematika
menjadi dasar peneliti untuk menelaah lebih dalam lagi mengenai proses
dalam pembuatan gerabah Kasongan dengan mengkaitannya terhadap ilmu
matematika. Hal ini yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dan mendalam
oleh peneliti di dalam penelitian yang berjudul ASPEK MATEMATIS PADA
AKTIFITAS PEMBUATAN GERABAH DI KASONGAN DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini :
1. Apa saja aktivitas yang dilakukan oleh para pengrajin yang gerabah
Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan Bantul dalam proses pembuatan gerabah
hubungannya dengan aspek matematika?
2. Apa saja aspek – aspek matematis yang terdapat pada aktivitas – aktivitas
yang dilakukan oleh para pengrajin gerabah Kasongan, Bangunjiwo,
Kasihan Bantul dalam proses pembuatan gerabah?
3. Bagaimana implementasinya dalam pembelajaran matematika sebagai
masalah kontekstual?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui aktivitas - aktivitas yang dilakukan oleh para pengrajin
gerabah Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan Bantul dalam proses pembuatan
gerabah hubungannya dengan aspek matematika.
2. Mengetahui aspek – aspek matematis yang terdapat pada aktivitas –
aktivitas yang dilakukan oleh para pengrajin gerabah Kasongan,
Bangunjiwo, Kasihan Bantul dalam proses pembuatan gerabah.
3. Mengetahui implementasinya dalam pembelajaran matematika sebagai
masalah kontekstual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mencegah terjadinya
penyimpangan, penafsiran yang tidak tepat, dan dapat mencapai tujuan
penelitian, masalah penelitian dibatasi hanya pada aspek matematis seni
gerabah Kasongan yang berada di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Didalam penelitian diambil
beberapa narasumber yang berprofesi sebagai pengrajin seni gerabah,
pengrajin seni ukir, pengusaha gerabah, pengusaha tanah dan perwakilan
warga Kasongan di Desa Bangunjiwo. Adapun aspek matematis dilihat
melalui enam aktivitas matematis menurut Alan J Bishop pada setiap aktivitas
yang dilakukan pengrajin.
E. Penjelasan Istilah
1. Etnomatematika
Etnomatematika adalah ilmu matematika yang diterapkan oleh kelompok
budaya tertentu, kelompok buruh dan petani, anak-anak dari masyarakat
kelas tertentu, dan lain sebagainya (Gerdes,1994).
2. Aspek Matematis
Aspek matematis adalah suatu aktivitas matematika yang meliputi
aktivitas menghitung, menentukan lokasi, mengukur, merancang, bermain,
dan menjelaskan (Alan J Bishop 1988)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Seni
Seni merupakan usaha manusia untuk meniru, melengkapi, mengubah atau
berkarya “melawan alam” dan merupakan suatu keterampilan yang dicapai
melalu belajar praktek dan pengamatan. Selain itu seni adalah seperangkat
artfull, siasat, dan penemuan artfull (Menurut Alo Liliweri dalam New
Oxford American Dictionary, 2010; Merriam-Webster Dictionary, 2011 )
4. Gerabah
Gerabah adalah barang-barang yang dibuat dari bahan dasar tanah liat
dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air, tempayan dan lain – lain.
5. Kasongan
Kasongan adalah nama salah satu dusun yang berada di Desa Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai salah satu daerah desa tujuan wisata di Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
F. Kebaruan Penelitian
Adapun kebaruan dari penelitian ini salah satunya berupa
pendeskripsian mengenai aspek matematis yang terdapat pada seni gerabah
Kasongan yang terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dalam penelitian ini
dideskripsikan tentang aspek matematis yang diidentifikasi melalui enam
aktivitas matematika menurut Allan J Bishop dari setiap aktvitas yang
dilakukan dalam proses pembuatan gerabah oleh beberapa pengrajin seni
kriya yang sudah menekuni usaha tersebut secara turun - temurun di daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Kasongan. Selain itu kebaruan dari penelitian ini berupa pendiskripsian
mengenai sejarah Kasongan sampai akhirnya dikenal sebagai Daerah Sentra
Industri Kerajinan Gerabah Kasongan. Selain itu dalam penelitian ini juga
akan dipaparkan tentang pandangan beberapa pengrajin terhadap usaha yang
telah dirintis. Selain itu, kebaruan dari penelitian ini juga terletak pada
penentuan aspek-aspek matematis yang terdapat pada proses pembuatan
gerabah mulai dari pengolahan tanah sampai pada pemasaran gerabah yang
dilakukan di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi
peneliti untuk memahami penggunaan ilmu Matematika dalam budaya
di daerah tertentu.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman langsung peneliti
bahwa Matematika merupakan ilmu yang melekat dengan unsur
budaya.
c. Penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk melihat penggunaan ilmu
matematika dibidang yang lain seperti dalam bidang Ekonomi, bidang
Geografi, bidang Seni dan dibidang Budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Penelitian ini dapat menjadi inspirasi atau pandangan lain bagi peneliti
untuk melakukan pendekatan mengenai cara belajar Matematika
dengan menyesuaikan terhadap kondisi budaya setempat,
e. Penelitian ini dapat menunjukkan kepada peneliti bahwa penggunaan
ilmu matematika sudah berlangsung lama dan membudaya dengan
kehidupan sehari - hari.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang
akan melakukan penelitian serupa.
3. Bagi Masyarakat
a. Secara Umum
Penelitian ini mampu memberikan tambahan wawasan mengenai
dunia pendidikan bagi siswa maupun guru.
b. Secara Khusus
Penelitian ini mampu memberikan tambahan pengalaman mengenai
dunia pendidikan bagi siswa maupun guru yang tinggal di daerah
Kasongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian teori
1. Etnomatematika
a. Pengertian Etnomatematika
Etnomatematika adalah matematika yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu. Di dalam
Etnomatematika terkandung unsur masyarakat, sejarah dan
matematika. Ketiga unsur inilah yang dapat dikatakan sebagai
komponen utama dari Etnomatematika.
Selain itu etnomatematika juga dapat diartikan sebagai ilmu
matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok
buruh dan petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, dan lain
sebagainya (Gerdes,1994). Istilah Etnomatematika berasal dari kata -
kata ethno, mathema dan tics. Awalan ethno mengacu pada kelompok
budaya yang dapat dikenali, seperti perkumpulan suku di suatu negara
dan kelas – kelas profesi di masyarakat termasuk pula bahasa dan
kebiasaan mereka sehari-sehari dan hal lain yang berkaitan dengan
konteks budaya local. Mathema berarti menjelaskan, mengerti dan
mengelola hal – hal nyata secara spesifik dengan menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan dan memodelkan suatu pola
yang muncul pada suatu lingkungan. Sedangkan tics mengandung arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
seni dalam teknik. Jika dilihat dari definisi yang demikian maka
etnomatematika memiliki pengertian yang begitu luas tidak hanya
sekedar dalam unsur etno (etnis) atau suku.
Oleh karena tumbuh dan berkembang dari budaya, keberadaan
etnomatematika seringkali tidak disadari oleh masyarakat
penggunanya. Hal ini disebabkan etnomatematika terlihat lebih
sederhana dari bentuk umum matematika yang dipelajari disekolah.
Masyarakat daerah yang biasa menggunakan etnomatematika banyak
kemungkinan merasa tidak percaya diri dengan warisan nenek
moyangnya karena matematika dalam budaya ini tidak dilengkapi
definisi, teorema, dan rumus-rumus seperti biasa ditemukan dalam
pelajaran metematika di sekolah.
b. Peran Etnomatematika
Objek dari Etnomatemtika adalah kegiatan atau gagasan
matematika yang ada dalam masyarakat. Gagasan etnomatematika
akan dapat memperkaya pengetahuan matematika yang telah ada. Oleh
sebab itu jika perkembangan etnomatematika telah banyak dikaji maka
bukan tidak mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan
mengambil budaya setempat. Menurut Bishop (1994), matematika
merupakan suatu bentuk budaya. Matematika sebagai suatu bentuk
budaya sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat dimanapun berada. Dengan demikian matematika
seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya, karena yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan.
Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran
yang besar pada perkembangan pemahaman individual, termasuk
pembelajaran matematika (Bishop, 1991).
Para pakar etnomatematika berpendapat bahwa pada dasarnya
perkembangan matematika sampai kapanpun tidak akan terlepas dari
budaya dan nilai yang telah ada pada masyarakat. Dalam pembelajaran
pembentukan skema baru pada siswa sebaiknya bermula dari diri siswa
sendiri. Oleh sebab itu tepat sekali jika dalam mengajarkan matematika
sebaiknya menggunakan unsur matematika yang sering ditemukan
siswa dalam kehidupan sehari-hari di daerah tempat tinggal siswa
tersebut. Sebagai contoh untuk menyampaikan materi bangun ruang
atau menghitung volume benda putar siswa diajak ke tempat pengrajin
gerabah Kasongan agar dapat melihat proses pembuatan gerabah, dan
berbagai bentuk bangun ruang gerabah tersebut. Kemudian
mengarahkan dan membimbing siswa untuk menuliskan berbagai
unsur yang dapat diperoleh siswa dari informasi yang telah mereka
peroleh dan mereka amati dalam pembuatan gerabah yang terkait
dengan materi matematika yang sedang dibahas.
2. Seni
a. Pengertian Seni
Istilah seni meliputi media seperti lukisan, patung, seni grafis,
seni dekoratif, gambar dan instalasi. Melihat bahwa seni terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
banyak bentuk, hal ini menunjukkan bahwa seni bukan suatu hal yang
kaku. Sehingga dalam konteks budaya seni dikenal dalam bentuk
benda lain yang diciptakan ataupun dihasilkan melalui usaha yang sulit
dan dijiwai dengan rasa dan pemaknaan oleh pembuatnya (Alo
Liliweri,351).
Seni adalah usaha manusia untuk meniru, melengkapi,
mengubah atau berkarya “melawan alam” dan merupakan suatu
keterampilan yang dicapai melalu belajar praktek dan pengamatan.
Selain itu seni adalah seperangkat artfull, siasat, dan penemuan artfull
(Menurut Alo Liliweri dalam New Oxford American Dictionary, 2010;
Merriam-Webster Dictionary, 2011 ). Art adalah kerajinan, keahlian,
bakat, pengetahuan, teknik yang menunjukkan keahlian dalam
melakukan apa yang dicapai oleh studi, praktek, pengamatan atau seni
retorika mulai dari mengerjakan gerabah, kemampuan untuk mengajar
dan lain sebagainya.
b. Seni Kriya
Seni kriya adalah salah satu bagian dari seni rupa. Kriya
merupakan terjemahan dari bahasa Sansekerta “kria” yang artinya
mahir bertindak / bekerja untuk masalah keagamaan. Kriya menjelaskan
teknik – teknik pembuatan benda untuk acara keagamaan seperti arca
dan candi. Oleh sebab itu seorang pengkriya menurut pandangan ini
memiliki kemampuan menggunakan ketrampilan tangan dan memiliki
pandangan yang lebih karena kedekatan dengan Tuhan. Sehingga pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dasarnya kriya bukan hanya kerajinan seperti yang dipahami secara
konseptual pada saat ini, namun juga merupakan olah jiwa mendekati
Yang Maha Kuasa.
3. Gerabah Kasongan
a. Latar belakang Kasongan
Kasongan adalah nama dari salah satu dusun yang terletak di
Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Suatu daerah yang semenjak tahun 1830
sebagian besar warganya berprofesi sebagai pengrajin bahkan profesi
tersebut masih terus dilanjutkan secara turun – temurun. Daerah ini
berjarak kurang lebih 7 km dari pusat kota Yogyakarta ke arah barat
daya. Lokasi yang ini mampu untuk dijangkau dengan berbagai
kendaraan darat. Luas daerah ini 34.3 hektar di mana sebagian besar
merupakan tanah pekarangan kering karena tidak mendapatkan
pengairan teknis secara sempurna. Posisi Kasongan berada diatas
aliran Sungai Bedog. Secara teknis irigasi dan iklim di Kasongan
masih kurang sehingga kondisi di daerah ini relative terasa panas pada
musim kemarau karena termasuk daerah yang terletak diatas tanah
kapur mengakibatkan daerah ini hanya dapat ditumbuhi tanaman
tertentu. Pekarangan yang berada didaerah Kasongan ini selain
sebagai lahan untuk memproduksi gerabah dan olahan kerajinana yang
lain digunakan pula untuk budidaya tanaman keras sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bermanfaat untuk menunjang kehidupan social ekonomi daerah
Kasongan.
Beberapa jenis tanaman pohon yang biasa tumbuh di Kasongan
seperti kelapa atau klopo (Cocos nucifera), bambu atau empring
(Gigantochloa), melinjo (Gnetum gnemon), rambutan (Nepeelium
lappaceum), mangga atau pelem (Mangifera indica), dan waru
(Hibiscus tiliaceus). Selain itu jenis tanaman palawija atau tanaman
yang tumbuh didaerah persawahan meliputi padi atau pari (Oryza
sativa), jagung (Zeamays), kacang tanah atau kacang prol (Arachis
hypogaea), tebu (Saccarum officinale), dan lain sebagainya. Daerah
Kasongan dimana sebagian besar warganya berprofesi sebagai
pengrajin ini tidak hanya memproduksi barang dari tanah liat namun
juga dari anyaman.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kerajinan
anyaman ini dimbil dari beberapa jenis pohon ataupun tanaman
palawija tersebut seperti daun bambu, sabut kelapa dan lainnya. Selain
itu pohon – pohon ini juga penting bagi kehidupan pengrajin di
Kasongan karena kayu yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
bahan bakar untuk proses pembakaran gerabah. Tidak hanya berupa
kayu yang dapat digunakan sebagai bahan bakar namun bagian
lainnya seperti daun, batang, ranting dan sisa dari tanaman padi dan
jagung yang kering pun dapat diolah untuk dimanfaatkan sebagai
bahan untuk proses pembakaran gerabah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Suatu desa yang memiliki lahan cukup luas dengan mayoritas
warganya berprofesi sebagai pengrajin ini seiring berjalannya waktu
menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dalam menjadi daerah
wisata gerabah Kasongan. Situasi ini mendorong Pemerintah
Kabupaten Bantul untuk menetapkan usaha ini sebagai suatu Unit
Kecil Menengah (UKM) gerabah Kasongan menjadi suatu kawasan
unggulan dengan nama Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan.
Seiring berkembangnya UKM ini maka cakupan wilayahnya juga ikut
berkembang diikuti dengan meningkatnya nilai ekonomi lokasi desa
wisata ini. Adapun cakupan wilayah dari kawasan ini meliputi dusun
Kajen, Tirto, Kali Pucang, Gedongan, Sembungan dan Kasongan.
Diantara dusun yang lain Dusun Kasongan merupakan dusun
yang saat ini masih tetap mempertahankan gerabah yang bercorak
tradisional. Namun seiring berkembangnya kebutuhan dan minat dari
wisatawan, para pengrajin mulai melakukan inovasi dari gerabah
tradisional menjadi barang seni yang lebih menarik, modern dan
nampak baru dibandingkan jenis gerabah yang umumnya diproduksi
dan dipajang di daerah tersebut. Hal ini membuat Daerah Wisata Seni
Gerabah Kasongan menjadi suatu daerah wisata yang memiliki
keanekaragaman produk seni olahan tanah yang semakin menarik.
Adapun produk gerabah yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi dan
cukup kompetitif di pasar lokal dan global.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Melalui jalan Bantul dari arah utara Kota Yogyakarta disebelah
kanan jalan terdapat gerbang sebagai pintu masuk kawasan Wisata
Kasongan di mana gerbang tersebut terdapat dua patung kuda dengan
posisi arah saling berlawanan dan tembikar sebagai ciri khas produk
yang ada di Daerah Kasongan tersebut.
Gambar 2.1 Pintu Gerbang Daerah Wisata Kasongan
Desain pintu gerbang Kasongan ini mengadopsi dari desain bentuk
pintu gerbang utama Keraton Yogyakarta. Artistik yang terdapat pada
pintu gerbang ini mencontoh dari relief Candi Borobudur dengan
ukuran tinggi gapura 9 meter, ukuran tinggi sampai puncak gapura 12
meter dan ukuran lebar keseluruhannya 24 meter. Adapun lokasi
sentra gerabah Kasongan dari arah gapura ini berjarak sekitar 500
meter.
Setelah memasuki gerbang Kasongan para pengunjung akan
disuguhkan dengan berbagai pilihan art shop (toko barang seni) yang
menarik. Art shop di daerah Kasongan ini merupakan toko berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
olahan seni gerabah yang diproduksi oleh pengrajin Kasongan. Art
shop ini terletak disepanjang 500 meter jalan raya Kasongan.
Gambar 2.2 Beberapa Art shop di sepanjang jalan raya Kawasan Kasongan
Saat ini art shop di Kasongan tidak hanya menyajikan kerajinan seni
gerabah tetapi ada pula jenis kerajinan lainnya berupa olahan
anyaman, patung batu, patung dari olahan semen, ukiran batu, ukiran
kayu dan barang kerajinan lain dengan variasi bentuk. Berikut
beberapa contoh hasil kerajian anyaman dan patung yang juga
menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang mengunjungi daerah
wisata Kasongan.
Gambar 2.3 Olahan anyaman dan patung yang berada di art shop Kasongan
Seiring berkembangnya jaman minat para konsumen terhadap
seni gerabah Kasongan mulai menurun. Beberapa faktor penyebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menurunnya minat para konsumen terhadap gerabah Kasongan ini
dilatarbelakangi oleh bentuk gerabah yang monoton, selain itu
keberadaan dari gerabah yang pada umumnya bukan termasuk ke
dalam kebutuhan pokok konsumen. Hal ini mendorong para pengrajin
Kasongan untuk berpikir lebih dalam memproduksi berbagai bentuk
dan jenis gerabah. Oleh karena itu untuk mengantisipasi beberapa
faktor penyebab menurunnya minat konsumen tersebut maka para
pengrajin mulai memodifikasi olahan gerabah dengan menggunakan
keramik, kaca, pasir dan batu. Hasil inovasi dari olahan ini kemudian
menjadi produk dengan penampilan baru yang dapat disuguhkan
kepada para konsumen baik domestik maupun lokal. Selain itu
kawasan Kasongan sebagai Daerah Sentra Industri Kerajinan Gerabah
Kasongan ini pun akan tetap terjaga kualitas dan pengunjungnya.
b. Sejarah Perkembangan Kasongan
Nama Kasongan diambil dari nama Kyai Song. Kyai Song
adalah prajurit sekaligus guru spiritual Pangeran Diponegoro. Selepas
tertangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Belanda tahun 1830 beliau
mengembangkan peralatan rumah tangga dan perkakas dari bahan
tanah liat sebagai peralatan dapur. Generasi selanjutnya dibawah
pengarahan Ki Jembuk mengembangkan hiasan patung binatang serta
celengan (coin box). Keragaman produk semakin bertambah dengan
peralihan generasi kepada Ki Rono dan Nyai Giyah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengembangkan produk anglo (tungku kayu bakar), belanga dan
periuk cawan.
Pada era tahun 1970 – 1980 Kasongan mengalami
perkembangan yang begitu pesat. Kemampuan ini ditunjukkan dengan
mengadopsi aliran seni naturalisme arahan Ir.Larasati Suliantoro
Soelaiman seorang seniwati tanaman hias dan Sapto Hudoyo pematung
dari Yogyakarta. Secara historis beberapa kejadian penting yang
menandai era pertambahan pengetahuan di Kasongan meliputi; (1)
peradaban asli yang mulai berubah tahun 1976 dengan pembinaan dari
Ir.Larasati Suliantoro Soelaiman kawasan Kasongan mulai mengenal
sentuhan keindahan dan kualitas produk kerajinan bunga hias.
Kemudian sebagian mulai memperhatikan nilai artistic, estetika bentuk
dan kualitas proses produksi; (2) arahan dan pembinaan dari seniman
Sapto Hudoyo sekitar tahun 1980-an yang menghadirkan pengetahuan
baru berupa seni pembuatan berbagai jenis patung binatang melalui
metode “lelet” (tempel).
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari kedua
seniman tersebut membentuk keindahan gerabah melalui proses
pewarnaan produk gerebah dengan menggunakan cat tembok. Proses
transfer pengetahuan dilakukan melalui cara memesan produk gerabah
dengan ukuran tertentu. Kemudian pengrajin dilatih cara mewarnai dan
menyusun kombinasi pewarnaan pada gerabah yang telah dipesan. Hal
ini dapat membuat para pengrajin merasakan bahwa produk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dihasilkan tersebut mendapatkan nilai jual dipasaran. Ketrampilan
mewarnai gerabah ini semakin menyebar luas dikalangan pengrajin
Kasongan yang lain. Mulai dari pengrajin yang mendapatkan pesanan,
proses penanganan pasca pembakaran gerabah dengan cara pewarnaan
ini disebarkan melalui cara imitator (meniru tindakan).
Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman para kundi,
yang berarti buyung atau gundi. Pada jaman dulu orang yang membuat
sejenis buyung, gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur,
gerabah, juga barang hias keramik ini disebut sebagai kundi. Hasil
kerajinan gerabah Kasongan berupa guci dengan berbagai motif
(burung merak, naga, bunga mawar, gajah, bambu, dan banyak
lainnya), pot dengan berbagai ukuran, hiasan keramik, patung-patung
kecil, pigura, perabotan dari bambu, bahkan topeng-topeng yang
terbuat dari tanah liat. Hasil-hasil kerajinan desa wisata Kasongan
tersebut berkualitas istimewa sehingga pemasaran yang dilakukan
untuk berbagai produk ini tidak hanya didaerah lokal namun
pemasaran secara ekspor ke berbagai negara seperti Eropa dan
Amerika juga banyak dilakukan.
Kerajinan gerabah Kasongan merupakan kegiatan pengolahan
tanah liat yang telah berlangsung berabad – abad dan mampu bertahan
sampai sekarang karena secara sistematis di daerah ini terdapat proses
transfer keterampilan yang dilakukan secara turun – temurun. Hal
inilah yang digunakan oleh warga Kasongan ini sehingga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
untuk mempertahankan eksistensinya sebagai daerah sentra industri
gerabah sampai saat ini. Pengolahan alam lingkungan oleh para
pengrajin gerabah merupakan suatu kegiatan yang saling
mengutungkan. Hal ini karena interaksi yang dilakukan pengrajin tidak
hanya sekedar menggunakan namun juga melestarikan dan menjaga
alam dan lingkungan agar tetap dalam keadaan yang seimbang.
Kasongan mulanya adalah tanah persawahan milik penduduk
desa di selatan Yogyakarta. Pada masa penjajahan Belanda di
Indonesia, daerah persawahan milik salah satu warga tersebut
ditemukan seekor kuda yang mati, diperkirakan kuda tersebut milik
pejabat Belanda. Karena saat itu masa penjajahan Belanda, maka
warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak
tanahnya supaya tidak dituntut oleh Belanda. Ketakutan serupa juga
terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang
akhirnya juga melepaskan hak tanah kepemilikannya. Banyaknya
tanah yang bebas, membuat penduduk desa lain segera mengakui tanah
tersebut. Penduduk yang melepaskan hak tanah tersebut kemudian
beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya
hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan.
Pada awalnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak
dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang
dilakukan secara turun temurun, akhirnya daerah Kasongan ini mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dikenal sebagai daerah kerajinan gerabah tanah liat yang sampai
sekarang menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami
kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar
Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan
dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk
memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan
gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan
yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni
dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan
dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
Saat ini nama Kasongan lebih dikenal secara umum di kancah
industry maupun manca dibandingkan nama Desa-nya, yaitu
Bangunjiwo. Didaerah ini terdapat sentra kerajinan gerabah, yang
menghasilkan ratusan bahkan ribuan keramik dengan berbagai jenis,
bentuk dan ukuran. Sekitar lebih dari 300 pengrajin yang menyerap
seribu lebih tenaga kerja membuat sentra kerajinan ini mampu
menembus pasar gerabah internasional. Art shop yang berjajar rapi di
kanan-kiri jalan masuk kawasan Kasongan, dipadukan dengan
workshop para pengrajin, dimana kita dapat ikut langsung membuat
keramik, dan festival seni Kasongan yang rutin diadakan setiap
tahunnya, membuat Kasongan menjadi sebuah wisata kerajinan yang
berkesan bagi siapapun yang mengunjunginya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Gerabah
Menurut para ahli gerabah adalah jenis tembikar kuno yang
dibuat manusia dari tanah liat yang dicampur pasir kemudian dibakar
pada suhu sekitar 800 hingga 1000 . Karakteristik gerabah adalah
keras, rapuh, berpori dan mudah pecah. Pengertian gerabah menurut
Oka (1979) adalah keramik rakyat hal ini dikarenakan gerabah
mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah serta teknik
pembakaran yang sangat sederhana. Kata “keramik” berasal dari
Yunani keramos yang artinya periuk atau belanga yang dibuat dengan
menggunakan bahan baku berupa tanah liat dan diproses dengan cara
dibakar. Di Indonesia segala jenis benda yang berbahan baku tanah liat
dengan proses pengolahan dibakar ini dikenal dengan istilah gerabah.
Dengan demikian pengertian antara gerabah dan keramik adalah
ekuivalen. Meskipun demikian pada perkembangannya terjadi
perbedaan makna antara keduanya.
Gerabah merupakan produk berbahan baku tanah liat merah atau
lempung yang disebut sebagai kwarsa (body earthenware). Proses
pembuatannya dilakukan dengan mencampur tanah dan air secukupnya
kemudian dipilin agar menjadi liat dan mudah dibentuk. Setelah
mendapatkan bentuk yang sesuai kemudian tahap selanjutnya adalah
pengeringan. Pada tahap pengeringan dilakukan dengan menjemur
hasil olahan pada tahap sebelumnya dibawah sinar matahari selama 2 –
3 hari atau disesuaikan dengan ukuran dan ketebalan benda yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dibentuk dan kondisi cuaca sampai diperoleh benda tersebut kering.
Setelah itu tahap selanjutnya adalah pembakaran. Pembakaran
dilakukan dalam tumpukan jerami selama kurang lebih 8 – 12 jam.
Hasil akhirnya berupa gerabah yang kuat, keras dan berwarna
kemerahan. Adapun teknik – teknik yang biasa digunakan oleh
pengrajin gerabah atau keramik antara lain teknik lempeng, teknik
pilin, teknik putar, teknik cetak tekan dan teknik tuang.
Pada awalnya keramik dibuat dengan bahan dasar tanah liat,
namun seiring berkembangnya waktu pembuatan keramik mulai
menggunakan bahan baku porselen berupa tanah putih yang diaduk
kemudian di saring sampai halus. Proses pengeringan dan pembakaran
dilakukan dengan tahap yang hampir bersamaan dalam sebuah tungku
tertutup dengan suhu panas mencapai 1200 derajat celcius dengan
waktu 8-12 jam. Pembuatan bahan porselin lebih rumit dan lebih
banyak menggunakan tenaga.
Proses pembuatan gerabah yang berkembang di Kasongan
secara umum terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
- Proses pembuatan gerabah tradisional meliputi serangkaian
proses yang menggunakan bahan baku, bahan pencampur
dan proses pembuatan desain yang kemudian diakhiri
dengan pembakaran di tempat terbuka.
- Pola pembuatan gerabah modifikasi tradisional proses
pembuatannya hampir sama dengan gerabah tradisional,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kecuali dibagian proses finisihing. Pada bagian finishing ini
akan di lanjutkan dengan pewarnaan.
- Kerangka pembuatan gerabah modern dilakukan dengan
proses pengawasan yang paling baik dan berkualitas mulai
dari proses pengerjaan, pembakaran dan produksi yang lebih
kreatif dan halus dibandingkan dengan modifikasi
tradisional.
Jenis gerabah yang diproduksi di daerah Kasongan ini bukan
hanya bentuk yang tradisional berupa gerabah tanah liat berwarna
merah kecoklatan namun juga dengan polesan warna yang semakin
menambah nilai seni, artistik dan nilai jualnya. Proses pembuatan
gerabah ini dilakukan mulai dari pengolahan tanah sampai siap untuk
dibentuk oleh pengrajin. Pada awalnya tanah yang digunakan untuk
memproduksi gerabah diambil dari lahan bersama milik warga
setempat.
Lahan dengan luas tertentu dan kondisi tanah yang basah
menjadi bahan utama bagi para pengrajin daerah tersebut dalam
membuat gerabah. Namun seiring berjalannya waktu dan kondisi
cuaca, kebiasaan hidup dan semakin banyaknya pengunjung di daerah
ini membuat kondisi tanah dan struktur lahan yang digunakan semakin
kurang baik jika digunakan untuk membuat gerabah hal ini jelas akan
berpengaruh terhadap kualitas gerabah yang dihasilkan. Kualitas tanah
yang baik untuk digunakan memproduksi gerabah adalah tanah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, mudah untuk dibentuk,
gerabah yang sudah dibentuk jika sudah cukup kering tidak langsung
hancur dan tanahnya berwarna kemerahan.
4. Aspek matematis
Aspek matematis menurut Alan J Bishop meliputi enam aktivitas
matematika yang terdiri dari menghitung (counting), menentukan lokasi
(locating), mengukur (measuring), merancang (designing), memainkan
(playing), dan menjelaskan (explaining). Untuk dapat melihat aspek
matematis yang terdapat pada proses pembuatan gerabah maka setiap
aktivitas yang dilakukan oleh pengrajin dalam proses pembuatan gerabah
yang berada di Kasongan ini kemudian dikaji dengan menggunakan enam
aktivitas matematika tersebut.
Berikut penjelasan terhadap enam aktivitas matematis tersebut
menurut Alan J Bishop (1988):
a. Menghitung (Counting)
Quantifiers (each, some, many, none); Adjectival number names;
Finger and body counting; Tallying; Numbers; Place value; Zero;
Base 10; Operations on numbers; Combinatories; Accuracy;
Approximation; Erros; Fractions; Decimals; Positive, Negatives;
Infinitely large, small; Limit; Number patterns; Powers; Number
relationships; Arrow diagrams; Algebraic representation; Events;
Probabilities; Frequency representations.
Merupakan suatu aktivitas yang meliputi penghitungan dengan
menggunakan jari dan badan; penghitungan dengan menggunakan
ketinggian; angka; nilai tempat; Nol; Dasar 10; operasi bilangan;
kombinasi; ketepatan; perkiraan; kesalahan; Pecahan; Desimal;
Positif, Negatif; Tak terhingga besar, kecil; Membatasi; Pola
nomor; Kekuatan; Jumlah hubungan; Diagram panah; Representasi
aljabar; Acara; Probabilitas; Representasi frekuensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Menentukan Lokasi (Locating)
Prepositions; Route descriptions; Environmental locations;
N.S.E.W. Compass bearings; Up/down; Left/right;
Forwards/Backwards; Journeys (distance); Straight and Curved
lines; Angle as turning Rotations; Systems of location: Polar
coordinates, 2D/3D coordinates, Mapping; Latitude / Longitude;
Loci; Linkages; Circle; Ellipse; Vector; Spiral.
Merupakan suatu aktivitas yang meliputi kegiatan pendiskripsian
suatu alur;suatu pernyataan yang sesuai dengan kondisi nyata;
lokasi lingkungan; arah mata angin kompas; atas / bawah; kiri
kanan; ke depan / belakang; perjalanan (jarak); garis lurus dan
melengkung; angle seperti memutar rotasi; sistem lokasi: koordinat
kutub, koordinat 2d / 3d, pemetaan; garis lintas garis bujur; loci;
kaitan; lingkaran; elips; vektor; spiral.
c. Mengukur(Measuring)
Comparative quantifiers (faster, thinner); Ordering; Qualities;
Development of units (heavy - heaviest - weight); Accuracy of
units; Estimation; Length; Area; Volume; Time; Temperature;
Weight; Conventional units; Standard units; System of units
(metric); Money; Compound units.
Merupakan suatu aktivitas yang meliputi pengukur komparatif
(lebih cepat, lebih tipis); pemesanan; kualitas; pengembangan unit
(bobot berat - terberat); akurasi unit; perkiraan; panjangnya;
daerah; volume; waktu; suhu; berat; unit konvensional; unit
standar; sistem satuan (metrik); uang; unit majemuk
d. Merancang(Designing)
Design; Abstraction; Shape; Form; Aesthetics; Objects compared
by properties of form; Large, small; Similarity; Congruence;
Properties of shapes; Common geometric shapes, figures and
solids; Nets; Surfaces; Tesselations; Symmetry; Proportion; Ratio;
Scale-model Enlargements; Rigidity of shapes.
Merupakan suatu aktivitas yang meliputi desain; abstraksi; bentuk;
bentuk; estetika; objek dibandingkan dengan sifat bentuk; besar
kecil; kesamaan; kesesuaian; sifat bentuk; bentuk geometris umum,
figur dan padatan; jaring; permukaan; tesselations; simetri;
proporsi; perbandingan; pembesaran skala model; kekakuan
bentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
e. Bermain (Playing)
Games; Fun; Puzzles; Paradoxes; Modelling; Imagined reality;
Rule-bound activity; Hypothetical reasoning; Procedures; Plans
Strategies; Cooperative games; Competitive games; Solitaire
games; Chance, prediction.
Merupakan suatu aktivitas yang meliputi pertandingan;
menyenangkan; teka-teki; paradoks; pemodelan; bayangkan
kenyataan; aktivitas terikat aturan; penalaran hipotetis; prosedur;
strategi rencana; permainan koperasi; permainan kompetitif;
permainan solitaire; kemungkinan, prediksi
f. Menjelaskan(Explaining)
Similarities; Classifications; Conventions; Hierarchical classifying
of objects; Story explanation; logical connectives; Linguistic
explanations: Logical arguments, Proofs; Symbolic explanations:
Graphs, Diagrams, Charts, Matrices; Mathematical modelling;
Criteria: internal validity, external generalisability.
Merupakan suatu aktivitas yang meliputi kesamaan; klasifikasi;
konvensi; pengelompokan benda secara hierarkis; penjelasan cerita;
koneksi logis; penjelasan linguistik: argumen logis, bukti;
penjelasan simbolis: grafik, diagram, diagram, matriks; pemodelan
matematika; kriteria: validitas internal, generalisabilitas eksternal
B. Hasil – hasil Penelitian yang relevan
Adapun berbagai penelitian yang terkait dengan Aspek Matematis pada
Kerajinan Gerabah Kasongan.
1. Studi Industri Kerajinan Gerabah Kasongan Di Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Fatimah, Yuni Faridatul (2015)
Studi Industri Kerajinan Gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. S1, Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Proses pembuatan
gerabah Kasongan; 2) Macam-macam produk inovasi kerajinan gerabah
Kasongan; 3) Peta pemasaran produk kerajinan gerabah Kasongan; 4)
Hambatan yang ada dalam industri gerabah Kasongan; 5) Upaya untuk
mengatasi hambatan yang ada dalam industri gerabah Kasongan; 6)
Hubungan modal dengan jumlah tenaga kerja dalam industri gerabah
Kasongan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Proses pembuatan gerabah meliputi tahap
persiapan, pengolahan bahan, pembentukan badan gerabah, pengeringan,
pembakaran, dan finishing. Teknik pembentukan badan gerabah
dilakukan dengan dua macam cara yaitu a). Teknik putar dan b). Teknik
cetak; 2) Macam-macam produk inovasi gerabah Kasongan berupa guci,
souvenir, patung-patung besar, pot panjang, wuwung (hiasan pada atap
rumah); 3) Pemasaran gerabah Kasongan meliputi pemasaran dalam dan
luar negeri, pemasaran dalam negeri ke Yogyakarta, Jakarta, Solo,
Boyolali, Semarang, Magelang, Cilacap, Wonosobo, Surabaya, Bandung,
Bali, Makassar, Papua, Kalimantan Barat, Lampung, Sumatera Barat, dan
Aceh. Pemasaran luar negeri ke Negara Malaysia, India, Australia,
Amerika, Jepang, Kanada, Belanda, dan Eropa;omset penjualan gerabah
tertinggi yaitu tahun 2008 dengan omset di dalam negeri sebesar 13,5
milyar dan di luar negeri sebesar 15,7 milyar; 4) Hambatan dalam industri
kerajinan gerabah Kasongan meliputi: a). Hambatan fisik (alam) berupa
hambatan musim, b). Hambatan dalam proses pembuatan berupa model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang sulit, c). Hambatan pemasaran berupa persaingan dengan produk
lain, d). Hambatan produk yang mudah pecah; 5) Upaya mengatasi
hambatan meliputi: a). Menggunakan mesin pengering gerabah, b).
Berlatih membuat desain baru, c). Membuat media promosi dengan media
cetak maupun elektronik, d). Melakukan prosespembakaran dengan
sempurna; 6) Hubungan modal dan jumlah tenaga kerja memiliki
hubungan positif karena semakin banyak jumlah tenaga kerja, semakin
besar modal yang dikeluarkan oleh pengrajin
2. Etnomatematika Dibalik Kerajinan Anyaman Bali. Kadek Rahayu
Puspadewi dan I Gusti Ngurah Nila Putra (2014). Etnomatematika Di
Balik Kerajinan Anyaman Bali. Jurnal Matematika.Universitas
Mahasaraswati Denpasar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan atau
kaitannya antara budaya di Bali terhadap hasil kerajianan yang dibentuk
dengan ilmu matematika. 2) etnomatematika yang ada pada kerajinan
anyaman bali, Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa dalam menjalankan
budaya atau tradisi yang berada di bali, masyarakat menggunakan
berbagai barang yang dibuat sendiri dengan teknik anyaman. Adapun
beberapa kerajinan anyaman Bali seperti sok asi, sok, lampid, bodag,
tempeh, tikeh sanggah, klabang, capil, bedeg, dll terkandung unsur
matematika, salah satunya adalah penggunaan prinsip
teselasi/pengubinan. Karena mengandung unsur matematika maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tentunya hasil-hasil kerajinan anyaman ini dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran di kelas terutama sebagai sumber belajar. Karena
mengandung unsur matematika maka tentunya hasil-hasil kerajinan
anyaman ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas terutama
sebagai sumber belajar. Di dalam materi teselasi atau pengubinan ini
diharapkan siswa dapat menemukan bangun segi banyak beraturan
maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui
pengamatan dan melakukan pengubinan dengan menggunakan
segibanyak beraturan. Beberapa kerajinan anyaman Bali tersebut dapat
digunakan sebagai contoh benda – benda yang menggunakan prinsip
teselasi. Beberapa unsur matematika yang ada dalam pola anyaman antara
lain mengenai garis vertical dan horizontal, garis tegak lurus, sudut siku –
siku, simetri dan lain sebagainya. Hasil dari penelitian ini dalam
pembelajaran adalah dapat digunakan dengan menyelipkan
etnomatemtika yang bersumber dari kerajinan anyaman yang akan
menambah wawasan siswa mengenai keberadaan matematika yang ada
pada salah satu unsur budaya yang mereka miliki. Selain itu hasil peneliti
ini juga dapat meningkatkan motivasi dalam belajar serta memfasilitasi
siswa dalam menghubungkan berbagai konsep yang dipelajari dengan
situasi dunia nyata. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah
etnomatematika dalam kerajinan anyaman Bali dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar dalam pembelajaran, menambah wawasan siswa
mengenai keberadaan matematika yang ada pada salah satu unsur budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang mereka miliki, meningkatkan motivasi dalam belajar serta
memfasilitasi siswa dalam mengaitkan konsep – konsep yang dipelajari
dengan situasi dunia nyata. Bagi para pembaca yang berminat hasil
penelitian ini dapat mengeksplorasi lebih lanjut keberadaan
etnomatematika pada kerajinan anyaman Bali ataupun pada unsur budaya
Bali yang lain.
3. Museum Seni Gerabah di Kasongan Bantul. Heru Sutrisno (2011).
Museum Seni Gerabah Di Kasongan Bantul.Skripsi.Fakultas
Teknik.Universitas Atma Jaya.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aspirasi masyarakat
terhadap perkembangan seni gerabah dan juga sebagai media komunikasi
antar pengrajin lewat karya seninya dengan masyarakat umum, juga
merupakan sarana untuk menjaga kelestarian benda – benda seni gerabah.
Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana menciptakan Museum
Seni Gerabah yang atraktif dengan memanfaatkan gerabah sebagai unsur
pembentuk ruang dalam, serta menampilkan ciri khas perkampungan desa
wisata Kasongan, Bantul. Sebagai wadah yang memberikan pelayanan
yang bersifat atraktif ini ditekankan pada suasana ruang yang bersifat
atraktif yang dicapai melalui pengolahan unsur gerabah sebagai
pembentuk ruang dalam elemen-elemn arsitektural yang diterapkan pada
pola keruangannya. Suasana Desa Wisata Kasongan diwujudkan ke dalam
pola keruangannya juga sebagai unsur atraktif dalam perancangan
keruangan Museum Seni Gerabah dan diwujudkan dengan penyusunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
ruang pamer yang memberikan pengalaman meruang pada pengunjung
Museum Seni gerabah ini.
Di dalam museum ini pengunjung dapat menikmati sekaligus
menambah wawasan serta pengetahuannya melalui metode penyajian
yang atraktif, baik berupa diorama, gambar, replika, ataupun secara utuh.
Materi-materi pamer tersebut disajikan secara berurutan sesuai hasil
kerajinan gerabah yang disusun tidak monoton. Bentuk serta penampilan
bangunan Museum Seni gerabah, menggunakan pendekatan aristektur
analogi yang merupakan pengalaman meruang dalam setiap pengunjung
museum ini. Dengan demikian pengunjung dapat mempunyai kesan
tersendiri terhadap Museum Seni gerabah yang menggunakan konsep
pada suasana ruang yang atraktif serta dapat menjadi sumber inspirasi
bagi para penggemar gerabah khususnya.
4. Pengelolaan Modal Pengetahuan pada Usaha Kecil dan Menengah. Hari
Susanta Nugraha (2009). Pengelolaan Modal Pengetahuan Pada Usaha
Kecil Dan Menengah.Disertasi.Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu
Politik.Universitas Indonesia.
Berbeda dengan perusahaan besar yang mampu mengembangkan
kegiatan penelitian dan pengembangan, kemampuan inovasi UKM
merupakan perwujudan the economics of proximity. UKM dihadapkan
pada kelemahan internal yakni ketiadaan kegiatan penelitian dan
pengembangan serta kelemahan mengakses sumber-sumber informasi.
Akibatnya, peran aktif mitra menjadi sangat penting dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mendorong kemampuan inovasi. Kedekatan UKM dengan kekuatan
eksternal seperti konsumen, distributor, pemasok, dan pesaing justru
menjadi elemen penting sebagai sumber pengetahuan dalam
pengembangan kemampuan inovasi.
Peran UKM di Indonesia sangat penting sebagai kegiatan ekonomi
rakyat yang memberikan sumbangan besar dalam meningkatkan taraf
kehidupan sosial. Walaupun merupakan kegiatan bisnis terbesar, tetapi
pada kenyataannya UKM menghadapi permasalahan dalam membangun
kemampuan inovasi karena penguasaan ketrampilan dan adopsi teknologi
yang kurang memadai bagi efektivitas dan efisiensi proses bisnisnya.
Kelemahan substansial yang dimiliki adalah proses pembelajaran dalam
mengadopsi ketrampilan dan teknologi baru. Sebagian persoalan tersebut
sebenarnya tidak terlepas dari kendala internal yang dihadapi. Terbatasnya
kompetensi sumberdaya manusia, akses permodalan, dan teknologi
merupakan kelemahan mendasar.
Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
grounded research dan beberapa proses pendukung untuk pengumpulan
data penelitian. Obyek penelitian adalah aktivitas para pengrajin gerabah
di Sentra UKM Kasongan dalam mencari informasi, melakukan
pembelajaran, dan merekayasa inovasi produk. Selain itu digunakan
pendekatan partisipasi sebagai metode untuk menangkap elemen-elemen
penting dalam proses pengelolaan modal pengetahuan UKM kawasan
Kasongan. Untuk mempertajam analisis, proses pengumpulan data juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan
informan kunci yang ditetapkan berdasarkan kapabilitas individu maupun
jabatan struktural. Penelitian berhasil menemu-kenali bahwa pengelolaan
pengetahuan menyebabkan munculnya karakter yang khas.
Analisis terhadap proses pengelolaan dan pemanfaatan
pengetahuan serta rekayasa kemampuan inovasi dipengaruhi oleh aspek
kemitraan yang ada di kawasan Kasongan. Kedua elemen tersebut
membedakan UKM dalam 5 kategori berdasarkan informational,
technological, dan innovation capability. Kemampuan informasi adalah
kemampuan unit usaha mendekati sumber-sumber informasi dan
memecahkan kode-kode informasi melalui pembelajaran. Kemampuan
teknologi adalah kemampuan untuk menyusun metode, peralatan, dan
jaringan kerja proses produksi. Kemampuan inovasi adalah kemampuan
rekayasa ide dan gagasan produk inovatif. Berdasarkan karakteristik
kemampuan, maka disusun kategori UKM dalam mengelola pengetahuan,
yakni tradisional, modifikasi tradisional, pendukung bahan baku, sanggar
seni, dan modern. Ke-5 tipe UKM menunjukkan adanya disparitas dalam
pengelolaan pengetahuan dan kemampuan inovasi.
Berdasarkan hasil analisis masih ada ruang kajian yang berpotensi
untuk diteliti lebih dalam, seperti kajian tentang kriteria perusahaan
berdasarkan technological capability yakni kemampuan teknologis dalam
menciptakan peralatan, informational capability yakni kemampuan
informatik dalam menemukan sumber, menggali kedalaman, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mempelajari informasi sehingga menjadi pengetahuan, serta innovational
capability yakni kemampuan inovasi yang mendorong pengetahuan dan
peralatan yang dimiliki menjadi sebuah proses maupun produk yang
bernilai baru. Pendekatan knowledge management di sector UKM banyak
dikaitkan dengan kemampuan inovasi, padahal bisa diterapkan dalam
berbagai aspek organisasi. Telaah tentang pengelolaan dan penggunaan
pengetahuan dalam rangka pengembangan organisasi (Organizational
Development) di sektor UKM pada kenyataannya masih membuka ruang
untuk dikaji lebih dalam.
C. Kerangka berpikir
Etnomatematika adalah suatu ilmu matematika yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu. Budaya adalah suatu kebiasaan
yang dilakukan oleh sekelompok orang di daerah tertentu yang dilakukan
secara turun temurun. Seni yang dimiliki oleh seseorang dan dikembangkan
secara terus menerus sehingga menghasilkan karya seni yang indah dan tidak
terlepas dari penggunaan ilmu matematika, meskipun hal ini sangat sedikit
yang menyadarinya.
Matematika yang dianggap sebagai suatu ilmu yang sulit untuk
ditemukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada kenyataanya
memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan dan melekat dalam suatu
budaya dan seni itu sendiri. Oleh karena dengan menggunakan enam aktivitas
matematika menurut Alan J Bishop ini yang akan digunakan untuk mengkaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
setiap aktivitas pengrajin dalam proses pembuatan yang dapat terbentuk
dengan unsur seni dan perhitungan matematik yang relevan sehingga
menghasilkan suatu karya seni yang begitu menakjubkan. Melalui penelitian
ini peneliti ingin mengetahui dan mengkaji mengenai budaya daerah
Kasongan dengan menggunakan etnomatematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif
etnografi. Menurut Sugiyono (2010) penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang menguraikan teori secara sistematis (bukan hanya sekedar
pendapat para pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Teori tersebut sesuai dengan penelitian ini
karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek matematis yang
ditemukan pada proses pembuatan sampai pemasaran gerabah Kasongan jika
dilihat dari bidang ilmu yang lain. Selain itu penelitian ini juga termasuk ke
dalam jenis penelitian etnografi, karena didalamnya menghubungkan unsur
sejarah yang berada di daerah Kasongan. Menurut Juliansyah Noor (2011)
etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok
sosial. Di dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap
proses pembuatan gerabah Kasongan, penjualan gerabah oleh pengusaha
kerajinan gerabah Kasongan dan sejarah dari daerah Kasongan.
Etnografi merupakan suatu proses dan hasil dari suatu penelitian.
Sebagai suatu proses etnografi melibatkan pengamatan yang panjang terhadap
suatu kelompok di mana dalam kelompok ini peneliti terlibat langsung dalam
proses dan mampu untuk mewawancarai setiap pengrajin yang digunakan
penelti sebagai narasumber. Menurut Deddy Mulyana (2006) penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
etnografi bertujuan menguraikan budaya secara menyeluruh yakni semua
aspek budaya baik yang bersifat material seperti artefak budaya yang berupa
bangunan dan berbagai bentuk lain yang berwujud serta aspek budaya yang
bersifat abstrak seperti pengalaman, pola pikir, norma, kepercayaan dan
system nilai kelompok yang diteliti. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berlandaskan filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti
kondisi obyek secara alamiah, lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Menurut John Creswell (2015) penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif karena mengeksplorasi permasalahan dan pengembangan
pemahaman secara terperinci tentang fenomena sentral yang berhubungan
dengan gerabah Kasongan. Selain itu pengumpulan data didasarkan pada kata
– kata atau gambar berupa foto yang diambil dari sebagian subyek atau
peristiwa yang diteliti sedemikian sehingga pandangan dari sebagian subyek
dan atau peristiwa yang diteliti bisa didapatkan. Di dalam penelitian ini
analisis data yang dilakukan menggunakan deskripsi kata – kata untuk
menginterpretasikan makna yang lebih besar terhadap hasil temuannya.
Di dalam penelitian kualitatif ini data yang dikumpulkan dari para
subyek atau kejadian yang ditemukan diolah dan dimaknai secara lebih dalam
dengan menggunakan teori yang ada. Selain pengolahan data dengan
menghubungkan dengan teori yang sesuai, pengolahan data dalam penelitian
kualitatif ini juga akan diperkuat dengan adanya pengumpulan data melalui
dokumentasi atau pengambilan foto terhadap peristiwa atau subyek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
diteliti. Secara sederhana penelitian yang akan dilakukan ini terdiri dari
beberapa tahapan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan,
Adapun penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif,
sehingga paradigma penelitian ini menurut Capra (1996) dalam Metodologi
Penelitian (Lexy J.Moleong 2009) sebagai suatu konstelasi konsep, nilai –
nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat yang
membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara
mengorganisasikan dirinya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di daerah Kasongan, Desa Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa waktu :
a. Tahap observasi dimulai pada bulan Desember 2016.
b. Penelitian tahap I dimulai pada bulan Januari 2017
c. Penelitian tahap II dimulai pada bulan Mei – Juni 2017
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pengrajin gerabah Kasongan,
pengusaha tanah, pedagang gerabah dan warga Kasongan yang berprofesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
selain pengrajin yang berada di Kasongan Desa Bangunjowo Kecamatan
Kasihan Kabupaten Bantul DIY.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hasil olahan kerajinan gerabah
oleh pengrajin Kasongan.
D. Bentuk data
Adapun bentuk data sebagai hasil dari penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara terhadap subjek penelitian yang akan dideskripsikan dan
dianalisis berdasarkan jenis penelitian kualitatif sehingga diperoleh informasi
mengenai proses pembuatan kerajinan gerabah dan sejarah yang terdapat
dibalik proses pembuatannya. Selain itu melalui hasil wawancara ini peneliti
dapat memperoleh informasi lain tentang aspek matematis yang terdapat pada
proses pembuatan gerabah maupun dampak bagi profesi selain pengrajin yang
diakibatkan dari keberadaan gerabah. Berikut adalah bentuk data yang
diperoleh dari penelitian:
1. Hasil wawancara terhadap pengrajin
Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini berupa proses
pembuatan gerabah, kendala didalam menjalankan profesi pengrajin,
kekhasan dari gerabah Kasongan, sejarah dibalik profesi yang telah
ditekuni dan sejarah Kasongan menjadi daerah sentral industri
gerabah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Hasil wawancara terhadap pengusaha tanah
Melalui hasil wawancara terhadap pengusaha tanah ini diperoleh
informasi untuk mengetahui tentang daerah yang dipergunakan
sebagai tempat pengambilan tanah, dan cara pengolahan tanah yang
dilakukan.
3. Hasil wawancara terhadap warga yang berprofesi selain pengrajin
Melalui hasil wawancara terhadap warga yang berprofesi selain
pengrajin diperoleh informasi tentang dampak yang diakibatkan
dengan adanya gerabah yang semakin meluas di Kasongan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan selama proses wawancara dan pengambilan
gambar terhadap objek serta subjek yang diteliti.
E. Metode dan Instrumen Penelitian
1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengamati
proses pembuatan gerabah yang dilakukan pengrajin. Adapun jenis
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terus
terang yang mana sumber data yang akan diamati sejak awal sudah
mengetahui tujuan dari peneliti. Observasi ini juga dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mengamati keadaan disekitar tempat pembuatan gerabah maupun
lingkungan sekitar yang digunakan sebagai daerah industri kerajinan
gerabah.
Peneliti melakukan observasi terhadap beberapa pengrajin
gerabah yang telah dipilih berdasarkan dari jenis bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan gerabah. Selain itu peneliti juga
melakukan observasi terhadap lokasi tempat pengrajin memproduksi
gerabah, aktifitas dari beberapa warga yang berprofesi sebagai petani,
guru, seniman dan pelajar.
Observasi terhadap beberapa pihak tersebut dilakukan peneliti
untuk melihat kebiasaan mereka berada didaerah industri gerabah.
Dalam penelitian ini penjabaran observasi yang dilakukan disajikan
dengan menuliskan alur observasi yang dilakukan termasuk waktu
pelaksanaan, narasumber, hasil wawancara dan dokumentasi.
Pada tahap observasi ini peneliti akan menjabarkan hasil
penelitian tentang perspektif yang telah ditemukan melalui perspektif
matematika kemudian dilakukan penelitian secara lebih mendalam.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk mendapatkan
informasi kebenaran dari kekonsistenan jawaban yang diberikan oleh
pengrajin dan berbagai pihak yang digunakan sebagai narasumber oleh
peneliti. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
wawancara tidak terstruktur. Termasuk kedalam wawancara tidak
terstruktur karena tidak menggunakan pedoman wawancara.
Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari para
pengrajin sebanyak mungkin tentang proses pembuatan gerabah,
segala hal yang berhubungan dengan gerabah dan sejarah dari daerah
Kasongan itu sendiri. Selain itu wawancara ini juga digunakan untuk
mengetahui sejauh apa pengaruh gerabah dalam kehidupan warga yang
sudah lama tinggal didaerah Kasongan meskipun tidak berprofesi
sebagai pengrajin gerabah. Wawancara ini dilakukan terhadap
beberapa sumber seperti pengrajin 3, warga Kasongan yang
berprofesi sebagai petani, guru, pelajar dan seniman.
Meskipun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak terstruktur sehingga tidak dibutuhkan
pedoman wawancara namun, agar informasi yang diperoleh sesuai dan
dapat melengkapi kebutuhan dari pelaksanaan penelitian ini maka garis
besar atau pokok terhadap informasi yang hendak diketahui perlu
untuk dituliskan. Berikut adalah daftar pertanyaan yang digunakan
sebagai pokok informasi yang hendak diketahui peneliti dalam
pengumpulan data yang dilakukan:
1) Bahan dan alat apa saja yang Anda butuhkan untuk memproduksi
gerabah?
2) Rata – rata berapa banyak gerabah yang Anda produksi setiap
harinya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3) Faktor apa saja yang mempengaruhi Anda dalam memproduksi
gerabah?
4) Ada berapa jenis gerabah yang Anda produksi?
5) Kemana saja pemasaran gerabah yang Anda lakukan?
6) Bagaimana cara Anda untuk dapat mempertahankan kualitas
gerabah yang Anda produksi dalam persaingan antar pengrajim
yang lain?
7) Kendala apa saja yang Anda peroleh dalam menekuni profesi Anda
ini?
8) Jenis gerabah seperti apa yang paling banyak diminati oleh
konsumen?
9) Apa saja yang Anda ketahui tentang sejarah Kasongan sampai
dikenal sebagai daerah industri gerabah?
10) Apa kekhasan gerabah Kasongan jika dibandingkan dengan
gerabah dari daerah lain?
Pertanyaan – pertanyaan tersebut masih bisa dikembangkan
ditambah sesuai dengan kondisi atau keadaan pada saat peneliti
melakukan pengamatan dan bertatap muka langsung kepada sumber
data.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengambilan video dan atau foto berupa gambar berbagai aktifitas
yang dilakukan peneliti selama penelitian dilakukan. Mulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
observasi sampai wawancara yang dilakukan. Dokumentasi ini
dilakukan untuk mengumpulkan data dari kegiatan pengrajin dalam
memproduksi gerabah.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, sedangkan instrumen pendukung dalam penelitian ini
berupa pedoman obeservasi, pedoman wawancara, angket dan kamera.
Berikut instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Pedoman observasi
Adapun pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1) Proses pembuatan gerabah
2) Kondisi lingkungan disekitar tempat produksi gerabah
3) Kebiasaan sehari – hari yang dilakukan oleh warga yang berada
disekitar pengrajin gerabah.
b. Pedoman wawancara
Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1) Terkait dengan produksi gerabah.
2) Terkait dengan dampak yang diakibatkan dari adanya produksi
gerabah Kasongan.
3) Terkait dengan budaya setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4) Terkait dengan perekonomian yang dihasilkan dari gerabah
Kasongan.
5) Terkait dengan sejarah atau warisan dari daerah Kasongan sebagai
daerah industri gerabah.
6) Terkait dengan cara pandang dan interaksi antar warga yang
berdomisili di Kasongan.
4) Terkait letak geografi dan struktur tanah atau daerah dengan
semakin meluasnya aktifitas yang berhubungan dengan produksi
gerabah.
5) Terkait dengan pertanian yang dpengaruhi oleh adanya gerabah.
c. Angket
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini, peneliti akan
memberikan angket untuk melihat pendapat siswa tentang matematika.
Daftar pertanyaan yang digunakan sebagai angket oleh peneliti
disajikan dalam table 3.1
Tabel 3.1 Angket pendapat siswa mengenai matematika
No Pertanyaan No Jawaban
1. Menurut Anda apa itu Matematika? 1.
2. Apakah Anda suka belajar
Matematika?
2.
3. Apa kesulitan yang Anda temukan
dalam belajar Matematika?
3.
4. Menurut Anda apakah belajar
matematika itu menyenangkan?
4.
5. Apa yang sudah Anda peroleh
selama belajar matematika sampai
5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1. Observasi
Lapangan
2. Wawancara
Tahap I
3. Pengambilan
Data
4. Wawancara
Tahap II
5. Analisis Data 6. Kesimpulan
Adapun hasil dari pengisian angket tersebut dipergunakan oleh
peneliti sebagai bahan penguat didalam penyusunan latar dalam
penelitian yang dilakukan ini.
F. Langkah – langkah Pengumpulan Data
Langkah – langkah dalam penelitian ini disajikan dalam skema berikut :
Skema 3.1 langkah – langkah pengumpulan data
1. Observasi lapangan
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi tak berstruktur.
Observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi (Sugiyono,2010). Hal ini
saat ini?
6. Apa manfaat belajar Matemtika bagi
Anda?
6.
7. Apa kendala atau hambatan bagi
Anda dalam belajar matematika?
7.
8. Apa yang Anda harapkan ketika
belajar Matematika?
8.
9. Menurut Anda bagaimana cara
belajar matematika yang
menyenangkan itu?
9.
10. Sebutkan kejadian atau berbagai hal
yang ada disekitar Anda, yang
menurut Anda itu berhubungan
dengan matematika!
10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dilakukan karena peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan
diamati dan saat pengamatan peneliti tidak mempergunakan instrumen
yang telah baku, namun menggunakan gambaran terhadap pengamatan
yang dilakukan. Adapun gambaran peneliti terhadap pengamatan yang
akan dilakukan adalah:
a. Proses pembuatan gerabah meliputi teknik pembuatan, alat, bentuk
dan bahan yang digunakan.
b. Produk akhir dari proses pembuatan gerabah.
c. Pengamatan hasil dan dampak ekonomi yang didapat dari penjualan
gerabah oleh para pengrajin, dan pengusaha kerajinan gerabah
Kasongan.
d. Data monografi dan statistik desa Bangunjiwo.
Berikut beberapa tahap observasi menurut Spradley (1980).
a. Observasi deskriptif
Observasi ini dilakukan oleh peneliti saat melakukan proses sosial.
Adapun proses sosial yang dilakukan oleh peneliti adalah proses untuk
mengetahui daerah Kasongan dan lokasi – lokasi yang warganya
sebagian besar membuat kerajinan gerabah.
Skema 3.2 Tahap Observasi
1. Tahap Deskripsi
Memasuki situasi
social
3. Tahap Seleksi
Menguraikan
fokusi menjadi
komponen yang
lebih rinci
2. Tahap Reduksi
Menentukan fokusi
memilih diantara
yang telah
dideskripsikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. Observasi Terfokus
Observasi ini dilakukan ketika peneliti menentukan narasumber yang
akan diwawancarai. Proses ini dilakukan dengan cara interaksi
langsung oleh peneliti kepada warga yang berada di daerah
Bangunjiwo.
c. Observasi terseleksi
Pada tahap ini peneliti akan menguraikan dari data yang telah
diperoleh pada observasi terfokus. Pada observasi ini peneliti akan
menguraikan berbagai informasi dan pengamatan yang telah diperoleh
dari para pengrajin pilihan.
2. Interview / Wawancara
Interview / Wawancara oleh peneliti dalam penelitian ini digunakan
sebagai teknik pengumpulan data. Wawancara digunakan peneliti sebagai
studi pendahuluan untuk menemukan potensi dan permasalahan yang akan
diteliti. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada salah satu warga
pengrajin gerabah Kasongan untuk menemukan permasalahan yang terjadi
di lapangan. Kemudian dari hasil wawancara tersebut peneliti akan
memilih potensi dan permasalahan yang sesuai dengan yang diteliti.
Menurut Sutrisno Hadi (1986) beberapa anggapan yang perlu dipegang
oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah :
Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Interpretasi subyek tentang pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh
peneliti.
Adapun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah bentuk wawancara yang dilakukan peneliti tanpa
menggunakan pedoman tertentu dan jawaban murni dari narasumber.
Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk mendapatkan
informasi secara lebih mendalam tentang aktifitas ataupun kegiatan yang
dilakukan oleh narasumber. Termasuk wawancara tidak terstruktur karena
wawancara ini dilakukan dengan cara informal atau seperti percakapan
biasa agar narasumber memberikan informasi secara lebih natural atau apa
adanya, sesuai dengan fakta yang ada.
Oleh karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka
teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam. Menurut Juliansyah Noor (2011) teknik wawancara mendalam
(in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti
dengan narasumber, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Di dalam penelitian ini peneliti tidak mengetahui
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada narasumber.
Sehingga untuk hasil wawancara ini hanya akan menghasilkan satu
jawaban mutlak yang berasal dari narasumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Adapun subyek yang akan diwawancarai adalah pengrajin yang
berasal dari Bangunjiwo Kasongan yang sudah menekuni pembuatan
gerabah, beberapa warga Kasongan yang berprofesi sebagai pelajar, guru,
petani dan seniman gerabah yang menekuni serta menjiwai tentang seni
gerabah. Peneliti menggunakan wawancara dengan beberapa tahapan
berikut:
a. Tahap I
Pada tahap ini wawancara digunakan peneliti untuk melihat
kondisi langsung pengrajin di lapangan dan proses pembuatan gerabah
yang dilakukan. Daftar pertanyaan yang digunakan oleh peneliti
terlampir. Pertanyaan yang diberikan oleh peneliti disesuaikan dengan
kondisi pengrajin yang diwawancarai pada saat berada dilapangan.
Kemudian setelah wawancara peneliti menuliskannya kembali
dalam bentuk transkrip wawancara. Hasil transkrip yang telah dibuat
kemudian dicermati dengan lebih baik dan disesuaikan dengan
rumusan masalah dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara yang dilakukan ini kemudian diolah dan dipilih sesuai
dengan kebutuhan dalam penelitian.
b. Tahap II
Pada tahap II ini wawancara akan dilakukan sekiranya
diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat apabila data
yang diperoleh pada tahap I masih dianggap belum cukup. Perbedaan
ini terdapat pada narasumber yang hendak untuk diwawancarai, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
bukan seorang pengrajin namun seorang pedagang kerajinan gerabah
dan pembeli gerabah. Berdasarkan 3 sudut pandang yang
diwawancarai ini kemudian dilihat kembali kesamaan dan perbedaan
melalui topic pembahasan yang sama. Pada wawancara tahap II ini
peneliti akan mewawancarai warga dengan wawasan yang cukup
mendalam mengenai seni gerabah.
3. Pengambilan Data
Di dalam penelitian ini pengambilan data oleh peneliti dilakukan
dengan menggunakan triangulasi teknik, sumber dan waktu. Triangulasi
teknik adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berbeda –
beda pada sumber yang sama. Adapun cara yang digunakan peneliti adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi partisipasif
yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti dimana peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh orang yang
sedang diamati.
b. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara tidak
terstruktur. Di mana dalam wawancara yang dilakukan ini pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti disesuaikan dengan kondisi pada saat
pengamatan dilakukan. Meskipun demikian peneliti tetap menyusun
pedoman wawancara agar lingkup aspek yang ingin diteliti tidak
terlewati. Berikut adalah pedoman wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 3.2 Pedoman wawancara
Aspek yang dilihat Hal yang akan ditanya
A. Counting
(Menghitung)
1. Desa Bangunjiwo terdiri dari berapa
pedukuhan?
2. Berapa banyak tanah yang digunakan
untuk memproduksi gerabah disetiap
harinya?
3. Berapa besar pendapatan yang diperoleh
setiap minggunya?
B. Locating
(Menentukan
lokasi)
1. Pengambilan tanah untuk produksi
gerabah Kasongan dilakukan dari daerah
mana saja?
2. Bagaimana cara yang mudah dan akurat
untuk menentukan letak toko – toko di
Kasongan yang menjual gerabah dengan
banyak ragam dan jenis?
C. Measuring
(Mengukur)
1. Berapa luas desa Bangunjiwo?
2. Berapa besar luas lahan yang digunakan
warga untuk memproduksi gerabah?
3. Berapa luas daerah dusun Kasongan?
4. Berapa jauh jarak dari kota Yogyakarta
ke Kasongan?
D. Designing 1. Bagaimana rancangan yang dibuat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(Merancang) menghasilkan gerabah dengan variasi
bentuk yang unik dan menarik?
2. Apa saja yang perlu dipersiapkan dan
dilakukan agar dapat menghasilkan bentuk
gerabah dengan nilai jual yang tinggi?
3. Bagaimana cara memperkenalkan dan
melakukan pemasaran terhadap gerabah
yang diproduksi dengan semakin
banyaknya pengrajin gerabah yang ada?
E. Playing (Bermain) 1. Dari beberapa jenis gerabah yang
diproduksi berapa banyak gerabah yang
diproduksi untuk setiap bentuknya agar
diperoleh keuntungan yang maksimal
dalam setiap penjualan?
2. Bagaimana cara untuk membuat bentuk
gerabah yang mampu menarik perhatian
konsumen untuk membelinya?
F. Explaining
(Menyaksikan)
1. Bagaimana sejarah Kasongan sebagai
daerah industri kerajinan gerabah?
2. Apa kekhasan gerabah Kasongan
dibandingkan dengan gerabah dari daerah
lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
c. Dokumentasi
Dokumetasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto
dan video. Foto dan video diambil dari proses yang dilakukan oleh
pengrajin selama proses pembuatan gerabah dan selama wawancara
berlangsung. Selain dokumentasi juga dilakukan pada setiap proses
pengambilan data dalam penelitian ini mulai dari observasi yang
dilakukan oleh peneliti sampai pada setiap wawancara yang dilakukan
oleh peneliti terhadap sumber data.
Berikut adalah proses dalam pengambilan data dengan
menggunakan triangulasi teknik:
Skema 3.3 Triangulasi teknik
Melalui triangulasi teknik tersebut peneliti melakukannya kepada 3
sumber yang berbeda sehingga dalam penelitian ini peneliti juga
menggunakan triangulasi sumber. Menurut Sugiyono (2010) triangulasi
sumber adalah suatu teknik pengumpulan data dari sumber yang
berbeda–beda dengan teknik yang sama.
Observasi
Wawancara
mendalam
Dokumentasi
Sumber
data sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Skema 3.4 Triangulasi sumber
Selain menggunakan triangulasi teknik dan sumber untuk
memastikan keakuratan terhadap informasi yang diperoleh peneliti
juga menggunakan triangulasi waktu. Triangulasi wakru adalah teknik
pengumpulan data dari sumber yang sama dan pertanyaan yang
diajukan juga tetap sama namun dilakukan dalam rentan waktu yang
berbeda. Dalam triangulasi waktu ini peneliti akan kembali
mewawancarai pengrajin atau narasumber yang sama dengan
pertanyaan yang sama namun dengan waktu yang berbeda. Triangulasi
waktu ini dilakukan setelah peneliti melakukan truangulasi sumber
kemudian rentang waktu tertentu peneliti akan kembali ke narasumber
yang sama dengan mengajukan pertanyaan yang sama, kemudian dari
hasil jawaban yang diperoleh dilakukan analisis.
Observasi partisipasif
Wawancara mendalam
Dokumentasi
Sumber 1
Observasi partisipasif
Wawancara mendalam
Dokumentasi
Sumber 2
Observasi partisipasif
Wawancara mendalam
Dokumentasi
Sumber 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Skema 3.5 Triangulasi waktu
4. Analisis data
Proses analisis data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian
dilaksanakan dalam tiga bagian yaitu reduksi data, pemaparan data serta
penarikan kesimpulan serta verifikasi.
a. Reduksi data (Data Reduction)
Pada tahap ini data yang diperoleh kemudian direduksi atau
dipilih, difokuskan, disederhanakan, diabstraksi, dan ditransformasi.
Reduksi data dilakukan agar data yang diolah lebih sederhana dan
lebih mudah. Pada tahap ini hasil wawancara yang telah
Observasi
partisipasif
Wawancara
mendalam
Dokumenta
si
waktu 1
Observasi
partisipasif
Wawancara
mendalam
Dokumenta
si
waktu 2
Observasi
partisipasif
Wawancara
mendalam
Dokumenta
si
waktu 3
Langkah yang sama
dilakukan kembali
setelah beberapa
waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
disederhanakan kemudian dikelompokkan sesuai dengan informasi
yang dibutuhkan pada penelitian ini.
Dari data yang diperoleh tersebut kemudian dapat dilakukan
pengodean dengan memberi tanda berupa kode pada data – data yang
menyangkut topik – topik pada penelitian. Kemudian kode – kode
tersebut digunakan untuk menyusun unit – unit yang merupakan
bagian terkecil dari hasil reduksi data dan jika diperlukan
dikelompokkan lagi kedalam subkategori data. Unit – unit data
tersebut kemudian dikelompokkan dalam kategori data yang lebih
sederhana.
b. Pemaparan data (Data Display)
Data yang telah diperoleh pada tahap reduksi tersebut kemudian
dipaparkan atau disajikan dalam bentuk yang lebih teratur dan tersusun
rapi sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami sesuai dengan tujuan
dalam penelitian ini. Pemaparan yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan pengklasifikasian data secara matematis
dilihat dari bidang ilmu yang lain.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusion drawing and
verification)
Setelah dilakukan pemaparan data kemudian sebagai tahap
terakhir adalah dengan melakukan penarikan kesimpulan terhadap data
yang sudah disajikan secara teratur berdasarkan unit data, kategori dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
atau sub kategori data yang telah disusun berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh.
5. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah keseluruhan langkah –
langkah penelitian dilakukan. Penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan data secara rinci dan terstruktur sesuai dengan tujuan dari
penelitian yang dilakukan ini.
Kesimpulan dari data yang diperoleh disajikan dalam table 3.2.
Tabel 3.3 Analisis data
No. Gambar Aktivitas Pengrajin ditinjau
pada Aspek Matematisnya
(Counting, Locating,
Measuring, Designing,
Playing, Explaining)
Aktivitas pengrajin akan disesuaikan dengan hasil pengambilan data
lapangan. Di dalam menentukan aspek matematis menggunakan teori Alan
J Bishop yang terdapat pada paparan pada bab 2.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
mereduksi, memaparkan dan menyimpulkan. Data yang telah diperoleh
kemudian akan dipilih sesuai dengan topik penelitian kemudian dipaparkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dan ditelaah secara rinci sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Pada akhir
penelitian setelah data dipaparkan dan ditelaah dengan lebih rinci kemudian
ditarik suatu kesimpulan yang relevan sesuai dari hasil yang diolah dan
ditemukan di lapangan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah dalam
penelitian ini.
H. Upaya - upaya untuk Meningkatkan Kredibilitas Data dan Hasil
Penelitian
Adapun upaya – upaya yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
meningkatkan kredibilitas data dan hasil penelitian adalah dengan
menggunakan triangulasi. Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah triangulasi teknik, triangulasi sumber dan triangulasi waktu.
Triangulasi teknik adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan 3 teknik. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan tersebut
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Triangulasi sumber adalah
pengumpulan data yang diperoleh dari 3 sumber yang berbeda. Dalam
penelitian ini sumber yang digunakan adalah para pengrajin. Triangulasi
waktu adalah pengumpulan data yang dilakukan dalam rentang waktu tertentu,
setelah pengambilan data dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB IV
HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi Sosial Daerah Kasongan
Desa Bangunjiwo termasuk dalam Kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini terdiri dari 19 pedukuhan yang
disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Pedukuhan Desa Bangunjiwo
No. Nama Pedukuhan No. Nama Pedukuhan
1. Gendeng 11. Bangen
2. Ngentak 12 Bibis
3. Donotirto 13. Jipangan
4. Lemahdadi 14. Kalangan
5. Salakan 15. Kalipucang
6. Sambikerep 16. Gedongan
7. Petung 17. Kasongan
8. Kenalan 18. Tirto
9. Sribitan 19. Sembungan
10. Kalirandu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Melalui tabel tersebut terlihat bahwa daerah Kasongan merupakan salah satu
dusun dari Desa Bangunjiwo. Letak Desa Bangunjiwo yang berada di
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ini dapat dilihat dari gambar 4.1
Gambar 4.1 Peta Letak Desa Bangunjiwo
Peta Kec. Kasihan Kab. Bantul
Peta Desa Bangunjiwo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Nama daerah Kasongan lebih dikenal secara umum dibandingkan nama Desa
Bangujiwo. Hal ini karena warga yang tinggal didaerah Kasongan sebagian
besar berprofesi sebagai pengrajin gerabah.
Gerabah merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh dusun
Kasongan yang merupakan bagian dari Desa Bangunjiwo. Daerah pengrajin
gerabah tidak hanya berasal dari Kasongan namun juga melibatkan beberapa
dusun lain sehingga kerajinan gerabah semakin meluas dan bahkan
menjadikan Kasongan sebagai salah satu daerah wisata gerabah. Beberapa
dusun yang termasuk dalam daerah Kasongan ini adalah dusun Kajen, Tirto,
dan Gedongan.
Produk unggulan yang dihasilkan dari daerah Kasongan ini pada
umumnya dalam bentuk guci, pot / vas, patung loro blonyo, air mancur,
wuwung dan produk-produk gerabah lainnya. Setiap jenis gerabah memiliki
variasi bentuk dan polesan warna serta motif yang berbeda – beda. Jenis
gerabah yang paling banyak diminati oleh para wisatawan adalah guci. Guci
yang berada di Kasongan memiliki banyak variasi finishing. Finishing guci
yang banyak ditemui didaerah Kasongan adalah finishing alami yang hanya
menggunakan cat sebagai media ‘sentuhan akhir’ dari guci tersebut. Guci jenis
ini relatif awet, sehingga sampai sekarang tetap banyak diminati oleh para
wisatawan. Selain karena banyak pilihan warna dan motif, guci dengan
finishing alami ini juga memunculkan citra asli yang menjadi ciri daerah
Kasongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Semakin berkembangnya jaman dan minat para wisatawan guci di
kasongan ini juga mengalami perkembangan dan perubahan yang lebih inovasi
oleh pengrajin. Dengan banyak pilihan variasi guci yang telah dipoles tidak
hanya dengan menggunakan berbagai warna namun juga dengan berbagai
benda lain seperti dengan menggunakan potongan kaca, keramik, pasir dan
ataupun anyaman. Salah satu bentuk pemolesan yang sedang digemari dan
banyak diminati dipasaran adalah gerabah dengan pemolesan menggunakan
potongan keramik yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan permintaan
atau seni pengrajin dalam menghasilkan gerabah yang unik dan berbeda.
Gambar 4.2 Pemolesan gerabah dengan potongan keramik
Semakin banyaknya permintaan dan persaingan antar para
pengrajin dalam membuat hasil yang unik dan menarik mendorong para
pengrajin Kasongan ini untuk terus memunculkan ide baru. Hal ini
menjadikan teknik pemolesan dengan menggunakan potongan keramik
semakin berkembang tidak hanya untuk guci namun juga untuk barang yang
lain seperti stoples, tempat tissue ataupun wadah lain yang dapat mengundang
daya tarik wisawatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4.3 (a) Pengrajin yang melakukan finishing dengan menggunakan
potongan keramik pada stoples, (b) Pengrajin yang melakukan finishing
dengan menggunakan anyaman
Selain gerabah dengan polesan pecahan keramik dan sentuhan
anyaman yang terkesan klasik, para wisatawan mulai tertarik dengan polesan
yang glamor dan terkesan mewah. Melalui kesan yang demikian gerabah
dengan baluatan keramik yang mengkilau ini meninggalkan kesan alami
namun tetap memiliki penampilan yang menarik. Dari segi harga antara
gerabah klasik dan glamor ini akan lebih mahal gerabah glamor dengan
ukuran gerabah yang sama. Tidak hanya gerabah di Kasongan masih terdapat
produksi lain yang juga menarik perhatian para pengunjung daerah ini.
Adapun produk lain yang juga dipasarkan dalam hal ini adalah patung.
Patung yang banyak diproduksi oleh para pengrajin Kasongan ini adalah
patung punokawan seperti Semar, Bagong dan lainnya, lalu ada patung dua
pengantin jawa, yang dikenal dengan nama ‘Roro Blonyo’, patung Buddha,
serta masih banyak lagi bentuk-bentuk patung yang menarik lainnya.
(a) (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Selain guci dan patung Kasongan juga memproduksi wuwung.
Wuwung adalah semacam genteng, yang terletak di bagian ujung atas suatu
atap rumah. Jika biasanya penampilan wuwung tak begitu menarik, hanya
seperti genteng biasa, beda halnya jika wuwung yang berada di Kasongan.
Di Kasongan wuwung dapat berhiaskan aneka motif dan corak. Bahkan ada
juga wuwung yang ‘dicengkeram’ patung burung diatasnya dan aneka jenis
wuwung yang lain.
Pada observasi yang dilakukan ini peneliti memperoleh hasil bahwa
kerajinan gerabah yang dikenal dengan gerabah Kasongan ini tidak
dihasilkan dari daerah Kasongan itu sendiri. Namun sebagain besar
produksi gerabah ini berasalah dari dusun yang lain. Kasongan adalah
nama salah satu dusun dari Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul. Mayoritas warga yang tinggal didaerah ini bermata
pencaharian sebagai pengrajin, awalnya kerajinan gerabah dijadikan
sebagai suatu hobi atau suatu kebiasaan sebagai bentuk kesenian yang
diwujudkan. Namun seiring perkembangan jaman dan kebutuhan
kemudian kebiasaan tersebut berubah menjadi suatu kebutuhan untuk
menjghasilkan banyak lagi produksi dan hasil karya lain dengan kuantitas
dan hasil yang lebih besar.
Situasi desa Bangunjiwo awalnya sama seperti desa yang berada
disekitarnya namun sejak dulu memang potensi dari desa ini sudah mulai
Nampak dengan kebiasaan warganya untuk membuat keren, anglo dan
perlengkapan alat dapur lain yang berbahan dasar dari tanah liat. Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
yang digunakan untuk memproduksi berbagai perabotan dapur tersebut
awalnya menggunakan tanah yang berasal dari lahan warga setempat
namun seiring berjalannya waktu dan kondisi struktur tanah yang
mengalami perubahan membuat kualitias perabot yang dibuat berbeda.
Kemudian warga setempat mulai mendatangkan tanah dari luar daerah
Kasongan. Adapun tanah yang digunakan diperoleh dari daerah
kulonprogo. Tanah dari daerah kulonprogo berwarna merah dengan
campuran tanah yang berwarna coklat, yang mana jenis tanah ini jika
dicampur dengan pasir air kemudian digiling akan menghasilkan adonan
tanah liat yang siap untuk dibentuk.
Hasil yang diperoleh dari olahan tanah ini jika dibakar dengan suhu
sekitar tidak akan pecah atau hancur dan jika kering sebelum
dibakar juga tidak langsung retak atau hancur begitu saja. Berbeda hal nya
jika perabot yang dibuat menggunakan tanah liat dari lahan warga
setempat selain warna tanahnya yang hitam kualitas barang yang
diproduksi nantinya juga kurang bagus. Hal ini akan ditunjukkan dari hasil
yang akan langsung mengalami keretakan ketika kering dan ketika dibakar
dengan suhu yang sama akan mudah untuk hancur. Sehingga untuk
selanjutnya, bahan dasar yang digunakan untuk membuat gerabah
didatangkan dari Kulonprogo. Walaupun untuk pengolahan tanah liat
tersebut nantinya akan diolah sendiri oleh warga dari desa Bangunjiwo itu
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Perkembangan jaman, persaingan antar produk seni gerabah dan
tuntutan kebutuhan sehari – hari yang semakin bertambah membuat para
pengrajin yang berada di desa Bangunjiwo mulai mencari ide baru agar
kerajinana yang dihasilkan lebih menarik dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen. Ide untuk menghasilkan suatu karya tersebut
mendukung para pengrajim untuk belajar membuat bentuk gerabah yang
lebih bervariasi dari pengrajin asal daerah Berbah. Kemudian seiring
berjalannya waktu banyak pengrajin dari luar daerah Kasongan yang
menghasilkan hasil karyanya di Kasongan itu sendiri.
B. Pelaksanaan Wawancara
Di dalam penelitian ini peneliti mewawancarai empat pengrajian dan satu
pengusaha yaitu: pengrajin I, pengrajin II, pengrajin III, pengrajin IV,
pengusaha olahan tanah, penjaga toko, pedagang gerabah, dan warga
Kasongan.
1. Pengrajin I
Pengrajin ini berusia 36 tahun asli warga Kasongan. Pengrajin ini
merintis usahanya sejak tahun 2004. Usaha ini dimulai dari memproduksi
berbagai jenis gerabah seperti keren, luweng, kuali, kendil dan anglo.
Meskipun jenis gerabah yang dihasilkan beragam namun jenis guci dan
kendil yang berukuran panjang memiliki banyak peminat. Seiring
berjalannya waktu dan semakin berkembangnya minat konsumen terhadap
kebutuhan akan seni maka pengrajin mulai mengembangkan usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
miliknya. Melihat dari kondisi di pasaran yang tidak menentu akan hasil
penjualan yang diperoleh maka pengrajin mulai memikirkan langkah baru
sebagai suatu ide untuk menghasilkan jenis olahan gerabah yang lebih
unik dan menarik.
Adapun hasil olahan dari pengrajin I ini dilakukan dengan cara
memodifikasi gerabah yang sudah jadi dengan finishing menggunakan
potongan keramik, potongan kaca, batu, pasir dan anyaman. Usaha yang
sudah memiliki tenaga bantu ini mulai berkembang dengan inovasi
barunya. Pengrajin menyadari bahwa jika produksi yang dihasilkan hanya
monoton bentuk dan jenisnya maka konsumen akan mengalami kejenuhan.
Oleh karena itu mulailah pengrajin membuat kerajinan baru dengan
memadukan gerabah dan potongan keramik. Sehingga diperoleh hasil
gerabah dengan polesan luar dari potongan keramik, anyaman, batu, dan
pasir. Banyak sedikitnya produksi gerabah yang dihasilkan ini tergantung
dari kuantitas pemesanan.
(a) (b)
Gambar 4.4 (a) Pengrajin yang sedang menginovasi gerabah jadi dengan
menggunakan anyaman, (b) hasil gerabah yang dikombinasi dengan balutan
anyaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Di setiap harinya pengrajin ini mampu memproduksi gerabah
sekitar 20 sampai 30 buah yang mana produksi ini dimulai dari pukul
08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Adapun langkah – langkah yang dilakukan
pengrajin dalam memproduksi gerabah yang dipadukan dengan potongan
keramik meliputi tahap dari gerabah yang sudah jadi dibersihkan
kemudian dicat agar warna dasar dari gerabah itu benar – benar tertutup.
Setelah itu dilakukan penempelan dengan menggunakan perekat berupa
lem khusus keramik. Penyusunan dan penempelan dilakukan sesuai selera
atau pemesanan. Tahap selanjutnya adalah finishing melalui cara
penyemprotan dengan bahan melamin agar penempelan yang dilakukan
terlihat lebih mengkilau dan halus.
Tidak hanya perpaduan dengan potongan keramik namun
perpaduan juga dapat dilakukan dengan menggunakan batu, pasir dan
anyaman. Adapun langkah – langkah yang digunakan untuk menghasilkan
produk gerabah yang dipadukan ini sama. Perbedaannya hanya terletak
pada bahan yang ditempelkan serta polesan akhirnya yang disesuaikan
dengan bahan yang digunakan untuk menempel. Langkah atau tahap yang
digunakan dalam memodifikasi gerabah ini secara umum disajikan pada
skema 4.1 di mana perbedaannya terletak pada tahap penempalan bahan.
Bahan yang digunakan bisa berupa anyaman, potongan kaca, potongan
keramik, batu dan pasir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Skema 4.1 Langkah – langkah memproduksi gerabah dengan potongan keramik
Waktu yang digunakan untuk memproduksi modifikasi gerabah
yang dipadukan dengan anyaman ini tergantung dari tingkat kesulitan
motif anyaman dan pemesanan dari konsumen. Dalam modifikasi ini
waktu paling banyak digunakan untuk menganyam. Begitupun dengan
waktu yang digunakan untuk memproduksi olahan gerabah dengan
potongan keramik maupun batu dan pasir tergantung dari ukuran dan
bentuk gerabah yang hendak dimodifikasi. Harga yang diberikan pengrajin
untuk setiap hasil produksi gerabah olahannya ini berkisar mulai dari RP
50.000 sampai Rp 300.000 untuk gerabah dengan balutan kaca. Sedangkan
untuk gerabah dengan balutan anyaman diberikan harga yang berkisar
mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 200.000. Besar kecilnya nominal harga
yang diberikan oleh pengrajin ini disesuaikan bahan yang digunakan dan
ukuran gerabah yang dipesan.
2. Pengrajin II
Pengrajin II yang berumur 66 tahun ini berdomisili di daerah
Kasongan. Usaha yang dirintis sudah dilakukan secara turun - temurun ini
merupakan warisan keluarga. Karena warisan keluarga maka jenis gerabah
Gerabah jadi Pengecatan
gerabah
Penempelan
bahan
Gerabah
didempul
Penyemprotan
melamin Siap dijual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
yang dihasilkan ini tidak berubah yaitu hanya berupa keren,dan anglo.
Usaha yang sudah dirintis sejak tahun 1970 an ini hanya dipegang oleh
keluarga tanpa menerima pekerja diluar keluarga.
Gambar 4.5 pengrajin yang sedang membuat keren
Awalnya tanah yang digunakan untuk membuat gerabah ini berasal
dari lahan milik bersama namun seiring berkembangnya waktu tanah yang
terdapat di lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, sehingga tidak
baik jika digunakan untuk membuat gerabah.
Oleh karena itu tanah yang digunakan untuk mmbuat gerabah ini
oleh pengrajin mendatangkan dari daerah Tirta. Tanah dari Tirta ini sudah
diolah sehingga oleh pengrajin tanah tersebut bisa langsung dibentuk.
Selain dari Tirta tanah ini juga diambil dari Godean. Dalam penjualan
tanah liat satuan yang digunakan adalah kol. Harga tanah satu kol sebesar
400.000 rupiah. Adapun harga tanah yang dibeli oleh pengrajin untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
memproduksi gerabah setiap harinya sekitar ¼ mobil kol dengan harga
100.000 rupiah.
Pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin ini adalah dengan cara
keliling Sleman dengan mengendarai sepeda dan membawa gerabah yang
diproduksi kurang lebih sebanyak 20 gerabah. Adapun pemasaran yang
dilakukan oleh pengrajin ini meliputi daerah Sleman, Tempel dan Minggir.
Selain pemasaran keberbagai daerah yang dilakukan dengan cara
bersepeda pemasaran juga dilakukan dengan cara menitipkan ke pasar.
Jika kedua hasil penjualan ini dibandingkan antara penjualan dipasar
dengan penjualan yang dilakukan keliling maka hasil yang diperoleh akan
lebih baik jika dilakukan sendiri dengan cara berkeliling.
Hal ini bisa terjadi karena jika pengrajin melakukan penjualan
sendiri maka dia akan langsung mendapatkan hasil tanpa ada potingan atau
pembagian hasil dengan pihak manapun. Namun jika penjualan dilakukan
dengan cara menitipkan barang kepasar maka perolehan hasil penjualan
dari barang tersebut akan dibagi sekian persen dengan pihak laij yang
menjadi perantara sehingga barang tersebut bisa terjual. Waktu pengrajin
mulai melakukan penjualan adalah dari pukul 07.00 – 17.00 WIB.
Pengrajin membandrol harga satuan dari barang yang diproduksi berkisar
antara Rp 5000 sampai Rp 6000 untuk setiap produk gerabah yang
dihasilkan.
Adapun proses pembuatan gerabah yang dilakukan oleh pengrajin
disajikan dalam skema 4.2. Pada skema 4.2 proses yang dilakukan diawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dari pembentukan tanah liat dengan teknik pukul – pukul. Adapun tanah
yang digunakan dalam pembuatan ini adalah tanah merah dan coklat
dengan campuran sedemikian rupa sehingga menghasilkan warna tanah
liat yang kemerahan jika sudah dibakar. Awalnya tanah liat yang
digunakan adalah tanah hitam yang berasal dari daerah setempat namun
seiring perubahan waktu, iklim dan kondisi mengakibatkan struktur tanah
mulai mengalami perubahan sehingga jika tetap digunakan untuk membuat
gerabah hasilnya tidak bagus karena akan mudah rusak.
Kemudian untuk selanjutnya tanah yang digunakan mendatangkan
dari daerah Tirta yang sudah dalam bentuk tanah liat seperti lempung dan
siap untuk diolah. Kemudian oleh pengrajin tanah tersebut diolah dengan
takaran yang telah disesuaikan untuk memperoleh hasil bentuk yang
diinginkan. Pengrajin hanya akan membuat keren (kompor tradisional
yang menggunakan bahan bakar berupa kayu dan daun kering) serta anglo
(kompor yang menggunakan arang sebagai bahan bakar).
Skema 4.2 Langkah – langkah membuat keren dan anglo
Pada tahap pengeringan anglo atau keren yang sudah dibentuk dalam
kondisi setengah basah ini kemudian dijemur dibawah terik matahari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
sehingga pada tahap ini kondisi cuaca sangat mempengaruhi pengeringan
yang terjadi. Adapun tujuan dari tahap pengeringan ini adalah agar ketika
anglo atau keren ini dibakar tidak hancur.
Setelah cukup kering tahap berikutnya adalah pembakaran. Proses
pembakaran dilakukan ditempat yang berbeda. Karena pada tahap
pembakaran ini tergantung dari seberapa banyak anglo atau keren yang
sudah layak untuk dibakar, karena jika hanya 5 atau 10 gerabah yang
dibuat dan langsung dibakar maka akan mengalami kerugian. Hal ini
terhadi karena prosesn pembakaran ini dilakukan pada skala besar, yang
mana menggunakan bahan bajar berupa kayu yang cukup banyak sehingga
jika gerabah yang dibakar hanya dalam skala kecil maka pembakaran yang
dilakukan tidak optimal. Sedangkan banyak sedikitnya gerabah yang
dibakar tergantung dari tahap pengeringan, yang mana pada tahap ini
kondisi cuaca panas matahari sangat mempengaruhi.
Berdasarkan dari beberapa tahap yang dilakukan oleh pengrajin
tersebut kendala yang paling sering dialami oleh pengrajin terletak pada
bagian proses pengeringan yang mana hanya menggantungkan pada panas
matahri sehingga pada saat musim hujan gerabah yang diproduksi hanya
dalam skala kecil.
3. Pengrajin III
Pengrajin ketiga ini memproduksi gerabah dengan produk yang
lebih inovasi. Usaha yang dirintis sejak tahun 1982 ini sudah berjalan
kurang lebih selama 35 th secara turun temurun. Meskipun usaha dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bakat pengrajin dalam membuat gerabah merupakan warisan keluarga
namun bentuk gerabah yang dihasilkan mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan jaman. Gerabah yang diproduksi pada jaman dulu
berupa kuali (wadah yang biasanya digunakan untuk memasak atau
merebus pada jaman dulu), kendi (sejenis teko yang terbuat dari tanah liat),
keren (kompor dengan menggunakan bahan bakar kayu), dan anglo
(kompor dengan bahan bakar arang).
Namun seiring berkembangnya jaman berbagai perlengkapan dan
peralatan berbahan baku dari tanah liat tersebut mengalami pergeseran
dengan peralatan dan perabotan berbahan plastic dan aluminium. Di jaman
sekarang masyarakat semakin dimudahkan dalam menjalani kehidupan.
Hal ini ditunjukkan dari sarana yang dipergunakan oleh masyarakat dalam
memasak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari seperti panci dari
aluminium sebagai wadah yang digunakan untuk merebus, teko dari plastic
yang digunakan untuk tempat air minum, dan kompor dengan bahan bakar
gas. Kondisi yang semakin maju dan canggih ini mendorong pengrajin
untuk memproduksi gerabah dengan bentuk yang lebih inovasi dan dapat
disesuaikan dengan selera konsumen. Kondisi demikian semakin
berkembang dikalangan para pengrajin yang berada di daerah kasongan,
sehingga para pengrajin mulai membuat gerabah dengan berbagai bentuk
seperti celengan (tempat menyimpan uang biasanya dalam bentuk uang
koin), guci dan berbagai bentuk lain yang disesuaikan dengan pemesanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Pengrajin III yang sedang membuat pesanan, (b)
hasil kerajinan berupa celengan
Karena tidak stabilnya jumlah konsumen yang membeli gerabah
disetiap harinya sehingga produksi gerabah oleh pengrajin hanya
dilakukan jika ada pemesanan. Hal ini dapat membantu pengrajin untuk
meminimalisirkan kerugian yang dialaminya. Melalui cara demikian
proses pemasaran dan produksi dilakukan berbanding lurus. Artinya jika
pemesanan yang diterima dalam jumlah besar maka produksi gerabah yang
dilakukan oleh pengrajin juga akan meningkat. Meskipun demikian jika
tidak ada pemesanan maka produksi gerabah oleh pengrajin hanya
dilakukan dalam jumlah kecil.
Adapun gerabah yang diproduksi oleh pengrajin jika tidak ada
pemesanan ini berupa celengan berbentuk tokoh – tokoh kartun yang
sedang digemari oleh anak – anak seperti minion, hello kitty dan ayam
yang sering digemari anak – anak sebagai sarana untuk melatih mereka
dalam memberikan warna pada gerabah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.7 Hasil kerajinan pengrajin berupa celengan, tokoh
kartun seperti minion dan hello kitty
Bahan dasar yang digunakan pengrajin untuk memproduksi
gerabah ini diperoleh dari Wates. Pengrajin membeli tanah yang sudah
siap untuk dibentuk dari daerah tersebut. Pemberian harga jual untuk
gerabah yang diproduksi berbeda – beda tergantung dari ukuran dan
kerumitan bentuk pemesanan. Meskipun demikian namun harga yang
diberikan untuk gerabah ini berkisar mulai dari 8000 rupiah sampai
1.000.000 rupiah untuk setiap gerabah yang dihasilkan. Usaha yang sudah
dirintis secara turun – temurun ini hanya dikerjakan oleh pihak keluarga
pengrajin sendiri namun jika pemesanan yang diterima dalam jumlah besar
dengan waktu yang singkat maka pengrajin akan meminta bantuan orang
lain agar target pemesanan dapat terpenuhi.
Pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin adalah pemasaran secara
lokal, di mana pemasaran hanya dilakukan dalam daerah setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pemasaran ini dilakukan dalam bentuk orderan dari para pengusaha yang
memiliki art shop, yang mana para pemilik art shop ini biasanya hanya
menjual berbagai jenis gerabah dan barang snei lainnya yang dipesan dari
para pengrajin. Deretan art shop terletak di depan pintu gerbang masuk
daerah wisata Kasongan Sedangkan para pengrajin yang memproduksi
barang – barang yang diorder oleh pihak art shop terletak di dalam daerah
Kasongan. Oleh karena itu tinggi rendahnya pemesanan gerabah yang
diterima oleh pengrajin juga dipengaruhi dari kondisi keramaian
pengunjung dan pembeli di art shop. Jika banyak pembeli yang berminat
dan tertarik dengan gerabah atau barang yang dipajang di toko depan maka
pemesanan yang diterima oleh pengrajin juga akan ikut meningkat,
biasanya kondisi art shop akan ramai dikunjungi ketika musim liburan
telah tiba. Dalam hal ini jelas untuk harga jual gerabah di art shop
(deretan toko yang terletak di depan) akan lebih tinggi dibandingkan jika
barang tersebut langsung diorder dari pengrajinnya.
Kondisi yang kadang tidak menentu dari art shop ini membuat
pengrajin juga menerima orderan dari luar daerah seperti daerah
Maguoharjo. Selain kesulitan terkait dengan kondisi konsumen yang tidak
menentu dalam membeli produk gerabah, kesulitan atau kendala bagi
pengrajin juga terdapat pada proses pengeringan gerabah. Pengeringan
yang mengandalkan panas matahari ini akan mengalami masalah jika
berada pada musim hujan atau kondisi di mana matahari tidak begitu
panas, sehingga untuk proses ini dibutuhkan waktu cukup lama sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
memperoleh hasil yang sesuai. Hal ini juga akan mempengaruhi waktu
produksi yang dibutuhkan dan jumlah produksi gerabah yang dihasilkan.
Langkah – langkah pengrajin dalam memproduksi gerabah
disajikan pada skema 4.3. Pada proses produksi gerabah langkah awal
yang dilakukan oleh pengrajin adalah dengan membuat model gerabah
yang diinginkan. Model gerabah yang diinginkan ini biasanya adalah hasil
kesepakatan dengan pemesan. Ketika model gerabah telah selesai dibentuk
langkah selanjutnya pengrajin akan membuat cetakan dari model tersebut.
Cetakan yang digunakan ini dibuat oleh pengrajin dengan menggunakan
bahan gypsun. Cetakan ini dibuat jika pemesanan gerabah untuk model
tersebut dilakukan dalam skala besar. Tujuan dari pembentukan cetakan ini
agar gerabah yang diproduksi memiliki bentuk dan ukuran yang sama
dengan modelnya. Selain itu dengan menggunakan cetakan selain sama
bentuk dan ukuran yang dihasilkan waktu yang dibutuhkan juga relatif
lebih sedikit sehingga pemesan dapat segera mendapatkan gerabah sesuai
dengan pemesanan.
Skema 4.3 Langkah – langkah membuat gerabah cetakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Sebelum pengrajin mencetak gerabah sesuai pemesanan antara
pengrajin dan pemesan telah membuat kesepakatan untuk harga dari
keseluruhan gerabah yang dipesan. Harga yang diberikan oleh pengrajin
ditentukan dari beberapa faktor yaitu model, ukuran, jumlah pemesanan
dengan waktu yang pemesanan dan ukuran gerabah. Jika model yang
dipesan semakin rumit maka harga yang diberikan juga akan semakin
mahal, perbandingan lurus juga berlaku untuk ukuran gerabah dengan
harga yang ditentukan, jumlah pemesanan dengan batas waktu yang
diorder. Jika pemesan melakukan pemesanan dengan skala besar namun
dalam waktu yang reltif singkat maka harga yang dikenakan juga akan
bertambah. Hal ini dikarenakan pengrajin memerlukan tambahan biaya
untuk tenaga kerja agar dapat memproduksi gerabah dengan jumlah dan
waktu yang telah disepakati.
Semua langkah yang dilakukan oleh pengrajin untuk memproduksi
gerabah tersebut dilakukan sendiri. Namun ada langkah yang tidak lakukan
sendiri oleh pengrajin yaitu dalam pengolahan tanah sampai menjadi tanah
liat yang siap untuk dibentuk. Proses pengolahan tanah ini membutuhkan
beberapa langkah sampai menghasilkan tanah liat yang digunakan
pengrajin. Adapun langkah – langkah dalam pembentukan tanah liat
disajikan dalam skema 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Skema 4.4 langkah – langkah membuat tanah liat
Berdasarkan dari skema 4.4 yang telah disajikan tersebut dapat
dilihat bahwa untuk mengolah bahan pokok gerabah dibutuhkan waktu
yang tidak sebentar sampai tanah tersebut mampu untuk dibentuk menjadi
gerabah yang siap untuk diorder. Oleh karena itu dengan
mempertimbangkan keekonomisan waktu, tenaga dan biaya maka
pengrajin cukup memesan tanah yang sudah jadi tersebut dari daerah
Godean. Pengrajin melakukan pemesanan tanah liat untuk 2 sampai 3
minggu dengan jumlah ¼ kol mobil dengan harga 100.000 rupiah. Di
daerah Godean ini terdapat pengusaha tanah khusus yang digunakan
pengrajin. Tanah ini diambil dari berbagai daerah kemudian diolah seperti
pada proses yang terdapat pada skema 4.4 sampai pada akhirnya diperoleh
hasil tanah sesuai dengan kebutuhan pengrajin. Perbandingan jenis tanah
yang digunakan oleh pengusaha tanah sampai menghasilkan warna tanah
yang indah dilakukan dengan menggunakan perkiraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Pada jaman dulu tanah yang digunakan untuk membuat gerabah
diambil dari sawah milik bersama. Sawah seluas kurang lebih satu kopling
ini, khusus disewa oleh beberapa pihak untuk dijadikan sumber bahan
pokok dalam membuat gerabah. Karena tanah sawah ini berwarna hitam
sehingga Gerabah yang dihasilkan juga berwarna hitam. Kondisi tekstur
tanah yang berbeda membuat pengrajin yang menggunaan tanah merah
untuk menghasilkan gerabah. Tanah merah ini diperoleh dari daerah yang
masih berupa pegunungan seperti Gunung Kidul dan daerah sekitar
Godean. Karena berbahan dasar dari tanah merah sehingga warna gerabah
yang dihasilkan juga berwarna kemerahan. Seiring berkembangnya jaman
para kosumen lebih tertarik dengan hasil gerabah yang berwarna merah
dibandingkan dengan yang berwarna hitam.
Kondisi demikian membuat sebagian besar pengrajin beralih
menggunakan tanah merah sebagai bahan dasar untuk membuat gerabah.
Seiring berjalannya waktu kondisi tanah daerah Kasongan berangsur
berubah, tanah yang diambil dari sawah sudah tidak baik digunakan untuk
membuat gerabah. Hal ini jika tetap dipaksa maka hasilnya akan buruk
untuk kualitas gerabah yang diproduksi. Berikut perbedaan kondisi
gerabah yang berbahan baku dari tanah merah dan dari tanah sawah
disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perbedaan antara gerabah hitam dan gerabah merah
No. Proses Pembuatan Gerabah Merah Gerabah Hitam
1. Bahan dasar yang Tanah merah, tanah Tanah sawah, pasir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No. Proses Pembuatan Gerabah Merah Gerabah Hitam
digunakan coklat pasir halus dan
air
halus dan air
2. Pembentukan Mudah dibentuk dan
disambungkan untuk
menghasilkan gerabah
dengan berbagai
variasi bentuk
menggunakan air jika
tanah sudah mulai
mongering maka
gerabah akan mudah
untuk ditambah
maupun dikurangi
sampai menghasilkan
bentuk yang
diharapkan
Tidak mudah
dibentuk karena
jika kondisi tanah
sudah mulai kering
maka gerabah yang
terbentuk akan
langsung mengeras
dan mudah pecah
bila terlalu dipaksa
bentuk gerabah
akan rusak, selain
itu jika diberi air
maka tanah akan
terlalu lunak
3. Pengeringan Membutuhkan panas
matahari yang cukup
banyak sehingga
lamanya waktu yang
dibutuhkan
tergantung dari
kondisi cuaca
Membutuhkan
panas matahari
secukupnya karena
mudah kering
hanya dengan
hembusan angin
4. Pembakaran Pembakaran hanya
dapat dilakukan
dengan panas bersuhu
maksimal 700 derajat
Pembakaran dapat
dilakukan dengan
suhu tinggi,
semakin tinggi
suhu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No. Proses Pembuatan Gerabah Merah Gerabah Hitam
digunakan untuk
membakar gerabah
yang terbentuk
akan semakin kuat
4. Hasil akhir Berwarna merah Berwarna hitam
Bakat seni yang dimiliki pengrajin untuk menghasilkan gerabah ini
berasal secara turun – temurun dan dikembangkan melalui cara mengamati
teknik pengrajin sebelumnya dalam pembuatan gerabah dan kemudian
mencoba untuk mempraktekannya. Teknik pembuatan gerabah ini ada dua
yaitu teknik njubung dan putar. Pengrajin menggunakan teknik njubung
untuk menghasilkan bentuk gerabah. Awalnya baik model maupun teknik
yang digunakan oleh pengrajin ini sama seperti pengrajin lain yang telah
diamati. Namun kemudian karena bakat seni pengrajin telah dimiliki
secara turun – temurun sehingga berbagai variasi bentuk dan teknik yang
digunakan oleh pengrajin ini menjadi lebih berkembang semakin lebih
baik. Pengembangan teknik dan variasi bentuk yang dilakukan secara
turun temurun ini ditunjukkan dari hasil yang semakin beragam dan juga
berkembang mengikuti minat konsumen dibidang seni.
Pengrajin juga terus berusaha untuk mengembangkan bakatnya
dengan menghasilkan gerabah dengan berbagai bentuk mulai dari
menirukan karakter tokoh kartun sampai pada pembuatan patung manusia.
Bahan dasar dalam pembuatan gerabah yang digunakan oleh pengrajin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
berupa tanah liat. Adapun pendukung kinerja pengrajin yang lain berupa
beberapa alat seperti perbot, secang dan perlengkapan pendukung lain
sesuai dengan kebutuhan bentuk gerabah yang hendak dibuat. Selain
langkah – langkah yang digunakan pengrajin untuk menghasilkan gerabah
cetakan ada langkah lain yang digunakan pengrajin dalam memproduksi
gerabah secara umum. Langkah – langkah yang digunakan oleh pengrajin
secara umum disajikan pada skema 4.5.
Skema 4.5 Langkah – langkah pembuatan gerabah secara umum
Berdasarkan dari skema tersebut ada beberapa tahap yang berbeda
dengan tahap gerabah cetakan. Perbedaan itu terdapat pada alat yang
digunakan dalam proses pembuatannya. Di dalam proses pembuatan
gerabah ini terdapat serpihan – serpihan tanah liat yang merupakan sisa
bagian dari gerabah yang masih basah. Serpihan – serpihan tanah ini oleh
pengrajin dikumpulkan kemudian diolah dan digunakan kembali untuk
memproduksi gerabah. Sebelum dilakukan pengolahan terhadap serpihan
tanah, pengrajin mengumpulkan serpihan tersebut sampai mencapai
jumlah yang cukup untuk menghasilkan suatu produk gerabah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Adapun cara untuk mengolah serpihan tanah ini adalah dengan
memberikan air secukupnya kemudian ditutup menggunakan plastik.
Serpihan tanah yang sudah diberikan air dan ditutup plastik kemudian
diproses dengan cara diinjak – injak sampai mendapatkan kondisi tanah
yang kembali lembut dan siap untuk dibentuk. Sekitar 25 buah gerabah
mampu untuk diproduksi oleh pengrajin disetiap harinya. Jumlah gerabah
yang diproduksi bisa lebih dari 25 atau kurang dari 25 tergantung dari
pemesanan. Pemesanan gerabah biasanya berasal dari para pemilik art
shop, meskipun demikian namun pengrajin juga akan tetap melakukan
pemasaran dengan cara berkeliling menjual gerabah hasil produksinya ke
daerah sekitar Prambanan dan alun – alun.
Ukuran gerabah yang bervariasi akan menentukan pula harga
jualnya meskipun demikian ukuran maksimal untuk gerabah yang mampu
diproduki pengrajin adalah sekitar 2 meter. Ukuran maksimal ini
ditentukan dari ukuran gerabah yang mampu masuk ke dalam tempat
pembakaran yang ada. Tempat pembakaran yang digunakan untuk
melakukan pembakaran gerabah kurang lebih sekitar 1,5 meter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(a) (b)
Gambar 4.8 (a) tempat pembakaran (b) proses pembakaran
Ukuran tempat pembakaran ini sudah dalam ukuran normal dengan
beberapa pertimbangan. Salah satu hal yang menjadi bahan pertimbangan
dalam pembuatan tempat pebakaran ini adalah efisien dan nilai ekonomis
dari bahan bakar yang dibutuhkan. Jika semakin besar tempat pembakaran
yang digunakan maka bahan bakar yang dibutuhkan akan semakin banyak
namun jika ukuran tempat pembakaran terlalu kecil maka dengan waktu
yang sama hasil yang diperoleh tidak dapat mencapai hasil yang optimal.
Pembakaran dilakukan pagi hari untuk gerabah yang dihasilkan
pada hari sebelumnya. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran
ini berlangsung selama 7 jam. Banyak sedikitnya gerabah yang akan
dibakar tidak mempengaruhi waktu pembakaran. Setelah proses
pembakaran selesai dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan
pendinginan. Pendinginan dilakukan dalam waktu satu malam. Setelah itu
dilakukan penjualan untuk gerabah yang sudah dingin. Penjualan
dilakukan sesuai dengan pemesanan, ada yang langsung dijual, namun ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pula yang masih perlu diolah seperti dengan memberikan polesan warna
sesuai permintaan.
4. Pengusaha tanah
Awalnya pengusaha tanah ini adalah seorang pengrajin gerabah
namun seiring bertambahnya jumlah pengrajin yang berada didaerah
kasongan sehingga pengrajin ini beralih untuk menekuni produksi bahan
baku gerabah. Meskipun sudah cukup lama menekuni bidang kerajinan
namun karena beberapa pertimbangan kemudian pengrajin ini beralih ke
bidang pengolahan bahan baku gerabah yaitu pembuatan tanah liat. Masih
dalam lingkup gerabah hanya saja hasil atau produk yang dihasilkan dalam
bentuk yang berbeda.
Tanah yang digunakan untuk membuat gerabah sehingga
menghasilkan warna yang indah diperoleh dari beberapa tempat berbeda.
Tanah yang berwarna coklat berasal dari Kulonprogo, tanah yang
berwatrna merah dari Mangunan dan pasir yang digunakan berasal dari
Sungai Progo. Bahan – bahan tersebut kemudian dicampur dengan cara
digiling sampai lembut dan siap untuk dibentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Skema 4.6 Proses pengolahan tanah sebagai bahan pokok pembuatan gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Adapun proses penggilingan dilakukan 4 – 5 kali untuk
mendapatkan hasil tanah olahan yang lembut, halus dan elastis sehingga
baik untuk dipergunakan dalam produksi gerabah. Semakin banyak proses
penggilangan yang dilakukan maka hasil tanah yang dihasilkan akan
semakin lembut dan baik untuk digunakan. Dalam waktu sehari tanah yang
mampu diproduksi sebanyak 3 – 4 kol. Proses penggilingan ini hanya akan
dilakukan jika ada pemesanan.
(a) (b)
Gambar 4.9 (a) hasil olahan tanah gilingan yang siap untuk disetorkan
kepada pemesan (b) alat penggilingan tanah
5. Pekerja di Perusahaan Keramik Kasongan
Perusahaan keramik yang terletak di daerah Kasongan ini
merupakan salah satu perusahaan sukses yang memproduksi dan menjual
berbagai jenis gerabah dengan bentuk yang beranekaragam. Kesuksesan
perusahaan ini dapat dilihat dari pemasarannya yang meliputi daerah lokal,
nasional dan internasional. Adapun pemasaran lokal yang dilakukan
meliputi Rumah Makan Lombok Ijo, Resto di Jl.Senturan dan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
makan ternama lain didaerah DIY dan sekitarnya. Kebanyakan pemesanan
barang oleh beberapa rumah makan tersebut berupa patung semar.
Sedangkan untuk tingkat Internasioanal wilayah pemasaran meliputi
negara Filipina, Belanda, Australia dan negara barat maupun Asia yang
lain.
(a) (b)
Gambar 4.10 (a)Tempat Produksi Keramik di Kasongan (b)Tempat
Pembakaran Keramiknya di Kasongan
Selain dari system pengolahan dan administrasi yang tertata
pencapaian kesuksesan dan keberhasilan perusahan keramik ini juga tidak
terlepas dari para pengrajin dan karyawan yang terlibat didalamnya.
Perusahaan ini memiliki pekerja atau karyawan dengan bagian pengolahan
masing – masing. Ada karyawan atau pekerja dibagian pengepakan,
pengiriman dan pembakaran. Tidak hanya bagian – bagian tersebut namun
perusahaan ini juga memiliki beberapa pengrajin untuk memproduksi
gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran sesuai pemesanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Meskipun demikian ada juga pekerja yang merangkap dibagian
lain. Kondisi ini terjadi apabila jumlah orderan gerabah sedang ramai
dengan waktu pengiriman yang sesegera mungkin. Menurut salah satu
pekerja yang sering merangkap dibagian pemasaran, pengepakan, dan
pembakaran ini, proses yang paling lama dalam pembuatan gerabah
sampai ke tangan pemesan terjadi pada bagian pembakaran. Waktu yang
dibutuhkan untuk pembakaran tergantung ukuran dan jumlah gerabah yang
dibakar. Waktu yang dibutuhkan untuk pembakaran terhadap gerabah yang
berukuran kecil berkisar mulai dari 12 sampai 14 jam untuk. Sedangkan
waktu yang dibutuhkan untuk pembakaran terhadap gerabah yang
berukuran besar sekitar 10 jam.
Perbedaaan lama waktu pembakaran ini dikarenakan jumlah
gerabah berukuran kecil lebih banyak dibandingkan jumlah gerabah
berukuran besar. Adapun perbandingan jumlah gerabah kecil dan jumlah
gerabah besar adalah 133:1. Perbandingan angka yang begitu jauh ini
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk pembakaran gerabah
berukuran kecil lebih banyak dibandingakan dengan waktu pembakaran
gerabah berukuran besar.
Proses pembakaran dilaksanakan ketika jumlah gerabah yang
diproduksi sudah dapat memenuhi tempat pembakaran. Dalam hal ini
tempat pembakaran yang dimiliki oleh perusaahaan ini ada 2 ukuran. Ada
pembakaran yang berukuran 1,80 meter untuk membakar ukuran kecil
dengan jumlah sekitar 400 gerabah. Sedangkan untuk gerabah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ukuran besar dilakukan pada tempat pembakaran yang berukuran 2,25
meter. Ukuran tempat pembakaran disesuaikan dengan produksi gerabah
yang sering diproduksi oleh suatu perusahaan. Di perusahaan keramik ini
ukuran gerabah terbesar yang pernah diproduksi sekitar 2 meter. Sehingga
dibuatlah tempat pembakaran dengan ukuran paling besar 2,25 meter.
Setelah dilakukan pembakaran tahap selanjutnya adalah
pendinginan. Proses pendinginan ini berlangsung semalaman. Jika
pembakaran dilakukan pagi hari maka akan selesai malam hari. Sehingga
untuk pengepakan baru akan dilakukan pagi hari berikutnya. Pemesanan
yang diterima oleh perusahaan ini kebanyakan melalui email dan
pembayaran yang dilakukanpun juga via transfer rekening. Teknis
pemasaran dan pemesanan yang demikian praktis diikuti dengan teknis
distribusi barang yang dilakukan. Distribusi barang untuk tingkat lokal dan
nasioanl gerabah atau barang pemesanan akan dikirim langsung melalui
darat. Sedangkan untuk distribusi tingkat internasional biasanya negara
pemesan akan mengirimkan transportasi untuk mengambil barang pesanan
dengan menggunakan container.
6. Penjaga toko
Salah satu penjaga toko kerajinan gerabah yang berada di
Kasongan selama kurang lebih 30 tahun menjelaskan bahwa
perkembangan gerabah Kasongan yang semakin berkembang
dibandingkan sebelumnya membantu income daerah. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya warga yang membuka usaha perdagangan gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
walaupun bukan sebagai pengrajin. Kondisi ini didukung dari banyaknya
para wisatawan yang berkunjung di daerah Kasongan. Pelayanan
penjualan yang paling ramai dilakukan adalah pada saat liburan atau
weekend. Mayoritas pembeli yang berasal dari luar kota bahka sampai luar
negara. Barang yang banyak diminati adalah kerajinan dari tanah liat
dalam bentuk perlengkapan dapur, dan kendi.
Semakin banyak penjualan yang dilakukan maka hasil pendapatan
yang diperoleh juga ikut meningkat. Sebelum dikenal sebagai daerah
wisata daerah Kasongan ini sepi sehingga pemasukkan yang diperoleh
juga tidak sebesar sekarang ini.
7. Pedagang gerabah
Salah satu pedagang gerabah yang berada di Kasongan ini telah
memiliki dua toko yaitu toko induk dan toko cabang yang bernama toko
Dwiyanto. Di toko cabang ini jenis barang yang dijual hanya terdiri dari 8
jenis sedangkan pada toko induk terdiri dari kurang lebih 50 jenis barang
yang disediakan. Hal ini dikarenakan letak toko cabang yang berada di tepi
jalan menanjak sehingga akses pemebli yang hendak singgah untuk
melihat juga terkendala degan tempat parkir yang tidak ada. Berbeda
halnya dengan toko induk yang terletak ditepi jalan dengan posisi yang
lebih strategi jika ada pembeli yang hendak singgah dan memparkirkan
kendaraan mereka di area toko.
Pada toko cabang yang dijual mayoritas adalah souvenir dan
kerajinan gerabah. Pada toko cabang ini kisaran harga barang yang dijual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
mulai dari 2000 – 150.000 sedangkan untuk gerabah guci yang sudah
diinovasi mulai dari 150.000 – 650.000. Adapun dari barang – barang yang
disediakan tersebut keseluruhan gerabah yang dijual merupakan produk
langsung dari pengrajin Kasongan. Sedangkan kerajinan anyaman
mendatangkan dari daerah Sentolo Kulonprogo. Kebanyakan pembeli yang
datang dan membeli produk di toko ini adalah gerabah yang berbentuk alat
rumah tangga seperti, ndandang (tempat untuk memasak nasi), teko dari
tanah liat dan perabotan tanah liat yang lain.
Di toko ini yang paling banyak membeli dalam jumlah besar dalah
dari pihak hotel. Selain peralatan masak ada juga hiasan rumah seperti
patung, dan guci. Di toko ini juga menjual tempat wudu, dan bak. Toko ini
mulai berkembang lebih besar mulai dari tahun 2007 – 2017 sekarang.
Sebelum dikenal sebagai daerah wisata industri pembeli yang berkunjung
relatif sedikit dan bahkan sepi, namun setelah Kasongan ini diperkenalkan
oleh Bapak Sapto Hudoyo kemudian ditetapkan sebagai daerah wisata
mulailah daerah ini semakin ramai dikunjungi oleh para wisata baik secara
nasional maupun internasional.
Semakin ramainya kawasan ini membuat kami para pedagang
semakin berkreatif dan berinovasi untuk menghadirkan produk tambahn
selain gerabah agar menambah lengkap jenis barang yang dijual dan
dihadirkan bagi para pengunjung maupun pembeli. Semakin bertambahnya
item atau jenis barang yang kami hadirkan ditoko kami maka secara modal
yang digunakan juga jelas semakin besar, namun hal ini juga diimbangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dengan pemasukkan yang semakin bertambah karena pemasaran yang
dilakukan juga tidak hanya tingkat daerah dalam kota namun juga sampai
luar kota dan bahkan luar negeri.
Sebelum terjadi gempa pemasaran dilakukan sampai ke luar negeri
namun setelah gempa koneksi ke luar negeri jadi terputus sehingga
pemasaran hanya bisa dilakukan sampai luar pulau. Meskipun demikian
tetap hasil yang diperoleh juga sebanding dan telah mengalami
peningkatan. Toko ini akan ramai dikunjungi pada saat liburan atau
weekend, sehingga pemasukkan terbesar dan pelayanan pembelian paling
banyak dilakukan pada saat weekend dan liburan.
8. Warga Kasongan
Warga kasongan yang sudah tinggal kurang lebih selama 30 tahun
di Kasongan ini menyampaikan bahwa sebelum dan sesudah Kasongan
dikenal sebagai daerah sentra industri gerabah jelas ada perbedaan dan
perubahan. Perubahan itu terjadi pada pemasukkan yang diterima. Warga
ini sebagai penjual pulsa atau membuka konter dirumahnya. Selama
kurang lebih 25 tahun. Selama berjualan sebelum Kasongan dikenal
sebagai daerah wisata kondisi pemasukkan yang diterima tidak sebesar
sekarang. Apalagi jika hari libur dan weekend pemasukkan yang diperoleh
akan lebih besar karena banyak pengunjung atau para wisatawan yang beli
gerabah dan mampir beli pulsa sehingga untuh hasil pemasukkan yang
diperoleh setiap harinya bisa mencapai 1000.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Selain pada peningkatan pemasukkan sebagai dampak dari adanya
gerabah di Kasongan ini, tingkat pendidikan juga terpengaruh. Awalnya
sebelum Kasongan berkembang seperti sekarang ini warga Kasongan rata
– rata hanya mampu menyekolahkan anak mereka pada tingkat SD bahkan
ada yang tidak sekolah namun langsung bekerja. Tetapi setelah
berkembangnya Kasongan sehingga kondisi perekonimian warga juga ikut
terbantu sehingga dapat menyekolahkan anak mereka sampai pada
perguruan tinggi. Gerabah memberikan dampak yang cukup besar bagi
perubahan tingkat pendidikan warga Kasongan.
C. Aktivitas yang Dilakukan oleh Para Pengrajin Gerabah Kasongan,
Bangunjiwo, Kasihan Bantul dalam Proses Pembuatan Gerabah
Aktivitas yang dilakukan oleh para pengrajin Desa Bangunjiwo ini
diantaranya membuat kerajinan gerabah dengan berbagai bentuk dan variasi
gerabah dengan nuansa yang berbeda. Mulai dari pengolahan tanah liat
dengan campuran pasir, tanah liat yang berwarna hitam dan tanah liat yang
berwarna merah dengan air dan kemudian digiling sampai menghasilkan
olahan tanah liat yang siap untuk digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan gerabah dari bentuk yang sederhana seperti bentuk tempayang,
guci, keren, anglo, dan kendi.
Setelah itu mulai berkembang lagi dengan menghasilkan bentuk yang
lebih rumit seperti bentuk karikatur tokoh wayang, celengan dengan berbagai
bantuk dari karikatur tokoh kartun seperti minion, dan bentuk yang lain sesuai
dengan permintaan konsumen. Hasil karya pengrajin yang termasuk kedalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
jenis gerabah adalah semua hasil karya yang dibuat dari bahan dasar tanah
liat. Namun sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan seni, pengrajin
gerabah Kasongan juga membuat hasil karya selain gerabah seperti anyaman
dan ukiran. Anyaman yang dihasilkan oleh pengrajin pun juga bervariasi
berdasarkan dari bahan yang digunakan.
Adapun bahan dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu
anyaman adalah daun enceng gondog, rotan, pelepah pohon pisang, dan daun
pandan. Selain membuat suatu kerajinan aktivitas lain yang dilakukan
pengrajin adalah memasarkan gerabah yang telah dihasilkan. Sebagian
pengrajin membuat gerabah dan langsung menjualnya ke konsumen dan
sebagian pengrajin yang lain hanya akan memproduksi ketika ada pemesanan
dari pemilik toko.
Berdasarkan wawancara terhadap beberapa pengrajin Kasongan
diperoleh bahwa yang dimaksud dengan gerabah adalah berbagai barang
kerajinan yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar berupa tanah liat.
Seiring berkembangnya minat konsumen akan gerabah yang terletak di Desa
Bangunjiwo ini maka berbagai inovasi kerajinan yang berada di daerah ini
juga turut berkembang. Meskipun daerah ini dikenal sebagai daerah wisata
Kasongan namun kerajinan yang dihasilkan tidak lagi hanya sekedar gerabah
melainkan barang – barang kerajinan lain berupa ukiran, anyaman dan patung
berbahan dasar gypsum ataupun semen. Daerah Kasongan semakin
berkembang melalui masuknya kerajinan selain gerabah. Hal ini menambah
kepadatan aktivitas pengrajin yang berada di daerah tersebut. Pengrajin ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
tidak hanya sekedar berasal dari daerah Kasongan atau sekitarnya namun juga
dari daerah Brebes, Kulonprogo dan tempat lain di luar kabupaten Bantul
dengan kekhasan masing – masing yang dibawanya.
Meskipun barang – barang kerajinan yang dijual di daerah Kasongan
ini sudah tercampur dengan produk selain gerabah akan tetapi kekhasan
tempat ini tetap dikenal sebagai salah satu sentral kerajinan gerabah di daerah
Bantul. Adapun aktivitas yang dilakukan para pengrajin yang berada di
Kasongan ini meliputi pengadaaan tanah yang akan digunakan sebagai bahan
awal, pengolahan tanah siap pakai untuk pembuatan gerabah, pembentukan
gerabah, pembakaran gerabah, penginovasian gerabah yang sudah jadi dan
sampai pada pemasaran.
Secara umum aktivitas pengrajin gerabah dapat dilihat pada tabel 4.3
pada tabel dibawah lebih banyak menjelakan tentang bentuk aktivitas
pengrajin Kasongan dan beberapa aktivitas lain yang dilakukan oleh
pengrajin selain pembuatan gerabah. Di dalam tabel ini akan dijelaskan secara
garis besar dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh pengrajin.
Tabel 4.3 Aktivitas Pengrajin Gerabah Kasongan
Kegiatan Gambar Aktivitas yang dilakukan
I
Proses Pengolahan Tanah Pada gambar ini terlihat
aktivitas pengerajin yang
akan mengangkut tanah yang
sudah diolah untuk dijadikan
bahan gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Kegiatan Gambar Aktivitas yang dilakukan
2. Proses Pembentukan Gerabah
Gambar ini memperlihatkan
proses pembentukan
kerangka gerabah dari tanah
yang sudah diolah
3 Proses Pengeringan Gerabah Gambar disamping
menunjukkan proses
pengeringan dengan bantuan
panas matahari dan angin
gerabah setelah mendapatkan
bentuk yang sesuai.
4 Proses Pembakaran Gerabah
Kegiatan ini merupakan
proses pembakaran gerabah
kering oleh pengerajin.
Pembakaran ini dilakukan
menggunakan suhu
selama 8 – 12 jam.
5. Proses Pemolesan Gerabah
Tahap ini merupakan proses
pemolesan gerabah dengan
cara menempelkan bahan –
bahan yang digunakan seperti
kaca, anyaman, atau dnegan
cara diberi warna agar lebih
menarik dan siap dipasarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Kegiatan Gambar Aktivitas yang dilakukan
6. Proses Pengepakan Gerabah Jadi
Gambar gerabah di samping
adalah gerabah jadi dari hasil
akhir proses pemolesan.
Gerabah ini siap di packing
dan didistribusikan kepada
pemesan.
D. Aspek – Aspek Matematis yang Terdapat pada Aktivitas – Aktivitas yang
Dilakukan oleh Para Pengrajin Gerabah Kasongan, Bangunjiwo,
Kasihan Bantul dalam Proses Pembuatan Gerabah
Berikut aktivitas pengrajin Kasongan yang dilihat dari setiap aspek
matematis menurut Alan J Bishop:
1. Menghitung (Counting)
Dalam proses pembuatan gerabah langkah awal yang dilakukan oleh
para pengrajin adalah menghitung kemampuan ketersediaan sumber daya
manusia serta sumber daya alam yang tersedia berupa tanah sebagai bahan
dasar dalam pembuatan gerabah. Selain itu dalam proses pembuatan
gerabah para pengrajin juga akan menghitung untuk pengadaan bahan,
tenaga dan waktu yang akan digunakan sesuai dengan jumlah pemesanan
yang telah diterima. Hal ini dilakukan untuk menentukan estimasi biaya
dan waktu agar dalam proses penyelesaian gerabah tidak terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
keterlambatan didalam melakukan distribusi pemasaran kepada pihak
distributor.
Jika dalam pembuatan gerabah terjadi keterlambatan maka hal ini
akan mempengaruhi omset pihak pemesan yang merupakan para pedagang
gerabah. Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan para pengrajin. Selain itu kedua pihak yaitu pengrajin dan
pedagang akan mengalami kerugian. Oleh karena itu proses perhitungan
dalam pembuatan gerabah sangat menentukan keberhasilan bagi para
pengrajin. Hal ini ditentukan melalui tingkat pemesanan orderan yang
diterima oleh pengrajin. Semakin tepat perhitungan
2. Menentukan lokasi (Locating)
Kasongan merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa
Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.
Daerah ini berjarak dari pusat Kota Yogyakarta ke arah barat daya.
Letak daerah yang cukup strategi karena berada di tengah Kota Bantul ini
juga mempermudah daerah ini untuk dilalui transportasi umum yang
hendak melewati daerah ini. Kondisi jalan yang mendukung untuk dilalui
bus – bus besar juga memperlancar dan mendukung daerah ini untuk
dikunjungi oleh para wisatawan yang hendak melihat dan bahkan
memborong hasil kerajinan sebagai suatu kekhasan dari daerah ini.
Memasuki Gerbang Wisata Daerah Kasongan ini terdapat art shop di
sepanjang jalan Raya Kasongan.yang menyediakan tampilan berwarna –
warni dengan variasi bentuk yang beragam dan begitu menarik para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
wisatawan yang melewati daerah ini. Adapun hasil produk gerabah oleh
pengrajin yang berada di Kasongan ini termasuk kedalam produk yang
berkualitas tinggi dan kompetitif di pasar lokal dan global. Daerah ini
memiliki potensi lahan yang luasnya mencapai 34,4 hektar pekarangan
kering. Melalui ketersediaan sumber daya alam berupa lahan yang cukup
besar ini para pengrajin lebih dipermudah didalam penyediaan bahan baku
yang digunakan dalam pembuatan gerabah.
3. Mengukur (Measuring)
Pengrajin akan membuat gerabah dalam jumlah yang cukup banyak
untuk setiap bentuknya. Pemesanan dalam skala besar dilakukan apabila
telah terjadi suatu kesepakatan antara kedua belah pihak yang mana dalam
hal ini adalah pengrajin dan pemesan. Biasanya pemesanan dalam skala
besar dilakukan dengan cara pemesan menunjukkan sampel bentuk
gerabah yang dikehendaki. Kemudian pengrajin akan mencoba untuk
menirukan sampel tersebut. Dalam proses pembuatan gerabah pengrajin
menggunaan perkiraan untuk menentukan banyaknya bahan dan alat yang
digunakan agar dapat menghasilkan bentuk yang paling sesuai dengan
pemesanan. Setelah diperoleh bentuk yang sesuai pemesanan kemudian
dilakukan transaksi dengan pemesan. Apabila pemesan setuju dengan hasil
gerabah yang dibentuk pengrajin tersebut maka dilakukan kesepakatan
harga dan waktu pengambilan barang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
4. Merancang (Designing)
Di dalam proses pembuatan gerabah, pengrajin membuat suatu
rancangan bentuk gerabah dengan bahan yang telah tersedia. Hal ini
dilakukan terutama dalam menerima pesanan. Untuk menentukan harga
gerabah yang dibuat, pengrajin membutuhkan suatu rancangan dengan
perkiraan terhadap banyaknya bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
gerabah sesuai pemesanan. Semakin besar dan rumit bentuk gerabah yang
diinginkan maka harga yang diberikan juga akan semakin besar karena
membutuhkan bahan yang cukup banyak.
Pengrajin Kasongan membuat gerabah dengan berbagai bentuk dan
ukuran dengan harga yang berbeda. Mulai dari yang bentuk yang
sederhana seperti cobek, tungku, keren, tempayan, guci sampai bentuk
karikatur manusia bahkan karakter tokoh kartun anak. Bentuk – bentuk
tersebut dihasilkan sebagai hasil dari perkembangan jaman dan minat
konsumen yang semakin bervariasi sehingga pengrajin pun juga
melakukan inovasi dan kreatifitas di dalam memproduksi gerabah.
5. Bermain (Playing)
Di dalam pembuatan gerabah berupa karikatur wajah manusia,
pengrajin membayangkan ekspresi wajah sesungguhnya yang hendak
dibentuknya. Begitupun dalam membuat suatu ukiran yang terinspirasi
dari benda hidup. Pengrajin akan menggunakan gambaran sesungguhnya
sambil membuat bentuk ukiran yang sesuai. Selain itu dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
pembuatan gerabah pengrajin akan membuat suatu rencana agar dapat
memperoleh keuntungan maksimal dari hasil penjualan yang dilakukan.
Pilihan bentuk gerabah yang akan dibuat juga perlu dipertimbangkan
dan diperkirakan banyaknya dari setiap bentuk gerabah yang hendak
diproduksi. Hal ini dilakukan agar pengadaan bahan baku oleh pengrajin
dapat digunakan dengan optimal untuk menghasilkan gerabah yang sedang
laris dipasaran.
6. Menjelaskan (Explaining)
Meskipun tidak ada pemesanan namun pengrajin tetap membuat
gerabah sesuai dengan minat dan kreatifitasnya sendiri. Di sisi lain
pengrajin juga membuat gerabah dengan unsur sejarah atau cerita dibalik
gerabah yang dihasilkan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menarik
minat konsumen dan menambah nilai jual terhadap gerabah tersebut.
Selain nilai history dan seni dibalik gerabah yang diproduksi ada pula arti
lain yang dapat disampaikan melalui gerabah seperti penggunaan suatu
lambang atau simbol tertentu. Simbol atau lambang yang diwakilkan
dengan menggunakan gerabah ini seperti patung Dewi Sri yang
dilambangkan sebagai lambang kemakmuran dan patunga Bagong yang
juga merupakan lambang kemakmuran dan keberuntungan yang banyak
dipergunakan oleh pihak rumah makan atau restaurant.
Berikut aktivitas pengrajin Kasongan secara umum di dalam
memproduksi gerabah disajikan dalam tabel 4.3. Pada tabel tersebut akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
dirinci aspek – aspek matematis yang terdapat pada setiap aktivitas
pengrajin gerabah di Kasongan.
Tabel 4.4 Aspek matematis pada aktivitas pengrajin
Aktivitas Gambar Keterangan
1 Proses Pengolahan Tanah a. Menghitung (Counting)
Di dalam proses pengolahan
tanah yang dilakukan
pengrajin melakukan
perkiraan untuk
menentukan jumlah
perbandingan antara pasir,
tanah merah, dan tanah
coklat agar dapat
menghasilkan warna
campuran yang sesuai
pemesanan.
b. Menentukan lokasi
(Locating)
Pengambilan tanah
disesuaikan dengan letak
geografis kondisi tanah.
Apabila letak geografis
tanah berpotensi longsor
jika diambil maka tidaka
akan dilakukan
pengambilan didaerah
tersebut. Pengambilan tanah
tyang dilakukan juga
disesuaikan dengan bentuk
dari lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
disekitarnya. Jangan sampai
pengambilan yang
dilakukan memberikan
dampak negatif bagi
kelangsungan hidup
lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu pemetaan
yang jelas untuk daerah
yang lahannya secara
khusus digunakan sebagai
sumber pengadaan untuk
bahan kerajinan perlu
dipastikan terlebih dahulu.
c. Mengukur (Measuring)
Pengambilan tanah dan
penimbunan tanah
dilakukan disuatu tempat
pengolahan tanah dengan
volume tertentu sesuai
dengan kebutuhana
pemesanan yang diterima.
Tanah diambil dari
beberapa tempat yaitu tanah
hitam diambil dari lahan
khusus di Desa
Bangunjiwo, tanah merah
diambil dari Kulonprogo
dan pasir dari sungai progo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
2. Proses Pembentukan Gerabah a. Menghitung (Counting)
Didalam pembentukan
gerabah ini pengrajin
menggunakan perhitungan
waktu, kesulitan, tenaga dan
bahan yang dipergunakan
untuk menentukan nominal
harga yang tepat untuk
diberikan kepada pemesan.
Untuk menentukan bentuk
yang tepat pengrajin
menggunakan perkiraan
terkait alat yang akan
dipergunakan sehingga
menghasilkan bentuk
gerabah yang sesuai.
Kesalahan dalam membuat
bentuk oleh pengrajin masih
bisa dibenahi dengan cara
pemberian air selama masih
dalam tahan pembentukan.
b. Menentukan Lokasi
(Locating)
Didalam proses ini tahapan
pengrajin dalam membentuk
banyak menggunakan
bentuk dasar melingkar atau
elips yang kemudian bentuk
akan disesuaikan dengan
sampel model yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
digunakan. Bentuk ini
diperoleh dengan cara
merotasikan tanah pada
pemutar dan menyentuhnya
sesuai dengan bagian yang
hendak dibentuk. Gerabah
yang dihasilkan ini memiliki
koordinat 3d dengan posisi
dan bentuk yang beragam.
c. Mengukur (Measuring)
Didalam hal ini pengukuran
dilakukan untuk
mendapatkan bentuk dengan
ukuran yang proporsional.
Perbandingan antara jumlah
pemesanan dan tenaga yang
digunakan haruslah tepat
dan seimbang agar tercapai
ketepatan dalam waktu
pengiriman yang telah
disepakati. Sifat dari bahan
yang digunakan untuk
membuat gerabah ini pun
perlu untuk disesuikan
dengan perlakuan yang
diberikan agar diperoleh
hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Pada proses
pembentukan yang paling
membutuhkan waktu lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
adalah dalam proses
penghalusan permukaan
gerabah. Ukuran gerabah
yang diinginkan dapat
disesuaikan memperbesar
skala dari model yang
digunakan melalui
penambahan bahan atau
memperkecil ketebalan
gerabah yang disesuaikan
dengan bentuk.
d. Merancang (Designing)
Pada tahap ini pengrajin
akan menggunakan
rancangan berupa model
atau miniatur dari bentuk
gerabah yang akan dibentuk.
Jika telah mendapatkan
bentuk yang sesuai maka
akan dibentuk gerabah
dengan ukuran yang
sebenarnya.
e. Bermain (Playing)
Bentuk yang dipilih
pengrajin jika tidak
mendapatkan pemesanan
maka akan disesuaikan
terhadap kemungkinan
bentuk yang sedang banyak
diminati dipasaran dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
sedang begitu dekat dengan
hal yang sedang umum
diperbincangkan.
f. Menjelaskan (Explaining)
Di balik proses
pembentukan ini terdapat
cerita dan makna tersendiri
untuk setiap bentuk gerabah
yang menjadi pilihan.
3. Proses Pengeringan Gerabah a. Menghitung (Counting)
Pada proses pengeringan ini
pengrajin menggunakan
perkiraan untuk menentukan
banyaknya gerabah yang
dikeringkan atau dijemur
yang disesuaikan dengan
area penjemuran. Kekuatan
angin mempengaruhi proses
pengeringan yang
dilakukan.
b. Mengukur (Measuring)
Pada proses ini intensitas
suhu matahari menentukan
cepat lambatnya proses
pengeringan yang
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
c. Merancang (Designing)
Pada proses pengeringan ini
bentuk gerabah menentukan
banyak sedikitnya gerabah
yang mampu untuk
dikeringkan, karena
disesuaikan dengan area
pengeringan.
d. Menentukan Lokasi
(Locating)
Dalam proses pengeringan
yang dilakukan pengrajin
akan menentukan lokasi
dengan intensitas suhu
matahari yang cukup tinggi
agar proses pengeringan
dapat dilakukan dengan
sempurna. Selain itu tempat
lokasi yang dipilih juga
harus strategis dan jauh dari
keramaian orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
4. Proses Pembakaran Gerabah a. Menghitung (Counting)
Proses pembakaran yang
dilakukan menggunakan
perhitungan waktu. Adapun
perhitungan untuk
menentukan lamanya waktu
pembakaran dimulai dari
perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk proses
pembakaran sampai pada
proses gerabah dapat
dikemas.
b. Mengukur (Measuring)
Pembakaran dilakukan jika
jumlah gerabah yang hendak
dibakar telah memenuhi
tempat pembakaran. Hal ini
dilakukan agar bahan bakar
yang digunakan tidak
mengalami pemborosan. Hal
ini dilakukan karena banyak
sedikitnya gerabah yang
dibakar banyakanya bahan
bakar dan waktu yang
dibutuhkan yang dibutuhkan
akan tetap sama. Adapun
waktu yang dibutuhkan
untuk pemabkaran ini
berlangsung 8 – 12 jam
dengan suhu 1200℃.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
c. Merancang (Designing)
Sifat bahan yang dibakar
dapat menjadi pertimbangan
untuk menentukan kualitas
terbaik yang dapat diperoleh
dari pembakaran yang
dilakukan. Untuk gerabah
berbahan baku tanah hitam
semakin lama waktu
pembakaran yang
dipergunakan maka hasil
yang diperoleh akan
semakin baik. Sedangkan
untuk gerabah berbahan
baku tanah merah
pembakaran dalam waktu
yang relative lebih singkat
agar diperoleh hasil gerabah
yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
5. Proses Pemolesan Gerabah a. Menghitung (Counting)
Pada proses ini pengrajin
melakukan pengukuran
untuk memperkirakan bahan
yang dipergunakan didalam
melapisi gerabah. Selain itu
pengrajin juga akan
mempertimbangkan berat
dari bahan yang
dipergunakan sebagai
lapisan agar tidak
mempengaruhi kualitas dari
kekuatan gerabah tersebut.
b. Mengukur (Measuring)
Berat bahan yang
dipergunakan untuk melapisi
dan luas daerah permukaan
yang hendak dilapisi serta
banyaknya perekat yang
digunakan menjadi
pertimbangan pengrajin
didalam menentukan harga
yang diberikan. Gerabah
dengan berat yang cukup
besar menggunakan lapisan
dengan bahan yang memiliki
berat lebih kecil
dibandingkan dengan
gerabah. Hal ini dilakukan
untuk menyeimbangkan
kondisi gerabah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
hendak dipasarkan.
c. Merancang (Designing)
Bahan yang dipergunakan
oleh pengrajin sebagai
lapisan dipilih yang sesuai
dengan bentuk gerabah yang
hendak dilapisi. Gerabah
dengan permukaan yang
memiliki banyak
lengkungan lapisan yang
digunakan berbahan lentur
sehingga mudah untuk
disesuaikan dengan
permukaan gerabah.
Sedangkan untuk gerabah
yang memiliki permukaan
relatif rata pengrajin
mempergunakan bahan yang
lebih kaku seperti kaca.
d. Bermain (Playing)
Untuk mendapatkan hasil
olahan gerabah yang lebih
indah dan baik maka
dibutuhkan perasaan
menyenangkan yang
dirasakan oleh pengrajin.
Hal ini dapat memunculkan
inspirasi baru bagi pengrajin
di dalam membuat suatu
strategi didalam membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
rencana pembuatan gerabah
dengan lapisan yang tepat
dan sesuai dengan minat
dipasaran.
e. Menjelaskan(Explaining)
Pengrajin akan melakukan
klasifikasi berdasarkan dari
ukuran dan bentuk gerabah
yang umumnya diminati
dipasaran untuk
memperkirakan banyaknya
jenis lapisan yang akan
dipergunakan. Proses
melapisi ini dilakukan tanpa
menghilangkan bentuk asli
dan dari gerabah aslinya.
Sehingga diperlukan
kesamaan sifat dari barang
yang akan digunakan untuk
melapisi dengan bentuk
gerabah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
6. Proses Pengepakan Gerabah Jadi a. Menghitung (Counting)
Adapun harga gerabah yang
dibandrol oleh pengrajin
untuk setiap itemnya
ditentukan dari ukuran dan
tingkat kesulitan gerabah
yang dipesan
b. Mengukur (Measuring)
Harga setiap item gerabah
untuk jenis anglo atau keren
berkisar mulai dari Rp 5000
sampai Rp 6000. Sedangkan
harga setiap item gerabah
untuk jenis karater kartun
seperti hello kitty, minion
dan berbagai bentuk unik
sesuai dengan pemesanan
berkisar mulai dari Rp 8000
sampai Rp1.000.000. Harga
gerabah dengan balutan kaca
berkisar mulai dari Rp
50.000 sampai Rp 300.000.
Gerabah dengan balutan
kaca ini dibandrol harga
yang lebih mahal daripada
gerabah dengan balutan
anyaman yang harganya
berkisar mulai dari Rp
20.000 sampai Rp 200.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
b. Merancang (Designing)
Ukuran besar kecil gerabah
yang akan dilapisi menjadi
pertimbangan pengrajin
untuk menetukan lapisan
yang tepat digunakan agar
gerabah yang telah dipoles
dengan balutan lapisan
memiliki kesan yang elegan
dan menarik. Pilihan bahan
yang dipergunakan
pengrajin sebagai pelapis
tidak semuanya disamakan,
namun tetap disesuaikan
dengan bentuk geometris
dari gerabah tersebut.
Gerabah yang aslinya
terlihat biasa saja akan
menjadi gerabah yang lebih
menarik dengan balutan dan
polesan yang telah
disesuaikan oleh pengrajin.
Hal ini akan menambah
income bagi pengrajin jika
dibandingkan dengan harga
dari gerabah aslinya.
c. Bermain (Playing)
Di dalam menentukan harga
gerabah yang telah dipoles
pengrajin tetap harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
E. Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika sebagai Masalah
Kontekstual
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat
diperoleh implimentasinya di dalam pembelajaran matematika sebagai
masalah kontekstual. Adapun masalah kontekstual yang dapat dibuat dengan
menyesuaikan dengan harga
pasaran. Aktivitas ini
dilakukan karena sudah
menjadi aturan bagi
pengrajin didalam
pemberian harga, agar tidak
mengakibatkan kerugian
bagi pengrajin serupa jika
harga yang diberikan
memiliki selisih yang besar.
d. Menjelaskan(Explaining)
Di dalam menghasilkan
suatu produk baru pengrajin
akan membuat suatu sampel
kecil terlebih dahulu.
Apabila hasil yang diperoleh
postif maka pengrajin akan
mengembangkan pada
produk gerabah dengan
ukuran yang lebih besar dan
bentuk yang lebih bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
menggunakan hasil penelitian ini berkaitan dengan bidang ekonomi
matematika meliputi:
1. Materi aritmatika sosial di dalam menentukan harga gerabah agar
diperoleh keuntungan bagi pengrajin.
2. Perhitungan harga gerabah dengan pertimbangan bahan baku dan biaya
pembakaran sampai pemolesan.
3. Menentukan harga eceran gerabah dari bahan baku tanah liat yang
dipergunakan untuk memproduksi gerabah tersebut dengan
menggunakan perhitungan integral volume dalam menentukan volume
satu gerabah.
Berikut adalah beberapa contoh masalah kontekstual sebagai implementasi dalam
pembelajaran matematika yang dapat dipergunakan sebagai ide dalam menyusun
permasalahan kontekstual yang lain:
1. Seorang pengrajin Kasongan menggunakan 4
1kol tanah liat untuk
memproduksi gerabah dengan harga Rp 100.000,00. Dari 4
1kol tanah liat
tersebut pengrajin mampu memproduksi 10 gerabah tempayan dengan
biaya setiap pembakaran sebesar Rp 400.000,00 untuk jumlah tidak lebih
dari 50 gerabah. Jumlah gerabah yang melebihi ketentuan akan dikenai
biaya tambahan pembakaran sebesar Rp 100.000,00 namun jika jumlah
gerabah yang akan dibakar kurang dari ketentuan maka biaya tetap sebesar
Rp 400.000,00. Tentukan kemungkinan harga jual 1 gerabah tempayan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
yang dapat diberikan oleh pengrajin agar pengrajin tetap mendapatkan
keuntungan maksimal!
2. Berapa harga jual yang diberikan untuk 1 gerabah berbentuk ikan yang
akan digunakan sebagai hiasan taman seperti gambar berikut:
jika diketahui biaya untuk seriap 1 liter
tanah sebesar Rp 5.000,00 dan ukuran
gerabah ikan untuk tinggi ikan 30 cm,
lebar 15 cm dan panjangnya 45 cm maka
tentukan cara untuk memperoleh harga 1 gerabah ikan berdasarkan dari
biaya tanah yang dipergunakan!
3. Seorang pengrajin membentuk gerabah dengan berat satu gerabah sebesar
5 kg sebanyak 10 gerabah. Kemudian gerabah tersebut dibakar dan
mengalami penyusutan sebesar 1 % dari berat semula setiap 2 jam secara
eksponensial. Jika pembakaran dilakukan selama 14 jam maka tentukan
berat gerabah yang akan di packing setelah 14 jam !
F. Keterkaitan antara Hasil Penemuan dengan Pembelajaran Matematika
Hasil penemuan dalam penelitian ini menghasilkan suatu pemahaman
baru tentang suatu budaya yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran dalam
dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika. Keterkaitan ini
dapat dilihat dari penjabaran aktivitas pengrajin di Daerah Kasongan melalui
aspek matematis fundamental menurut Alan J. Bishop. Adapun keterkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
antara hasil penemuan dalam penelitian ini dengan pembelajaran Matematika
adalah sebagai berikut:
1. Di dalam proses pembuatan gerabah dan aktivitas yang dilakukan
oleh pengrajin, penggunaan ilmu matematika secara langsung
maupun tidak langsung memiliki peran cukup pada aspek
mengukur, menghitung, merancang dan mengalokasi.
2. Keterkaitan antara budaya dengan aktivitas yang dianggap sebagai
suatu hal yang biasa ternyata dihubungkan oleh ilmu matematika.
Oleh karena itu hal ini dapat digunakan oleh guru atau pendidik
untuk menunjukkan kepada siswa atau peserta didik tentang
manfaat belajar matematika.
3. Pendekatan secara saintifik dapat digunakan melalui pengenalan
budaya sekitar sebagai contoh adalah budaya yang ada di daerah
Kasongan sebagai awal penjelasan masuk pada materi bangun
ruan atau perhitungan luas serta volume dari bangun tak beraturan
dengan menggunakan aturan integral.
4. Melalui hasil penemuan ini pula dapat menjadi referensi bagi guru
untuk memberikan suatu pembelajaran dalam bentuk pemberian
proyek bagi siswa untuk menemukan unsur matematis yang
terdapat di daerah sekitar tempat tinggal mereka.
5. Berdasarkan dari hasil penemuan yang diperoleh ini dapat
digunakan sebagai referensi untuk menuliskan bahwa terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
keterkaitan antara suatu budaya disekitar dengan penggunaan ilmu
matematika.
6. Hasil penemuan ini dapat digunakan untuk membantu guru atau
pendidik didalam memberikan pemahaman kepada siswa atau
peserta didik bahwa untuk belajar matematika dibutuhkan suatu
proses dan latihan tidak hanya sekedar menghapalkan rumus
matematika.
7. Melalui hasil penemuan dalam penelitian ini pula menunjukkan
bahwa matematika tidak hanya berupa perhitungan dengan
penggunaan rumus yang harus dihapalkan, namun untuk belajar
matematika dapat dilakukan melalui sejarah suatu daerah atau
budaya dari daerah setempat sehingga pelajaran matematika akan
menjadi suatu pelajaran yang mengasyikan untuk dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
BAB V
PEMBAHASAN
IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Pengembangan dalam Ilmu Pendidikan
1. Masalah Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Berdasarkan dari hasil penemuan dan pengolahan data pada bab
sebelumnya diperoleh beberapa manfaat yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Adapun salah satu
manfaat yang dapat diperoleh adalah di dalam pengembangan menjadi
masalah kontekstual. Masalah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
masalah matematika. Di dalam kurikulum 2013 masalah kontekstual
adalah permasalahan yang diharapkan dapat disampaikan kepada siswa
untuk menjadi bahan atau materi diskusi dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut menjadi salah satu dari tujuan kurikulum 2013 yakni
mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa secara lebih aktif, kreatif,
inovatif dan mandiri di dalam menentukan suatu penyelesaian terhadap
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari berkaitan dengan
materi yang sedang dipelajari.
Masalah kontekstual adalah suatu masalah yang diambil dari
peristiwa nyata dalam kehidupan. Aktivitas dan potensi serta sejarah
budaya yang terdapat di daerah Kasongan merupakan salah satu peristiwa
nyata yang dapat diangkat kedalam masalah matematika secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
kontekstual. Hal ini dapat dipermudah karena antara budaya Kasongan
dengan aspek matematis memiliki kerterkaitan seperti pada penjelasan
peneliti pada bab sebelumnya. Berikut adalah beberapa contoh masalah
kontekstual yang dapat disusun dari hasil penemuan dalam penelitian ini
dan sesuai dengan kompetensi dasar pada materi matematika di kurikulum
2013 yang disajikan dalam bentuk tabel 5.1.
Tabel 5.1 Contoh Masalah Kontekstual dalam Matematika Peminatan
dan Matematika Wajib yang disesuaikan KD pada Kurikulum 2013 untuk
tingkat kelas X dan XI
No Kelas Kompetensi Dasar Soal
1. X 3.1 Mendeskripsikan dan
menentukan
penyelesaian fungsi
eksponensial dan fungsi
logaritma menggunakan
masalah kontekstual,
serta keberkaitanannya
Seorang pengrajin membuat
gerabah sebanyak 20 gerabah. 1
gerabah beranya 4 kg. Setelah
mengalami proses pembakaran
selama 14 jam berat 1 gerabah
menjadi 2,5 kg maka tentukan
besar penyusutan yang dialami
gerabah!
2. XI 4.2Menyelesaikan masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan
program linear dua
variable
Seorang pengrajin hendak
mengirim gerabah hasil
produksinya yang terdiri atas
500 gerabah berbentuk
tempayan dan 300 gerabah
berbentuk tokoh kartun. Untuk
keperluan tersebut ia menyewa
truk dan mobil pick up. Truk
dapat memuat 25 gerabah
berbentuk tempayan dan 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
No Kelas Kompetensi Dasar Soal
gerabah berbentuk tokoh
kartun. Sedangkan mobil pick
up dapat memuat 10 gerabah
berbentuk tempayan dan 50
gerabah berbentuk tokoh
kartun. Biaya untuk menyewa
sebuah truk Rp 400.000,00
sedangkan biaya untuk
menyewa sebuah mobil pick up
Rp 200.000,00. Tentukan
jumlah truk dan mobil pick up
yang harus disewa agar biaya
pengiriman yang dikeluarkan
oleh pengrajin dapat minimium!
3. 4.3Menyelesaikan masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan
matriks dan operasinya.
Pak Watijo adalah seorang
pengusaha tanah liat, untuk
menghasilkan tanah liat yang
baik dibutuhkan 3 jenis tanah
yaitu pasir, tanah hitam dan
tanah merah. Setiap bulannya ia
membeli 1 truk pasir, 5 pick up
tanah merah dan 3 pick up
tanah hitam dengan total biaya
Rp 16.000.000. Pada tempat
yang sama setiap bulannya Pak
Karjo sebagai seorang pengrajin
membeli truk pasir, 3 pick up
tanah merah dan 1 pick up
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
No Kelas Kompetensi Dasar Soal
tanah hitam dengan total biaya
Rp 7.375.000,00. Pak Tejo
membeli pick up tanah merah,
truk pasir dan pick up tanah
hitam kepada tengkulak tanah
yang sama dengan Pak Watijo
dan Pak Karjo dengan total
harga Rp 3.252.000,00. Jika
Pak Riko hendak membeli
truk pasir dan pick up tanah
tentukan harga yang harus
dibayar pak Ricko
menggunakan operasi matriks!
2. Materi Matematika Tingkat Atas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengenalan untuk materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, dan Operasi Aljabar pada tingkat
SMP. Sedangkan pada pembelajaran Matematika tingkat SMA hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru untuk pengenalan
materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel, Geometri Bidang Ruang,
Kalkulus Integral untuk perhitungan Volume dan Luas Daerah, Program
Linear, Irisan Kerucut dan Peluang Kejadian Majemuk. Melalui hasil
penelitian ini guru atau pendidik dapat menggunakannya sebagai bahan
memotivasi siswa untuk menarik minat dan semangat siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
mempelajari materi perhitungan volume dan luas permukaan bangun ruang
menggunakan kalkulus integral dan materi lain yang dapat dihubungkan
dengan hasil penelitian ini.
Penggunaan hasil penelitian ini untuk beberapa materi Matematika
tingkat atas seperti yang telah disebutkan dapat diterapkan pada pembuatan
soal kontekstual dengan tingkat kesulitan soal secara bertahap dan atau
sebagai referensi didalam pengadaan alat peraga. Berikut adalah beberapa
contoh soal pada beberapa materi yang dapat dikaitkan dari hasil penelitian
untuk tingkat SMP dan SMA:
a. Pada tingkat SMP
1) Operasi Aljabar dan penggunaan Logika Matematika
Seorang pengrajin gerabah menerima pesanan bak berbentuk
balok dari tanah liat. Bak yang dipesan harus mampu menampung
air sebanyak 5000 liter. Jika bak tersebut memiliki ukuran
panjang (8x - 10) m, lebar (x + 2) m dan tinggi x m maka
tentukan nilai x yang mungkin agar diperoleh ukuran bak yang
dapat dibuat pengrajin apabila ukuran maksimal gerabah yang
dapat dibakar setinggi 2 meter dan jika biaya tanah yang
digunakan pengrajin sebesar Rp 25.000,00 / meter maka tentukan
harga bak tersebut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
2) Sistem Persamaan linear dua variable
Seorang pengrajin akan membuat gerabah menggunakan tanah
liat dengan perbandingan tanah merah dan pasir yang digunakan
3:2. Dengan menggunakan perbandingan tersebut pengrajin
mampu menghasil gerabah dengan ukuran kecil sebanyak 50
gerabah. Jika pengrajin mendapat pemesanan sebanyak 125
gerabah berapa berapa perbandingan tanah merah dan pasir yang
dipergunakan oleh pengrajin?
3) Bangun Ruang
Seorang pengrajin hendak membuat
gerabah berbentuk tabung pejal seperti
pada gambar di samping. Diketahui
tinggi tabung 35 cm, ukuran tutup tabung
= alas tabung dengan ketebalan tutup = 1
cm, diameter tutup 16 cm dan sisa panjang diameter tutup dengan
diameter tabung 1 cm. Jika biaya tanah liat setiap
maka tentukan harga gerabah tersebut!
b. Pada tingkat SMA
1) Geometri bidang ruang dan penggunaan
Seorang pengrajin gerabah hendak membuat gerabah gabungan
berbentuk kubus dengan limas segiempat didalamnya. Jika ukuran
panjang kubus 12 cm maka tentukan ukuran panjang sisi tegak
limas agar dapat dengan tepat berada didalam kubus dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
posisi puncak limas berada ditengah – tengah bagian bawah
kubus!
2) Kalkulus Integral
Gerabah sketsa kurva gerabah
Tentukan volume air yang mampu ditampung oleh gerabah
tersebut sampai penuh jika diketahui ukuran tinggi gerabah 40 cm
ketebalan gerabah 5 cm, dan lebar maksimal gerabah 25 cm !
3) Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Di sebuah art shop Ali, Budi dan Cika mendapatkan voucher
belanja sebesar Rp 1.500.000,00 untuk pembelian 30 gerabah.
Kemudian ketiganya memutuskan untuk membaginya dengan
melakukan pembelian terhadap 3 jenis gerabah untuk untuk setiap
anak sebanyak 10 gerabah dengan rincian sebagai berikut: Ali
membeli 4 gerabah berbentuk bagong, 1 gerabah berbentuk hello
kitty dan sisanya gerabah berbentuk katak dengan total
pembayaran Rp 495.000,00, Budi membeli 3 gerabah berbentuk
bagong, 2 gerabah berbentuk hello kitty dan 5 gerabah berbentuk
katak dengan total pembayaran Rp 420.000,00 sedangkan Cika
membeli 2 gerabah berbentuk bagong, 5 gerabah berbentuk hello
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
kitty dan 3 gerabah berbentuk katak dengan total pembayaran Rp
405.000,00. Tentukan harga satu gerabah untuk setiap jenisnya
dan harga seluruh gerabah jenis katak yang dibeli oleh Ali !
4) Program linear
Seorang pengrajin memiliki lahan tanah tidak kurang dari 20 ha.
Ia merencanakan akan menggunakan lahan seluas 6 ha sampai
dengan 10 ha sebagai bahan untuk membuat gerabah dan untuk
tempat pembakaran seluas 4 sampai 6 ha. Untuk bahan
pembuatan gerabah per hektarnya diperlukan biaya Rp
1.000.000,00 sedangkan untuk tempat pembakaran per hektarnya
diperlukan biaya Rp 500.000,00. Agar biaya lahan tanah
minimum, tentukan berapa luas masing – masing lahan tanah
sebagai bahan gerabah dan lahan sebagai tempat pembakaran
yang digunakan!
5) Statistika
Pak Timbul memiliki sebuah usaha gerabah dengan 5 orang
karyawan. Di dalam proses produksi gerabah terdapat 5 proses
utama yang perlu dilakukan yaitu mulai dari pengadaan bahan,
pembentukan, pembakaran, finishing dan pemasaran. Untuk
setiap proses yang dilakukan diperlukan 1 orang karyawan. Tahun
lalu Pak Timbul memberikan gaji kepada 5 orang karyawan
menurut kinerja mereka dalam satuan ribuan rupiah sebagai
berikut: 480, 360, 650, 700, 260. Tahun ini gaji mereka naik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
15% bagi karyawan yang gajinya kurang dari Rp 500.000,00 dan
10% bagi karyawan yang gajinya lebih dari Rp 500.000,00.
Tentukan rata-rata besarnya kenaikan gaji mereka per bulan !
B. Pengembangan dalam Masyarakat
Melalui hasil penelitian ini masyarakat dapat mengetahui bahwa di
dalam proses pembuatan gerabah oleh pengrajin di daerah Kasongan terdapat
unsur matematis yang mengiringi proses terbentuknya gerabah selain unsur
seni dan sejarah yang telah diketahui selama ini. Unsur matematis yang dapat
ditemukan dalam proses produksi gerabah ini begitu banyak dan dapat
ditemukan mulai dari pengadaan bahan sampai pada proses pemasaran yang
dilakukan. Untuk setiap proses yang dilakukan ini jika diuraikan secara lebih
rinci dapat dilihat bahwa secara langsung maupun tidak langsung, para
pengrajin ataupun pengusaha gerabah telah melibatkan ilmu Matematika
dalam proses yang dilakukan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
wawasan bagi masyarakat untuk dapat menggunakan dan mengembangkan
seni dan sejarah dari daerah setempat dengan mengkaitkan terhadap ilmu
Matematika yang telah dipahami selama ini.
Ilmu Matematika yang selama ini oleh masyarakat umum dipandang
sebagai ilmu yang hanya berkaitan dengan rumus dan pelajaran sekolah bisa
dipahami sebagai ilmu umum yang dipergunakan dalam berbagai bidang
kehidupan. Melalui hasil penelitian ini pula wawasan masyarakat akan
manfaat mempelajari ilmu Matematika dapat lebih diperhatikan. Melalui hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
penelitian ini pula masyarakat dapat lebih menghargai nilai seni dan sejarah
dari suatu daerah. Sehingga untuk kedepannya sejarah dan seni daerah
setempat dapat lebih dilestarikan oleh masyarakat dari daerah tersebut dengan
menonjolkan sisi budaya dibalik sejarah dan seni tersebut. Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai inspirasi bagi masyarakat untuk semakin
mengembangkan budaya dari daerahnya didalam memberikan inovasi baru
tanpa menghilangkan kekhasan dari budaya tersebut.
C. Pengembangan Karakter
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
pengembangan karakter bagi pengrajin. Melalui penelitian yang dilakukan
pengrajin dapat mempelajari semangat dan usaha kerja keras untuk
menjalankan usaha yang dilakukan. Selain itu hal lain yang diperoleh
pengrajin adalah ketelitian, kecermatan, dan kreatifitas untuk selalu dapat
memberikan inovasi baru terhadap konsumen. Karakter pengrajin yang hanya
menerima kondisi tidak akan membuat pengrajin menjadi berkembang
dengan pesat, karena persaingan dagang yang semakin banyak dan begitu
keras di Daerah Kasongan. oleh karena inovasi baru terhadap olahan gerabah
dapat menarik pengrajin untuk dapat lebih mengembangkan usaha dan bakat
seni yang dimilikinya.
Hal ini juga mampu disampaikan kepada peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran ketekunan dan kreatifitas siswa
juga perlu diasah dan dibentuk untuk menghasilkan suatu pribadi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
mampu bersaing dalam generasi net ini. Semangat untuk terus mencari cara
baru yang lebih baik melalui pribadi yang jujur akan semakin menambah
karakter baik siswa tersebut digenerasi yang rawan akan plagiarisme atau
copy paste terhadap suatu karya atau hal lain yang serupa.
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru, pendidik atau
pihak lain yang hendak memberikan pengembangan karakter siswa atau
peserta didik melalui pengalaman dari aktivitas para pengrajin gerabah.
Keuletan yang dimiliki pengrajin juga dapat digunakan sebagai contoh untuk
mengembangkan karakter siswa didalam proses belajar. Pengrajin yang ulet,
dan terampil didalam membuat gerabah dengan menggunakan alat sekreatif
mungkin akan mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
pengrajin yang tidak melakukan perubahan dalam hidupnya.
Terdapat pengrajin yang juga memiliki karakter untuk tetap
mempertahankan hasil gerabah milik keluarga tanpa ada perubahan yang
dilakukan. Karakter pengrajin demikian menunjukkan bahwa pengrajin
memiliki prinsip kuat untuk selalu mempertahankan bakat warisan keluarga
turun – temurun. Karakter pengrajin dengan prinsip yang kuat merupakan
contoh karakter yang baik, namun tetap perlu untuk kita olah kembali prinsip
yang demikian. Pengolahan ini dilakukan dengan melakukan penyesuaian
terhadap perkembangan jaman tanpa menghilangkan warisan keluarga. Hal
ini dapat kita sampaikan kepada para siswa atau peserta didik bahwa dalam
proses pembelajaran sikap ulet penting untuk dimiliki jika hendak
mengembangkan bakat yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Pada tingkat sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas
karakter ulet, terampil, kreatif dan memiliki semangat untuk mengembangkan
sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru dan lebih menarik ini
dapat diberikan kepada siswa secara lebih khusus pada kegiatan
ekstrakurikuler. Berbagai karakter tersebut lebih mengembangkan otak kanan
siswa atau peserta didik. Hal ini baik dilakukan untuk membantu siswa
menyeimbangkan kegunaan kedua otak yang dimiliki.
Melalui hasil penelitian ini guru atau pendidik mampu mengetahui
peran dan keterkaitan antara budaya dengan ilmu matematika. Terdapat aspek
matematis yang melekat pada setiap aktivitas pengrajin di Daerah Kasongan
dan telah membudaya karena telah dilakukan secara turun – temurun.
D. Keterbatasan Penelitian
Adanya keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan biaya bagi peneliti
dalam melakukan penelitian ini sehingga hasil yang diperoleh masih terdapat
kekurangan. Adapun kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
a. Belum terdapat uraian yang menjelaskan tentang teknik njubung
dan teknik putar yang dilakukan oleh pengrajin serta menunjukkan
perbedaan dari kedua teknik tersebut
b. Belum terdapat uraian tentang tempat dan kondisi daerah yang
tanah atau lahannya digunakan sebagai bahan untuk memproduksi
gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
c. Belum memberikan uraian yang mengkaitkan dengan perhitungan
secara fisika untuk menghitung beban maksimal yang mampu
dibebankan padai keren atau anglo dalam proses memasak jaman
dulu
d. Belum memberikan pengembangan secara lebih rinci untuk paket
pembelajaran dan contoh penggunaan alat peraga yang mampu
dihasilkan dengan menggunakan hasil penelitian yang diperoleh
e. Belum terdapat data mengenai pandangan dan minat konsumen
terhadap gerabah yang berada di Kasongan
f. Penelitian ini hanya berlaku pada pengrajin yang berada di
Kasongan Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, DIY yang digunakan sebagai subyek penelitian dan
narasumber oleh peneliti
E. Refleksi
Di dalam penelitian yang dilaksanakan ini peneliti memperoleh
pengalaman baru. Adapun pengalaman baru yang diperoleh peneliti dalam hal
ini berupa semangat kerja keras, terus berinovasi dan pantang menyerah.
Pribadi yang memiliki semangat pantang menyerah akan membuahkan hasil
yang optimal dan membanggakan. Sesuatu yang dianggap biasa bagi
kebanyakan orang, akan menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi jika
mendapatkan polesan dari suatu seni dan ide kreatif yang inovatif. Semangat
untuk berusaha mendapatkan ide baru selalu perlu untuk diasah. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
dilakukan apabila hendak memiliki usaha yang lebih berkembang luas dan
income (pemasukan) yang baik melalui baka seni dan kreatif dalam mengolah
tanah.
Tanah merupakan hal yang penting dalam kehidupan, meskipun
peran tanah dalam kehidupan manusia tidak setiap saat disadari. Namun bagi
sebagian orang tanah adalah sumber kehidupan, karena melalui tanah mereka
dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kehidupan mereka. Begitu
pentingnya tanah bagi mereka sehinga untuk sebagian orang ini penggunaan
tanah begitu dioptimalkan dan menjadi pemikiran yang utama agar
penggunaan tanah dalam intensitas sering tidak mengganggu keseimbangan
alam lingkungan disekitarnya.
Melalui penelitian yang saya lakukan ini saya belajar akan arti
kegunaan tanah tanpa merugikan daerah disekitar melalui pengolahan yang
dilakukan oleh pengrajin ataupun pengusaha yang menggunakan tanah
sebagai bahan utama bagi mata pencaharian mereka. Kebanyakan pengrajin
menggunakan tanah yang sudah dalam bentuk olahan siap untuk digunakan.
Tanah olahan ini diperoleh dari pengusaha tanah lempung atau tanah liat.
Pengusaha tanah ini mengambil dari daerah – daerah yang mayoritas masih
memiliki lahan luas. Meskipun demikian namun dalam proses pengambilan
tanah yang dilakukan tetap dalam aturan yang berlaku.
Meskipun kebutuhan akan penggunaan tanah ini meningkat namun
tetap dalam pengambilan yang dilakukan tetap penting untuk memperhatikan
kondisi tanah atau letak geografis dari daerah tersebut. Pengambilan tanah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
suatu daerah tidak boleh dilakukan melebihi batas pada letak yang sama, agar
kondisi dan bentuk geografis dari tanah tersebut tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Untuk menyeimbangkan proses ini kemudian dilakukan
penanaman kembali untuk daerah yang tanahnya dipergunakan sebagai usaha.
Melalui proses penelitian ini peneliti memperoleh tambahan pengetahuan dan
wawasan akan makna dari suatu proses. Untuk membentuk sesuatu hal yang
indah ternyata dibutuhkan proses yang cukup panjang dan tidak mudah
sebagai contoh gerabah.
Gerabah jadi yang siap dijual mengalami proses panjang untuk
sampai pada bentuk gerabah dengan nilai jual tertentu. Mulai dari pengadaan
bahan dari beberapa campuran seperti pasir, tanah merah, tanah hitam dan air
secukupnya yang kemudian digiling sampai benar – benar halus sehingga siap
untuk dibentuk oleh pengrajin sesuai dengan bakat seni, kreatifitas dan
imajinasi dari pengrajin tersebut dalam mengolah tanah menjadi bentuk yang
indah. Setelah diperoleh bentuk yang telah sesuai kemudian gerabah
dikeringkan dengan cara dijemur, proses pengeringan ini hanya
mengandalkan cahaya matahari sehingga jika musim hujan tiba maka proses
pengeringan ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Gerabah yang
telah kering kemudian dibakar pada suhu selama kurang lebih 7 jam
setelah itu masuk kedalam proses pendinginan selama semalam baru gerabah
siap dijual. Proses yang cukup panjang namun harga jual yang diperoleh
kadang tidak sebanding dengan proses yang dilalui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Melalui penelitian ini peneliti menjadi lebih paham akan arti suatu
proses dan bagaimana usaha setiap orang untuk tetap bertahan hidup dengan
pemasukan yang seadanya. Bakat dan seni kadang tidak menjadi prioritas
utama bagi sebagian orang. Namun berbeda halnya bagi para pengrajin yang
menggunakan bakat dan seni sebagai mata pencaharian untuk memenuhi
kebutuhkan hidup mereka. Meskipun hasil penjualan yang diperoleh kadang
tidak sesuai dengan modal, tenaga dan waktu yang dikeluarkan namun para
pengrajin ini selalu tetap bisa bersyukur dan menerima kondisi yang
demikian. Hal ini ditunjukkan dari sikap mereka untuk tetap menekuni bakat
seni yang mereka miliki secara turun – temurun. Selain bakat seni yang
diwariskan sejarah dan budaya leluhur juga tetap mereka jaga dan mereka
lestarikan sebagai seorang pengrajin dengan tetap menggunakan teknik dasar
secara tradisional didalam menghasilkan produk gerabah.
Adapun secara umum berbagai nilai yang diperoleh peneliti dalam
melakukan penelitian ini meliputi nilai pendidikan, nilai moral, nilai budaya,
nilai sejarah, nilai religi dan nilai bermasyarkat. Semua nilai tersebut peneliti
peroleh selama melakukan proses penelitian dan analisis dari data yang
diperoleh. Hal lain yang diperoleh peneliti adalah bahwa dalam hidup jangan
pernah merasa puas terhadap segala sesuatu yang telah diperoleh namun
terhadap segala sesuatu yang telah diperoleh wajib untuk selalu disyukuri
karena semua itu adalah bagian dari suatu proses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian
yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesimpulan utama
a. Aktivitas – aktivitas yang dilakukan oleh para pengrajin gerabah
Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan Bantul dalam proses pembuatan
gerabah meliputi:
Pengolahan terhadap tanah yang terdiri dari pasir, tanah
merah, tanah hitam, tanah coklat dan air dengan cara
digiling,
Pembentukan terhadap tanah liat menjadi gerabah,
Pengeringan terhadap gerabah yang telah dibentuk dengan
bantuan panas matahari dan angin,
Pembakaran terhadap gerabah yang sudah kering dengan
suhu 1200oC,
Pengepakan gerabah yang sudah dingin setelah melalui
proses pembakaran.
b. Pada setiap proses tersebut setelah diuraikan dengan menggunakan
6 aktivitas dasar matematis menurut Alan J.Bishop dan diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
hasil bahwa terdapat aspek matematis pada aktivitas pengrajin
didalam proses pembuatan gerabah meliputi
a. Counting (Menghitung)
Dalam proses pengolahan tanah pengrajin melakukan
perkiraan (approximation) untuk menentukan perbandingan
yang tepat agar menghasilkan tanah yang baik untuk dibentuk,
ketepatan (accuracy) dalam menentukan banyaknya air agar
tanah tidak terlalu cair, dalam proses pembentukan pengrajin
menggunakan tenaga atau kekuatan (power) dan penekanan
yang tepat agar diperoleh bentuk yang sesuai, dalam proses
pembakaran pengrajin menggunakan perkiraan
(approximation) waktu yang dibutuhkan agar diperoleh hasil
pembakaran yang baik, dalam proses inovasi gerabah pengrajin
juga perkiraan (approximation) untuk menentukan banyaknya
bahan yang dipergunakan untuk bentuk dan ukuran dari suatu
gerabah yang hendak diinovasi.
b. Location (Menentukan Lokasi)
Dalam proses pengambilan tanah lokasi lingkungan
(environmental location) menjadi salah satu hal penting
untung dipertimbangkan agar tidak mengganggu kehidupan
disekitarnya, dalam proses pembentukan pengrajin
menggunakan garis lurus (straight) untuk menentukan
panjang atau tinggi dari gerabah yang hendak dibentuk dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
bentuk melingkar (circle) ataupun elips (ellips) dalam setiap
bentuk awal yang dilakukan oleh pengrajin.
c. Measuring (Mengukur)
Dalam setiap proses pembuatan gerabah pengrajin
menggunakan perkiraan (estimation) dalam hal perkiraan
terhadap banyaknya bahan yang digunakan, perkiraan waktu
(time) dan tenaga. Selain itu luas (area) dan volume (volume)
dari gerabah yang dihasilkan juga menentukan banyaknya
penggunaan bahan baku berupa tanah liat oleh pengrajin
sehingga menentukan pula nilai rupiah yang dihasilkan dari
gerabah tersebut. Semakin besar ukuran gerabah yang
dihasilkan maka bahan yang digunakan akan semakin banyak
dengan ukuran berat yang semakin besar namun nilai jual yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Meskipun demikian proses
pembakaran juga membutuhkan waktu dan suhu (temperature)
yang tepat agar hasil gerabah baik. Semakin baik gerabah yang
dihasilkan maka akan mempengaruhi tingkat pemesanan
(odering) yang diterima, rata – rata pemesanan gerabah
Kasongan mencapai luar kota dan bahkan luar negeri.
d. Designing (Merancang)
Dalam proses pembentukan gerabah pengrajin melakukan
rancangan yang meliputi bentuk (shapes), ukuran besar
(large), kecilnya (small) gerabah, permukaan (surfaces)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
gerabah mulai dari yang halus sampai permukaan gerabah
yang bermotif.
e. Playing (Bermain)
Dalam proses pembentukan gerabah pengrajin melakukan
suatu prediksi (prediction plan strategy) atau perkiraan untuk
menentukan banyaknya bentuk gerabah yang hendak
diproduksi agar memperoleh keuntungan yang optimal. Selain
itu dalam proses pembentukan gerabah, pengrajin
membutuhkan suatu media atau sarana sebagai model
(modelling) jika gerabah yang hendak dibuat merupakan
gambaran dari makhluk hidup.
f. Explaining (Menjelaskan)
Untuk gerabah yang dihasilkan oleh pengrajin terdapat nilai
sejarah dan seni, sehingga jika ada konsumen yang hendak
mengetahui alasan pengrajin memilih bentuk yang demikian
dari gerabah yang dihasilkan maka pengrajin pun akan
memberikan penjelasan (explanation). Pengrajin dalam
membuat gerabah juga terinsipirasi dari suatu simbol (symbol)
makna tertentu seperti gerabah yang berbentuk patung dewi Sri
yang melambangkan kemakmuran dan patung bagong yang
juga melambangkan keberuntungan dan kejayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
2. Kesimpulan Tambahan
a. Pengembangan unsur matematis yang telah diuraikan dengan
menggunakan 6 aspek dasar aktivitas matematis menurut Alan
J.Bishop ini kemudian dapat dikembangkan ke dalam ranah yang
lebih jauh. Adapun pengembangan dari hasil penelitian ini dapat
digunakan dalam bidang pendidikan sebagai pengantar bagi guru
untuk memotivasi siswa didalam mempelajari materi Sistem
Persamaan linear dua variable, Operasi Aljabar, dan Bangun Ruang
di tingkat SMP serta dan di tingkat SMA pada materi Geometri
bidang ruang, Kalkulus Integral, Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel, Program linear, Logika Matematika, Statistika. Selain
menjadi pengantar bagi guru didalam melaksanakan pembelajaran
terhadap beberapa materi tersebut, hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai masalah kontekstual bagi siswa.
b. Bakat dan seni yang dimiliki oleh pengrajin Kasongan merupakan
warisan keluarga yang diteruskan secara turun - temurun. Hal ini
menjadikan daerah Kasongan sebagai daerah yang memiliki
banyak pengrajin dalam waktu yang cukup lama dari masa
penjajahan Belanda sampai sekarang. Karena warisan seni yang
selalu diturunkan dan dilanjutkan oleh generasi baru dari generasi
sebelumnya sehingga metode dan cara yang selalu dilakukan ini
menjadi suatu budaya dari daerah Kasongan tersebut. Meskipun
demikian seiring berkembangnya jaman pemikiran dan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
pandang yang semakin berkembangpun mengiringi perkembangan
bentuk gerabah yang diproduksi. Selain itu pengrajin diluar daerah
Kasongan juga berduyun – duyun datang untuk mengembangkan
usaha dan karya mereka di daerah yang namanya sudah dikenal
sebagai Daerah Sentral Industri ini. Hal ini tidak mengurangi nilai
seni dan budaya dari daerah Kasongan itu sendiri karena para
pengrajin dari luar berusaha menyesuaikan dengan cara dan tatanan
dari para pengrajin daerah Kasongan. Kondisi demikian saling
menguntungkan dan membuat daerah Kasongan semakin kaya
akan hasil karya seni selain gerabah dan untuk seni gerabah yang
dihasilkan pun juga semakin memiliki variasi baru yang lebih
inovasi dan menarik bagi para wisatawan yang berkunjung
didaerah Kasongan ini.
c. Terdapat pihak - pihak selain pengrajin yang secara tidak langsung
berperan terhadap pengadaan gerabah yang menjadikan daerah
Kasongan ini dikenal sebagai daerah Sentral Industri Gerabah.
Adapun pihak – pihak tersebut antara lain penambang pasir,
penambang tanah, penambang batu, penambang kayu, penambang
rotan, pelepah daun pisang, daun tebu dan para pedagang kerajinan
gerabah olahan para pengrajin. Melalui berbagai pihak tersebut
kerajinan gerabah mampu dihasilkan dan berkembang pesat
sehingga dapat menjadikan daerah Kasongan sebagai daerah wisata
industri. Melalui pihak – pihak itu pula terdapat unsur matematis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
yang dilakukan seperti penggunaan perhitungan untung rugi
didalam melakukan proses perdagangan, perhitungan terhadap
volume tanah yang diambil dari suatu daerah, perhitungan luas
suatu daerah yang pohonnya ditebang untuk digunakan sebagai
hasil karya dan banyak rotan, pelepah dauh pisang serta daun tebu
yang dipergunakan untuk membuat suatu anyaman.
d. Keberadaan usaha seni gerabah di Kasongan sangat mempengaruhi
kehidupan para penduduk sekitar baik para pengerajin, pengusaha
maupun para penjual kebutuhan lainnya. Hal ini kita bisa lihat dari
meningkatnya tingkat pendapatan warga lewat hasil yang
didapatkan dari kehadiran para pengunjung kondisi ini tentu
memberi dampak bagi peningkatan perekonomian penduduk
sekitar.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan ditujukan kepada beberapa pihak berikut:
1. Bagi pengrajin
a. Penelitian ini mampu digunakan sebagi inspirasi dalam
menciptkan suatu karya gerabah dengan inovasi baru yang
mempertimbangkan nilai matematisnya.
b. Melalui hasil penelitian ini pengrajin diharapkan dapat
meningkatkan harga atau nilai jual terhadap gerabah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
dihasilkan dengan menggunakan perhitungan secara
matematis.
c. Pengrajin perlu memperhatikan penggunaan waktu, tenaga dan
pengadaan bahan untuk digunakan sebagai pertimbangan
didalam menentukan nilai jual yang diberikan.
d. Menggunakan media elektronik secara optimal sebagai media
dan sarana untuk memasarkan produk gerabah yang dihasilkan,
agar pemasaran dapat dilakukan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung namun dengan ruang lingkup yang
semakin meluas.
2. Bagi peneliti
a. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian serupa agar
dapat mengembangkan penelitian ini sampai ke dalam bentuk
paket pembelajaran.
b. Perlu dilakukan penambahan responden untuk pengambilan
data yang dilakukan seperti tanggapan konsumen terhadap
gerabah yang berada di daerah Kasongan dan pandangan
masyarakat setempat yang berprofesi selain pengrajin terhadap
terhadap keberadaan gerabah itu sendiri.
3. Bagi pemerintah
a. Mengadakan pelatihan penggunaan media cetak maupun
elektronik bagi para pengrajin guna membantu di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
memasarkan produk yang dihasilkan pada ranah nasional atau
bahkan internasional.
b. Melakukan sosialisasi dan kerja sama dengan daerah industri
lain yang berkompeten dan dapat mendukung kemajuan
industri daerah Kasongan secara umum dan pemasukan bagi
para pengrajin secara khusus .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Widianto dkk. Perspektif Budaya. Rajawali pers. PT Rajagrafindo
Persada.2009.
Bishop, A.J.( pp.100/103) Mathematical Enculturation: a cultural perspective on
Mathematics Education, D. Reidel Publishing Company,
Dordrecht, Holand.1988.
Bourdieu, Pierre. The Field of Culture Production.Columbia University
Press.1993.
Charles LIndholm. Culture and Identity. Oneworld Oxford. 2007.
Coomaraswamy, Ananda K. The Transformation of Nature in Art.New
York:Dover Publications.1934.
Creswell,Jhon.”Riset Pendidikan”.Perencanaan, Pelaksanaan Dan Evaluasi Riset
Kualitatif Dan Kuantitatif. Celeban Timur: Pustaka Pelajar.2015.
Daryanto dkk. Analisis Upah dan bahan (Analisis Bow). Jakarta:Bumi
Aksara.2004.
Endraswara,Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.2006.
Esther, Kuntjara.Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:Graha ilmu.2006.
Faridatul, Yuni. Studi Industri Kerajinan Gerabah Kasongan Di Desa
Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul.Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta.2015
Finnegan,Ruth H. Oral Traditions and The Verbal Arts.Routledge.New
York.1996.
Hartley,John.Communication Cultural & Media
Studies.Yogyakarta:Jalasutra.2004.
http://bangunjiwo.bantulkab.go.id/index.php/first/statistik/0
http://ie.akprind.ac.id/sites/default/files/2011%20Edhy%20Sutanta%20Makalah%
20Jurnal%20Riset%20Daerah%20Kab%20BantulPengembangan%
20Aplikasi%20mCommerce%20Sebagai%20Media%20Publikasi
%20dan%20Promosi%20Produk%20Gerabah%20Kasongan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
a.pdf.Sutanta, Edhy.Pengembangan aplikasi mobile commerce
sebagai media publikasi dan promosi produk Diakses 19 april 2016
http://stta.name/data_lp3m/14.Mei2015_Yasrin.pdf. Zabidi,Yasrin. Pengukuran
Dan Analisis Kinerja Industri Kreatif Gerabah Kasongan Bantul
Guna Meningkatkan Daya Saing Dan Kekuatan Daerah Diakses 28
Februari 2016 .
http://www.jogjacityguide.blogspot.co.id/2013/12/sentra-industri-gerabah-
kasongan-bantul.html. Sentra Industri Gerabah Bantul.Diakses 12
Maret 2016
http://www.p4mriundiksha.wordpress.com (Diakses 10 Maret 2016)
http://gudeg.net/direktori/582/desa-wisata-gerabah-kasongan-yogyakarta.html
(diakses pada tanggal 3 maret 2016).
http://ie.akprind.ac.id/sites/default/files/2011%20Edhy%20Sutanta%20Makalah%
20Jurnal%20Riset%20Daerah%20Kab%20BantulPengembangan
%20Aplikasi%20mCommerce%20Sebagai%20Media%20Publika
si%20dan%20Promosi%20Produk%20Gerabah%20Kasongan-
a.pdf (Pengembangan aplikasi mobile commerce sebagai media
publikasi dan promosi produk gerabah kasongan. Diakses tanggal
19 april 2016)
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=BdZqVsmJLMHD0gTampmYDA#q=
+jurnal+Deskripsi+Kemampuan+Siswa+Menentukan+Hasil+Per
kalian+Pecahan+Di+SDN+5++Telaga+Kabupaten+Gorontalo.
Posumah,Yeni.2013. “Deskripsi Kemampuan Siswa Menentukan
Hasil Perkalian Pecahan Di SDN 5 Telaga Kabupaten
Gorontalo”. Jurnal penelitian deskriptif kualitatif.Volume
Diakses 10 Maret 2016
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=BdZqVsmJLMHD0gTampmYDA#q=
+jurnal+Deskripsi+Kemampuan+Siswa+Menentukan+Hasil+Per
kalian+Pecahan+Di+SDN+5++Telaga+Kabupaten+Gorontalo
(Deskripsi Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian
Pecahan Di SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. Diakses
tanggal10 maret 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
http://stta.name/data_lp3m/14.Mei2015_Yasrin.pdf (Pengukuran Dan Analisis
Kinerja Industri Kreatif Gerabah Kasongan Bantul Guna
Meningkatkan Daya Saing Dan Kekuatan Daerah. Diakses tgl 28
Februari 2016)
Jenks,Chris. Culture.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.1993.
Kellner,Douglas. Budaya Media.Yogyakarta:Jalasutra.2010.
Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta.:PT Bumi Aksara.2005.
Meliono-Budianto, Irmayanti. Ideologi Budaya. Jakarta : Kota Kita.2004.
Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.2009
M Setiadi,Elly, Dkk. Ilmu Social Dan Budaya Dasar. Jakarta:Kencana Prenada
Media group. 2007.
Mulyana,Deddy.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.2006.
Mustopp, M.Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.1983.
Noor,Juliansyah.Metodologi Penelitian.Jakarta:Kencana.2011.
Panuju, Redi. Ilmu budaya dasar dan kebudayaan. Jakarta:PT.Gramedia.1994.
Piliang, Yasraf Amir. Postrealitas Realitas Kebudayaan dalam Era
Posmetafisika. Yogyakarta:Jalasutra.2004.
Poespowardojo, Soerjanto. Strategi Kebudayaan. Jakarta:PT Gramedia.1989.
Prastowo,Andi.Memahami Metode-Metode Peneltian.Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media.2014.
Prof. Dr.Alo LIliweri. Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung:Nusamedia.2014.
Puspadewi, Kadek Rahayu dan I Gusti Ngurah Nila Putra. Etnomatematika Di
Balik Kerajinan Anyaman Bali.Jurnal Matematika. Universitas
Mahasaraswati Denpasar.2014
Putra,Nusa.Penelitian Kualitatif.Jakarta:PT Indeks.2011.
Rubissow, Helen. Art of Asia.New York:Philosophical Library.1954.
Salim,Agus.Teori.Yogyakata:Tiara Wacana.2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Sedarmayanti dan Syarifuddin Hidayat.Metodologi Penelitian.Bandung:Mandar
Maju.2011.
Setiadi,Elly M dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta:Kencana.2013.
Simon, Fransiskus. Kebudayaan dan Waktu Senggang.
Yogyakarta:Jalasutra.2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sugiyono.Metode Peneltian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2011.
Susanta, Hari Nugraha. Pengelolaan Modal Pengetahuan Pada Usaha Kecil Dan
Menengah.Disertasi:Universitas Indonesia.2009
Sutrisno, Heru. Museum Seni gerabah kasongan Bantul.Skripsi:Universitas Atma
Jaya.2011
Sutrisno SJ, Muji. Ranah – Ranah Kebudayaan.Yogyakarta:Penerbit
Kanisius.2009.
Sutrisno,Mudji dan Hendar Putranto.Teori – teori Kebudayaan
Yogyakarta:Penerbit Kanisius. 2005.
Thomas,R.Murray. Human Development Theories.London:Sage
Publications.1999.
Tommy Christomy dan Untung Yuwono. Semiotika Budaya.Depok:Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia.2004.
Vincent,Jean Anne. History of Art.New York:Barnes&Noble,INC.1955.
Walker,John A. Desain,Sejarah,Budaya.Yogyakarta:Jalasutra.2010.
Wibowo,dkk. Sistem Pengetahuan Tradisional Dalam bidang Mata
Pencaharian.Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.1995.
Wijayanto,Eko. Genetika Kebudayaan.Jakarta:Salemba Humanika.2012.
Zainal A.Z. Menghitung Anggaran Biaya Bangunan.PT.Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama. 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
LAMPIRAN A
TRANSKRIP WAWANCARA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Pelaksanaan penelitian I
Tempat penelitian : Tempat pembuatan kerajinan keramik dan pembuatan
gerabah Dusun Beron Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten
Bantul
Waktu : Kamis 26 Januari 2017
Pukul : 14.00 WIB – 16.00 WIB
Identitas Narasumber :
Nama : Waluyo (36 th)
Alamat : Dusun Beron Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten Bantul
Hasil wawancara
1. P : “Siapakah nama Anda?”
2. N1 : “Waluyo”
3. P : “Berapa usia Anda?”
4. N1 : “36 th”
5. P : “Apakah Anda asli dari Daerah Kasongan?”
6. N1 : “iya”
7. P : “Sejak tahun berapa Anda memulai usaha ini?”
8. N1 : “2004”
9. P : “Usaha yang Anda lakukan ini apakah rintisan Anda sendiri
ataukah usaha bersama Anda dengan rekan – rekan Anda?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
10. N1 : “Usaha saya sendiri”
11. P : “Apa produksi pertama yang diproduksi di daerah Kasongan?”
12. N1 : “Gerabah dari tanah liat.”
13. P : “Apa jenis gerabah pertama yang diproduksi di daerah kasongan
ini?”
14. N1 : “Keren, luweng, kuali, kendil, anglo.”
15. P ; “Jenis barang apa yang paling banyak diminati oleh konsumen?”
16. N1 : “Jenis barang dari tanah liat berupa guci, dan kendil yang
berukuran panjang”
17. P : “Berapa banyak hasil kerajinan yang mampu dihasilkan setiap
harinya?”
18. N1 : “Sekitar 20 sampai 30 buah setiap harinya.”
19. P : “Bagaimana sistem jam kerja yang berlaku dalam usaha yang
Anda lakukan?”
20. N1 : “Waktu bekerja dimulai dari jam 08.00 sampai 16.00.”
21. P : “Darimana Anda mendapatkan inspirasi dalam pembuatan
gerabah yang Anda produksi?”
22. N1 : “Inspirasi yang saya miliki dari ide sendiri karena jika hanya
monoton itu – itu saja maka konsumen akan mulai merasa jenuh
oleh karena itu ide setiap harinya setidaknya mesti muncul. Yang
mana hal ini saya sesuaikan pula dengan permintaan dari
konsumen serta mengikuti perkembangan kerajinan yang ada.”
23. P : “Bagaimana proses pembuatan kerajinan dari lapisan kaca yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Anda produksi?”
24. N1 : “Pertama dilakukan pengecetan, kemudian penempelan kaca,
kemudian didempul kemudian sebagai finishingnya diclear atau
dilakukan penyemprotan dengan lapisan melamin agar
mengkilap.”
25. P : “Bagaimana proses pembuatan kerajinan dari lapisan anyaman
yang Anda produksi?”
26. N1 : “Pertama menganyam kemudian diberi warna kemudian dicat,
dijemur dan kemudian tahap finishing.”
27. P : “Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk memproduksi satu
gerabah?”
28. N1 : “Lama pembuatannya tergantung dari tingkat kesulitan motif
anyaman dan order dari konsumen yang menginginkan gerabahb
dengan balutan kaca atau keramik.”
29. P : “Darimana Anda memperoleh bahan dasar yang digunakan untuk
memproduksi gerabah?”
30. N1 : “Bahan dasar berupa kaca saya peroleh dari toko besi sedangkan
bahan dasar anyaman saya dapatkan dari Kulonprogo.”
31. P : “Berapa harga jual yang Anda berikan untuk gerabah
berbalut kaca atau keramik dan yang terbuat dari anyaman yang
Anda produksi?”
32. N1 : “Kisaran harga yang saya berikan dimulai dari Rp 50.000 sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Rp 300.000 an untuk yang berbalut kaca dan yang anyaman
dimulai dari kisaran harga Rp 25.000 sampai Rp 200.000 an.”
33. P : “Bagaimana pemasaran yang Anda lakukan selama ini?”
34. N1 : “Pemasaran saya lakukan sesuai dengan order pesanan dari toko
yang ada didepan sana mbak sedangkan pemesanan dari luar kota
hanya saya lakukan ketika ada yang memesan tapi itu jarang. Ada
juga pemesanan yang saya terima dari luar kota seperti Medan,
dan bahkan kami pernah juga mendapatkan pemesanan dari
Jerman sebanyak 800 pcs”
35. P : “Apa saja bahan dasar yang Anda gunkaan untuk memproduksi
gerabah anyaman?”
36. N1 : “Untuk membuat gerabah anyaman saya menggunakan bahan –
bahan kering berupa rotan, debok (kult pohon pisang), bambu,
enceng dan daun pandan.”
37. P : “Berapa harga setiap bahan yang Anda gunakan dalam pembuatan
gerabah?”
38. N1 : “Harga rotan 29000/kg, pandan 25000/kg, enceng 5000/kg, debok
24000 sampai 25000/kg.”
39. P : “Dari dua jenis olahan gerabah yang Anda produksi mana yang
paling banyak diminati oleh konsumen?”
40. N1 : “Yang paling banyak diminati oleh konsumen
adalah gerabah yang terbuat dari bahan yang berbalutkan kaca
dan keramik.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
41. P : “Apa kendala yang Anda alami selama menjalankan usaha ini?”
42. N1 : “Pemasaran yang saya alami masih begitu
sulit karena harga yang tidak stabil. Hal ini dikarenakan
persaingan antar pengrajin yang berbeda – beda. Misalnya untuk
jenis gerabah yang sama ada pengrajin yang memberikan harga
40000 namun pengrajin yang lain ada juga yang memberikan
harga 30000. Kondisi yang demikian membuat perbedan harga
yang signifikan sehingga konsumen akan cenderung
membandingkan dan memilih barang dengan harga yang lebih
rendah.”
43. P : “Apakah harga barang yang Anda produksi
merupakan harga akhir ataukah masih bisa dinego oleh
konsumen?”
44. N1 : “Bisa. Sesuai dengan bahan yang diminta oleh konsumen.
Jika konsumen dalam memesan meminta untuk gerabah dari
tanah liatnya sekalian maka harga akan lebih mahal. Tapi jika
konsumen meminta barang yang sudah disiapkan oleh
konsumen sendiri sementara kita hanya memodifikasi maka
harga yang kita berikan akan lebih murah.”
45. P : “Darimana tenaga yang Anda gunakan untuk membantu jika
Anda mendapatkan banyak orderan?”
46. N1 : “Disini yang membantu saya adalah orang Temanggung.”
47. P : “Apa contoh kreatifitas yang Anda miliki untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
menghasilkan produk yang inovatif?”
48. N1 : “Stoples biasa dari kaca yang kemudian dibalut dengan
pecahan kaca. Kaleng bekas cat yang dilapisi dengan anyaman
atau bisa juga dengan menggunakan pasir atau keong – keong
dan bebatuan laut. Jika saya berkreasi itu sederhana saja mbak,
yang penting bahan atau modalnya dari harga yang murah
namun mampu untuk menghasilkan barang yang bernilai jual
lebih tinggi.”
49. P : “Bagaimana tanggapan Anda terkait dengan harga jual yang Anda
peroleh jika dibandingkan dengan produsen yang menjual
kembali barang Anda yang lebih tinggi?”
50. N1 : “Untuk keuntungan yang diperoleh penjual yang ada didepan”
51. P : “Apakah seluruh kerajinan yang berada di
Kasongan ini dihasilkan oleh pengrajin dari daerah asli
Kasongan?”
52. N1 : “Orang bangunjiwo kabanyakan minta bantuan dari orang Brebes.
Jadi modal atau bahan dari daerah sini namun tenaga yang
mengolah dari Brebes. Karena memanga orang dari daerah
Brebes lebih ahli untuk membuat hasil. Di sini termasuk dusun
Boren ”
53. P : “Berapa keuntungan yang Anda peroleh per harinya?”
54. N1 : “Tergantung pemesanan untuk keuntungan yang diperoleh ya jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
untuk satu barangnya sekitar 20000 ya kemudian tinggal
dikalikan dengan banyak pemesanan yang saya terima mbak.”
55. P : “Tanah liat yang digunakan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan gerabah ini apakah berasal dari tanah yang berada
didaerah sini langsung ataukah dari tempat lain?”
56. N1 : “Tanah liat kami beli dari godean yang mana jenis tanahnnya
berwarna merah dan lebih ulet sehingga jika dibakar hasilnya
juga akan lebih baik dan halus. Berbeda dengan jenis tanah yang
berasal dari daerah sini tanahnya berwarna hitam dan jika
dibakar cenderung akan pecah sehingga tidak kami gunakan.”
57. P : “Apakah tanah yang digunakan untuk membuat kerajinan gerabah
ini murni hanya tanah liat ataukah ada campuran lain yang
digunakan?”
58. N1 : “Iya jelas ada campurannya mbak. Tanah yang dipergunakan
dicampur dengan pasir dan air secukupnya kemudian diolah
sampai lembut dan halus. Ada juga jenis tanah yang digunakan
oleh pengrajin disini, yang mana hasil gerabah yang dibuat dari
bahan tersebut maka hasilnya nanti akan seperti keramik karena
berkilau. Jenis gerabah yang diproduksi seperti ini akan lebih
mahal jika dibandingkan dengan yang lain.”
59. P : “Ada banyak jenis kerajinan yang diproduksi didaerah kasongan
sini, apakah semua jenis kerajinan tersebut asli dibuat dari
pengrajin daerah Kasongan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
60. N1 : “Untuk jenis kerajinan yang dibuat didaerah sini yang asli
hanyalah yang berasal dari tanah liat, jika ada produksi
kerajinan yang lain seperti dari bahan batu, kaca, kulit kelapa
dan jenis barang yang lain itu bukan dari daerah sini melainkan
dari para pendatang luar kota kasongan seperti dari daerah
Klaten”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Pelaksanaan penelitian I
Tempat penelitian : Tempat pembuatan kerajinan keramik dan pembuatan
gerabah Dusun Beron Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten
Bantul
Waktu : Kamis 26 Januari 2017
Pukul : 14.00 WIB – 16.00 WIB
Biodata Narasumber :
Nama : Sudi (66 th)
Alamat : Dusun Beron kelurahan Bangunjiwo Kabupaten Bantul
1. P : “Siapa nama bapak?”
2. N2 : “Sudi”
3. P : “Apakah usaha yang bapak jalankan ini merupakan usaha yang
dimulai dari bapak sendiri atau sudah dari turun – temurun
warisan keluarga?”
4. N2 : “Usaha yang saya lakukan ini sudah sejak kakek saya dan sampai
saya sekarang.”
5. P : “Sejak tahun berapa bapak melanjutkan usaha warisan kelurga
ini?”
6. N2 : “Usaha ini saya lanjutkan mulai tahun 1970 sampai sekarang saya
pertahankan untuk hanya membuat anglo dan keren.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
7. P : “Darimana bapak mendapatkan bahan dasar yang bapak
pergunakan untuk memproduksi gerabah?”
8. N2 : “Bahan dasar yang saya pergunakan saya beli dari daerah Tirta
yang mana tanahnya memang tanah khusus yang sudah digiling.
TIdak hanya itu saya juga mengambil tanah dari Godean.”
9. P : “Berapa harga tanah liat yang bapak beli?”
10. N2 : “Saya beli ¼ kol harganya Rp 100.000. Untuk penjualan tanah liat
biasanya dalam satuan kol mobil itu mbak, untuk satu kolnya
harga yang dipasang Rp 400.000.”
11. P : “Bagaimana cara bapak dalam memasarkan gerabah milik bapak
ini?”
12. N2 : “Saya keliling Sleman, Tempel, Minggir dengan menggunakan
sepeda dan membawa 20 buah hasil karya yang saya hasilkan
kemudian saya tawarkan kepada orang - orang. Saya juga
menitipkan ke pasar, namun nanti hasilnya malah rugi. Hal ini
karena uang akan lsaya peroleh hanya ketika barang yang saya
storkan tersebut sudah laku terjual namun jika belum ya
uangnya tidak bisa saya ambil. Belum lagi hasil yang saya
peroleh juga harus saya potong dan saya bagi sekian persen dari
harga penjualan yang diberikan pasar.”
13. P : “Kapan bapak memulai menjual keren dan anglo yang
telah bapak buat?”
14. N2 : “Tergantung dengan kondisi dan situasi pada hari itu mbak. JIka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
biasanya saya berangkat keliling mulai pkl 07.00 sampai sekitar
pkl 17.00 an.”
15. P : “Berapa harga satuan yang Anda berikan untuk setiap keren dan
anglo?”
16. N2 : “Sekitar 5000 sampai 6000 an untuk setiap barang yang saya
jual.”
17. P : “Bagaimana proses pembuatan keren dan anglo yang bapak
lakukan?”
18. N2 : “Pembuatan saya mulai dari mencetak tanah liat kemudian tanah
yang sudah diletakan ke alat pemutar untuk dibentuk
menggunakan tangan dengan cara dipukul – pukul. Setelah
dibentuk kemudian diperhalus sampai 3 kali. Setelah diperhalus
kemudian dijemur dan tahap terakhir dibakar.”
19. P : “Apa yang menjadi kendala bapak dalam usaha yang bapak
lakukan ini?”
20. N2 : “Saya mengalami kesulitan dalam proses pengeringan
dalam cuaca yang sering hujan dan mendung seperti sekarang
ini. Karena jika belum benar – benar kering maka tidak dapat
dibakar dan pengeringan yang saya lakukan pun tergantung dari
panas matahari. Sehingga hasil yang saya peroleh pun perlu
menunggu lama yang berdampak perolehan hasil pun juga
menjadi tersendat.”
21. P : “Apakah bahan dasar yang dipergunakan oleh keluarga bapak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
untuk membuat anglo dan keren dari dulu masih bapak
pertahankan sampai sekarang?”
22. N2 : “Tidak jika dulu yang dipergunakan oleh keluarga adalah tanah
hitam, namun sekarang jenis tanahnya sudah berbeda jika
menggunakan tanah hitam maka hasilnya kurang bagus dan akan
mudah rusak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Pelaksanaan penelitian II
Tempat penelitian : Tempat pembuatan kerajinan keramik dan pembuatan
gerabah Dusun Beron Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten
Bantul
Waktu : Sabtu 28 Januari 2017
Pukul : 13.30 WIB – 16.30 WIB
Biodata Narasumber
Nama : Pangad (60th)
Alamat : Ngledhok Kalipuncang
1. P : “Siapa nama bapak?”
2. N3 : “Pak Pangad”
3. P : “Apakah segala kerajinan yang dihasilkan oleh para pengrajin
berasal dari daerah Kasongan?”
4. N3 : “Tidak karena daerah saya ini sudah bukan Kasongan namun
Ngledhok Kalipuncang. Kasongan itu nama pedukuhan. Nah
kalau tempat saya ini sudah beda pedukuhan mbak. Sering disebut
kerajinan kasongan karena sejak dulu jika ditanya tentang
kerajinan gerabah pasti akan menyebutkan kasongan. Sehingga
sampai sekarang dikenal dengan gerabah kasongan meskipun
hasil produksi gerabahnya tidak langsung dari dusun Kasongan
itu sendiri.”
5. P : “Sejak tahun berapa bapak memulai usaha pembuatan kerajinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
gerabah ini?”
6. N3 : “Saya memulai sejak tahun 1982 sehingga sudah 35 th saya
menjalankan usaha ini.”
7. P : “Apakah usaha yang bapak lakukan ini merupakan usaha warisan
ataukah baru bapak mulai ini?”
8. N3 : “Usaha ini saya lakukan secara turun temurun dari jaman simbah
saya.”
9. P : “Jenis kerajinan apa yang awal dibuat dalam usaha keluarga ini
pak, apakah masih bapak pertahankan sampai sekarang bentuk
yang demikian?”
10. N3 : “Jika jaman dulu yang dibuat ada kuali yang dipergunakan untuk
nyayur, kendil untuk menanak nasi, kendi untuk teko, keren yang
dipergunakan sebagai kompor dengan bahan bakar kayu dan
anglo yang digunakan sebagai sara bebakaran dengan
menggunakan arang sebagai bahan bakarnya. Seiring
berkembangkan jaman peralatan masak, perabotan yang terbuat
dari aluminium, plastik dan kompor yang sudah menggunakan
gas sehingga produksi awal gerabah yang dihasilkan berangsur
bergeser menjadi bentuk kerajinan lain seperti pot, celengan
(tempat menyimpan uang biasanya dalam bentuk uang koin) dan
berbagai jenis bentuk barang – barang yang disesuikan dengan
kebutuhan sekarang.”
11. P : “Selain menjadi pengrajin apakah ada pekerjaan lain yang bapak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
lakukan?”
12. N3 : “Saya hanya special membuat kerajinan gerabah ini saja.”
13. P : “Bagaimana cara bapak dalam melakukan pemasaran terhadap
gerabah yang bapak hasilkan?”
14. N3 : “Kalau saya sesuaikan dengan bentuk barang yang
diorderkan oleh konsumen.”
15. P : “Apakah bapak membuat kerajinan hanya ketika mendapat
orderan?”
16. N3 : “Tidak. Kalaupun tidak ada orderan saya akan tetap membuat
kerajinan seperti celengan berbentuk minion, hallo kitty sebagai
bahan untuk belajar mewarnai bagi anak – anak serta tempat
untuk air mancur.”
17. P : “Darimana bapak mendapatkan bahan dasar untuk membuat
kerajinan?”
18. N3 : “Saya membeli tanah liat dari Wates yang sudah siap digunakan.”
19. P : “Berapakah kisaran harga barang yang bapak berikan untuk setiap
hasil karya yang bapak buat?”
20. N3 : “Tergantung ukuran besar kecilnya barang yang dipesan dan
tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Dengan kisaran harga
8000 sampai 100000.”
21. P : “Apakah bapak menggunakan tenaga kerja tambahan dalam
memenuhi pemesanan kerajinan gerabah?”
22. N3 : “Tidak saya tidak menggunakan tenaga pengrajin dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
menyelesaikan pemesanan. Terkecuali jika pemesanan dalam
skala besar dan ditarget waktu, maka barulah saya akan meminta
bantuan orang lain untuk memenuhi pemesanan yang saya
terima.”
23. P : “Bagaimana awal mula berkembangnya kerajinan gerabah yang
ada di kasongan?”
24. N3 : “Berkembangnya seni kerajinan gerabah yang ada di
Kasongan ini diawali dari datangnya seorang seni bernama
bapak Suliyantara yang berasal dari kota Yogyakarta sekitar
tahun 1980an. Pada waktu itu bapak Suliyantara mengajari 1, 2
orang dari daerah kasongan untuk membuat kerajinan tanah liat
dengan variasi bentuk yang lain. Kemudian dari orang – orang
yang telah diajari oleh bapak Suliyantara tersebut mereka
membagikan pengalaman dan pengetahuan mereka kepada
pengrajin yang lain. Karena sudah sering memegang tanah liat
sehingga dalam waktu singkat pengrajin yang lain mampu untuk
menirukan model dan teknik yang telah diajarkan tersebut. Ya
sampai pada saat ini kerajinan dari tanah liat berkembang di
kasongan dengan berbagai variasi bentuk yang disuguhkan
kepada para konsumen.”
25. P : “Bagaimana cara bapak dalam memasarkan produk seni yang
bapak hasilkan?”
26. N3 : “Pemasaran saya lakukan secara local. Ya karena saya pengrajin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
jadi saya hanya menerima orderan dari para penjual yang ada di
depan sana. Dulu saya punya langganan orang luar negeri
namun setelah bom bali dua itu orang tersebut sudah tidak
berlangganan lagi.”
27. P : “Bagaimana cara pemesanan gerabah buatan bapak?”
28. N3 : “Biasanya bagi konsumen yang tertarik dengan hasil kerajinan
yang dijual di toko depan maka untuk pemesanan yang lebih
konsumen akan langsung datang mencari pengrajin yang ada di
dalam. Oleh karena itu saya lebih sering mendapatkan pesanan
dari para penjual kerajinan yang ada didepan, jika hasilnya laris
maka akan banyak pula pesanan yang saya terima. Pemesanan
juga saya peroleh dari Maguoharjo.”
29. P : “Kendala apa yang bapak alami selama menjalankan usaha bapak
ini?”
30. N3 : “Kesulitan yang saya alami adalah dalam hal pemasaran. Hal ini
menjadi kendala bagi saya karena untuk hasil seni tidak setiap
hari orang membutuhkannya. Oleh karena itu dalam
pembeliannya pun juga hanya ketika orang berlebih saja.
Banyak sedikitnya pemesanan yang saya terima tergantung dari
tingkat keramaian toko – toko yang ada didepan yang menjual
hasil kerajinan saya. Biasanya toko akan ramai ketika musim
liburan namun ketika hari biasa seperti kondisi sekarang ini toko
sepi sehingga pemesanan yang saya terima juga ikut menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
sepi. Sehingga untuk pendapatan yang saya peroleh tidak
menentu disetiap harinya. Selain itu kendala yang lain adalah
dalam proses pengeringan, di mana saat musim hujan seperti
sekarang ini pengeringan akan mengalami kesulitan dan
membutuhkan waktu yang cukup lama.”
31. P : “Pada saat musim hujan seperti sekarang ini apakah bapak tetap
akan membuat hasil kerajinan atau untuk sesaat menghentikan
produksi?”
32. N3 : “Meskipun dalam kondisi musim hujan seperti sekarang
ini namun saya tetap membuat kerajinan dari tanah liat.”
33. P : “Bagaimana proses produksi gerabah tanah liat yang bapak
lakukan?”
34. N3 : “Tanah liat yang sudah diolah kemudian dicetak dengan
menggunakan model. Kemudian dari model cetakan tersebut
saya akan membahasnya dengan pemesan. Kemudian setelah
model sesuai dengan pemesanan barulah saya dan pemesan
membahas terkait harga yang disepakati secara bersama.”
35. P : “Cetakan yang digunakan oleh bapak apakah buatan sendiri atau
bapak beli dari pihak lain?”
36. N3 : “Semua saya buat sendiri mbak hanya tanah yang saya gunakan
untuk membuat kerajinan gerabah saya beli. Meskipun tahu cara
pengolahan tanah liat yang digunakan untuk membuat gerabah
namun saya tetap memilih untuk membelinya di daerah Godean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
hal ini saya lakukan untuk menghemat waktu dalam pembuatan
karya seni gerabah agar lebih cepat untuk memenuhi
pemesanan. Cetakan saya buat dari jenis gypsun”
37. P : “Bagaimana proses yang bapak ketahui dalam pembuatan
tanah liat yang siap untuk dibentuk?”
38. N3 : “Tanah yang diambil dari gunung kemudian dicampur dengan
pasir halus dan akhirnya diinjak – injak.”
39. P : “Apa yang bapak ketahui untuk pembuatan gerabah pada tempo
keluarga bapak yang sebelumnya?”
40. N3 : “Dulu pengambilan tanah diambil dari sawah (tanah hitam). Jadi
kalau dulu itu para pengrajin akan menyewa satu kopling tanah
yang mana tanahnya khusus digunakan untuk bahan pembuatan
kerajinan. Namun seiring perkenbangan jaman para konsumen
lebih tertarik dengan karajinan dari tanah liat yang berwarna
merah selain berhubung dijaman sekarang jenis tanahnya
berbeda dan tidak adanya lahan yang mampu digunakan untuk
diambil tanahnya maka kerajinan beralih ketanah merah. Tanah
merah ini saya peroleh dari daerah Godean. Namun seiring
berkembangnya teknologi dan keinginan pelanggan maka untuk
yang sekarang bentuk pun akan bervariasi sesuai dengan selera
dan keinginan pemesanan.”
41. P : “Apa kelemahan dan kelebihan dari tanah merah dan tanah hitam
untuk kerajinan gerabah yang dihasilkan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
42. N3 : “Untuk gerabah dengan bahan dasar tanah hitam akan sulit
digabung jika sudah agak keras namun jika terlalu lembek maka
akan longsor atau akan sulit untuk dibentuk. Meskipun demikian
gerabah yang yang dihasilkan dengan menggunakan tanah hitam
jika dibakar semakin lama maka keadaaanya akan semakin lebih
kuat lagi. Berbeda halnya jika gerabah dibuat dengan bahan
dasar tanah merah. Tanah liat jenis ini lebih mudah dibentuk
meskipun agak kering namun cukup dengan tambahan air sudah
mampu untuk menyambungkan dengan bentuk yang lain dari
bahan dasar yang sama. Meskipun demikian gerabah dengan
bahan dasar tanah merah ini hanya mampu dipanaskan dengan
suhu tertentu yaitu sekitar 700 derajat.”
43. P : “Apa bahan yang bapak gunakan untuk membuat cetakan yang
bapak gunakan?”
44. N3 : “Saya menggunakan gypsun untuk membuat cetakan. Jadi saya
membuat sampelnya terlebih dahulu dari tanah liat kemudian dari
kerajinan tersebut saya buat cetakannya dengan menggunakan
gypsum itu tadi mbak.”
45. P : “Bagaimana cara pada jaman dulu untuk memperoleh bahan
dasar yang digunakan untuk bahan kerajinan?”
46. N3 : “Dulu pengambilan tanah hitam dilakukan ke sawah. Berhubung
untuk kerajinan sekarang tidak bisa maka menggunakan tanah
merah yang diambil dari gunung. Selain itu tanah hitam jika agak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
kering akan sulit untuk menyambungkannya, namun jika
dibasahin juga nanti akan menjadi terlalu lunak sehingga sulit
untuk dibentuk.”
47. P : “Darimana bapak belajar membuat berbagai berbagai jenis
gerabah yang bapak buat sekarang ini?”
48. N3 : “Kemampuan autodidak. Untuk berbagai bentuk yang saya buat
ini awalnya saya belajar dari teman – teman dengan hanya
sekedar melihat kemudian menirukan dan akhirnya saya bisa dan
saya kembangkan sendiri.”
49. P : “Apa saja bentuk gerabah yang bapak buat?”
50. N3 : “Banyak mbak ya sesuai dengan pemesanan barangnya. Jika tidak
ada yang memesan kerajinan maka saya akan membuat kerajinan
yang saya sesuaikan dengan bentuk kerajinan terlaris yang
mampu dijual dari toko – toko yang ada didepan. Selain itu saya
juga membuat celengan untuk latihan mewarnai bagi anak – anak
dan membuat karakter wajah manusia yang saya rasa paling sulit
dibandingkan dengan membuat karikatur manusia seperti tokoh
wayang dan lain – lain. Kesulitan ini saya peroleh karena
diperlukan penyesuaian karakter. Selain itu saya juga mampu
membuat patung manusia.
51. P : “Apa saja alat yang bapak gunakan dalam pembuatan gerabah
yang bapak lakukan?”
52. N3 : “Perbot, Secang dan perlengkapan lain yang mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
dan sesuai dengan kebutuhan bentuk gerabah yang saya buat.”
53. P : “Bagaimana langkah bapak dalam membuat gerabah?”
54. N3 : “Njubung, dibentuk, dihaluskan, dikeringkan, dibakar dan dicat
sesuai dengan pemesanan.”
55. P : “Berada dimana saja pengrajin yang membuat kerajinan di
Kasongan ini?”
56. N3 : “Kasongan itu nama dusun mbak, nah meskipun demikian ada
beberapa daerah yang memang memiliki banyak pengrajin
gerabah seperti pengrajin dari Santenan, Ngledhog, Kalipucang
dan Kasongan itu sendiri.”
57. P : “Apa yang akan bapak lakukan dengan sisa pembuatan gerabah
yang sudah bapak kumpulkan tersebut?”
58. N3 : “Sisanya saya kumpulkan kemudian diberi air dan ditutup dengan
plastik dan diinjak – injak.”
59. P : “Berapa banyak gerabah yang mampu bapak produksi setiap
harinya?”
60. N3 : “Banyak sedikitnya hasil yang mampu saya buat tergantung dari
pemesanan yang saya terima dan besar kecilnya gerabah yang
saya buat. Kurang lebih setiap harinya ada 25 buah gerabah yang
mampu saya buat.”
61. P : “Bagaimana pemesanan tanah yang bapak lakukan dalam
menjalankan usaha gerabah yang bapak miliki ini?”
62. N3 : “Pemesanan tanah dalam satuan kol mbak. Nah kalau saya pesan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
biasanya ¼ kol untuk 2 – 3 minggu biasanya dengan harga Rp
100.000.”
63. P : “Bagaimana pemasaran yang bapak lakukan untuk gerabah yang
bapak hasilkan jika tidak ada pemesanan?”
64. N3 : “Saya akan menjualnya secara berkeliling mbak sampai keliling
Prambanan,dan saya setorkan ke alun – alun juga.”
65. P : “Bagaimana cara bapak dalam membuat cetakan yang bapak
gunakan untuk membuat jenis gerabah tertentu?”
66. N3 : “Pertama saya akan membuat model dari jenis barang
yang dipesan kemudian setelah sesuai baru saya akan mengecor
nya dengan menggunakan gip dan saya cetak.”
67. P : “Apakah semua produk gerabah yang diproduksi didaerah
Kasongan ini merupakan dihasilkan oleh pengrajin asli daerah
kasongan?”
68. N3 : “Tidak mbak, ada pengrajin yang berasal dari luar kasongan yaitu
dari Brebes. Pengrajin Brebes ini biasanya ahli dalam pembuatan
gerabah dengan teknik putar seperti guci putar.”
69. P : “Ada berapa teknik yang digunakan dalam pembuatan gerabah
secara umum pak?”
70. N3 : “Ada dua mbak yaitu teknik njubung dan teknik putar.”
71. P : “Apa perbedaaan dari kedua teknik tersebut?”
72. N3 : “Pada dasarnya sama saja, hanya saja kalau teknik njubung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
gerabah yang dihasilkan akan lebih lama dibandingkan dengan
teknik putar. Awalnya teknik asli yang digunakan oleh pengrajin
kasongan adalah teknik njubung, namun seiring berkembangnya
waktu dimana banyak pemesanan dalam waktu singkat dan
jumlah yang banyak sehingga kecepatan juga sangat dibutuhkan.
Sehingga kemudian banyak pengrajin yang mulai berdatangan
dan menunjukkan teknik putar yang lebih cepat dalam
mengahasilkan bentuk. Pengrajin yang ahli menggunakan teknik
putar ini biasanya berasal dari daerah Brebes dan Kerawang.”
73. P : “Kapan para pengrajin dari luar Kasongan tersebut mulai masuk
dan memperkenalkan teknik putar tersebut?”
74. N3 : “Sekitar tahun 2000 an.”
75. P : “Apakah bapak juga menerima pemesanan jenis gerabah dalam
ukuran yang besar?”
76. N3 : “Tidak mbak karena jika ukuran gerabah atau pesanan yang
dibuat terlalu besar maka tidak akan cukup masuk ketempat
pembakaran. Biasanya yang membuat patung atau jenis gerabah
lain dalam ukuran besar adalah dari GRC (Gresik Resin Cemen)
yang memiliki cetakan untuk membuat jenis kerajinan dengan
ukuran yang besar. Untuk ukuran besar biasanya bukan
merupakan jenis gerabah yang dihasilkan karena tidak
menggunakan tanah liat, karena pembuatan gerabah dengan
menggunakan tanah liat hanya mampu dilakukan dalam ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
yang kecil dan paling besar ukuran yang mampu dibuat dengan
bahan dasar tanah liat adalah 2 meter.”
77. P : “Apa yang membatasi ukuran dari pembuatan gerabah sehingga
bisa diambil ukuran 2 meter sebagai ukuran terbesar yang
mampu untuk dibuat?”
78. N3 : “Tempat pembakarannya mbak. Karena tempat pembakarannya
maksimal hanya skitar 1,5 meter, sehingga jika lebih dari itu
harus dipotong.”
79. P : “Apakah untuk ukuran pembakaran yang digunakan tidak bisa
diperbesar lagi?”
80. N3 : “Itu sudah ukuran normalnya mbak, bisa diperbesar tapi nanti
akan sia – sia dan pemborosan bahan bakar itu mbak. Karena
untuk pembakaran dibutuhkan banyak kayu bakar dan harus
penuh untuk gerabah yang akan dibakar, sehingga jika ukuran
pembakaran diperbesar maka gerabah yang diproduksipun juga
harus bertambah agar pembakaran yang dilakukan tidak sia –
sia.”
81. P : “Kapan bapak melakukan pembakaran?”
82. N3 : “Biasanya saya melakukan pembakaran pada pagi hari setelah
gerabah yang saya hasilkan kering dan siap untuk dibakar.
Biasanya dari pagi sampai siang.”
83. P : “Berapa lama pembakaran yang dilakukan?”
84. N3 : “Pembakaran dilakukan selama 7 jam.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
85. P : “Apakah banyak sedikitnya gerabah yang dibakar mempengaruhi
lama pembakaran?”
86. N3 : “Tidak mbak, baik sedikit maupun banyak pembakaran yang
dilakukan ya tetap selama 7 jam, oleh karena itu pembakaran
yang dibuat dibatasi 1,5 meter karena jika terlalu besar selain
membutuhkan bahan bakar yang besar dibutuhkan juga hasil
kerajinan gerabah dengan kuantitas yang besar agar sesuai
dengan pembakaran yang dilakukan.”
87. P : “Apa yang kemudian dilakukan setelah pembakaran selesai
dilalui?”
88. N3 : “Gerabah yang sudah jadi didiamkan semalaman kemudian pagi
hari bisa dibuka dan siap untuk dijual.”
89. P : “Tadi bapak menyebutkan GRC apakah itu juga merupakan
kerajinan gerabah kasongan?”
90. N3 : “Bukan mbak kerajinan gerabah disini hanya yang terbuat dari
tanah liat saja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Pelaksanaan penelitian II
Tempat penelitian : Tempat pembuatan kerajinan keramik dan pembuatan
gerabah Dusun Beron Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten
Bantul
Waktu : Sabtu 28 Januari 2017
Pukul : 13.30 WIB – 16.30 WIB
Biodata dari narasumber
Nama : Paijo (40 th)
Alamat : Kasongan
1. P : “Dari mana bapak mengambil pasir dan beberapa jenis tanah yang
berbeda warna ini?”
2. N4 : “Saya membelinya dari Kulonprogo untuk jenis tanah yang
berwarna coklat, Mangunan untuk jenis tanah yang berwarna
merah dan pasir kali dari Sungai Progo.”
3. P : “Mulai dari pukul berapa bapak memproduksi tanah liat ini?”
4. N4 : “Pkl 08.00 sampai 18.00 setelah maghrib saya tidak setor.”
5. P : “Bagaimana proses yang bapak lakukan dalam pembuatan tanah
liat yang nantinya digunakan oleh para pengrajin?”
6. N4 : “Pasir, tanah merah dan tanah coklat dicampur kedalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
penggilingan dan diberi air. Penggilangan dilakukan 4 – 5 kali
makin banyak pengulangan dalam penggilangan yang dilakukan
maka hasil olahan tanah akan makin baik.”
7. P : “Berapa banyak tanah olahan yang mampu bapak produksi setiap
harinya?”
8. N4 : “Kurang lebih 3 – 4 kol per harinya.”
9. P : “Apakah setiap hari bapak melakukan penggilangan?”
10. N4 : “Tidak saya melakukan penggilangn jika hanya ada pemesanan
saja namun jika tidak ada pemesanan ya tidak ada penggilangan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Pelaksanaan penelitian II
Tempat penelitian : Tempat pembuatan kerajinan keramik dan pembuatan
gerabah Dusun Beron Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten
Bantul
Waktu : Sabtu 28 Januari 2017
Pukul : 13.30 WIB – 16.30 WIB
Biodata Narasumber
Nama : Ranto (46 th)
Alamat : Wonosari
1. P : “Jenis batu apa yang bapak gunakan dalam pembuatan kerajinan
ini?”
2. N5 : “Batu paras jogja. Yang diambil asli dari Wonosari. Batu paras
jogja merupakan jenis batu yang diambil dari bawah tanah dan
berwarna putih.”
3. P : “Berapa banyak hasil ukiran yang mampu bapak produksi setiap
harinya?”
4. N5 : “Biasanya saya bekerja setiap harinya untuk ukiran yang saya
hasilkan dalam satuan meter mbak. Jadi kurang lebih setiap
harinya saya mampu untuk menghasilkan ½ meter ukiran dengan
motif standar mbak. Sedangkan untuk ukuran ukiran bintang
kurang lebih 5 hari setiap meternya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
5. P : “Sudah berapa lama bapak menekuni kerajinan ukiran yang bapak
lakukan ini?”
6. N5 : “Kurang lebih 10 tahun.”
7. P : “Untuk kerajinan dengan bahan batu hitam apakah juga bapak
membuatnya?”
8. N5 : “Tidak mbak kalau saya khusus membuat pahatan atau ukiran
dari batu paras jogja yang berwarna putih atau kayu mbak.
Sedangkan untuk patung yang berwarna hitam itu bukan dari batu
melainkan dari semen.”
9. P : “Kemana saja pemasaran yang bapak lakukan terhadap
hasil karya yang bapak produksi ini?”
10. N5 : “Keberbagai wilayah di Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan,
dan ke luar negeri seperti Malaysia, Eropa dan Jerman. ”
11. P : “Bagaimana cara atau langkah yang bapak lakukan dalam
pembuatan hasil ukiran ini?”
12. N5 : “Batu saya buat siku terlebih dahulu kemudian diseket, lalu
diukir, dicuci dan terakhir diamplas agar lebih halus.”
13. P : “Apa alat yang bapak gunakan?”
14. N5 : “Pensil kayu untuk membuat seket dan alat pahat.”
15. P : “Apa yang bapak gunakan sehingga hasil ukiran yang bapak
hasilkan begitu halus dan tidak berlumut?”
16. N5 : “Saya lapisi dengan koting (pelapis anti lumut).”
17. P : “Berapa harga barang hasil ukiran yang bapak hasilkan ini?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
18. N5 : “Untuk harga ukiran per meter persegi 1000.000 sedangkan untuk
harga ukiran yang berbentuk binatang per meter kubik 1000.000.”
19. P : “Berapa harga dari patung yang bapak produksi?”
20. N5 : “Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan untuk jenis patung
yang dipesan.”
21. P : “Apa yang mempengaruhi harga dari barang yang bapak
produksi?”
22. N5 : “Harga dipengaruhi dari jenis kesulitan dan karakter barang yang
dipesan jika pemesanan yang diminta berupa barang dengan
karakter manusia maka harganya akan lebih mahal karena tingkat
kesulitannya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis yang lain.”
23. P : “Berapa lama waktu yang bapak butuhkan untuk menyelesaikan
hasil ukiran biasa dalam dalam setiap harinya?”
24. N5 : “Untuk ukiran biasa mampu saya selesaikan dalam waktu 12
jam.”
25. P : “Apa kendala yang bapak hadapi dalam pembuatan hasil karya
bapak ini?”
26. N5 : “Kendalanya ya tergantung dengan minat dan kondisi saya mbak
atau tergantung dengan mood saya dalam membuat suatu hasil
ukiran dan tergantung juga terhadap kualitas barang yang saya
gunakan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Pelaksanaan penelitian III
Tempat penelitian : Subur Keramik Bangunjiwo Bantul
Waktu : Jumat 15 Januari 2017
Pukul : 12.30 WIB – 13.30 WIB
Biodata narasumber
Nama : Pak Toti (50 th) :
Alamat : Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul
Pekerjaan : Pekerja bagian pembakaran gerabah.
1. P : “Sudah berapa lama bapak bekerja di Subur Keramik ini?”
2. N6 : “Saya sudah bekerja selama 15 tahun.”
3. P : “Apakah selama 15 th tersebut bapak bekerja hanya pada bagian
pembakaran?”
4. N6 : “Tidak mbak, saya bekerja disemua bagian yang membutuhkan
tenaga, misal jika tenaga pengepakan masih kurang maka saya
akan membantu pekerjaan dibagian pengepakan, jika bagian
pengiriman kurang maka saya akan membantu pada bagian
tersebut dan begitupun jika bagian pembakaran kurang maka saya
akan membantu pada bagian ini.”
5. P : “Berapa ukuran tempat pembakaran yang digunakan untuk
membakar gerabah ini?”
6. N6 : “Untuk tempat pembakaran besar kecilnya tergantung dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
gerabah yang akan dibakar. Untuk tempat pembakaran yang
sekarang ini dilakukan ukurannya 1 m lebih 80 cm.”
7. P : “Berapa ukuran tempat pembakaran yang paling besar di subur
keramik ini?”
8. N6 : “Ukuran terbesar untuk tempat pembakaran yang ada sekarang ini
2,25 m.”
9. P : “Berapa lama waktu yang digunakan untuk melakukan
pembakaran gerabah?”
10. N6 : “Lama pembakaran tergantung dari jumlah gerabah yang dibakar.
Untuk ukuran yang kecil – kecil karena banyak sehingga
membutuhkan waktu 12 – 14 jam sedangkan untuk ukuran
gerabah yang besar membutuhkan waktu 10 jam.”
11. P : “Kapan pembakaran gerabah dilakukan?”
12. N6 : “Tergantung dari jumlah dan ukuran gerabah yang
diproduksi. Jika gerabah yang diproduksi dalam ukuran besar
maka tempat pembakaran hanya mampu menampung 3 gerabah.
Sedangkan jika gerabah yang diproduksi dalam ukuran kecil
maka tempat pembakaran mampu menampung sekitar 400
gerabah. Pembakaran yang dilakukan pagi hari akan selesai sore
atau bahkan malam. Jika pembakaran dilakukan pada sore atau
malam hari maka pada pagi hari pembakaran baru akan selesai.
Setelah pembakaran dilakukan pendinginan. Pendinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
dilakukan semalaman, setelah itu baru gerabah akan diambil dan
dipacking.”
13. P : “Berapa rata - rata banyak kayu yang dibutuhkan untuk setiap kali
pembakaran?”
14. N6 : “Kayu yang dibutuhkan sekitar 1 kol mobil mbak. Harga 1 kol
kayu bakar 400.000.”
15. P : “Dimana bapak membeli kayu dalam skala besar tersebut?”
16. N6 : “Kami biasanya sudah menjadi langganan untuk kayu bakar di
daerah Temanggung, Wonosobo tinggal calling saja.”
17. P : “Kemana saja pemasaran yang Anda lakukan?”
18. N6 : “Pemasaran yang dilakukan keluar kota tapi seringnya keluar
negeri mbak. Sedangkan untuk pemasaran secara lokal kami
sering menerima pesanan dari Rumah Makan Lombok Ijo, Resto
di Jl.Senturan dan rumah makan ternama lain. Adapun produk
gerabh yang diminta adalah patung semar.”
19. P : “Negara mana saja yang biasanya menjadi tujuan penyetoran
gerabah atau negara yang sering memesan gerabah?”
20. N6 : “Banyak mbak seperti Negara Filipina, Belanda, Australia dan
negara barat maupun Asia yang lain mbak. Tapi biasanya ketiga
Negara tersebut.”
21. P : “Melalui apa saja pemesanan yang dilakukan?”
22. N6 : “Pemesanan melalui email. Biasanya untuk pemesanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
dilakukan, pemesan memberikan orderan dan bentuk yang hendak
dipesan serta menyediakan container sebagai transport untuk
menghantarkan sampai ketujuan jika barang pesanan sudah siap
untuk dikirim.”
23. P : “Darimana pengadaan bahan dasar yang digunakan untuk
membuat gerabah ini pak?”
24. N6 : “Bahan dasar yang digunakan adalah tanah yang berasal dari
Bangunjiwo yang berwarna hitam dengan beberapa campuran lain
seperti pasir, tanah merah dan air secukupnya.”
25. P : “Apakah keunggulan dari tanah merah dan tanah hitam yang
digunakan untuk memproduksi gerabah?”
26. N6 : “Gerabah yang diproduksi dengan bahan tanah hitam akan lebih
kuat dan tahan lama jika dibakar dan hasilnya pun juga lebih
halus, meskipun tidak tanah hitam seluruhnya karena kami
campur pula dengan tanah merah, pasir dan air tadi mbak.
Meskipun demikian namun komposisi tanah hitam akan lebih
banyak daripada tanah merah sehingga untuk warna dasar yang
dihasilkan adalah hitam.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Pelaksanaan penelitian III
Tempat penelitian : Dusun Kasongan Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul DIY
Hari/tanggal : Sabtu, 24 Juni 2017
Waktu : Pkl 11.00 WIB – 15.00 WIB
Identitas Narasumber
Nama : Yulianti (52 th)
Alamat : Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul
Pekerjaan : Wiraswasta usaha konter pulsa
1. P : “Siapa nama ibu?”
2. N7 : “Yulianti”
3. P : “Berapa usia ibu?”
4. N7 : “52 tahun.”
5. P : “Sudah berapa lama usaha konter ini ibu lakukan?”
6. N7 : “Sudah sekitar 30 th.”
7. P : “Apakah ada dampak yang diakibatkan dari kehadiran gerabah
di daerah Kasongan ini bagi usaha ibu ini?”
8. N7 : “Ya jelas ada mbak.”
9. P : “Jika ada dampak apa yang diakibatkan dari adanya gerabah yang
semakin berkembang di daerah ini bagi usaha ibu?”
10. N7 : “Dampaknya dengan adanya gerabah, usaha konter saya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
semakin ramai dikunjungi. Apalagi kondisi sekarang dimana
Kasongan dijadikan sebagai daerah wisata gerabah.”
11. P : “Apa perbedaan yang ibu alami bagi usaha ini dari kondisi daerah
Kasongan tempo dulu dengan sekarang?”
12. N 7 : “Perbedaannya jelas pada pemasukkan saya mbak. Kalau dulu
Kondisi Kasongan sepi sehingga untuk pemasukkan yang saya
peroleh sedikit, sedangkan untuk sekarang pemasukkan yang
saya peroleh lebih besar. Karena Kasongan sudah menjadi
daerah wisata.”
13. P : “Sejak tahun berapa derah ibu mengalami peningkatan untuk
pemasukkan yang ibu terima?”
14. N 7 : “Setelah gempa mbak. Sekitar tahun 2007 – 2017 tahun ini
mbak.”
15. P : “Berapa besar pemasukkan yang ibu peroleh selama melakukan
usaha ini?”
16. N 7 : “Untuk pemasukkan rata – rata saat hari – hari biasa kurang lebih
sekitar 1.000.000. Tetapi seringnya kurang dari 1.000.000, hal
ini juga tergantung dari kondisi cuaca, jika kondisi hujan seperti
sekarang ini penjualan akan sepi sehingga pemasukkan yang
diperoleh tidak sebesar biasanya. Pemasukkan akan besar pada
saat hari – hari besar atau hari libur bisa mencapai 1.000.000
sampai 1.500.000 untuk setiap harinya.”
17. P : “Selain pada tingkat pemasukkan yang diakibatkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Adanya gerabah, apa saja dampak yang diakibatkan dengan
keberadaaannya?”
18. N 7 : “”Selain pada pemasukkan yang saya peroleh dengan adanya
gerabah ini juga berdampak pada perubahan tingkat pendidikan
anak – anak yang tinggal disekitar sini mbak. Karena sebelum
adanya gerabah pemasukan warga sekitar sini hanya cukup
untuk membiayai sekolah tingkat SD namun semakin
berkembangkanya daerah Kasongan bahkan sampai menjadi
daerah wisata sentral industri gerabah ini menambah pemasukan
dan kreatifitas dari warga sini untuk meningkatkan pendidikan
sampai pada perguruan tinggi.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Pelaksanaan penelitian III
Tempat penelitian : Dusun Kasongan Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul DIY
Hari/tanggal : Sabtu, 24 Juni 2017
Waktu : Pkl 11.00 WIB – 15.00 WIB
Identitas Narasumber
Nama : Musri (54th)
Alamat : Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul
Pekerjaan : Wiraswasta penjaga toko gerabah
1. P : “Berapa kisaran harga barang yang dijual di toko ini bu?”
2. N 8 : “Mulai dari 2000 untuk harga souvenir dan untuk gerabah
perabot rumah tangga seperti ndandang 100.000 – 650.000 untuk
guci.”
3. P : “Darimana saja barang – barang yang dijual disini?”
4. N 8 : “Campuran mbak, ada yang dari Klaten dan dari daerah Kasongan
sendiri.”
5. P : “Dari barang – barang yang dijual disini mana saja yang paling
laris dan banyak diminati oleh pembeli bu?”
6. N 8 : “Konsumen yang sering saya layani disini paling banyak
meminati barang – barang dari Klaten.”
7. P : “Selama ibu bekerja di toko ini bentuk pemesanan yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
melalui apa saja?”
8. N 8 : “Via on line melalui WA selain itu hanya dari warga sekitar.”
9. P : “Kemana saja pemasaran yang dilakukan oleh toko ini?”
10. N 8 : “Pemasaran bisa sampai Sumatera, Jambi, Bandung dan Jakarta.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Pelaksanaan penelitian III
Tempat penelitian : Dusun Kasongan Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul DIY
Hari/tanggal : Sabtu, 24 Juni 2017
Waktu : Pkl 11.00 WIB – 15.00 WIB
Identitas Narasumber
Nama : Eko (45 th)
Alamat : Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul
Pekerjaan : Penjual Gerabah / pemilik toko Dwiyanto
1. P : “Sejak tahun berapa bapak memulai merintis usaha penjualan
gerabah ini?”
2. N 9 : “Mulai tahun 1990 – 2017 ini mbak.”
3. P : “Apakah pemasaran yang bapak lakukan sampai menembus
pemasaran eksport?”
4. N 9 : “Dulu sebelum gempa memang pemasaran sampai ke luar negeri,
namun setelah gempa tidak lagi. Karena banyak dari negara lain
yang tidak ingin terkena dampak dari bencana. ”
5. P : “Ada berapa banyak toko yang bapak dirikan?”
6. N 9 : “Toko Dwiyanto ada dua cabang.”
7. P : “Apakah barang yang dijual sama semua pak?”
8. N 9 : “Hanya sebagain. Tetapi mayoritas untuk toko induk lebih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
jenis barang yang disediakan. Sedangkan untuk cabangnya ini
hanya sekedar barang kerajinan dan perabotan.”
9. P : “Dari mana bapak barang – barang yang bapak jual di toko bapak
ini?”
10. N 9 : “Untuk gerabah semuanya dari Kasongan, sedangkan untuk
anyaman saya mendatangkan dari Sentolo Kulonprogo. Untuk
set tempat the dengan warna tanah yang paling berbeda itu saya
datangkan dari Pemalnng.”
11. P : “Mulai dari berapakisaran harga barang yang berada di toko ini
pak?”
12. N 9 : “Untuk gerabah mulai dari harga 2000 – 500.000 sedangkan
untuk meja kursi kisaran harganya mulai dari 45.000 –
750.000.”
13. P : “Ada berapa jenis item yang bapak jual ditoko bapak pusat dan di
toko cabang ini?”
14. N 9 : “Banyak mbak kurang lebih 50 item mbak untuk yang pusat
sedangkan untuk toko yang ini hanya 8 jenis.”
15. P : “Jenis barang apa saja yang dijual ditoko ini pak?”
16. N 9 : “Perabotan untuk saji, hiasan, patung, alat rumah tangga, asbak,
tempat sampah, bak mandi, dan tempat wudu.”
17. P : “Jenis barang apa saja yang paling laris terjual di toko bapak ini?”
18. N 9 : “Alat rumah tangga. Biasanya ini digunakan untuk barang –
barang hotel.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
19. P : “Apa dampak yang diakibatkan dari adanya gerabah yang berada
di Kasongan bagi bapak?”
20. N 9 : “Banyak mbak, Kasongan ini mulai dikenal dan berkembang
menjadi daerah wisata gerabah semenjak diperkenalkan oleh
Bapak Sabti Hudoyopada tahun sekitar 1990 an. Semenjak tahun
untuk mulai banyak para pengrajin gerabah dan membuat
produk gerabah yang beranekaragam. Kemudian saya memulai
usaha untuk menjual gerabah – gerabah yang diproduksi oleh
pengrajin dari daerah sini kepada teman – teman saya di daerah
lain, yang sampai sekarang semakin bertambah luas. Jelas untuk
dampak adalah pada segi pemasukan yang meningkat.”
21. P : “Dimana saja daerah pemasaran yang bapak lakukan untuk
barang – barang dagangan bapak ini?”
22. N 9 : “Pemasaran yang saya lakukan meliputi daerah Surabaya, Jakarta,
dan Bandung untuk daerah luar kota sedangkan untuk luar pulau
meliputi Medan, Palembang, Makasar, Sumatera, dan
Sulawesi.”
23. P : “Berapa pemasukan yang bapak peroleh setiap harinya?”
24. N 9 : “Untuk rekapan pemasukkan saya melakukannya tiap minggu dan
untuk itu pemasukkan yang saya peroleh untuk setiap
minggunya mulai dari 5.000.000 sampai 10.000.000.”
25. P : “Dalam waktu seminggu itu pada saat kapan penjualan yang
paling banyak bapak terima?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
26. N 9 : “Pemasukkan yang paling besar saya peroleh saat weekend dan
liburan. Dimana pada saat itu banyak wisatawan yang datang
berkunjung dan membeli barang yang ada di toko saya.”
27. P ; “Apa perbedaan yang bapak rasakan terhadap daerah Kasongan
pada tempo dulu dengan sekarang?”
28. N 9 : “Seperti yang sudah saya sampaikan tadi mbak, perbedaannya
lebih ke pemasukkan yang saya peroleh, namun selain itu
dengan semakin meningkatnya jumlah wisata dan minat
pengunjung maupun pembeli kreatifitas bagi para pedagang
maupun pengrajin di daerah sini pun juga harus semakin
meningkat karena persaingan dagang dengan pedagang yang
lain di daerah sini semakin banyak dan ketat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
LAMPIRAN B
Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
B.1 Pengolahan Tanah
B.2 Pembentukan gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
B.3 Pengeringan gerabah
B.4 Pembakaran gerabah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
B.5 Pemolesan gerabah
B.6 Gerabah jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
LAMPIRAN C
Hasil Angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related