BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari
berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri,
bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit.
Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan
penyakit yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan
berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Manifestasi morfologik penyakit-
penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri
piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat
menyebabkan impetigo. Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit
bagian atas, terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus
aureus atau bakteri grup A stafilokokus B hemolitikus,menyebabkan terbentuknya
lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustule).
Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan
badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering
ditemukan di wajah, lengan dan tungkai. Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah
penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran
pernapasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya). Impetigo menyebar melalui
kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Inggris kejadian
impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada
anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa. Pasien dapat lebih
jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi.
1
Gejala impetigo timbul bintik-bintik merah yang kecil menjadi lepuh yang
berisi nanah dan berkeropeng biasanya pada muka, tangan atau kepala. Impetigo
berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian melepuh,
mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk keropeng.
Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal
dari lepuhannya. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong
sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai
rasa gatal. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang
terinfeksi.
Pencegahan impetigo dengan mencuci tangan dengan teliti. Infeksi bisa
dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan. Goresan ringan atau
luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat
anti-bakteri. Untuk mencegah penularan: hindari kontak dengan cairan yang berasal
dari lepuhan di kulit, hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian
dengan penderita, selalu mencuci tangan setelah menangani lesi kulit.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi kulit?
b. Apa definisi dari Impetigo?
c. Apa penyebab dari Impetigo?
d. Apa tanda dan gejala pasien dengan Impetigo?
e. Bagaimana klasifikasi dari Impetigo?
f. Bagaimana patofisiologi dari Impetigo?
g. Apa saja komplikasi dari Impetigo?
h. Apa saja pemeriksaan penujang pada pasien dengan Impetigo?
i. Bagaimana prognosis pada klien dengan Impetigo?
j. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan Impetigo?
2
k. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Impetigo?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mengerti tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Impetigo.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kulit?
b. Menjelaskan definisi dari Impetigo?
c. Menyebutkan penyebab dari Impetigo?
d. Menjelaskan tanda dan gejala pasien dengan Impetigo?
e. Menjelaskan klasifikasi dari Impetigo?
f. Menjelaskan patofisiologi dari Impetigo?
g. Menjelaskan komplikasi dari Impetigo?
h. Menjelaskan pemeriksaan penujang pada pasien dengan Impetigo?
i. Menjelaskan prognosis pada klien dengan Impetigo?
j. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan Impetigo?
k. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Impetigo?
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasainya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan
hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam
kecoklatan pada genetalia orang dewasa.
Demikian pada kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang
elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan
4
tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada
muka, yang lembut pada leher dan badan, dan berambut kasar terdapat pada kepala.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel.
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).
3. Lapisan subkutis (hipodermis).
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.
1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan
lapisan yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak
lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
5
Stratum granulosum (lapisan kerato hialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir-butir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-
butir kasar ini terdiri atas kerato hialin, mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan
ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell layer
(lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin
dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum
terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas
protoplasma dan tonofibril atau kreatin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel
spinosum terdapat pula sel langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung
banyak glikogen.
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersususn vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperi pagar (palisade).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini
mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel
yaitu:
a) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong
dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jaringan antar sel.
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel
berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan
mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. Lapisan ermiselaumm adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua
bagian yakni:
a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembulu darh.
b) Pars retikulare, yaitu bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini
6
terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondrotin sulfat, di bagian ini
terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksipolin dan
hidroksisislin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur
menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Serabut estalin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf dan mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh
trabukela yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi
sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembulu
darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3cm, di daerah kelopak mata
dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit juga di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak
di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak disubkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis dan bagian atas mengadakan anatomis di bagian
dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikulare juga mengadakan anastomisis, di
bagian ini pembulu darah mengalami pembesaran. Bergandengan dengan pembulu
darah terdapat saluran getah bening.
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
A. Kelenjar Kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :
1. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak
dangkal di dermis dengan sekret encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar,
terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.
Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu masa kehamilan dan
baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral
dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit
dan terbanyak di telapak kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa
faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinegik, faktor panas, dan stres emosional.
7
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola
mamae, pubis, labia minor dan saluran telinga luar. Fungsi apkrin pada manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada waktu pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.
2. Kelenjar Minyak (glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit
manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar minyak disebut juga
kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari
dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar minyak biasanya terdapat di samping akar
rambut dan muaranya terdapat pada lumen dan akar rambut (folikel rambut).
Sebelum mengandung trigleserida, asam lemak bebas,skualen, wax ester, dan
kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah
kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar da banyak sera mulai
berfungsi aktif.
B. Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian
yang terbuka diatas dasar kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian
kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatn tumbuh kira-
kira 1mm per minggu.
Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (naik groove). Kulit tipis yang
menutupi kuku dibagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupi
bagian kuku bebas disebut hiponikium.
C. Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian
yang berada diluar kulit (akar rambut). Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang
merupakan rambut halus, tidak mengandun pigmen dan terdapat pada bayi, dan
rambut terminal yaitu rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak
pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa.
8
2.2. Pengertian Impetigo
Impetigo adalah penyakit infeksi piogenik pada kulit yang bersifat superfisial,
bersifat mudah menular yang disebabkan oleh staphilococcus dan/ atau
streptococcus.
Impetigo merupakan pioderma superfisialis terbatas pada
epidermis yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau group
A bête hemolytic Streptococcus (GABHS).
Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit bagian atas, terbatas
pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus aureus atau bakteri grup
A stafilokokus B hemolitikus,menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil
berisi nanah / pustula (Prof.Adhi Djuanda, 2005).
2.3. Etiologi
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan grup A Streptococcus B
hemolitikus, contohnya S. pyogenes. Keduanya bisa secara bersamaan ditemukan di
tempat terjadinya lesi. Infeksi primer S. pyogenes dapat menginduksi infeksi oleh S.
aureus. Infeksi sekunder dapat terjadi bila sebelumnya ada penyakit kulit ataupun
perlukaan kulit.
2.4. Tanda dan Gejala
Pada impetigo krustosa khas ditemukan adanya krustosa berwarna kuning,
lembut tetapi tebal dan disebut honey colored. Kulit di sekitar dan di bawah krusta
9
berwarna kemerahan dan basah, biasanya disertai lesi satelit. Walaupun tidak jarang
terlihat, lesi paling dini ditandai vesikel dengan halo eritematus.
Pada impetigo bolusa, ditandai vesikel dini membesar menjadi bula yang
mengempes dan tidak ada terlihat eritem periferal. Blister yang pecah membentuk
krusta tipis berwarna coklat seperti lacquer. Lesi impetigo bulosa agak berbatas tegas
dan kebanyakan kulit terlihat normal. Perjalanan penyakit berjalan cepat mengalami
deskuamasi, kulit berwarna merah terang dan keluhan sistemik jarang ditemukan.
2.5. Klasifikasi
Impetigo terbagi dalam dua bentuk yaitu impetigo bolusa dan impetigo
nonbolusa. memiliki dua bentuk, yaitu impetigo krustosa dan impetigo
bulosa. Impetigo krustosa umumnya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan jarang disebabkan oleh group A
streptococcus tapi untuk negara berkembang, impetigo krustosa
umumnya disebabkan oleh Streptococcus, sedangkan Impetigo
bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.(Craft N et al,
1695).
2.6. Patofisiologi
Impetigo merupakan penyakit menular dan dapat menyebar ke bagian kulit
pasien yang lain atau ke anggota keluarga yang menyentuh pasien atau memakai
handuk atau sifat yang tercemar oleh eksudat lesi. Meskipun impetigo dijumpai pada
segala usia, namun penyakit ini terutama ditemukan di antara anak-anak yang hidup
dalam kondisi higiene yang buruk. Sering kali impetigo terjadi sekunder akibat
pediculosis capitis (kutu kepala), skabies (penyakit kudis), herpes simpleks, gigitan
serangaga, getah tanaman yang beracun (poison ivy), atau ekzema. Kesehatan yang
buruk, higiene yang buruk, dan malnutrisi dapat menjadi predisposisi terjadinya
impetigo pada orang dewasa. Daerah-daerah tubuh, wajah, tangan, leher dan
ektremitas yang terbuka merupakan bagian yang paling sering tekena.
Impetigo bolusa. Bentuk dari impetigo bolusa merupakan kondisi yang lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan nonbolusa. Agen penyebab impetigo bolusa
10
adalah staphylococcus aureus yang menghasilkan eksotosin eksfoliatif ekstraseluler
disebut exfoliatins A dan B. Eksotoksin ini menyebabkan adhesi sel epidermis,
dimana pada giliranya menyebabkan timbulnya suatu bula dan pengelupasan dari
epidermis.
Gambar 4.1 Patofisiologi Impetigo ke masalah keperawatan.
Impetigo non bulosa. Impetigo nonbulosa adalah bentuk yang paling sering
terjadi dari impetigo dan terjadi sekitar 70% pada anak usia dibawah 15 tahun. Agen
penyebab impetigo bulosa adalah staphylococcus aureus untuk 50-60% dari kasus.
Selain itu sekitar 20-45% kasus disebabkan kombinasi staphylococcus aureus dan
staphylococcus pyogenes. Pada negara-negara berkembang, penyebab utama adalah
staphlococcus aureus yang menghasilkan bakteriotoksin. Bakteriotoksin mengisolasi S.
Aureus pada lesi yang menyebabakan akumulasi pus. Jika seseorang melakukan kontak
dengan orang lain (misalnya: rumah tangga angota, teman sekelas, rekan) yang memiliki
infeksi kulit atau pembawa organisme, kulit normal individu akan mengalami invasi
bakteri. Setelah kulit yang sehat terinvasi oleh bakteri piogenik, apabila terjadi suatu
11
Predisiposisi adanya kontak dengan penderita impetigo,
kesehatan yang buruk, higiene yang buruk, dan malnutrisi.
Invasi bakteri piogenik
Makula yang ruptur menjadi krusta
Respon inflamasi lokal Respon inflamasi sistemik
Respon psikologis
Kerusakan saraf perifer
Kerusakan lateragi jaringan
Peningkatan suhu tubuh
Kondisi kerusakan jaringan kulit
Nyeri Hipertermi Gangguan gambaran diri
kondisi trauma ringan, seperti lecet atau gigitan serangga, maka dapat mengakibatkan
pengembangan lesi impetigo dalam waktu 1-2 minggu.
2.7. Komplikasi
1. Post Streptococcus Glomerulonefritis (pada semua umur)
2. Meningitis atau sepsis (pada bayi)
3. Ektima
4. Erysipelas
5. Sellulitis
6. Bakteriemia
7. Osteomyelitis
8. Arthritis septik
9. Pneumonia
10. Limfadenitis.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada
suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang
berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Pewarnaan gram.
Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan kuman
coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
2. Kultur cairan.
Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus
aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus
beta hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.
12
3. Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.
b. Pemeriksaan Lain:
1. Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif
lemah untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
2. Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini
jarang dilakukan.
2.9. Prognosis
a. Umumnya baik.
b. Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik,
akan memiliki kesempatan untuyk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi.
c. Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonates.
d. Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 – 10 hari.
e. Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis.
f. Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 – 10 hari setelah diterapi, perlu
dilakukan kultur.
2.10. Penatalaksanaan
A. Nonmedikamentosa
a. Membersihkan luka yang lecet atau mengalami pengausan secara perlahan-
lahan. Tidak boleh melakukan gosokan-gosokan pada luka terlalau dalam.
b. Pemberian mupirocin secara topical merupakan perawatan yang cukup
adekuat untuk lesi yang tunggal atau daerah-daerah kecil.
c. Pemberian antibiotik sistemik diindikasikan untuk lesi yang luas atau untuk
impetigo bulosa.
13
d. Pencucian dengan air panas seperti pada Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome diindikasikan apabila lesi menunjukkan keterlibatan daerah yang
luas.
e. Diagnosis dan penatalaksanaan yang dini dapat mencegah timbulnya sikatrik
dan mencegah penyebaran lesi.
f. Kebutuhan akan konsultasi ditentukan dari luasnya daerah yang
terserang/terlibat dan usia pasien. Neonatus dengan impetigo bulosa
memerlukan konsultasi dengan ahli neonatologi.
B. Medikamentosa
Pemberian antibiotik merupakan terapi yang paling penting. Obat yang dipilih harus
bersifat melindungi dan melawan koagulasi-positif Streptococcus aureus dan
Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS). Kategori obat: antbiotik-
antibiotik jenis topikal kurang potensial dibandingkan dengan antibiotik sistemik,
tetapi pemakaiannya sebagai cadangan untuk kasus-kasus yang melibatkan lesi yang
kecil atau yang berjumlah sedikit. Kategori obat topikal:
1. Mupirocin salep (Bactroban)-DOC untuk lesi kecil dengan jumlah yang sedikit
tanpa adanya lymphadenopaty. Dosis Dewasa Dioleskan 5 kali sehari pada lesi,
sebelumnya lesi harus dibersihkan. Dosis Pediatri Sama seperti dosis dewasa.
Kontraindikasi Hipersensitivitas. Interaksi Tidak ada laporan. Kehamilan
Biasanya aman tetapi harus lebih dipertimbangkan antara manfaat dengan
risikonya. Peringatan Penggunaan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan resistensi. Kategori obat sistemik: terapi harus dapat mencakup
semua jenis kuman patogen sesuai dengan gejala klinisnya.
2. Cephalexin (Keflex) – Sefalosporin generasi pertama yang berkerja menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri,
pembunuh bakteri dan efektif melawan pesatnya pertumbuhan organisme yang
membentuk dinding sel. Paling aktif melawan flora kulit; khususnya digunakan
untuk melindungi struktur kulit dan sebagai pencegahan pada penatalaksanaan
minor. DOC untuk kasus-kasus yang melibatkan lesi dalam jumlah besar,
keterlibatan daerah-daerah yang luas atau regio lymphadenopathy. Dosis Dewasa
250 – 500 mg peroral terbagi dalam 7 dosis. Dosis Pediatri 25 – 50 mg/KgBB.
Kontraindikasi Hipersensitif. Interaksi Aminoglikosida meningkatkan potensi 14
nefrotoksik. Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara
manfaat dengan risiko. Peringatan Dapat merusak ginjal.
3. Erythromycin (EES, Erythrocin, Ery-Tab) – DOC diberikan untuk pasien yang
alergi terhadap penicillin atau sefalosporin. Mekanisme kerjanya menghambat
sintesis protein dengan cara menstimulasi pemisahan peptidyl t-RNA dari
ribosom, yang menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis Dewasa 250 – 500 mg
per oral terbagi dalam 7 dosis. Dosis Pediatri 30 – 50 mg/KgBB per oral terbagi
dalam 7 dosis. Kontraindikasi Hipersensitif, kelainan hati. Interaksi Dapat
meningkatkan toksisitas dari teopylin, digoksin, karbamazepin dan siklosforin
dapat mempotensi efek anti koagulan dari warfarin, simfastatin meningkatkan
resiko rhabdomyolisis. Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan
antara manfaat dan risiko. Peringatan Resistensi dapat timbul (kira-kira 30 %
kasus). Hati-hati pada penyakit hati, estolate dapat menyebabkan cholestatik
jaundice, efek yang kurang baik untuk traktus gastrointestinal termasuk mual,
muntah yang biasa terjadi (bila diminum sesudah makan). Hentikan penggunaan
jika terjadi mual, muntah, malaise, kolik abdomen dan demam.
4. Dicloxacillin (Dycill, Dynapen) – merupakan antibiotik pembunuh bakteri yang
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Digunakan untuk infeksi
yang disebabkan oleh Staphylococcus yang memproduksi penicillinase, dapat
digunakan untuk terapi pada saat diduga adanya infeksi. Sangat efektif, tetapi
toleransi tubuh kurang baik jika dibandingkan dengan cephalexin.
Dosis Dewasa 250 mg terbagi dalam 7 dosis. Dosis Pediatri 20 – 50 mg/KgBB
terbagi dalam 7 dosis. Kontraindikasi Hipersensitif. Interaksi Menurunkan
efektifitas kontrasepsi oral, meningkatkan efek anti koagulan; Probenecid dan
Disulfiram dapat meningkatkan efek obat ini. Kehamilan Biasanya aman, tetapi
harus dipertimbangkan antara manfaat dan risiko. Peringatan Monitor pada
pasien yang menggunakan obat-obat anti-koagulan, toksisitas dapat
meningkatkan kerusakan ginjal.
2.11. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Impetigo
A. Pengkajian
Pada anamnesis biasnya didapatkan keluhan, meliputi hal-hal berikut:
15
1. Pada impetigo nonbulosa, keluhan dimulai dengan adanya pembentukan suatu
makula eritematosa tunggal yang cepat berkembang menjadi vesikel dan pecah,
meninggalkan eksudat kuning dengan adnya erosi diatasnya. Awitan impetigo
bulosa biasanya lebih cepat membesar dan bula yang pecah. Lesi biasanya tanpa
gejala. Terkadang, pasien melaporkan rasa sakit atau gatal. Pasien dengan
impetigo biasnya didapatkan adanya riwayat kontak penderita impetigo lainnya.
2. Pada kedua jenis impetigo didapatkan adanya riwayat kondisi lingkungan hidup
yang penuh sesak, kebersihan yang rendah, atau lingkungan kerja tidak higienis
mendorong kontaminasi patogen yang dapat menyebabkan impetigo.
3. Lesi impetigo biasanya sembuh tanpa jaringan parut. Jika tidak diobati, lesi
impetigo menghilo bolusa sering terjadi secara sepontan setelah beberapa
minggu.
Pada pemeriksaan fisik impetigo bulosa, biasanya didapatkan hal berikut:
1. Impetigo bulosa sering terjadi pada neonatus, tetapi juga terjadi pada anak-anak
yang lebih tua dan orang dewasa.
2. Karakteristik lesi adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang
dari 1 cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada kemerahan di daerah
sekitarnya. Awalnya, vesikel berisis cairan bening yang menjadi keruh. (Gambar
4.2).
3. Hampir semua bula pecah. Apabila bula pecah, sering meninggalkan jaringan
parut di pinggiran.
4. Lesi dapat lokal atau tersebar luas. Lesi sering ditemukan di daerah
intertrigianosis seperti lipatan leher, ketiak dan lipatan paha, tetapi dapat juga
ditemukan di wajah atau dimanapun pada tubuh.
5. Pada bayi, lesi yang luas dapat berhubungan dengan gejala sistemik seperti
demam , malaise, kelemahan umum, dan diare.
6. Impetigo bulosa dianggap kurang menular dari impetigo nonbulosa.
16
Gambar Bulosa
Pada pemeriksaan fisik impetigo nonbulosa, biasnya didapatkan hal berikut ini:
1. Kelainan terlihat pertama adalah makula kemerahan atau papul, dengan diameter
2-5 mm.
2. Karakteristik luka adalah vesikel yang mudah pecah dan menjadi papula atau plak
lebih kecil dari 2 cm dengan sedikit atau tidak ada kemerahan sekitarnya.
3. Lesi berkembang di kulit normal atau pada kulit yang telah mengalami suatu
trauma atau pada kulit setelah mengalami penyakit kulit sebelumnya (misalnya:
varisela, dermatitis atopik) dan dapat menyebar dengan cepat.
4. Lesi terletak di sekitar mulut, hidung, dan terkena bagian tubuh (misalnya:
tangan, kaki), telapak tangan dan telapak kaki.
5. Limfadenopati lokal biasanya didapatkan.
6. Jika tidak diobati, lesi menyebar dan secara spontan sembuh setelah beberapa
minggu tanpa jaringan parut.
17
Gambar impetigo nonbulosa
B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Nyeri akut b/d respon inflamasi lokal sekunder dari kerusakan saraf perifer
kulit.
2. Hipertermi b/d respon inflamasi sistemik sekunder dari proses supurasi lokal.
3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur kulit, perubahan peran
keluarga.
4. Defisiensi pengetahuan b/d tidak adekuatnya sumber informasi.
Ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan dilakukan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri,
penurunan suhu tubuh, peningkatan citra diri, dan pemenuhan informasi. Untuk
intervensi penurunan suhu tubuh dan peningkatan citra diri, intervensi dapat
disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela.
18
Dx : Nyeri b/d respon inflamasi lokal saraf perifer kulit.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang/
hilang.
Kriteria evaluasi:
Secara subjectif px melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala
nyeri 0-1 (0-4).
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif.
2. Lakukan menejemen nyeri dengan
melakukan perawatan:
Istirahatkan pasien.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
dalam pada saat nueri muncul.
3. Ajarkan teknik distraksi pada saat
nyeri.
4. Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian analgetik.
1. Pendekatan dengan menggunakan
relaksasi dan nofarmakologi
lainya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
2. Isirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen
yang diperlukan unutuk
memenuhi kebutuhan
metabolisme basal. Meningkatkan
asupan 02 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari
iskemia spina.
3. Distraksi (pengalihan perhatian)
dapat menurunkan stimulasi
internal.
4. Analgetik memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang.
19
Dx : Defisiensi pengetahuan b/d tidak adekuatnya sumber informasi,
ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.
Tujuan: Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
Kriteria evaluasi:
Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan
dengan kemungkinan komplikasi.
Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
INTERVENSI RASIONAL
Beritahukan pasien/ orang terdekat
mengenai dosis, aturan, dan efek
pengobatan.
Informasi dibutuhkan untuk
meningkatkan perawatan diri, untuk
menambah kejelasan efektivitas
pengobatan dan pencegahan komplikasi.
Jelaskan tentang pentingnya pengobatan
antibakteri.
Pemberian antibakteri di rumah
dibutuhkan untuk mengurangi invasi
bakteri pada kulit.
Jelaskan cara perawatan kebersihan diri. Menurunkan respon penularan infeksi.
Pasien dan keluarga harus diberitahukan
untuk mandi sekali sehari dengan sabun
bakterisidal. Kebersihan dan praktik
higiene yang baik membantu mencegah
penyebaran lesi dari daerah kulit yang
satu ke daerah lainya dan dari orang satu
ke orang lainya. Setiap orang harus
memiliki handuk dan lap muka sendiri.
Penyakit impetigo merupakan penyakit
menular, oleh karena itu, anak yang
20
terinfeksi penyakit ini harus dijauhkan
dari anak lain sampai lesinya benar-
benar sembuh.
Ajarkan cara menggunakan obat salep. Pemberian salep atau krim yang
dioleskan secara tipis dibagian atas lesi,
beberapa obat yang biasanya diapakai
meliputi:
Gentamisin salep atau krim telah
digunakan di banyak negara
untuk beberapa infeksi gram
positif oleh staphylococcus,
termasuk impetigo dan pioderma
Hidrogen peroksida 1% krim,
telah menunjukan aktivitas
bakterisida. Hal ini dioleskan 2-
3 kali sehari pada daerah yang
terkaena untuk maksimal 3
minggu.
Tetrasiklin salep telah digunakan
untuk impetigo lokal, meskipun
tidak banyak diresepkan karena
potensi risiko reaksi
fotosensitivitas kulit.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari
berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri,
bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit.
Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan
penyakit yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan
berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Manifestasi morfologik penyakit-
penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri
piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat
menyebabkan impetigo. Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit
bagian atas, terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus
aureus atau bakteri grup A stafilokokus B hemolitikus,menyebabkan terbentuknya
lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula).
Impetigo terbagi dalam dua bentuk yaitu impetigo bolusa dan impetigo
nonbolusa. memiliki dua bentuk, yaitu impetigo krustosa dan impetigo
bulosa. Impetigo krustosa umumnya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan jarang disebabkan oleh group A
streptococcus tapi untuk negara berkembang, impetigo krustosa
umumnya disebabkan oleh Streptococcus, sedangkan Impetigo
bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.(Craft N et al,
1695).
22