BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan tidur pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahat nya yang menyebabkan
r a sa t i dak nyaman a t au mengganggu gaya h idup yang d i i ng inkan . l ans i a
r en t an t e rhadap gangguan t i du r ka r ena adanya t ekanan po l a
t i du r .Gannguan t i du r pada lansia jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan
akan menjadi gangguan t i du r yang k ron i s . s eca r a f i s i o log i s , j i ka s e seo rang t i dak
mendapa tkan t i du r yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-
efek seperti pelupa,konfusi dan disorientasi.(mickey stanley ;2007;447)
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah kami ini akan kami bahas tentang ;
a .Baga imana K la s i f i ka s i gangguan t i du r ?
b .Baga imana F i s i o log i t i du r no rma l ?
c .Baga imana Pe rubahan t i du r pada l ans i a ?
d .Baga imana s a td ium no rma l t i du r o r ang dewasa ?
e .Baga imana gangguan t i du r pada l ans i a ?
f .Baga imana pena t a l aksanaan med iknya ?
Semua akan saya bahas secara terperinci dalam makalah kami
1.2. Tujuan
D e n g a n k a m i t u l i s n y a m a k a l a h i n i , k a m i b e r h a r a p p a d a k a m i
s e n d i r i khususnya dan semua orang pada umumnya, bisa mengetahui apa itu
ganguan tidur p a d a l a n s i a d a n a p a - a p a s a j a g a n g g u a n t i d u r p a d a
l a n s i a i t u , s e r t a b a g a i m a n a penatalaksanaannya.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal
gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan. Pendapat yang menyatakan bahwa
tidak ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan tidur
dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan
fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya kece l akaan ak iba t
gangguan t i du r . D i Amer ika Se r i ka t , b i aya kece l akaan yang berhubungan
dengan gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta dolar. Insomnia merupakan
gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang
dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun
demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah
didiagnosis oleh dokter. Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru,
diabetes, artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk
dan durasi tidurnya kurang bila di bandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan
tidur dapat meningkatkan biaya penyak i t s eca r a ke se lu ruhan . Gangguan t i du r
j uga d ikena l s ebaga i penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius
gangguan tidur pada lansia
misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood
depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas
hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang
yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila
d i b a n d i n g k a n d e n g a n s e s e o r a n g y a n g l a m a t i d u r n y a a n t a r a 7 - 8 j a m
p e r h a r i . Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat
kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain, gangguan
t i du r ak iba t kond i s i med ik umum, dan gangguan t i du r yang d i i nduks i o l eh
za t . Gangguan tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya
pada proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini, riwayat obat
yang digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta polisomnogram malam hari perlu
dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan gangguan tidur yang sering
diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme tidur,danapnea tidur
2.2 KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
I. Gangguan tidur primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan
mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu disomnia dan
parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah,kualitas, dan waktu tidur.
Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan dengan tidur,
stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur bangun.
Disomnia terdiri dari insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi,
gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadian
tidur, dan disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari
gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia
yang tidak dapat diklasifikasikan.
II. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Gangguan t i du r t e rka i t gangguan men ta l l a i n ya i t u t e rdapa tnya
ke luhan gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain
(seringkarena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan
sebagaigangguan t i du r t e r s end i r i . Ada dugaan bahwa mekan i sme
pa to f i s i o log ik yang mendasari gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya gangguan
tidur-bangun.Gangguan tidur ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan
Hipersomniaterkait aksis I atau II.
III. Gangguan tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur yang menonjol
yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum terhadap
siklus tidur-bangun.
IV. Gangguan tidur akibat zat
Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau menghentikan
penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik terhadap seseorang yang
mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur
ang spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasiyang
digunakan, perlu dilakukan
2.3 FISIOLOGI TIDUR NORMAL
Rata - r a t a dewasa s eha t membu tuhkan wak tu 7½ j am un tuk t i du r
s e t i ap malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur lebih atau
kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia. Seseorang
yang berusia muda cenderung tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan
lansia.Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan. Fisiologi tidur dapat
dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi merupakan
alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi
sering dilakukan saat tidur malam hari. Alat tersebut dapat mencatat ak t i v i t a s EEG,
e l ek t rooku log ra f i , dan e l ek t romiog ra f i . E l ek t romiog ra f i pe r i f e r berguna
untuk menilai gerakan abnormal saat tidur. Stadium tidur - diukur
dengan polisomnografi - terdiri dari tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-
rapideye movement (NREM). Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena
dihubungkan dengan bermimpi atau tidur paradoks karena EEG aktif selama fase ini. Tidur
NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini
bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 120 menit.Secara umum ada 4-6 siklus
NREM-REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I berlangsung antara 5-10
menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang. Tidur NREM terdiri dari empat
stadium yaitu stadium 1,2,3,4
2.4 STADIUM TIDUR NORMAL PADA ORANG DEWASA
Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup.
Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik.
Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase
mengantuk terdapat gelombang alfa campuran.
Stadium 1disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium
1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari
total waktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa
menurun kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta,
tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata
melambat,t onus o to t menurun , be r l angsung s ek i t a r 3 -5 men i t . Pada s t ad ium
in i s e seo rang mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur.
Stadium 2
ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh aktivitasteta, voltase rendah-
sedang, kumparan tidur dan kompleks K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek
dengan frekuensi 12-14 siklus per detik. Kompleks K yaitu ge lombang t a j am , nega t i f ,
vo l t a se t i ngg i , d i i ku t i o l eh ge lombang l eb ih l amba t , frekuensi 2-3 siklus per
menit, aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah
cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini menduduki
sekitar 50% total tidur.
Stadium 3
ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik, amplitudo
tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata
S t ad ium 4
t e r j a d i j i k a g e l o m b a n g d e l t a l e b i h d a r i 5 0 % . S t a d i u m 3 d a n 4 s u l i t
d i bedakan . S t ad ium 4 l eb ih l amba t da r i s t ad ium 3 . Rekaman EEG be rupa
de l t a . Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam.
Stadium ini menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi
antara sepertiga awa l ma l am dengan s e t engah ma lam. Dura s i t i du r i n i
men ingka t b i l a s e seo rang mengalami deprivasi tidur.
2.5 PERUBAHAN TIDUR PADA LANSIA
Pola tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur. Pada masa neonatus
sekitar 50% waktu tidur total adalah tidur REM. Lama tidur sekitar 18 jam.Pada usia satu
tahun lama tidur sekitar 13 jam dan 30 % adalah tidur REM. Waktu tidur menurun
dengan tajam setelah itu. Dewasa muda membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75%
dan REM 25%. Kebutuhan ini menetap sampai batas lansia.Lansia menghabiskan waktunya
lebih banyak di tempat tidur, mudah jatuh tidur,tetapi juga mudah terbangun dari
tidurnya. Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada
gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfamenurun, dan meningkatnya
frekuensi terbangun di malam hari atau meningkat nya fragmentasi tidur karena
seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada dalamnya t i du r s eh ingga l ans i a s anga t
s ens i t i f t e rhadap s t imu lus l i ngkungan . Se l ama t i du r malam, seorang dewasa
muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia
lebih sering terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia hampir sama
dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam
biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun pada malam hari
menyebabkan keletihan, mengantuk, danmudah jatuh tidur pada siang hari. Dengan
perkataan lain, bertambahnya umur juga d ika i t kan dengan kecende rungan un tuk
t i du r dan bangun l eb ih awa l . To l e r ans i t e rhadap f a se a t au j adua l t i du r -
bangun menurun , m i sa lnya s anga t r en t an dengan perpindahan jam kerja.
2.6 GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologik karena faktor usia dan ada pula
gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada beberapa gangguan
tidur yang sering ditemukan pada lansia.
Insomnia Primer
Ditandai dengan:-Ke luhan su l i t masuk t i du r a t au memper t ahankan t i du r a t au
t e t ap t i dak s ega r meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan-
M e n y e b a b k a n p e n d e r i t a a n y a n g b e r m a k n a s e c a r a k l i n i k a t a u
i m p a i r m e n t sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.- G a n g g u a n t i d u r t i d a k
t e r j a d i s e c a r a e k s k l u s i f s e l a m a a d a g a n g g u a n m e n t a l lainnya.- T i d a k
d i s e b a b k a n o l e h p e n g a r u h f i s i o l o g i k l a n g s u n g k o n d i s i m e d i k u m u m
atau zat
Insomnia kronik d i s e b u t j u g a i n s o m n i a p s i k o f i s i o l o g i k p e r s i s t e n .
I n s o m n i a i n i d a p a t d i s ebabkan o l eh kecemasan ; s e l a in i t u , dapa t pu l a
t e r j ad i ak iba t keb i a saan a t au pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur.
Misalnya, pemecahan masalah s e r i u s d i t empa t t i du r , kekhawa t i r an , a t au p ik i r an
nega t i f t e rhadap t i du r ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan yang
berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi ia
semakin tidak bisa tidur.
Insomnia idiopatik
Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini.
Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama
h idup . Penyebabnya t i dak j e l a s , ada dugaan d i s ebabkan o l eh ke t i dak
s e imbangan neurokimia otak di formasio retikularis batang otak atau disfungsi forebrain.
Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada
malam hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan
penurunan mood ( r i s i ko dep re s i dan anx i e t a s ) , menurunkan mo t iva s i , a t ens i ,
ene rg i , dan k o n s e n t r a s i , s e r t a m e n i m b u l k a n r a s a m a l a s . K u a l i t a s
h i d u p b e r k u r a n g d a n m e n y e b a b k a n l a n s i a t e r s e b u t l e b i h s e r i n g
m e n g g u n a k a n f a s i l i t a s k e s e h a t a n . Seseo rang dengan i n somnia p r ime r
s e r i ng mempunya i r iwaya t gangguan t i du r s ebe lumnya . Se r i ng pende r i t a
i n somnia mengoba t i s end i r i dengan oba t s eda t i f - hipnotik atau alkohol. Anksiolitik
sering digunakan untuk mengatasi ketegangan dan kecemasan
2.10 GANGGUAN TIDUR AKIBAT GANGGUAN MENTAL LAINNYA
Gangguan cemas dan depresi
Pola tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Pada depresi terjadi
gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk,
tidur gelombang pendek menurun, latensi REM juga turun, serta peningkatan
aktivitas REM. Lans i a dengan ke luhan i n somnia ha rus d ip ik i rkan
kemungk inan adanya depresi atau anksietas.
Demensia dan Delirium
Gangguan tidur sering ditemukan pada demensia. Berjalan saat tidur di malam hari
sering ditemukan pada delirium meskipun pada siang hari pasien terlihat normal.
Pasien Alzheimer sering terbangun dan durasi bangunnya lebih lama. Tidur REM dan
gelombang lambat meningkat
2.11 PENATALAKSANAAN GANGGUAN TIDUR
Farmakologik
Benzodiazepin paling sering digunakan dan tetap merupakan pilihan utama
untuk m e n g a t a s i i n s o m n i a b a i k p r i m e r m a u p u n s e k u n d e r .
K l o r a l h i d r a t d a p a t p u l a bermanfaat dan cenderung tidak disalah gunakan.
Antihistamin, prekursor protein seperti l-triptofan yang saat ini tersedia dalam bentuk
suplemen juga dapat digunakan.Penggunaan jangka panjang obat hipnotik tidak dianjurkan. Obat
hipnotik hendak lah digunakan dalam waktu terbatas atau untuk mengatasi insomnia jangka
pendek. Dosis h a r u s k e c i l d a n d u r a s i p e m b e r i a n h a r u s
s i n g k a t . B e n z o d i a z e p i n d a p a t direkomendasikan untuk dua atau tiga hari
dan dapat diulang tidak lebih dari tiga kali
Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan masalah tidur atau dapat
menutupi penyakit yang mendasari. Penggunaan benzodiazepin harus hati-hati pada
pasien penyakit paru obstruktif kronik, obesitas, gangguan jantung dengan
hipoventilasiTriazolam tidak menyebabkan gangguan respirasi pada pasien COPD ringan-
sedangyang mengalami insomnia. Neuroleptik dapat digunakan untuk insomnia
sekunder terhadap delirium pada lansia. Dosis rendah-sedang benzodiazepin seperti
lorazepamdigunakan untuk memperkuat efek neuroleptik terhadap tidur. Antidepresan
yang bersifat sedatif seperti trazodone dapat diberikan bersamaan dengan
benzodiazepin pada awa l ma l am. An t idep re san kadang -kadang dapa t
memperbu ruk gangguan gerakan terkait tidur (RLS)Mi r t azap ine merupakan
an t i dep re san ba ru go longan no rad rene rg i c and spec i f i c serotonin
antidepressant (NaSSA). Ia dapat memperpendek onset tidur, stadium 1 be rku rang ,
dan men ingka tkan da l amnya t i du r . La t ens i REM, t o t a l wak tu
t i du r , kontinuitas tidur, serta efisiensi tidur meningkat pada pemberian mirtazapine.
Obatini efektif untuk penderita depresi dengan insomnia tidur
Non farmakologik
Higene tidur
Memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur merupakan syarat
mutlak untuk gangguan tidur. Jadual tidur-bangun dan latihan fisik sehari-hari yang
t e r a tu r pe r l u d ipe r t ahankan . Kamar t i du r d i j auhkan da r i sua sana t i dak
nyaman . Penderita diminta menghindari latihan fisik berat sebelum tidur. Tempat tidur jangan
dijadikan tempat untuk menumpahkan kemarahan
Terapi pengontrolan stimulus
Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah yang sering dikaitkan
dengankesulitan memulai atau jatuh tidur. Terapi ini membantu mengurangi faktor
primer dan reaktif yang sering ditemukan pada insomnia. Ada beberapa instruksi yang harus
diikuti oleh penderita insomnia:
1. Ke tempat tidur hanya ketika telah mengantuk.
2. Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
3. Jangan menonton TV, membaca, makan, dan menelpon di tempat tidur.
4. Jangan berbaring-baring di tempat tidur karena bisa bertambah frustrasi jika tidak bisa tidur.
5. Jika tidak bisa tidur (setelah beberapa menit) harus bangun, pergi ke ruang
lain,ke r j akan s e sua tu yang t i dak membua t t e r j aga , masuk kamar t i du r
s e t e l ah kan tuk datang kembali.
6. Bangun pada saat yang sama setiap hari tanpa menghiraukan waktu tidur,
totaltidur, atau hari (misalnya hari Minggu).
7. Menghindari tidur di siang hari.8. Jangan menggunakan stimulansia (kopi, rokok, dll) dalam
4-6 jam sebelum tidur.
Sleep Restriction Therapy
Membatasi waktu di tempat tidur dapat membantu mengkonsolidasikan tidur . Terapii n i
be rmanfaa t un tuk pa s i en yang be rba r i ng d i t empa t t i du r t anpa b i s a
t e r t i du r . Misalnya, bila pasien mengatakan bahwa ia hanya tertidur lima jam dari delapan jam
waktu yang dihabiskannya di tempat tidur, waktu di tempat tidurnya harus dikurangi.Tidur di
siang hari harus dihindari. Lansia dibolehkan tidur sejenak di siang hari yaitusekitar 30 menit.
Bila efisiensi tidur pasien mencapai 85% (rata-rata setelah limahari), waktu di
tempat tidurnya boleh ditambah 15 menit. Terapi pembatasan tidur, secara berangsur-
angsur, dapat mengurangi frekuensi dan durasi terbangun di malam hari.
Terapi relaksasi dan biofeedback
Terapi ini harus dilakukan dan dipelajari dengan baik. Menghipnosis diri
sendiri,relaksasi progresif, dan latihan nafas dalam sehingga terjadi keadaan relaks
cukupefektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan yang cukup dan
serius.Biofeedback yaitu memberikan umpan-balik perubahan fisiologik yang terjadi setelah
r e l a k s a s i . U m p a n b a l i k i n i d a p a t m e n i n g k a t k a n k e s a d a r a n d i r i
p a s i e n t e n t a n g perbaikan yang didapat. Teknik ini dapat dikombinasi dengan higene tidur
dan terapi pengontrolon tidur.
Terapi apnea tidur obstruktif
A p n e a t i d u r o b s t r u k t i f d a p a t d i a t a s i d e n g a n m e n g h i n d a r i
t i d u r t e l e n t a n g , m e n g g u n a k a n p e r a n g k a t g i g i ( d e n t a l a p p l i a n c e ) ,
m e n u r u n k a n b e r a t b a d a n , m e n g h i n d a r i o b a t - o b a t y a n g m e n e k a n
j a l a n n a f a s , m e n g g u n a k a n s t i m u l a n s i a pe rna fa san s epe r t i
a ce t azo l amide . Nasa l con t i nuous pos i t i ve a i rway p re s su red i t o l e r ans i ba ik
o l eh s ebag i an be sa r pa s i en . Me tode i n i dapa t memperba ik i t i du r pasien di
malam hari, rasa mengantuk di siang hari, dan keletihan serta perbaikan fungsi
kognitif.
BAB III KESIMPULAN
Tidur merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat be r fungs i
dengan ba ik . I n somnia merupakan gangguan t i du r yang pa l i ng s e r i ng
d i t emukan . Sek i t a r 67% l ans i a menga l ami gangguan t i du r . Gangguan t i du r
yang paling sering ditemukan pada lansia yaitu insomnia, gangguan ritmik tidur, dan apnea
t i d u r . B e r d a s a r k a n d u g a a n e t i o l o g i n y a , g a n g g u a n t i d u r d i b a g i
m e n j a d i e m p a t kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan
mental lain,gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi
olehzat. Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
paru,neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit saluran pencernaan,
serta penyakit muskuloskeletal sering menimbulkan gangguan tidur. Gangguan
mentalseperti depresi, anksietas, demensia serta delirium dapat pula menimbulkan
gangguant i d u r . P o l a g a n g g u a n t i d u r p a d a p e n d e r i t a d e p r e s i b e r b e d a
d e n g a n y a n g t i d a k menderita depresi; pada depresi terjadi gangguan pada setiap stadium
gangguan tidur.Langkah pertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi
terhadap penyakit yang mendasarinya. Terapi farmakologik seperti Nasal continuous
positivea i rway p re s su re d i t o l e r ans i ba ik o l eh s ebag i an be sa r pa s i en . Me tode
i n i dapa t memperbaiki tidur pasien di malam hari, rasa mengantuk di siang hari, dan
keletihanse r t a pe rba ikan fungs i kogn i t i f . Bebe rapa t i ndakan bedah s epe r t i
UPP , UAS dan t r a k e o s t o m i d a p a t p u l a d i l a k u k a n u n t u k m e m p e r b a i k i
a p n e a t i d u r o b s t r u k t i f . Penggunaannya sangat terbatas karena risiko morbiditas
dan mortalitas yang cukup
tinggi. benzodiazepin merupakan pilihan utama untuk mengatasi gangguan
tidur;walaupun demikian, lama penggunaannya harus dibatasi karena penggunaan
jangkalama malah dapat menimbulkan masalah tidur atau dapat menutupi gangguan
yangmendasarinya. Efek samping sedasi dapat menyebabkan kecelakaan seperti terjatuh.Obat-
obat seperti antidepresan, neuroleptik dapat pula digunakan untuk gangguan tidur.25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/#hl=id&q=gangguan+tidur+pada+lansia&start=10&sa=N&f p=983862
b504061180 http://medicastore.com/penyakit/317/Insomnia_kesulitan_tidur.html coll P. Sleep
Disorders. In : Adelman AM, Daly MP, Weiss BD, eds. 20 CommonProblems in Geriatrics.
Boston. Mc Graw-Hill Companies, Inc;2001:187-203. National Sleep Foundation. Washington
DC. Melatonin the basic facts. Juni 2004.26