Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada
Balita di Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta
Periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015
Muhammad Afiq Bin Abd Malek
Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian anak bawah lima tahun (balita). Angka kematian pneumonia pada anak balita di
Indonesia diperkirakan mencapai 44 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Menurut
Riskesdas, pneumonia sebagai antara penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
persentase 15,5% dari seluruh kematian anak balita. Karena belum diketahuinya keberhasilan
program P2 ISPA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Wanakerta, maka dilakukan evaluasi
program menggunakan metode dengan membandingkan cakupan terhadap target, melalui
pendekatan sistem. Hasil evaluasi didapatkan dua masalah. Pertama, jumlah penderita ISPA
pneumonia yang cukup tingi (90,79%). Kedua, kurangnya penyuluhan perorangan dan
kelompok tentang penyakit ISPA pneumonia (70%) .Hal-hal yang menyebabkan masalah
tersebut, antara lain karena tenaga medis seperti perawat dan juga kader yang tidak
melakukan pemeriksaan fisik serta edukasi sehingga pengobatan tidak tuntas, tidak
menempel poster atau gambar tentang penanganan penyakit ISPA di balai pengobatan dan
IGD, kurangnya penyuluhan perorangan dan kelompok. Untuk mengatasi masalah,
puskesmas disarankan melatih tenaga medis seperti perawat tentang gejala dan tanda ISPA,
mengikutsertakan masyarakat sebagai kader, menyediakan poster dan brosur mengenai ISPA,
meningkatkan penyuluhan tentang ISPA.
Kata kunci : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), evaluasi program, Puskesmas
Wanakerta
1. Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakitmenular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun (balita). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. 1
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, sekitar 1,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan United Nation’s Children Fund (UNICEF) tahun 2012 juga menyebutkan pneumonia merenggut 21,000 nyawa anak Indonesia atau 14% dari kematian balita 1,
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Pada tingkat provinsi Jawa Barat, periode prevelence pneumonia balita yang terdiagnosa sebanyak 3.5 juta manakala balita yang terdiagnosa beserta gejala adalah sebanyak 18,5 juta. Selain itu, insidens pneumonia per 1000 balita menurut kelompok umur adalah 13,6% (0-11 bulan), 21,7% (12-23 bulan), 21% (24-35 bulan), 18,2% (36-47 bulan) dan 17,9% (48-59 bulan)2,3,4
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI), Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dbandingkan AKABA pada tahun 2003-2003 yang sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup. Perkiraan kelahiran hidup pada tahun 2007 berdasarkan perkiraan CBR dan jumlah penduduk tahun 2007 diperoleh 4,467,714 orang bayi. Bedasarkan data tersebut dapat dihitung perkiraan jumlah absolut kematian balita yaiyu sebesar 196,579 balita pada tahun 2007 (44/1000 x 4,467,714). Menurut Ridenkes lagi, penyebab kematian balita akibat pneumonia adalah nomor 2 dari
seluruh kematian balita (15,5%). Sehingga jumlah kematian balita akibat pneumonia tahun 2007 adalah 30,470 balita (15,5% x 196,579) atau rata-rata 83 orang balita meninggal setiap hari akbiat pneumonia. 2,3
Angka ini sangat besar, sehingga perlu menjadi perhatian bagi pengelola program ISPA usat, provinsi dan kabupaten/kota serta perlu mendapat dukungan pemerintah daerah agar upaya Penanggulangan penyakit pneumonia dapat dilaksanakan dengan optimal sehingga angka kematian dapat diturunkan. .Pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, target cakupan penemun kasus pneumonia balita pada tahun 2010 ditetapkan menjadi 60%. Cakupan pneumonia balita selama 10 tahun berkisar antara 22,18 – 35,9%.2,3,4
Belum diketahuinya keberhasilan evaluasi program Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015
2. Materi
Laporan bulanan Program Penanggulangan (P2) ISPA di Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015, yang berisi kegiatan:
Penemuan penderita ISPA pneumonia Penentuan diagnosa ISPA pneumonia Pengobatan ISPA penumonia Follow up penderita ISPA yang
termasuk pneumonia Rujukan penderita ISPA pneumonia
berat Penyuluhan ISPA pneumonia Peran serta masyarakat melalui
pelatihan dan pendidikan kader Pencatatan dan pelaporan
Data kependudukan (demografi) dari Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015
3. Matode
Untuk melakukan evaluasi program P2 ISPA di Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015, digunakan pendekatan sistem dengan membandingkan cakupan terhadap target yang telah ditentukan
4. Kerangka Teoritis
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya dan dapat dikelompokkan dalam 6 unsur, yakni:5
4.1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metode (method).5
4.2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output) yang direncanakan. Terdiri dari perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).5
4.3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.5
4.4. Umpan Balik (feed back)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.5
4.5. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem5
4.6. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.5
5. Penyajian Data
5.1. Sumber Data
Sumber data merupakan data sekunder yang berasal dari:
Laporan bulanan Puskesmas Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015
Data geografi dan data monografi (kependudukan) dari Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015
5.1. Data Umum
5.1.1. Data Geografis
Gedung Puskesmas Kelurahan Wilayah Wankerta terletak di Jalan Raya Pangkalan-Loji, Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kabupaten Karawang
Wilayah kerja Puskesmas Wanakerta meliputi:
Luas wilayah kerja 6.107Ha (4.043Ha tanah darat dan 2.043Ha (persawahan)
Terdiri dari 10 Desa, 20 Dusun, 40 RW dan 112 RT
5.1.2. Data Monografi
Jumlah penduduk Puskesmas Wanakerta adalah 51.326 jiwa, yang terdiri dari: Jumlah kepala keluarga: 13.365 KK Jumlah anak Balita : 5.132 orang
Jumlah RW yang termasuk dalam Puskesmas Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015 adalah RW 01 sampai dengan RW 40, dengan jumlah total 112 RT
Jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah, sedang dan tinggi masing-masing sebanyak 34,966 orang (71,3%), 13,583 orang (27,7%) dan 493 orang (1,0%).
Jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri/Pensieun sebanyak 1822 orang (5,81%), Wiraswasta/Serabutan sebanyak 25,101 orang (63,87%), Petani/Buruh Tani sebanyak 3,647 orang (9,28%), Karyawan Swasta/Pabrik sebanyak 2,284 orang (5,81%), Pedagang sebanyak 232 orang (0,59%) dan Tukang/Lain-lain sebanyak 6,215 orang (15,81%)
5.2. Data Khusus
5.2.1 Masukan
5.2.1.1. Tenaga
Dokter Umum : 2 orang Dokter Gigi : 1 orang Perawat : 6 orang Koordinator P2M : 1 orang Petugas administrasi : 1 orang Kader: tidak ada kader khusus ISPA5.2.1.2. Dana
APBD Tingkat II : cukup Swadana Puskesmas : cukup
5.2.1.3. Sarana Medis
Stetoskop : 3 buah
Tensimeter : 2 buah Termometer : 2 buah Sound timer : 1 buah Timbangan bayi : 1 buah
Alat-alat penyuluhan kesehatan (poster dan brosur) : tidak adaObat-obatan antibiotik (menurut Depkes 2002)Kotrimoksasol : cukupObat-obatan analgetik-antipiretik (menurut Depkes 2002) Paracetamol : cukupObat-obatan antitusif-anti sesak (menurut Depkes 2002):Gliseril guaikolat, Salbutamol, Terbutalin : cukup
5.2.1.4. Sarana Nonmedis:
Gedung Puskesmas (ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang periksa, kamar obat) : 1,1,1,1
Mebel Puskesmas (lemari arsip, lemari obat, lemari instrumen, meja rapat, meja periksa, kursi, bangku tunggu) : cukup
5.2.1.5. Metode
Penemuan penderita menggunakan passive case finding, yaitu dengan penemuan tersangka penderita pneumonia yang datang ke Puskesmas Wanakerta yang menunjukkan gejala yang mendukung diagnosis non pneumonia, yaitu batuk, pilek dan demam, sedangkan untuk pneumonia yaitu batuk, pilek, demam dan sesak napas.
Penentuan diagnosis ISPA secara garis besar dikelompokkan berdasarkan usia, yaitu:6
Tanda klinis untuk anak usia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Napas cepat : • 2 bulan - < 12 bulan : ≥ 50 x/menit
1 tahun - < 5 tahun : ≥ 40 x/menitPneumonia
berat
Tarikan dinding dada kedalam (severe chest indrawing)
Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam
Tidak ada napas cepat : 2 bulan - < 12 bulan : < 50 x/menit
1 tahun - < 5 tahun : < 40 x
Tanda klinis untuk anak usia < 2 bulan
Pneumonia berat
Napas cepat ≥ 60 x/menit, atau Tarikan dinding dada yang kuat
kedalam (severe chest indrawing)
Bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat < 60 x/menit Tidak ada tarikan dinding dada
kedalam
5.2.1.6 Pelayanan pengobatan penderita ISPA
Pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh dokter dan paramedis terlatih.
Mengobati penderita non pneumonia : antipiretik dan analgesik (Parasetamol), sedangkan untuk penderita pneumonia : antipiretik dan analgetik (Parasetamol), antibiotik (Kotrimoksasol).6
5.2.1.7. Follow up penderita pneumonia setelah 2 hari (berlaku untuk usia 2 bulan – 5 tahun)
Bila dalam 2 hari keadaan penderita memburuk dengan gejala tidak dapat
minum, kejang, ada tarikan dinding dada kedalam dan disertai penurunan kesadaran, segera rujuk penderita ke rumah sakit.6
Bila dalam 2 hari keadaan penderita tidak berubah atau menetap, pengobatan antibiotik diganti dengan antibiotik lini ke-2 (Amoxicillin).6
Bila dalam 2 hari keadaan penderita mulai membaik dengan tanda napasnya lebih lambat, demam turun dan nafsu makan membaik, teruskan pemberian antibiotik sampai dengan 5 hari.6
5.2.1.8. Rujukan pasien bila ditemukan kasus pneumonia berat, yaitu kasus pneumonia pada anak < 2 bulan atau > 2 bulan dengan peningkatan frekuensi napas disertai dengan retraksi dinding dada6
5.2.1.9. Penyuluhan
Perorangan : menggunakan metode penyuluhan langsung dengan wawancara. Lokasi di Puskesmas Wanakerta. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang pneumonia.6
Kelompok : menggunakan metode penyuluhan langsung dengan ceramah mengenai pneumonia. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang pneumonia6.
5.2.1.10. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader.
Pelatihan dan pendidikan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang ISPA. agar kader dapat mendiagnosa dini gejala ISPA baik yang pneumonia maupun non pneumonia.6
5.2.1.11. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan kasus ISPA dilakukan dengan cara pengisian form laporan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). 6
Form SP2TP dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Karawang. Dilakukan secara bulanan, triwulan, semester dan tahunan.6
5.2.2. Proses
5.2.2.1 Perencanaan
Penemuan penderita ISPA pneumonia Penentuan diagnosis ISPA pneumonia Pelayanan pengobatan penderita Follow up penderita ISPA pneumonia Rujukan pasien Penyuluhan perorangan Penyuluhan kelompok Peran serta masyarakat melalui
pelatihan dan pendidikan kader Pencatatan dan Pelaporan
5.2.2.2. Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi Puskesmas disertai pembagian tugas yang teratur.
5.2.2.3. Pelaksanaan
Penemuan penderita ISPA pneumonia Penentuan diagnosis ISPA pneumonia Pelayanan pengobatan penderita Follow up penderita pneumonia Rujukan pasien bila ditemukan kasus
pneumonia berat Penyuluhan perorangan Penyuluhan kelompok Peran serta masyarakat melalui
pelatihan dan pendidikan kader Pencatatan dan Pelaporan
5.2.2.4. Pengawasan dan kontrolling
Setiap tahun diadakan penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk menentukan program tahun depan : 1 x/tahun
Supervisi Kepala Puskesmas : 1 x/tahun
5.2.3. Keluaran
Penemuan pasien ISPA pneumonia di Puskesmas Wanakerta periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015: 21,44%
- Pneumonia : 110 kasus- Non pneumonia : 2065 kasus
Penentuan diagnosis ISPA : 100 % Pelayanan pengobatan penderita
ISPA : 100 % Follow up penderita pneumonia :
dilakukan Rujukan pasien bila ditemukan kasus
pneumonia berat : dilakukan Penyuluhan perorangan Penyuluhan kelompok Peran serta masyarakat melalui
pelatihan dan pendidikan kader : Pencatatan dan pelaporan
5.2.4. Lingkungan
Lokasi puskesmas : tidak terjangkau dan tidak strategis
Transportasi : tersedia sarana transportasi tetapi terbatas
Fasilitas kesehatan yang lain : Adanya kerjasama dengan Puskesmas untuk melakukan program P2 ISPA
Tingkat pendidikan : sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan rendah (71,3%)
Sosial ekonomi : sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai wiraswasta/serabutan (63,87 %)
Kepadatan penduduk : 51.326 jiwa
5.2.5. Umpan Balik
Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam P2ISPA : 12 x/tahun.
Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan tiap bulan untuk
mengevaluasi program yang dilaksanakan : 1 x/tahun
5.2.6. Dampak
Menurunkan angka kesakitan ISPA < 10%
Menurunkan angka kematian ISPA < 3/1000 Balita
Tidak langsung: Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga ISPA tidak lagi menjadi masalah kesehatan.
6. Perumusan Masalah
Penemuan kasus ISPA pneumonia ang sangat tinggi yaitu sebesar 21,44% dari target yang harus >86%
Cakupan penyuluhan kelompok, pencapaian 30 % dari target 100 %.
Tidak dilaksanakannya program peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader yang seharusnya dilakukan 1 x/tahun (0%)
7. Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program Penanggulangan Penyakit ISPA yang dilakukan dengan pendekatan sistem di Puskesmas Wanakerta untuk periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015, didapatkan bahwa Program Penanggulangan Penyakit ISPA belum berhasil karena beberapa variable masih didapatkan tidak sesuai dengan tolok ukur yang ditentukan.
Dari cakupan kegiatan, didapatkan kegiatan yang tidak berhasil dilaksanakan dan dibuat menjadi 2 prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu yaitu :
Penemuan kasus pneumonia sebanyak 21,44% dari perkiraan ISPA pada balita berbanding target >86%
Penyuluhan kelompok dan perorangan sebesar 30% dari tolak ukur yaitu sebanyak 100%.
Adapun masalah tersebut di atas disebabkan karena:
Tenaga medis (perawat) dan juga kader yang tidak melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cukup sehingga pengobatan yang diberikan tidak tuntas
Tidak ada poster cara pengobatan tentang penyakit ISPA di ruangan balai pengobatan dan IGD
Kondisi lingkungan yang sangat berdebu akibat truk-truk yang melewati jalan utama di Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta sepanjang waktu
Frekuensi penyuluhan yang sangat kurang dan tidak meluputi semua desa dalam satu bulan serta penyuluhan tidak dilakukan dengan benar
8. Saran
Menyusun perencanaan yang rinci mengenai pelatihan dan bimbingan semua petugas medis baik di puskesmas mahupun kader bagi mengenalpasti gejala dan tanda penyakit ISPA (pneumonia/non-pneumonia) melalui tindakan anamnesa dan pemeriksaan fisik
Menyusun struktur organisasi P2 ISPA serta pembagian tugas secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang bertanggungjawab dalam penyuluhan kelompok mengenai penanggulangan dan pencegahan ISPA dan membuat jadwal penyuluhan kelompok yang terinci.
Menyusun rencana penyuluhan kelompok dengan kerjasama lintas program dengan program Promosi Kesehatan/KIA untuk mengadakan penyuluhan mengenai P2 ISPA dan
penanggulangan ISPA dengan obat-obat pada kegiatan Posyandu.
Pengawasan dan pemantauan lebih ketat dari Kepala Puskesmas mengenai pencatatan, pelaporan dan pelaksanaan penyuluhan kelompok dengan cara rapat bulanan atau dengan pelaporan dari koordinator program P2 ISPA.
Mengadakan pertemuan dengan pihak kecamatan atau kabupaten bagi merangka suatu alternatif agar truk-truk yang melewati jalan utama di kecamatan Teluk Jambe Barat dapat dibatasi pada waktu tertentu agar tidak memberikan efek buruk pada penduduk sekitar
Melalui saran-saran di atas diharapkan dapat membantu meningkatkan keberhasilan Progam Penanggulangan Penyakit ISPA terutamanya pneunomia di Puskesmas Wanakerta untuk periode selanjutnya.
Top Related