Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
1
APLIKASI TUNGSTEN TRIOKSIDA NANO PARTIKEL DENGAN METODE SOL GEL
DAN PROSES KALSINASI SEBAGAI KAPASITOR ELEKTROKIMIA
Dwi Aditya Novianto1, Diah Susanti
2, Hariyati Purwaningsih
2
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
2 Dosen Jurusan Teknik Material dan metalurgi FTI-ITS
ABSTRAK
Nanopartikel Tungsten Trioksida (WO3) dapat disentesa dari material dasar Tungsten (VI)
Hexaklorida (WCl6) dan ethanol (C2H5OH) dengan menggunakan metode sol gel dilanjutkan dengan
pelapisan gel WO3 pada substrat Al2O3 yang berukuran 1 cm2. Material dipanaskan di dalam furnace
dengan metode kalsinasi dengan temperatur 300oC, 400
oC, 500
oC, dan 600
oC menggunakan waktu
tahan selama 1 jam. Kemudian material tersebut dikarakterisasi menggunakan uji (SEM), (AFM) dan
(XRD). Luas permukaan aktif partikel dan jenis pori diidentifikasi dengan menggunakan BET
analyzer. Pengukuran kapasitansi kapasitor menggunakan alat pengukur elektrokimia (Potentiostat).
Dari hasil XRD dapat diketahui ukuran kristalnya monoclinic. Pada hasil SEM didapatkan ukuran
partikel yang semakin besar sesuai kenaikan temperatur. Thin film WO3 termasuk kedalam jenis
micropores dan mesopores dengan luas permukaan aktif yang semakin turun sesuai dengan kenaikan
temperatur kalsinasi. Dalam uji kapasitif didapatkan hasil yang optimum pada temperatur 500 o
C dan
scan rate 2 mV/s sebesar 22.96 F/gr. Semakin besar nilai scanrate maka semakin kecil nilai dari
kapasitif kapasitor dengan material WO3.
Kata kunci: Nanopartikel, Tungsten Trioksida (WO3), Sol-gel, Kalsinasi,Kapasitor Elektrokimia,
Cyclic Voltametri (CV)
I. PENDAHULUAN
Tungsten trioksida (WO3) dikenal
sebagai material semikonduktor yang
mempunyai banyak aplikasi. WO3
diaplikasikan sebagai material sensor gas, alat
elektrokronik, photokatalis, alat penyimpan
memori, dan yang belum banyak diteliti adalah
sebagai kapasitor elektrokimia. Property
kapasitif dari suatu kapasitor sangatlah
dipengaruhi oleh struktur materialnya. Struktur
material sendiri tergantung pada kondisi
sintesa material, seperti metode sintesa yang
digunakan, temperatur dan tekanan operasi,
bahan baku (prekursor), substrat yang
digunakan untuk menumbuhkan material, dan
laju alir pemasukan bahan baku.
Dalam penelitian ini bertujuan
menyiapkan kapasitor elektrokimia dari WO3
yang disintesa menggunakan proses sol-gel
dari precursor WCl6 dan C2H5OH yang diikuti
dengan proses kalsinasi pada temperatur yang
berbeda. Kapasitor akan dibuat dari material
WO3 yang telah di-kalsinasi pada temperatur
yang berbeda tersebut dan kemudian
dibandingkan property-property kapasitif
elektrokimia-nya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Proses sol-gel untuk menghasilkan gel
Tungsten oxide ditunjukan diagram alir pada
Gambar 1. Tungsten (VI) Hexaklorida
(WCL6) sebanyak 7 gram dilarutkan dengan
100 mL etanol dan 10 mL NH4OH. Larutan
diaduk dalam temperatur es selama 24 jam.
Ion klorida dihapus menggunakan aquades
sampai tidak ada endapan putih AgCl muncul
ketika dititrasi dengan larutan 0,1M perak
nitrat. Endapan dipisahkan dari larutan yang
tersisa menggunakan centrifuge. Endapan
kemudian dipeptisasi oleh ammonia
hidroksida, dan 50 μL surfactant (Sigma,
Triton X-100) ditambahkan ke dalam larutan.
Diperoleh tungsten trioksida sol. Sol Tungten
Trioksida dilapiskan pada substrat alumina
(006) dengan menggunakan alat spincoating.
Kemudian di perlakukan proses kalsinasi
dengan variasi temperatur 300ºC, 400ºC,
500ºC dan 600ºC selama 1 jam. Thin film hasil
kalsinasi kemudian di karakterisasi dengan
pengujian Scanning Electron Microscope
(SEM, FEI S-50). Stuktur Kristal diperiksa
oleh pengujian X-Ray Diffraction (XRD,
Philips Analytical). Luas permukaan aktif
dianalisa menggunakan Brunner Emmet Teller
(BET, Quantachrome autosorb iQ). Kekasaran
permukaan di analisa menggunakan Atomic
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
2
Force Microscopy (AFM). Kapasitif
kapasitor dianalisa dengan menggunakan
Potentiostat (PGSTAT 302N).
Presipitat
Tungsten Hidroksida
Sol Tungsten Oksida
Kapasitor WO3
Gambar 1. Diagram Alir Peneltian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembentukan Sol-Gel Tungsten Trioksida
Proses sintesa WO3 untuk material
kapasitor yang dilakukan meliputi proses sol
dan gelasi. Proses gelasi pada pembuatan
sample diawali dengan pembentukan prekusor.
Dalam proses pembentukan prekusor diawali
dengan dilarutkannya 7 gram tungsten (VI)
hexachloride dengan 100 mL ethanol
(C2H5OH), larutan yang terbentuk memiliki
endapan berwarna kuning dan endapan
menjadi biru saat penambahan ammonium
hidroksida (NH4OH). Larutan kemudian
diaduk menggunakan stirrer hot-plate dengan
kecepatan yang konstan dan terjaga
kestabilannya. Proses pengadukan dilakukan
selama 24 jam pada temperatur es.
Tahap gelasi terjadi saat pengadukan
berlangsung, terbentuk endapan yang semakin
banyak, yang menyebabkan gerakan dari
stirrer semakin tidak beraturan. Selama proses
pengadukan, terjadi proses pembentukam
prekursor yang memiliki ikatan alkil sebagai
penyusunnya. Unsur logam yang telah
berikatan dengan alkohol dan membentuk
ikatan alkil inilah yang akan menjadi
prekursor dalam pembentukan nano kristal
Tungsten Trioksida (WO3). Endapan
kemudian dicuci dengan aquades (H2O) yang
bertujuan untuk menghilangkan kandungan Cl-
yang masih terdapat pada larutan dan
merupakan bahan yang tidak diperlukan.
Pencucian tersebut dilakukan sampai tidak ada
endapan putih AgCl ketika di titrasi dengan
0,1 M larutan perak nitrat. Larutan kemudian
dicentrifuge selama beberapa jam pada
kecepatan 2000 rpm untuk memisahkan
larutan dengan endapan. Endapan kemudian di
peptisasi menggunakan ammonium hidroksida
(NH4OH) untuk mendispersi kembali endapan,
supaya partikel besar menjadi lebih kecil dan
ditambahkan 50 μL surfactant (Triton X-100)
untuk menurunkan tegangan permukaan. 100
mL sol-gel tungsten trioksida yang terbentuk
berwarna biru pekat. Gambar 2. menunjukkan
mekanisme reaksi pembentukan WO3
Gambar 2. Hasil pelapisan nano material WO3 di
atas substrat alumina setelah diproses kalsinasi
dengan variasi temperatur (a) 300oC (b) 400
oC (c)
500oC (d) 600
oC
Gambar 3 Sampel kapasitor elektrokimia
Analisa XRD
Pengujian XRD (Philips XRD X-Pert
XMS) pada serbuk tungsten trioksida dalam
berbagai temperatur kalsinasi dengan waktu
holding selama 1 jam dapat dilihat pada
Gambar 3.
Pola XRD menunjukan bahwa kristal
tungsten trioksida yang terbentuk pada
temperatur kalsinasi 300 oC , 400
oC ,500
oC
dan pada temperatur 600 oC struktur kristalnya
adalah monoclinic (kartu JCPDS 72-1465).
a b c d
WCl6 dilarutkan
dalam alkohol Larutan NH4OH
Hydrolisis Diaduk 24 jam
Dipeptisasi dengan
Ammonia Hidroksida
Dicuci
dengan
Aquades
Pelapisan di substrat
Alumina Proses
Kalsinasi
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
3
Analisa XRD untuk mengetahui struktur
Kristal menggunakan program Match.
Gambar 4 menunjukkan pola XRD
yang mempunyai puncak – puncak difraksi
yang sesuai dengan struktur WO3 monoklinik.
Puncak-puncak yang tinggi terdapat pada
sudut 2θ = 23.09º, 23.58º, dan 24.32º (JCPDS
card no. 072-1465) yang menunjukkan bidang
(002), (020) dan (200). Sedangkan pada sudut
2θ = 41,7o adalah pola difraksi dari substrat
alumina (Al2O3) dengan bidang (006).
Gambar 4. Pola XRD pada serbuk tungsten
trioksida yang telah dikalsinasi dengan berbagai
temperatur. (a) 300ºC, (b) 400ºC, (c) 500ºC, dan (d)
600ºC
Ukuran kristal serbuk tungsten
trioksida diketahui dari persamaan Scherer.
D =
Dimana λ adalah panjang gelombang
radiasi (Ǻ), B adalah Full Width at Half
Maximum (rad) dan ө adalah sudut Bragg (o).
Ukuran kristal serbuk tungsten trioksida dari
berbagai temperatur kalsinasi dapat kita
simpulkan bahwa semakin tinggi temperatur
kalsinasi semakin besar ukuran kristal tungsten
trioksida ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel. 1 Ukuran kristal serbuk tungsten trioksida
dari berbagai temperatur.
T
(ºC) λ(Ǻ) B(rad) Ө(o)
Cos
ө
D
(nm)
300 1.54056 0,0065153 40,7 0,76 28,07
400 1.54056 0,0071593 11,84 0,98 19,79
500 1.54056 0,0063268 11,6 0,98 22,37
600 1.54056 0,0040526 11,565 0,98 34,92
Secara umum, pola XRD
menunjukkan puncak-puncak yang semakin
tajam dan intensitas yang semakin tinggi
dengan dengan kenaikan temperatur. Pada
temperatur kalsinasi 300 oC menunjukkan
ukuran kristal yang lebih besar dari temperatur
400 oC dan 500
oC, karena pada hasil xrd
temperatur 300oC puncak tertingginya terdapat
pada 2θ = 81,4o. Sedangkan pada temperatur
400oC, 500
oC dan 600
oC tetap membentuk
sebuah trend yang menunjukkan bahwa
semakin bertambahnya temperatur maka
semakin besar ukuran kristal thin film WO3.
Analisa SEM
SEM biasanya digunakan untuk
meneliti morfologi suatu material. Gambar 5.
dari sampel Tungsten Trioksida setelah proses
kalsinasi.
Tungsten Trioksida setelah proses
kalsinasi dengan beberapa temperatur yang
berbentuk lembaran tipis semitransparan.
Partikel yang mengalami proses kalsinasi pada
temperatur 300ºC memiliki ukuran partikel
sekitar 161 – 322 nm dengan ketebalan sekitar
64 nm. Sedangkan pada temperatur 400ºC
memiliki ukuran partikel sebesar 343 – 893
nm dengan bentuk kristal yang berbentuk segi
empat dan memiliki ketebalan sekitar 152 nm.
Pada temperatur kalsinasi 500ºC
ukuran partikel serbuk berkisar antara 391 –
1043 nm, namun bentuk partikelnya kembali
kurang berbentuk dengan ketebalan sekitar
163 nm. Sedangkan pada temperatur 600oC
memiliki ukuran partikel 407 – 1142 nm,
namun partikelnya kembali kurang berbentuk
dengan mempunyai ketebalan 260 nm.Pada
temperatur 300oC dan 400
oC, masih cenderung
membentuk agregat, yang menjadikan ukuran
partikel terlihat besar. Dengan semakin
naiknya temperatur kalsinasi ukuran partikel
dari thin film Tungsten Trioksida semakin
besar.
Perubahan bentuk dan ukuran partikel
teresbut disebabkan oleh transformasi fasa dan
_0.9λ_ Β cosө
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
4
pembentukan kembali dari partikel serta
pertumbuhan kristal. Gambar tersebut juga
mengindikasikan bahwa partikel-partikel WO3
cenderung membentuk agregat dengan partikel
yang lain.
Analisa AFM
Gambar 6 menunjukkan karakterisasi
pada uji AFM (Atomic Force Microscopy)
dengan profile lapisan tipis WO3 yang dibuat
melalui pengkuran AFM. Gambar tersebut
merupakan tampilan tiga dimensi dari
roughness analysis. Struktur nano dari lapisan
tipis WO3 yang dipreparasi dapat diobservasi
melalui foto AFM tersebut dari nilai beberapa
parameter, Seperti surface roughness analysis,
root mean square (RMS), mean roughness
(Ra), height of particle (Rmax). Analisa yang
diperoleh dapat diindikasikan bahwa film WO3
yang dipreparasi memiliki struktur nano
dengan karakteristik permukaan yang tidak
merata.
Tabel 2. Nilai parameter kekasaran pada
thin film WO3 RMS Ra Rmax
876,9 nm 769,2 nm 1.538 nm
Gambar 5. Hasil Foto SEM thin film tungsten trioksida pada temperatur kalsinasi (a) 300ºC, (b) 400ºC, (c)
500ºC, dan (d) 600ºC dengan perbesaran 10.000x
Gambar 6. Profile AFM : Lapisan WO3 yang dipreparasi dengan metode sol-gel dan proses kalsinasi pada
temperatur 400oC, (a) tampak 3 dimensi dan (b) tampak 2 dimensi.
c d
a b
a b
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
5
Pengujian BET
Pengujian BET (Bruner Emmet
Teller) biasa digunakan untuk mengetahui
area permukaan aktif pada suatu
material. Pengujian BET dilakukan
dengan menggunakan alat Quantachrome iQ,
dengan diberikan pemanasan awal 300°C.
Hasil pengujian yang diperoleh adalah ukuran
luas permukaan dari serbuk Tungsten
Trioksida yang dapat menyerap gas Nitrogen
( dalam satuan m2/gr).
Tabel 3. merupakan hasil dari
pengujian BET dimana dengan semakin
naiknya temperatur kalsinasi, luas permukaan
aktif dari serbuk Tungsten Trioksida semakin
menurun. Hal ini berbanding terbalik dengan
ukuran diameter dari pori. Semakin tinggi
temperatur kalsinasi, semakin besar ukuran
pori dari sampel.
Tabel 3 Luasan permukaan aktif pada sampel uji
WO3 Feature
(WO3)
300ºC 400ºC 500ºC 600ºC
BET
surface area
m2/g
83,94 15,004 11,201 4,505
Rata-rata
diameter pori (Å)
16,4 108,3 156 268,5
Pori-pori dari sampel WO3 pada
temperatur kalsinasi 300ºC termasuk kedalam
jenis micropores, dimana ukuran porinya
antara kurang dari 2 nm. Pori-pori dari sampel
WO3 pada temperatur kalsinasi 400ºC, 500ºC
dan 600ºC termasuk kedalam jenis mesopores
yang memiliki ukuran pori antara 2 – 50 nm.
Analisa Cyclic Voltammetry Hasil dari pengukuran kapasitif pada
alat potentiostat menghasilkan kurva yang
selanjutnya di integrasi untuk mendapatkan
luasannya dengan menggunakan software
Origin. Luas integrasi ini digunakan untuk
menghitung nilai kapastif dengan
menggunakan rumus
Perhitungan kapasitansi spesifik
didefinisikan sebagai rasio dari arus yang
direspons (integrasi dari area (idV) di dalam
diagram CV dibagi 2) dibagi dengan
kecepatan scanning potensial ( ) dan massa
aktif material WO3 (w) dengan satuan
(Farad/gram). diperoleh data sebagai berikut
Gambar 4.7 Hasil CV Thin film tungsten
trioksida pada temperatur kalsinasi 300 0C, 400
0C, 500
0C, dan 600
0C dengan scan rate (a) 50 mV
/ s, (b) 500 mV / s, dan (c) variasi scan rate
temperatur 500 0C pada H2SO4 0,5 M.
widVC 2/
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
6
Pada pengujian Cyclic Voltammetry
terjadi reaksi faraday (charging –
discharging). Pada saat charging terjadi reaksi
oksidasi yaitu : W + 3H2O → WO3 + 6H+ +
6e-1
, sedangkan saat discharging terjadi reaksi
reduksi yaitu : WO3 + 6H+ + 6e
-1 → W +
3H2O (Wenzhang,2010). Penyimpanan
muatan (charging) dilakukan dengan oksidasi
dari bilangan oksidasi W yang mulai dari nilai
0 sampai menjadi +6, sedangkan pelepasan
muatan (discharging) dilakukan dengan
reaksi reduksi W yang mulai dari nilai +6
sampai menjadi 0. Penyimpanan dan
pelepasan muatan listrik meliputi
penyimpanan dan pelepasan elektron serta
proton (H+). Nilai kapasitif elektrokimia
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu struktur
dan ukuran kristal, ukuran partikel, morfologi
permukaan, electronic conductivity, air pada
kristal dan kristalinitas.
Dari hasil uji konduktifitas dapat
diperoleh nilai resistansi dari material thin
film WO3, pada temperatur 300ºC, 400ºC,
500ºC dan 600ºC. dari hasil uji tersebut
didapatkan nilai terkecil pada temperatur
500ºC yang memiliki nilai resistansi sebesar
~50 Ω. Hal ini dapat mempengaruhi sifat
kapasitif pada material thin film WO3.
Tabel 4 Kapasitansi Elektrokimia pada thin film
WO3
300 400 500 600
2 mV 11,16 18,70 22,96 11,43
5 mV 6,48 5,02 11,79 6,77
10 mV 4,00 3,61 7,20 5,28
25 mV 1,28 2,10 4,77 2,35
50 mV 0,73 1,25 2,56 1,41
200 mV 0,19 0,46 0,60 0,27
500 mV 0,09 0,18 0,31 0,17
Gambar 8 Grafik hasil plot dari pengujian kapasitif elektrokimia
Dari data tabel 4 dapat disimpulkan
bahwa semakin besar nilai scanrate maka
semakin kecil nilai kapasitif elektrokimia. Hal
tersebut disebabkan karena proton dan
elektron membutuhkan waktu untuk menyisip
pada pori thin film WO3.
Dari rumus kapasitif terlihat bahwa
harga kapasitansi berbanding lurus dengan
integrasi area i – v dan berbanding terbalik
dengan massa spesifik dan scan rate. Dilihat
dari gambar 7 maka dapat diketahui bahwa
pada saat temperatur 500oC memiliki
kemampuan yang paling baik untuk menjadi
material kapasitor elektrokimia pada berbagai
scan rate. Hal tersebut diakibatkan karena
konduktivitas dari material WO3 pada
temperatur kalsinasi 500oC adalah yang
paling tinggi dibandingkan dengan pada
temperatur kalsinasi 300oC, 400
oC dan 600
oC.
IV. KESIMPULAN
Nanopartikel WO3 dapat disintesa
dengan menggunakan metode sol-gel yaitu
dengan penambahan ethanol dan NH4OH
serta melalui proses stirring pada prekursor
WCl6 dan dilapiskan ke substrat Alumina
(Al2O3) dengan teknik spincoating diikuti
proses kalsinasi pada temperatur 300 o
C, 400
oC, 500
oC dan 600
oC.
Berdasarkan hasil XRD diketahui
struktur kristalnya monoclinic. Partikel-
partikel WO3 berbentuk lembaran tipis dan
cenderung membentuk agregat dengan
partikel yang lain dengan semakin turunnya
temperatur. Partikel tungsten trioksida
memiliki ukuran partikel yang semakin besar.
Terdapat 2 jenis pori yang diapatkan dari hasil
BET yaitu micropores dan mesopores. Luas
permukaan aktif dari sampel WO3 semakin
kecil dengan kenaikan temperatur kalsinasi.
Dalam uji kapasitif kapasitor elektrokimia
WO3 dihasilkan nilai kapasitif terbesar
terdapat pada sample dengan pemanasan pada
temperatur 500oC scan rate 2mV/detik yaitu
sebesar 22,96 F/gr. Semakin besar nilai
scanrate maka semakin kecil nilai dari
kapasitif kapasitor dengan material WO3.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bushan, Bharat., 2003. ”Handbook of
Nanotechnology”. London Paris Tokyo: Springer-
Verlag New York Berlin Heidelberg.
[2] Champaiboon, T., Ruangsuttinarupap, S., dan
Supothina, S., 2008. “Efficiency enhancement of a
tungsten oxide alcohol sensor”. CP16
(3,00)
2,00
7,00
12,00
17,00
22,00
2 mV
5 mV
10 mV
25 mV
50 mV
200 mV
500 mV
600 C
500 C
400 C
300 C
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
7
[3] Chang, Kuo-Hsin,et.al.2011. “Microwave-assisted
hydrothermal synthesis of crystalline WO3 -
WO3.0.5H2O mixture for pseudocapacitors of
the asymmetric type”. Taiwan : National Tsing Hua University. Jurnal of Power Sources 196
: 2387 – 2392.
[4] Deepa, M. P.Signh, A.N. Sharma, S.A. Agnihorty.
2006. “Effect Humidity on structure and
electrochromic properties of sol-gel derived tungsten
oxide films”. Solar Energy Materials & Solar Cells 90 :
2665-2682.Bushan, Bharat.Handbook of
Nanotechnology.(2003) [5] Deki, Shigehito, Alexis Bienvenu Béléké, Yuki Kotani,
Minoru Mizuhata. 2010.” Synthesis of tungsten oxide
thin film by liquid phase deposition”. Materials
Chemistry and Physics 123 : 614–619. [6] Chris, 2008.”Bahan Baku Keramik”.Wordpress
[7] Haryo, Stefanus, 2011. “Pengaruh Kalsinasi
Terhadap Pembentukan Nanopartikel Tungsten
Trioksida Hasil Proses Sol-Gel”. Thesis. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jurusan T.
Material dan Metalurgi.
[8] Li , Wenzhang, et al.2010.”Visible light
photoelectrochemical responsiveness of self-organized nanoporous WO3 films”. Electrochimica Acta 56 :
620–625.
[9] Sakka, S., 1980. “Handbook of Sol-gel Science and
Technology : Processing Characterization and Applications”. New York Boston Dordrecht London
Moscow: Kluwer Academic Publishers.
[10] Sugiyono, 2002. “Kaji Numerik Proses di Dalam
Kalsiner”. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
[11] Sun, Z., 2005. “Novel Sol-gel Nanoporous Materials,
Nanocomposites and Their Applications in
Bioscience”. Thesis.Drexel University.27-59
[12] Supothina, Sitthisuntorn., Panpailin Seeharaj, Sorachon Yoriya, Mana Sriyudthsak. 2006. “Synthesis of tungsten oxide nanoparticles by acid precipitation method”.
Ceramics Internasional 33 : 931-936 [13] Tamaki,J. Z. Zhang, K. Fujimori, M. Akiyama, T.
Harada, N. Miura,N. Yamazoe,“Grain-size effects in
tungsten oxide- based sensor for nitrogen oxides”, J.
Electrochem. Soc. 141 (1994) 2207–2210.
[14] Tananta, Lucky, 2011. “Sintesa Tungsten Trioksida
Nano Partikel Dengan Menggunakan Metode Sol
Gel Dan Proses Kalsinasi”. Thesis. Surabaya :
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jurusan T.
Material dan Metalurgi. [15] Wang, S.H., Chou, T.C., dan Liu, C.C., 2003. “Nano-
crystalline tungsten oxide NO2 sensor”. Journal
Sensors and Actuators B 94 : 343-351.
Top Related