MAKALAH
PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
(DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI, INOVASI)
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Irwaliyanti (12-500-0041)
Nur Arifaizal Basri (14-500-0011)
Avista Widyana Putri (14-500-0028)
Shofi Lestari Oktavia (14-500-0039)
Vani Cahya Rahminta (14-500-0058)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat allah SWT
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya makalah yang berjudul “Dinamika
Masyarakat dan Kebudayaan” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW. Keluarga, Sahabat serta Umatnya yang senantiasa
mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian
sosial budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan
atau bergeser memerlukan konsep-konsep dalam menganalisa proser
pergeseran masyarakat dan kebudayaan dalam sebuah penelitian
Antropologi dan Sosiologi yang disebut Dinamika Sosial (Social Dinamic).
“Tak ada Gading Yang tak retak” begitulah kata pepatah. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga makalah
ini dapat bermamfaat bagi setiap pembacanya.
Surabaya, 24 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................
.....................................................................................................................
..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Proses Difusi ................................................................................... 2
B. Akulturasi Dan Asimilasi ................................................................ 3
C. Inovasi Atau Pembaharuan .............................................................. 5
BAB III PENUTUP ................................................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sifat berubah. Begitu juga
dengan kebudayaan yang bersifat dinamis selalu mengalami perubahan
walaupun secara sangat lambat. Perubahan dari kebudayaan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, berpengaruh pada budaya lokal. Sebelum
mengkaji tentang pengaruh budaya asing terhadap budaya lokal, ada
beberapa konsep penting yang erat kaitan nya dengan pengaruh budaya itu,
antara lain difusi (penyebaran), percampuran (acculturation), pembauran
(asimilation), dan pembaruan atau inovasi.
Proses perkembangan kebudayaan umat manusia (atau evolusi
kebudayaan) Dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana hingga yang
makin lama makin kompleks yang dilanjutkan dengan proses penyebaran
kebudayaan–kebudayaan yang terjadi bersama dengan perpindahan bangsa-
bangsa dari muka bumi. Proses lainnya adalah proses perkenalan budaya-
budaya asing yang disebut “proses akulturasi” dan proses pembaruan yang
disebut “asimilasi” dan yang berkaitan erat dengan penemuan baru yang
disebut “inovasi”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses difusi?
2. Apa yang dimaksud dengan akulturasi dan asimilasi?
3. jelaskan yang dimaksud dengan inovasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses difusi.
2. Untuk mengetahui akulturasi.
3. Untuk mengetahui pembaruan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Difusi
1. Penyebaran Manusia
Ilmu antropologi telah memperkirakan bahwa mahluk manusia dari
suatu daerah dimuka bumi, yaitu sabana tropical di Afrika Timur, dan
sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi
ini. Ini dapat diterangkan dengan adanya proses migrasi yang disertai
dengan proses penyesuaian atau adaftasi fisik dan sosial budaya dari
manusia dalam jangka waktu berates ribu tahun lamanya.
Ditinjau dari segi penelitiannya maka kita dapat membayangkan
berbagai macam sebab dari migrasi yang lambat dan otomatis, serta
peristiwa yang menyebabkan migrasi cepat dan mendadak.
Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu
penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses
difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan
dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai
proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu
kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan
lain.
Migrasi lambat dan otommatis adalah sejajar dengan perkembangan
dari manusia yang selalu banyak jumlahnya, sejak masa timbulnya dimuka
bumi hingga sekarang. Prose evolusi ini menyebabkan manusia senantiasa
memerlukan daerah yang makin lama makin luas.
2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersamaan dengan penyebaran migrasi kelompok manusia ke
berbagai dunia yang disebut proses difusi. Penyebaran dan migrasi
kelompok-kelompok masyarakat dimuka bumi ini turut tersebar pula
berbagai unsur kebudayaan. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga
terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-
bangsa tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa
oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut.
Pada zaman modern seperti saat ini, penyebaran unsur-unsur
kebudayaan tidak lagi mengikuti migrasi-migrasi kelompok, melainkan
tanpa kontak langsung antar individu yang berbeda, ini disebabkan sekarang
sudah banyak media-media yang membantu mempercepat persebaran
kebudayaan dari satu tempat ketempat lain, seperti Televisi, radio, surat
kabar dan sebagainya.
B. Akulturasi dan Pembaruan atau Asimilasi
1. Akulturasi
Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah
bahasa Inggris acculturation. Percampuran merupakan suatu perubahan
besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari
kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut
konsep mengenai proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan
asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan asli.
Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif
lama. Hal disebabkan adanya unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap
atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang tidak diterima
sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran
masih memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.
Golongan minoritas mengubah sifat khas unsur kebudayaan dan
masuk kebudayaan mayoritas.
5 (lima) golongan masalah akulturasi, yaitu:
1. Masalah metode untuk observasi, mencatat dan melukiskan suatu proses
akulturasi yang terjadi.
2. Masalah unsur kebudayaan asing yang mudah diterima dan yang sukar
diterima.
3. Masalah unsur apa yang mudah diganti dan tidak mudah diganti atau
diubah.
4. Masalah individu yang cepat dan sukar menerima.
5. Masalah ketegangan dari krisis sosial akibat akulturasi
Dalam peneletian jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti
sebaiknya memperhatikan beberapa soal khusus, yaitu:
a. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi berjalan.
b. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur
kebudayaan asing.
c. Saluran-saluran yang dimulai oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk
masuk kedalam kebudayaan penerima.
d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-
unsur kebudayaan asing tadi.
e. Reaksi individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
2. Pembauran (Asimilasi)
Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation;
merupakan proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya
dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama
tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah suatu
proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar
kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat
khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur
kebudayaan campuran.
Asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara
orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi
usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama. Hasil dari proses asimilasi
adalah semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu
kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu
melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama.Artinya,
menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
C. Inovasi Atau Pembaharuan
1. Inovasi Dan Penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dan penggunaan sumber-
sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem
produksi menghasilkan produk-produk baru. Dengan demikian inovasi itu
mengenai pembaharuan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi
dan ekonomi.
Proses inovasi sudah tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan
baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu
proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery
dan invention.
Suatu discovery adalah suatu penemuan dari unsur kebudayaan yang
baru, baik berupa suatu alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh
seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru
itu.
Proses dari discovery hingga ke invention sering memerlukan tidak
hanya seorang individu, yaitu penciptanya saja, tetapi suatu rangkaian yang
terdiri dari beberapa orang pencipta. Penemuan mobil misalnya dimulai
dengan aktivitas dari seorang berbangsa amerika bernama S.Marcus, yang
dalam tahun 1875 mengembangkan motor gas pertama. Sebenarnya sistem
motor gas juga tekah merupakan hasil dari suatu rangkaian gagasan yang
dikembangkan selangkah demi selangkah oleh beberapa orang pencipta lain
sebelum Marcus. Walaupun demikian, Marcuslah yang membulatkan
penemuan itu dan yang pertama kali menghubungkan motor gas dengan
sebuah kereta dengan cara yang sedemikian rupa hingga tadi dapat berjalan
dengan tanpa ditarik oleh kuda. Itulah saatnya mobil menjadi suatu
discovery.
Pada saat suatu penemuan menjadi suatu invention, proses
penemuan belum selesai. Walauoun kira-kira sesudah 1911 produksi mobil
dimulai dan menjadi suatu inovasi teknologi yang ekonomis, namun mobil
belum dikenal oleh seluruh masyarakat. Penyebarannya masih harus
dipropagandakan kepada khalayak ramai. Lagi pula, waktu itu biaya
produksi masih demikian tingginya sehingga hanya suatu golongan yang
kecil saja yang dapat membelinya. Untuk membuat agar biaya produksi
dapat menjadi serendah mungkin masih diperlukan serangkaian penemuan
perbaikan lagi, dan kemudian penerimaan dari masyarakat belum siap dan
belum matang untuk menerimanya. Salah satu persiapannya anatara lain
dengan membangun jalan-jalan yang baru. Bahkan di negara eropa dan
amerika pun mobil masih memberikan banyak persoalan. Satu contoh
misalnya mengenai tempat memarkir mobil dikota-kota di Amerika
sekarang.
Di Indonesia persoalan itu juga sudah mulai timbul dibeberapa
tempat tertentu tetapi selain masalah parkir, di indonesia masih terdapat
banyak masalah sekitar mobil yang belum teratur (misalnya sistem
persediaan suku cadang, sistem jalan-jalan raya yang masih sangat tidak
memadai, sistem asuransi mobil yang belum berkembang dan sebagainya)
masyarakat indonesia memang belum matang benar untuk menerima mobil.
Proses inovasi sosial-ekonomi dari mobil dalam masyarakat Indonesia
belum selesai.
2. Pendorong Penemuan Baru
Suatu pertanyaan yang sangat penting adalah pertanyaan faktor
faktor apakah yang menjadi pendorong bagi individu dalam suatu
masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru.
Para sarjana mengatakan bahwa pendorong itu adalah:
a. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan;
b. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan;
c. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Dalam masyarakat tentu ada individu-individu yang sadar akan
adanya berbagi kekurangan dalam kebudayaan mereka. Di antara individu
itu banyak yang menerima kekurangan itu sebagai hal yang harus diterima
saja; individu individu lain mungkin tidak puas dengan keadaan, tetapi pasif
atau hanya menggerutu saj, dan tidak berani atau tidak mampu untukberbuat
apa apa; sedangkan ada juga individu individu aktif yang berusaha berbuat
sesuatu untuk mengisi atau memperbaiki kekurangan yang mereka sadari
itu. Dari kategori individu individu tersebut terakhir inilah antara lain
muncul para pencipta dari penemuan penemuan baru, baik yang bersifat
discovery maupun yang bersifat invection.
Suatu krisis masyarakat sering juga merupakan suatu massa
timbulnya banyak penemuan baru. Pendorong ini sebenarnya sama dengan
pendorong seperti disebut lebih dulu; berarti bahwa dalam masyarakat itu
banyak individu menentang keadaan; mereka menentang karena tidak puas
dengan keadaan, dan mereka tidak puas karena mereka sadar akan
kekurangan-kekurangan disekelilingnya.
Keinginan para ahli dalam suatu masyarakat akan mutu merupakan
pendorong juga bagi terjadinya penemuan baru. Kata “ahli” disini tentu
diambil dalam arti seluas luasnya, jadi bukan hanya ahli dalam suatu ilm,
melainkan juga ahli dalam pertukangan, ahli kerajinan, ahli kesenian atau
seniman; pendeknya ahli dalam segala pekerjaan yang mungkin terdapat
dalam suatu masyarakat.
3. Inovasi dan Evolusi
Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam kebudayaan tempat
penemuan terjadi. Hal ini disebabkan karena suatu penemuan baru jarang
merupakan suatu perubahan mendadak dan keadaan tidak ada, menjadi
keadaan ada. Suatu penemuan baru biasanya berupa suatu rangkaian
panjang, dimulai dari penemuan penemuan kecil yang secara akumulatif
disiptakan oleh sederet pencipta pencipta. Dengan demikian, proses inovasi
(yaitu proses pembaruan teknologi ekonomi dan lanjutannya) itu juga
merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah bahwa proses inovasi
individu individu itu bersifat aktif, sedang dalam suatu proses evolusi
individu individu itu pasif. Karena kegiatan dan usaha individu itulah, maka
suatu inovasi memang merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang
lebih cepat (artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi
kebudayaan). \
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki warisan
budaya yang sangat kaya. Berbagai macam tradisi dan adat-istiadat yang
dimiliki Indonesia seperti menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia.
Indonesia menjadi kaya karena budayanya. Kekayaan budaya itu ditambah
lagi dengan masuknya berbagai unsur kebudayaan asing ke dalam Indonesia
melalui proses difusi, akulturasi, dan asimilasi. Difusi adalah proses
persebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain. Difusi
dapat terjadi dalam dua proses, proses langsung dan tak langsung.
Akulturasi adalah bergabungnya dua kebudayaan atau lebih sehingga
menciptakan suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian dari
kebudayaan asli. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
atau lebih sehingga menghasilkan suatu kebudayaan baru, yang berbeda
dengan kebudayaan aslinya. Asimilasi ini biasa terjadi pada golongan
minoritas dan golongan mayoritas pada suatu tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Top Related