Angkor Archaeological Park adalah sebuah salah satu situs bersejarah yang paling penting di Asia Tenggara. Situs peninggalan kerajaan Khmer yang didirikan oleh imigran asal Jawa ini berdiri sejak abad ke 9 hingga 15. Situs yang berdiri di tanah seluas 400km2 ini menyimpan banyak peninggalan berupa candi yang masih bisa dilihat bentuknya. Situs bersejarah ini terletak tak jauh dari kota Siem Reap, Kamboja. Untuk menuju kota Siem Reap, terdapat beberapa akses darat, udara, hingga sungai. Setidaknya, saya mengambil jalur darat selama 6 jam dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Saya menghabiskan waktu seharian untuk mengunjungi taman arkeologi ini pada tanggal 31 Agustus 2012.
AngkorBicycle Trip
Mengejar Matahari Terbit A
ngkor Wat di Siem Reap dan
Terracotta Warriors di Xi’an adalah
sebuah pilihan buat saya. Berhubung
saya tidak jadi ke Xi’an, maka
saya wajib mengunjungi Angkor
Archaeological Park di Siem Reap, Cambodia.
Situs ini sudah menjadi situs yang sangat
terkenal, mungkin bermula dari film Tomb
Raider yang diperankan oleh Angelina Jolie.
Saya sendiri sebenarnya belum menonton film
itu, jadi tidak tahu daya tarik apa yang orang-
orang tuju.
Bicara mengenai candi, di Jawa pun banyak
tersebar candi-candi super megah. Sebut saja
Borobudur dan Prambanan yang sama-sama
menjadi World Heritage Site UNESCO. Lantas,
selain masuk film Hollywood, daya tarik apa sih
yang membuat Angkor Wat ini laris manis di
dunia pariwisata internasional?
Kalau saja di Siem Reap tidak ada Angkor
Wat, pasti saya tidak akan mampir ke sini
dan lebih memilih untuk ke Sihanoukville atau
ke Battambang. Nyatanya, saya tidak punya
cukup waktu dan lebih memprioritaskan untuk
melihat Angkor Wat. Rencananya saya akan
mengambil one day ticket, 20 USD. Mengingat
harganya yang ‘lumayan’ sebaiknya memang
tidak usah ingat-ingat harga tiketnya, apalagi
membandingkannya dengan objek-objek
lain.”If you dare enough to explore, you’ll get
what others don’t give to you.”
Pertanyaan dan perdebatan mengenai
‘cukup gak sih eksplor Angkor dalam sehari?’
jawabannya tergantung pada kekuatan
diri sendiri dan seberapa jauh kamu ingin
mengetahui situs sejarah ini. Kalau tujuan
kamu hanya foto-foto narsis aja sih ambil yang
sehari, keliling Angkor Wat atau Angkor Thom
aja juga cukup. Kalau tujuannya emang mau
tau lebih banyak dan menelusuri setiap lekuk
candi-candinya, ya boleh lah ambil 3hari, lebih
hemat uang juga. Kalau tujuan kamu untuk
memotret dan punya banyak waktu untuk
bersantai, silahkan ambil yang seminggu. Eh,
tapi apa gak mabok keliling Angkor selama
seminggu?
Sebaiknya memang kamu punya teman
jalan untuk eksplor Angkor. Masalahnya,
kompleks arkeologi ini luasnya mencapai 400
km persegi. Paling enak memang kita punya
teman untuk sharing biaya tuk-tuk. Harga
sewa tuk-tuk seharian sekitar10-15 USD.
Nah, dengan ongkos segitu kan kalau jalan-
jalan sendirian bakal tekor. Namun, kali ini
saya tetap jalan-jalan sendirian. Berhubung
tidak punya banyak waktu untuk mencari
teman jalan dan berhubung kompleks angkor
yang luas dengan objek yang tersebar, saya
menghindari perdebatan tentang tempat mana
yang ingin dikunjungi.
Loh terus kalau jalan-jalan sendirian gitu,
tekor dong naik tuk-tuk? Oh tunggu dulu! Saya
punya cara yang ekonomis dan sehat buat
kamu-kamu yang ingin menjelajah Angkor
sendirian, yaitu dengan naik sepeda. Sangat
disayangkan,
di Siem
Reap ada
peraturan
bagi turis
asing untuk
tidak boleh
menyewa
sepeda motor,
mungkin akan
menggusur para
tukang ojek dan tuk-
tuk. Namun, menyewa
sepeda menjadi salah satu
alternatif jalan-jalan hemat di sini.
Cukup membayar 1 USD, maka kamu akan
bisa berkeliling dari pagi hingga malam.
Kebetulan The Garden Village tempat
saya menginap, menyewakan sepeda. Jadi
saya tidak perlu mencari-cari lagi tempat
penyewaan sepeda. Apalagi saya berencana
untuk berangkat ke Angkor Wat pagi buta
untuk mengejar matahari terbit. It would be a
challange!
Seluruh sumber yang saya baca, jika hanya
memiliki waktu sehari untuk eksplor Angkor,
maka harus banget bisa mendapatkan sunrise-
nya. Jadi rencananya
saya harus bangun
jam 4 pagi,
kemudian packing,
dan berangkat
dari hostel jam
setengah 5.
Saya baru
mulai menggoes
sepeda sekitar
jam 4.45. Rasanya
sudah deg-degan takut
kesiangan dan tidak dapet
sunrise. Saya terus menggoes
dan mengebut. Kalau di sepeda saya ada
speedometer, mungkin kecepatannya mencapai
70km/h (mungkin loh yaa). Sebelum berangkat,
saya mencoba melihat GPS dan mencari rute
perjalanan dari hostel ke Angkor Wat. Ternyata
cukup belok dua kali, kemudian tinggal lurus
terus.
Kenyataan berkata lain, ini merupakan
bagian terseru dalam petualangan ke Angkor
Wat. Saya mengendarai sepeda layaknya
berpacu dengan kuda di tengah jalanan
kota Siem Reap yang pagi itu masih kosong
melompong. Jalanan di Siem reap dibagi
oleh Febry Fawzi
dua dan
dibelah
oleh sungai.
GPS bilang sih
mudah, namun entah
mengapa saya jadi kehilangan arah. Berkali-
kali saya bertanya ke orang lokal, jawaban dari
mereka malah membawa saya ke jalur yang
gelap dan sangat sepi. Belum lagi jalanan yang
rusak membuat sepeda yang saya kendarai
terus berloncatan ke kanan dan kiri, salah-salah
bisa nyusuruk ke dalam sungai di sebelah jalan.
Jalanan yang gelap juga sudah dipedulikan
“Bodo amat kalau ada pocong yang jegat atau
ada setan-setan kamboja lainnya yang mau
ganggu” pikir saya saat itu. Pikiran saya sudah
tertuju pada sunrise di Angkor Wat.
Jarak dari hostel ke pintu masuk Angkor
sekitar 8 km. Jarak tersebut saya tempuh
dalam waktu 20 menit. Memasuki pintu
masuk Angkor, kita akan melewati jalan mulus
dan panjang yang kanan-kiri nya adalah hutan.
Hawa mistis sudah terasa. “pang-numpang
lewat, saya cuma mau jalan-jalan” ucap saya
dalam hati.
Di loket pembelian tiket, kita akan
disapa ramah oleh setiap pemandunya. Saat
membeli tiket, kita akan difoto dulu layaknya
sedang membuat paspor. “Cheese..” foto pun
terpampang di tiket yang kita beli. Berhubung
habis sepedaan, jadi fotonya gak maksimal,
lepek. Tiket tersebut tidak boleh hilang karena
akan diperiksa di setiap pintu masuk objek-
objek candinya.
Perjuangan saya belum berakhir ternyata!
Dari loket tiket ke Angkor Wat masih butuh
menggoes 2 hingga 3 km lagi. Sial! Langit
sudah terang. Saya terus menguatkan goesan.
Rem pun sudah tidak digunakan. Sekitar 10
menit dari loket tiket, sampai lah saya di depan
pintu masuk Angkor Wat.
Halaman depan Angkor Wat sudah
dipenuhi wisatawan. Ternyata Angkor Wat
dikelilingi oleh kanal-kanal berbentuk persegi.
Layaknya kerajaan, kita akan melalui pintu
masuk dan beberapa bangunan pendukung
sebelum bertatapan langsung dengan
bangunan utama. Saya terus berjalan menuju
kolam (genangan/becekan) di depan Angkor.
Rupanya, di situ adalah tempat terbaik
untuk mengabadikan wajah Angkor Wat dan
refleksinya di air dengan semburat-semburat
awan fajar.
Harapan hanya meninggalkan ekspektasi.
Langit kekuningan dan orange di kala fajar
hanya lah mimpi yang pagi itu tidak datang.
Di atas Angkor Wat, langit lebih suka untuk
menampakkan wajah pucatnya dengan warna
kuning kebiruan. Yah.. tak apa lah. Saya sudah
cukup senang tidak ketinggalan menyaksikan
matahari terbit di Angkor Wat. Apalagi di sana
saya menemukan teman-teman Cina yang satu
dormitory sewaktu di Saigon. Benar-benar
sebuah kebetulan yang menguntungkan. Jadi
ada yang fotoin.
Sekitar jam 7 pagi itu, saya berpisah
dengan rombongan Cina tadi. Mereka
menyewa tuk-tuk dan membeli 3 days pass
ticket, Itinerary mereka adalah menyambahi
candi terjauh dulu yang letaknya di luar
kompleks Angkor. Sementara itu, saya
sendirian mengeksplor Angkor Wat dan
mengambil napas panjang. Baru inget, sedari
subuh tadi saya belum istirahat dari kegiatan
mengutik sepeda.
Angkor Wat, disebut-sebut sebagai kompleks
candi hindu terbesar se-dunia. Bangunan ini
dibangun pada masa Raja Suryawarman II,
sekitar abad 12. Selain sebagai pusat kota dari
kerajaan Khmer pada masanya, bangunan
ini adalah sebuah persembahan untuk Wisnu.
Dikelilingi oleh parit yang berbentuk persegi,
Angkor Wat bagaikan sebuah pulau yang
mengapung di tengah hutan. Selain itu, puncak
tertinggi dari bangunan ini pun direpresentasikan
sebagai Gunung Meru, yang dalam mitologi
Hindu diartikan sebagai rumahnya para dewa.
Memasuki pintu masuk Angkor Wat,
saya sudah mulai berimajinasi. Bagaimana ya
bangunan ini dulu ketika baru dibangun? Pasti
megah banget. Penuh ukiran-ukiran yang halus.
Relief yang bercerita layaknya di candi-candi
yang sering kita jumpai di Jawa.
Berhubung mesti mengejar matahari terbit
dan ketinggalan sarapan, di sekitar Angkor Wat
banyak terdapat warung tenda, yang menjual
minuman hingga makanan cepat saji. Lucu
nya, warung-warung di sana diberikan nama
artis Hollywood. Ada Lady Gaga, Brad Pitt,
Jolie, Madonna, dan lain sebagainya. Secara
acak, saya makan di warung Brad Pitt. Menu
nya cuma nasi goreng seharga 4 USD yang
bisa ditawar jadi 2 USD. Gila gak ditawarin nasi
goreng 40.000rupiah di warung pinggir empang
gitu?
Tak berapa lama, makanan datang. Nasi
goreng ayam dengan banyak sayuran. Begitu
diicip, rasanya enakan buatan sendiri. Nasi
goreng seharga 2 USD rasanya kayak nasi
dikasih minyak panas terus dicampur saos. Oke,
di saat begini tidak bisa protes kalau gak mau
diracun.
Saya melanjutkan bersepeda dan
meninggalkan Angkor Wat. Tujuan selanjutnya
adalah Angkor Thom dan The Bayon. Di tengah
jalan, saya melewati Elephant Ride. Kalau punya
uang lebih, kamu bisa mencoba menaiki gajah
untuk mencapai candi yang ada di atas bukit.
Jarak dari Angkor Wat ke Angkor Thom
sekitar 2km. Sebelum nya, kita akan menjumpai
pintu gerbang Angkor Thom (pintu selatan) atau
sering disebut Victory Gate. Tata letak Angkor
Thom hampir mirip dengan Angkor Wat, hanya
saja situs ini lebih luas lagi. Kota yang dibangun
pada masa raja Jayawarman VII berpusat pada situs
The Bayon. Dikelilingi oleh kanal-kanal dan tembok
yang memagari pusat dari kota kerajaan Khmer pada
akhir abad ke 12.
Tepat di depan Victory Gate, kita akan melewati
jembatan yang dijaga oleh Deva/Dewa & Asura/Iblis.
Melihat dari pintu masuknya saja, sudah terlihat kalau
dulunya ini adalah kerajaan megah. Belum lagi kalau
kita melihat langsung wajah-wajah yang terukir di The
Bayon. Setidaknya ada 200 wajah dari Lokesvara/
Avalokitesvara.
Rute Angkor Bicycle Tour
Untuk mengelilingi kompleks candi
Angkor, pengelolanya sudah menyiapkan
beberapa rute dan membaginya berdasarkan
jarak. Ada short dan long trek. Kalau short
trek, dari Terrace of the Elephants/kompleks
Angkor Thom, kamu bisa langsung belok ke
arah Victory Gate, dengan tujuan selanjutnya
langsung ke Ta Prohm dan kemudian langsung
kembali ke Angkor Wat. Sedangkan saat itu,
saya mengambil long trek dengan rute lurus
ke arah Preah Khan, Bantey Prei, Ta Som,
East Mebon, Ta Prohm, dan kemudian kembali
ke pintu timur Angkor Thom. Tentu dengan
mengambil jalur long trek, akan lebih banyak
objek yang dijumpai, tidak hanya candi-candi
yang terkenal lewat film Tomb Raider (seperti
Ta Prohm).
Jadi, ketika kamu hendak jalan-jalan di
sini, pastikan juga kamu meminta peta gratisan
di tempat pembelian tiket. Syukur-syukur
kalau kamu punya uang lebih untuk membeli
peta yang lebih lengkap (penuh gambar dan
informasi serta tanpa iklan). Walaupun kamu
naik tuk-tuk dan supirnya sudah hapal dengan
rutenya, tapi kamu juga mesti tahu objek apa
saja yang ada di dalam kompleks arkeologi ini.
Berhubung tiketnya mahal, jadi puas-puasin
mengeskplor tempat ini, puas-puasin fotonya,
dan nikmatin setiap atmosfer di dalam tempat
ini. Seperti albumnya The Beatles, perjalanan
ini adalah Magical Mistery Tour.
AngkorBicycle Trip