ANALISIS SEMIOTIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos)
Oleh:
Ahcmad Fatawi NIM. 1111051000117
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018
i
ABSTRAK Ahcmad Fatawi NIM 1111051000117 ANALISIS SEMIOTIKA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA PADA
FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER Film merupakan satu-satunya media audio visual yang menghadirkan suara sekaligus gambar sehingga membuat penikmatnya betah duduk berjam-jam untuk menyaksikan film tersebut terlepas apakah tayangan yang mereka saksikan bermanfaat karena mendidik serta menambah wawasan atau sebaliknya menyesatkan. Film Senyap adalah film bergenre dokumenter, menceritakan tentang seorang pria bernama Adi Rukun yang mencari tahu peristiwa yang terjadi terhadap abangnya Ramli yang merupakan anggota PKI. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana Adi meawancarai beberapa orang yang dulunya merupakan anggota Pasukan Komando Aksi yang telah membunuh abangnya. Dalam film ini juga diperlihatkan beberapa reka adegan yang dilakukan oleh beberapa anggota pasukan komando aksi, yang kemudian ditulis ke dalam sebuah buku berjudul “Embun Berdarah”pleh Amir Hasan dan Inong yang merupakan anggota pasukan komando aksi.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui Bagaimana tanda-tanda yang terindikasi sebagai pelanggaran hak asasi manusia berdasarkan hasil analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders Pierce? Apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terdapat pada Film Senyap berdasarkan Hak Asasi Manusia menurut Islam dan Ketentuan Negara?.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang melihat makna atas sign (ikon, indeks, simbol), objek, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk menginterpretasikan sumber acuan melalui simulasi persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasi sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Penelitian ini juga membagi pelanggaran Hak Asasi Manusia menjadi dua pandangan, yakni Hak Asasi Manusia menurut Islam dan menurut Ketentuan Negara.
Dari hasil Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce, didalam film Senyap terdapat Ikon dalam film ini adalah visualisasi yang ada pada tiap scene nya, terutama setiap adegan yang terdapat seorang atau tokoh yang mewakili suatu organisasi, seperti Ali sugito yang menjadi Ikon Karena Mewakili Pasukan Komando Aksi dan Adi yang merupakan Ikon dari PKI karena Adi adalah adik dari anggota PKI. Beberapa Dialog-dialog pada tiap scene yang yang dilakukan oleh Adi dan keluarganya kepada para anggota Pasukan Komando Aksi yang telah membnuh abangnya menjadi indeks terhadap kekerasan yang terjadi. Beberapa reka ulang adegan menjadi simbol dari pelanggaran Hak Asasi Manusia karena disitu terdapat unsur kekerasan. Berbagai tanda yang digunakan dalam Film Senyap mulai dari Ikon, Indeks, Simbol baik berupa tanda verbal dan non verbal merupakan serangkaian tanda yang mengindikasi adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia dari sisi HAM Menurut Islam dan Ham Menurut Ketentuan Negara. Kata kunci : Semiotik, Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Film
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang telah
melimpahkan nikmat-Nya waktu, kesehatan serta kesadaran untuk
menuntut ilmu, dan juga kasih sayang-Nya untuk menyelesaikan penelitian
ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah
membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearifan hidup
manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah
yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga
akhir zaman.
Berbagai halangan dan rintangan dalam penulisan skripsi ini,
Alhamdulillah telah peneliti lewati. Memanglah penelitian ini jauh dari
kata sempurna, namun skripsi ini penulis buat dengan penuh perjuangan
yang memerlukan tenaga, waktu dan juga fikiran. Dan tanpa adanya
pihak-pihak yang membantu, mungkin skripsi ini tidak dapat diselesaikan.
Maka dengan perasaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada mereka yang telah membantu dan memotivasi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis
menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. DR. Dede Rosyada MA, sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
3. Dr Suparto, S.Ag, M.Ed, sebagai Wakil Dekan Bidang Akdemik
iii
4. Dr. H. Roudhonah, M.Ag, Sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum.
5. Dr. Suhaimi, M.Si, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
6. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Drs. Masran, M.Ag, serta
Sekertaris Jurusan Penyiaran Islam Fita Faturokhmah, M.Si yang selalu
berkenan membantu peneliti.
7. Dosen Penasehat Akademik Drs. Jumroni, M.Si yang memberikan
nasehat serta arahan bagi peneliti.
8. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing skripsi saya, Ibu Siti Nurbaya,
M.Si, yang sabar membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan
skripsi ini.
9. Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membantu
peneliti untuk menemukan referensi buku yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
10. Staf TU (Tata Usaha) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu peneliti dalam kepengurusan terselesaikannya skripsi ini.
11. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmunya sehingga apa yang diajarkan dapat peneliti
terapkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Terimakasih untuk kedua Orangtuaku yang senantiasa tak henti
mendoakan putraya untuk menyelesaikan skripsi ini dan melihat putranya
sukses dan menjadi sarjana.
iv
13. Terimakasih untuk Adikku yang selalu memberikan pendapat yang
bermanfaat dan motivasi dalam penuyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman KPI D 2011, yang selalu saling mendukung satu sama
lain dalam menyelesaikan pendidikan.
15. Terima kasih untuk Zahid Husein Al-faruqi dan Istrinya Annisa Fasya dan
keluarga yang telah sangat membantu penulis untuk menyelesaikan
skripsinya.
16. Terima kasih untuk Mamik Sarmiki dan Rara yang telah sangat membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsinya.
17. Terimakasih untuk Bang Boim selaku UM Team Iklan Harian Rakyat
merdeka yang memberikan kebijaksanannya perihal perizinan agar saya
cepat menyelesaikan skripsi.
18. Terimakasih kepada Afrah Azlia yang telah mendukung dan mendoakan
saya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis, pembaca, dan segenap keluarga besar jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
Jakarta, 24 Juni 2018
Ahcmad Fatawi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 4
D. Metodologi Penelitian ..................................................... 5
1. Paradigma Penelitian ............................................... 5
2. Pendekatan Penelitian .............................................. 6
3. Metode Penelitian .................................................... 7
4. Subjek dan Objek Penelitian .................................... 7
5. Sumber Data ............................................................ 7
6. Teknik Pengumpulan Data ...................................... 7
7. Teknik Analisis Data ............................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP 13
A. Film ............................................................................... 13
1. Pengertian Film ...................................................... 13
2. Jenis dan Klasiikasi Film ....................................... 14
3. Unsur-Unsur Pembentuk Film ............................... 17
vi
4. Teknik Pengambilan Gambar ................................ 18
B. Semotika ....................................................................... 21
1. Tinjauan Umum Semiotika .................................... 21
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Pierce ............ 23
C. Hak Asasi Manusia ....................................................... 26
1. HAM Dalam Pandangan Islam .............................. 26
2. HAM Menurut Ketentuan Negara ......................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM FILM SENYAP ................... 41
A. Gambaran Umum .......................................................... 41
1. Profil Sutradara ...................................................... 42
2. Profil Produser ....................................................... 42
3. Profil Pemail .......................................................... 44
B. Sinopsis Film Senyap ................................................... 44
C. Sejarah Singkat Peristiwa G30SPKI ............................. 45
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS ......................... 47
A. Analisis Semiotika Film Senyap ................................... 47
1. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita
Dari Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian Dan
Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. ............. 49
2. Analisis Semiotika Pada Dialog Yang Diucapkan
Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota PKI Yang
Dieksekusi. ............................................................. 49
vii
3. Analisis Semiotika Pada Hasil Wawancara Yang
Dilakukan Kepada Pasien Saudara Adi Sebagai
Adik Dari Ramli. ................................................... 52
4. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang
Ditayangkan Pada Televisi Tentang Riuhnya
Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI. ........... 53
5. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang
Ditayangkan Pada Televisi Tentang Keadaan Para
Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan. .................. 55
6. Analisis Semiotika Pada Adegan Yang
Menunjukkan Kegiatan Belajar Mengajar Dimana
Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di
Masa Lalu. ............................................................. 57
7. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita
Kembali Dari Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian
Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. ..... 60
8. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan
Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota PKI Yang
Dieksekusi. ............................................................ 61
9. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Yang
Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan Inong
Sebagai Anggota Komando Aksi Ketika Eksekusi
Pemberantasan PKI Sedang Dilakukan. ................ 63
10. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan
Oleh Inong Ketika Ia Sedang Mengeksekusi
Anggota PKI. ........................................................ 66
viii
11. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang
Dilakukan Kepada Amir Siahaan Sebagai
Komandan Komando Aksi Sungai Ular. ............... 67
12. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Kembali
Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan
Inong Ketika Mengeksekusi Ramli Sebagai Anggota
PKI. ....................................................................... 68
13. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang
Dilakukan Kepada Saudara M. Y. Basrun Pimpinan
DPRD Serdang Bedagai. ....................................... 71
14. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang
Dilakukan Kepada Keluarga Amir Hasan Sebagai
Anggota Dari Komando Aksi. ............................... 72
B. Pelanggaran HAM Menurut Islam Dan Ketentuan
Negara .......................................................................... 74
1. Penuturan Cerita Dari Saudara Ali Sugito Tentang
Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan
PKI. ....................................................................... 74
2. Dialog yang diucapkan oleh ibu dari Ramli sebagai
anggota PKI yang dieksekusi. ............................... 75
3. Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada Pasien
Saudara Adi Sebagai Adik Dari Ramli .................. 75
4. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang
Riuhnya Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI.
................................................................................ 76
ix
5. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang
Keadaan Para Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan.
................................................................................ 76
6. Adegan Yang Menunjukkan Kegiatan Belajar
Mengajar Dimana Guru Sedangkan Menjelaskan
Kekejaman PKI Di Masa Lalu… ............................ 77
7. Adegan Penuturan Cerita Kembali Dari Saudara Ali
Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi
Pemberantasan PKI. .............................................. 77
8. Cerita Yang Dituturkan Oleh Ibu Dari Ramli
Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi. .............. 78
9. Reka Adegan Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir
Hasan Dan Inong Sebagai Anggota Komando Aksi
Ketika Eksekusi Pemberantasan PKI Sedang
Dilakukan. ............................................................. 78
10. Cerita Yang Dituturkan Oleh Inong Ketika Ia
Sedang Mengeksekusi Anggota PKI...................... 79
11. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Amir Siahaan
Sebagai Komandan Komando Aksi Sungai Ular. . 79
12. Reka Adegan Kembali Yang Dilakukan Oleh
Saudara Amir Hasan Dan Inong Ketika
Mengeksekusi Ramli Sebagai Anggota PKI. ........ 80
13. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Saudara M. Y.
Basrun Pimpinan DPRD Serdang Bedagai. .......... 80
14. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Keluarga Amir
Hasan Sebagai Anggota Dari Komando Aksi. ....... 81
x
BAB V PENUTUP ..................................................................... 82
A. Kesimpulan ................................................................... 82
B. Saran ............................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 85
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film tidak hanya semata menonjolkan unsur hiburan semata, ada jenis
Film yang memang mengangkat kejadian sebenarnya seperti Film
dokumenter, Film jenis ini biasa mengangkat kejadian dari seorang tokoh
atau kelompok yang mempunyai nilai yang besar. Film dokumenter yang
dibuat oleh pemerintah biasanya lebih menekankan kepada tanggung jawab
moral untuk mengangkat nilai nasionalisme bangsa dan jati diri bangsa yang
berbudaya. Tak hanya di situ tetapi Film juga sebagai penyampai pesan
moral, informatif, sejarah maupun solusi atas tema-tema yang berkembang di
masyarakat. Dengan standar kaidah sinematografi akan menambah kuatnya
pesan yang akan disampaikan. Tak hanya di situ tetapi Film juga sebagai
penyampai pesan moral, informatif, sejarah maupun solusi atas tema-tema
yang berkembang di masyarakat.
Film karya sutradara Joshua Oppenheimer asal Amerika Serikat ini
mengambil sudut pandang keluarga korban peristiwa 30 September 1965
sebagai jalan utama ceritanya. Meletusnya peristiwa 30 Septermber 1965
berdampak pada pembunuhan jutaan simpatisan PKI, tidak terkecuali di
daerah Sumatera Utara tempat Ramli dan keluarganya tinggal. Film ini
menarik kembali memori penonton dan para keluarga korban dengan
menghadirkan sebuah rekaman video percakapan dan pengakuan para algojo
yang membunuh Ramli serta para simpatisan PKI saat itu. Beberapa adegan
para algojo itu mengeksekusi korban diperlihatkan kepada Adi, yang menjadi
2
pemain utama dalam Film yang berdurasi 98 menit tersebut. Adi yang saat ini
berprofesi sebagai pembuat kaca mata lahir setelah kakaknya Ramli terbunuh.
Di dalam Film ini, Adi menemui beberapa pelaku pembunuhan dan keluarga
pelaku serta menjelaskan identitasnya sebagai adik Ramli yang telah dibunuh
dengan kejam. Dalam beberapa pertemuan itu Adi akhirnya membuka
identitasnya yang sebenarnya sebagai salah satu keluarga korban
pembunuhan massal tahun 1965.
Hal menarik lainnya adalah ungkapan dari para pembunuh yang
mengungkapkan bahwa para tentara menjaga proses eksekusi yang mereka
lakukan dari jarak beberapa puluh meter dari lokasi. Selain itu mereka
menyebutkan pembantaian itu dilakukan atas kesadaran mereka sebagai
rakyat untuk menghilangkan paham komunis di Indonesia.
Dalam Film ini terlihat bagaimana emosi Adi yang meluap ketika
bertemu pasukan pembunuh yang membunuh kakaknya, juga emosi
bagaimana para mantan anggota pasukan pembunuh tampak kalutsaat
mengenang yang dilakukannya tidak berperikemanusiaan. Dengan memutar
ulang video reka adegan pembunuhan menunjukkan betapa kejamnya
pasukan pembunuh dalam membantai anggota dansimpatisan PKI tanpa ada
proses pengadilan hukum yang sah.
. Di dalam Film ini juga ditunjukkan kedua pembunuh Ramli tersebut
menunjukkan buku berjudul “Embun Berdarah” yang mereka tulis untuk
mengabadikan aksi pembantaian mereka tahun 1965, yang direkam Joshua
tahun 2003. Kematian Ramli dinilai sebagai hal yang terbuka karena banyak
saksi yang melihat saat akhir hidupnya dan para pembunuh meninggalkan
3
jasadnya di kebun sawit kurang lebih tiga kilometer dari kediaman orang
tuanya.
Jauh sebelum Film Senyap ini di rilis, pada tahun 1984 Indonesia
pernah merilis jenis Film yang sama, yang berjudul Film Penghianatan G30S
PKI. Film ini berisi propaganda kekejaman para anggota dan simpatisan PKI
dan disponsori oleh Pemerintah pada masa Orde Baru. Sedangkan Film
Senyap ini menceritakan keluarga anggota dan simpatisan PKI yang menjadi
korban pembataian. Jadi Film Senyap ini adalah antitesa dari Film
Penghianatan G30S PKI yang disponsori oleh Pemerintah Orde Baru.
Dari latar belakang inilah peneliti mengindikasi adanya pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang terekam dalam Film Senyap dengan menggunakan
metode kualitatif untuk menafsirkan tanda-tanda dalam makna yang
tersembunyi di balik sebuah film melalui analisis semiotika. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “ANALISIS
SEMIOTIKA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER”
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pembatasan skripsi ini, peneliti membatasi pengambilan adegan-
adegan dalam Film Senyap/Senyap yang hanya peneliti anggap memiliki
makna di dalam rangkaian gambar atau adegan (scene) Film untuk
mengungkap tanda-tanda yang mengindikasi adamya pelanggaran Hak
4
Asasi Manusia yang terekam dalam Film Senyap terlepas dari benar atau
tidaknya kejadian dalam Film tersebut.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti dapat
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana tanda-tanda yang mengindikasi adanya pelanggaran hak
asasi manusia dalam Film Senyap berdasarkan hasil analisis semiotik
menggunakan teori Charles Sanders Pierce?
a. Apa saja pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terdapat pada Film
Senyap berdasarkan Hak Asasi Manusia menurut Islam dan Ketentuan
Negara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
b. Untuk mengetahui tanda-tanda yang menindikasi pelanggaran hak
asasi manusia yang terdapat dalam Film Senyap berdasarkan hasil
analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders Pierce.
c. Untuk mengetahui pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terdapat
pada Film Senyap berdasarkan Hak Asasi Manusia menurut Islam dan
Ketentuan Negara.
2. Manfaat Penelitian
5
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari
segi teoritis dan praktis,yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Hasil yang diambil dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahaninformasi dan tambahan referensi bahan pustaka dan
dokumentasi ilmiah untuk pengembangan keilmuan mahasiswa
terutama di bidang komunikasi, khususnya penelitian tentang analisis
dengan minat pada kajian Film dan semiotika.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
menambah wawasan bagi kalangan teoritis serta praktisi, dan
masyarakat umum. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ini peleiti
berharah masyarakat umum dapat memperkaya sudut pandang
sehingga kedepannya kita dapat lebih bijak lagi dalam menanggapi
sebuah konflik yang terjadi demi terciptanya keutuhan bangsa.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma
tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma
menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal.
Paradigma juga bersifat normatif, mnunjukan pada praktisinya apa yang
6
harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau
epistimologis yang panjang.1
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, yakni
salah satu cara pandang dalam menganalisis realitas signifikanya isi film
tersebut, paradigma dalam penelitian semiotika banyak mengacu pada
paradigma konstruktivis.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang di
dalamnya terdapat metode penelitian analisis semiotika. Semiotika
merupakan ilmu yang mempelajari tanda (sign), objek (referent) dan
pemikiran manusia. Pendekatan semiotika mencakup bagaimana tanda
mewakili objek, ide, siruasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang
berada di luar diri. Metode penelitian analisis semiotik yang peneliti
gunakan adalah model dari semiotik Charles Sanders Pierce.
Untuk mengkaji atau mendeskripsikan dan menganalisa, maka
digunakan pendekatan deskriptif analisis. Tipe penelitian deskriptif
bertujuan untuk mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara
sistematis, faktual, dan akurat.
Pengertian dari analisis deskriptif sendiri adalah suatu cara
melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran, dan
mengualifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara
apa adanya, setelah itu baru disimpulkan.
3. Metode Penelitian
1Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) h.9.
7
Dalam menganalisis penelitian ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengeksplorasikan dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenanaan
dengan masalah dan unit yang diteliti.2
4. Subjek Dan Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah sebuah File film Senyap berformat
Blue Ray Adapun yang menjadi unit analisisnya adalah potongan gambar,
musik, dan dialog yang terdapat di dalam Film Senyap yang berkaitan
dengan rumusan masalah penelitian.
3. Sumber Data
Sumber data terbagi dua di antaranya:
a. Data Primer, berupa dokumen elektronik, file berbentuk video Film
Senyap.
b. Data Sekunder, berupa dokumen pendukung yang tertulis, seperti
literatur-literatur resensi Film Senyap dari internet maupun media lain,
serta buku-buku yang relevan dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik penelitian ini, peneliti mengamati dan mencatat
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan dengan cara
menonton Film Senyap. Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian
dengan metode pengamatan atau observasi biasanya dilakukan dengan
2Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Sosial, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
8
melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait
dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultur masyarakat.3
a. Observasi unobtrusive
Observasi unobtrusive biasa disebut sebagai unobtrusive
measures-unobtrusive methods non teactive methods merupakan
observasi yang tidak mengubah perilaku natural subjek. Observasi
jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat ataupun
menyembunyikan identitas sebagai observer. Contoh observasi
unobtrusive methods adalah observasi yang dilakukan pada naskah,
teks, tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik),
jejak jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di
museum, isi dari buku buku di perpustakaan, observasi sederhana,
hardware techniques, kamera, video, dll, rekaman politik, dan
demografi..4
b. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen 3Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif,Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2007)h.111 4Babbie, Earl, The Practice of Social Research, Belmot: Wodsworth Publishing Company,1998 hal: 308.
9
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
5. Teknik Analisis Data
Menurut Patton yang dikutip oleh Sugiono,5analisis data adalah
proses mengatur uraian data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satu uraian dasar. Setelah semua data dan informasi yang
sesuai dengan permasalahan penelitian terkumpul, selanjutnya peneliti
melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut.
Peneliti akan menganalisisnya dengan menggunakan metode
deskriptif, analisis semiotik dari Charles Sanders Pierce untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini. Unsur penting dalam analisis
semiotik adalah makna yang ditonjolkan kepada khalayak berupa ikon,
indeks dan symbol dalam beberapa adegan film.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul ini peneliti sudah melakukan tinjauan
terhadap skripsi terdahulu. Peneliti menemukan ada penelitian yang pernah
dilakukan mengenai semiotik. Judul yang digunakan dalam skripsi ini
memang banyak kemiripan dengan judul-judul skripsi yang lain yang
mencoba menganilisis film-film, dan objek lainnya, seperti skripsi-skripsi
berikut ini:
5Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta), 2007, h. 88.
10
1. Mamik Sarmiki, mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dengan skripsi berjudul Propaganda
Media Dalam Bentuk Kekerasan Terbuka (Studi Semiotika Dalam Film
Penghianatan G30S PKI), dalam penelitian ini, teori yang digunakan
adalah Ferdinand de Saussure. Hasil analisa penelitian ini para simpatisan
atau anggota PKI digambarkan sebagai pihak yang bersalah dalam
menghabisi tentara pemerintah. Persamaan dalam penelitian ini yaitu
peneliti sama-sama mengangkat Film bertemakan G30S PKI. Perbedaan
penelitian ini terletak pada teori dan fokus permasalahannya.
2. Representasi Toleransi Antar Umat Beragama “Analisis semiotik Charles
Sanders Pierce Terhadap Film Tanda Tanya” oleh Rohmah Suci
Handayani 2010, Konsentrasi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo
Madura. Hasil penelitian ini menujukan beberapa sikap toleransi antar
beragama yakni toleransi beribadah, toleransi belajar mengenai agama
lain, toleransi menolong antar agama, toleransi perayaan agama, toleransi
makanan yang dibedakan peralatan masak babi dan yang bukan babi.
Persamaan penelitian ini adalah sama sama menggunakan teori Charle
Sanders Pierce, perbedaannya terletak pada objek film yang diteliti.
3. Studi Analisis Semiotik Tentang Analisis Semiotik Film CIN(T)A Karya
Sammaria Simanjuntak. yang ditulis oleh Nurlaelatul Fajria,
NIM:107051002056, mahasiswa Univerritas Islam Negeri Jakarta, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Pisau analisis yang digunakan adalah
Charles Sanders Pierce. Hasil penelitian ini makna Ikon, Indeks dan
Simbol, Serta pesan yang disampaikan mengenai toleransi umat beragama.
11
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori Pierce, dan
perbedaanya terletak pada objek film yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan
uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka
dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab.
Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan
secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori membahas Film, Semiotika,Tinjauan
umum Semiotika, Semiotika Charles Sanders Pierce, Hak
Asasi Manusia, Hak HAM Menurut Islam, HAM menurut
Ketentuan Negara.
BAB III Gambaran Umum Film Senyap, tentang sinopsis film,
profil Joshua Oppenheimer selaku sutradara Film Senyap,
serta profil pemain dan kru produksi Film.
BAB IV Bab ini membahas tanda-tanda pelanggaran hak asasi
manusia yang terdapat dalam Film Senyap berdasarkan
hasil analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders
12
Pierce, Apa saja pelanggaran hak-hak asasi manusia yang
terdapat pada Film Senyap.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Peneliti mengakhiri skripsi dengan
memberikan kesimpulan serta diikuti saran penulis.
13
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. FILM
1. Pengertian film
Undang-undang Perfilman No. 6 tahun 1992, Bab I, Pasal 1,
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunkasi massa pandang dengar yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid,
pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses elektronik atau proses
lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan
dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya.6
Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan
sebagai media komunikasi massa karena merupakana bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan
komunikan secara massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-
mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu.
Film dan televisi memiliki kemiripan, terutama sifatnya yang audio visual,
tetapi dalam proses penyampaian pada khalayak dan proses produksinya agak
sedikit berbeda.7
Pada tingkat penanda, film adalah teks yang memuat serangkaian
citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam
kehidupan nyata.pada tingkat petanda, film merupakan cermin kehidupan 6Askurifai Baksin, Membuat Film Indie itu Gampang, (Bandung: Katarsis, 2003), h. 6 7Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h.91
14
metaforis. Jelas bahwa topik film menjadi sangat pokok dalam semiotika
media karena di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggapi
orang-orang masa kini dan melalui film mereka mencari rekreasi, inspirasi,
dan wawasan pada tingkat interpretant.8 Media film memiliki keampuhan
yang besar untuk mempengaruhi publik. Medium ini dapat menyajikan
gambar-gambar atau peragaan gerak, termasuk suara. Teknologi baru yang
hampir sejenis dengan film adalah kaset video dengan piringan (laser disc).
Teknologi baru mempunyai sifat praktis karena dengan menghubungkan
melalui monitor televisi di rumah-rumah, kemudian muncul gambar dan
sekaligus suaranya.9
2. Jenis Dan Klasifikasi Film
a. Jenis-jenis film
Jika dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film fiksi dan
non fiksi. Sebagai contoh, untuk film non fiksi adalah film dokumenter
yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah kejadian alam, flora,
fauna maupun manusia. Adapun penjelasan dari jenis-jenis film itu
sebagai berikut:
1) Film Dokumenter adalah film yang menyajikan fakta berhubungan
dengan orang orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film
dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan
tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan,
pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain sebagainya.
8Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134 9Y.S. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasido, 1998), h. 11-12
15
2) Film fiksi adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar
kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegaan
yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait
hukum kausalitas. Cerita fiksi juga seringkali diangkat dari kejadian
nyara dengan menggunakan beberapa cuplikan rekaman gambar dari
peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter).
3) Film Experimental merupakan film yang berstruktur namun tidak
berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif)
adegannya menantang logika sebab-akibat (anti-rasionalitas).10
b. Klasifikasi film
Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film-nya,
metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi
film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film
yang memiliki karakter atau pola sama (khas) sebagai berikut11:
1. Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik
seru, menegangkan, berbahaya, dan nonstop dengan cerita yang
cepat.
2. Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali menggugah emosi,
dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema
umumnya mengangkat isu-isu sosial, seperti kekerasan,
ketidakadilan, masalah kejiawaan, penyakit, dan sebagainya.
10Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1 h. 4-8 11Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 13-20
16
3. Epik Sejarah, yaitu film dengan tema periode masa silam (sejarah)
dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa, atau tokoh besar yang
menjadi mitos, legenda, atau kisah biblical.
4. Fantasi, yaitu film yang berhubungan dengan tempat, peristiwa dan
karakter yang tidak nyata, dengan menggunakan unsur magis, mitos,
imajinasi, halusional, serta alam mimpi.
5. Fiksi Ilmiah, yaitu film yang berhubungan dengan teknologi dan
kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang atificial.
6. Horror, yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual atau
sisi gelap manusia.
7. Komedi, yaitu jenis film yang tujuannya menghibur dan memancing
tawa penonton.
8. Kriminal dan Gangster, yaitu film yang berhubungan dengan aksi-
aksi criminal dengan mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal
besar yang diinspirasi dari kisah nyata.
9. Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari
(dansa), serta gerak (koreografi).
10. Petualangan, yaitu film yang berkisah tentang perjalanan, eksplorasi,
atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.
11. Perang, yaitu film yang mengangkat tema ketakutan serta teror yang
ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan, dan
perjuangan.
12. Western, yaitu film dengan tema seputar konflik antara pihak baik
dan jahat berisi aksi tembak-menembak, aksi berkuda dan aksi duel.
17
Film ini masuk dalam kategori film dokumenter yang menyajikan
fakta berhubungan dengan orang orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi
yang nyata.
3. Unsur-Unsur Pembentuk Film
Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni
unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi
dan berkesinambungan satu dengan lainnya. Unsur naratif adalah bahan
(materi) yang akan diolah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film,
terdiri dari unsur-unsur seperti: tokoh, masalah, lokasi, dan waktu. Sedangkan
unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Sementara unsur
sinematik atau gaya sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek
teknis pembentuk film. Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok,
yaitu:
a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera.
b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan kamera dengan obyek yang diambil.
c. Editing, yakni transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya.
d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui
indera pendengaran.12
Film juga mengandung unsur-unsur dramatik. Unsur dramatik
dalam istilah lain disebut dramaturgi, yakni unsur-unsur yang dibutuhkan
untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya,
antara lain: konflik, suspense, curiousity, dan surprise. Konflik merupakan
12Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 1-2
18
suatu pertentangan yang terjadi dalam sebuah film misalnya, pertentangan
antar tokoh. Suspense merupakan ketegangan yang dapat menggiring
penonton ikut berdebar menantikan adegan selannjutnya. Curiousity
merupakan rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap jalannya cerita
sehingga penonton terus mengikuti alur film sampai selesai. Surprise adalah
kejutan. Kejutan ini biasanya digunakan pada alur film yang sulit ditebak.13
4. Teknik Pengambilan Gambar
a. Sinematografi
Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Berikut ini adalah salah
satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak
kamera terhadap objek (type of shot), yaitu:14
1) Extreme long shot
Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh
dariobyeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah
obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
2) Long shot
Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun
latar belakang masih dominan. Long shot sering kali digunakan
sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan
shot-shot yang berjarak lebih dekat.
3) Medium long shot
13Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet. 3, h. 100-103 14Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.104-106
19
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke
atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.
4) Medium shot
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke
atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia
mulai dominan dalam frame.
5) Close-up
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek
kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah
dengan jelas serta gestur yang mendetil. Close-up biasanya
digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga
memperlihatkan sangat mendetil sebuah benda atau obye
6) Extreme close-up
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil
bagian dari wajah, seperti telinga, mata hiudung, dan lainnya atau
bagian dari sebuah obyek.
b. Pergerakan Kamera
Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi
dengan operator kamera, yakni istilah untuk menyebut arah gerak kamera
yang dimaksudkan. Disebut pergerakan kamera karena posisi perangkat
kamera yang berubah dalam proses pengambilan gambar. Pergerakan
kamera, secara teknis sebenarnya variasinya tidak terhitung namun secara
umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:15
15Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.108-110
20
1) Pan
Pan merupakan singakatn dari kata panorama. Istilah panorama
digunakan karena umumnya menggambarkan pemandangan
(menyapu pandangan) secara luas. Pan adalah pergerakan kamera
secara horizontal (kanan dan kiri) dengan posisi kamera statis.
2) Tilting
Tilt merupakan pergerakan kamera secara vertikal (atasbawah atau
bawah-atas) dengan posisi kamera statis. Tilt sering digunakan untuk
memperlihatkan obyek yang tinggi atau raksasa di depan seorang
karakter (kamera), seperti misalnya gedung bertingkat, patung
raksasa, atau obyek lainnya.
3) Tracking
Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat
perubahan posisi kamera secara horizontal. Pergerakan dapat ke arah
manapun sejauh masih menyentuh permukaan tanah. Pergerakan
dapat bervariasi yakni, maju (track forward), melingkar,
menyamping (track left/right) dan sering kali menggunakan rel atau
track. Tracking shot juga dapat dilakukan dengan menggunakan truk
atau mobil.
4) Crane Shoot
Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi
kamera secar vertikal, horisontal, atau kemana saja selama masih di
atas permukaan tanah (melayang). Crane shot umumnya
menggunakan alat crane yang mampu membawa kamera bersama
21
operatornya sekaligus dan dapat bergerak turun dan naik hingga
beberapa meter. Crane shot umumnya menghasilkan efek highangle
dan sering digunakan untuk menggambarkan situasi lansekap luas,
seperti kawasan kota, bangunan, areal taman, dan sebagainya.
B. SEMIOTIKA
1. Tinjauan Umum Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani
Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap
mewakili yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang
menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene
mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota
Secara terminologis, semiotika dapat diintefikasikan sebagai ilmu
yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda.16Analisis semiotika merupakan suatu pemaknaan
lebih lanjut terhadap proses pencarian makna ‘berita di balik berita’.
Sejak pertengahan abad ke-20, semiotika telah tumbuh menjadi
bidang kajian yang sungguh besar, melampaui di antaranya, kajian bahasa
tubuh, bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media, mitos,
naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan, makanan,
upacara pendeknya, semua yang digunakan, diciptakan, atau diadopsi oleh
manusia untuk memproduksi makna.17
16Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi,h.7 17Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 6
22
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign),
berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu
yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda
tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa,
struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua itu dapat
disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu
keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf,
peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu,
suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap,
berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut
tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semua itu
dianggap sebagai tanda.18
Charles Morris memudahkan kita memahami ruang lingkup kajian
semiotika yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda. Menurut
dia, kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam tiga cabang
penyelidikan (Branches of inquiry) yakni sintaktik, semantik dan pragmatik.19
a. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis (syntax): suatu cabang penyelidikan
semiotika yang mengkaji “hubungan formal di antara satu tanda dengan
tanda-tanda yang lain.” Dengan begitu hubunganhubungan formal ini
merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan dan iterpretasi,
pengertian sintaktik kurang lebih adalah semacam ‘gramatika’.
18Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), h.12 19Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi, h. 5
23
b. Semantic (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designate adalah
tanda-tanda sebelum digunakan didalam tuturan tertentu.
c. Pragmatik (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan
interpreterinterpreter atau para pemakainya” – pemakaian tanda-tanda.
Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi,
khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce (1839-1914) seorang filsafat dari Amerika,
secara mandiri telah mengerjakan sebuah tipologi tentang tanda-tanda dan
sebuah metabahasa untuk membicarakannya. Tetapi semiotika Pierce lebih
dipahami sebagai perluasan logika dan sebagian kerjanya dalam semiotika
memandang linguistik melebihi kecanggihan logika sebagai model.20
Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari
pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-
tanda.21 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang
tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-
tanda melainkan dunia itu sendiri terkait dengan pikiran manusia.22 penalaran
manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat
bernalar lewat tanda.
Pierce dalam teorinya mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut
sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu tanda yang lain. Tanda yang 20Yasraf Amir Piliang, Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia, 1992), hal. 96 21Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal.11. 22Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.2.
24
mewakilinya disebut representamen (referent). Jadi jika sebuah tanda
mewakilinya, hak ini adalah fungsi utama tanda. contohnya, setuju yang
diwakili anggukan kepala, tidak setuju yang diwakili gelengan kepala. Agar
dapat berfungsi, tanda harus ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan
kode. Proses bantuan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana suatu
tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang ditanyainya.
Pierce membedakan hubungan antara tanda dengan acuan kedalam
tiga jenis hubungan, yaitu :
a. Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan. Ikon bisa berupa, foto, peta
geografis, penyebutan atau penempatan.
b. Indeks, jika berhubungan dengan kedekatan eksistensi. Misalnya, asap
hitam tebal membubung menandai kebakaran, wajah yang muram
menandai hati yang sedih, dan sebagainya.
c. Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi.23
Proses pemaknaan tanda pada pierce mengikuti hubungan prosesual
antara tiga titik, yaitu :
1) Representamen [R] [R] adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi
(secara fisik atau mental) yang merujuk pada sesuatu yang diwakili
olehnya [O].
2) Objek [O]
3) Iterpretan [I] [I] adalah bagian dari proses yang menafsirkan
hubungan [R] dengan [O].
23Diakses pada 25 Maret 2017 www.id.wikipedia.org/wiki/kajian-semiotik, pukul 13:36
25
Dalam buku Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny
H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam
kaitanya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon dan lambang.
Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat
langsung, bahkan didasari hubungan kontinguitas atau sebab akibat. Ikon
adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang
dirujuknya. Lambang adalah tanda yang hubungan representamen dengan
objeknya didasari konvensi.24
Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle meaning).
Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign
atau represetamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretant). Yang
dikupas teori segitiga adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda
ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.25
Karena proses semiosis seperti tergambarkan pada skema di atas ini
menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka pada
gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen , menjadi
24Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu,2011), h. 246. 25Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.263.
26
interpretan lagi, menjadi representamen lagi, dan seterusnya. Gerakan yang
tak berujung-pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jacques Derrida kemudian
dirumuskan sebagai proses semiosis tanpa batas.26
Inti dari pemikiran seorang Pierce pada dasarnya adalah bahwa
jagat raya (the universe) ini terdiri atas tanda-tanda (signs). Ini merupakan
pandangan pansemiotik tentang jagat raya. Semiotik bagi Peirce adalah suatu
tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama tiga subjek, yaitu
tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).27
Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik.
Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem
penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan
menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.28
C. HAK ASASI MANUSIA
1. HAM Dalam Pandangan Islam
a. Pengertian hak asasi manusia
Istilah hak asasi sebenarnya terbentuk dari dua buah kata
yang berasal dari bahasa Arab, yakni kata hak ( ّحق) dan kata asas (أساس).
Kata asas berarti dasar atau fondasi sesuatu. Kata hak secara etimologis
mempunyai beberapa arti. Kamus Lisan Al-'Arab mengartikan kata hak
dengan ketetapan, kewajiban, yaqin, yang patut dan yang benar.
Sedangkan secara terminologis, hak berarti suatu kekhususan yang
26Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.18. 27Alex Sobur, “Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109. 28Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 246.
27
ditetapkan oleh syarak dalam bentuk kekuasaan atau tanggung jawab.
Jadi kata hak tidak hanya bermakna sesuatu yang bisa diambil tetapi juga
mengandung arti sesuatu yang harus diberikan. Dengan memahami
makna kata-kata pembentuknya, maka hak asasi manusia dapat diartikan
dengan kekuasaan dan tanggung jawab yang dimiliki setiap manusia
yang bersifat mendasar dan fundamental.29
Abul A'la al-Maududi“ mengemukakan defenisi hak asasi
manusia yang lebih menekankan segi asal dan sifat hak tersebut. Dia
menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak pokok yang
diberikan Tuhan kepada setiap manusia tanpa melihat perbedaan-
perbedaan yang ada di antara sesama manusia, di mana hak tersebut tidak
dapat dicabut oleh siapapun atau lembaga apapun." Dengan demikian,
ada beberapa kriteria hak asasi manusia yang diberikan al-Maududi.
Pertama, hak itu berasal dari Tuhan. Kedua, hak itu bersifat mendasar.
Ketiga, hak itu bersifat umum, dalam arti diberikan kepada setiap
manusia. Keempat, hak itu bersifat tetap dan melekat pada diri manusia
dan tidak bisa dicabut.30
b. Sumber hak asasi manusia
Dengan melihat hakekat hak asasi manusia dan batasan
batasan tentang hak asasi manusia yang diberikan oleh para ulama, dapat
dipahami bahwa hak asasi manusia adalah hak yang langsung diberikan
29 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 17 30 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 18
28
olehTuhan kepada setiap manusia sejak keberadaannya atau sejak hak
tersebut dibutuhkan dalam kehidupannya sebagai manusia.
Abul A'la al-Maududi menegaskan bahwa ketika bicara
tentang hak-hak asasi manusia dalam Islam, maka yang dimaksud adalah
hak-hak yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia tanpa melihat
kepada perbedaan warga negara, agama, dan lainnya. Semua manusia
memiliki hak asasi yang pokok semata-mata karena kemanusiaannya.
Kerena hak-hak ini merupakan pemberian Tuhan, maka tidak ada yang
berhak untuk mencabutnya selainTuhan. Hak asasi manusia ini juga
merupakan bagian integral dari kepercayaan Islam. Semua muslim dan
penguasa muslim harus menerima, mengakui, dan melaksanakannya.31
Menurut Abu Ishaq al-Syathibi, berdasarkan hasil
penelitian para ulama terhadap ayat-ayat al-Quran dan sunnah
Rasulullah, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum-hukum ditetapkan
oleh Syari' untuk kemaslahatan ummat manusia, baik dalam kehidupan
dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan yang akan diwujudkan tersebut
terbagi dalam tiga tingkatan, yakni kebutuhan dharuriyyah, kebutuhan
hajiyyah, dan kebutuhan tahsiniyyah.32
c. Hak-hak pokok (dharuriyyah)
Hak-hak pokok adalah hak-hak yang dibutuhkan manusia
untuk menjaga kelangsungan eksistensinya dan keselamatan
kehidupannya. Apabila hak-hak pokok ini dilanggar, maka menyebabkan
31 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 18 - 19 32 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 19
29
berakhirnya kehidupan manusia atau kehidupan manusia aka mengalami
kerusakan dan kehancuran yang parah. Yang termasuk ke dalam
kelompok hak-hak pokok adalah hak-hak sebagaiberikut.
1) Hak Memeluk Agama Atau Keyakinan.33
2) Hak Hidup.34
3) Hak Keturunan Dan Kehormatan.35
4) Hak Atas Harta.36
5) Hak Akal-Pikiran.37
d. Hak-hak pendukung (hajiyyah)
Hak pendukung adalah hak-hak yang sifat mendukung dan
menyempurnakan hak-hak pokok. Jika hak pendukung terabaikan,
manusia akan mengalami kesulitan hidup dan tidak sempurna menikmati
hak-hak pokoknya. Yang termasuk ke dalam kategori hak pendukung
antara lain sebagai berikut:
1) Hak atas Keselamatan Hidup.38
2) Hak Beribadah.39
3) Hak tentang unsur atau simbol Keagamaan.40
33 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 21 34 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H.23 35 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 26 36 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 28 37 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 29 38 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 31 39 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 32 40 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 33
30
4) Hak Memperoleh Kebutuhan Pokok.41
5) Hak untuk Bekerja.42
6) Hak untuk mengeluarkan pendapat.43
7) Hak untuk Menikah dan Berkeluarga.44
e. Hak-hak pelengkap (tahsiniyyah)
2. HAM Menurut Ketentuan Negara
Hak asasi manusia (HAM) sebagai hak dasar yang dimiliki
manusia, eksistensinya melekat pada kodrat manusia sejak dilahirkan. Hal
tersebut juga sebagai tanda bahwa ia adalah "manusia" Manusia yang
dimaksud dalam hal ini ialah, pertama "manusia seutuhnya" yang merupakan
ciptaan Tuhan YME dilengkapi dan dianugerahi seperangkat hak kodrati yang
bersifat sangat asasi, karenanya tidak boleh diabaikan dan dimarjinalkan oleh
siapa pun. HAM dimiliki manusia semata - mata karena ia manusia, bukan
karena diberikan oleh negara, hukum ataupun pemberian manusia lainnya.
Oleh karena itu, eksistensinya pun sama sekali tidak bergantung pada
pengakuan dari negara, hukum atau manusia lainnya. Kedua, manusia yang
dimaksud adalah "sernua manusia" bukan hanya manusia-manusia tertentu,
dan tetap harus diakui bahwa "semua manusia" memiliki hak asasi yang
dianugerahi oleh Sang Penciptanya, yakni Tuhan YME, sehingga "sernua
manusia" karena hak yang dimilikinya itu mempunyai martabat tinggi dan
41 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 33 42 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 34 43 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 35 44 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 36
31
keberadaannya harus diakui, dihormati serta dijunjung tinggi oleh "sernua
manusia" di dunia.45
Karel Vasak, seorang ahli hukum dari Perancis membantu kita
untuk memahami dengan lebih baik perkembangan substansi hak-hak yang
terkandung dalam konsep HAM. Karel Vasak, mengklasifikasikan
perkembangan HAM ini ke dalam kategorisasi "generasi" berdasarkan slogan
Revolusi Perancis yang terkenal, generasi hak yang pertama, yakni
kebebasan, tercemin dalam hak-hak sipil dan politik (Sipol). Adapun generasi
hak kedua, ialah persamaan, tercermin dalam hak-hak ekonomi, sosial, dan
budaya (Ekosob). Sementara generasi hak ketiga, adalah persaudaraan yang
tampak pada hak-hak solidaritas dan kelompok.46
Istilah HAM dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai istilah hak-
hak dasar manusia atau hak dan kewajiban dasar manusia (Kuntjoro
Purbopranoto, Hak-Hak Dasar Manusia Dan Pancasila Negara Republik
Indonesia, PN. Pradnya Paramita, Jakarta, 1960, H. 28). Sedangkan dalam
bahasa asing dikenal berbagai istilah, misalnya human rights, droit de
l'homme dan menselijkerechten atau grondrechten. (48). Hak adalah
kepentingan yang dilindungi oleh hukum. sedangkan "hak asasi" adalah
kepentingan mendasar yang bersifat sangat mutlak yang harus dilindungi oleh
hukum. Jadi pada umumnya, hak itu (HAM) adalah sesuatu yang dimiliki
secara mutlak oleh manusia sebagai subjek hukum dan terhadap sesuatu yang
menjadi haknya itu. ia mempunyai kebebasan yang dijamin oleh aturan
hukum untuk melakukan sesuatu apapun tanpa halangan dari pihak manapun.
45A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.1. 46A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.17.
32
Oleh karena ia memiliki hak (HAM), maka dengan sendirinya ia juga
memiliki kebebasan dan kewenangan mutlak atas haknya tersebut untuk
melakukan suatu perbuatan hukum tertentu, asalkan tidak melanggar hak
(HAM) orang lain.47
Seiring dengan perkembangan konsep HAM di dunia, pada tanggal
10 Desember 1948, sidang umum PBB yang diselenggarakan di istana
Chaillot Paris, mengeluarkan sebuah deklarasi HAM atau disebut dengan
UDHR (Universal Declaration Of Human Rights) yang terdiri dari 30 pasal.
Di dalam UDHR ditetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak, antara lain:
a. Hak hidup.
b. Hak kemerdekaan, keamanan dan badan.
c. Hak diakui kepribadiannya.
d. Hak memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut
hukum untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti
diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti sah.
e. Hak masuk dan keluar wilayah suatu negara.
f. Hak mendapatkan asylum.
g. Hak mendapatkan suatu kebangsaan.
h. Hak mendapatkan hak milik atas benda.
i. Hak bebas mengutarakan pikiran dan perasaan.
j. Hak bebas memeluk agama.
k. Hak mengeluarkan pendapat.
l. Hak berapat dan berkumpul.
47A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.51.
33
m. Hak mendapat jaminan sosial.
n. Hak mendapat pekerjaan.
o. Hak berdagang.
p. Hak mendapatkan pendidikan.
q. Hak turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat.
a. Hak menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.48
Sedangkan di Negara Republik Indonesia pun hak asasi manusia
telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya
peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden, instruksi
presiden dan keputusan bersama menteri. Berikut adalah peraturan yang telah
disahkan dan berlaku di Indonesia :
a. Hak Untuk Hidup.
1) Tentang pengelolaan lingkungan hidup. (UU Republik Indonesia No.
23, Tahun 1997).
2) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
3) Tentang Pangan. (UU Republik Indonesia No.7, Tahun 1996).
4) Tentang Kesehatan. (UU Republik Indonesia No. 23, Tahun 1992).
5) Tentang Ketenagakerjaan. (UU Republik Indonesia No. 13, Tahun
2003).
6) Tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
(PPRepublik Indonesia No. 51, Tahun 1993).
48A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.39-40.
34
7) Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin.
(PPRepublik Indonesia No. 42, Tahun 1981).
8) Tentang Ketahanan Pangan. (PP Republik Indonesia No. 68, Tahun
2002).
9) Tentang Kebijakan Reformasi Sistem Pendapatan Dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No.
6, Tahun 2006).
10) Tentang Kebijakan Perberasan. (Instruksi Presiden Republik
Indonesia No. 1, Tahun 2008).
11) Tentang Penghematan Energi Dan Air. (Instruksi Presiden Republik
Indonesia No. 2, Tahun2008).
12) Tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Untuk
Rumah Tangga Sasaran. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No.
3, Tahun 2008).
13) Tentang Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin.
(Keputusan Bersama Mentri Dalam Negeri Dan Direktur Utama
Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 nomor : PKK 12/07/2.003).
b. Hak Berkeluarga Dan Melanjutkan Keturunan.
1) Tentang Perkawinan. (UU Republik Indonesia No. 1, Tahun 1974).
2) Tentang Administrasi Kependudukan. (UU Republik Indonesia No.
23, Tahun 2006).
3) Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan. (PP Republik Indonesia No. 9, Tahun1975).
35
4) Tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.
(Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004).
c. Hak Mengembangkan Diri.
1) Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di MukaUmum.
(UU Republik Indonesia No. 9, Tahun 1998)
2) Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (UU Republik Indonesia No.
20, Tahun 2003)
3) Tentang Perpustakaan. (UU Republik Indonesia No. 43, Tahun
2007)
4) Tentang Keterbukaan Informasi Publik. (UU Republik Indonesia No.
14, Tahun 2008)
5) Tentang kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di MukaUmum.
(PP Pengganti UU Nomor 2 Tahun 1998)
6) Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan (PP
Republik Indonesia No. 55, Tahun 2007)
7) Tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Dan Pemberantasan Buta Aksara.
(Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5, Tahun 2006)
d. Hak Memperoleh Keadilan.
1) Tentang Kekuasaan Kehakiman. (UU Republik Indonesia No. 4,
Tahun 2004)
2) Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. (UU Republik Indonesia
No. 13, Tahun 2006)
36
3) Tentang Pengesahan Perjanjian Tentang Bantuan Timbal Balik
Dalam Masalah Pidana. (UU Republik Indonesia No. 15, Tahun
2008)
4) Tentang Susunan Panitia Seleksi, Tata Cara Pelaksanaan Seleksi Dan
Pemilihan Calon Anggota Lembaga Perlidungan Saksi Dan Korban.
(Peraturan Presiden Republik Indonesia No.13, Tahun 2007)
5) Tentang Pemberian Kompensasi Restitusi, Dan Bantuan Kepada
Saksi Dan Korban. (PP Republik Indonesia No. 44, Tahun 2008)
e. Hak Atas Kebebasan Pribadi.
1) Tentang Organisasi Kemasyarakatan. (UU Republik Indonesia No.
8, Tahun 1985)
2) Tentang Keimigrasian. (UU Republik Indonesia No. 9, Tahun 1992)
3) Tentang Pengesahan Konvensi Ilo Mengenai Penghapusan
KerjaPaksa. (UU Republik Indonesia No. 19, Tahun 1999)
4) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. (UU
Republik Indonesia No. 21, Tahun 2007)
5) Tentang Partai Politik. (UU Republik Indonesia No. 2, Tahun 2008)
6) Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985
Tentang Organisasi Kemasyarakatan. (PP Republik Indonesia No.
18, Tahun 1986)
7) Tentang Visa, Izin, Masuk, Dan Izin Keimigrasian. (PP Republik
Indonesia No. 32, Tahun 1994)
8) Tentang Pencegahan Penyalahgunaan Dan/Atau Penodaan Agama.
(Penetapan Presiden Republik Indonesia No. 1, Tahun 1965)
37
f. Hak Atas Rasa Aman.
1) Tentang Pengesahan Konvensi Intermasional Tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 (UU Republik Indonesia
No. 29, Tahun 1999)
2) Tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai
PenghapusanKerjaPaksa. (UU Republik Indonesia No. 19, Tahun
1999)
3) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. (UU
Republik Indonesia No. 21, Tahun 2007)
4) Tentang Partai Politik Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. (UU
Republik Indonesia No. 2, Tahun 2008)
5) Tentang Pengesahan Konvensi Internasional Pemberantasan
Pengeboman OlehTeroris, 1997. (UU Republik Indonesia No. 5,
Tahun 2006)
g. Hak Atas Kesejahteraan.
1) Tentang Penyandang Cacat. (UU Republik Indonesia No. 4, Tahun
1997)
2) Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. (UU Republik Indonesia No. 13,
Tahun 1998)
38
3) Tentang pengesahan Konvebsi ILO No.81 Mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan Dalam Industri Dan Perdagangan. (UU Republik
Indonesia No. 21, Tahun 2003)
4) Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. (UU Republik Indonesia
No. 40, Tahun 2004)
5) Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. (UU Republik
Indonesia No. 20, Tahun 2008)
6) Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang
Cacat. (PP Republik Indonesia No. 43, Tahun 1998)
7) Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia. (PP Republik Indonesia No.43, Tahun 2004)
h. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan.
1) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (UU Republik
Indonesia No. 31, Tahun 1999)
2) Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme. (UU Republik Indonesia No. 28,
Tahun 1999)
3) Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi,
2003. (UU Republik Indonesia No. 7, Tahun 2006)
4) Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD. (UU
Republik Indonesia No. 10, Tahun 2008)
5) Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan
39
Tindak Pidana Korupsi. (PP Republik Indonesia No. 71, Tahun
2000)
6) Tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 11, Tahun 2005)
i. Hak Wanita.
1) Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. (UU Republik Indonesia No.
7, Tahun 1984)
2) Tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. (UU Republik
Indonesia No. 23, Tahun 2004)
3) Tentang penyelenggara kerjasama pemulihan korban kekerasan
dalam rumah tangga. (PP Republik Indonesia No. 4, Tahun 2006)
4) Tentang peningkatan peranan wanita dalam pembangunan didaerah.
(Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5, Tahun 1995)
j. Hak Anak.
1) Tentang pengesahan konvensi ILO mengenai usia minimum untuk
diperbolehkan bekerja. (UU Republik Indonesia No. 20, Tahun
1999)
2) Tentang pengesahan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai
pelanggaran dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk
40
pekerjaan terburuk untuk anak. (UU Republik Indonesia No. 1,
Tahun 2000)
3) Tentang perlindungan anak. (UU Republik Indonesia No. 23, Tahun
2002)
4) Tentang komite aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan
terburuk untuk anak. (Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
12, Tahun 2001)
5) Tentang rencana aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan
terburuk untuk anak. (Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
59, Tahun 2002)49
49 Landasan Hukum Dan Rencana Aksi Nasional Ham Di Indonesia 2004 - 2009, (Jakarta: Kedeputian Menteri Sekertaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Departemen Hukum Dan HAM , 2004-2009), h.21-252.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM SENYAP
A. Gambaran Umum
Sejak dirilis pada tahun 2014 lalu, Film bergendre dokumenter ini
telah memenangkan beberapa penghargaan. Beberapa di antaranya adalah
Penghargaan Utama Juri (Grand Jury Prize) dalam Festival Film
Internasional Venezia ke 71 (Venice International Film Festival) di
Italia.50
Selain memenangkan penghargaan utama tersebut, Film Senyap
juga memenangkan hadiah lainnya, yaitu FIPRESCI Award (Penghargaan
Federasi Kritikus Film Internasional) untuk Film terbaik, Mouse d'Oro
Award (Penghargaan Kritikus Online) untuk Film terbaik, Fedeora Award
(Federasi Kritikus Film Eropa dan Mediterania) untuk Film terbaik Eropa-
Mediterania, dan Human Rights Nights Award untuk Film terbaik bertema
hak azasi manusia. Film Senyap menjadi Film dokumenter pertama yang
memenangi penghargaan Mouse d’Oro. Film Senyap menerima
penghargaan sebagai Film bertema hak azasi terbaik bersama Film Io Sto
con la Sposa karya Antonio Augugliaro, Gabriele Del Grande, dan Khaled
Soliman Al Nassiry.51
Selama lima tahun terakhir, jumlah penonton film Indonesia terus
bertambah. Di 2016, jumlah penonton film Indonesia mecapai 34,5 juta
50Diakses pada 25 Maret 2017http://www.antaranews.com/berita/452528/film-senyap-raih-lima-penghargaan-di-italia#, pukul 13.36 51Diakses pada 25 Maret 2017 http://www.antaranews.com/berita/452528/film-senyap-raih-lima penghargaan-di-italia#, pukul 13.36
42
penonton. Angka ini meningkat lebih dari 100% dari jumlah penonton film
Indonesia di 2015, yakni 16,2 juta penonton.52
Berikut ini beberapa profil orang – orang yang terlibat di dalam
pembuatan film tersebut dan sinopsis dari film Senyap (The Look Of
Silence). Dimulai dari sutradara, produser, kemudian beberapa pemain.
1. Profil Sutradara
Lahir pada 1974 di Amerika Serikat, Joshua Oppenhemer kini
bermukim di Copenhagen, Denmark sekaligus menjadi mitra di perusahaan
produksi Final Cut for Real. Karyanya terdahulu diantaranya The
Globalisations Tapes (2003 diproduksi bersama. Christine Cynn ), The Entire
History of Lousiana Purchase (1998). These Place We’ve. Learned to Call
Home (1996), dan beberapa film pendek. Joshua adalah pengarang artistik. di
International Centre f Documentary and Eksperimental film, University of
Westminster.53
2. Profil Produser
Signe Byrge Sørensen adalah CEO dan produser pada yang
didirikannya bersama Anne Köhncke pada 2009. Signe Byrge Sørensen
memegang gelar master di bidang Studi Pembangunan Internasional dan
Studi Komunikasi, RUC, 1998, dan mengikuti program EURODOC pada
2003 dan EAVE pada 2010. Signe telah memproduksi film dokumenter sejak
1998, pada awalnya bersama SPOR Media (1998-2004), lalu di Final Cut
52Diakses pada 25 Maret 2017 http://lifestyle.bisnis.com/read/20170114/254/619519/filmindonesia-2016-jumlah-penonton-capai-345-juta-, pukul 13:36 53IMDB, Joshua Oppenheimer, artikel diakses pada 29 november 2017 dari http://m.imdb.com/name/nm1484791/?ref_=m_tt_cl_dr
43
Production (2004-2008), dan kemudian ia mendirikan Final Cut for Real pada
2009.
Film yang mencantumkan Signe sebagai produser, di antaranya
Senyap ( The Look of Silence —2014) oleh Joshua Oppenheimer, Last
Dreams (2013) oleh Estephan Wagner, Jagal ( The Act of Killing —2012)
oleh Joshua Oppenheimer (Cph Dox Award, BAFTA, Asia-Pacific Film
Award, European Film Award, dan nominasi Oscar 2014 dan 60 penghargaan
lainnya); The Human Scale (2012) oleh Andreas Dalsgaard, The Kid and the
Clown (2011) oleh Ida Grøn dan Football is God (2010) oleh Ole Bendtzen.
Signe juga telah memproduksi dan menjadi ko-sutradara (bersama Janus
Billeskov Jansen) dalam film Voices of the World (2005) dan The
Importance of Being Mlabri (2007), dan pada 2008 ia mengerjakan pasca
produksi film fiksi panjang Everlasting Moments karya Jan Troell. Ko-
produksi Night Will Fall (2014) oleh André Singer, The Pirate Bay – Away
from Keyboard oleh Simon Klose (2012), Gulabi Gang (2011) oleh Nishtha
Jain dan Char – No Man’s Island karya Sourav Sarangi (2012). Film-film
produksi Final Cut for Real films dengan bekerja sama dengan Anne
Köhncke banyak produser lain di Final Cut for Real. Signe juga mengajar
pada berbagai forum, misalnya EAVE, ESODOC, dan Nordic Forum. Signe
juga menjadi ko-produser mewakili Denmark untuk proyek The First Steps
for the Future di Africa. Signe menerima penghargaan dokumenter Denmark,
Roos Award pada 2014.54
54 Filmsenyap.com, produser Signe Byrge Sørensen, artikel diakses pada 29 november 2017 dari https://filmsenyap.com
44
3. Profil Pemain
Tokoh utama yakni Adi Rukun sebagai seorang yang berani dan
nyali bertatap muka. Rohani, Ibu Adi sebagai seorang ibu yang begitu
tertekan terhadap peristiwa pembunuhan anak sulungnya Ramli. Rukun, ayah
Adi sebagai lelaki tua yang sakit-sakitan, lumpuh namun gemar bernyanyi.
Amir Hasan dan Inong sebagai pimpinan aksi pembunuhan tingkat desa.
Amir Siahaan dan M.Y.Basrun sebagai komandan pasukan pembunuh sungai
ular dan sekretaris umum kesatuan aksi pembunuhan. Terakhir yakni Kemat,
teman Ramli yang selamat dari pembunuhan.
B. Sinopsis Film Senyap
Melalui karya Joshua Oppenheimer yang memfilmkan para pelaku
genosida di Indonesia, satu keluarga penyintas mendapatkan pengetahuan
mengenai bagaimana anak mereka dibunuh dan siapa yang membunuhnya. Adik
bungsu korban bertekad untuk memecah belenggu kesenyapan dan ketakutan
yang menyelimuti kehidupan para korban, dan kemudian mendatangi mereka
yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakaknya – sesuatu yang tak
terbayangkan di negeri dengan para pembunuh yang masih berkuasa. 55
Film ini diawali dengan adegan Seorang laki-laki paruh baya menonton
televisi yang menayangkan film Jagal ( The Act Of Killing ) karya Joshua
Oppenheimer sebelumnya, laki – laki itu hanya terpaku dan terlihat sangat
55Diakses pada 25 Maret 2017 https://www.imdb.com/title/tt3521134/ pukul 13.40
45
tertekan melihat adegan demi adegan dimana Anwar Congo memperagakan
bagaimana ia dulu membunuh orang – orang yang terlibat gerakan Komunis.
Adi adalah laki – laki paruh baya, seorang Putra Jawa Kelahiran Sumatera
yang merupakan adik dari seorang kakak yang terbunuh pasca kejadian G30SPKI.
Kenangan kelam masa lalu ini yang kemudian membawa Adi pada sebuah
pencarian. Ia lantas berkeliling ke daerah dimana dahulu kakaknya terbunuh yaitu
di sekitar Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tampak jelas digambarkan di
film dokumenter ini bahwa yang dicari Adi hanya sesuatu yang sederhana, sebuah
kata, Maaf, dari orang–orang yang dulu terlibat dan bertanggung jawab atas
kematian Kakaknya. Beberapa kali adegan memperlihatkan ketika Adi menemui
sang mantan ‘Penjagal’ ia hanya ‘memancing’ cerita tentang apa yang dahulu
mereka lakukan yang kemudian ia akhiri dengan sebuah pengakuan bahwa dirinya
adalah adik dari salah seorang korban, lalu ia diam, tanpa menuntut apa–apa
secara kepada sang mantan ‘Penjagal’, yang kemudian mendapat respon
beragam.56
C. Sejarah singkat Peristiwa G30SPKI
Pada tahun-tahun sebelum peristiwa 1 Oktober 1965, Partai Komunis
Indonesia (PKI) tampak berkembang pesat. Dari sebuah partai kecil dengan latar
belakang yang diragukan iktikad baiknya karena berperanan dalam
pemberontakan madiun pada tahun 1948, PKI tumbuh menjadi sebuah partai
massa yang hebat. Pengaruhnya dapat dirasakan disetiap lapangan kehidupan
sosial politik. Wakil-wakil partai itu duduk di kabinet, dalam Dewan Perwakilan
56Diakses pada 25 Maret 2017 http://filmsenyap.com/#Sinopsis pukul 13.38
46
Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Di samping ke dalam bidang
politik, jalur partai pun merembes ke bidang ekonomi, pendidikan, kesenian, dan
kesusasteraan.57 Operasi 1 Oktober 1965 di ibukota oleh “Gerakan 30 September”
direncanakan dalam serentetan pertemuan yang dihadiri para pemimpin Biro Khusus PKI
dan para simpatisan yang ada dalam Angkatan Bersenjata, yang mendapat tugas
menjalankan apa yang telah direncanakan.58
Pada pukul 2.30 pagi dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Letnan Satu Dul
Arief selaku pimpinan Kesatuan Pasopati dari “Gerakan 30 September”,
memeriksa barisannya di Lubang Buaya pada sebidang lapangan di pinggiran
Pangkalan Udara Halim, sebelah tenggara Jakarta. Kesatuan Pasopati dibagi
dalam tujuh sub kesatuan. Setiap Kesatuan bertanggung jawab untuk menculik
serta membawa ke pangkalan Lubang Buaya masing masing satu Jenderal dalam
daftar yang dibuat para pengkhianat.59 Sesuai dengan perintah Letnan Dul Arief,
pemimpin kesatuan Pasopati, para korban penculikan dan pembunuhan dibawa ke
Lubang Buaya. Meskipun sampai pada dini hari itu belum jelas benar apa yang
terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965, namun telah menjadi kenyataan bahwa para
korban mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh anggota kesatuan-kesatuan
Pasopati dan Pringgodani, termasuk beberapa oknum Tjakabirawa dan Pasukan
Para Angkatan Udara, para anggota Pemuda Rakyat serta Gerwani.60
57 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Tragedi Nasional Percobaan KUP G 30 S/PKI di Indonesia, (Jakarta: PT. Pembimbing Masa 1968), h. 1. 58 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Tragedi Nasional Percobaan KUP G 30 S/PKI di Indonesia, h. 9. 59 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Tragedi Nasional Percobaan KUP G 30 S/PKI di Indonesia, h. 14. 60 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Tragedi Nasional Percobaan KUP G 30 S/PKI di Indonesia, h. 20.
47
BAB IV
HASIL TEMUAN & ANALISIS
A. ANALISIS SEMIOTIKA FILM SENYAP
Analisis semiotika dalam adegan-adegan film Senyap akan dilakukan
menggunakan tahapan-tahapan teori semiotik yang dikembangkan oleh Charles
Sanders Pierce. Klasifikasi yang pertama adalah ikon, kedua adalah indeks dan
ketiga adalah simbol. Dalam menganalisis penggambaran semiotika bentuk
pelanggaran Hak Asasi Manuisa yang terdapat dalam media dalam film ini,
peneliti membagi materi analisis ke dalam 2 pokok permasalahan utama, yaitu: (1)
adegan-adegan yang mengindikasikan pelanggaran Hak Asasi Manuisa yang
terjadi menurut pandangan ajaran agama Islam. (2) adegan-adegan yang
mengindikasikan pelanggaran Hak Asasi Manuisa yang terjadi menurut ketentuan
negara.
Setelah peneliti mengunduh film ini pada situs FilmSenyap.com kemudian
peneliti menemukan Adegan-adegan dengan yang mengindikasikan adanya
pelanggaran Hak Asasi Manuisa yang terekam dalam film senyap, yaitu :
1. Penuturan cerita dari saudara Ali Sugito tentang kejadian dan gambaran
eksekusi pemberantasan PKI.
2. Dialog yang diucapkan oleh ibu dari Ramli sebagai anggota PKI yang
dieksekusi.
3. Hasil wawancara yang dilakukan kepada pasien saudara Adi sebagai adik dari
Ramli.
48
4. Teaser yang ditayangkan pada televisi tentang riuhnya Indonesia ketika era
pemberantasan PKI.
5. Teaser yang ditayangkan pada televisi tentang keadaan para anggota PKI
yang menjadi tahanan.
6. Adegan yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar dimana guru
sedangkan menjelaskan kekejaman PKI di masa lalu.
7. Penuturan cerita kembali dari saudara Ali Sugito tentang kejadian dan
gambaran eksekusi pemberantasan PKI.
8. Cerita yang dituturkan oleh Ibu dari Ramli sebagai anggota PKI yang
dieksekusi.
9. Reka adegan yang dilakukan oleh saudara Amir hasan dan Inong sebagai
anggota komando aksi ketika eksekusi pemberantasan PKI sedang dilakukan.
10. Cerita yang dituturkan oleh Inong ketika ia sedang mengeksekusi anggota
PKI.
11. Wawancara yang dilakukan kepada Amir Siahaan sebagai komandan
komando aksi sungai ular.
12. Reka adegan kembali yang dilakukan oleh saudara Amir hasan dan Inong
ketika mengeksekusi Ramli sebagai anggota PKI.
13. Wawancara yang dilakukan kepada saudara M. Y. Basrun pimpinan DPRD
Serdang Bedagai.
14. Wawancara yang dilakukan kepada keluarga Amir Hasan sebagai anggota
dari komando aksi.
Adegan-adegan yang ditampilkan dalam film ini sekaligus diikuti dengan
penggambaran bahwa komando aksi pada saat itu yang di dalangi oleh pemerintah
49
sangatlah brutal dalam melakukan aksinya demi memberantas anggota PKI pada
saat itu, sehingga membuat penonton yang melihatnya dapat berkesimpulan
bahwa Pemerintah telah melanggar hak-hak asasi manusia pada saat melakukan
pemberantasan anggota PKI di kala itu. Berikut ini adalah analisis pada adegan-
adegan tersebut.
1. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita Dari Saudara Ali
Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI.
Dalam Adegan ini terlihat Adi sedang menonton rekaman Joshua saat Ali
Sugito memperagakan proses eksekusi pembantaian anggota PKI, pada menit
01:56 sampai menit 02:42.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium shoot
Medium shoot
Ali sugito sedang
duduk di kursi dan
sedang
memperagaakan
kejadian pembunuhan
anggota PKI.
Ali sugito sedang
duduk di kursi dan
menjulurkan lidah.
Orang takut tengok
darah.
Keluar lidahnya
Biarin, keluar
lidahnya hahahaha.
50
Medium shoot
Medium shoot
Ali sugito sedang
memegang perut.
Ali sugito sedang
duduk di kursi dan
memegang kepala.
Mau tau situ? Yang
satu bong bang jatuh
dia tuh, gap keluar
ini usus ni, koyak
perut hahaha.
Yang satu lagi
angkat puaaagg
jatuh ke batu itu
pecah kepalanya
hahaha, tiga meter
terlempar pecah ini,
tangannya berdarah
aduhhh hahaha.
Ikon:
a. Ali sugito yang merupakan anggota daro Pasukan komando Aksi.
Indeks:
51
a. Orang takut tengok darah adalah indeks dari Kekerasan, karena orang
takut tengok darah adalah sebab akibat dari sebuah tindakan kekerasan
yang menyebabkan trauma.
b. Keluar lidahnya dalam ini adalah indeks dari kekerasan karena dalam
film ini keluar lidahnya adalah akibat dari kegiatan kekerasan.
c. Usus yang keluar perut yang terkoyak adalah indeks dari kematian.
d. Pecah kepalanya dalam film ini adalah indeks dari kematian.
Simbol:
a. Dalam film ini Usus yang keluar perut yang terkoyak adalah simbol dari
pelanggaran hak asasi manusia .
b. Pecah kepalanya dalam film ini adalah simbol dai pelanggaran hak asasi
manusia.
2. Analisis Semiotika Pada Dialog Yang Diucapkan Oleh Ibu Dari Ramli
Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi.
Dalam Adegan Ini Ibu Adi sedang memandikan suaminya yang tua renta
sambil mengunggkapkan penderitaannya saat mengingat anaknya Ramli
(kakak dari Adi) yang menjadi korban pembantaian. Adegan ini muncul Pada
menit 04:11 sampai 06:09.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
52
Medium shoot
Medium shoot
Ibu Adi Sedang
memandikan
Suaminya yang tua
renta, yang konon
berusia 140 tahun.
bu Adi Sedang
memandikan
Suaminya yang tua
renta.
Namanya juga anak,
kubesarkan dari
kecil, mamak rindu.
Kau dibuang ke
sungai, disiksa kau,
tinggal tulang
dagingnya sudah
tidak ada.
Ikon:
a. Ibu dan bapak dari Adi yang merupakan keluarga korban PKI.
Indeks:
a. Dibuang kesungai, disiksa, tinggal tulang dagingnya adalah indeks dari
kematian.
Simbol:
a. dibuang kesungai, disiksa, tinggal tulang dagingnya adalah simbol dari
pelanggaran hak asasi manusia.
3. Analisis Semiotika Pada Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada
Pasien Saudara Adi Sebagai Adik Dari Ramli.
Adegan ini berawal saat Adi melakukan kunjungan kerumah tetangganya
untuk memeriksa mata sambil bertanya tentang sejarah Pembantaian anggota
PKI. Adegan ini muncul pada menit 06:11 sampai 08:01.
53
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium shoot
Seorang ibu sedang
di tanya oleh Adi
Rukun tentang PKI.
PKI kau bilang, itu
tahu. entah apa
salahnya dibawanya,
ditutup nya matanya
semua dibawa ke
sungai di potongi di
tembaki.
Ikon:
Indeks:
a. Ditutup nya matanya semua dibawa ke sungai di potongi di tembaki
adalah indeks dari kematian.
Simbol:
4. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi
Tentang Riuhnya Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI.
Dalam Adegan ini Adi sedang menonton Rekaman berita di Amerika Serikat
(NBC News) Pada tahun 1967, terkait kekerasan dan kekalahan Partai
Komunis. Adegan ini muncul pada menit 10:57 sampai 12:16.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium shoot Adi sedang
menonton video
berita dr Amerika,
Enam belas bulan
lalu kekerasan
meledak di
54
Medium shoot
Medium shoot
Medium shoot
ditelevisi
digambarkan peta
indonesia.
Polisi militer terlihat
sedang menendang
warga sipil yang
terlihat sedang
berkerumun.
Polisi militer sedang
baris berbaris.
Seorang pria sedang
asal bali sedang
diwawancarai media
asing.
kepulauan indah ini.
(narasi dalam Bahasa
Inggris).
Sering, seluruh
keluarga dibunuh.
Dan pembasmian
berlanjuj sampai
sekarang (narasi
dalam Bahasa
Inggris).
Sukar dipercaya,
dipulau seindah bali
terjadi pembantaian
setahun yang lalu
(narasi dalam bahasa
Inggris).
55
Ikon:
a. Orang berseragam polisi militer adalah dari ikon pemerintahan.
b. Orang berpakaian biasa adalah ikon dari rakyat.
Indeks:
a. Seluruh keluarga dibunuh. dan pembasmian adalah indeks kekerasan.
Simbol:
a. keluarga yang dibunuh dan pembasmian adalah simbol dari pelanggaran
hak asasi manusia.
5. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi
Tentang Keadaan Para Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan.
Dalam Adegan ini Adi sedang menonton Rekaman berita di Amerika Serikat
(NBC News), dalam rekaman ini diperlihatkan Para buruh menjadi tahanan
dan dipekerjakan di Pabrik Karet Good Year yang menjadi salah satu
kekayaan Indonesia. Adegan ini muncul pada menit 12:17 sampai 13:02.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium Shoot
Visual: tong pabrik
good year salah satu
potensi kekayaan alam
Verbal: indonesia
punya potensi
kekayaan alam yang
luar biasa (narasi
dalam Bahasa inggris)
56
Wide Shoot
Group Shoot
Extreme Wide Shoot
Visual: pabrik good
year
Visual: para tahanan
komunis sedang
berjalan dikawal oleh
penjaga bersenjata
Visual: para tahanan
komunis sedang
berbaris diawasi oleh
penjaga bersenjata
Verbal: contohnya
kerajaan karet, good
year sumatera serikat
buruhnya dulu dikuasai
komunis setelah G30S,
banyak buruh dibunuh
atau dipenjarakan
(narasi dalam Bahasa
inggris)
Verbal: yang selamat,
masih bekerja sebagai
tahanan yang
ditodong. (narasi
dalam
Bahasa inggris)
Verbal: di pulau lain,
tahanan komunis
dibiarkan mati
kelaparan atau secara
berkala dilepaskan
untuk dibunuh warga
setempat. (Narasi
dalam Bahasa inggris)
57
Ikon:
a. Para anggota PKI yang menjadi tahanan yang dikawal oleh penjaga
berseragam.
b. Penjaga berseragam yang dedang mengawasi para tahanan.
Indeks:
a. kerajaan karet good year sumatera serikat buruhnya dulu dikuasai
komunis setelah G30S, banyak buruh dibunuh atau dipenjarakan,
pembunuhan adalah indeks dari kekerasan..
b. yang selamat, masih bekerja sebagai tahanan yang ditodong. tahanan
yang ditodong adalah indeks dari kekerasan.
Simbol:
a. di pulau lain, tahanan komunis dibiarkan mati kelaparan atau secara
berkala dilepaskan untuk dibunuh warga setempat adalah simbol dari
pelanggaran hak asasi manusia.
6. Analisis Semiotika Pada Adegan Yang Menunjukkan Kegiatan Belajar
Mengajar Dimana Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di
Masa Lalu.
Dalam Adegan terjadi di dalam kelas saat Pak Guru memberikan Pelajaran
Sejarah G30SPKI kepada murid yang salah satunya adalah anak dari Adi
Rukun. Adegan ini muncul pada menit 13:52 sampai 16:00.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
58
Close Up
Close Up
Visual: para murid
SMP sedang
mendapatkan
pelajaran sejarah
kelam partai
komunis indonesia
Visual: Guru
sedang
menceritakan pen
-culikan jendral
sambil
memperagakannya
Verbal: Komunis itu kejam,
semacam tidak mempunyai
Tuhan
Verbal: para
pemberontakan G30S PKI,
untuk melakukan
perubahan sistem, mereka
melakukan penculikan
terhadap dewan jendral,
dewan jendral tersebut
disayat wajahnya pakai
pisau Inggris. “Kamu
mau?.” Bayangkan kembali
sebuah mata copot dari
wajah kita. mereka,
dicongkel matanya keluar.
“Kalo kita motong ayam,
ketika itu ayam kita ambil,
tanpa dipotonng langsung
ditarik lehernya kejam ga?”
59
Medium Close Up
Visual: Pak guru
sedang
memberikan
pelajaaran sejarah
kelam PKI
kejam. Begitu kejamnya
PKI.
Verbal: Kemudian mereka
juga mendapatkan tekanan
dari pemerintah. Para
tahanan-tahanan yang ikut
dalam G30SPKI masuk,
dipenjarakan itu. Anak-
anaknya tidak boleh
menjabat dipemerintahan.
“heii, ini anak-anak dari
antek-antek PKI dulu, tidak
boleh duduk
dipemerintahan, tidak
boleh.” “heii dulu kakekmu
ikut PKI ngak boleh jadi
tentara.” “heii nenekmu
dulu ikut menjadi
gerombolan PKI ngak
boleh, untuk menjadi
Polisi.” Makanya kalo kita
mau berontak terhadap
negara, kalo nggak jelas
60
bisa masuk penjara.
Berterimakasihlah kita
pada para pahlawan tadi
itu yang telah
memperjuangkan negara
kita sehingga menjadi
negara yang demokrasi.
Ikon:
Indeks:
a. disayat wajahnya pakai pisau adalah indeks dari kekerasan..
Simbol:
a. Anak-anak dari anggota PKI tidak boleh menjabat dipemerintahan adalah
simbol dari pelanggaran hak asasi manusia.
7. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita Kembali Dari
Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi
Pemberantasan PKI.
Dalam adegan ini diperlihatkan kembali saat Adi menonton rekaman Joshua
saat Ali sugito memperagakan proses pembantaian para Anggota PKI.
Adegan ini muncul pada menit 17:45 sampai 19:13 .
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
61
Wide Shoot
Two Shoot
Visual: Ali Sugito
sedang memperagakan
pembunuhan
Visual: ali sugito sedang
memperagakan
pembunuhan gerwani
Verbal: kalo gini kan
enak, tangkap.. tangan
aja dia diikat
Verbal: nah kalo ada
gerwani begini,
jiammpp. Buka
bahunya, jiammpp
Ikon:
a. Ali Sugito adalah ikon dari pasukan komando aksi.
b. gerwani adalah ikon dari sekumpulan wanita yang berideologi komunis.
Indeks:
a. tangan diikat adalah indeks dari kekerasan..
Simbol:
a. pembunuhan dengan cara menyembelih adalah indeks dari pelanggaran
hak asasi manusia.
b. penusukan adalah indeks dari pelanggaran hak asasi manusia.
8. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan Oleh Ibu Dari Ramli
Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi.
Dalam adegan ini Adi bertanya pada Ibunya tentang keikutsertaan orang-
orang di lingkungan sekitarnya dalam terhadap pembunuhan Kakaknya
(Ramli). Adegan ini muncul pada menit 19:14 sampai 21:10.
62
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Close Up
Extreme Close Up
Visual
Ibu dari dari Adi sedang
memotong sayuran
Visual
Gambar menunjukkan
fentilasi rumah terbuat
dari kayu yang kotor
dan tidak terawat
dengan semilir angin
menghembus kotoran-
kotoran yang
bergelantungan.
Verbal
Mereka kaya karena
merampok orang PKI,
hidup enak dari
merampok. Suaminya
dibunuh, istrinya
mereka dipermainkan.
Verbal
Di sekitar kita, guru,
kepala desa mereka
ikut membunuh.
Ikon:
a. Ibu Adi adalah ikon dari korban PKI karena Anaknya Ramli yang
merupakan kakak dari Adi adalah anggota PKI.
Indeks:
Simbol:
63
a. gambar menunjukkan fentilasi rumah terbuat dari kayu yang kotor dan
tidak terawat adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia. Fentilasi
rumah yang terbuat dari kayu yang kotor dan terawat menunjukan adanya
kesejahteraan sosial yang tidak terlaksana sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Republik indonesia Nomer 6 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Soial..
9. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Yang Dilakukan Oleh Saudara
Amir Hasan Dan Inong Sebagai Anggota Komando Aksi Ketika
Eksekusi Pemberantasan PKI Sedang Dilakukan.
Dalam adegan ini Adi sedang menonton rekaman dari dari Amir Hasan dan
Inong yang merupakan anggota Pasukan Aksi dalam memperagakan
pembantaian terhadap para Anggota PKI. Adegan ini muncul pada menit
23:19 sampai 25:23.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium Shoot
Visual
Amir Hasan dan Inong
yang merupakan
anggota dari komando
aksi manusia sedang
menjelaskan kronologi
kejadian di tempat
perkara.
Verbal
Pimpinan pasukan
pembunuh tingkat
desa Amir Hasan dan
Inong. "Di tempat ini
orang yang kami tahan
itu kami tarik, kami
bawa dan kami seret
langsung sampai
64
Medium Close Up
Very Wide Shoot
Visual
Adi sedang menonton
rekonstruksi perkara
yang dijelaskan oleh
Amir Hasan dan Inong.
Visual
Amir Hasan dan Inong
menyesuri jalan sampai
lokasi kejadian
seratus meter di hilir
sana.
Verbal
Ada yang menjerit, ada
yang menangis, ada
yang minta tolong.
Sebelumnya di atas
truk sudah kami pukuli
terlebih dahulu supaya
tidak lari waktu
diturunkan.
Verbal
Jadi inilah kami seret
lah dia disini, nah disini
lah kami seret, yang
tidak mau kami
campakkan lah dia itu.
Tolong-tolong ampun
pak, ampun pak. Kami
tidak perduli malah
kami pukul lagi dia
supaya mulutnya tidak
mempengaruhi
65
Two Shoot
Visual
Amir Hasan sedang
mempraktekkan ketika
algojo datang dan
menebas kepala saat
pemberantasan PKI.
pasukan kami dengan
rasa takut.
Verbal
Dia tunduk begini
maka algojo sudah
datang dan ditebaslah
lehernya sampai
putus, setelah kepala
jatuh barulah
ditunjangkan kesana
dan hanyutlah dia,
timbul tenggelam
badan itu.
Ikon:
a. Amir Hasan dan Inong adalah ikon dari pasukan komando aksi.
Indeks:
a. Orang yang diseret sampai seratus meter adalah indeks kekerasan.
b. Menjerit, menangis, meminta tolong, dipukuli adalah indeks dari
kekerasan.
c. Leher yang ditebas hingga putus dan hanyut di kali adalah indeks dari
kematian .
Simbol:
a. Leher yang ditebas hingga putus dan hanyut di kali adalah simbol dari
pelanggaran Hak Asasi Manusia.
66
10. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan Oleh Inong Ketika Ia
Sedang Mengeksekusi Anggota PKI.
Dalam adegan ini Adi sedang memeriksa mata inong sambil bertanya tentang
sejarah pembantaian PKI. Adegan ini muncul pada menit 33:50 sampai 42:06.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Close Up
Visual
Adi sedang memeriksa
mata Inong dengan
memakaikan kacamata
khusus (phropter)
pendeteksi tingkatan
minus dan Inong
sambil bercerita
tentang kejadian
pemberantasan PKI.
Verbal
Satu syaratnya; kalau
tidak meminum darah
korbannya,
pembunuhnya menjadi
gila. Oleh karena itu,
karena meminum
darah manusia saya
jadi berani melakukan
apa saja, masin-masin
manis darah manusia
itu rasanya, kalau
payudara dipotong,
terlihat seperti
saringan kelapa.
Ikon:
a. Inong adalah ikon dari Pasukan Komando Aksi karena inong adalah
angota dari Pasukan Komando Aksi.
Indeks:
67
a. Meminum darah manusia adalah indeks dari kegilaan.
Simbol:
a. Payudara yang dipotong adalah simbol dari pelanggaran Hak Asasi
Manusia , sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 7
Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
11. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang Dilakukan Kepada Amir
Siahaan Sebagai Komandan Komando Aksi Sungai Ular.
Dalam adegan ini Adi sedang menonton rekaman Joshua saat mewawancarai
Amir Siahaan yang merupakan Komandan Pasukan Pembunuh Sungai Ular.
Adegan ini muncul pada menit 47:17 sampai 48:45.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium Shoot
Visual
Amir Siahaan
komandan pasukan
aksi duduk berpakaian
batik dan memakai
peci sedang
menceritakan apa yang
terjadi pada saat
eksekusi
pemberantasan PKI. Di
belakangnya terdapat
Verbal
Komandan pasukan
pembunuh sungai ular,
Amir Siahaan. Pada
waktu pemberantasan
PKI selama tiga bulan
kami tidak kenal
malam tidak kenal
siang kami bawa
kurang lebih tiga
kilometer dari tempat
68
beberapa orang
sedang duduk-duduk
tanpa ada penjelasan
informasi tentang
jabatan mereka.
yang kami lupa
namanya, kami gali
lubang lalu kami tanam
hidup-hidup. Itu ada
daftar nama-nama
mereka yang dibawa
dari tahanan ke sungai
ulat itu, yang kami
bawa sekian orang
kami teken dan malam
besok kami bawa
sekian orang teken.
Ikon:
a. Amir Siahaan adalah ikon dari Pasukan Komando Aksi karena ia adalah
anggota dari Pasukan Komando Aksi.
Indeks:
Simbol:
a. kami tanam hidup-hidup adalah simbol dari pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
12. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Kembali Yang Dilakukan Oleh
Saudara Amir Hasan Dan Inong Ketika Mengeksekusi Ramli Sebagai
Anggota PKI.
Dalam adegan ini diperlihatkan kembali saat Adi menonton rekaman saat
pembantaian yang dilakukan oleh Amir Hasan dan Inong. Adegan ini muncul
pada menit 56:42 sampai 59:46.
69
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Two Shoot
Wide Shoot
Visual: Inong
sedang melakukan
reka adegan ketika
proses eksekusi
Ramli yaitu kakak
dari Adi pemeran
utama dalam film
ini.
Visual: Amir Hasan
memperagakan
saat penganiayaan
dilakukan terhadap
Ramli di samping
sungai
Verbal: Nah inikan
senjata tajam, potong,
terkoyak, tunjang, mati.
Itulah cerita si Ramli
yang saya katakan itu,
itu kemaluannya
dipotong dibelah lalu
mati.
Verbal: Maka
dibacoklah saudara
ramli ini berkali-kali,
maka kelihatan tidak
berdaya maka saya
tolakkan ke sungai maka
dia bergelantungan
sambil teriak tolong-
tolong saya, maka
mereka angkat ke
motor maka dikerjai dan
dimakamkanlah di
pelintahan.
70
Medium Shoot
Visual
Amir dan Inong
sedang melakukan
tanya jawab
disamping sungai
tempat kejadian
eksekusi
berlangsung.
Verbal
Joshua : Kalo beking
dari tentara seperti apa
misalnya?, Amir:
mereka cuma berjaga
disekitar truk saja
enggak ke sini. Ini
adalah perjuangan
rakyat bukan
pemerintah atau ABRI,
kalau ini dikatakan
sebagai perjuangan
pemerintah ini dunia
marah, bahwa
pemerintah Indonesia
membasmi PKI, maka
mereka ini jaga diri,
tidak mau mereka ikut
langsung ya rakyat
inilah yang
menggerakkan
walaupun kita tau ya
mereka inilah yang
membeking di belakang.
71
Ikon:
a. Ramli adalah ikon dari PKI karena ramli adalah anggota PKI.
b. Tentara adalah ikon dari pemerintahan.
Indeks:
Simbol:
a. kemaluannya dipotong dibelah lalu mati adalah simbol daari pelanggaran
hak asasi manusia
b. dibacoklah saudara ramli ini berkali-kali adalah simbol dari pelanggaran
hak asasi manusia.
c. tentara yang menyembunikan perannya dalam kegiatan pembantaian
anggota PKI adalah simbol dar pelanggaran hak asasi manusia.
13. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang Dilakukan Kepada Saudara
M. Y. Basrun Pimpinan DPRD Serdang Bedagai.
Dalam adegan ini Adi sedang mewawancarai M.Y. Basrun Pimpinan DPRD
Serdang Bedagai yang menjabat Ketua Komando Aksi saat Pembantaian
terjadi. Adegan ini muncul pada menit 01:00:07 sampai 01:03:52.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
Medium Close Up
Visual
Adi sedang
mewawancarai
pimpinan DPRD
Serdang Bedagai, M.
Y. Basrun
Verbal
Adi : Bagaimana mungkin
(kesalahan itu) tidak
besar satu juta orang
dibunuh atau lebih. M. Y.
Basrun : Itulah dia politik,
72
mencapai idealisme
prosesnya adalah proses
politik dalam berbagai
aspek
Ikon:
a. M.Y. Basrun adalah ikon dari Pasukan Komando Aksi karena M.Y.
Basrun menjabat sebagai Ketua Komando Aksi pada saat pembantaian
berlangsung.
b. DPRD Serdang Bedagai adalah ikon dari pemerintah.
Indeks:
Simbol:
a. Pembunuhan adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia, dalam
adegan ini M.Y. Basrun pimpinan DPRD Serdang Bedagai yang dulu
menjabat sebagai Ketua Komando Aksi menilai pembantaian anggota
PKI sebagai sebuah proses Politik untuk mencapai idealisme.
14. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang Dilakukan Kepada Keluarga
Amir Hasan Sebagai Anggota Dari Komando Aksi.
Dalam adegan ini Adi Sedang mewawancarai Keluarga dari almarhum Amir
Hasan sambil menunjukan Buku Embun Berdarah (yang berisi tentang
kejadian pembantaian yang dilakukan Pasukan Aksi di Sungai Ular) Adegan
ini Muncul Pada menit 01:25:42 sampai 01:32:05.
Shoot size Visualisasi Pesan
Non-Verbal
Visualisasi Pesan
Verbal
73
Close Up
Group Shot
Close Up
Visual: Adi sedang
mengobrol dengan
keluarga ketua
komando pasukan
aksi
Visual: keluarga
almarhum Amir
Hasan ketua
komando aksi
sedang
mendengarkan Adi
Bercerita
Visual: Istri dari
ketua kondo aksi
sedang
mendengarkan Adi
berbicara tentang
pembantaian
anggota PKI
Verbal: dari 32 orang
yang dibunuh, itu yang
paling, ceritanya yang
paling seram, yang paling
ngeri itu cerita abangku
Ramli
Verbal: Abangku itu
dibacok ininya, udah tuh
perutnya di koyaklah,
ususnya keluar, ino
punggungnya ni jebol
Verbal: jadi bilang ke
mamak, kalo ramli itu
mau di obatin ke tebing
tapi di mobil itu sudah di
cincang-cincang, jadi di
bawa dipotonglah
kemaluannya baru dia
meninggal.
74
Ikon:
a. Adi adalah Ikon dari PKI karena Adi adalah adik dari Ramli anggota PKI
yang di bantai oleh Pasukan Komando Aksi.
Indeks:
a. dibacok bahunya, perutnya di koyak, ususnya keluar, punggungnya jebol
adalah indeks dari Kematian, dalam adegan ini Adi menjelaskan proses
pembantaian abangnya Ramli yang dilakukan oleh Amir Hasan dan
Inong.
b. Dicincang-cincang, Dipotong kemaluannya adalah indeks dari kematian,
disini Adi juga menjelaskan abai mana Abangnya Ramli dibununh
dengan cara dicincang dan dipotong kemaluannya.
Simbol:
a. dibacok bahunya, perutnya di koyak, ususnya keluar, punggungnya jebol
adalah indeks dari Kematian, dalam adegan ini Adi menjelaskan proses
pembantaian abangnya Ramli yang dilakukan oleh Amir Hasan dan
Inong.
b. Dicincang-cincang, Dipotong kemaluannya adalah indeks dari kematian,
disini Adi juga menjelaskan abai mana Abangnya Ramli dibununh
dengan cara dicincang dan dipotong kemaluannya.
B. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Menurut Islam dan Ketentuan Negara
1. Adegan Penuturan Cerita Dari Saudara Ali Sugito Tentang
Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI.
Dalam Islam
75
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup.
b. Hak pendukung (hajiyyah): Hak atas keselamatan hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
2. Dialog Yang Diucapkan Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota
PKI Yang Dieksekusi.
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
3. Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada Pasien Saudara Adi
Sebagai Adik Dari Ramli.
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
76
b. Hak Atas Rasa Aman
a) Tentang Pengesahan Konvensi Intermasional Tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 (UU
Republik Indonesia No. 29, Tahun 1999)
4. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Riuhnya
Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI.
Dalam Islam
c. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup
d. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
5. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Keadaan Para
Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan.
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah):
a) Hak Atas Keselamatan Hidup,
b) Hak Memperoleh Kebutuhan Pokok, Hak untuk Bekerja.
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
77
b) Tentang Ketenagakerjaan. (UU Republik Indonesia No. 13, Tahun
2003).
b. Hak Atas Rasa Aman.
a) Tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai Penghapusan Kerja
Paksa. (UU Republik Indonesia No. 19, Tahun 1999)
6. Adegan Yang Menunjukkan Kegiatan Belajar Mengajar Dimana
Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di Masa Lalu.
Dalam Islam:
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup, Hak Keturunan Dan
Kehormatan.
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Bekerja, Hak Mengeluarkan
Pendapat
Menurut Ketentuan Negara:
a. Hak Mengembangkan Diri.
a) Tentang Keterbukaan Informasi Publik. (UU Republik Indonesia
No. 14, Tahun 2008)
b. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan
a) Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD. (UU
Republik Indonesia No. 10, Tahun 2008)
7. Penuturan Cerita Kembali Dari Saudara Ali Sugito Tentang
Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI.
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
78
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
b. Hak Wanita
a) Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. (UU Republik Indonesia
No. 7, Tahun 1984).
8. Cerita Yang Dituturkan Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota
PKI Yang Dieksekusi.
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup, Hak Atas Harta
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Memperoleh Keadilan
a) Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. (UU Republik Indonesia
No. 13, Tahun 2006)
b. Hak Atas Rasa Aman
a) Tentang Pengesahan Konvensi Intermasional Tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 (UU Republik Indonesia No.
29, Tahun 1999.
9. Reka Adegan Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan
Inong Sebagai Anggota Komando Aksi Ketika Eksekusi
Pemberantasan PKI Sedang Dilakukan.
79
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
10. Cerita Yang Dituturkan Oleh Inong Ketika Ia Sedang
Mengeksekusi Anggota PKI.
Dalam Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
b. Hak Wanita
a) Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. (UU Republik Indonesia
No. 7, Tahun 1984).
11. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Amir Siahaan Sebagai
Komandan Komando Aksi Sungai Ular.
Menurut Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup
80
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
12. Reka Adegan Kembali Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir
Hasan Dan Inong Ketika Mengeksekusi Ramli Sebagai Anggota
PKI.
Menurut Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
13. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Saudara M. Y. Basrun
Pimpinan DPRD Serdang Bedagai.
Menurut Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup, Hak Akal
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
81
b. Hak Atas Kebebasan Pribadi
a) Tentang Partai Politik. (UU Republik Indonesia No. 2, Tahun
2008)
14. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Keluarga Amir Hasan
Sebagai Anggota Dari Komando Aksi.
Menurut Islam
a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup
b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup
Menurut Ketentuan Negara
a. Hak Untuk Hidup.
a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU
Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terlepas dari benar atau tidaknya kejadian Pada film Senyap, peneliti hanya
meneliti pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terdapat pada film Senyap.
Apabila berkaitan dengan Hak Asasi Manusia tidak lepas dari sebuah kebenaran.
Sedangkan pada film Senyap ini banyak sekali Kru Film yang menyamarkan
namanya menggunakan “Anonimous,” sehingga kebenaran atas film ini masih
polemik yang masih berkembang.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap film Senyap,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Film Senyap adalah film dokumenter yang menuturkan peeristiwa
pembantaian masal oleh mili bentukan tentara terhadap orang-orang yang
diangggap anggota atau simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) di
Deli Serdang dan Serdang Bedagai, Sumatera Utara , pada tahun 1965.
Dari hasil Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce, didalam film Senyap
ini terdapat Ikon, Indeks, dan Simbol berupa:
a. Ikon dalam film ini adalah visualisasi yang ada pada tiap scene
nya, terutama setiap adegan yang terdapat seorang atau tokoh yang
mewakili suatu organisasi, seperti Ali sugito yang menjadi Ikon
Karena Mewakili Pasukan Komando Aksi dan Adi yang
merupakan Ikon dari PKI karena Adi adalah adik dari anggota PKI.
83
b. Beberapa Dialog-dialog pada tiap scene yang yang dilakukan oleh
Adi dan keluarganya kepada para anggota Pasukan Komando Aksi
yang telah membnuh abangnya menjadi indeks terhadap kekerasan
yang terjadi.
c. Beberapa reka ulang adegan menjadi simbol dari pelanggaran Hak
Asasi Manusia karena disitu terdapat unsur kekerasan.
2. Berbagai tanda yang digunakan dalam Film Senyap mulai dari Ikon,
Indeks, Simbol baik berupa tanda verbal dan non verbal merupakan
serangkaian tanda yang mengindikasi adanya pelanggaran Hak Asasi
Manusia dari sisi HAM Menurut Islam dan Ham Menurut Ketentuan
Negara.
B. Saran
Saran-saran yang bisa diberikan peneliti dan bisa dijadikan bahan masukan
dan evaluasi terhadap film Senyap, saran-saran ini ditunjukan kepada:
1. Baiknya sutradara tidak melebih-lebihkan atau mengurangi adegan pada
saat wawancara Adi terhadap Para anggota Pasukan Komando Aksi, sebab
pada Scene ke tiga belas dimana adi sedang mewawncarai Pimpinan
DPRD Serdang Berdagai peneliti menemukan kejanggalan berupa suara
percakapan yang tidak stabil, sehingga terkesan seolah telah diedit.hal ini
dimaksudkan agar para penikmat film mengetahui realitas yang
sebenarnya dari film Senyap. mengingat film ini sangat bersinggungan
dengan Hak Asasi Manusia.
84
2. Untuk khalayak pecinta film agar lebih teliti melihat makna film yang
ditonton. Serta harus cermat dalam memaknai pesan yang disampaikan
oleh sebuah film. Apalagi di dalam film ini terdapat sejarah kelam negeri
ini. serta penikmat film harus mengambil pelajaran yang bisa dipetik dari
tanda-tanda yang disampaikan dalam film Senyap ini.
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Mulyana Deddy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2007
Earl, Babbie. The Practice of Social Research, Belmot: Wodsworth Publishing Company,1998
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007
Askurifai Baksin, Membuat Film Indie itu Gampang, Bandung: Katarsis, 2003
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010
Y.S. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta: PT Grasido, 1998
Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Tragedi Nasional Percobaan KUP G 30 S/PKI di Indonesia, (Jakarta: PT. Pembimbing Masa 1968
Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008
Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, Jakarta: Grasindo, 2004
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi,h.7
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2013
Yasraf Amir Piliang, Serba-Serbi Semiotika, Jakarta: Gramedia, 1992
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas Bambu,2011
86
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, Yogyakarta: Jalasutra, 2011 A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: ANDI, 2017
Landasan Hukum Dan Rencana Aksi Nasional Ham Di Indonesia 2004 - 2009, Jakarta: Kedeputian Menteri Sekertaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Departemen Hukum Dan HAM , 2004-2009
B. Sumber Internet
http://lifestyle.bisnis.com/read/20170114/254/619519/film-indonesia-2016-jumlah penonton-capai-345-juta-, Diakses pada 25 Maret 2017 http://www.antaranews.com/berita/452528/film-senyap-raih-lima-penghargaan-di-italia#, Diakses pada 25 Maret 2017
IMDB, Joshua Oppenheimer, http://m.imdb.com/name/nm1484791/?ref_=m_tt_cl_dr artikel diakses pada 29 november 2017
Film senyap.com, produser Signe Byrge Sørensen https://filmsenyap.com
artikel diakses pada 29 november 2017 Sinopsis Film Senyap Diakses pada 25 Maret 2017
https://www.imdb.com/title/tt3521134/ Sinopsis Film Senyap Diakses pada 25 Maret 2017
http://filmsenyap.com/#Sinopsis
Top Related