TUGAS EKONOMI INTERNASIONAL II
Kelas AE
(Analisis Balance Of Payment, Neraca Perdagangan, NFI = NX)
Oleh:
ANDISTYA OKTANING LISTRA
NIM: 0910210022
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
2002 2003 2004 2005 20060
20000
40000
60000
80000
100000
120000
57158.861058.2
71584.6
85660
100798.6
31288.932550.7
46524.5
57700.961065.5
25869.9 28507.599999999925060.1 27959.1
39733.2
Grafik Ekspor Impor Indonesia (2002 - 2006) Juta U$
EKSPORIMPORNERACA
81850.5(13.52%)
294409.7(48.63%)
62289.2(10.29%)
166841.2(27.56%)
Diagram Total Ekspor Impor Indonesia Migas dan Non Migas
2002-2006(Juta U$)
ekspor migas ekspor non migasimpor migas impor non migas
10,2% 12,1% 11,6% 42,1%
Keterangan Grafik Ekspor – Impor Neraca Perdagangan Indonesia (2002-2006)
Grafik ekspor – impor pada neraca perdagangan total di Indonesia (2002 – 2006) rata –
rata menunjukkan kondisi surplus pada ekspor (surplus ekspor dilihat dari neraca yang
melukiskan hasil ekspor dikurangi impor) dimana berdasarkan hasil perhitungan dimulai
tahun 2002 dengan ekspor sebesar 57.158,8 dan impor sebesar 31.288,9 menunjukkan
surplus ekspor sebesar 25.869,9. Pada tahun 2003, ekspor sebesar 61.058,2 dan impor
sebesar 32.550,7 menunjukkan surplus ekspor sebesar 28.507,5. Pada tahun 2004, ekspor
sebesar 71.584,60 dan impor sebesar 46.524,50 menunjukkan surplus ekspor sebesar
25.060,1. Pada tahun 2005, ekspor sebesar 85.660 dan impor sebesar 57.700,9
menunjukkan surplus ekspor sebesar 27.959,1. Pada tahun 2006, ekspor sebesar
100.798,60 dan impor sebesar 61.065,50 menunjukkan surplus ekspor sebesar 39.733,1.
Dalam hal ini surplus ekspor total dari tahun 2002 – 2006 sebesar 147.129,7 (∑ surplus
ekspor 2002 - 2006) dan rata – rata surplus ekspornya sebesar 29.425,94
(∑surplus ekspor 2002 –2006Rentang waktu2002−2006 ). Adapun persentase surplus ekspor antar tahun, yaitu :
( Surplus ekspor thn – Surplus ekspor thn−1Surplus ekspor thn−1×100) adalah: Tahun 2002 – 2003
menunjukkan peningkatan surplus sebesar 10,2%. Tahun 2003 - 2004 terjadi penurunan
surplus ekspor sebesar 12,1%. Tahun 2004 – 2005 kembali terjadi kenaikan surplus ekspor
sebesar 11,6%. Tahun 2005 – 2006 terjadi peningkatan surplus ekspor yang cukup
signifikan sebesar 42,1% dan periode inilah yang menunjukkan persentase peningkatan
terbaik dari yang lainnya, adapun rata – rata persentase total surplus ekspor tahun 2002 -
2006 sebesar 12,95% (∑ persentase surplusekspor2002 –2006Rentangwaktu2002−2006 ).Kesimpulan dari grafik ini adalah neraca perdagangan Indonesia periode 2002 – 2006
melukiskan kondisi yang cukup baik dimana proporsi ekspor lebih besar daripada impor.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan
internasional dan termasuk kategori negara yang cukup independen (tidak terlalu
bergantung dari produk impor).
Keterangan Diagram Total Ekspor – Impor Migas dan Non Migas Indonesia
(2002-2006)
Peringkat Transaksi Perdagangan Ekspor – Impor Migas dan Non Migas:
1) Ekspor Non Migas Indonesia adalah yang paling mendominasi selama periode
2002 – 2006 hal ini ditunjukkan oleh proporsi sebanyak 294409.7 atau persentase
yang mendekati setengah dari seluruh transaksi perdagangan (48.63%). Artinya,
jumlah output non migas yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan migas hal
ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang mempunyai kelimpahan
sumberdaya manusia (labor intensive) sehingga banyak didirikan industri yang padat
karya (rata – rata perusahaan padat karya di Indonesia bergerak di sektor non migas
meskipun Indonesia juga dikenal sebagai negara yang melimpah sumberdaya
alamnya (khususnya migas) namun akibat tingkat kompetensi pekerjanya yang
relative rendah, industri padat karya yang bergerak dalam pengolahan sumberdaya
alam masih sangat minim) hal ini pun bertujuan agar sumberdaya manusia di usia
produktif kerja bisa dialokasikan secara optimal. Adapun dengan banyaknya industri
padat karya ini, output non migas yang dihasilkan lebih banyak (meskipun kondisi ini
mengindikasikan “diminishing marginal product of labor”) daripada output di sektor
migas oleh karena itu untuk memperoleh gains from trade, banyak output non migas
yang diekspor ke asing (dalam hal ini, ekspor output non migas bisa mencegah
distorsi konsumen - produsen di Indonesia).
2) Impor Non Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat kedua setelah
ekspor non migas selama periode 2002 – 2006. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi
sebanyak 166841.2 atau persentase yang lebih dari seperempat dari seluruh
transaksi perdagangan (27.56%). Artinya, meskipun Indonesia banyak mengekspor
output non migas namun impor non migas pun juga akan cukup tinggi, mungkin hal ini
terkait dengan kebijakan local content requirement yang diterapkan di asing. Local
content requirement adalah pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian – bagian
tertentu dari unit yang dihasilkan terdapat komponen yang diimpor dari asing;
misalnya mesin dan teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Peraturan
ini membolehkan perusahaan – perusahaan mengimpor lebih banyak, menyebabkan
mereka juga harus membeli lebih banyak di domestik (Krugman dan Obstfeld,
Ekonomi Internasional, hal 246).
3) Ekspor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat ketiga setelah
impor non migas selama periode 2002 – 2006. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi
sebanyak 81850.5 atau persentase transaksi perdagangan (13.52%). Artinya,
meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang melimpah sumberdaya alam
khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi migas tidak sebanyak proporsi
ekspor non migas. Hal ini dikarenakan industri resmi pengolah migas di Indonesia
berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan Perusahaan Nasional Gas
Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah rakyat Indonesia terlebih dahulu
sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan. Apalagi kenyataan mirisnya,
pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di Indonesia rata – rata lebih
dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya 20% sehingga Indonesia
tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan karena kondisi ini pula
Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas yang berakibat pada inflasi
harga migas (cont: kenaikan BBM) sehingga Indonesia masih perlu mengimpor migas
dari asing.
4) Impor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat keempat setelah
ekspor migas selama periode 2002 – 2006. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi
sebanyak 62289.2 atau persentase transaksi perdagangan (10.29%). Artinya, seperti
hal yang tertera dalam pernyataan nomer 3 mengenai Ekspor Migas Indonesia
bahwa: “Meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang melimpah
sumberdaya alam khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi migas tidak
sebanyak proporsi ekspor non migas Hal ini dikarenakan industri resmi pengolah
migas di Indonesia berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan Perusahaan
Nasional Gas Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah rakyat Indonesia
terlebih dahulu sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan. Apalagi kenyataan
mirisnya, pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di Indonesia rata – rata
lebih dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya 20% sehingga
Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan karena kondisi ini
pula Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas.” Namun demikian,
Indonesia juga tidak pernah memiliki proporsi impor migas yang terlalu besar, hal ini
membuktikan kinerja perusahaan monopoli pemerintah dalam mengelola migas untuk
kebutuhan lokal masih bisa terpenuhi.
2007 2008 2009 2010 20110
50000
100000
150000
200000
250000
114100.9
137020.4
116510
157779.1
203496.6
74473.4
129197.3
96829.2
135663.3
177435.6
39627.5
7823.1 19680.8 22115.8 26061.1
Grafik Ekspor Impor (2007 - 2011)Juta U$
ExportImportBalance
139749.8(6.44%)
1417268(65.29%)
139580.6(6.43%)
474018.1(21.84%)
Diagram Total Ekspor Impor Indonesia Migas dan Non Migas
2007-2011(Juta U$)
ekspor migas ekspor non migasimpor migas impor non migas
80,3% 151,6% 12,4% 17,8%
Keterangan Grafik Ekspor – Impor Neraca Perdagangan Indonesia (2007-2011)
Grafik ekspor – impor pada neraca perdagangan total di Indonesia pada periode 2007 –
2011 rata – rata menunjukkan kondisi surplus pada ekspor (surplus ekspor dilihat dari
neraca yang melukiskan hasil ekspor dikurangi impor) dimana berdasarkan hasil
perhitungan dimulai tahun 2007 dengan ekspor sebesar 114.100,9 dan impor sebesar
74.473,4 menunjukkan surplus ekspor sebesar 39.627,5. Pada tahun 2008, ekspor sebesar
137.020,4 dan impor sebesar 129.197,3 menunjukkan surplus ekspor sebesar 7.823,1.
Pada tahun 2009, ekspor sebesar 116.510 dan impor sebesar 96.829,2 menunjukkan
surplus ekspor sebesar 19.680,8. Pada tahun 2010, ekspor sebesar 157.779,1 dan impor
sebesar 135.663,3 menunjukkan surplus ekspor sebesar 22.115,8. Pada tahun 2011,
ekspor sebesar 203.496,6 dan impor sebesar 177.435,6 menunjukkan surplus ekspor
sebesar 26.061. Dalam hal ini surplus ekspor total dari tahun 2007 – 2011 sebesar
115.308,2 (∑ surplus ekspor 2007 - 2011) dan rata – rata surplus ekspornya sebesar
38.436, 07 (∑surplus ekspor 2007 – 2011Rentangwaktu2007−2011 ). Adapun persentase surplus ekspor antar tahun, yaitu :
( Surplus ekspor thn – Surplus ekspor thn−1Surplus ekspor thn−1×100) adalah: Tahun 2007 - 2008 menunjukkan
penurunan surplus ekspor yang cukup drastis sebesar 80,3%. Namun tahun 2008 - 2009
mengalami peningkatan surplus ekspor yang sangat signifikan sebesar 151,6% yang juga
merupakan periode peningkatan terbaik dari yang lainnya. Tahun 2009 – 2010 kembali
terjadi peningkatan surplus ekspor sebesar 12,4%. Tahun 2010 – 2011 kembali terjadi
peningkatan surplus ekspor sebesar 17,8%, adapun rata – rata persentase total surplus
ekspor tahun 2007 - 2011 sebesar 25,38% (∑ persentase surplus ekspor 2007 – 2011Rentangwaktu2007−2011 ).Kesimpulan dari grafik ini adalah neraca perdagangan Indonesia periode 2007 – 2011
melukiskan kondisi yang cukup baik dimana proporsi ekspor lebih besar daripada impor.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan
internasional dan termasuk kategori negara yang cukup independen (tidak terlalu
bergantung dari produk impor).
Keterangan Diagram Total Ekspor – Impor Migas dan Non Migas Indonesia
(2007-2011)
Peringkat Transaksi Perdagangan Ekspor – Impor Migas dan Non Migas:
1) Ekspor Non Migas Indonesia adalah yang paling mendominasi selama periode
2007 – 2011 hal ini ditunjukkan oleh proporsi sebanyak 1417268 atau persentase
yang lebih dari setengah seluruh transaksi perdagangan (65.29%). Artinya, jumlah
output non migas yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan migas hal ini
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang mempunyai kelimpahan
sumberdaya manusia (labor intensive) sehingga banyak didirikan industri yang
padat karya (rata – rata perusahaan padat karya di Indonesia bergerak di sektor
non migas meskipun Indonesia juga dikenal sebagai negara yang melimpah
sumberdaya alamnya (khususnya migas) namun akibat tingkat kompetensi
pekerjanya yang relative rendah, industri padat karya yang bergerak dalam
pengolahan sumberdaya alam masih sangat minim) hal ini pun bertujuan agar
sumberdaya manusia di usia produktif kerja bisa dialokasikan secara optimal.
Adapun dengan banyaknya industri padat karya ini, output non migas yang
dihasilkan lebih banyak (meskipun kondisi ini mengindikasikan “diminishing
marginal product of labor”) daripada output di sektor migas oleh karena itu untuk
memperoleh gains from trade, banyak output non migas yang diekspor ke asing
(dalam hal ini, ekspor output non migas bisa mencegah distorsi konsumen -
produsen di Indonesia).
2) Impor Non Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat kedua
setelah ekspor non migas selama periode 2007 – 2011. Hal ini ditunjukkan oleh
proporsi sebanyak 474018.1 atau persentase transaksi perdagangan (21.84%).
Artinya, meskipun Indonesia banyak mengekspor output non migas namun impor
non migas pun juga akan cukup tinggi, mungkin hal ini terkait dengan kebijakan
local content requirement yang diterapkan di asing. Local content requirement
adalah pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian – bagian tertentu dari unit
yang dihasilkan terdapat komponen yang diimpor dari asing; misalnya mesin dan
teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Peraturan ini membolehkan
perusahaan – perusahaan mengimpor lebih banyak, menyebabkan mereka juga
harus membeli lebih banyak di domestik (Krugman dan Obstfeld, Ekonomi
Internasional, hal 246).
3) Ekspor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat ketiga setelah
impor non migas selama periode 2007 – 2011. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi
sebanyak 139749.8 atau persentase transaksi perdagangan (6.44%). Artinya,
meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang melimpah sumberdaya
alam khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi migas tidak sebanyak
proporsi ekspor non migas. Hal ini dikarenakan industri resmi pengolah migas di
Indonesia berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan Perusahaan
Nasional Gas Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah rakyat
Indonesia terlebih dahulu sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan. Apalagi
kenyataan mirisnya, pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di Indonesia
rata – rata lebih dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya 20%
sehingga Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan
karena kondisi ini pula Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas
yang berakibat pada inflasi harga migas (cont: kenaikan BBM) sehingga Indonesia
masih perlu mengimpor migas dari asing.
4) Impor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat keempat setelah
ekspor migas selama periode 2007 – 2011. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi
sebanyak 139580.6 atau persentase transaksi perdagangan (6.43%). Artinya,
seperti hal yang tertera dalam pernyataan nomer 3 mengenai Ekspor Migas
Indonesia bahwa: “Meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang
melimpah sumberdaya alam khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi
migas tidak sebanyak proporsi ekspor non migas Hal ini dikarenakan industri resmi
pengolah migas di Indonesia berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan
Perusahaan Nasional Gas Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah
rakyat Indonesia terlebih dahulu sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan.
Apalagi kenyataan mirisnya, pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di
Indonesia rata – rata lebih dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya
20% sehingga Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan
karena kondisi ini pula Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas.”
Namun demikian, Indonesia juga tidak pernah memiliki proporsi impor migas yang
terlalu besar, hal ini membuktikan kinerja perusahaan monopoli pemerintah dalam
mengelola migas untuk kebutuhan lokal masih bisa terpenuhi.
NERACA PERDAGANGAN DAN GRAFIK EKSPOR – IMPOR INDONESIA TOTAL
(2005-2010)
Keterangan Grafik Ekspor – Impor Neraca Perdagangan Indonesia (2005-2010)
2005 2006 2007 2008 2009 20100
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
85660
100798.6
114100.9
137020.4
116510
157779.1
57700.961065.5
74473.4
129197.3
96829.2
135663.3
27959.1
39733.2 39627.5
7823.1
19680.8 22115.8
Grafik Ekspor Impor Indonesia (2005-2010)Juta U$
Nilai EksporNilai ImporNeraca
42,1% 0,27% 80,3% 151,6% 12,4%
Tahun Nilai Ekspor
Nilai Impor
Neraca
2005 85660 57700.9 27959.1
2006 100798.6 61065.5 39733.2
2007 114100.9 74473.4 39627.5
2008 137020.4 129197.3
7823.1
2009 116510 96829.2 19680.8
2010 157779.1 135663.3
22115.8
Grafik ekspor – impor pada neraca perdagangan Indonesia pada periode 2005 – 2010 rata
– rata menunjukkan kondisi surplus ekspor (surplus ekspor dilihat dari neraca yang
melukiskan hasil ekspor dikurangi impor). Pada tahun 2005 dengan ekspor sebesar 85660
dan impor sebesar 57700.9 menunjukkan surplus ekspor sebesar 27959.1. Pada tahun
2006, ekspor sebesar 100798.6 dan impor sebesar 61065.5 menunjukkan surplus ekspor
sebesar 39733.2. Pada tahun 2007, ekspor sebesar 114100.9 dan impor sebesar 39627.5
menunjukkan surplus ekspor sebesar 39627.5. Pada tahun 2008, ekspor sebesar 137020.4
dan impor sebesar 129197.3 menunjukkan surplus ekspor sebesar 7823.1. Pada tahun
2009, ekspor sebesar 116510 dan impor sebesar 96829.2 menunjukkan surplus ekspor
sebesar 19680.8. Pada tahun 2010, ekspor sebesar 157779.1 dan impor sebesar 135663.3
menunjukkan surplus ekspor sebesar 22115.8. Dalam hal ini surplus ekspor total dari tahun
2005 – 2010 sebesar 156939.5 (∑ surplus ekspor 2005 - 2010) dan rata – rata surplus
ekspornya sebesar 26156.58 (∑surplus ekspor 2005 –2010Rentangwaktu2005−2010 ).Adapun persentase surplus ekspor antar tahun, yaitu :
( Surplus ekspor thn – Surplus ekspor thn−1Surplus ekspor thn−1×100) adalah: Tahun 2005 - 2006 menunjukkan
peningkatan surplus ekspor yang cukup signifikan sebesar 42,1%. Namun tahun 2006 -
2007 mengalami penurunan surplus ekspor sebesar 0,27% yang juga. Tahun 2007 – 2008
menunjukkan penurunan surplus ekspor yang cukup drastis sebesar 80,3%. Tahun 2008 –
2009 mengalami peningkatan surplus ekspor yang sangat signifikan sebesar 151,6% yang
juga merupakan periode peningkatan terbaik dari yang lainnya. Tahun 2009 – 2010 kembali
terjadi peningkatan surplus ekspor sebesar 12,4%, adapun rata – rata persentase total
surplus ekspor tahun 2005 - 2010 sebesar 20,92%
(∑ persentase surplus ekspor 2005 – 2010Rentang waktu2005−2010 ).Kesimpulan dari grafik ini adalah neraca perdagangan Indonesia periode 2005 – 2010
melukiskan kondisi yang cukup baik dimana proporsi ekspor lebih besar daripada impor.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan
internasional dan termasuk kategori negara yang cukup independen (tidak terlalu
bergantung dari produk impor).
INDONESIA’S BALANCE OF PAYMENTS
SUMMARY
(2005 – 2011)
Tahun 2005:
current account-nya surplus sebesar 278, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), adapun kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2005 hanya 0,1%.
capital and financial account-nya surplus sebesar 345, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).
total (1+2) sebesar 623, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.
net errors & omissions sebesar -179, artinya jumlah nilai transaksi debit untuk menyeimbangkan dengan transaksi kredit yang berlebih adalah -179 (dengan adanya selisih
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. Current Account 278 10859 10492 300 10628 5144 2070
2. Capital & Financial Account 345 3025 3591 -2132 4852 26620 14018
3. Total (1+2) 623 13884 14083 -1833 15481 31765 16088
4. Net Errors & Omissions -179 625 -1368 -112 -2975 -1480 -4232
5. Overall Balance (3+4) 444 14510 12715 -1944 12506 30285 11856
6. Reserve & Related Items -444 -14510 -12715 1945 -12506 -30285 -11856
-35000
-25000
-15000
-5000
5000
15000
25000
35000
0.1
2.9
2.40.1
1.95
0.72 0.24
Current Account (%GDP)
2005 20062007 20082009 20102011
perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) sebesar 444, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana meskipun nilai 623+(-179) nilainya masih positif tidak minus.
reserves & related items sebesar -444, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account.
Tahun 2006:
current account-nya sebesar 10859, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2006 lebih besar daripada tahun 2005 yaitu sebesar 2,9%.
capital & financial account-nya pun sebesar 3025, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).
total (1+2) sebesar 13884, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.
net errors & omissions sebesar 625, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah 625 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) pun jadi meningkat drastis hingga sebesar 14510, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 13884+625 nilainya jelas berhasil positif.
reserves & related items sebesar -14510, artinya terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada cadangan devisa daripada tahun 2005 (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account.
Tahun 2007:
current account-nya sebesar 10492, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2007 lebih kecil daripada tahun 2006 yaitu sebesar 2,4%.
capital & financial account-nya sebesar 3591, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).
total (1+2) meningkat menjadi 14083, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.
net errors & omissions sebesar -1368, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -1368 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) sebesar 12715, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 12715+(-1368) nilainya masih tetap positif tidak minus.
reserves & related items sebesar -12715, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.
Tahun 2008:
current account-nya turun drastis daripada tahun 2007 yaitu menjadi 300 namun meskipun begitu, Indonesia masih memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), adapun penurunan yang drastis ini dipengaruhi oleh penurunan aktivitas ekspor Indonesia terhadap asing akibat permintaan ekspor di asing menurun di tahun 2008 (akibat krisis global). Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2008 jauh lebih kecil daripada tahun 2007 yaitu sebesar 0,1%.
capital & financial account-nya menurun sangat drastis pula daripada tahun 2007 yaitu menjadi -2132, artinya capital outflow (debit) > capital inflow (kredit) sehingga tidak terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang sedikit tidak mampu menstimulasi perekonomian Indonesia justru bisa menyebabkan defisit (penurunan capital & financial account ini mungkin disebabkan krisis global pada tahun 2008 yang berpengaruh terhadap penurunan FDI (foreign direct investment), penurunan pembelian saham dan obligasi, dan pembayaran cicilan hutang di luar negeri).
total (1+2) menurun menjadi -1833, nilai yang defisit ini melukiskan keadaan yang kurang baik atau tidak stabil pada perekonomian Indonesia.
net errors & omissions sebesar -112, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -112 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) pun jadi turun hingga sebesar -1944, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang defisit dimana -1833+(-112) nilainya minus cukup besar.
reserves & related items hingga sebesar 1945, artinya Indonesia kekurangan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada penurunan current account yang menurun drastis di tahun 2008 daripada tahun 2009, apalagi hal ini tidak didukung oleh kondisi surplus pada capital & financial account (dimana justru defisit) sehingga tidak mungkin tercapai kondisi balance.
Tahun 2009:
current account-nya naik cukup signifikan daripada tahun 2008 yaitu menjadi 10628, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2009 jauh lebih besar daripada tahun 2008 yaitu sebesar 1,95%.
capital & financial account-nya meningkat cukup signifikan daripada tahun 2008 yaitu menjadi 4852, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP.
total (1+2) pun mengalami kenaikan yang cukup signifikan pula hingga menjadi 15481, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik (peningkatan yang cukup signifikan mungkin hal ini menandakan keberhasilan kebijakan moneter pemerintah khususnya Menteri Keuangan dalam menstabilkan perekonomian Indonesia terlepas dari dampak krisis global yang melanda pada tahun 2008.
net errors & omissions (3+4) dimana menciptakan selisih yang minus sebesar -2975, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -2975 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) pun jadi meningkat hingga sebesar 12506, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 15481+(-2975) nilainya masih tetap positif tidak minus.
reserves & related items cukup signifikan hingga sebesar -12506, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.
Tahun 2010:
current account-nya sebesar 5144, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2010 lebih kecil daripada tahun 2009 yaitu sebesar 0,72%.
capital & financial account-nya meningkat daripada tahun 2009 yaitu menjadi 26620, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP. Peningkatan capital & financial account mungkin terkait meningkatnya kepercayaan investor asing terhadap keberhasilan Indonesia memulihkan dampak krisis global diman justru mampu menciptakan perekonomian yang surplus. Adapun semenjak terjadi krisis global, investor asing Amerika dan Eropa menganggap kawasan Asia sebagai lahan produktif berinvestasi karena ekonominya yang semakin menguat ditengah terjangan krisis global, adapun hal ini juga terkait meningkatnya pembelian saham dann obligasi oleh asing di tahun 2010.
total (1+2) pun mengalami kenaikan yang sangat signifikan pula hingga menjadi 31765, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.
net errors & omissions sebesar -1480, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -1368 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) pun jadi meningkat sangat signifikan hingga sebesar 30285, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 31765+(-1368) nilainya masih tetap positif tidak minus.
reserves & related items cukup signifikan hingga sebesar -30285, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.
Tahun 2011:
current account-nya sebesar 2070, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2011 lebih kecil daripada tahun 2010 yaitu sebesar 0,24%.
capital & financial account-nya sebesar 14018, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).
total (1+2) pun sebesar 16088 meskipun menurun daripada tahun 2010, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.
net errors & omissions sebesar -4232, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -4232 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).
overall balance (3+4) sebesar 11856, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 16088+(-4232) nilainya masih tetap positif tidak minus.
reserves & related items sebesar -11856, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.
Top Related