ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX
(CRI)
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang
Pendidikan Matematika
Oleh:
Nama Mahasiswa : Vivi Wahyuni
NIM : 1684202107
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL
Nama Mahasiswa : Vivi Wahyuni
Nomor Pokok Mahasiswa : 1684202107
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran
Matematika Materi Pokok Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel Menggunakan Certainty Of Response
Index (CRI)
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Seminar Proposal.
Tangerang, 08-04-2020.
Tim Pembimbing: Tanda Tangan:
Pembimbing I
Ahmad Fadillah, M.Pd …………………………
NBM. 117 7207
Pembimbing II
Dr. Asep Suhendar, M.Pd …………………………
NBM. 103 7257
Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
Dr. Haerul Saleh, M.Si
NBM. 113 9236
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang
telah memberi ilmu, inspirasi, dan keteguhan hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah
bagi junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta
segenap sahabat dan keluarganya yang telah menunjukkan jalan terang kepada
kita semua.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya proposal skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tangerang.
2. Dr. Enawar, S.Pd., MM., MOS., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
3. Dr. Haerul Saleh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
4. Ahmad Fadillah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya kepada penulis dengan penuh kesabaran serta
memberikan motivasi dan inspirasinya dalam penulisan skripsi ini.
5. Dr. Asep Suhendar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta kemudahan dalam penulisan skripsi
ini.
iv
6. Ibu, Ayah, Adik, serta kerabat yang selalu memberikan do’a, motivasi, dan
dukungan moral maupun material yang tak ternilai.
7. Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Tangerang yang telah
memberikan izin untuk melakukan observasi di SMP Negeri 13 Tangerang,
serta Pak Aida selaku guru mata pelajaran matematika yang telah memberi
masukan pada penelitian yang penulis lakukan.
8. Keluarga besar Matematika A2 (2016) yang selalu sabar mengingatkan,
membantu saat perkuliahan, memberi dukungan, saran dan do’a tanpa henti.
9. Kepada teman-teman terbaik saya Ghina Moralita, Dhea Putri Cahya Kirana,
Retno Julyana, Arum, Kikiw, yang selalu memberikan masukan yang
membantu, memberi dukungan dan do’a.
10. Semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang tak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini
sangan penulis harapkan. Penulis harap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulisan pada khususnya bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umunya.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ............................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I .......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 5
C. Perumusan Masalah ....................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB II ......................................................................................................... 9
LANDASAN TEORI .................................................................................. 9
A. Landasan Teori .......................................................................... 9
B. Penelitian Yang Relevan .......................................................... 24
BAB III ..................................................................................................... 28
METODE PENELITIAN .......................................................................... 28
vi
A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian ............................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 30
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian .......................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 32
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 34
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 35
G. Keabsahan Data ..................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penyebab Miskonsepsi Siswa ........................................................... 16
Tabel 2. 2 Skala CRI dan Kriterianya ................................................................ 22
Tabel 2. 3 Ketentuan CRI untuk Membedakan Tahu Konsep, Miskonsepsi, dan
Tidak Paham Konsep untuk Responden secara Individu ...................................... 24
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian .............................................................................. 30
Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 34
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Soal Miskonsepsi ............................................................ 43
Lampiran 2 Kartu Soal Miskonsepsi .................................................................. 47
Lampiran 3 Instrumen Penilaian Soal Miskonsepsi ........................................... 57
Lampiran 4 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran ....................................... 59
Lampiran 5 Lembar Jawaban dan Kriteria Tingkat Keyakinan (CRI) ............... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting dan menjadi hak bagi
setiap warga disuatu negara, oleh sebab itu pendidikan diterapkan sedini
mungkin. Pendidikan menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan taraf hidup di masyarakat, pendidikan juga menjadi bekal
bagi manusia untuk melakukan perubahan disetiap jenjang dalam
kehidupan. Peran pendidikan menjadi sangat penting bagi suatu negara
karena negara yang maju bisa dilihat dari kualitas pendidikannya, oleh
sebab itu guna meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Indonesia
sangat gencar melakukan perbaikan dan perubahan pada sistem tatanan
pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu
penyempurnaan pada kurikulum pendidikan disetiap jenjang dan
meningkatkan kualitas pengajar, pemerintah juga berupaya untuk
meningkatkan sarana dan prasaranan pendidikan agar dapat menyangkup
semua element masyarakat. Salah satu pembelajaran yang dianggap
penting dan tidak bisa dihilangkan dalam tatanan pendidikan yaitu
pendidikan matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada
disetiap jenjang pendidikan, oleh karenan itu matematika merupakan ilmu
penting yang tidak bisa dihilangkan dalam dunia pendidikan. Matematika
2
juga merupakan ilmu pasti yang mendasari dalam beberapa hal, hampir
setiap hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melibatkan
perhitungan matematika. Oleh sebab itu, matematika perlu dipelajari sedini
mungkin agar peserta didik lebih terbiasa dan paham dengan perhitungan
matematika. Namun sampai saat ini matematika masih menjadi salah satu
mata pelajaran yang tidak disukai oleh peserta didik, banyak peserta didik
yang mengeluh kesulitan dan merasa bosan dengan pelajaran matematika.
Salah satu faktornya yaitu dalam proses pembelajaran, pendidik cenderung
memberikan rumus-rumus yang harus dihafal oleh peserta didik yang
menyebabkan peserta didik bosan dan kemungkinan terburuknya tidak
paham atas materi tersebut. Penghafalan rumus ini menyebabkan peserta
didik tidak mengetahui konsep dasar dari materi yang diajarkan, mereka
hanya menghafal tanpa tahu konsep dari materi tersebut. Jadi, pemahaman
konsep dasar dari suatu materi sangatlah penting.
Pemahaman konsep matematika antara materi satu dengan materi
yang lain saling berkaitan, sehingga untuk mempelajarinya haruslah
berurutan dan sistematis. Misalnya untuk memahami konsep pada materi
sistem persamaan linear, peserta didik haruslah terlebih dahulu memahami
konsep dari materi aljabar. Bila pada materi aljabar peserta didik tidak
memahaminya dengan baik, maka akan menyulitkan peserta didik dalam
memahami konsep pada materi sistem persamaan linear. Pada dasarnya
sebelum peserta didik melakukan pembelajaran di dalam kelas, dalam
pemikiran mereka sudah ada suatu konsep mengenai materi yang akan
3
mereka pelajari di kelas yang berasal dari konsep materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Inilah yang dikatakan miskonsepsi atau kesalahan
konsep, di mana konsep awal yang dimiliki oleh peserta didik tidak sesuai
dengan konsep atau pengertian ilmiah yang diterapkan oleh para ahli. Oleh
sebab itu, pendidik diharapkan tidak keliru dalam menyampaikan dan
menanamkan konsep-konsep matematika pada setiap materinya, jika sekali
saja konsep tersebut keliru diterima oleh peserta didik, maka akan sulit
untuk mengubahnya dan berdampak pada pemaham konsep pada materi
selanjutnya. Namun pada kenyataannya, banyak peserta didik yang
mengalami miskonsepsi bahkan tidak sedikit juga dari mereka yang tidak
tahu konsep. Peserta didik terkadang enggan untuk menanyakan ketidak
fahaman mereka akan suatu konsep pada materi yang telah dijelaskan oleh
pendidik, akibatnya peserta didik hanya mengikuti alur pembelajaran di
kelas tanpa faham dan mengerti tentang materi tersebut.
Miskonsepsi merupakan suatu keadaan dimana konsep awal yang
dimiliki peserta didik tidaklah sesuai atau selaras dengan apa yang telah
para ahli tetapkan. Miskonsepsi juga dapat terjadi jika peserta didik salah
menangkap atau menafsirkan sebuah konsep yang telah diberikan, hal
tersebut berdampak peserta didik menjadi keliru atau bahkan salah dalam
menyelesaikan soal yang diberikan. Hal tersebut perlu penanganan yang
tepat agar miskonsepsi dapat terselesaikan. Sebelum melakukan
penanganan kepada peserta didik, pendidik haruslah terlebih dahulu
mengidentifikasi miskonsepsi yang dilakukan peserta didik, karena beda
4
miskonsepsinya beda pula penanggulangannya. Bila ada kesalahan pada
saat pengidentifikasian miskonsepsi maka akan menyebabkan kesalahan
juga pada penanggulangannya. Peserta didik yang tidak tahu konsep akan
beda penanggulangannya dengan peserta didik yang mengalami
miskonsepsi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami
oleh peserta didik.
Pada era saat ini banyak para ahli yang telah mengembangkan suatu
metode untuk mempermudah dalam mengidentifikasi miskonsepsi peserta
didik, salah satunya yaitu oleh Saleem Hasan, dkk (1999) yang telah
mengembangkan suatu metode identifikasi miskonsepsi yang dikenal
dengan metode Certainty Of Response Index (CRI). Menurut Fadillah
(2016) Certainty Of Response Index (CRI) merupakan suatu metode berupa
angket tingkat keyakinan dan kepastian untuk membedakan peserta didik
yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Cara kerja metode ini
yaitu dengan mengukur tingkat keyakinan dan kepastian peserta didik
dalam menjawab setiap butir soal yang diberikan. Tingkat keyakinan atau
kepastian peserta didik tertuang dalam skala CRI yang diberikan peserta
didik bersamaan dengan jawaban pada setiap butir soal.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP
Negeri 13 Tangerang kepada salah satu guru mata pelajaran matematika
kelas VIII, pelajaran matematika dianggap pelajaran yang paling sulit bagi
peserta didik. Kebanyakan dari mereka cenderung kesulitan dalam
5
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh pendidik. Salah satu
penyebabnya yaitu kebiasaan peserta didik dalam menghafal rumus,
mereka cenderung tidak memahami konsep dan menerapkannya dalam soal
yang telah diberikan. Salah satu materi yang diduga masih sulit untuk
dipahami oleh peserta didik yaitu materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV). Peserta didik kesulitan dalam mengubah informasi
yang ada di soal menjadi model matematika yang diperlukan, peserta didik
juga kesulitan saat menggambar grafik persamaan linear dua variabel.
Peserta didik kesuliatan saat menentukan titik-titik sudut untuk membentuk
suatu garis yang saling berpotongan. Sehingga untuk menerapkan konsep
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) peserta didik haruslah
menguasai konsep dasar terlebih dahulu yaitu aljabar.
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti merasa perlu melakukan
kajian lebih lanjut tentang miskonsepsi yang dialami oleh siswa serta
faktor penyebab siswa mengalami miskonsepsi di SMP Negeri 13
Tangerang pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).
B. Fokus Penelitian
1. Penelitian ini difokuskan pada miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa
pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan
Certainty Of Response Index (CRI).
2. Subyek penelitian dibatasi, hanya pada siswa kelas VIII SMPN 13
Tangerang.
6
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kategori miskonsepsi apa saja yang dilakukan oleh siswa pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI)?
2. Kategori miskonsepsi apa saja yang paling dominan pada siswa dengan
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty
Of Response Index (CRI)?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa melakukan
miskonsepsi pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mengetahui kategori
miskonsepsi yang paling dominan dan mengetahui faktor-faktor
penyebab miskonsepsi siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui serta menganalisis miskonsepsi siswa pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI).
7
b. Mengetahui presentase miskonsepsi siswa pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI).
c. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa melakukan
miskonsepsi pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memberikan pengetahuan tambahan tentang ilmu pendidikan
matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal-soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan
sumbangan pemikiran dan bahan untuk kajian bagi penelitian dimasa
yang akan datang.
b. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini bermaanfaat sacara teknis
dalam mengajar peserta didik dan penerapan konsep disetiap
materinya khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.
8
c. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan mutu
hasil belajar matematika khususnya pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Miskonsepsi
a. Definisi Miskonsepsi
Menurut Fowler (1987) memandang ”Miskonsepsi sebagai
pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep
yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkhis konsep-
konsep yang tidak benar” (Suparno, 2013, h. 5). Berdasarkan
definisi tersebut miskonsepsi merupakan pemahaman akan suatu
konsep yang tidak akurat, penggunaan konsep yang salah dan
perbedaan penafsiran konsep.
Menurut Suparno (2013) berpendapat bahwa “Miskonsepsi
adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui
oleh para ahli” (h. 8). Berdasarkan definisi tersebut miskonsepsi
merupakan konsep yang diyakini benar oleh peserta didik tetapi
tidak sesuai dengan apa yang telah diakui oleh para ahli.
David Hammer (1996) mendefinisikan miskonsepsi sebagai
”strongly held cognitive structures that are different from the
accepted understanding in a field and that are presumed to
interfere with the acquisition of new knowledge” yang berarti
10
bahwa miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu konsepsi atau
struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil di benak
siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang
dikemukakan para ahli, yang dapat menyesatkan para siswa dalam
memahami fenomena alamiah dan melakukan eksplanasi ilmiah
(Muna, 2015, h. 312-313). Berdasarkan definisi tersebut
miskonsepsi merupakan suatu konsepsi yang menyimpang dari
konsepsi yang telah dikemukakan para ahli yang melekat kuat dan
stabil di benak siswa, dimana konsepsi tersebut dapat menghambat
siswa dalam memahami fenomena alamiah yang ada.
Berdasarkan definisi para ahli yang telah dijabarkan di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi adalah
pemahaman akan suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep
yang sebenarnya.
b. Jenis-jenis Miskonsepsi
Menurut L.S. Cox mengemukakan miskonsepsi ditinjau dari
sifatnya dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu:
1. Miskonsepsi yang sistematis (systematic error), yaitu
kesalahan yang terjadi jika siswa membuat kesalahan dengan
pola yang sama pada sekurang-kurangnya tiga soal dari lima
soal yang diberikan.
2. Miskonsepsi yang random (random error) adalah kessalahan
yang terjadi jika siswa membuat kesalahan dengan pola yang
11
berbeda pada sekurang-kurangnya tiga soal dari lima soal yang
diberikan.
3. Miskonsepsi yang diakibatkan dari kecerobohan dalam
kesalahan yang terjadi jika siswa hanya membuat dua
kesalahan dari lima soal yang diberikan.
4. Miskonsepsi yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu
tipe diatas, misalnya lembar data yang tidak lengkap
(Setiawan, 2015, h. 9).
Menurut Moh. Amien mendefinisikan beberapa jenis
miskonsepsi siswa, yaitu:
1. Miskonsepsi klasifikasional, yaitu merupakan bentuk
miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan klasifikasi fakta-
fakta ke dalam bagan-bagan yang terorganisir.
2. Miskonsepsi korelasional, yaitu merupakan bentuk
miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan mengenai
kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan, atau
observasi-observasi yang terdiri atas dugaan-dugaan terutama
berbentuk formulasi prinsip-prinsip umum.
3. Miskonsepsi teoritikal, yaitu merupakan bentuk miskonsepsi
yang didasarkan atas kesalahan dalam mempelajari fakta-fakta
atau kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir
(Cahyani, 2018, h. 14).
12
Menurut Sriati miskonsepsi yang berasal dari siswa dalam
mengerjakan soal matematika secara khusus adalah:
1. Miskonsepsi terjemahan, adalah kesalahan mengubah
informasi ke dalam ungkapan matematika atau kesalahan
dalam memberi makna suatu ungkapan matematika.
2. Miskonsepsi tanda, adalah kesalahan dalam memberikan atau
menulis tanda, operasi, atau notasi.
3. Miskonsepsi hitung, adalah kesalahan menghitung dalam
operasi matematika seperti operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
4. Miskonsepsi sistematik, adalah kesalahan yang berkenaan
dengan urutan pengerjaan atau ketidaksesuaian jawaban
dengan penyelesaian.
5. Miskonsepsi konsep, adalah kesalahan memahami gagasan
abstrak.
6. Miskonsepsi strategi, adalah kesalahan yang terjadi jika siswa
memilih jalan yang tidak tepat yang mengarahkan kejalan
buntu (Hutami, 2018, h. 6-7).
Berdasarkan jenis-jenis miskonsepsi para ahli di atas,
peneliti menyimpulkan pada penelitian menggunakan jenis-jenis
miskonsepsi menurut Sriati, yaitu miskonsepsi terjemahan,
miskonsepsi tanda, miskonsepsi hitung, miskonsepsi statistic,
miskonsepsi konsep, miskonsepsi strategi.
13
c. Indikator Miskonsepsi
Suparno (2013) menyatakan indikator miskonsepsi adalah:
a. Konsep awal yang salah.
b. Kesalahan konsep.
c. Hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep.
d. Gagasan instuitif atau pandangan naif (yang tidak
berpengalaman) (Paryanti, 2018, h. 8-9).
Fowler (1987) menyatakan indikator miskonsepsi adalah:
a. Pengertian yang tidak akurat tentang konsep.
b. Penggunaan konsep yang salah.
c. Klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan
konsep.
d. Pemaknaan konsep yang berbeda.
e. Kekacauan konsep-konsep yang berbeda.
f. Hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar (Paryanti,
2018, h. 8-9).
Menurut Paryanti (2018) pada penelitiannya membatasi
penelitian tentang miskonsepsi pada konsep awal yang salah.
Adapun indikator konsep awal yang salah yaitu:
1. Siswa mampu membedakan konsep mana yang akan
digunakan dalam penyelesaian soal
14
2. Siswa mampu menggunakan konsep yang telah diketahuinya
untuk menyelesaikan soal (penggunaan rumus, proses
perhitungan) (h. 9).
Menurut Ramadhan (2017) menyatakan indikator
miskonsepsi sebagai berikut:
1. Miskonsepsi terjemahan
a. Siswa tidak mampu memahami atau mengalami kesalahan
dalam membaca permasalahan.
b. Siswa tidak menuliskan, kurang lengkap atau salah dalam
menuliskan apa yang diketahui dan ditanya.
c. Siswa tidak mampu mengubah permasalahan kedalam
model matematika.
2. Miskonsepsi tanda
a. Siswa tidak mampu mengkorelasikan simbol yang sesuai
dengan penyelesaian permasalahan.
b. Siswa tidak mampu menegaskan arti dari lambang-
lambang matematika.
c. Siswa tidak mampu mendeteksi tanda operasi yang
diperlukan.
3. Miskonsepsi hitung
a. Siswa melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan
atau komputasi.
15
b. Siswa tidak mampu menerjemahkan data untuk
disubsitusikan ke variabel.
4. Miskonsepsi sistematis
a. Siswa tidak mampu memutuskan permasalahan dengan
alasan yang logis.
b. Siswa tidak mampu mempertimbangkan atau mengalami
kesalahan dalam menuliskan langkah-langkah yang sesuai
dalam menyelesaikan permasalahan.
5. Miskonsepsi konsep
a. Siswa tidak mampu menghubungkan konsep materi yang
seharusnya digunakan.
b. Siswa tidak mampu menghubungkan dengan konsep lain.
6. Miskonsepsi strategi
a. Siswa tidak mampu menentukan rumus yang harus
digunakan dengan benar.
b. Siswa menggunakan rumus atau prinsip yang tidak tepat
atau salah rumus (Hutami, (2018), h, 7-8).
Berdasarkan indikator miskonsepsi menurut para ahli di
atas, peneliti menyimpulkan pada penelitian ini menggunakan jenis
indikator miskonsepsi menurut Ramadhan.
d. Faktor-Faktor Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi yang dialami peserta didik dapat disebabkan
oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
16
Suparno (2013) telah menyatakan faktor-faktor penyebab
miskonsepsi yang dialami peserta didik adalah:
Tabel 2. 1
Penyebab Miskonsepsi Siswa
SEBAB UTAMA SEBAB KHUSUS
Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran
humanistik, reasoning yang tidak lengkap,
intuisi yang salah, tahap perkembangan
kognitif siswa, kemampuan siswa, minat
belajar siswa.
Pengajar/Guru Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari
bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-
siswa tidak baik.
Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam
rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi
bagi siswa, siswa tidak tahu membaca buku
teks, buku fiksi sains kadang-kadang
konsepnya menyimpang demi menarik
pembaca, kartun sering membuat
miskonsepsi.
Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari
berbeda, teman diskusi yang salah,
keyakinan dan agama, penjelasan orang
tua/orang lain yang keliru, konteks hidup
siswa (tv, radio, film yang keliru, perasaan
senang tidak senang, bebas atau tertekan)
Cara Mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis,
langsung ke dalam bentuk matematika,
17
tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa,
tidak mengoreksi PR yang salah, model
analogi yang dipakai kurang tepat, model
demonstrasi yang sempit.
(Suparno, 2013, h. 53)
Berdasarkan faktor-faktor penyebab miskonsepsi para ahli
di atas, peneliti menyimpulkan penyebab miskonsepsi pada peserta
didik yaitu: siswa (diri siswa ), pendidik (guru), buku teks, dan cara
mengajar.
2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
a. Sistem persamaan linear dua variabel
Menurut Tampomas (2007) Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) terdiri dari dua persamaan dan dua variabel
dengan kata lain SPLDV tediri dari dua pesamaan linear dua
variabel. Bentuk umum dari sistem persamaan linear dua variabel:
ax + by = c
ox + py = q
di mana a, b, o, p disebut koefisien, dan c, q disebut konstanta,
dengan a, b, o, p ≠ 0 .
b. Penyelesaian Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)
Untuk menyelesaikan persoalan SPLDV terdapat empat metode
penyelesaian yaitu:
1. Metode Eliminasi
18
Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode eliminasi
dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabel dari
sistem persamaan linear dua variabel” (h. 99).
Menurut Cunayah, Zaelani, dan Sembiring (2010),
“Eliminasi artinya menghilangkan salah satu variabel” (h.
165).
Berdasarkan definisi para ahli di atas, metode eliminasi
yaitu menghilangkan salah satu variabel yang ada pada
persamaan, dengan cara menyamakan terlebih dahulu koefisien
pada variabel yang akan dihilangkan. Jika koefesien pada
variabel yang ingin dihilangkan tidak sama, maka harus
mengalikannya dengan bilang lain, setelah koefisien pada
variabel yang ingin dihilangkan sudah sama maka dapat
menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan untuk
melakukan penghilangan pada variabel yang ingin dihilangkan.
2. Metode Substitusi
Menurut Cunayah, Zaelani, dan Sembiring (2010),
“Substitusi artinya memasukkan atau menggantikan pada
tempatnya” (h. 162).
Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode substitusi
dilakukan dengan cara menggantikan variabel dari persamaan
pertama dengan variabel dari persamaan kedua atau
sebaliknya” (h. 99)
19
Berdasarkan definisi para ahli di atas, metode substitusi
yaitu mengganti atau memasukan nilai dari variabel yang
diketahui atau variabel yang telah ditemukan nilainya, dengan
cara memasukan nilai dari variabel yang diketahui kedalam
varaibel yang ada pada suatu persamaan sehingga variabel lain
yang belum diketahui nilainya dapat ditemukan.
3. Metode Campuran
Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode campuran
merupakan gabungan dari metode eliminasi dan substitusi” (h.
99). Berdasarkan definisi tersebut, metode campuran yaitu
metode yang menggunakan campuran antara metode eliminasi
dan metode substitusi, dengan cara menggunakan metode
eliminasi terlebih dahulu untuk menemukan salah satu variabel
yang ditanyakan kemudian variabel lainnya dicari
menggunakan metode substitusi.
4. Metode Grafik
Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode grafik
dilakukan dengan cara menggambarkan persamaan-persamaan
pada koordinat cartesius” (h. 99). Berdasarkan definisi
tersebut, metode grafik yaitu metode penyelesaian dengan
menggambar grafik dengan mencari perpotongan dari dua
garis lurus dari setiap persamaan yang diberikan soal, dengan
20
cara menentukan terlebih dahulu titik koordinat untuk
menggambar dua garis yang berpotongan.
3. Certainty Of Response Index (CRI)
Untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada peserta didik,
Hasan, dkk (1999) telah mengembangkan suatu metode yang umum
dikenal dengan nama Certainty Of Response Index (CRI).
Menurut Setyaningrum, Fakhruddin, dan Sari (2018)
berpendapat bahwa “Certainty Of Response Index (CRI) adalah salah
satu cara untuk membedakan antara siswa yang paham konsep
miskonsepsi, dan tidak memahami konsep” (h. 210-211). Berdasarkan
definisi tersebut CRI merupakan cara untuk membedakan peserta
didik yang mengalami miskonsepsi, paham konsep, dan tidak paham
konsep.
Menurut Ramadhan, Sunardi, dan Kurniati (2017) mengatakan
bahwa “Certainty Of Response Index (CRI) merupakan suatu teknik
untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur
tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan” (h. 147). Berdasarkan definisi tersebut
CRI merupakan suatu teknik yang diterapkan kepada seseorang untuk
mengidentifikasi miskonsepsi dengan cara mengukur tingkat
keyakinan atau kepastian dalam menjawab soal yang telah diberikan.
Menurut Suastika, Jhoni H, dan Utami (2015) mengatakan
“CRI adalah ukuran tingkat keyakinan atau kepastian responden
21
dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diselesaikan” (h. 216).
Berdasarkan definisi tersebut CRI merupakan suatu ukuran tingkat
keyakinan atau kepastian siswa dalam menjawab soal yang telah
diberikan.
Berdasarkan definisi para ahli yang telah dijabarkan di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Certainty Of Response Index
(CRI) adalah suatu ukuran tingkat keyakinan atau kepastian peserta
didik untuk membedakan antara peserta didik yang mengalami
miskonsepsi, paham konsep, dan tidak paham konsep dalam
menjawab soal-soal yang telah diberikan.
Menurut Hasan, Bagayoko, & Kelley (1999) Certainty Of
Response Index (CRI) pada umumnya digunakan pada ilmu-ilmu
sosial terutama dalam survei, di mana responden diminta untuk
memberikan tingkat kepastian dalam kemampuannya sendiri untuk
memilih dan memanfaatkan pengetahuan, konsep yang sudah mapan.
atau hukum yang tertuang dalam jawaban untuk setiap soal yang
diberikan. Certainty Of Response Index (CRI) biasa diberikan
bersamaan dengan setiap jawaban soal, jadi setiap peserta didik
menjawab soal mereka juga mengisi option skala tingkat keyakinan
yang telah diberikan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat
keyakinan atau kepastian peserta didik disetiap butir soal yang mereka
kerjakan.
22
Tingkat keyakinan atau kepastian peserta didik tertuang dalam
skala CRI yang diberikan. Menurut Muna (2015), jika skala CRI yang
diberikan tinggi dan jawaban tersebut benar maka menunjukkan
responden memahami konsep, dan jika skala CRI yang diberikan
tinggi dan jawaban tersebut salah maka menunjukkan terjadinya
miskonsepsi. Ulfah & Fitriyani (2016) juga berpendapat, jika
responden menjawab benar dengan skala CRI yang rendah maka
menandakan responden tersebut tidak tahu konsep, dan jika responden
menjawab benar dengan skala CRI yang tinggi menjunjukkan
responden tersebut memiliki penguasaan konsep yang tinggi (paham
konsep). CRI biasanya berdasarkan suatu skala yang tetap, dalam
penelitian ini skala yang digunakan yaitu skala enam (0-5) yang
dikemukakan oleh Hasan, Bagayoko, dan Kelley (1999) sebagai
berikut:
Tabel 2. 2
Skala CRI dan kriterianya
SKALA KATEGORI KETERANGAN
0 Totally guesses answer
(Menebak)
Jika menjawab soal 100%
ditebak
1 Almost guess
(Agak Menebak)
Jika dalam menjawab soal jika
menjawab soal presentase unsur
tebakan antara 75%-99%
2 Not Sure
(Tidak Yakin Benar)
Jika menjawab soal presentase
unsur tebakan antara 50%-74%
23
3 Sure
(Benar)
Jika dalam menjawab soal,
presentase unsur tebakan antara
25%-49%
4 Almost certain
(Hampir Pasti Benar)
Jika menjawab soal presentase
unsur tebakan antara 1%-24%
5 Certain
(Pasti Benar)
Jika menjawab soal tidak ada
unsur tebakan sama sekali (0%)
(Fadillah, 2016, h. 250)
Peserta didik yang mengalami miskonsepsi atau tidak tahu
konsep dapat dibedakan dengan cara membandingkan benar tidaknya
antara jawaban dari soal dengan tinggi rendahnya skala CRI yang
diberikan untuk soal tersebut. Menurut Sari & Masriyah (2017),
“Skala (0-5) di atas pada dasarnya digunakan untuk memberikan nilai
dari jawaban peserta didik mengenai sejauh mana tingkat keyakinan
yang dimiliki peserta didik dalam menjawab soal-soal yang telah
diberikan (h. 78-79). Menurut Nurfiani, Sunardi, dan Trapsilasiwi
(2018) jika peserta didik mengisi skala CRI 0 – 2 maka skala CRI
tersebut rendah dan menunjukan peserta didik memiliki tingkat
kepastian atau keyakinan yang rendah, sedangkan jika peserta didik
mengisi skala CRI 3 – 5 maka skala CRI tersebut tinggi dan
menunjukan peserta didik memiliki tingkat kepastian atau keyakinan
yang tinggi. Seperti yang dikatakan Setyaningrum, dkk (2018),
“Ketika siswa diminta untuk memberikan CRI bersamaan dengan
setiap jawaban suatu pertanyaan (soal), sebenarnya dia diminta untuk
24
memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri akan kepastian
jawaban yang dikerjakan” (h. 211).
Menurut Fadillah (2016), “Hasil jawaban peserta didik serta
isian tingkat kepastian pada skala CRI yang telah diberikan dapat
digunakan untuk menggolongkan pemahaman konsep pada peserta
didik” (h. 250). Berdasarkan uraian diatas, pemahaman konsep siswa
dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: paham konsep, tidak
paham konsep, dan miskonsepsi, dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. 3
Ketentuan CRI untuk Membedakan Tahu Konsep, Miskonsepsi, dan
Tidak Paham Konsep untuk Responden secara Individu
KRITERIA
JAWABAN CRI RENDAH (< 2,5) CRI TINGGI (> 2,5)
Jawaban
Benar
Jawaban benar tetapi CRI
rendah berari tidak paham
konsep (lucky guess).
Jawaban benar dan CRI
tinggi berarti menguasai
konsep dengan baik.
Jawaban
Salah
Jawaban salah dan CRI
rendah berarti tidak paham
konsep (a lack of
knowledge).
Jawaban salah tetapi CRI
tinggi berarti terjadi
miskonsepsi.
(Hasan, Bagayoko, & Kelley, 1999, h. 296)
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian ini dilakukan oleh Fadillah, S. (2016) berjudul Analisis
Kesalahan Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Perbandingan Dengan
Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jenis penelitian ini
25
adalah deskriptif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP
Abdi Agape Pontianak yang berjumlah 37 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran dan wawancara.
Instrument tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda yang
berjumlah empat soal. Teknik analisis data yang digunakan
berdasarkan pada jawaban siswa dalam tes yang disertakan skala CRI.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) 12,83% siswa paham konsep,
77,70% siswa tidak paham konsep, dan 9,46% siswa mengalami
miskonsepsi dalam materi perbandingan, (2) miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dalam materi perbandingan antara lain pada konversi
satuan, operasi pembagian, pecahan senilai, konsep perbandingan
senilai dan berbalik nilai.
2. Penelitian ini dilakukan oleh Setyaningrum, N. I. (2018) berjudul
Analisis Miskonsepsi Matematis Siswa Dengan Menggunakan Metode
Certainty Of Response Index Pada Materi Kubus Dan Balok.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E
SMP Negeri 1 Telagasari yang berjumlah 37 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan
wawancara. Alat pengumpuan data yang digunakan yaitu instrument
tes penelitian berupa soal uraian berjumlah 6 soal yang disertai dengan
skala CRI. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) letak miskonsepsi
yang dialami siswa meliputi: miskonsepsi dalam memahami soal,
26
miskonsepsi dalam penyelesaian, miskonsepsi dalam melaksanakan
rencana penyelesaian, miskonsepsi dalam menuliskan jawaban akhir,
(2) faktor penyebab miskonsepsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Telagasari pada materi kubus dan balok meliputi: siswa tidak terbiasa
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, kekacauan konsep
penggunaan rumus karena kurangnya latihan soal, siswa tidak
mengetahui apakah langkah yang dipilih dalam menyelesaikan soal
sudah benar atau salah, siswa tergesa-gesa dalam menyelesaikan soal,
dan kebiasaan siswa menyelesaikan soal tanpa menuliskan kesimpulan
jawaban akhir.
3. Penelitian ini dilakukan oleh Paryanti (2018) berjudul Analisis
Miskonsepsi Siswa SMP Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika
Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran. Jenis penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VIII yang dikelompokkan berdasarkan hasil tes kemampuan awal
dimana diambil siswa yang mempunyai nilai rendah. Instrumen
penelitian terdiri dari instrumen tes kemampuan awal, tes materi garis
singgung lingkaran, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian
menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa
kelas VIII yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang konsep
phytagoras dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran,
kurangnya kemampuan para siswa dalam mengolah dan menggunakan
operasi bilangan khususnya yang berbentuk akar dan kuadrat, dan
27
konsep awal yang salah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa
dengan kemampuan awal rendah memiliki tingkat pemahaman
terhadap materi sebesar 53,33%, memiliki tingkat ketidakpahaman
terhadap materi sebesar 13,33% , dan memiliki tingkar miskonsepsi
terhadap materi sebesar 33,33%.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini merupakan
pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif ini memiliki dasar
deskriptif guna memahami fenomena dengan lebih mendalam serta
berawal dari data lapangan dan menggunakan teori yang sudah ada sebagai
pendukungnya.
Menurut Steven Dukeshier & Jennifer Thurlow (2002), “Penelitian
kualitatif berkenaan dengan data yang bukan angka, mengumpulkan dan
menganalisis data yang bersifat naratif” (Sugiyono, 2018, h. 3). Bogdan
dan Biklen (2006) menyebutkan “Penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga
tidak menekankan pada angka. Data yang terkumpul setelah dianalisis
selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang lain”
(Sugiyono, 2018, h. 7).
Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu metode
kualitatif deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis
dan mengumpulkan informasi secara mendalam mengenai subjek
penelitian dengan mendeskripsikan miskonsepsi yang dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
29
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama proses penelitian
berlangsung yaitu:
1. Tahap persiapan
Pada langkah awal atau pada tahapan persiapan, peneliti
melakukan observasi awal yaitu dengan melakukan wawancara
kepada salah satu guru bidang studi matematika di sekolah yang akan
di jadikan tempat penelitian untuk membuktikan kebenaran tentang
miskonsepsi atau kesalahan konsep yang dialami peserta didik dalam
menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, serta
menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahapan ini peneliti melakukan tes uji coba instrumen
soal kepada peserta didik yang sebelumnya telah diajarkan materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk mengukur validitas soal
guna mendapatkan butir soal yang baik dan kemudian diujikan kepada
peserta didik sebagai subjek penelitian, setelah itu peneliti melakukan
wawancara kepada subjek penelitian kemudian mengumpulkan data-
data yang diperlukan peneliti.
3. Tahap analisis data
Pada tahap ini data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti
dari hasil tes, wawancara, dan studi dokumen selanjutnya dianalisis
serta dideskripsikan hal-hal yang terjadi di lapangan tentang apa yang
menjadi penyebab peserta didik mengalami miskonsepsi dan peneliti
30
berusaha mencari solusi permasalahan dalam menyelesaikan soal
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
4. Penarikan kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan serta jawaban dari rumusan masalah yang ada berdasarkan
hasil dari analisis data dan temuan-temuan lainnya selama proses
penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Tangerang,
tapatnya di Jl. Perintis Kemerdekaan 1 No 3 Babakan, Kec.
Tangerang, Kota Tangerang Banten.
2. Waktu penelitian
Tabel 3. 1
Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN WAKTU
1. Pengajuan judul Mei 2019
2. Bimbingan proposal Desember 2019 – Maret
2020
3. Seminar proposal April 2020
4. Bimbingan dan revisi hasil seminar April 2020
5. Pembuatan instrument penelitian Mei 2020 – Juni 2020
6. Pengumpulan data Juli 2020
31
7. Pengolahan dan analisis data Juli 2020 – September 2020
8. Ujian skripsi Oktober 2020
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian
1. Sumber penelitian
Yang menjadi sumber dalam penelitian ini adalah hasil tes
yang diberikan kepada siswa kelas VIII sebanyak 38 siswa dan
wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa. Pengambilan
sumber data ini menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2016), “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu” (h. 300). Kriteria tertentu
yang dipilih yaitu peserta didik yang telah mendapatkan pembelajaran
mengenai Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Jenis data penelitian
Jenis data dalam penelitian kualitatif deskriptif dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Data primer
Data primer ialah data yang didapatkan dari hasil
wawancara dengan informan yang berkompeten sesuai fokus
penelitian, bisa dikatakan data yang didapat tersebut langsung dari
sumbernya. Data primer dalam penelitian ini didapat dari sumber
datanya langsung (informan) yaitu tenaga pengajar dan siswa di
32
SMP Negeri 13 Tangerang dalam bentuk hasil tes dan wawancara
secara langsung.
b. Data sekunder
Data sekunder ialah data yang didapat peneliti dari pihak
ketiga atau data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber
yang sudah ada sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini
didapat dari nilai hasil belajar siswa yang diperoleh peneliti dari
guru bidang study.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitan ini menggunakan tes
tulis, wawancara, dan dokumentasi. Data kualitatif diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, dan studi dokumen.
1. Tes tertulis
Tes tertulis yaitu untuk mengukur miskonsepsi peserta didik.
Soal tes tersebut sudah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya yang
merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliable. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2016) mengatakan
“Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel” (h. 173).
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002), “Wawancara merupakan pertemuan
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu” (Sugiyono,
33
2018, h. 144). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara
dengan semiterstruktur. Menurut Sugiyono, “Jenis wawancara ini
sudah termasuk ke dalam in-depth-interview, di mana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Metode ini digunakan untuk melengkapi data dan
memperkuat hasil tes tertulis yang diperoleh peneliti dengan cara
percakapan dan tanya jawab untuk memperoleh data tentang
permasalahan dengan dipilih subjek wawancara 3 peserta didik
dengan kriteria masing-masing yaitu 1 peserta didik yang mengalami
tidak tahu konsep, 1 peserta didik yang mengalami miskonsepsi, dan 1
peserta didik yang paham konsep. Pada saat wawancara peneliti
menggunakan alat bantu perekam untuk mempermudah dalam proses
wawancara.
3. Studi dokumen
Sugiyono (2018) mengatakan “Dokumen merupakan peristiwa
yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang” (h. 124). Dalam penelitian
ini studi dokumen yang digunakan berupa tulisan, gambar, dan
rekaman. Tulisan merupakan hasil jawaban peserta didik dari soal-
soal yang diberikan. Gambar yang diambil saat siswa mengerjakan
soal dan saat proses wawancara berlangsung. Sedangkan rekaman
merupakan rekaman yang didapat saat peneliti melakukan wawancara
kepada subjek.
34
E. Instrumen Penelitian
Instrusmen dalam penelitian ini yaitu soal tes, wawancara, dan
dokumentasi. Instrumen tes yang digunakan yaitu berupa soal essay yang
berjumlah 10 butir soal, disertai dengan form CRI yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada peserta didik. Metode tes dan
wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan,
sedangkan dokumentasi merupakan sumber data bantuan, kemudian data
yang telah diperoleh peneliti dari hasil tes dan wawancara dianalisis.
Tabel 3. 2
Instrumen Penelitian
NO INSTUMEN FOKUS
1. Tes 1. Menentukan selesaian sistem persamaan
linear dua variabel.
2. Membuat model matematika dari
masalah sehari-hari yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua
variabel.
3. Menyelesaikan masalah nyata yang
berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel.
2. Wawancara 1. Miskonsepsi terjemahan
2. Miskonsepsi tanda
3. Miskonsepsi hitung
35
4. Miskonsepsi sistematis
5. Miskonsepsi konsep
6. Miskonsepsi strategi
3. Dokumentasi 1. Foto-foto siswa saat pelaksanaan
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (1984) mengemukakan “Bahwa aktivitas
dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”
(Sugiyono, 2018, h. 133). Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif meliputi 3 kegiatan, yaitu:
1. Reduksi data (data reduction)
Sugiyono (2016) mengatakan “Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan plotnya, dan membuang yang tidak
perlu” (h. 338). Reduksi data dalam penelitian ini yaitu peneliti
mengumpulkan semua data hasil tes yang telah dikerjakan oleh
peserta didik baik yang berupa jawaban dari soal yang telah diberikan
maupun hasil dari skor yang tertera pada CRI, melihat tipe-tipe
kesalahan yang dilakukan peserta didik apakah peserta didik masuk ke
dalam kategori paham konsep, miskonsepsi, atau tidak paham konsep.
Setelah itu mengumpulkan data hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti.
36
2. Penyajian data (data display)
Sugiyono (2018) berpendapat “Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya” (h. 137). Setelah
melakukan reduksi data, tahapan selanjutnya yaitu penyajian data.
Penyajian data dilakukan agar data tersusun dengan baik sehingga
mudah dipahami. Dalam tahapan ini data yang berupa hasil jawaban
peserta didik dan hasil dari skor CRI yang peserta didik berikan
bersamaan dengan jawaban soal kemudian disusun dan di
klasifikasikan sesuai dengan kriteria ketentuan pada CRI.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification)
Setelah data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel,
selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan dari data tabel
tersebut. Menurut Sugiyono (2016), “Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada” (h. 345). Pada penelitian ini
kesimpulan yang diambil berupa deskripsi dengan cara
membandingkan hasil jawaban peserta didik dan hasil CRI dengan
hasil wawancara, setelah itu dapat ditarik kesimpulan mengenai letak
dan penyebab kesalahan peserta didik.
G. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan untuk meyakinkan bahwa deskripsi
data yang telah disajikan merupakan data yang absah dan memiliki derajat
37
kepercayaan serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Uji
keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi 4 aspek yaitu:
1. Objektivitas (confirmability)
Menurut Sugiyono (2018), “Pengujian konfirmability dalam
penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas, penelitian
dikatakan obyektivitas bila hasil penelitian telah disepakati banyak
orang” (h. 195). Objektivitas bermakna sebagai proses kerja yang
dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Adapun kriteria
objektivitas yaitu jika memenuhi syarat minimum, desain penelitian
dibuat secara baik dan benar, fokus penelitian tepat, kajian literature
yang relevan, teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus
permasalahan penelitian, analisis data dilakukan secara benar, dan
hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Kesahihan internal (creadibility)
Menurut Sugiyono (2018), “Validitas internal berkenaan
dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai”
(h. 181). Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti
kemampuan belajar peserta didik, maka data yang diperolehpun
seharusnya adalah data yang akurat tentang kemampuan belajar
peserta didik. Uji kreadibilitas atau kepercayaan terhadap data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Trianggulasi
38
Menurut Sugiyono (2016), “Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada” (h.
330). Peneliti menggunakan triagulasi teknik untuk mendapatkan
data penelitian. Menurut Sugiyono (2016) berpendapat
“Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama” (h. 330).
2) Meningkatkan ketekunan.
Menurut Sugiyono (2016) berpendapat “Meningkatkan ketekunan
berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan” (h. 370). Pada kegiatan ini, peneliti
melakukan pengecekan kembali pada data yang telah didapat
dengan cermat dan berkesinambungan
3. Kesahihan exsternal (transferability)
Sugiyono (2018) berpendapat “Validitas eksternal
menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi di mana sampel itu diambil” (h. 194).
Transferability berkenaan dengan hasil penelitian yang dapat
ditransfer oleh orang lain dan dapat diaplikasikan dalam situasi lain,
untuk mencapai kesahihan eksternal penulis meneliti dengan
sistematis, rinci, jelas, dan dapat dipertanggung jawabkan.
39
4. Keterandalan (depenability)
Sugiyono (2018) berpendapat “Dalam penelitian kualitatif, uji
dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian” (h. 194-195). Untuk menguji sudah
tercapainya keterandalan data dalam penelitian, maka data siap diaudit
kembali terhadap keseluruhan penelitian, dari mulai menentukan
fokus masalah, memasuki lapangan, pengambilan data, analisis data,
uji keabsahan sampai pada kesimpulan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, F. N. I. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa Materi Bangun Datar
Segiempat Dibedakan Dari Gaya Kognitif Siawa. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Cunayah, C., Zaelani, A., & Sembiring, S. (2010). Pelajaran Matematika
Bilingual. Bandung: Cvyramawidya.
Dewi, H. A. C. (2017). Rumus-Rumus Praktis Matematika SMP/MTS. Depok:
Infra Pustaka.
Fadillah, S. (2016). Analisis Miskonsepsi Siswa Smp Dalam Materi Perbandingan
Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jurnal
Pendidikan Informatika dan Sains, vol. 5.
Hasan, S., Bagayoko, D., & Kelley, E. L. (1999). Misconceptions and the
Certainty of Response Index (CRI). Journal of Physics Education.
Hutami, D. P. N. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Barisan Dan Deret Berdasarkan Certainty Of Response Index (CRI) Dari
Gaya Kognitif Reflektif Dan Impulsif. Jember: Universitas Jember.
Muna, I. A. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pgmi Pada Konsep
Hukum Newton Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).
Jurnal Cendikia, vol. 13.
Nurfiani, M., Sunardi., & Trapsilasiwi, D. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa
Berdasarkan Certainty Of Response Index (CRI) Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Ranah Kognitif Mengevaluasi. Jurnal Kadikma, vol. 9.
41
Paryanti, (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Smp Ditinjau Dari Kemampuan
Awal Matematika Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran.
Tangerang: UMT
Ramadhan, M., Sunardi, & Kurniati, D. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berstandar Pisa Dengan
Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jurnal Kadikma, vol.
8.
Sari, V. L. & Masriyah. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Dimensi Tiga Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) dan
Wawancara Diagnosis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matermatika, vol. 2.
Setiawan, M. I. (2015). Analisis Miskonsepsi Siswa Dan Penyebabnya Pada
Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sidoarjo. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Setyaningrum, N. I., Fakhruddin, D., & Sari, R. M. M. (2018). Analisis
Miskonsepsi Matematis Siswa dengan Menggunakan Metode Certainty
Of Response Index Pada Materi Kubus dan Balok. Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.
Suastika, Jhoni, T. H., & Utami, T. (2015). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa
Tentang Matriks Menggunakan Certainty Of Response Index. Prosiding
Seminar Nasional Fisika, vol IV.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
42
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suparno, P. (2013). Miskonsepsi & Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo.
Tampomas, H. (2007). Seribupena Matematika SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Ulfah, S. & Fitriyani, H. (2016). Certainty Of Response Index (Cri): Miskonsepsi
Siswa Smp Pada Materi Pecahan. Seminar Nasional Pendidikan, Sains
dan Teknologi.
43
Lampiran 1
KISI KISI SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMP Negeri 13 Tangerang Jumlah Soal : 10
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
Standar Kompetensi : Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar Materi
Pokok Indikator Umum Indikator Soal Bentuk Soal No Soal
4.5 Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
sistem persamaan
linear dua variabel.
SPLDV Menentukan
selesaian persamaan-
persamaan linear dua
variabel
Diberikan suatu sistem
persamaan, siswa dapat
menentukan nilai x dan y dari
persamaan yang diberikan.
Essay 1
Diberikan suatu sistem
persamaan linear, siswa dapat
menentukan nilai dari
persamaan yang diberikan.
Essay 2
44
Diberikan suatu persamaan,
siswa dapat menentukan nilai
x dari persamaan yang
diberikan.
Essay 3
Diberikan suatu persamaan,
siswa dapat menentukan
himpunan penyelesaian dari
persamaan yang diberikan.
Essay 4
Diberikan suatu persamaan,
siswa dapat menentukan
pasangan berurutan dari
persamaan yang diberikan.
Essay 5
SPLDV Menyelesaikan
masalah nyata yang
berkaitan dengan
sistem persamaan
linear dua variabel
Diberikan suatu
permasalahan, siswa dapat
membuat model matematika
lalu menentukan umur dari
selisih dan jumlah umur yang
telah diketahui.
Essay 6
Diberikan suatu
permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari, siswa
dapat menentukan harga
satuan dari permasalahan
yang ada.
Essay 7
45
Diberikan suatu
permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari, siswa
dapat menentukan
penyelesaian dari masalah
yang diberikan.
Essay 8
Diberikan suatu
permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari, siswa
dapat menemukan
permasalahannya lalu
menentukan jumlah biaya
yang harus di bayar.
Essay 9
Diberikan suatu
permasalahan, siswa dapat
menemukan permasalahannya
lalu merancang penyelesaian
dari masalah tersebut.
Essay 10
46
Tangerang,…………, ……………….
Mengetahui, Validator Penyusun,
Kepala SMP ……….
(………………………………………..) (……………………………..…………..)
47
Lampiran 2
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Tentukan nilai x dan y dari sistem persamaan dan …
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu sistem persamaan, siswa dapat menentukan nilai
x dan y dari persamaan yang diberikan.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
1
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Abdur Rahman.
(2017). Buku paket matematika
SMP/MTS Kelas VIII Semester 1.
Jakarta: Kemendikbud
48
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Diberikan suatu sistem persamaan dan
, tentukan nilai dari …
4
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu sistem persamaan linear, siswa dapat
menentukan nilai dari persamaan yang diberikan.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
2
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Abdur Rahman.
(2017). Buku paket matematika
SMP/MTS Kelas VIII Semester 1.
Jakarta: Kemendikbud
49
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Jika x merupakan penyelesaian dari persamaan
, maka nilai dari adalah …
4
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan nilai x dari
persamaan yang diberikan.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
3
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Sukismo.
(2020). Fokus UN SMP/MTS 2020.
Jakarta: Erlangga
50
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Diberikan persamaan dan ,
tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan tersebut …
{ }
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan himpunan
penyelesaian dari persamaan yang diberikan.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
4
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : LKS Matematika
SMP/MTS Kelas VIII Semester 2.
Cikokol: Graha Baristan
51
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Pasangan berurutan (x,y) yang merupakan penyelesaian dari
sistem persamaan dan adalah …
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan pasangan
berurutan dari persamaan yang diberikan.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
5
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Abdur Rahman.
(2017). Buku paket matematika
SMP/MTS Kelas VIII Semester 1.
Jakarta: Kemendikbud
52
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Jumalah umur Kakek dan Nenek adalah 175 tahun dan selisih
umur mereka adalah 15 tahun (Kakek lebih tua). Buatlah
model matematika dari permasalahan tersebut dan tentukan
umur Kakek dan Nenek …
Jadi umur kakek 95 tahun dan umur nenek 80 tahun
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu permasalahan, siswa dapat membuat model
matematika lalu menentukan umur dari selisih dan jumlah umur
yang telah diketahui.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
6
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Abdur Rahman.
(2017). Buku paket matematika
SMP/MTS Kelas VIII Semester 1.
Jakarta: Kemendikbud
53
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Harga seekor ikan sama dengan harga 4 kg telur, untuk
membeli 4 ekor ikan dan 3 kg telur dibutuhkan uang sebesar
Rp 76.000, maka berapa harga seekor ikan tersebut …
Jadi harga seekor ikan yaitu Rp 16.000
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,
siswa dapat menentukan harga satuan dari permasalahan yang
ada.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
7
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : LKS
Matematika SMP/MTS Kelas VIII
Semester 2. Cikokol: Graha Baristan
54
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Pada suatu kesempatan, halaman rumah Rudi diubah menjadi
lahan parkir sementara, lahan parkir tersebut dipenuhi oleh 43
kendaraan yang terdiri dari becak dan sepedah. Jumlah roda
seluruh kendaraan yang diparkir pada saat itu adalah 106 buah.
Jika tarif parkir becak Rp 1.500 dan sepedah Rp 1.000, jumlah
pendapatan Rudi pada saat itu adalah …
Jadi jumlah pendapatan Rudi yaitu Rp 53.000
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,
siswa dapat menentukan penyelesaian dari masalah yang
diberikan.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
8
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Sukismo.
(2020). Fokus UN SMP/MTS 2020.
Jakarta: Erlangga
55
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Harga sebuah sepidol sama dengan 3 kali harga pulpen. Budi
membeli 4 sepidol dan 2 pulpen dengan harga Rp 35.000. Jika
Toni membeli 3 sepidol dan 3 pulpen, maka Toni harus
membayar sebesar …
Jadi Toni harus membayar sebesar Rp 30.000
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,
siswa dapat menemukan permasalahannya lalu menentukan
jumlah biaya yang harus di bayar.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
9
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Sukismo.
(2020). Fokus UN SMP/MTS 2020.
Jakarta: Erlangga
56
KARTU SOAL MISKONSEPSI
Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal
Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit
Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni
STANDAR KOMPETENSI
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
Selisih umur seorang kakak dengan sang adik adalah 10 tahun.
Jika umur kakak 2 kali lipat dari umur adik, maka umur adik
adalah …
Jadi umur adik yaitu 10 tahun
KOMPETENSI DASAR
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR UMUM
Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel.
INDIKATOR SOAL
Diberikan suatu permasalahan, siswa dapat menemukan
permasalahannya lalu merancang penyelesaian dari masalah
tersebut.
No
Digunakan
untuk
Tanggal
Jumlah
Siswa
Tingkat
kesukaran
Daya
Pembeda
Validitas
Rebilitas
Skor
Maksismum
Ranah
1
NO SOAL
10
JAWABAN
Terlampir
BUKU SUMBER : Abdur Rahman.
(2017). Buku paket matematika
SMP/MTS Kelas VIII Semester 1.
Jakarta: Kemendikbud
57
Lampiran 3
INSTRUMEN PENILAIAN SOAL MISKONSEPSI
Materi pelajaran : Matematika Kelas : VIII
Materi : SPLDV Waktu : 80 menit
Petunjuk penyelesaian:
1. Bacalah pertanyaan dengan teliti !
2. Tulislah jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan !
3. Jawablah soal dengan jelas dan benar !
4. Tanyakan jika ada petunjuk soal yang kurang jelas!
Isilah dengan jawaban yang tepat!
1. Tentukan nilai x dan y dari sistem persamaan dan
…
2. Diberikan suatu sistem persamaan dan , tentukan
nilai dari …
3. Jika x merupakan penyelesaian dari persamaan
, maka
nilai dari adalah …
4. Diberikan persamaan dan , tentukan
himpunan penyelesaian dari persamaan tersebut …
5. Pasangan berurutan (x,y) yang merupakan penyelesaian dari sistem persamaan
dan adalah …
6. Jumlah umur Kakek dan Nenek adalah 175 tahun dan selisih umur mereka
adalah 15 tahun (Kakek lebih tua). Buatlah model matematika dari
permasalahan tersebut dan tentukan umur Kakek dan Nenek …
7. Harga seekor ikan sama dengan harga 4 kg telur, untuk membeli 4 ekor ikan
dan 3 kg telur dibutuhkan uang sebesar Rp 76.000, maka berapa harga seekor
ikan tersebut …
8. Pada suatu kesempatan, halaman rumah Rudi diubah menjadi lahan parkir
sementara, lahan parkir tersebut dipenuhi oleh 43 kendaraan yang terdiri dari
becak dan sepedah. Jumlah roda seluruh kendaraan yang diparkir pada saat itu
58
adalah 106 buah. Jika tarif parkir becak Rp 1.500 dan sepedah Rp 1000, jumlah
pendapatan Rudi pada saat itu adalah …
9. Harga sebuah sepidol sama dengan 3 kali harga pulpen. Budi membeli 4
sepidol dan 2 pulpen dengan harga Rp 35.000. Jika Toni membeli 3 sepidol
dan 3 pulpen, maka Toni harus membayar sebesar …
10. Selisih umur seorang kakak dengan sang adik adalah 10 tahun. Jika umur
kakak 2 kali lipat dari umur adik, maka umur adik adalah …
59
Lampiran 4
Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
No
Soal Tahap Penyelesaian Skor
Skor
Total
1. Diketahui: … p(1)
… p(2)
Ditanya: nilai x dan y?
1
5
Jawab:
x1
x2
3
Jadi, nilai x dan y yaitu 2 dan -1
1
2. Diketahui: … p(1)
… p(2)
Ditanya: nilai dari ?
1
5
Jawab:
x3
x2
3
60
Jadi, nilai dari adalah 4 1
3. Diketahui: persamaan
Ditanya: nilai dari ?
1
5
Jawab:
3
Jadi nilai dari yaitu 4 1
4. Diketahui: …p(1)
…p(2)
Ditanya: himpunan penyelesaiannya?
1
5
Jawab:
x1
x2
3
61
Jadi hinpunan penyelesaiannya yaitu {52,44} 1
5. Diketahui: …p(1)
…p(2)
Ditanya: pasangan berurutan x dan y?
1
5
Jawab:
3
Jadi, pasangan berurutan x dan y yaitu 0 dan 3 1
6. Diketahui: Jumlah umur kakek dan nenek adalah 175
tahun
Selisih umur kakek dan nenek yaitu 15 tahun
Ditanya: buatlah model matematikanya dan umur kakek
dan nenek?
1
5
Jawab:
Model matematika
Kakek dimisalkan menjadi x
Nenek dimisalkan menjadi y
3
Jadi umur kakek 95 tahun dan umur nenek 80 tahun
1
62
7. Diketahui: Harga 1 ekor ikan = harga 4 kg telur
Untuk membeli 4 ekor ikan dan 3 kg telur
dibutuhkan uang sebesar Rp 76.000
Ditanya: harga 1 ekor ikan?
1
5
Jawab:
Ikan dimisalkan menjadi x
Telur dimisalkan menjadi y
3
Jadi harga 1 ekor ikan yaitu Rp 16.000 1
8. Diketahui:lahan parkir tersebut dipenuhi oleh 43
kendaraan
Jumlah roda keseluruhan kendaraan yaitu 106
buah
Tarif parkir becak Rp 1.500 dan sepedah Rp 1000
Ditanya: jumlah pendapatan Rudi pada saat itu?
1
5
Jawab:
Becak dimisalkan menjadi x
Sepedah dimisalkan menjadi y
x3
x1
3
Jadi, jumlah pendapatan Rudi pada saat itu yaitu Rp
53.000
1
63
9. Diketahui: Harga sebuah sepidol = 3 kali harga pulpen
Budi membeli 4 sepidol dan 2 pulpen dengan
harga Rp 35.000
Toni membeli 3 sepidol dan 3 pulpen
Ditanya: Toni harus membayar sebesar?
1
5
Jawab:
Sepidol dimisalkan menjadi x
Pulpen dimisalkan menjadi y
3
Jadi, Toni harus membayar sebesar Rp 30.000
1
10. Diketahui: selisih umur kakak dan adik adalah 10 tahun
Umur kakak 2 kali lipat umur adik
Ditanya: berapa umur adik?
1
5
Jawab:
Kakak dimisalkan menjadi x
Adik dimisalkan menjadi y
3
Jadi, umur adik yaitu 10 tahun
1
Nilai = Ʃskor total x 2
= 50 x 2
= 100
64
Lampiran 5
LEMBAR JAWABAN DAN KRITERIA TINGKAT KEYAKINAN (CRI)
Nama : …………………….
Kelas : …………………….
Pilihlah seberapa bersar keyakinan anda dalam mengerjakan soal dengan dengan memberi
tanda silang (x) pada kriteria tingkat kepastian yang terlah disediakan!
*Keterangan Tingkat Keyakinan (CRI)
0 = Menenbak 3 = Benar
1 = Hampir Menebak 4 = Hampir Pasti Benar
2 = Tidak Yakin Benar 5 = Pasti Benar
1. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
2. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
65
3. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
4. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
5. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
66
6. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
7. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
8. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
67
9. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
10. Tingkat keyakinan
0 1 2 3 4 5
Top Related