ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA
PENDUDUK ELEKTRONIK (KTP-EL) KEPADA PENYANDANG
DISABILITAS DI KECAMATAN MINGGIR
KABUPATEN SLEMAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Disusun oleh:
Dyah Purwanti
16610058
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA“APMD”
YOGYAKARTA
2018
ii
PENGESAHAN
TESIS
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA
PENDUDUK ELEKTRONIK (KTP-EL) KEPADA PENYANDANG
DISABILITAS DI KECAMATAN MINGGIR
KABUPATEN SLEMAN
disusun Oleh:
DYAH PURWANTI
16610058
Disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : 19 Juli 2018
Susunan Tim Penguji
Pembimbing
Dr. R. Widodo Triputro, MM ...........................................
Penguji I
Dr. Sunarto, MPA. ...........................................
Penguji II
Drs. YB. Widyo Hari Murdianto, M.Si. ............................................
Yogyakarta, 19 Juli 2018
Mengetahui
Direktur Program Magister
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Dr. R. Widodo Triputro, MM
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Dyah Purwanti
Nomor Mahasiswa : 16610058
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ANALISIS
KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK
ELEKTRONIK (KTP-EL) KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI
KECAMATAN MINGGIR KABUPATEN SLEMAN adalah benar -benar karya
saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar
yang saya peroleh dari Program Pascasarjana Ilmu Pemerintahan
STPMD”APMD”
Yogyakarta, 05 Juli 2018
Yang membuat pernyataan
Dyah Purwanti
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil”alamiin, Puji syukur senantiasa tercurah kepada Allah
SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kekuatan dan kemudahan yang telah
diberikan. Dengan hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyusun tesis
dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (KTP-El) kepada Penyandang Disabilitas di Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman”. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. R. Widodo Triputro selaku Pembimbing Utama dan Direktur
Program Magister Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa’APMD”.
2. Penguji I, Bapak Dr. Sunarto, MPA. yang telah mencurahkan tenaga,
pikiran, meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan
memotifasi agar penulisan tesis ini segera selesai tepat pada
waktunya.
3. Penguji II, Drs. YB. Widyo Hari Murdianto, M.Si, yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada penulis sehingga penulis mempunyai
gambarandalam menuangkanjalan pikiran dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Jazim Sumirat, SH.M.Si, selaku Kepala Dinas dan Ibu
RR.Endang Mulatsih, S.Sos, M.Si selaku Kabid Pendaftaran
v
Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Sleman yang telah menjadi narasumber dan memberikan data data
yang diperlukan dalam penulisan Tesis ini.
6. Bapak Camat Minggir, bapak Ikhsan Waluyo, S.Sos dan petugas dari
seksi pelayanan umum Kecamatan Minggir yang sudah membantu
penulis dan memberikan data yang diperlukan sehingga tesis ini
dapat selesai.
7. Para Informan dari kelompok disabilitas dan keluarga difabel yang
bersedia memberikan informasi dalam penulisan tesis ini
8. Bapak ibuku tersayang, suami dan anak anakku tercinta juga teman
teman mahasiswa program magister angkatan 18 yang telah
memberikan dukungan kepada penulis sehingga tesis ini dapat
selesai pada waktunya.
Semoga Allah memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada Bapak dan Ibu Dosen dan semua pihak atas segala bantuan yang
telah diberikan kepada penulis, untuk itu sudilah kiranya pembaca
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
terutama bagi penulis sendiri.
Yogyakarta, 12 Juli 2018
Penulis
Dyah Purwanti
vi
MOTTO
Belajar Menerima apa adanya dan berfikir Positif
Jika Kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu
miliki
Manusia dinilai dari apa yang ia perbuat dan manfaat apa yang ia berikan pada
sesama
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan untuk :
1. Kedua Orang tuaku Bapak Soehadi dan Ibu Djumari, yang selalu
mendoakan dan memberikan nasehat dan bimbingan dalam hidup
penulis
2. Suamiku tercinta Muh.Aris Wibowo, SP, yang selalu memberikan
motivasi dan mendukung penulis untuk melanjutkan kuliah
pascasarjana ini
3. Kedua anaku tersayang, Nurulita Fida Aulia dan Rifky Rasya
Ardiansyah yang selama ini memberikan semangat bagi penulis
untuk kuliah
4. Almamater ku tercinta Program Magister Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa ”APMD” Yogyakarta, serta
keluarga dan sahabat-sahabatku.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
INTISARI ...................................................................................................... xii
ABSTRACT ……………………………………………………………………….xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 9
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
D. Tujuan Penelitan ............................................................................. 10
E. Manfaat Penelitan ........................................................................... 10
F. Kerangka Konseptual ...................................................................... 11
1. Kualitas Pelayanan Publik ........................................................... 11
2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik ............... 18
3. Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) ................................. 20
4. Peyandang Disabilitas ................................................................. 26
G. Metode Penelitian ........................................................................... 29
1. Jenis Penelitian ........................................................................... 29
2. Unit Analisis ................................................................................ 30
3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31
4. Analisis Data ............................................................................... 33
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 37
A. Deskripsi Kecamatan Minggir .......................................................... 37
1. Kondisi Geografis ........................................................................ 37
ix
2. Kondisi Demografis ..................................................................... 38
3. Kondisi Ekonomi ......................................................................... 44
4. Kondisi Sarana Prasarana .......................................................... 45
5. Kondisi Sosial Kemasyarakatan .................................................. 49
B. Deskripsi Pemerintah Kecamatan Minggir ....................................... 52
1. Visi dan Misi Pemerintah Kecamatan .......................................... 52
2. Struktur Pemerintah Kecamatan Minggir ..................................... 52
3. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Organisasi ................................. 53
4. Program Pemerintah Kecamatan ................................................ 55
C. Deskripsi Pelayanan Pembuatan KTP-el kepada Penyandang
Disabilitas di Kecamatan Minggir .................................................... 62
BAB III TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 68
A. Deskripsi Temuan Hasil Penelitian .................................................. 68
1. Dskripsi Informan ........................................................................ 68
2. Kualitas Pelayanan Pembuatan KTP-el pada Penyandang
Disabilitas di Kecamatan Minggir ................................................ 69
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelayanan
Pembuatan KTP-el pada Penyandang Disabilitas di
Kecamatan Minggir ..................................................................... 100
B. Pembahasan ................................................................................... 106
1. Kualitas Pelayanan Pembuatan KTP-el pada Penyandang
Disabilitas di Kecamatan Minggir ................................................ 106
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelayanan
Pembuatan KTP-el pada Penyandang Disabilitas di
Kecamatan Minggir ..................................................................... 111
BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 115
A. Kesimpulan ..................................................................................... 115
B. Implikasi .......................................................................................... 118
C. Saran .............................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 120
LAMPIRAN - LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Luas dan Peruntukan Tanah ........................................................ 38
Tabel II. 2 Jenis Pemukiman/ Perumahan..................................................... 38
Tabel II. 3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................. 39
Tabel II. 4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Pemeluk Agaman ............. 39
Tabel II. 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Jenis Mobilitas/Mutasi ...... 40
Tabel II. 6 Data Penduduk yang Wajib Memiliki KTP .................................... 40
Tabel II. 7 Jumlah Penduduk yang Telah Memiliki KTP-el ............................ 41
Tabel II. 8 Jumlah Penduduk Penyandang Disabilitas .................................. 41
Tabel II. 9 Jumlah Penyandang Disabilitas Berdasarkan Jenis
Disabilitas..................................................................................... 42
Tabel II. 10 Jumlah Penyandang Disabilitas Berdasarkan Usia Wajib
Memiliki KTP-el ........................................................................... 43
Tabel II. 11 Jumlah Penyandang Disabilitas yang Sudah Dilakukan
Jemput Bola KTP-el .................................................................... 44
Tabel II. 12 Jumlah Sarana Peribadatan ....................................................... 45
Tabel II. 13 Jumlah Sarana Perekonomian ................................................... 46
Tabel II. 14 Jumlah Sarana Kesehatan ......................................................... 47
Tabel II. 15 Jumlah Bangunan Menurut Kelompok Jenis Pendidikan
Umum dan Khusus ..................................................................... 47
Tabel II. 16 Jumlah Kendaraan/Alat Transportasi ......................................... 48
Tabel II. 17 SOP Pelayanan KTP-el di Kecamatan Minggir ........................... 66
Tabel II. 18 SOP Pelayanan Jemput Bola di Kecamatan Minggir .................. 67
Tabel III. 1 Profil Informan ............................................................................. 69
Tabel III. 2 SOP Pelayanan Jemput Bola KTP-el Berdasrkan Waktu
Penyelesaian .............................................................................. 87
Tabel III. 3 Kualifikasi Pendidikan Petugas Pembuatan KTP-el di
Kecamatan Minggir ..................................................................... 98
Tabel III. 4 Diktat yang Pernah Diikuti Petugas Pembuatan KTP-el di
Kecamatan Minggir ..................................................................... 98
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1 Triangulasi Sumber ................................................................... 36
Gambar I. 2 Triangulasi Teknik ..................................................................... 36
Gambar II. 1 Bagan Susunan Organisasi Kecamatan Minggir ...................... 53
Gambar II. 2 Skema Alur Pelayanan Pembuatan KTP-el .............................. 64
Gambar II. 3 Skema Alur Pelayanan Jemput Bola KTP-el ............................ 65
Gambar III. 1 Brosur Pelayanan Pendaftaran Penduduk .............................. 75
Gambar III. 2 Skema Prosedur Pembuatan KTP-el Bagi Penyandang
Disabilitas di Kecamatan Minggir ............................................ 78
Gambar III. 3 Dokumentasi Proses Jemput Bola yang Dilakukan Dinas
Dukcapil Kecamatan Minggir ................................................. 79
Gambar III. 4 Produk KTP-el dan KTP Lama ............................................... 93
Gambar III. 5 Fasilitas Pembuatan KTP-el di Kecamatan Minggir ................ 95
xii
INTISARI
Penyandang disabilitas merupakan warga Negara RI yang dalam UUD
1945 dijamin memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan
warga Negara lainnya termasuk memperoleh pelayanan KTP-el. Penelitian ini
difokuskan pada penyandang disabilitas dikarenakan dalam pembuatan KTP-el,
penyandang disabilitas termasuk kelompok masyarakat yang rentan tidak
terpenuhi haknya. Penulisan tesis bertujuan: (1) Mendapatkan jawaban atas
pertanyaan kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik
(KTP-el) kepada penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman. (2) Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) kepada
penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Obyek
penelitian ini adalah kualitas pelayanan pembuatan KTP-El bagi penyandang
disabilitas serta faktor pendukung dan penghambatnya. Subjek penelitian ini
adalah kepala Dinas Dukcapil, petugas bidang pendaftaran penduduk Dinas
Dukcapil, Camat, petugas pelayanan umum kecamatan, dan penyandang
disabilitas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis model interaktif menurut Miles dan Huberman.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) Kualitas
pelayanan dapat dilihat dari: a. Prosedur pelayanan sudah sesuai dengan
Undang-Undang dan SOP; b. Waktu penyelesaian pembuatan KTP-El belum
sesuai dengan SOP; c. Pembuatan KTP-El tidak dikenakan biaya; d. Kualitas
produk KTP-el lebih baik dibandingkan KTP yang lama; e. Sarana dan prasarana
sudah memadai hanya saja perlu pengadaan transportasi khusus untuk jemput
bola; f. Petugas pelayanan pembuatan KTP-el di Kecamatan Minggir telah
memiliki kompetensi yang memadai. (2) Faktor pendukung pelyanan pembuatan
KTP-El antara lain: a. Regulasi yang ada dasar hukumnya; b. Komitmen
pelayanan antar SKPD; c. Kemampuan petugas yang baik dalam pelayanan; d.
Adanya sarana perekaman; e. Adanya dukungan dana dari APBD; f. Adanya
kepedulian dari perangkat desa untuk menginformasikan KTP-el. (3) Faktor
penghambat pelayanan pembuatan KTP-EL antara lain: a. Tidak adanya
informasi keberadaan disabilitas karena kurangnya kesadaran pihak keluarga
untuk melaporkan anggota keluarganya yang difabel; b. Belum adanya
transportasi khusus dan memadai sebagai fasilitas layanan jemput bola ke
rumah penyandang disabilitas; c.Kurangnya fasilitas di kantor Kecamatan
Minggir yang aksesibel bagi penyandang disabilitas; d. kurang aktifnya
perangkat desa membantu penyandang disabilitas dalam pembuatan KTP-el.
Kata kunci: pelayanan, kartu tanda penduduk elektronik, penyandang
disabilitas
xiii
ABSTRACT
Persons with disabilities are citizens of the Republic of Indonesia who in the 1945 Constitution are guaranteed to have the same position, rights, obligations and roles as other citizens including obtaining electoral KTP services. This study focused on people with disabilities because in the making of KTP-el, persons with disabilities including vulnerable community groups were not fulfilled. The writing of the thesis aims: (1) To get answers to the question of the quality of service for the creation of Electronic Identity Cards (KTP-el) for persons with disabilities in Minggir District, Sleman Regency. (2) Knowing the supporting and inhibiting factors in the service of making Electronic Identity Cards (KTP-el) for persons with disabilities in Minggir District, Sleman Regency.
The type of research used is descriptive qualitative. The object of this research is the quality of service for making El-KTP for persons with disabilities as well as the supporting and inhibiting factors. The subject of this research was the head of the District Civil Service Agency, the officer in the field of population registration for the Department of Civil Service, the Sub-district Head, the sub-district public service officer, and the disabled person. Data collection techniques used are observation, interviews and documentation. The data analysis technique used in this research is an interactive model analysis according to Miles and Huberman.
Based on the results of the analysis it can be concluded that: (1) Service quality can be seen from: a. Service procedures are in accordance with the Law and SOP; b. The time to complete the El-KTP is not in accordance with the SOP; c. The making of El-KTP is free of charge; d. The quality of el-KTP products is better than the old ID cards; e. Facilities and infrastructure are adequate, but only need to procure special transportation to pick up the ball; f. The service personnel for the manufacture of el-KTP in Minggir Sub-district have adequate competence. (2) Factors supporting the manufacturing of El-KTP include: a. Regulations that have a legal basis; b. Service commitment among SKPD; c. Good officer ability in service; d. There are recording facilities; e. There is funding support from the APBD; f. There is concern from village officials to inform KTP-el. (3) The inhibiting factors in the service of making KTP-EL include: a. The absence of information on the existence of disability due to lack of awareness of the family to report disabled family members; b. There is no special and adequate transportation as a ball pick-up facility to the homes of persons with disabilities; c. Lack of facilities in the Minggir District office that is accessible for persons with disabilities; d. The inactivity of the village apparatus helps persons with disabilities in the making of ID cards.
Keywords: service, electronic identity card, persons with disabilities
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah sebagai penyedia layanan publik harus terus berupaya
untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Hal ini
sebagaimana Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik
memberikan konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan dalam sektor
pelayanan publik seperti prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan,
kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan
mendapatkan pelayanan, kepastian biaya pelayanan, dan kepastian jadwal
pelayanan. Terlebih dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan publik juga menegaskann bahwa Pemerintah mempunyai peranan
penting untuk menyediakan layanan publik yang prima bagi semua
penduduknya.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang semakin pesat, pemerintah Indonesia juga berupaya menerapkan
electronic government (e-government). Hal ini didasari dengan adanya
Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional pengembangan e-government. Dalam instruksi Presiden RI tersebut
disebutkan tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan
diimplementasikannya e-government diantaranya: 1) kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara
luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan
informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat; 2) pemanfaatan
2
teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-
government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi, dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan; 3) menyelenggarakan
pemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan layanan
publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi
pengembangan e-government. Hal tersebut menunjukkan bahwa e-
government merupakan kegiatan yang dilakukan pemerintah dengan
menggunakan Teknologi Informasi (TI) dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
Salah satu fokus pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan
publik adalah administrasi kependudukan melalui program Kartu Tanda
Penduduk Elektronik atau disebut juga KTP-el. Dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pada pasal 1 dijelaskan
bahwa KTP-el adalah kartu tanda penduduk yang dilengkapi chipp yang
merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh
instansi pelaksana. KTP-el untuk warga Indonesia berlaku seumur hidup dan
tidak perlu diperpanjang meskipun telah habis masa berlakunya sedangkan
untuk warga negara asing masa berlakunya disesuaikan dengan masa ijin
tinggal, KTP-e sebagai bukti kependudukan dan wajib didimiliki oleh setiap
warga negara Indonesia yang telah berusia 17 tahun keatas, KTP-el berlaku
seumur hidup. KTP-el telah diterbitkan secara massal pada tahun 2012 yang
dulu dikenal dengan e-KTP. Penerapan KTP-el merupakan langkah strategis
yang dilakukan pemerintah dalam rangka menuju tertibnya administrasi
kependudukan.
3
Berdasarkan Permendagri Nomor 9 Tahun 2011 tujuan penerbitan
KTP-el yaitu pemerintah menerbitkan KTP Elektronik untuk mewujudkan
kepemilikan satu KTP penduduk yang memiliki kode keamanan dan rekaman
elektronik data kependudukan berbasis NIK secara nasional. Sementara itu
fungsi dan manfaat KTP-el, antara lain: 1) KTP-el merupakan langkah
strategis menuju tertib administrasi kependudukan yang mengamankan
adanya identitas tunggal bagi setiap penduduk dan terbangunnya basis data
kependudukan yang lengkap dan akurat. 2) Mencegah adanya pemalsuan. 3)
Mencegah adanya penggandaan KTP. 4) Dapat dipakai sebagai kartu suara
dalam pemilu, pilkada, dan lain-lain. 5) Pengidentifikasikan untuk mencegah
suatu perkara yang sulit seperti terorisme, pembobolan via ATM, dan
pemilikan KTP ganda. 6) Untuk mewujudkan keamanan negara.
Namun faktanya pelaksanaan kebijakan program KTP-el tidak terlepas
dari sejumlah permasalahan. Ombudsman yang merupakan lembaga Negara
yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan
publik menilai penyelenggaraan pelayanan publik soal pembuatan elektronik
kartu tanda penduduk (KTP-el) oleh Kementerian Dalam Negeri berlangsung
lambat dan banyak persoalan. Persoalan yang muncul antara lain: 1)
ketidaksesuaian jumlah blangko untuk penduduk yang belum terlayani KTP-
el. 2) Terjadi penurunan minat mengurus KTP-el. Hal ini dikarenakan
lambatnya pelayanan, sulitnya mengurus KTP-el, ditemukannya praktek
percaloan, sehingga penduduk harus membayar Rp 200-300 ribu. Praktek itu
terjadi baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. 3) Tidak adanya keseragaman
dalam petunjuk teknis pengurusan KTP-el di setiap daerah. 4) Koneksi
bermasalah sehingga terdapat 10 Kecamatan di Kalimantan Selatan yang
4
yang belum merekam KTP-el karena keterbatasan teknologi (Firmanto, 2016:
1). Fakta terbaru juga menunjukkan bahwa terjadi kekosongan ketersediaan
blangko KTP-el, sehingga proses pembuatan KTP-el menjadi terhambat
(Pattilouw, 2016: 1). Bahkan diketahui data-data pribadi warga negara
Indonesia berada di negara lain, karena yang memenangkan tender dalam
pembuatan KTP-el adalah perusahaan dari luar negeri. Hal tersebut
menyebabkan rawannya penyalahgunaan data yang dapat digunakan untuk
kepentingan-kepentingan politik (Anonim, 2016: 1). Dengan demikian,
permasalahan administrasi penduduk perlu mendapatkan perhatian serius
oleh pemerintah termasuk penduduk penyandang disabilitas.
Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang pengesahan
Hak-Hak Penyandang Disabilitas dijelaskan bahwa penyandang disabilitas
yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Susenas Tahun
2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang menyandang
disabilitas sebesar 2,45%. Jika dibandingkan antara Susenas 2003 dengan
2009 dan Susenas 2006 dengan 2012 terjadi peningkatan prevalensi
(Kementerian Kesehatan, 2012: 6).
Jumlah penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas tahun 2003
sebesar 0,69% meningkat menjadi 1,38% pada tahun 2006. Kemudian tahun
2009 mengalami penurunan menjadi 0,92% dan tahun 2012 meningkat
kembali menjadi 2,45%. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penyandang
penyandang disabilitas terbanyak tahun 2012 adalah penyandang yang
5
mengalami lebih dari satu jenis keterbatasan, yaitu sebesar 39,97%, diikuti
keterbatasan melihat, dan berjalan atau naik tangga. Selanjutnya sebanyak
29,63% penyandang keterbatasan melihat, sebanyak 7,87% keterbatasan
mendengar, sebanyak 10,26% keterbatasan berjalan/naik tangga, sebanyak
6,70% keterbatasan mengingat/konsentrasi, sebanyak 2,83 keterbatasan
mengurus diri sendiri, dan sebanyak 2,74% keterbatasan berkomunikasi
(Kementerian Kesehatan, 2012: 7).
Penyandang disabilitas merupakan warga Negara RI yang dalam UUD
1945 dijamin memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama
dengan warga Negara lainnya termasuk memperoleh pelayanan KTP-el. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas pasal 18 dijelaskan bahwa hak pendataan
untuk penyandang disabilitas meliputi hak: 1) didata sebagai penduduk
dengan disabilitas dalam kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil; 2) mendapatkan dokumen kependudukan; dan 3) mendapatkan kartu
Penyandang Disabilitas. Thertina (2016: 1) mengungkapkan bahwa
penyandang disabilitas dapat tetap memiliki KTP-el. Keterbatasan fisik
semacam jumlah jemari yang tidak lengkap bukan menjadi masalah dalam
proses pembuatan KTP-el. Proses pembuatan KTP-el tidak hanya melalui
pemindaian jari, tetapi juga dapat dilakukan dengan pemindaian atas retina
mata dengan aplikasi khusus yang bernama Biometrik. Namun
kelemahannya, pada kartu yang akan tercetak identitasnya tidak lengkap.
Dalam penelitian Firdaus dan Iswahyudi (2016: 2) dikemukakan bahwa
aksesbilitas pelayanan publik bagi penyandang disabilitas saat ini masih
kurang. Hal tersebut tidak terlepas dari minimnya sarana pelayanan sosial
6
dan kesehatan serta pelayanan lainnya yang dibutuhkan oleh para
penyandang disabiltias. Penelitian yang dilakukan oleh Nazaruddin (2013:
235) juga menyimpulkan bahwa efektivitas pelaksanaan kebijakan program
KTP-el dalam pelaksanaan perekaman data masih belum tercapai dalam
pencapaian tujuan akhir berupa kurun waktu dan sasaran yang merupakan
target kongkrit masih belum tercapai. Ini terbukti dari masih belum
tercapainya target pelaksanaan perekaman data, yaitu baru mencapai
71,40%. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan program e-
KTP pada pelaksanaan perekaman data adalah keterlambatan pengiriman
perangkat pelayanan rekam data KTP-el. Oleh karena itu menjadi tugas
pemerintah untuk membantu penyandang disabilitas dalam menghilangkan
hambatan yang terjadi dalam rangka memperoleh hak pelayanan publik
termasuk dalam pembuatan KTP-el.
Kecamatan Minggir merupakan salah satu organisasi pemerintah
yang bertugas dalam pelayanan publik. Berdasarkan survei kepuasan
masyarakat tahun 2016 yang diselenggarakan pemerintah daerah Kabupaten
Sleman menunjukkan bahwa Kecamatan Minggir telah menghasilkan nilai
indeks kepuasan masyarakat (IKM) sebesar 78,49. Nilai tersebut kemudian
dikonversi dalam tingkat mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan,
sehingga didapatkan hasil nilai B yakni kategori Baik. Pelayanan publik yang
dilakukan Kecamatan Minggir diantaranya menjadi pelaksana pembuatan
KTP-el.
Berdasarkan data kependudukan Kabupaten Sleman jumlah
penduduk di Kecamatan Minggir pada Tahun 2017 sebanyak 35.387 jiwa
yang terdiri dari 17.468 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 17.919 jiwa berjenis
7
kelamin perempuan. Jumlah penduduk tertinggi berada di wilayah desa
Sendangrejo dan jumlah penduduk terendah berada di desa Sendangarum.
Jumlah penduduk di Kecamatan Minggir yang mempunyai kewajiban untuk
memiliki KTP-el sebanyak 25.867 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
12.360 jiwa dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 13.507 jiwa. Jumlah
wajib KTP-el paling banyak berada di Desa Sendangrejo dan yang paling
sedikit berada di Desa Sendangarum. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
wajib KTP-el sebanyak 73,10% dari jumlah penduduk di Kecamatan Minggir.
Pembuatan KTP-el berlaku bagi seluruh penduduk di Kecamatan
Minggir termasuk bagi penyandang disabilitas. Hal ini sebagaimana dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pasal 24 yang
menyebutkan bahwa penduduk WNI yang telah berumur 17 tahun atau telah
kawin atau pernah kawin wajib memiliki KTP-el. Hal ini mengindikasikan
setiap penduduk baik yang memiliki kondisi kesehatan yang baik maupun
penyandang disabilitas dan lainnya harus memiliki KTP-el. KTP-el ini sangat
penting bagi penduduk untuk mengurus berbagai keperluan seperti untuk
berobat, mengurus BPJS, membuat paspor, membayar pajak, mengurus
sertifikat dan lain sebagainya.
Penelitian ini difokuskan pada penyandang disabilitas. Hal ini
dikarenakan dalam pembuatan KTP-el ini penyandang disabilitas termasuk
kelompok masyarakat yang rentan tidak terpenuhi haknya. Hal ini terjadi
karena beberapa sebab, diantaranya sulitnya mengakses pelayanan, tidak
adanya fasilitas yang mendukung pelayanan bagi penyandang disabilitas,
8
dan kurangnya informasi terkait proses administrasi pembuatan KTP-el bagi
penyandang disabilitas. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus dalam
pelayanan pembuatan KTP-el bagi penyandang disabilitas. Penelitian
difokuskan di Kecamatan Minggir karena pelayanan pembuatan KTP-elnya
salah satu yang baik di Kabupaten Sleman dengan hasil IKM tahun 2017
sebesar 83% dalam kategori baik dan banyaknya jumlah penyandang
disabilitas. Atas dasar hal tersebut, peneliti memiliki ketertarikan mengkaji
lebih mendalam mengenai pelayanan pembuatan KTP-el bagi disabilitas.
Data dari Dinas Sosial Kabupaten Sleman diperoleh informasi bahwa
jumlah penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir sebanyak 510 jiwa per
September 2017 yang tersebar di lima desa yakni Sendangagung,
Sendangmulyo, Sendangarum, Sendangrejo dan Sendangsari. Jumlah
penyandang disabilitas terbanyak berada di desa Sendangrejo, sebanyak
175 jiwa, sedangkan jumlah penyandang disabilitas paling sedikit berada di
desa Sendangsari sebanyak 28 jiwa. Berdasarkan keterangan dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan Dinas Sosial Kabupaten Sleman
diketahui bahwa penyandang disabilitas yang ada di Kecamatan Minggir
beragam seperti tuna daksa, tuna netra, tuna grahita, tuna rungu wicara,
cacat fisik, cacat mental, dan cacat ganda. Beberapa diantaranya belum
memiliki KTP-el.
Paparan di atas menunjukkan bahwa penyandang disabilitas memiliki
hak yang sama dengan warga lain dalam memperoleh dokumen
kependudukan berupa KTP-el. Namun pada kenyataannya, pihak Kecamatan
Minggir mengalami sejumlah permasalahan dalam pembuatan KTP-el bagi
penyandang disabilitas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
9
lanjut untuk menganalisis kualitas pelayanan pembuatan kartu Tanda
Penduduk Elektronik (KTP-el) kepada penyandang disabilitas di Kecamatan
Minggir Kabupaten Sleman.
B. Fokus Penelitian
Penulis membatasi permasalahan yang ada di Kecamatan Minggir
dengan maksud agar penelitian lebih terfokus pada permasalahan utama
yang hendak diteliti, yaitu:
1. Kualitas pelayanan pembuatan Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el)
kepada masyarakat penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman yang meliputi: 1) Prosedur Pelayanan; 2) Waktu
Penyelesaian; 3) Biaya Pelayanan; 4) Produk Pelayanan; 5) Sarana dan
Prasarana; 6) Kompetensi Petugas Pelayanan (Keputusan Menteri PAN
Nomor 63/KEP/M.PAN/2003, yang dipertegas Permenpan Nomor 15
tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan).
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelayanan pembutaan
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) kepada penyandang
disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (KTP-el) kepada penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman?
10
2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelayanan
pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) kepada
penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mendeskripsikan kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik (KTP-el) kepada penyandang disabilitas di
Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) kepada
penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan pengetahuan tentang
kebijakan dan pelayanan publik khususnya kebijakan program pembuatan
Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan agar pihak Kecamatan Minggir lebih
meningkatkan pelayanan publik khususnya bagi warga penyandang
11
disabilitas dan mencari solusi terhadap permasalahan dalam
pembuatan Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el).
b. Bagi warga penyandang disabilitas Kecamatan Minggir, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi guna lebih
meningkatkan partisipasinya dalam pembuatan Tanda Penduduk
Elektronik (KTP-el).
c. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman sebagai bekal apabila nanti terjun di masyarakat.
F. Kerangka Konseptual
1. Kualitas Pelayanan Publik
Aimin Napitupulu (2007: 164) berpendapat bahwa pelayanan publik
adalah serangkaian kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan orang lain
secara lebih memuaskan berupa produk jasa dengan sejumlah ciri seperti
tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada memiliki dan
pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa
tersebut. Menurut Agung Kurniawan (2005: 6), pelayanan publik adalah
pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang ditetapkan. Sementara Ratminto (2005) mendefinisikan
pelayanan publik sebagai suatu bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
12
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain
yang ditujukan guna memenuhi kepentingan orang banyak. Pelayanan ini
sefatnya tidak selalu kolektif, sebab melayani kepantingan perorangan
asalkan kepentingan itu masih termasuk dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hak dan kebutuhan bersama yang telah diatur (H. A.S. Moenir,
1982: 12). S. Pramudji (2003: 46) mengungkapkan bahwa pelayanan publik
adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan barang dan jasa.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik diuraikan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan menurut Ketetapan Menteri
Peerdayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan
publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima layanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan..
Pelayanan publik dibagai dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Kelompok pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya
status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau
penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-
13
dokumen ini atara lain KTP, akte pernikahan, akte kelahiran, akte
kematian, BPKB, SIM, STNK, IMB, paspor, sertifikat kepemilikan tanah,
dan lain sebagainya.
2) Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk/ jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya
jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan lain
sebagainya.
3) Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan,
pemeliharaan, kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
publik adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan berdasarkan peraturan yang berlaku bagi setiap orang atau
masyarakat. Pelayanan publik dapat berupa pelayanan administratif, barang,
maupun jasa.
Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relatif
karena bersifat abstrak. Kualitas dapat digunakan untuk menilai atau
menentukan tingkat penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan atau
spesifikasinya. Dapat dikatkan juga bahwa konsep kualitas sering dikaitkan
dengan masalah layanan yang sesuai dengan harapan dan keinginan
masyarakat sebagai konsumen. Garvin (Lukman Sampara, 2006: 6)
berpendapat bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia tenga kerja, proses dan tugas, serta
14
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.
Menurut Fandy Tjiptono (Harbani Pasolong, 2011: 132), kualitas
adalah 1) kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan, 2) kecocokan
pemakaian, 3) perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan, 4) bebas dari
kerusakan, 5) pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap
saat, 6) melakukan secara benar semenjak awal, 7) sesuatu yang bisa
membahagiakan pelanggan. Kualitas berarti mutu yaitu tingkat baik
buruknya sesuatu (Uhar Suharsaputra, 2010: 226). Kualitas pelayanan
publik menurut Ibrahim (2008:22) merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana
penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan
publik tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan publik adalah suatu
kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan berdasarkan peraturan yang
berlaku bagi setiap orang atau masyarakat.
Gasperz dan Sanapiah (2008: 15) mengungakpkan bahwa indikator
kualitas pelayanan publik yaitu kepastian waktu pelayanan, akurasi
pelayanan, kesopanan dan keramahan, tanggung jawab, kelengkapan, dan
kemudahan mendapatkan pelayanan. Jika pelayanan yang diberikan telah
memenuhi kriteria tersebut, maka dapat dikatakan kebutuhan telah terpenuhi
sehingga dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Ada terdapat
lima indikator pelayanan publik menurut Fitsimmons (dalam Sinambela,
2010:17) sebagai berikut:
15
1) Reliability (handal) yaitu suatu pelayanan yang baik ditandai dengan
adanya pemberian pelayanan yang tepat dan benar.
2) Tangibles (jelas) yang ditandai dengan penyediaan yang memadai
sumber daya lainnya.
3) Responsiveness (tanggap) yang ditandai dengan keinginan melayani
konsumen.
4) Assurance (kepastian) yang ditandai dengan tingkat kemauan untuk etika
danmoral dalam memberikan pelayanan.
5) Empathy (empati) yang ditandai dengan tingkat kemauan untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen ditandai dengan peduli
dan memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
Di Indonesia di tetapkan Standar Pelayanan Publik menurut Keputusan
Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang sekurang-kurangnya
meliputi: 1) prosedur pelayanan; 2) waktu Penyelesaian, 3) biaya Pelayanan,
4) produk Pelayanan; 5) sarana dan Prasarana, dan 6) kompetensi petugas
pelayanan. Pendapat lain dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithami dan
Berry (2008: 178) bahwa terdapat 5 (lima) determinan kualitas pelayanan
publik yang dapat dirincikan sebagai berikut:
1) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan
yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
2) Ketanggapan (responsiveness), yaitu kemampuan untuk membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat.
3) Keyakinan (confidence), yaitu pengetahuan dan kesopanan pegawai
serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan atau“assurance”.
16
4) Empati (emphaty), yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi
bagi pelanggan.
5) Berwujud (tangible), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan,personel,
dan media komunikasi.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki syarat
ataupun standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya
kepastian bagi penerima pelayanan. Menurut Fandy Tjiptono (2006: 72)
menyatakn bahwa pelayanan publik yang baik memiliki empat kriteria pokok
pelayanan yang unggul (service excellence) yakni kecepatan, ketepatan,
kemudahan, dan kenyamanan. Syarat pelayanan publik yang baik adalah
yang memenuhi standar pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan
ukuran yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang
wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Menurut Keputusan
Menpan Nomor 63 Tahun 2003, standar pelayanan sekurang-kurangnya
meliputi: 1) Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan. 2) Waktu pelayanan yang ditetapkan sejak
saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan
termasuk pengaduan. 3) Biaya pelayanan termasuk rinciannya yang
ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan. 4) Produk pelayanan yang
akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 5) Sarana dan
prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
dibutuhkan.
17
Selain peraturan tersebut, terdapat pula peraturan terbaru yang telah
ditetapkan pemerintah dalam standar pelayanan publik. Peraturan tersebut
termuat dalam Permenpan nomor 15 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Publik. Prinsip-prinsip pelayanan public yang termuat didalamny meliputi: 1)
persyaratan; 2) sistem, mekanisme dan prosedur; 3) jangka waktu
pelayanan, 4) biaya/tarif; 5) produk pelayanan, 6) penanganan pengaduan,
saran dan masukan. Terdapat dua poin yang berbeda dari Kemenpan nomor
63 Tahun 2003, yakni mengenai persyaratan dan penanganan pengaduan.
Selain itu, pelayanan publik yang baik juga harus didasari pada
beberapa asas dan prinsip. Sinambela (2010: 6) menyebutkan beberapa
asas pelayanan publik yang baik, yaitu:
a. Transparansi atau bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabilitas atau dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional atau sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektivitas.
d. Partisipatif atau mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Keamanan hak, dalam artian tidak diskriminatif atau tidak membeda-
bedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi.
18
f. Keseimbangan hak dan kewajiban antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik. Menurut
Moenir (2010: 23), faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik
antara lain:
1) Faktor kesadaran
Dengan adanya kesadaran pada pegawai atau petugas, diharapkan
dapat melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan
disiplin. Kelebihan dan tingkah laku orang lain jika disadari lalu
dikembangkan dapat menjadi faktor pendorong bagi kemajuan dan
keberhasilan.
2) Faktor aturan
Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan
orang. Makin maju dan majemuk suatu masyarakat makin besar
peranaaturan dan dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan
tenang tanpa aturan. Oleh karena itu aturan demikian besar dalam hidup
masyarakat maka dengan sendirinya aturan harus dibuat, dipatuhi, dan
diawasi sehingga dapat mencapai sasaran sesuai dengan maksudnya.
3) Faktor organisasi
Organisasi tidak semata-mata dalam perwujudan susunan organisasi,
melainkan lebih banyak pada pengaturan dan mekanisme kerjanya yang
harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai.
19
4) Faktor pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas
tenaga, dana, serta pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau
badan/organisasi, baik dalam bentuk uang, maupun fasilitas, dalam
jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat
memenuhi kebutuhan hidup baik untuk dirinya maupun keluarganya.
5) Faktor kemampuan dan keterampilan
Kemampuan yang dimaksud disini adalah keadaan yang ditujukan pada
sifat atau keadaan seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan
atas ketentuan-ketentuan yang ada. Istilah yang “kecakapan” selanjutnya
keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan menggunakan anggota badan dan pengetahuan kerja yang
tersedia. Dengan pengertian ini dapat dijelaskan bahwa keterampilan
lebih banyak menggunakan unsur anggota badan dari pada unsur lain.
6) Faktor sarana pelayanan
Sarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis pelayanan,
perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama
atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial
dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja itu.
Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan publik antara lain faktor kesadaran, faktor
aturan, faktor organisasi, faktor pendapatan, faktor kemampuan dan
keterampilan serta faktor sarana pelayanan.
20
3. Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el)
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan pada pasal 1 dijelaskan bahwa KTP-el adalah kartu tanda
penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana.Pengertian yang
sama juga tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 1
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2009 tentang Penyelenggaran Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
KTP-el adalah kartu tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan
identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana. Menurut Permendagri Nomor 9 tahun 2011 tentang pedoman
penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor induk Kependudukan
secara nasional dalam pasal 1 ayat (9) menjelaskan tentang KTP berbasis
NIK secara nasional yang selanjutnya disebut KTP Elektronik adalah KTP
yang memiliki spesifikasi dan format KTP Nasional dengan sistem
pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan
oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa KTP-el
adalah Kartu Tanda Penduduk yang dibuat secara elektronik yang berfungsi
secara komputerisasi dan memiliki spesifikasi dan Format KTP Nasional
yang dilindungi dengan sistem pengamanan khusus sebagai identitas resmi
penduduk yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota.
21
Ada beberapa fungsi dan manfaat dari penggunaan KTP-el menurut
Oktaf (2011:2) diantaranya: 1) KTP-el merupakan langkah strategis menuju
tertib administrasi kependudukan yang mengamanatkan adanya identitas
tunggal bagi setiap penduduk dan terbangunnya basis data kependudukan
yang lengkap dan akurat. 2) Mencegah adanya pemalsuan, 3) mencegah
adanya penggandaan penggunaan KTP, 4) kebutuhan untuk mewujudkan
keamanan Negara, 5) meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, 6)
dapat digunakan berbagai kegiatan yang sudah diberlakukan, 7) kartu bukti
tanda penduduk Indonesia, 8) dapat dipakai sebagai kartu suara dalam
pemilu, pilkada dan lain-lain, 9) pengidentifikasian untuk memecahkan suatu
perkara kejahatan yang sulitseperti terorisme, pembobolan bank via ATM,
pemilikan KTP ganda, dan lain-lain membuat pengembangan teknologi
identifikasi semakin diperlukan, 10) lebih awet penggunaanya sampai 10
tahun.
Kementerian Dalam Negeri Indonesia melalui Direktorat Jendral
Kependudukan dan Pencatatan Sipil menambahkan manfaat KTP-el bagi
masyarakat, bangsa dan negara yakni diataranya sebagai berikut.
1) Untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP
palsu sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hukum
2) Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat,
khususnya yang berkaitan dengan data penduduk wajib KTP Yang identik
dengan data penduduk potensial pemilih pemilu (DP4), sehingga DPT
pemilu yang selama ini sering bermasalah tidak akan terjadi.
3) Dapat mendukung peningkatan keamanan negara sebagai dampak positif
dari tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu, dimana selama ini
22
para pelaku kriminal termasuk teroris selalu menggunakan KTP ganda
dan KTP palsu.
4) KTP-el merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi semua
ketentuan yang di atur dalam UU No. 23 Tahun 2006 dan Perpres No.26
Tahun 2009, sehingga berlaku secara nasional dengan demikian
mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari lembaga
pemerintahan dan swasta, karena tidak lagi memerlukan KTP setempat.
Nurjihan (2016: 297) mengemukakan bahwa fungsi dan manfaat dari
KTP Elektronik (KTP-el) 1) adanya identitas tunggal bagi setiap penduduk
dan terbangunnya basis data kependudukan yang lengkap dan akurat. 2)
Mencegah adanya pemalsuan. 3) Mencegah adanya penggandaan
penggunaan KTP. 4) Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam pemilu,
pilkada, dan lain-lain. 5) Pengidentifikasian untuk mencegah suatu perkara
yang sulit seperti terorisme, pembobolan via ATM, pemilikan KTP ganda, dan
lain-lain membuat pengembangan teknologi identifikasi semakin diperlukan.
6) Kebutuhan untuk mewujudkan keamanan Negara.
Adapun ketentuan-ketentuan mengenai KTP-el berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2006 tentang administrasi
kependudukan adalah sebagai berikut.
1) Penduduk WNI dan WNA yang memiliki ijin tinggal tetap yang
telahberumur 17 tahun atau telah kawin/belum kawin wajib memiliki KTP-
el.
2) WNA yang memilik status orang tuanya yang memiliki ijin tinggal tetapdan
sudah berumur 17 tahun wajib memiliki KTP-el.
3) KTP-el berlaku secara nasional.
23
4) KTP-el diterbitkan dan ditanda tangani oleh kepala instansi pelaksana.
5) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP-el kepada
instansi pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.
6) Penduduk hanya dibolehkan memiliki satu KTP-el.
7) Dalam KTP-el disediakan ruang memuat kode keamanan dan rekaman
elektronik pencatatan peristiwa penting.
8) Penduduk yang telah berusia 60 tahun diberi KTP-el yang berlaku seumur
hidup.
9) KK/KTP-el diterbitkan paling lambat 14 hari sejak tanggal dipenuhinya
semua persyaratan.
10) Keterangan tenang agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui
sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
atau bagi penghayat kepercayaan tidak di isi, tetapi dilayani dan dicatat
dalam database kependudukan.
Undang-Undang tersebut telah mengalami perubahan dan digantikan
dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2013 tentang perubahan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan diatur
dalam Perda No. 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 7 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil yang selanjutnya dijelaskan dalam pasal 24 mengenai
ketentuan-ketentuan mengenai pembuatan KTP-el adalah sebagai berikut.
1) Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izin tinggal dan tetap yang
telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin
wajib memiliki KTP-el.
2) Dihapus.
24
3) Masa berlaku KTP-el untuk:
a) WNI masa berlakunya seumur hidup
b) orang asing masa berlakunya disesuaikan dengan masa berlaku izin
tinggal tetap.
4) KTP-el berlaku secara nasional.
5) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diperbolehkan
memiliki 1 (satu) KTP-el.
6) Orang asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan
perpanjangan masa berlaku atau mengganti KTP-el kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal masa
berlaku Izin Tinggal Tetap berakhir.
7) Penduduk wajib membawa KTP-el pada saat bepergian.
8) KTP-el tidak mencantumkan keterangan alamat, nama, nomor induk
pegawai, dan tanda tangan pejabat.
9) KTP-el wajib diperbaharui apabila terjadi perubahan elemen data, rusak,
dan hilang.
10) Penerbitan KTP-el bagi WNI yang baru datang dari luar negeri dilakukan
setelah diterbitkan surat keterangan datang dari luar negeri oleh Kepala
Instansi Pelaksana.
Persyaratan penerbitan KTP-el baru terdiri dari surat pengantar RT/RW,
surat pengantar dari kepala desa/kelurahan, formulir permohonan KTP-el,
perekaman KTP-el di UPT Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan
foto copy kartu keluarga terbaru. Persyaratan penerbitan KTP-el karena
hilang antara lain: surat pengantar RT/RW, surat pengantar dari kepala
desa/kelurahan, formulir permohonan KTP-el, perekaman KTP-el di UPT
25
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan foto copy kartu keluarga
terbaru. Persyaratan penerbitan KTP-el karena rusak yaitu formulir
permohonan KTP-el dan menyerahkan KTP-el yang rusak. Persyaratan
penerbitan KTP-el karena mutasi pendudukan antara lain: surat pengantar
RT/RW, surat pengantar dari kepala desa/kelurahan yang dituju, formulir
permohonan KTP-el, perekaman KTP-el bagi yang belum melakukan
perekaman di UPT Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, menyerahkan
KTP-el dari daerah asal dan dan foto copy surat keterangan pindah datang
(dilegalisir). Persyaratan penerbitan KTP-el karena pindah datang dari luar
negeri antara lain formulir permohonan KTP-el, KTP-el lama dan foto copy
surat keterangan datang dari luar negeri yang dikeluarkan dari instansi
pelaksana.
Penerbitan KTP-el karena Perubahan Elemen Data (Mengacu
Permendagri 74 Tahun 2015 Tentang Perubahan Elemen Data Penduduk di
KTP-el) antara lain surat pengantar RT/RW, surat pengantar dari kepala
desa/kelurahan yang dituju, formulir permohonan KTP-el, foto copy kartu
keluarga terbaru hasil perubahan elemen data dan menyerahkan KTP-el
lama atau surat keterangan kehilangan dari Desa/Kelurahan dan pernyataan
penyebab kehilangannya. Penerbitan KTP-el untuk Pemegang Surat
Keterangan Telah Perekaman KTP-el yaitu tidak ada perubahan elemen data
dalam surat keterangan; formulir permohonan KTP-el (F.KTP-el.2); dan surat
Keterangan sudah Perekaman KTP-el asli. Namun kebijakan terbaru
menyebutkan bahwa untuk prosedur pembuatan KTP-el, pemohon dapat
langsung mendaftar di kecamatan masing-masing untuk mengisi blangko
form F101 dengan fotocopy Kartu Keluarga (KK). Kemudian pemohon dapat
26
melakukan perekaman KTP-el. Perekaman KTP-el di kecamatan dimulai
tahun 2011. Selanjutnya apabila KTP-el hilang pemohon membawa surat
keterangan kehilangan dari Polsek.
4. Penyandang Disabilitas
Istilah penyandang disabilitas atau orang-orang yang memiliki
perbedaan kemampuan seringkali dikenal dengan istilah “difable” (diferrently
abled people) atau sekarang ini lebih dikenal dengan istilah “disabilitas”
dimana masalah yang terkait dengan disabilitas masih jarang mendapatkan
perhatian dari pemerintah maupun masyarakat di Indonesia. Terminologi lain
yang digunakan untuk menyebut “difable” ini antara lain adalah “penyandang
cacat”, “orang berkelainan”, atau “orang tidak normal”. Istilah tersebut
sebenarnya tidak “bebas nilai”, artinya ada pemahaman nilai tertentu yang
“melabelkan” dan mendominasi kelompok masyarakat lain (Rahayu
Repindowaty Harahap dan Bustanuddin, Jurnal Inovatif, 2015: 18).
Disabilitas merupakan istilah yang digunakan untuk penyandang cacat
fisik atau masyarakat dengan kebutuhan khusus. Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas
menyebutkan bahwa penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama
yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak.
Pengertian ini sama dengan pengertian yang tercantum dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Penyandang Cacat sebagai berikut: setiap orang
yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu
27
atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan
secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang cacat fisik, penyandang
cacat mental,dan penyandang cacat fisik dan mental.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas dijelaskan pada pasal 1 bahwa penyandang disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak. Dijelaskan lebih lanjut pada pasal 22 bahwa penyandang
disabilitas memiliki hak pendataan meliputi 1) hak didata sebagai penduduk
dengan disabilitas dalam kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil; 2) mendapatkan dokumen kependudukan; dan 3) mendapatkan kartu
penyandang disabilitas.
WHO (dalam Coleridge Peter, 2007: 132) mengemukakan definisi
disabilitas yang berbasis pada model sosial sebagai berikut.
1) Kerusakan atau kelemahan (Impairment) yaitu ketidaklengkapan atau
ketidaknormalan yang disertai akibatnya terhadap fungsi tertentu.
Misalnya kelumpuhan di bagian bawah tubuh disertai ketidakmampuan
untuk berjalan dengan kedua kaki.
2) Cacat/ketidakmampuan (Disability/handicap) adalah kerugian
/keterbatasan dalam aktivitas tertentu sebagai akibat faktor-faktor sosial
yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memperhitungkan orang-orang
yang menyandang “kerusakan/kelemahan” tertentu dan karenanya
mengeluarkan orang-orang itu dari arus aktivitas sosial
28
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang
dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Terdapat beberapa jenis penyandang disabilitas. Dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pada pasal 1 ayat
1 dikemukakan bahwa penyandang cacat dibagi menjadi penyandang cacat
mental, penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental dan fisik.
Menurut Nur Kholis Reefani (2013: 17) pengelompokkan penyandang
disabilitas adalah sebagai berikut.
1) Disabilitas mental terdiri dari 3 yaitu a) mental tinggi, sering dikenal
dengan orang berbakat intektual dimana memiliki kemampuan intelektual
di atas rata-rata dan memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap
tugas, b) mental rendah, kemampuan mental rendah atau kapasitas
intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata, c) berkesulitan
belajar spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar.
2) Disabilitas fisik, kelainan ini bermacam-macam yakni: a) kelainan tubuh
(tuna daksa) yaitu individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh),
polio dan lumpuh. b) Kelainan indera penglihatan (tuna netra), c) kelainan
pendengaran (tuna rungu), dan kelainan bicara (tuna wicara).
29
3) Disabilitas ganda (tuna ganda) yakni penderita cacat lebih dari satu
kecacatan baik cacat fisik dan mental.
Adapun jenis disabilitas berdasarkan pada faktor penyebabnya (Sapto
Nugroho & Risnawati Utami, 2008: 114).
1) Cacat didapat (Acquired), penyebabnya bisa karena kecelakaan lalu
lintas, perang/konflik bersenjata atau akibat penyakit-penyakit kronis.
2) Cacat bawaan/sejak lahir (Congentinal), penyembabanya antara lain
karena kelainan pembentukan organ-organ (organogenesis) pada masa
kehamilan karena serangan virus, giziburuk, pemakaian obat-obatan tak
terkontrol atau karena penyakit menular.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis
penyandang disabilitas terdiri dari 3 macam yaitu disabilitas mental,
disabilitas fisik dan disabilitas ganda.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang prosedur pemecahan
masalah diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek
ataupun objek peneliti pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya yang meliputi interpretasi data dan
analisis data (Nawawi Hadari, 2010: 63). Pendekatan kualitatif untuk
menganalisis kualitas pelayanan pembuatan KTP-el kepada penyandang
disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman serta untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelayanan
30
pembuatan KTP-el kepada penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman.
2. Unit Analisis
a. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah informasi yang didapatkan dari subjek
peneliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian antara lain:
1) Kualitas pelayanan pembuatan KTP-el kepada penyandang
disabilitas di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
2) Faktor pendukung dan dan penghambat dalam pelayanan
pembuatan KTP-el kepada penyandang disabilitas di Kecamatan
Minggir Kabupaten Sleman.
b. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang akan diperoleh datanya untuk
penelitian. Selain peneliti dalam penelitian ini subjek peneliti juga
merupakan narasumber dan informan. Dalam penelitian ini, penentuan
subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive. Teknik purposive
adalah penentuan sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
(Sugiyono, 2012: 299). Adapun subjek penelitian yang akan diambil
sebagai sampel, meliputi:
1) Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Sleman atau mewakili yang memiliki pengetahuan berkaitan
kependudukan dan pencatatan sipil termasuk pelayanan KTP-el di
Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
2) Petugas bidang pendaftaran penduduk Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Sleman yang bertugas menangani
31
pelayanan pendaftaran penduduk dalam hal ini KTP-el sebanyak 1
orang.
3) Camat dan petugas Seksi Pelayanan Umum Kecamatan Minggir.
4) Masyarakat penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman sebanyak 5 orang yang dipilih berdasarkan jenis
disabilitas yang telah mendapatkan pelayanan jemput bola, yaitu:
a) Sendangagung 1 orang dengan jenis disabilitas tuna netra.
b) Sendangmulyo 2 orang dengan jenis disabilitas tuna daksa dan
tuna ganda (cacat mental dan cacat tubuh).
c) Sendangrejo 1 orang dengan jenis disabilitas tuna grahita.
d) Sendangsari 1 orang dengan jenis disabilitas tuna grahita.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui jumlah informan
dalam penelitian ini sebanyak 9 orang.
c. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
d. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2017 sampai
dengan bulan Februari 2018. Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini
bersifat fleksibel mengikuti situasi dan kondisi dari subjek penelitian agar
penelitian dapat berjalan dengan efektif dan mendukung keakuratan data.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
32
a. Wawancara
Menurut Esterberg dalam (Sugiyono, 2012: 73) mengemukakan
beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi
terstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam pelaksanaan pengumpulan data
di lapangan, peneliti menggunakan wawancara jenis semi terstruktur.
Hal ini dikarenakan jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori
in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini bertujuan
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak
peneliti dapat menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk
mengungkap pendapat dan ide dari responden. Sebelum mengumpulkan
data di lapangan dengan metode wawancara, peneliti menyusun daftar
pertanyaan sebagai pedoman di lapangan agar proses wawancara tetap
fokus dan tidak keluar dari konteks yang menjadi tujuan utama peneliti.
Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan fleksibel, sementara
pedoman wawancara hanya digunakan sebagai acuan.
b. Observasi
Peneliti mengamati, mencatat temuan yang menyangkut dengan
penelitiannya dan menganalisis. Peneliti mengamati beberapa aspek
diantaranya proses pembuatan KTP-el, dan pelayanan yang dilakukan
pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan
KTP-el. Peneliti menggunakan observasi nonpartisipan karena peneliti
tidak terlibat hanya sebagai pengamat. Sebelum melakukan observasi,
peneliti membuat pedoman observasi sebagai acuan agar proses
observasi tetap fokus dan tidak keluar dari konteks yang menjadi tujuan
33
utama peneliti. Lembar observasi merupakan lembar pengamatan yang
harus diisi oleh observer. Lembar observasi berupa lembar untuk
mencatat semua aktivitas pelayanan pembuatan KTP-el kepada
penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012: 82) dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Teknik dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data yang diperoleh dalam wawancara dan observasi.
Menurut Sugiyono (2012: 82) studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dengan studi dokumentasi ini peneliti mendapatkan suatu
penjelasan yang akurat dari hasil observasi dan wawancara yang telah
dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, fungsi, dan lain sebagainya.
4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis induktif, yakni
cara analisis dari contoh-contoh kongkrit dan fakta-fakta diuraikan terlebih
dahulu, baru kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan atau
generalisasi. Pada metode induktif, data dikaji melalui proses yang
berlangsung dari fakta. Model analisis yang digunakan model interaktif
sebagaimana diajukan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono: 2015:91)
yaitu sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data (Data Collection)
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek,
34
yaitu deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang
berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan dan
dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari
peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Catatan refleksi yaitu catatan
yang memuat kesan, komentar dan tafsiran peneliti tentang temuan yang
dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap
berikutnya. Untuk mendapatkan catatan ini, maka peneliti melakukan
wawancara beberapa informan, observasi dan mengumpulkan
dokumentasi berkaitan dengan kualitas pelayanan pembuatan KTP-el
kepada penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan
melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat, menggolong-
golongkan ke dalam pola-pola dengan membuat transkip penelitian untuk
mempertegas, memperpendek membuat fokus, membuang bagian yang
tidak penting dan mengatur agar dapat ditarik kesimpulan.
c. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut. Hasil dari reduksi data disajikan dalam laporan
35
secara sistematis yang mudah dibaca atau mudah dipahami baik secara
keseluruhan maupun bagian-bagian, dapat berupa uraian singkat, naratif,
bagan, hubungan antar kategori, ataupun flowchart.
d. Penarikan Kesimpulan (Conclusions/Verifying)
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau
proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat
dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar
memperoleh pemahaman yang lebih tepat, selain itu juga dapat dilakukan
dengan mendiskusikan. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh
dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga
kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh.
Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti
menggunakan uji kredibilitas. Menurut Mile & Huberman dalam Sugiyono
(2012: 125). Uji kredibilitas dilakukan dengan menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
teknik untuk mengecek data dari para informan.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dnegan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.Data dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan,
dikategorikan, mana pandangan yang sama dan mana yang berbeda.
Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
36
kesimpulan. Dalam penelitian ini, teknik triangulasi sumber dilakukan
dengan membandingkan hasil wawancara subyek penelitian dengan
skema gambar sebagai berikut.
Gambar I. 1. Triangulasi Sumber
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Dalam penelitian ini, triangulasi teknik dilakukan dengan
membandingkan hasil wawancara, obsrvasi dan dokumentasi dengan
skema gambar sebagai berikut:
Gambar I. 2. Triangulasi Teknik
Wawancara
mendalam
(In-depth Interview)
Sumber Data 1 (Kepala Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil)
Sumber Data 2 (petugas Bidang Pendaftaran
Penduduk)
Sumber Data 3 (Masyarakat penyandang
disabilitas)
Wawancara (Interview)
Dokumentasi
Observasi
Sumber Data
(Kepala Dinas
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil,
petugas dan masyarakat
penyandang disabilitas)
37
37
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Kecamatan Minggir
1. Kondisi Geografis
Minggir merupakan nama salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Minggir secara
geografis berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Tempel
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Moyudan
c. Sebelah Timur : Kecamatan Godean dan Kecamatan Sayegan
d. Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo
Kecamatan Minggir berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatannya
berada pada ketinggian 165 meter diatas permukaan laut. Kecamatan
Minggir beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis.
Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Mingir adalah 29ºC dengan
suhu terendah 23ºC. Bentangan wilayah di Kecamatan Minggir berupa
tanah yang datar dan berombak (Monografi Kecamatan Minggir, 2017).
Kecamatan Minggir berada di sebelah Barat dari Ibukota Kabupaten
Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota)
Kabupaten Sleman adalah 17 Km, dan jarak desa terjauh di Kecamatan
Minggir adalah 5 Km. Kecamatan Minggir mempunyai luas wilayah 31.605
Ha, dengan peruntukan sebagai berikut:
38
Tabel II.1 Luas dan Peruntukan Tanah
No Peruntukan Lahan Frekuensi (Ha) Persentase (%)
1. Tanah Sawah 14,605 46,21
2. Tanah Kering 16,608 52,55
3. Tanah Basah 27 0,09
4. Tanah Keperluan Fasilitas Umum
35 0,11
5. Lain-lain 330 1,04
Jumlah 31,605 100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Minggir, 2017
Berdasarkan tabel II.1 diketahui bahwa wilayah Kecamatan Minggir
sebagian besar lahan diperuntukan sebagai tanah kering yakni berupa
pekarangan/bangunan/tegal/lading yang mencapai 52,55%, sisanya
diperuntukan sebagai tanah sawah, tanah basah, tanah keperluan fasilitas
umum, dan lain-lain.
Tabel II.2 Jenis Pemukiman/ Perumahan
No Jenis Pemukiman Frekuensi (Buah) Persentase (%)
1. Rumah Permanen 211 64,53
2. Rumah Semi Permanen 91 27,82
3. Rumah Bambu 25 7,65
Jumlah 327 100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Minggir, 2017
Berdasarkan tabel II.2 diketahui bahwa wilayah Kecamatan Minggir
sebagian besar pemukiman/perumahannya berjenis rumah permanen
yang mencapai 64,53% dan sisanya adalah rumah semi permanen
dengan jumlah 24,82% dan rumah bambu dengan jumlah 7,65%.
2. Kondisi Demografis
Sebagaikawasan yang terletak diujung timur dari wilayah Kabupaten
Sleman Kecamatan Minggir dihuni oleh 11.400 KK. Jumlah keseluruhan
penduduk Kecamatan Minggir adalah 35.501 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki 17.541 orang (49,41 %) dan penduduk perempuan
39
17.960 orang (50,59 %) dengan kepadatan penduduk mencapai 0
jiwa/km2, dengan penyebaran penduduk merata (Monografi Kecamatan
Minggir, 2017).
a. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Kelompok Jenis Mata Pencarian Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)
1. Petani 5.942 37,30
2. Pengusaha 117 0,73
3. Pengrajin/Industri Kecil 802 5,03
4. Buruh Industri 370 2,32
5. Buruh Bangunan 68 0,43
6. Buruh Pertambangan 87 0,55
7. Pedagang 1.159 7,27
8. Pengangkutan 49 0,31
9. PNS 1.097 6,89
10. ABRI 609 3,82
11. Pensiunan (PNS/ABRI) 392 2,46
12. Peternak 4.744 29,78
13. Lain-lain 496 3,11
Jumlah 15.932 100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Minggir, 2017
Berdasarkan tabel II.3 dapat diketahui mata pencarian penduduk
Kecamatan Minggir yaitu mayoritas sebagai petani, dengan jumlah
37,30% atau 5.942 jiwa.
b. Pemeluk Agama
Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok
Pemeluk Agama
No Kelompok Jenis Agama Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)
1. Islam 27.249 76,76
2. Kristen 851 2,40
3. Katholik 7.389 20,81
4. Hindu 9 0,03
5. Budha 3 0,01
33 Jumlah 35.501 100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Minggir, 2017
40
Berdasarkan tabel II.4 dapat diketahui bahwa Kecamatan Minggir
sebagian besar penduduknya memeluk Agama Islam sebesar 76,76%
atau 27.249 jiwa.
c. Mobilitas/Mutasi
Tabel II.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Jenis Mobilitas/Mutasi
No Kelompok Jenis Mobilitas/Mutasi Frekuensi(Jiwa)
1. Pindah 203
2. Datang 161
3. Lahir 19
4. Mati 157
Sumber: Monografi Kecamatan Minggir, 2017
Dari tabel II.5 dapat diketahui besaran angka kelahiran, kematian
dan mutasi penduduk. Berikut merupakan perhitungan angka kelahiran
kasar dan angka kematian kasar penduduk di Kecamatan Minggir.
Rumus (L + D) – (M + P) = (19+161) – (157+203)
= 180 - 360
= -180
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pertambahan penduduk di Kecamatan Minggir adalah sangat rendah.
d. Data Penduduk yang Wajib Memiliki KTP-el
Data penduduk yang wajib memiliki KTP-el di Kecamatan Minggir
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel II.6 Data Penduduk yang Wajib Memiliki KTP
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sendangarum 1.441 1.577 3.018
2 Sendangmulyo 2.668 2.917 5.585
3 Sendangagung 3.016 3.219 6.235
4 Sendangsari 2.145 2.464 4.609
5 Sendangrejo 3.090 3.330 6.420
TOTAL 12.360 13.507 25.867
Sumber: Laporan Penduduk Kecamatan Minggir September 2017
41
Jumlah penduduk yang wajik memiliki KTP-el di Kecamatan
Minggir sebanyak 26.867 penduduk, terdiri dari 12.360 penduduk laki-
laki dan 13.507 penduduk perempuan. Sedangkan jumlah penduduk
yang telah memiliki KTP-el di Kecamatan Minggir dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel II.7 Jumlah Penduduk yang Telah Memiliki KTP-el
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sendangarum 1.441 1.577 3.018
2 Sendangmulyo 2.692 2.885 5.577
3 Sendangagung 3.027 3.120 6.147
4 Sendangsari 2.160 2.269 4.429
5 Sendangrejo 3.003 3.270 6.273
TOTAL 12.323 13.121 25.444
Sumber: Laporan Penduduk Kecamatan Minggir September 2017
Di Kecamatan Minggir terdapat 25.444 yang telah memiliki KTP-
el, terdiri dari 12.323 penduduk laki-laki dan 13.121 penduduk
perempuan yang tersebar di 5 (lima) desa di wilayah kecamatan Minggir
seperti tertera dalam tabel di atas.
e. Data Penduduk Penyangdang Disabilitas
Data penduduk penyandang disabilitas di Kecamatan Minggir
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.8 Jumlah Penduduk Peyandang Disabilitas
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sendangarum 40 33 73
2 Sendangmulyo 38 29 67
3 Send
Top Related