Kajian Kemampuan Software Processing Data GPS untuk Pengolahan data GPS Baseline Panjang
Heri Andreas, Irwan G, H.Z. Abidin, , M. Gamal
Kelompok Keilmuan Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
LABTEX IXC Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 - Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Survai GPS yang dilakukan dalam kegiatan survey dan pemetaan biasanya memerlukan suatu titik ikat atau titik kontrol. Kita mengenal adanya titik-titik kontrol berupa titik triangulasi, titik-titik kontrol orde 0, 1, 2, 3 dan 4, serta titik-titik kontrol lainnya. Representasi titik-titik kontrol tersebut di lapangan berupa Bench Mark/ tugu yang memiliki nilai koordinat yang definitif baik dalam sistem koordinat geodetik, atau sistem koordinat proyeksi, yang terintegrasi baik secara sistem nasional, bahkan dalam lingkup praktis global. Keberadaan titik-titik kontrol diupayakan dapat tersebar di seluruh wilayah nusantara, dengan kerapatan tertentu, yang nantinya dapat digunakan dalam membantu proses survey dan pemetaan dalam suatu sistem nasional secara efektif dan efisien. Sebagai contoh desain spasi orde 1 telah ditentukan sekitar 100-200 kilometer, orde 2 sekitar 10-15 kilometer, dan orde 3 sekitar 1-2 kilometer. Namun demikian, kenyataan yang ada sekarang ini, titik kontrol masih belum tersebar secara merata di seluruh wilayah nusantara, dan juga kerapatannya belum optimal, mungkin hanya di wilayah Jawa Bali saja yang sudah tertata dengan cukup baik. Dengan status keberadaan titik kontrol yang belum tertata secara optimal di seluruh wilayah Indonesia seperti di gambarkan di atas, maka tidak jarang ketika kita melakukan survai GPS kita akan bergelut dengan baseline yang panjang. Kenyataan ini memberikan kendala bagi kita ketika melakukan proses pengolahan data GPS. Biasanya pengolahan data GPS akan menjadi rumit ketika berhadapan dengan baseline panjang untuk mendapatkan ketelitan hasil pengolahan data yang baik (teliti), terlebih ketika menggunakan software pengolahan data GPS komersial. Melalui tulisan ini akan dibahas mengenai kemampuan software processing data GPS (software komersial maupun ilmiah) ketika bekerja dalam baseline yang panjang, sampai dimana kemampuannya dalam memberikan hasil koordinat, lengkap dengan analisis ketelitiannya. Keyword : titik referensi, baseline panjang, software GPS 1. Pendahuluan Survai GPS yang dilakukan dalam kegiatan survey dan pemetaan biasanya memerlukan suatu titik ikat atau titik kontrol. Kita mengenal adanya titik-titik kontrol berupa titik triangulasi, jaringan titik dopler, titik-titik kontrol orde 0, 1, yang dikelola oleh Bakosurtanal, kemudian titik-titik kontrol orde 2, 3 dan 4 yang dikelola oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), serta titik-titik kontrol lainnya. Sistem Datum yang digunakan diantaranya datum topentrik genuk, padang, datum Nasional ID 74, dan
Datum Nasional DGN 95. Representasi titik-titik kontrol tersebut di lapangan berupa Bench Mark/ tugu yang memiliki nilai koordinat yang definitif baik dalam sistem koordinat geodetik, atau sistem koordinat proyeksi (UTM dan atau TM 30 ), yang terintegrasi baik secara sistem nasional, bahkan dalam lingkup praktis global. Keberadaan titik-titik kontrol diupayakan dapat tersebar di seluruh wilayah nusantara, dengan kerapatan tertentu, yang nantinya dapat digunakan dalam membantu proses survey dan pemetaan dalam suatu sistem nasional secara efektif dan efisien. Sebagai contoh desain spasi orde 0, orde 1, orde 2, orde 3, dan orde 4 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Titik Kontrol Lokasi Pengelola Spasi tipikal antar titik Orde - 0 Ibukota Provinsi
dan kota-kota besar Bakosurtanal 200 1000 kilometer
Orde - 1 Ibukota kabupaten dan kotamadya
Bakosurtanal 100 200 kilometer
Orde - 2 Pemukiman, diluar kawasan hutan
BPN 10 - 15 kilometer
Orde - 3 Pemukiman, diluar kawasan hutan
BPN 1 - 2 kilometer
Orde - 4 Pemukiman, diluar kawasan hutan
BPN ~ 500 meter
Kenyataan yang ada sekarang ini, titik kontrol masih belum tersebar secara merata di seluruh wilayah nusantara, dan juga kerapatannya belum optimal, mungkin hanya di wilayah Jawa Bali saja yang sudah tertata dengan cukup baik. Dengan status keberadaan titik kontrol yang belum tertata secara optimal di seluruh wilayah Nusantara ini, maka tidak jarang ketika kita melakukan survai GPS kita akan bergelut dengan baseline yang panjang. Banyak sekali kita dihadapkan dengan keberadaan titik ikat survai GPS yang berjarak ratusan kilometer dari wilayah kerja kita (contoh di Kalimantan, atau Sumatera), sehingga baseline yang dibentuk ketika proses survai GPS jelas akan ratusan kilo pula. Kenyataan ini memberikan kendala bagi kita ketika melakukan proses pengolahan data GPS. Biasanya pengolahan data akan menjadi rumit ketika berhadapan dengan baseline panjang untuk mendapatkan ketelitian hasil pengolahan data yang baik (teliti), terlebih ketika kita menggunakan software pengolahan data GPS komersial. Melalui tulisan ini akan dibahas mengenai kemampuan software processing data GPS (software komersial maupun ilmiah) ketika bekerja dalam baseline yang panjang, sampai dimana kemampuannya dalam memberikan hasil koordinat, lengkap dengan analisis ketelitiannya. Hasil pembahasan diharapkan dapat berguna sebagai masukan, informasi bagi para profesional survey dan pemetaan mengenai langkah atau strategi apa yang akan dilakukan ketika mengolah data GPS dengan baseline yang panjang.
Tabel 1. Desain spasi tipikal jaring titik referensi/kontrol Nasional orde 0, orde 1, orde 2, orde 3 dan orde 4
2. Metodologi Tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam membuat kajian kemampuan software processing data GPS untuk pengolahan data GPS baseline panjang yaitu pertama mengumpulkan data-data GPS baseline panjang (~100 kilometer, ~200 kilometer, ~500 kilometer, dan ~1000 kilometer) dan selanjutnya mengolah data GPS tersebut menggunakan software Komersial dan software Ilmiah. Hasil pengolahan data masing-masing software kemudian akan dianalisis tingkat ketelitiannya. Secara visualisasi skematik metodologi yang dipakai dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini : 3. Teori Teknologi Global Positioning System atau biasa disebut GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimesi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan [ Abidin, 2000] Teknologi GPS ini kini telah banyak digunakan dalam membantu proses pekerjaan survey dan pemetaan, seperti pengadaan titik ikat poligon, pengukuran posisi persil tanah, pengukuran objek-objek peta, dan lain-lain. Dari banyak metoda pengukuran dengan GPS, yang banyak dipilih dalam membantu bidang survey dan pemetaan biasanya metode Survai GPS. Metode Survai GPS ini merupakan teknik penentuan posisi secara diferensial (gambar 2), yang biasanya dilakukan untuk menentukan posisi statik suatu objek secara teliti, yang minimal diperlukan 2 receiver GPS tipe geodetik. Dengan metode diferensial ini akan dibutuhkan adanya minimal satu titik kontrol atau titik referensi
data-data GPS baseline panjang (~100 kilometer, ~200 kilometer, ~500 kilometer, dan ~1000 kilometer)
Pengolahan data Sofware Komersial ( SKI PRO Versi 2.1 )
Pengolahan data Sofware Ilmiah ( Bernese 5.0 )
Analisis tingkat ketelitian Posisi Analisis tingkat ketelitian Posisi
Gambar 1. visualisasi skematik metodologi kajian kemampuan software processing data GPS untuk pengolahan data GPS baseline panjang
(biasa disebut titik base) yang akan membangun jaring baseline ( komponen X, Y, Z ) dengan titik yang akan ditentukan posisinya (biasa disebut titik rover).
satelit GPS
pengamat monitorstation
Statik satelit GPSkinematik
pengamat
monitor station
Dengan metode diferensial (teknik pengurangan data) maka kesalahan dan bias pada data GPS sebagian dapat dihilangkan dan sebagian lagi dapat direduksi secara maksimum pengaruhnya, sehingga nantinya akan didapat hasil penentuan posisi GPS dengan tingkat ketelitian yang baik. Selengkapnya efek pengurangan data dapat dilihat pada tabel 2 :
Kesalahan dan Bias data GPS
Dapat dihilangkan
Dapat di reduksi
Tidak dapat dihilangkan dan atau
direduksi
Keterangan
Jam Satelit Jam Receiver Orbit Tergantung
panjang baseline Ionosfer Tergantung
panjang baseline Troposfer Tergantung
panjang baseline Multipath Noise
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa kesalahan pada orbit, bias pada ionosfer dan troposfer pengaruhnya akan direduksi tergantung pada panjangnya baseline GPS. Pengaruhnya akan direduksi secara maksimal apabila baseline GPS pendek, sebaliknya apabila baseline GPS panjang, maka pengaruh kesalahan dan bias tersebut tidak akan tereduksi secara maksimal. Apabila kita perhatikan lagi apa yang diungkapkan di atas, bahwa ketelitian posisi yang diberikan oleh GPS akan baik (teliti) jika kesalahan dan bias dapat dihilangkan atau direduksi secara maksimum, kemudian kita hubungkan dengan pengaruh panjang baseline terhadap efektifitas pengurangan kesalahan dan bias, maka
Gambar 2. Sistem Penentuan Posisi dengan GPS metode Diferensial (Abidin, 2000)
Tabel 2. Konsekuensi differencing Data GPS (Teknik Diferensial)
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan baseline pendek akan diperoleh ketelitian posisi yang lebih baik bila dibandingkan dengan baseline panjang. Kembali ke tujuan penulisan, kita bisa melihat bahwa pengaruh baseline panjang akan memperumit kita untuk mendapatkan ketelitian hasil pengolahan data GPS yang baik (teliti), terlebih ketika kita nantinya menggunakan software processing data GPS komersial dalam mengolah datanya. Sampai sejauh mana tingkat ketelitian yang dapat diberikan berkaitan dengan pengolahan data GPS menggunakan software komersial dan software ilmiah akan menjadi tujuan akhir pembuatan tulisan ini. 4. Data Data-data GPS yang digunakan dalam kajian kemampuan software processing data GPS (software komersial maupun ilmiah) ketika bekerja dalam baseline yang panjang adalah data GPS yang memiliki panjang baseline ~100 kilometer, ~200 kilometer, ~500 kilometer, dan ~1000 kilometer. Data data tersebut masing-masing terkumpul selama 6 hari yang terbagi per-sesi 12 jam dan 24 jam. Selengkapnya karakteristik data dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
Baseline Lama pengamatan Sesi pengamatan
Jumlah sesi data
~ 117 Kilo 6 hari 12 jam 24 jam
12 data 6 data
~ 249 kilo 6 hari 12 jam 24 jam
12 data 6 data
~ 450 kilo 6 hari 12 jam 24 jam
12 data 6 data
~ 557 kilo 6 hari 12 jam 24 jam
12 data 6 data
~ 1003 kilo 6 hari 12 jam 24 jam
12 data 6 data
5. Pengolahan data dan Analisis 5.1 Pengolahan data Pengolahan data GPS untuk masing-masing karakteristik data seperti disebutkan di atas diolah menggunakan software komersial SKI Pro versi 2.1 dengan strategi solusi fix ambiguity dan strategi solusi float ambiguity, kemudian menggunakan Software ilmiah Bernese 5.0 solusi Quarsi Ionosferic Free (QIF). Software Ski Pro di buat oleh Leica, dan Bernese dibuat oleh university of Berne. Hasil pengolahan data nantinya berupa kumpulan posisi yang akan di-plot dalam grafik-grafik (gambar 3-7) sesuai masing-masing karakteristik data (panjang baseline) dan dilihat bagaimana sebarannya yang sekaligus menunjukkan tingkat ketelitian yang diberikan. Untuk memperoleh hasil-hasil posisi secara optimum dilakukan penanganan kesalahan dan bias data GPS melalui pemodelan, estimasi, serta konsekuensi differencing data.
Tabel 3. Karakteristik panjang baseline dan lama waktu pengamatan GPS
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 117 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Softw are SKI PRO 2.1 ambiguity f ix solution
-7.0-6.0-5.0-4.0-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.0
-7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
northing
east
ing
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 117 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Softw are SKI PRO 2.1 ambiguity fix solution
-7.0-6.0-5.0-4.0-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.0
-7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
northing
east
ing
Gambar 3. Grafik Dari kiri ke kanan, atas ke bawah masing-masing adalah repetabilitas posisi untuk baseline ~117 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~117 kilometer pengolahan data per-12 jam, baseline ~249 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~249 kilometer pengolahan data per-12 jam, baseline ~450 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~450 kilometer pengolahan data per-12 jam. Software pengolahan data yang digunakan yaitu SKI Pro Versi 2.1 dengan strategi pengolahan data solusi fix ambiguity
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 249 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Softw are SKI PRO 2.1 ambiguity f ix solution
-7.0-6.0-5.0-4.0-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.0
-7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
northing
eas
ting
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 249 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity fix solution
-7.0-6.0-5.0-4.0-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.0
-7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
northing
eas
ting
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 450 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity fix solution
-10.0-9.0-8.0-7.0-6.0-5.0-4.0-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0
10.0
-10.0 -9.0 -8.0 -7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
northing
ea
stin
g
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 450 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity fix solution
-10.0-9.0-8.0-7.0-6.0-5.0-4.0-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0
10.0
-10.0 -9.0 -8.0 -7.0 -6.0 -5.0 -4.0 -3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
northing
eas
ting
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 249 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity float solution
-0.20-0.17-0.14-0.11-0.08-0.05-0.020.010.040.070.100.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
ea
stin
g
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 249 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Softw are SKI PRO 2.1 ambiguity f loat solution
-0.20
-0.17
-0.14-0.11
-0.08
-0.05
-0.02
0.01
0.040.07
0.10
0.13
0.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
ea
stin
g
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 557 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity float solution
-0.20-0.17-0.14-0.11-0.08-0.05-0.020.010.040.070.100.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
ea
stin
g
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 557 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity float solution
-0.20-0.17-0.14-0.11-0.08-0.05-0.020.010.040.070.100.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
eas
ting
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 117 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Softw are SKI PRO 2.1 ambiguity f loat solution
-0.20-0.17
-0.14-0.11-0.08
-0.05-0.020.01
0.040.070.10
0.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
east
ing
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 117 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Softw are SKI PRO 2.1 - ambiguity f loat solution
-0.20-0.17
-0.14-0.11-0.08-0.05
-0.020.010.040.07
0.100.130.16
0.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
east
ing
Gambar 4. Grafik Dari kiri ke kanan, atas ke bawah masing-masing adalah repetabilitas posisi untuk baseline ~117 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~117 kilometer pengolahan data per-12 jam, baseline ~249 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~249 kilometer pengolahan data per-12 jam, baseline ~557 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~557 kilometer pengolahan data per-12 jam. Software pengolahan data yang digunakan yaitu SKI Pro Versi 2.1 dengan strategi pengolahan data solusi Float ambiguity
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 1003 KM)Pengolahan per-ses i 24 jam - Software BERNESE 5.0 QIF Strategy
-0.20
-0.17
-0.14
-0.11
-0.08
-0.05
-0.02
0.01
0.04
0.07
0.10
0.13
0.16
0.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
ea
stin
g
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 557 KM)Pengolahan per-sesi 12 jam - Software BERNESE 5.0 QIF Strategy
-0.20
-0.17
-0.14
-0.11
-0.08
-0.05
-0.02
0.01
0.04
0.07
0.10
0.13
0.16
0.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
ea
stin
g
Gambar 5. Grafik Dari kiri ke kanan, atas ke bawah masing-masing adalah repetabilitas posisi untuk baseline ~117 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~117 kilometer pengolahan data per-12 jam, baseline ~557 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~557 kilometer pengolahan data per-12 jam, baseline ~1003 kilometer pengolahan data per-24 jam, baseline ~1003 kilometer pengolahan data per-12 jam. Software pengolahan data yang digunakan yaitu BERNESE 5.0 dengan strategi pengolahan data solusi Quarsi Ionosferic Free (QIF)
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 117 KM)Pengolahan per-ses i 24 jam - BERNESE 5.0 - QIF Strategy
-0.20-0.17-0.14-0.11-0.08-0.05-0.020.010.040.070.100.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
east
ing
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 117 KM)Pengolahan per-ses i 12 jam - Software BERNESE 5.0 QIF Stategy
-0.20-0.17-0.14-0.11-0.08-0.05-0.020.010.040.070.100.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
east
ing
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 557 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Software BERNESE 5.0 QIF Strategy
-0.20-0.17-0.14-0.11-0.08-0.05-0.020.010.040.070.100.130.160.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
ea
stin
g
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI BASELINE 1003 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Software BERNESE 5.0 QIF Strategy
-0.20
-0.17
-0.14
-0.11
-0.08
-0.05
-0.02
0.01
0.04
0.07
0.10
0.13
0.16
0.19
-0.20 -0.17 -0.14 -0.11 -0.08 -0.05 -0.02 0.01 0.04 0.07 0.10 0.13 0.16 0.19
northing
eas
ting
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI 2 TITIK IKAT BASELINE ~250 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - Software SKI PRO 2.1 ambiguity float solution
-0.1000
-0.0700
-0.0400
-0.0100
0.0200
0.0500
0.0800
-0.10 -0.07 -0.04 -0.01 0.02 0.05 0.08
northing
east
ing
Gambar 6. Repetabilitas posisi dalam satuan meter (yang diperoleh dari 2 titik ikat dengan panjang Baseline masing-masing dari titik ikat ~ 250 KM) Pengolahan per sesi 24 jam menggunakan software SKI PRO Versi 2.1 strategi solusi Float Ambiguity
Gambar 7. Repetabilitas posisi dalam satuan meter (yang diperoleh dari 2 titik ikat dengan panjang Baseline masing-masing dari titik ikat ~ 250 KM) Pengolahan per sesi 24 jam menggunakan software BERNESE 5.0 Strategi Quarsi Ionosferic Free (QIF)
REPETABILITAS POSISI dalam satuan meter (DARI 2 TITIK IKAT BASELINE ~250 KM)Pengolahan per-sesi 24 jam - BERNESE 5.0 QIF Strategy
-0.1000
-0.0700
-0.0400
-0.0100
0.0200
0.0500
0.0800
-0.10 -0.07 -0.04 -0.01 0.02 0.05 0.08
northing
east
ing
5.2 Analisis Hasil Hasil pengolahan data GPS (6 hari) menggunakan Software komersial (SKI Pro versi 2.1) dengan strategi fix ambiguity memperlihatkan sebaran posisi dalam range meter (mencapai 10 meter untuk baseline ~450 km, diolah per sesi 12 jam). Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh penempatan nilai ambiguitas fase ke integer yang salah. Sementara itu untuk strategi float ambiguity memperlihatkan sebaran posisi dalam range sentimeter (contoh 8 sentimeter untuk baseline ~249 km diolah per sesi 12 jam). Namun demikian hasil ini harus dilihat secara hati hati, karena sebenarnya masih memberikan informasi presisi tetapi tingkat akurasinya lebih rendah (pada gambar 6 terlihat hasil pengolahan data dari 2 titik ikat memberikan nilai presisi 4 sentimeter namun akurasi 15,5 sentimeter). Hasil pengolahan dengan software ilmiah (Bernese 5.0) dengan strategi QIF memperlihatkan sebaran posisi dalam range beberapa sentimeter saja ( untuk baseline ~1003 km diolah per-24 jam memberikan sebaran posisi 2 sentimeter. Gambar 7 memperlihatkan konsistensi sebaran posisi ketika menggunakan 2 titik ikat. Secara lebih jelasnya mengenai sebaran posisi hasil pengolahan kedua software dengan beberapa strategi masing-masing dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Software SKI Pro versi 2.1 Bernese 5.0
Sebaran posisi hsl Fix Ambiguity sol
Sebaran posisi hsl Float Ambiguity sol
Sebaran posisi hsl QIF Strategy
Panjang Baseline
Per-12jam Per-24jam Per-12jam Per-24jam Per-12jam Per-24jam ~ 117 Kilometer 2,4 m 2 m 6 cm P 4 cm P 1,5 cm 1 cm ~ 249 kilometer 4,2 m 3,1 m 8 cm P 4 cm P - - ~ 450 kilometer 10 m 9,5 m - - - - ~ 557 kilometer - - 13 cm P 9 cm P 3 cm 1,5 cm ~1003 kilometer - - - - 5,2 cm 2 cm
P = Presisi namun tingkat akurasi lebih rendah Dari tabel di atas dapat dilihat juga bahwa pengolahan data dengan sesi yang lebih lama (24 jam dibandingkan 12 jam) akan memberikan range sebaran posisi yang lebih kecil (lebih teliti). Selain itu semakin panjang baseline memberikan sebaran posisi yang lebih besar (lebih rendah ketelitiannya). 6. Penutup Dari hasil tulisan di atas memberikan beberapa informasi bagi kita dalam hal pemilihan software dan strategi pengolahan data untuk menangani baseline panjang. Selain itu penting juga untuk diperhatikan masalah hasil posisi yang memberikan nilai presisi relatif cukup namun dengan tingkat akurasi yang masih lebih rendah. Referensi Abidin, H.Z. (2000). Penentuan Posisi Dengan GPS dan Aplikasinya. P.T. Pradnya Paramita,
Jakarta. Edisi ke 2. ISBN 979-408-377-1. 268 pp. Beutler, G., H. Bock, E. Brockmann, R. Dach, P. Fridez, W. Gurtner, U. Hugentobler,
D.Ineichen, J. Johnson, M. Meindl, L. Mervant, M. Rothacher, S. Schaer, T. Springer, R.Weber (2007). Bernese GPS software version 4.2. , University of Berne, 515 pp.
Hofmann-Wellenhof, B., H. Lichtenegger, and J. Collins (1994). Global Positioning System, Theory and Practice. Third, Revised Edition, Springer Verlag.
Top Related