PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN
“ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL”
Disusun Oleh:
FX HADISUMARTA NUHUYANAN (2012 190 644)
HANNY OKTARIA (2012 190 645)
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
1
ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
I. PENDAHULUAN
Banyak investor yang menggunakan Analisis Teknikal saja, dan banyak pula yang hanya
menggunakan Analisis Fundamental saja di dalam menentukan keputusan pembelian saham.
Sebenarnya penggunaan Analisis Fundamental dan Teknikal dapat digabungkan.
Pertama-tama Anda bisa menggunakan Analisis Fundamental untuk untuk memilih
saham di antara sekian ratus saham yang ada di BEI. Anda memfilter saham untuk
mendapatkan saham yang terbaik. Anda bisa memilih saham yang memiliki potensi besar
untuk bertumbuh di masa mendatang. Saham-saham ini disebut sebagai growth stock.
Growth stock adalah saham yang secara historis memiliki “bakat” untuk terus tumbuh,
ditunjukkan dengan pendapatan yang terus meningkat. Dengan menyeleksi hanya trading
pada saham yang bertumbuh, Anda akan dapat terhindar dari risiko melakukan trading di
saham busuk. Ciri khas saham Growth stock, di saat bearish, saham ini cenderung bisa
bertahan. kalaupun jatuh akan bisa rebound dengan cepat. Sedangkan saat bullish, saham ini
akan naik melebihi saham-saham lain. Dengan kata lain, jika Anda berinvestasi di saham
seperti ini, Anda meminimalkan risiko sekaligus memperbesar peluang keuntungan.
Sekarang bagaimana mencari saham yang bertumbuh” Cara paling mudah adalah dengan
memperhatikan pendapatan perusahaan tersebut. Anda perlu menerapkan sedikit Analisis
Fundamental. Jika pendapatan perusahaan meningkat dan tahun ke tahun, minimal sekitar
25% atau ROE (Return On Equity) tahunan meningkat minimal 17% atau lebih, maka saham
perusahaan tersebut bisa digolongkan sebagai saham yang bertumbuh. Anda juga bisa
membaca strategi perusahaan, bila perusahaan mengeluarkan produk baru, atau strategi
marketing baru yang diterima pasar, kemungkinan pendapatan perusahaan tersebut akan
meroket di masa mendatang. Contoh yang paling populer adalah pendapatan Apple Computer
yang menjulang setelah mengeluarkan iPod. Setelah memfilter saham dengan Analisis
Fundamental, Anda akan mendapatkan daftar Watch List saham (saham incaran). Tidak
semua saham di daftar ini perlu dibeli. Nah, keputusan kapan waktu pembeliannya bisa
menggunakan Analisis Teknikal. Anda bisa memilah lagi mana saham yang sedang uptrend
menggunakan indikator Analisis Teknikal, misalnya dengan Moving Average menggunakan
chart mingguan. Dengan demikian daftar saham incaran Anda akan semakin sedikit,
Kemudian dengan indikator Moving Average juga di chart harian Anda bisa menentukan
membeli saham dengan metode crossover (garis MA periode pendek memotong MA periode
panjang ke atas).
2
II. ANALISI FUNDAMENTAL
Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data
fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan perusahaan/badan usaha
tersebut. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus
bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan
usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya. Dengan
mempertimbangkan data-data seperti tersebut diatas, analisis fundamental menghasilkan
berupa analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut
sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalued, saham tersebut
dianggap nilainya lebih tinggi berdasarkan analisis fundamental melalui perbandingan harga
yang berlaku di pasar. Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak
dibeli atau dijual jika memiliki sahamnya. Sementara jika yang terjadi sebaliknya, saham itu
layak untuk dibeli dengan alasan harganya murah.
Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data
historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa
depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa
mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja
dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses
analisisnya, banyak variabel ditentukan berdasarkan judgment, misalnya tingkat pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang. Akibatnya, meskipun beberapa orang menggunakan metode
analisis fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda. Analisis ini biasa
digunakan untuk jangka panjang, tetapi permasalahannya yang seringkali dihadapi oleh
investor adalah timing dan informasi. Karena tidak semua investor mendapatkan informasi
yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis fundamental, dapat terjadi
kesalahan investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan timing sehingga bisa jadi
saham yang dibeli harganya sudah mahal. Untuk mengatasi masalah timing tersebut dapat
dilihat dari pergerakan bursa atau pergerakan saham tersebut melalui analisis teknikal untuk
menentukan sinyal transaksi (sinyal beli/sinyal jual). Dengan menggunakan/menggabung
kedua analisis tersebut secara tepat, bertujuan untuk menghasilkan capital gain yang
optimum.
Secara umum, analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali variabel data yang
harus dianalisa, dimana beberapa di antara variabel tersebut yang cukup penting untuk
diperhatikan yaitu :
1. Pertumbuhan pendapatan (revenue growth)
3
2. Rasio laba terhadap saham yang beredar ( earning per share-EPS)
3. Rasio pertumbuhan EPS
4. Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earning ratio)
5. Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan ( price earning growth
ratio)
6. Rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio)
7. Rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value)
8. Rasio hutang perseroan ( debt ratio)
9. Margin pendapatan bersih (net profit margin)
Menghitung rasio
Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan. Rasio secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu :
keuntungan (profitability) , harga (price ), likuiditas (liquidity), daya ungkit (leverage), dan
efisiensi.
Rasio Likuiditas
Salah satu aspek penting dari analisis fundamental adalah analisis laporan keuangan, karena
dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi dan arah perusahaan.
Laporan keuangan yang dianalisa adalah :
1. Laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal yang dimiliki
perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan ini disebut neraca.
2. Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan, beban–beban, pajak,
dan laba perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu. Laporan keuangan ini disebut
laporan L/R. Rasio keuangan digunakan sebagai alat analisis keadaan keuangan dan
kemampuan perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis rasio laporan keuangan:
a. Rasio likuiditas: mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek.
1. Current ratio: mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar
Curent Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
2. Quick ratio: mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tertentu (yang relatif lebih likuid)
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan / Kewajiban Lancar
3. Cash ratio: mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan kas dan bank.
4
Cash Ratio = Kas + Bank / Kewajiban Lancar
b. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas: mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan.
1. Gross profit margin: mengukur tingkat laba kotor terhadap penjualan bersih
perusahaan. Gross Profit Margin= Laba Bruto/Penjualan Bersih
2. Operating profit margin: mengukur tingkat laba usaha/ operasional terhadap
penjualan bersih perusahaan
Operating Profit Margin= Laba Usaha/Operasi
Penjualan Bersih
3. Net profit margin: mengukur presentase laba bersih (setelah pajak) terhadap
penjualan bersih perusahaan
Net Profit Margin = Laba Bersih setelah Pajak / Penjualan Bersih
4. Return on asset (ROA): mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA = Laba Bersih setelah Pajak / Rata – Rata Aktiva Tetap
c. Rasio Pengungkit
Rasio pengungkit: mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjang serta menilai sampai sejauh mana sumber
pembiayaan perusahaan berasal dari pinjaman.
1. Debt ratio : mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber
pembiayaan aktiva perusahaan.
Debt Ratio = Total Kewajiban / Total aktiva
2. Debt equity ratio : membandingkan sumber pembiayaan yang berasal dari
modal pemegang saham.
Debt Equity Ratio = Total Kewajiban / Total Modal
3. Leverage ratio : mengukur jumlah dari aktiva perusahaan terhadap modal
pemegang saham.
Leverage Ratio = Total Aktiva / Modal pemegang Saham
d. Rasio Pasar
Rasio pasar: mengevaluasi kinerja perusahaan melalui basis per saham.
1. Earning per share: menghitung penghasilan bersih yang diperoleh untuk
setiap saham yang diinvestasikan.
5
EPS = Laba Bersih setelah Pajak – Dividen Saham Preferen
Total Saham yang Diterbitkan
2. Dividen yield: mengukur jumlah dividen per saham relatif terhadap harga
pasar yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
Dividen Yield = Dividen per Saham / Harga Pasar Saham
3. Price earning ratio (P / E ) : mengukur jumlah investor untuk dibayar dari
pendapatan perusahaan.
P / E = Harga Pasar per Lembar Saham Biasa / Earning per Share
4. Dividen per saham : menghitung jumlah dividen yang diperoleh untuk
setiap saham yang diinvestasikan.
Dividen per Saham = Total dividen dalam Satu Tahun / Total Saham yang
Diterbitkan
1. Rasio laba terhadap saham beredar (EPS)
EPS= Keuntungan bersih / Jumlah saham beredar
Rasio adalah digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari
perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama pada
tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan
perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan
kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
2. Rasio pertumbuhan EPS
Diperoleh dengan memperbandingkan nilai rasio laba terhadap saham beredar
(EPS)pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang sama pada tahun
sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan.
Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun
penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
3. Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham
P/E Ratio = Harga saham / EPS
Biasa juga disebut dengan P/E Ratio yang dihitung dengan cara membagi harga
saham dengan keuntungan perlembar saham. Rasio ini digunakan untuk
membandingkan suatu perusahaan dengan P/E Ratio rata-rata dari perusahaan dalam
kelompok industri sejenis.
6
4. Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan (PEG ratio)
PEG Ratio = P/E ratio / pertumbuhan tahunan EPS
Semakin rendah PEG Ratio suatu perusahaan maka berarti harga sahamnya
adalah dibawah harga semestinya ( undervalued) dan perusahaan memiliki rasio
pertumbuhan EPS yang tinggi. Misalnya suatu perusahaan dengan pertumbuhan EPS
sebesar 21.5% dengan P/E Ratio sebesar 37.3% maka PEG Ratio nya adalah
21.5/37.3=0.576.
5. Rasio harga saham terhadap penjualan (P/S ratio)
P/S Ratio = Harga saham / penjualan per lembar saham
Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru
atau belum mendapatkan keuntungan dimana rasio ini. Semakin rendah P/S
ratio suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam kelompok industri
yang sejenis menunjukkan semakin bagus perusahaan tersebut.
6. Rasio harga saham terhadap nilai buku (PB/V Ratio)
PB/V Ratio = Harga saham / (total harta - total hutang)
Semakin rendah PB/V rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada
dibawah harga sebenarnya, namun hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang
merupakan kesalahan mendasar pada perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan XXX
memiliki harta sebesar Rp. 100 milyar dan hutangnya sebesar Rp. 70 milyar maka
nilai buku perusahan tersebut adalah Rp. 30 milyar dan apabila saham yang beredar
500 juta maka berarti setiap saham mewakili Rp. 600 nilai buku, dengan harga
perlembar saham sebesar Rp. 1.200 maka berarti PB/V rasio perusahaan tersebut
adalah 1.200/600 = 2.
7. Rasio hutang perseroan
Debt Ratio = Total Utang / Total Aset
Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Misalnya,
rasio hutang 30 % artinya bahwa 30% dari aset dibiayai oleh hutang. Rasio hutang
bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana
perusahaan yang memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan,
namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan
keuntungan.
7
8. Margin pendapatan bersih
Margin pendapatan bersih= Pendapatan bersih / Total penjualan
Net profit margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara
membagi keuntungan bersih dengan total penjualan Rasio ini menunjukan keuntungan
bersih dengan total penjualan yang di peroleh dari setiap penjualan.
Perputaran inventaris
Perputaran inventaris=Biaya barang yang terjual /Inventaris
Inventory turnover adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan membagi biaya
barang yang terjual dengan inventaris, yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan
mengatur inventarisnya, yaitu berapa kali perputaran inventaris selama satu tahun. Jenis
rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana perusahaan berada. Sebagai contoh,
toko kue akan mempunyai tingkat perputaran yang jauh lebih tinggi daripada pabrik
pesawat. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah membandingkan hasil yang diperoleh
dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang sejenis.
Analisa fundamental untuk pasar uang
Analisa fundamental memberi pengaruh kepada trend perubahan harga (arah dari harga
suatu mata uang secara keseluruhan) yang lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan
yang dilakukan pemerintah (otoritas moneter) ataupun data-data yang dirilis oleh berbagai
sumber maupun berita-berita tertentu yang belum pasti kebenarannya (market sentiment and
market rumors).
Kategori faktor fundamental
Faktor-faktor fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam empat kategori besar, yaitu :
1. Faktor politik sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan nilai
tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu terjadinya secara pasti dan untuk
ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu
perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya
tidak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nilai tukar.
2. Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisa Fundamental. Adanya
perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah,
terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan
membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi.
Perubahan kebijakan ini juga memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga
8
adalah penentu untama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti
jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga
tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kuat nilai
tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian bahwa kenaikan
tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang
domentik. Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat
suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan
tingkat suku bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.
3. Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai
tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat
membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara lain yang
terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global asset allocation, arus portofolio
modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. para fund manager, investor,
dan hedge funds yang melakukan investasi secara global, sangat mencermati
perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas
hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.
4. Faktor ekonomi : indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat
dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu
sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisa
fundamental, yaitu :
Produk nasional bruto (PNB) adalah total produksi barang dan jasa yang
diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal/
berdomisili di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu
periode tertentu.
Produksi domestik bruto (PDB) adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh
perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/
periode tertentu.
Tingkat inflasi : Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah
dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Penggunaan tingkat
inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah untuk
mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke dalam nilai yang sebenarnya. Nilai GDP
dan GNP riil merupakan indikator yang sangat penting bagi
9
seorang investor dalam membandingkan peluang dan risiko investasinya di
mancanegara.
Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para investor:
Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah indeks yang
mengukur rata-rata perubahan harga yang di terima oleh produsen domestic untuk
setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI
dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur,
pertambangan, dan pertanian.
Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah digunakan untuk
mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari sekelompok barang dan jasa
tertentu. Index CPI dan PPI digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator
untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi.
Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca yang terdiri dari
keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik
yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode
tertentu. Neraca pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi
antara penduduk, pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri,
seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio, transaksi antar Bank
Sentral, dan lain-lain. Dengan adanya neraca pembayaran ini kita mengetahui
kapan suatu negara mengalami surplus maupun defisit. Secara garis besar Balance
of Payment dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor dan impor barang,
jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya, neraca perdagangan ini tidak mencakup
transaksi-transaksi asset finansial dan kewajiban (hutang). Data ini merupakan
indikator tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari
total ekspor dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau penghasilan.
Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima sejumlah uang yang nantinya
akan menambah permintaan terhadap mata uang negara eksportir. Begitu pula
sebaliknya pada impor barang dan jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan
guna membayar barang dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah
penawaran akan mata uang negara importir.
Aliran Modal yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung, dimana pada
investasi langsung, investor dari luar negeri melakukan penanaman modal dalam
aset riil misalnya saja membangun pabrik, gedung perkantoran dll.Investasi ini
10
biasanya bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat kita
temui di dalam investasi instrument keuangan. Misalnya seorang investor
melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. Maka investor
tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham
ataupun obligasi di Indonesia.
Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat memberikan
gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet
dijadikan alat untuk menganalisa sehat/tidaknya perekonomian suatu negara.
Apabila perekonomian berada dalam kondisi baik maka akan tercapai tingkat
pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam keadaan lesu
maka tingkat pengangguran pun meningkat.
Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut nilai tukar
antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs ini biasanya
digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun
tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika kurs mata uang negara
tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bahwa perekonomian negara
tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu
bagi suatu Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian
negara tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membentuk suatu tren
pertumbuhan.
PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan tunai sektor
publik yaitu jumlah uang yang harus dipinjam pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Sebab pemerintah seringkali mengeluarkan
lebih dari yang mereka terima dari penerimaan pajak, dan satu-satunya cara
untuk menambah kekurangannya adalah dari meminjam.
III. ANALISIS TEKNIKAL
Praktisi yang menggunakan analisis teknikal beranggapan bahwa analisis fundamental
terlalu bervariasi dan pemakaiannya sulit diperhitungkan. Selain itu informasi berita hanyalah
penyebab dan bukan penentu arah pergerakan saham. Karena itu orang beranggapan bahwa
cara analisis yang paling tepat adalah dengan mempelajari tingkah laku dari pelaku pasar dan
ini tercermin dalam pola grafik harga.
Meyers yang banyak menggunakan aplikasi komputer dalam melakukan analisis teknikal dan
banyak dikutip oleh majalah bisnis terkemuka, seperti Wall Street Journal, Financial Time,
Fortune dan lain sebagainya mendefinisikan analis teknikal sebagai studi tentang sekuritas
11
secara individual dan pasar sebagai keseluruhan berdasar supply dan demand. Yang menjadi
data utama dalam analisis teknikal adalah harga dan volume perdagangan historis.
Asumsi yang Mendasari Analisis Teknikal.
Para analis teknikal percaya bahwa mereka biasa mengetahui pola-pola pergerakan
harga saham di masa datang dengan berdasarkan pada observasi pergerakan harga saham di
masa lalu, yang bertentangan dengan hipotesis efisiensi pasar yang menyatakan bahwa harga
saham di pasar mencerminkan semua informasi yang ada di pasar. Kinerja saham di masa
lalu tidak mempengaruhi kinerja saham di masa datang.
Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari data-data
harga dan volume perdagangan saham di masa lalu,. Informasi data masa lalu tersebut akan
mendasari prediksi mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang.
Asumsi yang mendasarinya adalah “ nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi
permintaan dan penawaran” (Levy 1966). Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan
oleh berbagai faktor, baik faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional. Faktor-faktor
tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental, serta faktor-faktor,
seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan investor.
Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar dapat berubah karena
perubahan hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan dapat
dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. Hampir semua pihak dapat
menerima asumsi bahwa nilai produk ditentukan oleh kekuatan tarik menarik antara
permintaan dan penawaran. Yang kurang dapat diterima oleh semua semua pihak mungkin
asumsi bahwa permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat tidak
rasional (irrational factor).
Asumsi yang berkaitan dengan kecepatan penyesuaian harga saham (speed of
adjustment) dari harga keseimbangan yang lama menuju harga keseimbangan yang baru. Para
analis teknikal selalu berharap bahwa penyesuaian harga saham yang lama menuju harga
keseimbangan yang baru, akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang karena
informasi yang menyebabkan perubahan harga biasanya memerlukan beberapa waktu
sebelum informasi tersebut diserap secara penuh oleh pasar. Pola penyerapan informasi
seperti ini disebabkan karena adanya informasi yang tidak simetris (asymetris information),
di mana hanya beberapa investor saja yang mampu mengakses informasi dan dapat
memprediksi apa yang akan terjadi pada harga saham disbanding investor lainnya. Seiring
dengan tindakan menjual dan membeli saham yang dilakukan pihak-pihak yang menguasai
12
informasi untuk memperoleh keuntungan maka harga saham juga akan bergerak menuju
harga keseimbangan baru.
Disamping informasi di atas ada tiga prinsip yang dapat digunakan sebagai patokan dalam
memahami analisis teknikal yaitu:
1. Refleksi semua kejadian, segala sesuatu yang terjadi yang dapat mempengaruhi
baik yang rasional maupun irrasional sudah direfleksikan dalam harga yang terbentuk.
Menguat dan melemahnya indek saham merupakan fakta, tetapi nilai sesungguhnya suatu
indek saham ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang tercermin pada
indek saham. Jika permintaan meningkat dan penawaran menurun atau tetap, maka harga
akan naik, dan akan terjadi kebalikannya jika kondisi berbalik.
2. Tren, harga bergerak dalam suatu tren, dan tren tidak mungkin dimanipulasi. Jika
tren bergerak ke arah naik, tidaklah mungkin membuatnya turun, kecuali dalam suatu titik
tertentu akan terjadi puncak untuk kemudian berbalik arah (reversal).
3. Selalu berulang, aksi pasar (market action) selalu berulang, artinya para analis
teknikal percaya bahwa investor akan mengulangi tindakan yang sama jika kondisi pasar
yang terjadi juga sama. Keadaan ini akan dipetakan dalam suatu diagram yang populer
dengan sebutan chart.
Keuntungan dan Kritik Terhadap Analis Teknikal
Jika seorang investor mampu mengakses informasi secara cepat, punya kemampuan
analisis yang tinggi dan punya insting yang tajam atas apa yang terjadi terhadap pasar jika
ada informasi baru maka investor tesebut akan mampu mendapatkan return abnormal yang
melebihi return pasar dan return investor lainnya. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa jika investor akan mendapatkan abnormal return, mereka harus mampu mendapatkan
informasi secara lebih cepat dibanding investor lainnya, dan menterjemahkan informasi
tersebut ke dalam tindakan membeli atau menjual saham sehingga investor dapat
memperoleh keuntungan.
Kritik yang timbul untuk analisis teknikal adalah yang berkaitan dengan asumsi yang
mendasarinya dan keefektivan pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga saham.
Kritik yang paling tajam muncul dari penganut hipotesis efisiensi pasar, yang sama sekali
tidak percaya harga saham di masa mendatang akan dipengaruhi oleh pergerakan harga
saham masa lalu, karena apabila pasar efisien maka tidak seorang investor pun dapat
memperoleh keuntungan abnormal dari pasar. Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian
yang membuktikan bahwa harga saham secara statistik tidak bergerak mengikuti tren seperti
yang dikemukan analis teknikal.
13
Kritik selanjutnya menyangkut keefektivan analisis teknikal untuk jangka waktu yang
panjang. Maksudnya adalah jika analisis teknikal mampu memberikan keuntungan bagi
beberapa investor karena mampu menemukan pola pergerakan saham dalam merespon
informasi baru, maka tentu saja pendekatan ini akan menjadi popular dan banyak diadopsi
oleh investor lainnya akan berdampak pada penyesuaian harga yang lebih cepat dari
biasanya. Jika ini terjadi dalam jangka yang panjang keefektivan penggunaan analis teknikal
sudah tidak akan bermanfaat lagi.
Teknik Analisis Teknikal
Para pengguna analisisi teknikal disebut juga chartist karena mereka biasanya
menggunakan grafik (chart) dalam aktivitasnya untuk merekam data pergerakan harga
saham dan volume perdagangan. Dari grafik tersebut mereka akan mencari pola pergerakan
harga saham maupun volume perdagangan serta celah-celah keuntungan dari pola tersebut.
Analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian yang
mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Sekalipun analisis teknikal
mempertimbangkan data-data statistik lainnya, namun perangkat utama analisis teknikal
adalah pada grafik harga yang dianggap dapat memenuhi prediksi harga terkini dan
kecenderungannya.
Tujuan pokok mengamati grafik adalah:
Secepat mungkin menemukan kecenderungan harga
Memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan itu
Memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar
Teknik Penggunaan Grafik
1. The Dow Theory.
Teori ini ditemukan oleh Charles H. Dow pada tahun 1800-an. Teori ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tren harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada
data-data historis harga pasar saham di masa lalu, yang dikelompokkan mejadi tiga
yaitu:
Primary Trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu panjang
Secondary Intermediate Trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi
selama pergerakan harga dalam primary tren. Bersifat penyimpangan dari
pergerakan primer yang terjadi dalam beberapa minggu atau bulan.
Minor Trend atau day to day move merupakan fluktuasi harga saham yang
terjadi setiap hari.
14
Contoh Pergerakan Saham menurut The Dow Theory
2. Chart Pola Pergerakan Harga Saham
Support Level.
Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis teknikal
mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas permintaan saham di
pasar. Biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan tindakan “ambil untung”
dengan melakukan penjualan saham-saham karena tertarik pada harga jual yang
cukup tinggi, dan biasanya diikuti oleh penurunan harga saham. Dampak selanjutnya
adalah banyak pembeli saham yang tertarik untuk melakukan pembelian-pembelian
saham sehingga permintaan saham kembali meningkat. Sesuai dengan hukum
permintaan penawaran, peningkatan permintaan saham ini nantinya diharapkan
menjadi support level yang menjaga agar harga saham bergerak naik.
Resistance Level
Resistance level berarti kisaran harga di mana para analis teknikal berharap akan
terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di pasar.
Dengan kata lain, resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga (upper
boundary) yang dapat membuat para penjual saham segera menjadi penahan atas
gerakan naik harga saham karena jika banyak pihak yang ingin menjual saham di
15
pasar maka diharapkan harga akan bergerak turun, dan tidak melewati batas atas
harga. Hal ini biasa terjadi ketika harga saham turun terus setelah mencapai harga
tertinggi. Investor yang memiliki saham tentunya tidaka akan mau rugi akibat harga
sahamnya selalu turun. Mereka akan menunggu waktu yang tepat untuk menjual
sahamnya agar kerugian berkurang. Biasanya pada saat harga saham mencapai titik
balik (recovery point).
Grafik Pola Pergerakan Saham yang sering digunakan:
a. Bar Chart
Bar Chart merupakan cara paling sederhana dalam analisis teknikal yang
menggambarkan pergerakan harga saham. Sumbu vertikal merupakan harga
saham, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu. Pergerakan harga
saham setiap harinya ditunjukkan oleh diagram batang vertikal (bar vertikal), yang
ujung atasnya menunjukkan harga tertinggi saham dan ujung bawahnya
menunjukkan harga terendah saham setiap hari.
b. Point-and-Figure Chart
Penggunaan grafik dengan angka dan gambar ini untuk menggambarkan
pergerakan harga saham dan lebih komplek dari bart cahart karena
menggambarkan perubahan harga saham yang berubah secara signifikan.
Perubahan harga yang signifikan biasanya dapat dilihat dalam bentuk angka yang
menunjukka perubahan harga saham.
3. Rata-rata Bergerak
Teknik rata-rata bergerak (moving average) adalah salah satu teknik untuk mendeteksi
dan menganalisis pergerakan harga saham baik saham individual maupun seluruh
saham di pasar modal. Tujuannya adalah untuk mendeteksi arah pergerakan harga
saham dan besarnya tingkat pergerakan tersebut. Data yang digunakan adalah data
harga penutupan saham (closing price) untuk waktu tertentu misal untuk masa waktu 3
bulan. Dari informasi tersebut menghasilkan sebuah garis trend rata-rata bergerak yang
menunjukkan tren pergerakan harga saham, yang selanjutnya dipakai untuk
memprediksi arah pergerakan saham di masa depan. Setelah dianalisis akan
menghasilkan keputusan menjual dan membeli saham, dengan anjuran sebagai berikut:
Dianjurkan membeli saham jika:
a. garis rata-rata bergerak secara mendatar dan harga pasar saham melampaui garis
tersebut
b. harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang menaik
16
c. harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang cenderung
menurun, namun kembali menaik sebelum mencapai garis tersebut.
Disaran menjual jika:
a. harga saham saat ini berada di bawah garis rata-rata bergerak mendatar
b. harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun garis rata-rata
bergerak tersebut justru sedang menurun
c. harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah garis rata-rata
bergerak) tetapi kembali menurun sebelum mencapai garis rata-rata bergerak
tersebut.
4. Relative Strength
Teknik ini menggambarkan rasio antara harga saham dengan indek pasar atau industri
tertentu. Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang
menunjukkan perbandingan harga relatif saham selama jangka waktu tertentu. Dari
gambar yang tersusun investor akan dapat melihat perbandingan kekuatan saham-
saham tersebut terhadap industrinya atau terhadap indek pasar.
Dalam penggunaan relative strength jika terjadi trend pergerakan harga saham yang
meningkat maka bagi investor pergerakan tersebut merupakan sinyal akan terjadinya
peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar, dan memungkinkan akan
memberikan return yang melebihi return pasar dan akan menarik minat investor untuk
menjadikan saham tersebut sebagai alternatif investasi yang baik.
17
Top Related