ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI
LUAS LAHAN, MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KECAMATAN
KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
RABIATON
06C10404039
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH- ACEH BARAT
2015
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI
LUAS LAHAN, MODAL DAN TENAGA KERJA
TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI
SAWAH DI KECAMATAN KAWAY XVI
KABUPATEN ACEH BARAT.
Nama Mahasiswa : RABIATON
NIM : 06C10404039
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir. Rusdi Faizin. M.Si
Nip. 196308111992031003
Yoga Nugroh,.SP,.MM
NIDN.01-0601-8801
Tanggal Lulus :12 Agustus 2015
Meiza Aulia, SP
NIDN. 01-2305-8402
Ir. Rusdi Faizin. M.Si
Nip. 196308111992031003
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Program Ketahanan Pangan yang merupakan salah satu kegiatan
dalam rangka mempercepat laju pembangunan pertanian, terutama beras
untuk kebutuhan konsumsi masyarakat, serta dalam melestarikan
produktivitas yang dihasilkan para petani dilakukan dengan Program
Intensifikasi, Extensifikasi dan Diversifikasi tanaman padi dan palawija.
Permasalahan yang dihadapi menghendaki peningkatan peranan dan
peran sertanya petani dan anggota masyarakat pedesaan lainya, yang
dilaksanakan sesuai dengan penerapan Otonomi Daerah yang nyata dan
bertanggung jawab. Tujuan pembinaan secara umum adalah untuk
memberdayakan anggotanya agar memiliki kekuatan sendiri, yang mampu
menerapkan inovasi, tehnis, sosial dan ekonomi, serta mampu mengadapi
resiko usaha, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan dan
kesejahteraan yang layak. Peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengatahuan
dan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana yang makin memadai,
penanganan pasca panen yang makin efesien dan kebijaksanaan harga yang
sesuai.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu daerah
yang baik untuk tanaman padi sawah, terutama di wilayah Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Namun disisi lain terdapat beberapa
2
masalah dalam melaksanakan usahatani tersebut, terutama dalam hal
peningkatan pendapatan petani yang disebabkan oleh rendahnya produksi
yang dihasilkan, karena tidak dilakukan pemupukan, dan perawatan yang
baik. Hal ini disebabkan tingginya harga pupuk dan kelangkaan pupuk
dilapangan atau ditingkat usahatani yang merupakan salah satu input
produksi. Keadaan tersebut menyebabkan hasil panen dan produksivitas
tidak sepenuhnya tercapai sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah
dan petani itu sendiri.
Untuk melihat secara rinci perkembangan luas tanam, panen, produksi
dan produktivitas tanaman padi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
3
TABEL 1 PERKEMBANGAN LUAS TANAM, LUAS PANEN,
JUMLAH PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN
PADI DI PROVINSI NAD TAHUN 2006.
No Kabupaten Luas Tanam
(Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Sabang
Banda Aceh
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Lhokseumawe
Aceh Tengah
Aceh Timur
Langsa Aceh Tamiang
Aceh Tenggara
Gayo Lues
Aceh Jaya
Aceh Barat
Aceh Barat
Simeulue
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Barat Daya
Bener Meriah
0
269
29.472
42.039
33.997
46.439
2.043
9.107
28.543
2.611 23.956
20.420
11.352
997
10.230
20.820
1.706
15.968
5.127
10.189
4.319
0
189
29.472
42.039
32.466
46.371
2.043
9.107
28.543
2.323 23.956
20.420
11.352
997
10.230
20.820
513
13.787
3.636
10.189
4.319
0
742
134.826
195.728
140.355
201.444
8.094
30.729
148.765
8.984 95.706
100.372
44.352
16.123
24.235
49.736
1.796
59.209
14.719
46.273
19.947
3,50
3,92
4,30
4,36
4,32
4,34
3,96
3,85
4,27
3,86 4,18
4,08
4,08
3,86
4,10
4,14
3,50
4,29
4,04
4,17
3,90
J u m l a h 316.384 316.612 1.342.137
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NAD Tahun 2006.
Tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa luas tanam yang paling besar di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat di Kabupaten Aceh Utara yaitu
46.439 Ha dengan tingkat luas panen 46.371 Ha dengan produksi 201.444 ton
dengan tingkat produktivitas rata-rata 4,34 ton per hektar. Sedangkan
produktivitas tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie. Sementara di Kabupaten
Aceh Barat masih menduduki urutan ke sembilan di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dengan luas tanam padi seluas 10.230 hektar yang
produktivitasnya rata-rata 4,10 ton per hektar. Sebagai perbandingan luas
4
tanam di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
TABEL 2. PERKEMBANGAN LUAS TANAM, PANEN, PRODUKSI
DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DI
KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2006.
No Kecamatan Tanam
(Ha)
Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1
2
3
4 5
6
7
8
9
10
11
Johan Pahlawan
Kaway XVI
Meureubo
Pante Cermin Sama Tiga
B u b o n
Arongan Lambalek
Woyla
Woyla Barat
Woyla Timur
Sungai Mas
150
445
206
240 690
105
430
1.635
1.049
925
95
150
445
206
240 690
105
430
1.635
1.049
925
95
635
1.882
869
1.013 2.919
444
1.815
6.916
4.473
3.913
401
4,23
4,22
4,21
4,22 4,23
4,22
4,22
4,22
4,26
4,23
4,22
J u m l a h 5.970 5.970 25.253 4,23
Sumber : Laporan Distananak Aceh Barat 2007.
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Kaway
XVI merupakan kecamatan kelima yang memiliki luas tanam dan luas
panen 445 Ha, dengan produksi 1.882 ton dan produktivitas hasil 4,23
ton/ha. Luas tanam yang dimanfaatkan oleh petani masih sangat rendah bila
dibandingkan dengan ketersediaan lahan sawah di Kecamatan Kaway XVI
yaitu seluas 1.075 Ha. Keadaan ini disebabkan antara lain oleh beberapa
faktor seperti masih kurang tersedianya sarana produksi seperti pupuk,
benih dan modal kerja.
Terlepas dari argumentasi-argumentasi di atas maka dapat di jelaskan
bahwa untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi sawah
5
sangat diperlukan adanya penggunaan dan penerapan faktor-faktor produksi
secara ekonomis sehingga dapat menguntungkan.
Untuk pencapaian tujuan diatas maka perlu dilakukan berbagai upaya
misalnya dengan teknik budidaya dan pola tanam yang lebih baik serta
didukung dengan pengelolaan (manajemen) terhadap penggunaan faktor-
faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja dan modal yang lebih
efesien. Dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal dapat
mendukung kegiatan produksi dan diharapkan mampu memperoleh jumlah
produksi optimal dan pendapatan petani yang maksimal.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan dalam
penelitian adalah : “Apakah penggunaan faktor-faktor produksi Luas lahan,
Modal dan Tenaga Kerja pada usahatani padi sawah mempunyai pengaruh
secara nyata terhadap pendapatan petani padi sawah di Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Faktor Produksi,
Luas Lahan, Modal dan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Petani Padi
Sawah Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam
rangka menyelesaikan studi untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada
6
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh. Selain itu juga
diharapkan dapat berguna bagi petani padi sawah dalam penggunaan faktor
produksi pada usahatani padi sawah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebijaksanaan Pemerintah dalam sektor pertanian sangat diharapkan dalam
usaha untuk meningkatkan produksi dan sekaligus meningkatkan pendapatan yang
diterima sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Akibat perkembangan
yang terus menerus dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang begitu
pesat memungkinkan meningkatkan produksi baik dalam hal kuantitas maupun
dalam hal kualitasnya.
Walaupun demikian, peningkatan produktivitas ini masih terus dibayangi
oleh laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, musim kemarau yang
panjang dan fenomena lainnya serta tingginya harga produksi pertanian dan
kelangkaan pupuk di lapangan. Inilah yang menjadi permasalahan khususnya bagi
para petani dan pemerintah.
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan,
mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya
dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana
yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengolahan itu adalah produktivitas
dari setiap faktor produksi maupun produktivitas dari usahataninya (Hermanto,
1989:88). Menurut Soekartawi (1987:27) faktor-faktor produksi seperti tanah,
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan modal dirasakan cukup, tetapi kalau tidak
dikelola dengan baik maka produktivitas yang tinggi sebagaimana yang
diharapkan juga tidak tercapai.
8
Untuk meningkatkan produktivitas usahatani, maka petani harus mampu
menggunakan faktor produksi seefesien dan seefektif mungkin. Faktor-faktor
produksi tersebut adalah :
1. Luas Lahan
2. Modal
3. Tenaga Kerja
2.1 Pengertian Luas Lahan
Luas lahan garapan yaitu luas yang dinyatakan dalam hektar (Ha) dari
seluruh tanaman yang digarap oleh petani sampel dalam mengusahakan padi
sawah. Penggunaan luas lahan yang memadai atau sesuai dengan produksi
yang dihasilkan adalah merupakan salah satu faktor yang turut meningkatkan
hasil produksi. Menurut Soekartawi (1987:27) Faktor produksi lahan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil produksi setiap
usahatani. Besarnya hasil produksi juga menentukan besarnya pendapatan
yang diterima. Oleh karena itu pemanfaatan luas lahan yang maksimal adalah
langkah awal untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.
Tanah adalah salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya
hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana
hasil produksi keluar (Mubyarto, 1989:89).
Faktor produksi luas lahan garapan, tenaga kerja dan modal perlu
dimanfaatkan secara efektif dan efesien, karena besarnya faktor-faktor
produksi tersebut menentukan besarnya hasil produksi setiap usahatani. Selain
itu faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal mempunyai hubungan yang
9
sangat erat dan saling mendukung serta menentukan jumlah yang satu dengan
lainnya. Hermanto (1989:36) menyatakan luas lahan usahatani menentukan
pendapatan taraf hidup dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani.
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa luas lahan usahatani
menentukan jumlah penggunaan tenaga kerja dan besarnya modal yang
diperlukan. Lahan yang luas memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih
banyak dan modal yang lebih besar. Bagi lahan yang luas atau kelebihan
tenaga kerja dan modal yang kurang akan menyebabkan luas lahan, tenaga
kerja dan modal kurang efesien. Selanjutnya Soekartawi (1987:15)
menyebutkan Keadaan tersebut tentunya akan mengurangi pendapatan
usahatani. Dengan pengunaan tenaga kerja dan modal berlebihan
menyebabkan pemborosan biaya produksi, sementara hasil produksi rendah
disebabkan oleh lahan sempit.
Secara teknis dapat dilihat luas lahan menentukan jumlah populasi dari
tanaman yang akan memberikan produksi dan produktivitas tanah adalah tidak
lain daripada jumlah hasil total yang diperoleh dari satu kesatuan bidang tanah
(satu hektar) selama satu tahun terhitung dengan uang (Thohir, 1983:146).
Petani dalam usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga kerja
saja, tetapi lebih daripada itu dia sebagai pengelola usahatani berfungsi
mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang sesuai
dengan pilihan (Hernanto, 1989:28). Penggunaan faktor produksi harus
diperhitungkan sesuai dengan luas lahan yang ada, jenis atau bentuk pekerjaan
dan waktu atau lama pekerjaan berlangsung.
10
2.2. Pengertian Modal
Modal adalah seluruh biaya dalam bentuk uang tunai yang
dikeluarkan dalam pengelolaan usahatani yang dinyatakan dalam satuan
rupiah (Rp). Tanpa adanya modal yang cukup dalam pengelolaan suatu usaha
maka tidak akan berhasil sebagaimana yang direncanakan. Karena modal
merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam melaksanakan
kegiatan usaha. Begitu juga bila kelebihan modal dalam suatu usaha, maka
akan memboroskan biaya dan suatu perencanaan yang telah ditetapkan tidak
tercapai dengan baik. Pada hakekatnya kebutuhan modal adalah kebutuhan
dana untuk jangka waktu tertentu. Adanya suatu tingkat modal yang cukup
suatu usaha dapat melakukan operasinya seekonomis mungkin dan tidak akan
menemukan hambatan atau kesulitan dalam memperluas usahataninya
(Soekartawi, 1987:15).
Modal dalam suatu usaha dapat digunakan untuk membiayai
operasinya sehari-hari, seperti untuk membayar upah tenaga kerja, membeli
faktor-faktor produksi serta bahan-bahan lain yang diperlukan dalam
usahatani. Weston (1986:245) menyebutkan bahwa modal kerja merupakan
investasi suatu usaha guna membiayai operasional sesuai dengan pelaksanaan
kegiatan usaha yang dilakukan.
Modal dapat dilihat dari sifatnya yaitu sebagaimana yang
dikemukakan oleh Prathama, (1995:68) sebagai berikut :
1. Modal tetap yaitu barang yang dapat digunakan lebih dari satu kali dalam
proses produksi, misalnya tanah, gedung dan alat-alat produksi. Barang-
barang modal ini biasanya merupakan alat-alat produksi tahan lama.
11
2. Modal lancar, yaitu modal yang habis dipakai sekali saja dalam proses
produksi, misalnya bahan-bahan bakar, bensin solar dan sebagainya yang
habis sekali pakai.
3. Modal variabel yaitu jumlah uang yang digunakan untuk membayar upah
tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.
Modal dilihat dari bentuknya :
1. Modal nyata, yaitu barang yang dapat digunakan dalam proses produksi
yang terdiri atas modal barang dan modal uang.
2. Modal abstrak yaitu modal yang tidak terlihat, tetapi hasilnya dapat
dilihat seperti kepandaian, pengetahuan, keahlian, nama baik dan
keunggulan dibandingkan dengan pengelolaan usahatani lainnya.
Dari pernyataan tersebut diatas, maka dapat dijelaskan bahwa modal
merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhitungkan oleh setiap
pengelola usahatani karena tanpa adanya modal usaha yang cukup maka
tidak akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan suatu usahatani.
2.3. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara
ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam perusahaan. Mubyarto
(1989:123) menyebutkan bahwa :
“Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga
petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan
anak-anak petani (anak-anak berumur 12 tahun) sudah menjadi tenaga
kerja yang produktif bagi usahatani. Mereka dapat membantu mengatur
pengairan, mengangkut bibit atau pupuk kelahan garapannya. Tenaga
kerja merupakan salah satu biaya produksi dikeluarkan dalam usahatani
dan penggunaannya harus diperhitungkan sesuai dengan luas lahan yang
ada, jenis dan bentuk pekerjaan, waktu dan lamanya pekerjaan
berlangsung”.
Selain tenaga kerja dalam keluarga yang penggunaannya tidak diupah
secara langsung oleh petani, sedangkan dalam analisa ketenaga kerjaan juga
12
diperlukan perbedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak, maka
diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan
hari kerja setara pria (HKP).
Soekartawi (1987:26) menyebutkan :
“Dalam analisa ketenagakerjaan dan juga untuk memudahkan
melakukan perbandingan penggunaan tenaga kerja, maka diperlukan
standarisasi satuan tenaga kerja, membandingkan tenaga kerja pria
sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lainnya, dikonversikan
berdasarkan upahnya yang berlaku didaerah penelitian atau setara
upah tenaga kerja pria Rp. 17.500/hari kerja pria, wanita Rp.
12.500/hari kerja, saku anak-anak Rp. 10.000/hari kerja’.
Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sawah tidak dibutuhkan
secara merata dalam proses produksi, melainkan pada saat-saat tertentu saja.
Kebutuhan tenaga kerja yang banyak adalah pada kegiatan penanaman dan
pemanenan. Ketersediaan tenaga kerja yang dapat melancarkan kegiatan
produksi, dari segi budidaya tentu akan meningkatkan produksi. Produksi
yang tinggi akan menyumbangkan pendapatan yang tinggi pula kepada
petani. Sedangkan pemborosan tenaga kerja akan mengurangi pendapatan
dengan membayar upah tenaga kerja yang berlebihan.
13
Menurut standarisasi yang dituangkan dalam keputusan Bupati Aceh
Barat tahun 2008 bahwa upah buruh tani termasuk kedalam kelompok buruh
lapangan tak terlatih/UMR di Kabupaten Aceh Barat adalah Rp. 40.000.- per
hari per orang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 3. UPAH BURUH TANI MENURUT JENIS TENAGA KERJA
No. Jenis Tenaga Kerja Satuan Harga
(Satuan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Mandor Lapangan
Mekanik
Mekanik Pembantu
Kepala Tukang
Tukang
Operator Terlatih
Operator Kurang Terlatih
Pembantu Operator
Sopir Truk
Sopir Personil
Pembantu Sopir
Buruh Lapangan Tak Terlatih
Buruh Lapangan Kurang Terlatih
Buruh Lapangan Terlatih
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
Hari/orang
52.250
80.000
50.000
65.000
60.000
90.000
50.000
45.000
50.000
50.000
40.000
40.000
41.000
45.000
Sumber : Standarisasi Harga Barang Tahun 2008.
2.4. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah nilai yang diterima petani dari
usahataninya. Purwanto (1983:53) menyatakan bahwa pendapatan dibagi dua
yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah hasil
yang diperoleh dari penerimaan usaha yang belum dikurangi dengan biaya
produksi. Sedangkan pendapatan bersih meliputi nilai penerimaan yang telah
dikurangi dengan semua pengeluaran untuk keperluan usaha.
14
Soekartawi (1987:49) menyatakan bahwa pendapatan bersih usahatani
merupakan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-
faktor produksi, seperti modal, tenaga kerja, luas lahan dan pengelolaannya.
Pendapatan sangat dipengaruhi oleh besarnya skala usaha, pemilikan cabang
usaha, efesiensi dalam penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi, pemasaran,
umur petani dan tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Usaha untuk meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan petani, maka petani sangat memerlukan tambahan
modal biaya. Untuk mengimbangi tambahan modal biaya tersebut dikehendaki
adanya perbandingan harga keluaran dan pemasukan yang menguntungkan,
agar petani tetap terangsang untuk menjalankan usahataninya.
Apabila pendapatan petani meningkat berarti pula membantu petani
dalam meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu dalam kegiatan usahatani
perlu adanya perhatian tentang peningkatan produksi, meningkatkan
pendapatan dan memperoleh kesempatan kerja. Sebagai produsen petani tidak
saja bertujuan memperoleh produksi yang setinggi-tingginya, akan tetapi
tujuan akhir adalah memperoleh pendapatan berupa hasil produksi atau uang
agar petani dapat meningkatkan pendapatannya.
15
2.5. Hipotesis.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan,
maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
“Diduga penggunaan faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan modal
berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan petani padi sawah di
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat”.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan cara “Purposive
Sampling” dengan pertimbangan bahwa desa-desa di Kecamatan Kaway
XVI merupakan daerah yang mengusahakan intensifikasi padi sawah dan
mempunyai hamparan sawah yang luas dibandingkan dengan desa-desa lain
diluar Kecamatan Kaway XVI. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari
bulan Agustus sampai dengan Desember 2008.
Objek yang diteliti adalah petani yang mengusahakan penanaman padi
sawah, ruang lingkupnya terbatas pada masalah luas lahan, modal dan
penggunaan tenaga kerja di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
Ruang Lingkup ini terbatas pada masalah produksi dan pendapatan
usahatani padi sawah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3.2. Metode yang digunakan, Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan
Besar Sampel
Metode penelitian yang dipakai adalah Survai, populasinya adalah
semua petani yang mengusahakan padi sawah di Kecamatan Kaway XVI.
Teknik pengambilan sampel petani dilakukan dengan Acak Sederhana
(Simple Random Sampling). Besarnya sampel masing-masing diambil
sebanyak 20 persen dari jumlah petani produktif yang berada pada daerah
penelitian.
17
3.3. Batasan Variabel dan Data yang dipakai
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan maka dibutuhkan
beberapa veriabel dan data untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut antara
lain:
1. Luas Lahan Garapan (Ha).
2. Tenaga Kerja (HKP/Ha).
3. Biaya produksi/Modal (Rp/Ha).
4. Pendapatan (Rp/Ha).
3.4. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dibatasi sebagai berikut :
1. Luas Lahan Garapan adalah lahan yang digunakan oleh petani untuk
berusaha tani tanaman padi sawah yang diperhitungkan dalam hektar.
Penggunaan luas lahan yang memadai atau sesuai dengan produksi yang
dihasilkan adalah merupakan salah satu faktor yang turut meningkatkan
hasil produksi
2. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
melakukan usahatani, dalam menghitung tenaga kerja perlu dikonversikan
kedalam Hari Kerja Pria (HKP) sebagai berikut :
W
jxhxtL
Dimana :
L = Tenaga Kerja Orang per hari (HKP).
t = Jumlah tenaga kerja (orang).
18
h = Jumlah hari kerja (hari).
j = Jumlah jam kerja (jam).
W = Jumlah rata-rata jam kerja (jam/hari/orang) diasumsi rata-rata 6
jam/hari/orang.
3. Modal adalah nilai konversi dari penggunaan faktor produksi yang
merupakan biaya dalam proses produksi atau disebut juga biaya produksi.
Biaya ini merupakan keseluruhan pengeluaran baik tunai maupun tidak
tunai yang digunakan untuk satu kali proses produksi. Dengan kata lain,
modal adalah biaya yang sesungguhnya dibayar ditambahkan dengan
biaya tidak dibayar tetapi diperhitungkan seperti sewa milik sendiri
maupun tenaga kerja dalam keluarga. Besar kecilnya biaya ini
mempengaruhi produksi sekaligus mempengaruhi pendapatan.
4. Pendapatan bersih petani padi sawah adalah hasil kali jumlah produksi
dengan harga perkilogram dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan
sebagai biaya produksi.
3.5. Model dan Metode Analisis.
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, maka
penulis menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda dengan
formulanya sebagai berikut (Sudjana, 1992 : 383):
Y = α +β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei
Dimana :
Y = Pendapatan usahatani padi sawah (Rp/Ha)
x1 = Luas lahan tanaman padi sawah (Ha)
19
x2 = Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan untuk
mengelola usahatani padi sawah (HKP)
x3 = Besarnya Modal yang digunakan untuk mengelola
usahatani padi sawah (Rp/Ha)
α = Konstanta yang akan dicari
β1,β2,β3 = Koefisien Regresi yang akan dicari
ei = Error Term
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi Luas lahan, Modal
dan Tenaga Kerja terhadap pendapatan petani padi sawah secara menyeluruh
digunakan uji “F” dengan kaedah keputusan :
Jika Fcari > Ftabel , maka terima Ha dan tolak H0
Jika Fcari ≤ Ftabel , maka tolak Ha dan terima Ho
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi Luas lahan, Modal dan
Tenaga Kerja terhadap pendapatan petani padi sawah secara parsial
digunakan Uji “t” dengan kaedah keputusan :
Jika tcari > ttabel , maka terima Ha dan tolak Ho
Jika tcari ≤ ttabel , maka tolak Ha dan terima Ho
Hipotesis selanjutnya diformulasikan sebagai berikut :
Ho : ai = 0, artinya Luas lahan, tenaga kerja dan modal tidak berpengaruh
nyata terhadap pendapatan petani padi sawah.
Ha : ai ≠ 0, Luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani padi sawah.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Petani
Tingkat produksi sekaligus pendapatan usahatani yang diusahakan
turut dipengaruhi oleh karakteristik petani yang mengusahakan. Unsur-unsur
seperti umur, pendidikan, pengalaman dan besarnya jumlah tanggungan
mempunyai hubungan dengan kemampuan petani dalam mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan
fisik bekerja dan cara berpikir. Petani yang lebih muda biasanya cenderung
lebih agresif dan lebih dinamis dalam berusahatani bila dibandingkan dengan
petani yang lebih tua. Disamping itu umur juga mempengaruhi seorang petani
dalam mengelola usahataninya. Petani dengan umur yang relatif lebih muda
akan mampu bekerja keras bila dibandingkan dengan petani yang lebih tua.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang menentukan dalam
kemampuan seorang petani mengadopsi teknologi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi kemampuan yang
dimilikinya dalam mengembangkan dan menerapkan segala sesuatu yang
menyangkut usahataninya.
Kemajuan teknologi yang terus berkembang menuntut respon yang
positif dari penggunanya. Dalam bidang pertanian kemajuan teknologi
produksi telah memberikan adanya perubahan-perubahan dalam pengusahaan
usahatani komoditi tertentu.
21
Petani dengan tingkat pendidikan yang tinggi umumnya akan lebih
mudah menerima perubahan-perubahan guna perbaikan, oleh karena itu lebih
mampu untuk mengintensifkan usahataninya dibandingkan dengan petani
yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan daya serap petani terhadap teknologi lamban, sehingga dapat
mendatangkan kesulitan serta membutuhkan waktu yang lama untuk
mengadopsi inovasi-inovasi baru tersebut.
Jumlah tanggungan dalam keluarga juga mempengaruhi pendapatan dan
pengeluaran keluarga petani. Dengan jumlah tanggungan yang besar maka
petani akan memiliki tenaga kerja dalam keluarga yang lebih besar pula. Hal
ini akan berpengaruh terhadap biaya tidak tunai yang sebenarnya termasuk
dalam penerimaan keluarga petani.
Jumlah tanggungan yang relatif besar akan menekan biaya produksi
yang dibayarkan petani lebih kecil. Dengan penambahan tenaga kerja dalam
keluarga akan menambah pendapatan yang diterima petani. Keseriusan dalam
penerapan teknologi juga akan semakin baik apabila diusahakan oleh anggota
keluarga bila dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga.
Pengalaman dalam berusahatani juga menentukan keberhasilan suatu
usahatani. Petani dengan pengalaman kerja yang lebih lama akan lebih
mudah mengambil keputusan yang baik pada saat yang tepat. Selain itu
pengalaman seseorang merupakan indikator terhadap kemampuannya dalam
mengembangkan usahataninya. Dengan pengalaman yang lebih lama,
pengalokasian sumber daya yang dimiliki akan lebih efektif. Data
22
karakteristik petani sampel padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut ini.
TABEL.4. RATA-RATA KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DI
DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007.
No Uraian Satuan Rata-rata
1
2
3
4
5
Umur
Pendidikan
Pengalaman
Jumlah Tanggungan
Luas lahan
Tahun
Tahun
Tahun
Jiwa
Hektar
41,90
10,20
14,60
3,00
1,00
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2007.
Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata-rata usia petani sampel masih
tergolong usia produktif. Bakir dan Maning (1982) menyatakan bahwa, umur
produktif untuk bekerja di negara berkembang umumnya adalah antara 15
sampai dengan 55 tahun. Dari jumlah sampel 20 orang Umur rata-rata petani
sampel di daerah penelitian adalah 41,90 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan
petani sampel di daerah penelitian adalah 10,20 tahun yang berarti belum
menamatkan Sekolah Menengah Umum.
Seperti telah diuraikan di atas bahwa pengalaman bertani turut
mempengaruhi kemampuan petani dalam menerima inovasi baru dalam
uapaya meningkatkan produksi. Rata-rata pengalaman petani sampel adalah
14,60 tahun, keadaan ini menunjukkan bahwa petani telah cukup
berpengalaman dalam mengelola usahataninya.
Rata-rata tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian adalah
3 jiwa, yang berarti pengaruh terhadap besarnya pendapatan petani tidak
begitu besar.
23
4.2. Luas Lahan
Keseluruhan areal yang digarap petani untuk usahatani padi sawah pada
satu kali musim tanam merupakan luas lahan garapannya. Luas lahan yang
diusahakan oleh petani sampel sangat bervariasi, pada umumnya petani
sampel merupakan pemilik lahan atau bukan sebagai penyewa dan penyakap.
Pada daerah penelitian ini luas lahan pada umumnya merupakan lahan
sedang. Rata-rata luas lahan garapan petani sampel adalah 1 hektar.
Heranto (1989 : 46) menyatakan bahwa, yang termasuk golongan lahan luas
adalah lahan yang lebih dari 2 hektar, golongan lahan sedang antara 0,5
sampai 2 hektar dan golongan lahan sempit kurang dari 0,5 hektar. Luas
lahan garapan pada penelitian ini berkisar antara 0,5 sampai dengan 1,75
hektar.
4.3. Penggunaan Tenaga Kerja
Besarnya pencurahan tenaga kerja dari setiap jenis tenaga kerja yang
digunakan, maka seluruh unit satuan kerja dihitung dengan mengkonversikan
ke dalam Hari Kerja Pria (HKP) dengan rata-rata waktu kerja 7
jam/hari/orang.
24
Perincian pencurahan tenaga kerja menurut fase kegiatan di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
TABEL 5. RATA-RATA PENCURAHAN TENAGA KERJA
MENURUT FASE KEGIATAN PADA USAHATANI PADI
SAWAH DI DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007.
No Luas Pengolahan
Penanaman Pemupukan Penyiangan Pemanenan Jumlah
Sampel Lahan Tanah
(Ha) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP)
1 1.00 50.00 22.00 15.00 27.00 15.00 129.00
2 0.60 20.00 8.00 5.00 9.00 6.00 48.00
3 1.50 70.00 28.00 17.00 31.50 17.00 163.50
4 0.75 30.00 12.00 7.00 13.50 7.50 70.00
5 0.50 20.00 8.00 5.00 9.00 5.00 47.00
6 0.50 20.00 7.00 5.00 9.00 5.00 46.00
7 1.50 60.00 24.00 15.00 27.00 8.00 134.00
8 1.50 60.00 24.00 15.00 27.00 15.00 141.00
9 0.50 20.00 8.00 5.00 9.00 8.00 50.00
10 0.70 20.00 8.00 6.00 9.00 5.00 48.00
11 1.00 40.00 16.00 12.00 18.00 12.00 98.00
12 0.80 30.00 16.00 10.00 18.00 10.00 84.00
13 1.00 40.00 16.00 10.00 18.00 10.00 94.00
14 1.25 50.00 20.00 13.00 22.50 14.00 119.50
15 1.25 50.00 20.00 12.00 22.50 14.00 118.50
16 0.75 50.00 20.00 12.00 22.50 12.50 117.00
17 1.00 40.00 16.00 10.00 18.00 10.00 94.00
18 1.00 40.00 20.00 10.00 18.00 12.00 100.00
19 0.50 30.00 8.00 5.00 9.00 5.00 57.00
20 1.20 50.00 20.00 12.50 22.50 13.00 118.00
Jumlah 18.80 790.00 321.00 201.50 360.00 204.00 1876.50
Rata-Rata 39.50 16.05 10.08 18.00 10.20 93.83
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2007.
Pengolahan tanah bertujuan untuk membenamkan rumput dan alang-
alang, juga untuk mendapatkan tanah dengan porositas yang baik bagi
pertumbuhan bibit padi. Pengolahan tanah di daerah penelitian dilakukan
sesuai anjuran yaitu 2 kali bajak dan 1 kali garu, dengan kedalaman 20 cm.
Pengolahan tanah ini pada umumnya dilakukan dengan tenaga mesin dan
ternak dengan sistim upah borongan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja
25
untuk pengolahan tanah adalah 39,50 HKP/Ha, penanaman 16,05 HKP/Ha
pemupukan 10,08 HKP/Ha, penyiangan 18 HKP/Ha dan pemanenan 10,20
HKP/Ha.
4.4. Penggunaan Sarana Produksi
Sarana produksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi benih,
pupuk Urea, SP36, KCl, herbisida dan insektisida. Rata-rata penggunaan
sarana produksi pada daerah penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
4.5. Biaya Produksi
Dalam penelitian ini biaya produksi yang diperhitungkan adalah
seluruh pengeluaran yang dibayar tunai maupun tidak tunai untuk satu kali
musim tanam. Perhitungan didasarkan atas harga-harga yang berlaku di
daerah penelitian.
Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja, biaya sarana
produksi dan biaya lainnya. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan meliputi
pengolahan tanah, penanaman bibit, pemupukan, penyiangan dan
pemanenan yang dinyatakan dalam HKP. Upah yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja saat penelitian sebesar Rp. 20.000 per Hari Kerja Pria (HKP)
dengan masa kerja 7 jam/hari.
Perincian penggunaan biaya produksi di daerah penelitian dapat
dilihat pada lampiran 2.
26
4.6. Produksi
Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah fisik yang
dihasilkan dari usahatani padi sawah. Hernanto (1989 : 170) menyebutkan
konsep dasar didalam kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah fungsi
produksi. Melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk
hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk
memperoleh sejumlah produksi dan sekaligus menunjukkan produktivitas
dari hasil itu sendiri. Rata-rata produksi dan produktivitas pada usahatani
padi sawah dapat dilihat pada lampiran 3.
4.7. Nilai Produksi
Nilai Produksi merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil
kali total produksi dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian.
Harga gabah di daerah penelitian adalah Rp. 1.600/Kg.
27
Adapun rata-rata nilai produksi gabah di daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
TABEL 6. RATA-RATA NILAI PRODUKSI PADA USAHATANI
PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007.
No
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
Produksi
(Kg)
Harga
(Rp/Kg)
Nilai
Produksi
(Rp)
1 1.00 4300 1600 6880000
2 0.60 2750 1600 4400000
3 1.50 6625 1600 10600000
4 0.75 2475 1600 3960000
5 0.50 2545 1600 4072000
6 0.50 2250 1600 3600000
7 1.50 8255 1600 13208000
8 1.50 8245 1600 13192000
9 0.50 2700 1600 4320000
10 0.70 2750 1600 4400000
11 1.00 4400 1600 7040000
12 0.80 3700 1600 5920000
13 1.00 4550 1600 7280000
14 1.25 6875 1600 11000000
15 1.25 6875 1600 11000000
16 0.75 6875 1600 11000000
17 1.00 5500 1600 8800000
18 1.00 5500 1600 8800000
19 0.50 2650 1600 4240000
20 1.20 6875 1600 11000000
Jumlah 18.80 96695.00 32000.00 154712000.00
Rata-rata 0.94 4834.75 1600.00 7735600.00
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2007.
Dari Tabel 6 di atas terlihat bahwa rata-rata nilai produksi usahatani
padi sawah adalah sebesar Rp. 7.735.600/Ha dimana harga gabah per
kilogram yang berlaku pada saat penelitian adalah Rp. 1.600/Kg.
4.8. Analisis Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh petani dari produksi yang
dihasilkan. Peningkatan pendapatan pada setiap musim tanam akan
28
memotisivasi petani untuk lebih serius dalam mengusahakan usahataninya.
Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya produksi yang
dikeluarkan selama proses produksi berlangsung.
Rata-rata pendapatan pada usahatani padi sawah di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
TABEL 7. RATA-RATA PENDAPATAN PADA USAHATANI PADI
SAWAH DI DAERAH PENELITIAN TAHUN 2007.
No
Sampel
Luas
Lahan
(Ha)
Biaya
Produksi
(Rp)
Nilai
Produksi
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
1 1.00 3721500 6880000 3158500
2 0.60 1417500 4400000 2982500
3 1.50 4715700 10600000 5884300
4 0.75 2054736 3960000 1905264
5 0.50 1369500 4072000 2702500
6 0.50 1348500 3600000 2251500
7 1.50 3961500 13208000 9246500
8 1.50 4108500 13192000 9083500
9 0.50 1432500 4320000 2887500
10 0.70 1444500 4400000 2955500
11 1.00 2823000 7040000 4217000
12 0.80 2475000 5920000 3445000
13 1.00 2739000 7280000 4541000
14 1.25 3464250 11000000 7535750
15 1.25 3453750 11000000 7546250
16 0.75 3287250 11000000 7712750
17 1.00 2739000 8800000 6061000
18 1.00 2865000 8800000 5935000
19 0.50 1579500 4240000 2660500
20 1.20 3420750 11000000 7579250
Jumlah 18.80 54420936.00 154712000.00 100291064.00
Rata-rata 0.94 2721046.80 7735600.00 5014553.20
Sumber : Data Primer (diolah) tahun 2007.
Dari Tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata pendapatan
usahatani padi sawah di daerah penelitian sebesar Rp. 5.014.553,20/Ha.
29
4.9. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani di
Daerah Penelitian.
Pendapatan petani pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh faktor
luas lahan, tenaga kerja dan biaya produksi dalam melakukan usahatani padi
sawah di daerah penelitian.
Dari hasil analisis pendapatan petani yang dilakukan dengan
pendekatan regresi linier berganda di peroleh data sebagai berikut:
TABEL 8. HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Koefesien Determinasi (R2) = 0,71 Fhitung = 13,14
Ftabel = 3,35 Sig F = 0,00 ttabel = 1,71 taraf nyata (α) = 0,05
Variabel
Nama Variabel Koefesien Std. Error t
Sig.
A (Constant) 772220.3998 975551.7062 -0.79 0.440
X1 Luas Lahan (X1) 8866162.769 3978804.66 2.228 0.040
X2 Tenaga Kerja (X2) 516686.769 360446.5656 1.433 0.170
X3 Biaya Produksi (X3) -18.7521800 13.42176213 -1.397 0.181
Sumber : Hasil Analisis Data,2008
Berdasarkan tabel 11 di atas hasil perhitungan regresi linier
berganda dengan 3 (tiga) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat
memperlihatkan persamaan sebagai berikut :
Y = 772.220,4 + 8.866.162,769X1 + 516.686,769X2 – 18,7521800X3
Persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
a0 = 772.220,4 menunjukakan bahwa apabila faktor-faktor X1, X2
dan X3 dianggap konstan (=0), maka pendapatan petani akan sebesar Rp.
772.220,4 a1 = 8.866.162,769 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu
30
Hektar lahan akan menambah pendapatan sebesar Rp. 8.866.162,769
dengan asumsi faktor lain tetap.
a2 = 516.686,769 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu
HKP maka akan menambah pendapatan sebesar Rp. 516.686,769 dengan
asumsi faktor lain tetap.
a3 = -18,75218 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu
Rupiah biaya produksi maka akan mengurangi pendapatan sebesar Rp.
18,75218 dengan asumsi faktor lain tetap.
Jika ditinjau dari hasil pengujian secara terpisah (parsial) antara
variabel (Y) dengan variabel (X1, X2, X3) dengan tingkat kepercayaan 95% (
taraf nyata (α) =5%) dengan menggunakan ”Uji t” di peroleh hasil sebagai
berikut :
4.9.1 Luas Lahan
Dari hasil regresi menunjukan nilai t hit untuk variabel Luas Lahan
(X1) = 2.228 dengan tingkat signifikan sebesar 5% menunjukan nilai t tabel =
1,71, hal ini menunjukan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat dipastikan
bahwa variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani di
daerah penelitian.
4.9.2 Penggunaan Tenaga Kerja
Nilai t hit untuk variabel biaya operasional (X2) = 1.433 dengan
tingkat signifikan sebesar 5% menunjukan nilai t tabel = 1,71, hal ini
menunjukan bahwa thitung < ttabel, sehingga perhitungan menunjukkan bahwa
31
variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani di
daerah penelitian.
4.9.3 Biaya Produksi
Nilai t hit untuk variabel biaya Produksi (X2) = -1,37 dengan
tingkat signifikan sebesar 5% menunjukan nilai t tabel = 1,71, hal ini
menunjukan bahwa thitung < ttabel, sehingga perhitungan menunjukkan bahwa
variabel Biaya Produksi tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
petani.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila adanya penambahan biaya
operasional mengakibatkan pendapatan petani menurun, karena semakin
banyak pengeluaran biaya produksi dalam usaha ini maka semakin kecil
tingkat keuntungan yang diperoleh. Hal ini mengakibatkan pendapatan yang
diterima petani semakin kecil.
Hasil uji secara serempak antara variabel bebas dan variabel terikat
digunakan uji F pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05 ) diperoleh F hit =
13,14 sedangkan F tabel = 3,35. Dengan demikian F hit > Ftabel, maka
keputusannya terima Ha dan tolak Ho. Hal ini berarti secara serempak faktor
luas lahan (X1), penggunaan tenaga kerja (X2) dan biaya produksi (X3)
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani di Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan hasil analisis keeratan hubungan yang terjadi antara
variabel bebas yaitu Luas Lahan (X1), Pengunaan Tenaga Kerja (X2) dan
Biaya Produksi (X3) dengan variabel terikat pendapatan Petani (Y) dapat
32
diketahui dengan menggunakan koefisien determinasi (R2). Dari hasil
perhitungan diperoleh R2 = 0,71 artinya bahwa 71% pendapatan petani
dipengaruhi oleh variabel yang dianalisis yaitu luas lahan (X1), Penggunaan
Tenaga Kerja (X2) dan Biaya Produksi (X3). Sedangkan selebihnya 29 %
dipengaruhi oleh variabel – variabel lain diluar model penelitian.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Secara serempak pendapatan petani di Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat dipengaruhi secara nyata oleh variabel luas lahan,
penggunaan tenaga kerja dan biaya produksi.
b. Secara parsial pendapatan Petani di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat dipengaruhi secara nyata (signifikansi) oleh variabel luas
lahan dan variabel Tenaga Kerja sedangkan Biaya Produksi tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan Petani di daerah penelitian.
5.2. Saran
a. Diharapkan petani agar mengelola usahataninya lebih efektif, produktif
dan lebih efisien sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal,
yang dengan sendirinya meningkatkan pendapatan petani.
b. Diharapkan kepada Pemerintah agar lebih ditingkatkan peran PPL dalam
upaya memberikan Penyuluhan kepada petani, sehingga petani mampu
dan terampil dalam mengaplikasikan teknologi tepat guna demi
meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
34
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Patri dan A. Soeharjo (1993) Sendi-sendi Pokok Usahatani, IPB, Bogor.
Heberman (1956) Widya Pangan dan Gizi
Hermanto. F (1989) Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya Jakarta.
Husein (2003) Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja
Grafindo Perada Jakarta.
Mubyarto (1989) Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES Jakarta.
Nazir. M. (1988) Metode Penelitian, Gahlia Indonesia, Jakarta.
Purwanto (1983) Ilmu Usahatani, Yasaguna, Jakarta.
Prathama, (1995). Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Prawijo, Ruslan. H (1979) Ekonomi Teori dan Aplikasi, Raja Wali Pers, Jakarta.
----------------. (1990) Teori Ekonomi Produksi, Raja Wali Pers, Jakarta.
Soekartawi (1987) Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi,
Rajawali Pers, Jakarta.
Soeratno (1986) Ekonomi Pertanian, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sudjana (1992) Metode Statistik, Tarsito, Bandung.
Swastha, B dan I Sukotjo (1989) Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern.
Liberty, Yogyakarta.
Swastha, B dan Irawan (1985) Dasar-dasar Manajemen, Bina Aksara, Jakarta.
Thohir, (1983). Metode Penelitian, Penerbit IPB, Bogor.
Weston, (1986). Marketing dan Perilaku Konsumen, Mandar Maju, Bandung.
35
Top Related