Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
415
AKSELERASI PENINGKATAN INDUSTRI KREATIF
SENI PERTUNJUKAN DI JAWA TIMUR
MELALUI PERAN TRIO ABG DAN KEUNGGULAN BERSAING
Gendut Sukarno1)
, Lia Nirawati2)
1) 2)
FEB UPN "Veteran" Jawa Timur 1) 2)
Jl.Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
ASEAN Economic Society (MEA) era initiated in 2015 brought opportunity and
challenge as well for Indonesian economic including creative industry. From 14 creative
economic sectors as listed in Presidential Instruction (Inpres) Number 6 Year 2009
concerning Creative Economic Development, there is one poor creative industry subsector,
namely „Exhibition Art‟, in which such subsector only contribute 0.10% from entire
creative industries.
TRIO ABG which is synergy between Academic, Business Government, is one of
concept in raising creative industry growth, alongside such creative industry competitive
advantages.
This research aimed to review TRIO ABG concept and Competitive Advantages
against exhibition art creative industry development in East Java. Population in this research
were entire creative industry owner/management from 14 creative industry sectors. Sample
in this research were 42 owners/management of “Exhibition Art” creative industry sub-
sector. PLS (Partial Least Square) were analysis technique used in this research.
Research result showed that TRIO ABG still unable to provide contribution for
exhibition art creative industry in East Java. Such three helix roles actually exist, but it was
highly minimum and not synergized yet. Likewise competitive advantages on exhibition art
creative industry in East Java still unable to become competitive advantage that could
compete with other creative industries.
Keywords: TRIO ABG, Competitive Advantages, Exhibition Art Creative Industry.
ABSTRAK
Era Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada tahun 2015 membawa peluang
dan tantangan bagi ekonomi Indonesia termasuk industri kreatif. Dari 14 sektor ekonomi
kreatif sebagaimana tercantum dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan
Ekonomi Kreatif, ada satu subsektor industri kreatif yang memprihatinkan yaitu sub sektor
“Seni Pertunjukan”, dimana subsektor tersebut hanya menyumbang 0,10% dari seluruh
industri kreatif.
TRIO ABG yang merupakan sinergi antara Academic, Business Government,
merupakan salah satu konsep dalam meningkatkan pertumbuhan industri kreatif, disamping
keunggulan bersaing industri kreatif tersebut.
Riset ini bertujuan untuk mengkaji konsep TRIO ABG dan Keunggulan
Bersaing terhadap pengembangan industri kreatif seni pertunjukan di Jawa Timur.
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
416
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilik / pengelola industri kreatif dari 14
sektor industri kreatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 42 pemilik / pengelola sub
sektor industri kreatif "Seni Pertunjukan". Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Parsial Least Square (PLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TRIO ABG masih belum mampu
memberikan kontribusi bagi industri kreatif seni pertunjukan di Jawa Timur. Peran tiga
heliks seperti tersebut sebenarnya ada, namun sangat minim dan belum disinergikan.
Demikian juga keunggulan bersaing pada industri kreatif seni pertunjukan di Jawa
Timur masih belum bisa menjadi keunggulan kompetitif yang bisa bersaing dengan
industri kreatif lainnya.
Kata kunci: TRIO ABG, Keunggulan Bersaing, Industri Kreatif Seni Pertunjukan
PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah bergelut dengan persaingan yang
ketat. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada 2015 membawa
suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi Indonesia. Dengan diberlakukannya
MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN mengalami aliran bebas barang, jasa,
investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara.
Melalui MEA akan terjadi integrasi yang berupa “free trade area” (area
perdagangan bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar
tenaga kerja dan pasar modal yang bebas, akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi tiap negara. Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia
Tenggara itu, dunia usaha harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat
menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor industri
kreatif.
Sebagaimana dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pengembangan Ekonomi Kreatif yang terdiri dari 14 sektor ekonomi kreatif yaitu Sub-
sektor : Periklanan, Arsitektur, Pasar Seni dan Barang Antik, Kerajinan, Desain,
Fashion, Video-Film-dan Fotografi, Permainan Interaktif, Music, Seni Pertunjukan,
Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio,
Riset dan Pengembangan. Terpilihnya Presiden RI ke VII, Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif
dihilangkan, dan pemerintah akhirnya resmi membentuk Badan Ekonomi Kreatif
(BEK). BEK merupakan lembaga setingkat kementerian, Kepala BEK bertanggung
jawab langsung kepada Presiden.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan industri kreatif berkontribusi
terhadap produk domestik bruto (PDB) pada urutan ke-9 dari 10 sektor lapangan usaha.
Kontribusi industri kreatif terhadap PDB memang masih relatif rendah, akan tetapi
menurut Adi Suryo (Ketua Bidang Industri Kreatif, Teknologi Informasi, dan Media
Hipmi Jatim, SURYA Online, 26/2/2013) "Potensi untuk industri kreatif di Jatim sangat
besar, bahkan industri kreatif ini mampu memenuhi kebutuhan eksport Jawa Timur di
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
417
bidang non migas," Saat ini industri kreatif berkontribusi sekitar 7 persen dari total
PDRB Surabaya.
Dari 14 sektor tersebut, nilai tambah yang dihasilkan subsektor fasyen dan
kerajinan cukup dominan, berturut-turut sebesar 43,02% dan 25,12% dari total
kontribusi sektor industri kreatif.
Kedua jenis industri ini menjadi lokomotif dalam perkembangan industri kreatif
nasional. “Kontribusi fashion dan kerajinan jauh mengungguli kontribusi jenis industri
kecil lainnya. Baik dalam nilai tambah, tenaga kerja jumlah perusahaan, maupun
ekspornya," (DirJen.Industri Kecil dan Menengah dalam pembukaan pameran fashion
dan kerajinan bertema "Indonesia arid Craft 2013" di Jakarta, Kamis [27/6]. Akan
tetapi ada subsektor industri kreatif yang memprihatinkan yaitu subsektor „Seni
pertunjukan‟, dimana subsektor tersebut hanya mampu memberikan kontribusi terhadap
industri kreatif secara menyeluruh hanya sebesar 0,10%. Fenomena di atas patut untuk
mendapat perhatian dari semua pihak demi eksistensi subsektor tersebut. Perhatian
dapat diharapkan dari peran serta beberapa pihak antara lain pihak Academic, pihak
Business, dan pihak Government, atau sering disebut Trio ABG atau Triple Helix. Dunia
akademisi dapat memberikan kontribusinya terhadap riset-riset yang dilakukan,
demikian juga pihak Business dapat memberikan kontribusinya terhadap pengembangan
wawasan business dan capitalisasi, serta pihak Government dibutuhkan untuk
memberikan perlindungan dan regulasi industri kreatif. Lebih khusus eksistensi industri
kreatif Seni dan pertunjukan yang nasibnya semakin termarginalkan.
Sebagian besar perlindungan yang dirasakan, masih hanya pada pembajakan
bidang musik dan perfilman saja, sedangkan di bidang industri kreatif yang lainnyaris
perhatian itu belum terlihat. Kontribusi Akademisi dan Pemerintah nampaknya dapat
ditingkatkan, demikian juga peran dunia bisnis dalam menompang peningkatan industri
kreatif (Gibbons et al (1994) dalam The New Production of Knowledge dan Nowotny et
al (2001) dalam Re-Thinking Science).
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
418
Sebagai konsep, gagasan utama Trio ABG atauTriple Helix adalah sinergi kekuatan
antara akademisi, bisnis, dan pemerintah.Kalangan akademisi dengan sumber daya, ilmu
pengetahuan, dan teknologinya memfokuskan diri untuk menghasilkan berbagai temuan
dan inovasi yang aplikatif.Kalangan bisnis melakukan kapitalisasi yang memberikan
keuntungan ekonomi dan kemanfaatan bagi masyarakat.Sedang pemerintah menjamin dan
menjaga stabilitas hubungan keduanya dengan regulasi kondusif (Etzkowitz&Leydesdorff,
2000).
Fenomena di atas nampak bahwa industri kreatif yang bertahan dalam suatu
lingkungan industri harus lebih unggul dibandingkan pesaingnya. Membanjirnya produk-
produk cina yang menggempur produk lokal menuntut industri/ industri kreatif harus
mempunyai keunggulan bersaing dari produk rival. Porter (1994) menjelaskan bahwa
keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan.
Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan
kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif. Strategi ini harus
didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga industri
kreatif dapat mendominasi baik dipasar lama maupun pasar baru. Keunggulan bersaing
pada dasarnya tumbuh dari nilai–nilai atau manfaat yang diciptakan oleh industri kreatif
yang melebihi/dominan daripada industri lainnya.
FILM, VIDEO, & PHOTOGRAPHY;
0,60%
PUBLISHING & PRINTING; 4,86%
ADVERTISING; 7,18%
INTERACTIVE GAMES; 0,37%
RESEARCH& DEVELOPMENT;
0,72%
CRAFTS; 25,12%
COMP.SERVICE & SOFTWARE;
1,13% MUSIC; 5,30% ART & ANTIQUES MARKET;
0,45% SHOW ART;
0,10% TV & RADIO;
1,57%
ARCHITECTURE; 3,52%
DESIGN; 6,06%
FASHION; 43,02%
Sumber: SURYA Online, SURABAYA, (27/06/2013)
Diagram 1. The Average Percentage of Creative Industry Subsector „s Contribution
to The Creative Industry (2006-2013)
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
419
Berdasarkan kajian-kajian empirik di atas penulis tertarik untuk mensinergikan
konsep Trio ABG (triple helix) dan keunggulan bersaing terhadap pertumbuhan industri
kreatif seni dan pertunjukan dalam sebuah penelitian.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Jawa Timur dengan sasaran Kotamadya, sehingga
terdapat 9 kota yaitu : Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Malang, Batu, Mojokerto,
Kediri, Blitar, dan Madiun. Pertimbangan dipilihnya daerah tersebut karena secara realita
industri kreatif sebagian besar berkembang di kota Metropolis, propinsi hingga
kotamadya yang mendukung aktivitas industri kreatif yang banyak memerlukan unsur
informasi, teknologi, kreativitas, inovasi.
Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ádalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan pendekatan wawancara
langsung dengan pimpinan pengelola industri kreatif seni pertunjukan. Wawancara ini
dimaksudkan sebagai langkah pendekatan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif
dan lebih jelas.
Selain wawancara dilakukan melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh
data lewat pengisian pertanyaan yang diujukan kepada pelaku industri kreatif seni
pertunjukan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesenian Jawa Timur serta
dinas terkait lainnya.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha industri kreatif yang ada di Jawa
Timur, yang terdiri dari 14 sektor. Sampel dalam penelitian ini adalah pengelola/pimpinan
industri kreatif “Seni pertunjukan” di 9 kota yang ada di Jawa Timur yaitu : Surabaya,
Pasuruan, Probolinggo, Malang, Batu, Mojokerto, Kediri, Blitar, dan Madiun.dengan
sampel sebanyak 42 responden (small sample).Penggunaan small sample tersebut
didasarkan dari teknik analisis Partial Least Sequare(PLS)yangmempunyai spesifikasi
diantaranya: ukuran sampel tidak harus besar (Herman Wold, 1985).
Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan Partial Least Sequare (PLS).Salah satu pendekatan baru yang diperkenalkan
oleh Herman Wold(1985), adalah Partial Least Square (PLS) dan sering disebut soft
modeling.Dengan menggunakan PLS dimungkinkan melakukan pemodelan persamaan
structural dengan ukuran sampel relative kecil dan tidak membuhkan asumsi normal
multivariate. Selain permasalahan asumsi sebaran dan banyaknya data, kendala lain yang
dihadapi pemodelan structural menggunakan LISREL adalah indikator (variabel manifest)
penelitian hanya dimungkinkan bersifat reflektif (variabel laten menjelaskan variabel
manifest), tidak dimungkinkan untuk indikator bersifat formatif (variabel manifest
menjelaskan variabel laten). Dengan menggunakan PLS dimungkinkan penelitian
menggunakan indikator bersifat reflektif ataupun formatif.
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
420
Metode PLS mempunyai keunggulan tersendiri diantaranya: data tidak harus
berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai
rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus besar. Hal ini
sesuai dengan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 42 responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Madiun Kota Madiun memaknai industri kecil dan menengah (IKM) pengolahan sambal
pecel, madumongso, kerupuk puli atau biasa disebut lempeng Madiun sebagai sektor
ekonomi kreatif masyarakat Kota Madiun. Pemerintah Kota Madiun terus
mengembangkan potensi produk unggulan industri kecil dan menengah setempat guna
menumbuhkan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
Salah satu seni pertunjukan di kota Madiun adalah seni tari dongkrek. Seni
Dongkrek menggabungkan seni tari dan drama dengan mengambil cerita tentang
pertarungan kakek sakti melawan kawanan gendruwo yang berakhir dengan kemenangan
sang kakek. Sangat disayangkan apabila seni topeng dongkrek kini menjadi salah satu
kesenian yang hampir punah, seperti halnya kepunahan beberapa kesenian tradisional daerah lainnya yang hampir kesemuanya disebabkan oleh kurangnya perhatian
masyarakat dan pemerintah.Seni reog walaupun lahir dari kota Ponorogo namun karena
kedekatan dari Ponorogo dan Madiun, sehingga kesenian Reog sangat melekat berada di
kota Madiun juga. Seperti kota lainnya di Jawa Timur, di Madiun juga hidup seni tari
tradisional maupun kontemporer, seni drama, maupun seni Drama.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Mojokerto
Mojokerto mempunyai hasil industri kreatif sepatu dan sandal yang tidak hanya
dipasarkan pada pasar lokal saja, namun juga dieksport ke Eropa (Jerman dan Belanda)
serta kuliner kerupuk rambak, dan telur asin (Eastjava.com, diakses tgl 20/04/2016
pukul 06.15).
Di Mojokerto ludruk merupakan seni pertunjukan etika yang melekat dalam
kehidupan sehari – hari di masyarakat. Ludruk memiliki unsur tarian, narasi lucu,
pelawak dan pemain yang terdiri dari laki – laki semua, meskipun yang diperankan ada
peran wanitanya. Seiring dengan berkembangnya ludruk, masuk juga pemain
perempuan. Tema yang terdapat di pertunjukkan ini umumnya berkaitan dengan
kehidupan rakyat sehari – hari, perjuangan disertai dengan lawakan yang diiringi
dengan alunan musik gamelan.Kabupaten Mojokerto merupakan daerah yang kaya akan
ragam kesenian daerah. Salah satunya adalah Tari Mayang Rontek, yang merupakan
tarian khas dari Kabupaten Mojokerto. Disamping itu terdapat salah satu seni yaitu seni
bantengan.Seni Tradisional Bantengan, adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi
yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan, musik, dan syair/mantra yang
sangat kental dengan nuansa magis.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Kediri
Kota Kediri, mempunyai hasil industri kreatif yang berupa Kain Tenun ikat yang
sudah terkenal di samping industri kuliner Tahu Kuningnya. Pemerintah kota Kediri
berkeinginan menggerakkan ekonomi rakyat, terutama industri kreatif tradisional kain
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
421
tenun ikat yang merupakan ciri khas kerajinan dari Kediri yang sudah terkenal
(www.kedirikota.go.id, diakses 20/04/2016, pukuk 0433).
Kediri mempunyai beberapa seni pertunjukan yang khas seperti : seni tari
tradisional dan kontemporer, seni jaranan, seni drama, seni mocopat. Selain seni
tersebut di atas terdapat seni pertunjukan yang jarang sekali dijumpai di kota lain yaitu
seni wayang jemblung yang jumlahnya nyaris punah. Perkembangan seni wayang
jemblung tersebut sangat lamban bahkan cenderung melemah, penyebabnya selain
peminat seni tersebut sangat jarang, juga akibat dari biaya pementasan yang tidak
kecil.Orang atau lembaga sangat jarang sekali jika punya hajat acara mendatangkan seni
wayang jemblung.Kebanyakan lebih mudah dan praktis dengan mendatangkan player
electone dan penyanyi.Ragam kesenian di Kabupaten Kediri tentunya tidak lepas dari
sejarah kerajaan Kediri.Beberapa kesenian khas daerah yang dapat dinikmati wisatawan
antara lain Seni Jaranan, kethek ogleng dan lain lain. Kesenian Jaranan menyuguhkan
berbagai atraksi menarik yang kadang mampu membangkitkan rasa takjub.Atraksi gerak
pemain dengan diiringi tabuhan gamelan serta sesekali diselingi unsur magis
menjadikan kesenian ini layak ditonton.
Di Kabupaten Kediri terdapat beberapa kesenian Jaranan yang dapat dinikmati
diantaranya Jaranan Senterewe, Jaranan Pegon, Jaranan Dor, dan Jaranan Jowo.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Batu
Kota Batu sebenarnya adalah daerah persinggahan sejak jaman kerajaan.Jadi,
potensi untuk menjadi pusat budaya justru sangat terbuka besar dengan hal
tersebut.Budaya Persilangan dan Campuran dari berbagai daerah mustinya bisa dilihat
sebagai potensi besar untuk daya jual Kota Batu. Seni tari sanduk merupakan seni tari
khas kota wisata Batu. Sebuah tarian yang dimainkan oleh banyak orang dengan iringan
musik tradisional khas tarian sanduk. Tari Sanduk dapat di ikuti oleh siapa saja tidak ada
batasan usia dan gender. Kebudayaan Tradisional di Kota Batu tumbuh dan berkembang
dengan baik sebagai suatu teradisi budaya yang dipegaang teguh masyarakatnya,
Keindahan tradisi budaya Batu dapat dilihat pada pentas tari-tarian khas Batu, pada
Sedekah Bumi dan kegiatan Bersih desa serta pentas Ludruk dan Campur Sari.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Malang
Pelaku industri kreatif di Malang makin berkembang pesat. Beberapa waktu yang
lalu Wali Kota Malang melantik Komite Ekonomi Kreatif (KEK) dalam rangka
memfasilitasi komunitas kreatif di Kota Malang. Langkah Kota Malang ini menyusul
Bandung yang lebih dulu membentuk komite serupa.Komite yang beranggotakan sejumlah
SKPD serta para penggiat industri kreatif ini diharapkan mampu menjadi katalisator bagi
berkembangnya ekonomi kreatif di Kota Malang.
Selain terkenal akan kekayaan kuliner serta deretan bangunan kuno yang
dimilikinya, Malang juga memiliki beberapa kesenian yang cukup berkembang dan dikenal
masyarakat. salah satu seni tersebut yang sangat digemari oleh masyarakat dan masih terus
dilakukan hingga saat ini adalah kesenian bantengan. Seni ini masih banyak dilakukan di
kampung-kampung, baik ketika ada acara tertentu maupun hanya sekedar sebagai hiburan.
Kesenian bantengan sendiri merupakan sebuah seni pertunjukkan yang menggabungkan
tarian, musik, seni bela diri, serta mantra-mantra yang biasanya mengandung magis. Dalam
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
422
menjadi seekor banteng, seorang pemain sering kali akan mengalami tahap kesurupan
arwah leluhur banteng sehingga kadang sering lepas kendali. Di samping itu seni tari
lainnya adalah Tari Topeng diamping seni tari lain seperti tari tradisional maupun tari
kontemporer.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Blitar
Seni pertunjukan di Blitar diantaranya terdiri dari seni ketoprak, seni jemblung,
seni wayang orang, seni drama/ teater, seni jaranan. Dari beberapa seni pertunjukan
diatas, seni jemblung nyaris hampir punah. Selama ini yang kita ketahui tentang kesenian
tradisional rakyat Jawa, terutama di daerah Jawa Timur mungkin hanyalah wayang,
jaranan atau reog, tetapi ternyata ada kesenian tradisional yang menggabungkan antara
musik tradisional Jawa dengan selingan dakwah Islam. Kesenian ini namanya Jemblung.
Memang agak asing di telinga kita jika mendengar kata jemblung. Maklum, kesenian ini
mulai tidak dikenal oleh masyarakat. Keberadaan mulai terpinggirkan seiring semakin
banyaknya kesenian modern yang digandrungi oleh masyarakat, sehingga Kesenian
Jemblung dianggap kuno dan ketinggalan zaman.
Profil Sub SektorIndustri Kreatif Seni Pertunjukan di Probolinggo
Kota Probolinggo berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten Probolinggo di sebelah timur, selatan, dan barat. Di Probolinggo, terdapat
sejumlah seni tradisi yang patut dijaga kelestariannya. Peminat seni tradisional yang
antaranya Ludruk Probolinggo, Seni Glipang, Tari Sapi Pajengan, Tari Topeng Tengger,
dan Kemplang Bergending ini semakin surut bahkan terancam punah.Selain tidak ada
penerus bagi kesenian-kesenian tradisional, apreasi seni tradisi terhambat pula karena
mahalnya biaya untuk menampilkan suatu pertunjukan. Untuk ludruk, sekali tampil warga
harus menyediakan dana sekitar Rp25 juta. Bila dibandingkan dengan organ tunggal yang
hanya Rp1 juta, umumnya lebih banyak disewa saat acara seperti pernikahan. Jaran
Bodhag adalah kesenian tradisional yang berasal dari Probolinggo Jawa Timur. Jaran
Bodhag mulai muncul dan dikenal oleh masyarakat Kota Probolinggo sejak zaman awal
kemerdekaan.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Pasuruan
Terkait seni pertunjukan di Pasuruan, terdapat salah satu kesenian pertunjukan
yang secara lambat laun semakin termarginalkan yaitu seni pertunjukan jaranan. Kesenian
jaranan adalah suatu seni tari yang menggunakan instrumen berupa anyaman bambu atau
daun pandan yang dibentuk sedemikian rupa hingga mirip seperti kuda. Tarian jaranan ini
populer di daerah Jawa bagian timur, mulai dari Ponorogo, Kediri, Tulungagung,
Nganjuk, Malang bahkan sampai Banyuwangi.
Profil Sub Sektor Industri Kreatif Seni Pertunjukan di Surabaya
Kota Surabaya sebagai kota Metropolis ke II setelah Jakarta terkenal dengan
beberapa industri kreatif yang dibuat oleh warganya. Surabaya siap menjadi pusat industri
kreatif nasional karena memiliki potensi besar yang didukung kualitas sumber daya
manusia (SDM) dan mampu memunculkan berbagai ide kreatif bernilai ekonomis. Terkait
dengan sub sektor seni pertunjukan di Surabaya, secara umum dapat diketemukan
beberapa jenis seni pertunjukan diantaranya : seni ludruk, seni tari tradisional, seni tari
kontemporer, seni drama, musik tradisional. Surabaya sebagai kota metropolis, sehingga
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
423
seni pertunjukan yang diketemukan sebagian besar sudah banyak tercampur dengan seni
pertunjukan yang memainkan perkembangan IT dan komunikasi.Hal tersebut sebagai
misal seni ludruk sudah banyak ditayangkan lewat tayangan siaran radio, yang
kemungkinan bisa berupa hasil rekaman. Seni tari banyak diwarnai tari kontemporer
dan modern yang lebih banyak dimintai anak-anak mahasiswa. Demikian juga seni
musik tradisional seperti campur sari sudah banyak dihiasi dengan musik elektrik
seperti elektone, gitar listrik, maupun alat musik elektronik lainnya.
Data Kharakteristik Seni Pertunjukan
Tabel 2
Data Jenis Seni Pertunjukan di 9 Kota Jawa Timur Kota Objek
Penelitian
Jenis Seni Pertunjukan
1 Madiun1 Reog
2 Madiun2 Tari Tradisional
3 Madiun3 Tari Kontemporer
4 Madiun4 Wayang Orang
5 Blitar1 Seni Mocopat
6 Blitar2 Seni Jaranan
7 Blitar3 Seni Wayang Orang
8 Blitar4 Seni Drama
9 Kediri1 Seni Wayang Jemblung
10 Kediri2 Seni Jaranan
11 Kediri3 Seni Drama
12 Kediri4 Tari Tradisional
13 Mojokerto1 Ludruk
14 Mojokerto2 Tari Mayang Rontek
15 Mojokerto3 Seni Bantengan
16 Mojokerto4 Tari Kontemporer
17 Batu1 Tari Sanduk
18 Batu2 Ludruk
19 Batu3 Campur sari
20 Batu4 Tari Kontemporer
21 Malang1 Seni Bantengan
22 Malang2 Tari Topeng
23 Malang3 Tari Tradisional
24 Malang4 Tari Kontemporer
25 Probolinggo1 Tari Topeng Tengger
26 Probolinggo2 Seni Glipang
27 Probolinggo3 Tari Sapi Pajengan
28 Probolinggo4 Jaran Bodhag
29 Pasuruan1 Tari Tradisional
30 Pasuruan2 Drama Teater
31 Pasuruan3 Ludruk
32 Pasuruan4 Seni Jaranan
33 Surabaya1 Ludruk
34 Surabaya2 Tari Tradisional
35 Surabaya3 Tari Kontemporer
36 Surabaya4 Drama teater
37 Surabaya5 Balet
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
424
38 Surabaya6 Ketoprak
39 Surabaya7 Reog
40 Surabaya8 Tari Tradisional
41 Surabaya9 Drama Teater
42 Surabaya10 Campur Sari
PembahasanVariabel Penelitian
Trio ABG
Tabel 3. TRIO ABG
Trio ABG adalah suatu konsep yang merupakan penciptaan sinergi tiga kutub
yaitu akademisi, bisnis, dan pemerintah yang memiliki tujuan pembangunan ekonomi
berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan, yang deskripsi variabel tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut. Dari tabel berikut nampak bahwa respon responden terhadap
keberadaan TRIO ABG dalam industri kreatif seni pertunjukan belum menyentuh
sebagaimana pertanyaan yang di sebarkan. Hal tersebut nampak dari 6 point pertanyaan
yang diajukan sebagian besar berkisar pada skor 2 (tidak setuju)dengan rata-rata (mean)
sebesar 2,55. Hal tersebut mengandung makna bahwa peran TRIO ABG (Triple Helix)
baik dari pihak akademisi, pebisnis, maupun pemerintah belum nampak dalam
keterlibatannya dalam mendukung/membina sub sektor industri kreatif seni pertunjukan.
No.
Pernyataan dalam pertanyaan Skor Penilaian
Rata-
rata 1
STS
2
TS
3
N
4
S
5
SS
1. Usaha saya sering digunakan
sebagai penelitian dan
pengembangan dari perguruan
tinggi (Perguruan Tinggi peduli)
0
24
15
3
0
2,50
2. Usaha saya sering mendapatkan
bantuan sumberdaya
( SDM, alat kerja/ sarana kerja,
dana) dari perguruan tinggi
0
24
17
1
0
2,45
3. Usaha saya sering mendapatkan
bantuan dalam memproduksi/
menghasilkan karya seni dari
pabrikan/ perusahaan
0
21
19
2
0
2,54
4. Usaha saya sering mendapatkan
bantuan dalam mengkomer
sialkan karya seni dari pabrikan/
perusahaan
0
25
16
1
0
2,43
5. Pemerintah sebagai pembuat
regulasi/ peraturan, sering
mengutungkan bagi kepentingan
usaha seni pertunjukan
0
16
21
5
0
2,74
6. Pemerintah sering memberikan
pembina an jiwa wirausaha bagi
kepentingan usaha seni pertunjukan
0
18
20
4
0
2,67
TOTAL RATA-RATA 2.55
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
425
Keunggulan Bersaing
Tabel 4.Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang
melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam
pasarnya, yang deskripsi variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Dari tabel berikut nampak bahwa respon responden terhadap keunggulan
bersaing dalam industri kreatif seni pertunjukan belum dapat dianggap sebagai
keunggulansebagaimana pertanyaan yang di sebarkan. Hal tersebut nampak dari 7 point
pertanyaan yang diajukan sebagian besar berkisar pada skor 2 (tidak setuju) dengan
rata-rata (mean) sebesar 2,62. Hal tersebut mengandung makna bahwa keunggulan
bersaing yang ada pada sub sektor industri kreatif seni pertunjukan belum nampak
dikatakan sebagai keunggulan bersaing yang patut dihandalkan, baik dilihat dari segi
promosi, produk/ karya yang akan dihasilkan, harga yang bersaing, variasi produk,
maupun distribusi produk.
No.
Pernyataan dalampertanyaan Skor Penilaian
Rata-
rata 1
STS
2
TS
3
N
4
S
5
SS
1. Promosi seni pertunjukan telah
dilakukan oleh bpk/ibu cukup
sering sekali, dan tidak mengalami
kesulitan
0
23
15
4
0
2.55
2. Produk/ karya yang akan dihasilkan
oleh seni dan pertunjukan
disesuaikan dengan tuntutan atau
selera konsumen
0
23
17
2
0
2.50
3. Harga yang dijual selalu
disesuaikan dengan kualitas karya
seni pertunjukan
0
21
19
2
0
2.55
4. Menghasilkan produk/ karya seni
berbagai tipe/ variasi/ model
berdasarkan pesanan calon
pemesan/ pemirsa
0
18
21
3
0
2.64
5. Produk karya seni pertunjukan
yang dihasilkan dipasarkan ke
berbagai tempat
0
16
21
5
0
2.74
6. Pemasaran produk ke berbagai
daerah tersebut dilakukan secara
selektif
0
18
20
4
0
2.67
7. Penguasaan daerah/ wilayah
penjualan produk seni pertunjukan
adalah suatu hal yang harus
diperhatikan bagi pemasar seni
pertunukan
0
18
20
4
0
2.67
TOTAL RATA-RATA 2,62
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
426
Pertumbuhan Industri Kreatif
Tabel 5. Pertumbuhan Industri Kreatif
Pertumbuhan industri kreatif merupakan perubahan peningkatan industri yang
berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya
kreasi dan daya cipta individu tersebut,yang deskripsi variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut. Dari tabel berikut nampak bahwa respon responden terhadap pertumbuhan
industri kreatif seni pertunjukan belum dapat dianggap tumbuh dengan baik sebagaimana
pertanyaan yang di sebarkan. Hal tersebut nampak dari 5 point pertanyaan yang diajukan
sebagian besar berkisar pada skor 2 (tidak setuju) dengan rata-rata (mean) sebesar 2,48. Hal
tersebut mengandung makna bahwa pertumbuhan sub sektor seni pertunjukan baik dilihat
dari pertumbuhan laba, pertumbuhan penjualan, peluncuran produk baru, peluang
kesempatan kerja bagi karyawan baru, maupun pertumbuhan kreatifitas.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Trio ABG masih belum mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
industri kreatif seni pertunjukan di Jawa Timur. Peran ke 3 helix tersebut sebenarnya
ada, namun sangatlah minimal dan tanpa ada sinergytas, dengan demikian peran Trio
ABG belum mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri kreatif
seni pertunjukan.
No.
Pernyataan dalam pertanyaan Skor Penilaian
Rata-
rata 1
STS
2
TS
3
N
4
S
5
SS
1. Usaha saya, mempunyai
pertumbuhan laba yang
meningkat
0
25
15
2
0
2.45
2. Usaha saya, mempunyai
pertumbuhan penjualan yang
meningkat
0
24
15
3
0
2.50
3. Usaha saya, melaku kan
peluncuran produk baru sesuai
dengan yang ditarget kan
0
19
20
3
0
2.62
4. Usaha saya, memberi peluang
kesempatan kerja bagi
karyawan baru yang meningkat
dari waktu ke waktu
0
19
20
3
0
2.62
5. Pertumbuhan usaha saya,
mengakibatkan peningkatan
kreatifitas dari waktu ke waktu
0
19
19
4
0
2.19
TOTAL RATA-RATA 2.48
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
427
Keunggulan bersaing pada industri kreatif seni pertunjukan di Jawa Timur belum
mampu menjadi keunggulan bersaing yang mampu bersaing dengan industri lain.
Implikasi dan Rekomendasi
Lemahnya peran Trio ABG dalam industri kreatif seni pertunjukan diantaranya terkait
dengan penelitian dan pengembangan sebagai indikator dari Trio ABG. Hendaknya
terhadap pelaku industri kreatif, pemerintah bisa segera merealisasikan terkait dengan
komersialisasi produk dihararapkan peran industri (dunia usaha) dalam bermitra
dengan industri kreatif seni pertunjukan semakin ditingkatkan dan diintensifkan.
Pelaku industri kreatif seni pertunjukan di Jawa Timur mengapresiasi dan
membutuhkan sekali perhatian terhadap perbaikan dan peningkatan peran Trio ABG.
Pelaku industri kreatif seni pertunjukan di Jawa Timur mengapresiasi dan
membutuhkan sekali peran dari ke 3 institusi (Trio ABG) tersebut, akan tetapi yang
lebih penting bukan hanya peran dari 3 institusi yang dilakukan secara parsial yang
cenderung statis, namun peran yang sinergytas dengan perubahan dari masing-masing
institusi (akademisi, binis, dan pemerintah).
Peran institusi Akademisi (A) dalam memberikan transfer knowledge pada pelaku
usaha industri kreatif tidak dapat sendirian, namun dibutuhkan institusi dari pebisnis
(B), maupun peran dari Pemerintah (G). Tidak hanya keterlibatan Trio ABG saja,
namun diperlukan perubahan institusi dari 3 helix tersebut. Perubahan ke 3 institusi
tersebut harus segera dilakukan, riset perguruan tinggi terhadap UKM jangan sekedar
sebagai target hibah penelitian saja, namun perlu ditindak lanjuti dengan Focus Group
Discussion dan pendampingan usaha yang terus menerus. Pebisnis/Industri dalam
memberikan perhatian terhadap UKM/pelaku industri kreatif harus merubah mindset
bahwa UKM bukan sebgai obyek namun sebagai mitra kerja usaha dalam
komersialisasi bisnis. Peran Pemerintah (G) agar tidak mengambil kebijakan yang
sifatnya populis namun kebijakan yang kebih berpihak pada posisi tawar industri
kreatif dalam menghadapi MEA. Yang perlu dipahami bahwa kreativitas industri
kreatif tidak hanya didasari bakat saja namun sangat mungkin dilakukan melalui
edukasi dari peran sinergytas Trio ABG. Perlu dimaksimalkan peran lembaga
pembiayaan pendukung industri kreatif untuk lebih mendapatkan akses dana modal
ventura maupun dana Corporate Social Responsibility.
Ketidakmampuan industri kreatif seni pertunjukan bersaing dengan produk-produk
pesaing (produk import, produk import dengan bahan baku lokal) dikarenakan
kurang/tidak mempunyai keunggulan yang mampu dipersaingkan. Keunggulan
bersaing dapat berupa Local Wisdom (kearifan lokal) yang berupa kekhasan kharakter
produk dari daerah tersebut, misal jaran bodhag, reog, tari topeng tengger, glipang,
bantengan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada :
1. Dr.Ir. Sukendah, MSc., selaku Kepala LPPM Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur Mas Taufik Hidayat, S.Pd
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
428
3. Ketua Dewan Kesenian Kediri Pak Jamran, dan seluruh Ketua Dewan Kesenian di 8
kota lainnya.
Sumber dana penelitian ini berasal dari SKIM Penelitian Riset Kebijakan Institusi
(RISKI) tahun 2017
DAFTAR PUSTAKA
Barney, J.B.,, 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage, Journal of
Management, Vol.17, No.1, pp.99-120.
Adiwaty, Mei Retno, (2012), Terpuruknya Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dalam
Implementasi Otonomi Daerah, Hasil PenelitianFakultas Ekonomi UPN
“Veteran” Jawa Timur, 2012.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, (2008). “Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia 2025 :Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2009 – 2025”.
Etzkowitz, H & L. Leydesdorff, (2000). The Dynamics of Innovation: from National
Systems and „Mode 2‟ to a Triple Helix of University-Industrygovernment.
Research Policy 29: pp. 109-123. Gibbons et al, (1994).The New Production of Knowledge dan Nowotny et al (2001)
dalam Re-Thinking Science
Helen Lawton Smith and Loet Leydesdorff. (2012). The Triple Helix in the Context of
Global Change: Dynamics and Challenges, Prometheus (in press).
Inga A. Ivanova and Loet Leydesdorff.(2014). Rotational Symmetry and the
Transformation of Innovation Systems in a Triple Helix of University-Industry-
Government Relations. Technological Forecasting and Social Change 86 (2014)
143 156http://dx.doi.org/10.1016/j.techfore.2013.08.022
Leydesdorff, Loet (2005), The triple helix model and the study of knowledge-based
innovation systems, International Journal of Contemporary Sociology, Vol. 42,
no. 1, pp 1- 16
Mulyaningsih, Sri, 2012, Strategi Pengembangan Pasca Peningkatan Kinerja pada UKM
Sandang di Sidoarjo, Hasil Penelitian Mandiri Idola LPPM UPNV.Jatim
Mulyaningsih, Sri, 2014, Penelitian Fundamental: Strategi Relationship Marketing
Terhadap Retensi Pelanggan: Studi Restoran di Surabaya, Hasil Penelitian Skim
Hibah Fundamental
Porter, Michael E. (1994). Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan
Kinerja Unggul. Terjemahan BinaRupa Aksara. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Sukarno, Gendut, Permanasari, Resi, (2012). Competitive Advantage Through
“SANTRI” Community In Improving Performanve, GLOBAL NETWORK
International Journal Of Business Management, Volume 5, Number 2 August
2012
Sukarno, Gendut, 2009, Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Melalui Sumber2
Keunggulan Bersaing Bidang Pemasaran, Seminar Nasional Teknik Industri &
Manajemen Produksi IV ”Improving Competitiveness Through Strategic
Alignment, 20 Agustus 2009, MMTI ITS Surabaya
Akselerasi Peningkatan Industri Kreatif Seni.....
429
Sukarno, Gendut, 2010,Kendala Mencapai Keunggulan Bersaing Usaha Kecil
Menengah Batik di Surakarta, Call For Papers Sidang Pleno ISEI XIV
Revitalisasi UMKM untukMenggerakkanPerekonomianNasional, 20-22 Juli
2010, Bandung
Sukarno, Gendut, 2013, Menumbuhkan Industri Kreatif Di Surabaya, Seminar Nasional
& Sidang Pleno ISEIXVI “Mempercepat Penguatan Daya Saingekonomi Daerah
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015”, 18–20 September 2013, 18–20
September 2013, Abadi Suite Hotel Jambi.
Sukarno, Gendut, dan Nirawati, Lia, 2013,ModelCommunity DevelopmentDalam Pola
CorporateSocial ResponsibilityUntukMeningkatkan Kinerja UKM, Hasil
Penelitian (SKIM Hibah Bersaing, DIPA Kemdikbud Kopertis Wil VII), 2013
Sukarno, Gendut, 2014,Pertumbuhan Industri Kreatif FesyenMelalui HumanCapital
Dan Perubahan Institusi, Call For PaperBank Indonesia 1 st East Java Economic
Forum 2014 (EJAVEC) : Mendorong Transformasi Ekonomi Jawa Timur
Menuju Masyarakat Mandiri dan Dinamis, 28 Oktober 2014, Universitas
Airlangga
SURYA Online, SURABAYA, (27/06/2013), Diakses : 2013-07-18, pukul 10.20
Surabaya Post Online, Kamis, 08/03/2012 | 12:51 WIB, Industri Kreatif Jatim Belum
Maksimal, Diakses : 2013-07-10, pukul 09.07
Top Related