MAKALAH PEMERIKSAAN DUPLEKS SONOGRAPHY PADA PASIEN
AKUT LIMB ISKEMIK (ALI)
DI RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA
Di Susun Oleh:
ARFAN ARRASYID
NIM: 1005033004
D III TEKNIK KARDIOVASKULER
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR HAMKA
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………..2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Kardiovaskuler…………………………………………………………………….3
2.1.1 Arteri……………………………………………………………………………………...4
2.1.2 Vena……………………………………………………………………………………….4
2.1.3 Kapiler…………………………………………………………………………………….5
2.2 Lapisan pembuluh darah arteri……………………………………………………………5
2.3 Anatomi pembuluh darah tungkai…………………………………………………………6
2.3.1 Arteri Tungkai…………………………………………………………………………….6
2.3.2 Vena Tungkai……………………………………………………………………………..7
2.4 Definisi Akut Limb Iskemik………………………………………………………………8
2.4.1 Etiologi…………………………………………………………………………………...9
2.4.2 Tanda dan gejala…………………………………………………………………………10
2.5 Prognosis…………………………………………………………………………………10
2.5.1 Klasifikasi ALI…………………………………………………………………………...11
2.6 Patogenesis……………………………………………………………………………….13
2.7 Diagnosis…………………………………………………………………………………14
2.8 Pemeriksaan fisik………………………………………………………………………...14
2.9 Pengertian Dupleks Sonography…………………………………………………………16
Bab III Pembahasan
3.1 Study Kasus……………………………………………………………………………..18
3.1.1 Pemeriksaan Dupleks Sonography pada pasien ALI……………………………………18
3.1.2 Hasil Pemeriksaan……………………………………………………………………….23
Bab IV Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Proses penyakit dapat menyerang baik arteria maupun vena perifer menyebabkan
gangguan perfusi jaringan. Salah satu penyakit yang menyerang arteri adalah iskemia
tungkai akut. Di negara Inggris dan Wales terdapat 5000 pasien terserang iskemia tungkai
akut per tahun dengan angka kematian 20% dan kehilangan salah satu ektremitas
sebanyak 40%. Angka resiko kematian dan amputasi cukup tinggi karena mempunyai
penyakit komorbid yang berasal dari CAD dan CVD.
Iskemi lengan dan tungkai akut terjadi jika sumbatan arteri secara tiba-tiba
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke daerah lengan maupun tungkai. Kebutuhan
metabolik pada perfusi jaringan menjadi lebih besar, sehingga dapat membahayakan
fungsi anggota gerak. Gambaran klinis pada pasien dengan iskemi lengan dan tungkai
akut berhubungan dengan lokasi tempat sumbatan arteri dan penurunan aliran darah. Jika
dilihat dari beratnya iskemik, pasien mungkin akan mengalami kelumpuhan dan dapat
menjadi pincang atau mengalami nyeri saat beristirahat. Nyeri dapat timbul dalam jangka
waktu yang singkat dan tampak jelas pada ekstremitas distal sampai kepada daerah
obstruksi. Nyeri yang timbul tersebut tidak terbatas pada kaki atau jempol,atau tangan
ataupun daerah jari, sebagaimana yang biasa dijumpai pada kasus iskemik lengan dan
tungkai kronik. Iskemik yang terjadi bersamaan pada saraf perifer menyebabkan
hilangnya rangsang sensoris dan disfungsi motorik. Pada pemeriksaan fisis terkadang
tidak didapatkan adanya denyut nadi di daerah distal sampai ke daerah sumbatan, kulit
yang dingin, pucat, pengisian aliran balik kapiler yang terlambat dan pengisian vena yang
lambat, ketiadaan persepsi sensoris, dan kelemahan otot hingga lumpuh.
Dengan mengenal tanda dan gejala ALI, maka resiko kehilangan anggota gerak dapat
menurun. Suatu penelitian menunjukkan, angka amputasi ditemukan meningkat terhadap
interval antara onset dari ALI dan eksplorasi (6% dalam 12 jam, 12% dalam 13 hingga 24
jam, 20% setelah 24 jam)
1.2 Rumusan Masalah
Akut Limb iskemik adalah adanya penurunan secara tiba-tiba perfusi di daerah
ekstrimitas akibat adanya sumbatan pada arteri, untuk mengetahui aliran pada pembuluh
darah arteri yang tersumbat maka dilakukan pemeriksaan dupleks sonografi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui cara pemeriksaan pembuluh darah pada pasien Akut Limb Iskemik dengan
menggunakan mesin dupleks sonografi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui Penyebab Akut Limb Iskemik
b) Mengetahui Gambaran B-mode, Kurva Doppler serta Colour pada pasien ALI
c) Mengetahui tingkat Stadium Akut Limb Iskemik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang bertugas untuk menyampaikan
nutrien (seperti asam amino dan elektrolit), hormon, sel darah dll dari dan menuju sel-sel
tubuh manusia, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem
ini terdiri atas organ jantung dan pembuluh-pembuluh darah.(Gambar 1)
Jantung merupakan organ yang terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel
kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Sistem ini bekerja dengan mengikuti pola sebagai
berikut:
Gambar 1: Sistem Sirkulasi
Darah yang rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 yang berasal dari sirkulasi
sistemik dihantarkan melalui vena kava superior dan inferior menuju atrium kanan,
masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui arteri pulmonalis menuju ke paru
untuk di-oksigenasi kembali. Selanjutnya darah yang telah kaya akan oksigen akan
masuk melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri, lalu masuk ke ventrikel kiri untuk
dihantarkan menuju sirkulasi sistemik melalui pembuluh aorta,demikian seterusnya.
Secara umum, pembuluh darah yang ada di dalam tubuh dapat dibagi menjadi: pembuluh
yang membawa darah menjauhi jantung (arteri) dan menuju jantung (vena).
2.1.1 Arteri
Arteri disebut juga dengan pembuluh nadi. Pembuluh jenis ini adalah pembuluh darah
yang berasal dari bilik jantung yang memiliki dinding tebal dan kaku. Pembuluh darai
arteri terdiri dari dua jenis, yaitu pembuluh aorta dan pembuluh pulmonalis. Pembuluh
aorta merupakan pembuluh arteri yang datang dari bilik jantung sebelah kiri dan
bertugas mengangkut oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya, pembuluh
pulmonalis merupakan pembuluh arteri yang berasal dari bilik kanan. Pembuluh
pulmonalis berfungsi membawa darah yang telah terkontaminasi oleh karbondioksida
dari seluruh tubuh menuju ke paru- paru.
2.1.2 Vena
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke jantung
(atrium kanan), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium kiri.
Semua vena-vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan vena cava
inferior.Vena mengandung banyak darah kaya karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis
mengandung banyak oksigen. Vena merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang
elastis, dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai
beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah.
2.1.3 Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai perpanjangan arteri dan
vena. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel sehingga cairan tubuh zat-zat terlarut
dapat keluar masuk melalui dinding selnya. Selain itu, juga pertukaran oksigen, karbon
dioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan jaringan yang ada di
sekeliling kapiler. Beberapa pembuluh darah kapiler mempunyai lubang berukuran
sempit sehingga sel darah dapat rusak jika melewatinya. Diameter pembuluh darah ini
dapat berubah-ubah . kapiler dapat menyempit karena pengaruh temperatur lingkungan
yang rendah dan membesar bila ada pengaruh temperatur lingkungan yang tinggi serta
bahan kimia, sererti bahan histamin. Meskipun ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil
dibandingkan dengan arteri dan vena, tetapi jumlah volume darah secara keseluruhan
lebih besar di areriole dan kapiler. Volume darah di dalam kapiler 800 kali volume darah
di dalam arteri dan vena.
2.2 Lapisan Pembuluh Darah Arteri
Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika media,
tunika adventitia:
1. Tunika Intima
Adalah lapisan pembuluh darah paling dalam yang bersentuhan langsung dengan darah
terdiri dari sel-sel endotel.
2. Tunika Media
Adalah lapisan pemuluh darah tengah yang terdiri dari otot polos dan jaringan elastis.
3. Tunika Adventitia
Adalah lapisan pemuluh darah paling terluar berupa jaringan kolagen dan elasti. Lapisan
ini berfungsi melindungi dan menguatkan pembuluh darah dengan jaringan sekitarnya.
Gambar 2: Macam – macam pembuluh darah
2.3 Anatomi Pembuluh Darah Tungkai
2.3.1 Arteri Tungkai
Gambar 3: Anatomi arteri tungkai
Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka menjadi arteri femoralis, yang bergerak turun
di sebelah anterior paha (Gambar 3).Arteri femoralis mengalirkan darah ke kulit dan otot
paha dalam. Pada bagian bawah paha, arteri femoralis menyilang di posterior dan
menjadi arteri tibialis anterior dan tibialis posterior. Arteri tibialis bergerak turun di
sebelah depan dari kaki bagian bawah menuju bagian dorsal/ punggung telapak kaki dan
menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak turun menyusuri betis dan
kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di dalam telapak bagian bawah.
2.3.2 Vena Tungkai
Gambar 4: Anatomi vena tungkai
Darah yang meninggalkan kapiler – kapiler di setiap jari kaki bergabung membentuk jaringan
vena plantaris (Gambar 4). Jaringan plantar mengalirkan darah menuju nea dalam kaki (yaitu
vena tibialis anterior,tibialis posterior, poplitea dan femoralis). Vena safena magna dan safena
parva supervisialis mengalirkan darah di telapak kaki dari arkus vena dorsalis menuju vena
poplitea dan vena femoralis.
2.4 Definisi Akut Limb Iskemik
Akut Limb Iskemik merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan ke ekstremitas
secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada kemampuan pergerakkan, rasa nyeri
atau tanda-tanda iskemik berat dalam jangka waktu dua minggu (Vaskuler Disease A
Handbook).
Acute Limb Ischemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan aliran darah ke
ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada kemampuan pergerakkan,
rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik berat dalam jangka waktu dua minggu dan umumnya
iskemia akut tungkai disebabkan oleh proses oklusi akut atau adanya aterosklerosis.
Menurut IA- Khaffaf (2005).
Akut limb iskemik (ALI) adalah adanya penurunan tiba-tiba perfusi ekstremitas
menyebabkan potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup ekstremitas. Presentasi ini
biasanya sampai 2 minggu setelah akut (TASC II)
Gambar 5: Oklusi Pada Arteri Tungkai
Oklusi akut dari suatu arteri pada ekstremitas dimana merupakan penurunan secara tiba-
tiba atau perburukan perfusi anggota gerak yang menyebabkan ancaman potensial
terhadap viabilitas ekstremitas. Sebagai hasil dari iskemia akut adalah terjadinya hipoksia
jaringan yang menyebabkan perubahan ireversibel pada otot skelet dan saraf perifer.
Perubahan ireversibel pada otot dan saraf terjadi biasanya setelah empat hingga enam jam
setelah iskemia akut.
Adanya gangguan iskemia biasanya diawali oleh gejala klaudikasio intermiten, yang
merupakan tanda adanya oklusi. Apabila proses aterosklerosis berjalan terus maka
iskemia akan makin hebat dan akan timbul tanda/gejala dari iskemia kritikal. Pasien
dengan iskemia akut tungkai biasanya juga memiliki resiko lain yang disebabkan oleh
proses aterosklerosis seperti stroke, miokard infark, atau kelainan kardiovaskular lainnya.
Acute Limb Ischemia (ALI) merupakan salah satu klasifikasi dari Peripheral Artery
Disease (PAD), penyakit arteri perifer yang setiap tahun jumlahnya semakin meningkat.
Semakin banyaknya masyarakat yang mengetahui tanda dan gejala ALI, semakin
berkurang masyarakat yang kehilangan ekstremitas akibat amputasi yang merupakan
tindakan akhir dari kategori terparah dari gangguan arteri ini.
2.4.1 Etiologi
1. Emboli
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard infark.
Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik, vegetasi
katup akibat peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT)
dan atrial myxoma. Aneurisma aorta merupakan penyebab dari sekitar 10%
keseluruhan kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah yang sehat.
2. Trombosis
Faktor predisposisi terjadi trombosis adalah dehidrasi, hipotensi, malignan,
polisitemia, ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri Iatrogenik,
trombosis pasca pemasangan bypass graft, trauma vaskuler. Gambaran klinis
terjadinya trombosis adalah riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada
sumber terjadinya emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai
bagian distal.
Sulit untuk membedakan sebab karena embolus atau trombus, tetapi akut llimb iskemik
kita curigai pada keadaan : 1)ada riwayat emboli 2)ada riwayat aritmia (AF) 3)riwayat
klaudikasio
2.4.2 Tanda dan gejala
Gejala ALI dapat digambarkan dengan 6 P yaitu :
a) Pain / nyeri : yang hebat terus-menerus terlokalisasi di daerah ekstremitas dan
muncul tiba-tiba, intensitas nyeri tidak berhubungan dengan beratnya iskemia karena
pasien yang mengalami neoropathy dimana sensasi terhadap nyeri menurun.
b) Pallor / pucat : tampak putih, pucat dan dalam beberapa jam dapat menjadi kebiruan
atau ungu / mottled
c) Pulselless : denyut nadi tidak teraba dibandingkan pada dua ekstremitas
d) Parasthesia : tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas
e) Paralisis : kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas, adanya parasthesia dan
paralisis merupakan pertanda yang buruk dan membutuhkan penanganan segera
f) Poikilothermia : dingin pada ekstremitas
Terdapat manifestasi klinis yang berbeda pada akut limb iskemik yang akut limb
disebabkan oleh thrombus dan emboli. Perbedaannya adalah pada emboli tanda dan
gejala yang muncul secara tiba-tiba dalam beberapa menit, tidak terdapat klaudikasio, ada
riwayat atrial fibrilasi, ektremitas yang terkena tampak kekuningan (yellowish), pulsasi
pada kolateral ekstremitas normal, dapat terdiagnosa secar klinis dan dilakukan
pengobatan dengan pemberian warparin atau embolectomy. Sedangkan pada akut limb
iskemik yang disebabkan oleh thrombus tanda dan gejala yang muncul dapat tejadi dalam
beberapa jam sampai berhari-hari, ada klaudikasio, ada riwayat aterosklerotik kronik,
ekstremitas yang terkena tampak sianotik dan lebam, pulsasi pada kolateral ekstremitas
tidak ada, dapat terdiagnosa dengan angiography dan dilakukan tindakan bypass atau
pemberian obat-obatan sepeti fibrinolitik.
2.5 Prognosis
Pasien dengan iskemik lengan dan tungki akut biasanya memiliki faktor pencetus berupa
gangguan kardiovaskuler, yang dapat memungkinkan timbulnya suatu iskemik. Populasi
ini memiliki prognosis jangka panjang yang buruk. Angka kelangsungan hidup rata-rata
dalam lima tahun pada iskemik lengan dan tungkai akut yang disebabkan oleh thrombosis
adalah sekitar 45%, dan jika disertai dengan emboli, akan berkurang menjadi sekitar
20%.Angka kelangsungan hidup rata-rata pada 1 bulan penderita yang berusia diatas 75
tahun dengan iskemik tungkai dan lengan akut adalah sekitar 40%. Resiko untuk
kehilangan anggota gerak tergantung kepada beratnya iskemik dan lamanya waktu yang
telah lewat sebelum tindakan revaskularisasi dilakukan.
2.5.1 Klasifikasi Akut Limb Iskemik
Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North American
Chapter of the International Society for Cardiovasculer Surgery menciptakan suatu
klasifikasi untuk oklusi arterial akut. Dikenal tiga kelas yaitu :
Kelas I : Non-threatened extremity; revaskularisasi elektif dapat diperlukan atau tidak
diperlukan.
Kelas II : Threatened extremity; revaskularisasi diindikasikan untuk melindungi
jaringan dari kerusakan.
Kelas III : Iskemia telah berkembang menjadi infark dan penyelamatan ekstremitas
tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan.
Berdasarkan Rutherfort klasifikasi akut limb iskemik dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a) Kelas I : perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri,
tidak ada kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih bias dengan obat-
obatan pada pemeriksaan Doppler signal audible
b) Kelas IIa : perfusi jaringan tidak memadai pada aktivitas tertentu. Timbul
klaudikasio intermiten yaitu nyeri pada otot ektremitas bawah ketika berjalan dan
memaksakan berhenti berjalan, nyeri hilang jika pasien istirahat dan sudah mulai
ada kehilangan sensorik. Harus dilakukan pemeriksaan angiography segera untuk
mengetahui lokasi oklusi dan penyebab oklusi
c) Kelas IIb : perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas dan
kehilangan sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi selanjutnya
seperti revaskularisasi ataupun embolektomy
d) Kelas III : telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan
saraf yang permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas, kehilangan sensasi
sensorik, kelainan kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi
tindakan yang dilakukan yaitu amputasi.
Akut limb iskemik juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi :
1. Onset
a) Akut : kurang dari 14 hari
b) Akut on cronic : perburukkan tanda dan gejala kurang dari 14 hari
c) Cronic iskemik stabil : lebih dari 14 hari
2. Severity
a) Incomplit : Tidak dapat ditangani
b) Complit : Dapat ditangani
c) Irreversible : Tidak dapat kembali ke kondisi normal
2.6 Patogenesis
Pada awalnya tungkai tampak pucat (vena yang kosong), tetapi setelah 6-12 jam akan
terjadi vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler akan
terisi kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang memunculkan penampakan
mottled (yang masih hilang bila ditekan). Bila tindakan pemulihan aliran darah arteri
tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur dan akan menampakkan kulit yang kebiruan yang
menunjukkan iskemia irreversibel. Nyeri terasa hebat dan seringkali resisten terhadap
analgetik. Adanya nyeri pada ekstremitas dan nyeri tekan dengan penampakan sindrom
kompartemen menunjukkan tanda nekrosis otot dan keadaan kritikal (yang kadang kala
irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti paralisis otot dan parastesia
mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih berpotensi untuk tindakan
penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat khas untuk kejadian sumbatan
arteri akut yang tanpa disertai kolateral. Bila oklusi akut terjadi pada keadaan yang
sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka tanda yang dihasilkan biasanya
lebih ringan oleh karena telah terbentuk kolateral. Adanya gejala klaudikasio intermiten
pada ekstremitas yang sama dapat menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik
sebelumnya. Keadaan akut yang menyertai proses kronik umumnya beretiologi
trombosis.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Anamnesis mempunyai 2 tujuan utama: menanyakan gejala yang muncul pada kaki yang
berhubungan dengan keparahan dari iskemia anggota gerak (sakit sekarang) dan
mengkaji informasi terdahulu (seperti, riwayat klaudikasio, intervensi baru pada arteri
proksimal ataupun kateterisasi diagnostic kardiak), menyinggung etiologi, diagnosis
banding, dan kehadiran dari penyakit yang signifikan secara berbarengan.
2.7.2 Kemunculan Penyakit
Gejala kaki pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau fungsi. Onset
serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan intensitasnya, bagaimana perubahan
keparahan sepanjang waktu kesemuanya harus digali. Durasi dan intensitas nyeri adalah
penting dalam membuat keputusan medis. Onset tiba-tiba dapat memiliki implikasi
etiologi (seperti, emboli arteri cenderung muncul lebih mendadak daripada arterial
thrombosis), sedangkan kondisi dan lokasi nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis
banding.
2.7.3 Riwayat Dahulu
Hal ini penting untuk ditanyakan, apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki sebelumnya
(seperti, riwayat klaudikasio), apakah telah diintervensi untuk “sirkulasi yang buruk”
pada masa lampau, dan apakah didiagnosis memiliki penyakit jantung (seperti, atrial
fibrilasi) maupun aneurisma (seperti, kemungkinan sumber emboli). Pasien juga
sebaiknya ditanyakan tentang penyakit serius yang berbarengan atau factor risiko
aterosklerotik (hipertensi, diabetes, penggunaan tembakau, hiperlipidemia, riwayat
keluarga terhadap serangan jantung, stroke, jendalan darah, atau amputasi.)
2.8 Pemeriksaan Fisik
a) Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan pada pasien
penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala sebelumnya, Suatu rekaman
pemeriksaan lampau, atau penemuan deficit pulsasi yang sama pada ekstremitas
kontralateral adalah penting. Pulsasi pedis mungkin normal pada kasus mikroembolisme
yang mengarah pada disrupsi plak aterosklerotik atau emboli kolesterol.
b) Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan temperatur. Warna pucat
dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya waktu
sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin, khususnya ketika ekstremitas
sebelahnya tidak demikian, merupakan penemuan yang penting.
Gambar 6: Kaki pada ALI (Akut Limb Iskemik)
c) Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas atau parestesia,
namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui, pasien dengan diabetes dapat
mempunyai deficit sensoris sebelumnya, dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam
membuat hasil pemeriksaan.
d) Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-threatening
ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakan kaki diproduksi
utamanya oleh lebih banyak otot proksimal, dimana iskemia mungkin lebih dalam. Untuk
mendeteksi kelemahan otot awal, fungsi dari otot intrinsic kaki harus diuji,. Sekali lagi,
hal yang penting diingat bahwa membandingkan hasilnya dengan kaki sebelahnya
merupakan hal yang sangat berguna.
2.9 Pengertian Duplex Sonografi
Suatu prosedur pemeriksaan diagnostik atau terapi yang bersifat non invasif untuk menilai
struktur dan fungsi pembuluh darah. Terdapat tiga modalitas dalam pemeriksaan dupleks
sonografi yang menjadi parameter dalam menegakan diagnosa yaitu : B-mode,color doppler
dan spektrum doppler.
2.9.1 Tiga Modalitas Dupleks Sonografi Pada Pasien ALI
1. B-Mode
Untuk melihat dan menilai seluruh arteri dan vena pada ekstremitas bawah digunakan
B-mode untuk mengetahui apakah terdapat oklusi yang disebabkan oleh adanya plaque
atau thrombus pada arteri. Pada kasus ALI, jika diambil gambaran short axis, maka
pembuluh darah arteri tidak terlihat, karena adanya oklusi.
2. Color Doppler ( Warna )
Doppler Warna digunakan untuk mengidentifikasi aliran darah pada pembuluh darah,
apakah lumen pembuluh darah terisi penuh oleh warna pada arteri, Jika pada kasus ALI,
color pada pembuluh darah arteri tidak terisi, yang disebabkan oleh adanya oklusi
( Gambar 7).
Gambar 7: Color Doppler oklusi arteri femoralis
OKLUSI
3. Spektrum Doppler ( Kurva Aliran )
Kecepatan aliran merupakan parameter utama untuk menilai morfologi kurva spektrum
doppler pada pembuluh darah arteri , pada pasien ALI gambaran kurva dopplernya No
Flow, sedangkan jika sample volume diletakkan di distal dari oklusi gambarannya adalah
rounded.
Gambar 8: Kurva Doppler rounded pada distal oklusi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Study Kasus
Identitas Pasien
Nama Pasien :AJ. Ank
Usia :25 hari
No Med Rec :332735
Diagnosa :Suspect ALI Post Radio Frekwensi
Pengirim :Dr.dr.Ismoyo Sunu. SpJP
3.1.1 Prosedur Pemeriksaan Duplex Sonografi Pada Pasien ALI
a. Persiapan Alat
Mesin:
Cek mesin kondisi menyala atau tidak
Cek kembali video dan kaset untuk perekaman pemeriksaan
Periksa isi dari kertas printer baik pada printer color dan printer black and white
Periksa juga ribon atau tinta printer dari printer color
Alat Penunjang:
Tranduser linear
Jelly
Handuk
Tempat tidur dan perlengkapannya bantal dan selimut
b. Persiapan Pasien
Melepas celana bagian luar.
Posisi pasien semifoler ( setengah duduk )
c. Pemeriksaan dimulai dari mengambil gambaran Kurva Doppler Arteri dan Vena
Tibialis Posterior kanan dan kiri,
Gambar 9:Arteri Tibialis Posterior Kanan Gambar 10:Arteri Tibialis Posterior Kiri
Dari Gambar diatas terlihat, gambaran kurva Doppler Arteri Tibialis Posterior kanan
ronded, sedangkan Arteri Tibialis Posterior kiri bipasik.
d. Selanjutnya mengambil gambaran kurva Doppler Arteri Tibialis Anterior kanan dan
kiri.
Gambar 11: Arteri Tibialis Anterior Kanan Gambar12: Arteri Tibialis Posterior Kiri
Dari Gambar diatas terlihat, gambaran kurva Doppler Arteri Tibialis Anterior kanan
ronded, sedangkan Arteri Tibialis Anterior kiri bipasik.
e. Selanjutnya mengambil gambaran kurva Doppler Arteri dan Vena Poplitea kanan dan
kiri
Gambar 13: Arteri dan Vena Poplitea kanan Gambar 14: Arteri dan Vena Poplitea kiri
Dari Gambar diatas terlihat, gambaran kurva Doppler Arteri Poplitea kanan ronded,
sedangkan Arteri Poplitea kiri bipasik, sedangkan aliran Vena Poplitea kanan dan kiri
positif.
f. Selanjutnya mengambil gambaran kurva Doppler Arteri dan Vena Femoralis
Komunis kanan dan kiri
Gambar 15: Arteri Femoralis Komunis Kanan dan Kiri
Dari Gambar diatas terlihat, gambaran kurva Doppler Arteri Femoralis Komunis
kanan ronded, sedangkan Arteri Femoralis komunis kiri bipasik.
g. Selanjutnya mengambil gambaran kurva Doppler dan Color Arteri Iliaka Eksterna
kanan untuk melihat aliran pada pembuluh darah ini.
Gambar 16:Kurva Doppler A.Iliaka Eksterna Gambar 17: Colour A.Iliaka Eksterna
Dari gambar diatas dapat dilihat tidak adanya aliran pada Arteri Iliaka Eksterna, yang
disebabkan oleh adanya oklusi sehingga tidak ada gambaran kurva Doppler dan juga
colour tidak mengisi pada pembuluh darah arteri tersebut. Darah masih dapat
mengalir karena adanya kolateral pada Arteri Iliaka Eksterna. Gambaran kolateral
dapat dilihat pada gambaran kurva Doppler dan juga colour.
3.1.2 Hasil Pemeriksaan
Pada Pemeriksaan DUPLEX SONOGRAPHY FEMORALIS didapatkan:
Tungkai Kanan
Colour Couded mengisi lumen pembuluh darah arteri iliaka comunis.
Colour Codded tidak mengisi lumen pembuluh darah arteri iliaka eksterna.
Colour codded mengisi kembali lumen pembuluh darah mulai arteri
femoralis communis, arteri poplitea, arteri tibialis posterior – anterior.
Morfologi kurva Doppler triphasik pada arteri iliaka communis.
Morfologi kurva Doppler negatif pada arteri iliaka eksterna.
Morvologi kurva Doppler rounded pada arteri femoralis communis, arteri
poplitea, arteri tibialis posterior-anterior.
Flow vena positif sampai distal
Tungkai kiri
Colour codded mengisi lumen pembuluh darah arteri femoralis communis,
arteri poplitea, arteri tibialis posterior – anterior.
Morfologi kurva Doppler bipashik pada arteri femoralis communis, arteri
poplitea, arteri tibialis posterior – anterior.
Flow vena positif sampai distal.
Kesimpulan:
Oklusi pada arteri iliaka eksterna kanan, collateral positif minimal mulai
dari arterifemoralis communis (Acute Limb Iskemic Stadium II A).
Flow arteri positif sampai dengan distal tungkai kanan.
Normal flow arteri tungkai kiri.
Tidak ditemukan Thrombosis (DVT) pada vena dalam di kedua tungkai.
Saran dari Dr.dr.Ismoyo Sunu. SpJP
Trombolitik sesuai protocol di ICU anak.
Jangan melakukan tensi di kaki.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah penulisan makalah tentang Akut Lmb Iskemik dan Peranan Dupleks Sonografi
untuk Pemeriksaannya, maka penulis menarik kesimpulan:
1. Pemeriksaan Dupleks sonografi merupakan tindakan non invasif bertujuan untuk
mendiagnosa kelainan yang terdapat pada pembuluh darah tungkai khususnya Akut
Limb Iskemik
2. Pemeriksaan Dupleks sonografi merupakan pemeriksaan sangat akurat dan tepat
dengan angka sensitifitas dan spesifisitasnya mendekati 100% dalam menegakan
diagnosa salah satunya pada pemeriksaan Akut Limb Iskemik.
3. Akut limb iskemik adalah oklusi akut dari suatu arteri pada ekstremitas dimana
merupakan penurunan secara tiba-tiba atau perburukan perfusi anggota gerak yang
menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas
4. Penyebabnya adalah: Thrombus, Trauma Vaskuler, Trombosis.
5. Pada kasus Akut Limb Iskemik terdapat morfologi kurva dopple yaitu” No Flow” Di
In Oklusi dan “Rounded” di distal oklusi.
6. Pada kasus akut limb iskemik colour tidak mengisi seluruh lumen arteri, karena
adanya oklusi.
4.2 Saran
Setelah penulis membuat suatu kesimpulan maka dapat dirumuskan saran- saran sebagai
berikut:
1. Sebelum melakukan pemeriksaan seorang tekhnisi kardiovaskuler harus menguasai peran
dupleks sonografi, anatomi - fisiologi pembuluh darah dan tekhnik pemeriksaan vaskuler
khususnya Akut Limb Iskemik. Sehingga mendapatkan hasil yang optimal dalam
menegakan diagnosa.
2. Dalam menegakan diagnosa terutama pada pemeriksaan Akut Limb Iskemik, sebagai
tekhnisi kardiovaskuler harus melakukan pemeriksaan berdasarkan tiga modalitas yaitu;
B-mode, spektrum doppler dan spektrum color.
3. Pada pemeriksaan pasien Akut Limb Iskemik seorang teknisi kardiovaskuler harus dapat
menilai tingkat keparahan oklusi pada arteri.
4. Pada pasien Akut Limb Iskemik disarankan untuk tidak memakai selimut yang tebal,
karena dapat mengganggu aliran darah yang tersumbat.
DAFTAR PUSTAKA
Lars Norgren and William R Hiatt, John A Dormandy and Mark R Nehler, Kenneth A
Harris and F Gerry R Fowkes, Robert B Rutherford. TASC II GUIDLINE
W.Schberle. ULTRASONOGRAPHY IN VASCULAR DEASES. Germany 2005.
Abigail Thrust, Tim Hartshorne. PERIPHERAL VASCULAR ULTRASOUND. China
2005
Mark A.Creager, MD John A.Kaufan,MD, Micheal s,Conte,MD. THE NEW
ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE.
www.nejm.org on Januari 8, 2008. Review Article Medical Treatment Of Peripheral
Arterial Disease and Claudication.
www.google.com
Top Related