Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-1
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) ini adalah
Laporan Walikota Medan kepada Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia melalui Gubernur Sumatera Utara atas penyelenggaraan
pemerintahan Kota Medan selama Tahun Anggaran 2006 berdasarkan
Rencana Kerja Pemereintah Daeah (RKPD) Kota Medan yang ditetapkan
sebelumnya. Landasan hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) Kota Medan ini adalah Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.
Laporan progress report ini juga merupakan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
dalam Pasal 27 ayat (2), dinyatakan bahwa Kepala Daerah mempunyai
kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Laporan
penyelenggaraaan pemerintahan daerah kepada Pemerintah disampaikan
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk Bupati/Walikota
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Laporan dimaksud digunakan
Pemerintah sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut sesuai
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-2
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam kaitannya dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 194
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa, penyusunan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah, diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah, yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Di samping aspiratif, pemerintahan daerah yang baik juga
memerlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bersih dan bertangung jawab. Oleh karenanya, penyusunan dan
penyampaian LPPD tahun 2006 merupakan satu kesatuan dengan upaya
menciptakan tata pemerintahan yang baik.
Sebagai bagian dari prinsip tata pemerintahan yang baik, maka
akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menjelaskan kinerja atas
tindakan Pemerintah, kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan,
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Sebagai konsekuensinya, Walikota Medan harus memberikan penjelasan
atas apa yang dilakukan, sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangannya. Oleh karena itu, sangat logis bila Walikota Medan
memberi penjelasan atas apa yang dilakukan, sesuai dengan tugas,
fungsi, dan kewenangannya kepada masyarakat, kepada Pemerintah
Pusat melalui Gubernur Sumatera Utara, khususnya tentang
implementasi program dan kegiatan pembangunan kota yang telah
ditetapkan, sesuai dengan strategi dan prioritas serta arah kebijakan
pembangunan kota Tahun Anggaran 2006.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-3
Di samping menyampaikannya kepada Gubernur Sumatera Utara,
Walikota Medan wajib memberikan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) Kota Medan, kepada masyarakat melalui
media cetak dan/atau media elektronik. Masyarakat dapat memberikan
tanggapan atas informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) Kota Medan, sebagai bahan masukan perbaikan penyelenggaraan
pemerintahan. Oleh sebab itu, penyusunan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) Kota Medan, menganut prinsip transparansi
dan akuntabilitas. Sebagai bahan evaluasi LPPD ini bermanfaat untuk
melakukan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah pada masa
yang akan datang.
Ruang Lingkup Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) Kota Medan tahun 2006 mencakup penyelenggaraan urusan
desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan.
Penyelenggaraan urusan desentralisasi meliputi urusan wajib dan urusan
pilihan. Penyelenggaraan tugas pembantuan meliputi tugas pembantuan
yang diterima dari Pemerintah, tugas pembantuan yang diterima dari
Pemerintah Provinsi. Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
meliputi kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak
ketiga, koordinasi dengan instansi vertikal di daerah, pembinaan batas
wilayah, pencegahan dan penanggulangan bencana, pengelolaan kawasan
khusus yang menjadi kewenangan daerah, penyelenggaraan
ketenteraman dan keteriban umum dan tugas-tugas umum pemerintahan
lainnya yang dilaksanakan oleh daerah.
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah
administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21
tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-4
5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat
Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar
daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi
26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.
Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan
Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986,
Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal
30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 Kelurahan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan Kota Medan, dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa
Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi
Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang
mencakup 151 Kelurahan.
B. Gambaran Umum
Pembangunan selalu menimbulkan dampak, baik positif maupun
negatif. Oleh karena itu, diperlukan indikator sebagai tolok ukur
pembangunan. Indikator capaian pembangunan kota akan diuraikan
melalui indikator-indikator ekonomi maupun sosial yang dikenal dalam
pembangunan. Indikator dimanfaatkan secara luas dalam manajemen
pembangunan, oleh karena untuk mengetahui dan mengukur pencapaian
sasaran, dibutuhkan tolok ukur atau standar atau sering disebut
indikator. Pada dasarnya indikator adalah suatu keterangan, gejala,
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-5
fenomena yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi, kemajuan,
tercapainya sasaran atau keberhasilan. Indikator kinerja juga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perencanaan, karena tanpa indikator
kinerja yang jelas maka kebijakan, program dan kegiatan tidak dapat
sepenuhnya diimplementasikan secara baik, sebab indikator merupakan
tolok ukurnya. Oleh karenanya, penetapan indikator yang akurat, valid
dan reliabel merupakan salah satu titik kritis pada tahap perencanaan.
Di samping itu, melalui indikator, penilaian atau evaluasi yang dilakukan
terhadap implementasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan,
dapat dilakukan secara akurat, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Mengingat pentingnya indikator sebagai suatu pendekatan,
evaluasi pelaksanaan Arah Kebijakan Umum, Strategi dan Prioritas APBD
Tahun Anggaran 2006 Kota Medan, juga memaparkan berbagai indikator
kinerja pembangunan kota khususnya secara makro, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan penilaian situasi, memfasilitasi
perumusan berbagai alternatif strategi, mengidentifikasi permasalahan
stratejik dan operasional yang ada, dalam rangka memberikan umpan
balik bagi formulasi kebijakan, dan program serta kegiatan-kegiatan
operasional dalam pembangunan kota pada masa yang akan datang.
Relevansi penyajian indikator makro kinerja pembangunan kota
juga didasarkan kepada Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah yang secara eksplisit mewajibkan
pengelolaan anggaran mengacu kepada keberhasilan atau prestasi
kinerja. Berdasarkan hal tesebut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan kota, tidak hanya harus dapat memberikan argumentasi
input yang digunakan, juga menguraikan output, outcome, benefit dan
impact yang dihasilkan, sebagai tolok ukur kinerja dalam pembangunan
kota.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-6
Paradigma baru dalam pembangunan adalah mengartikan
pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial.
Pentingnya pertumbuhan ekonomi yang didasari dengan perubahan nilai-
nilai dan kelembagaan. Kondisi ini dilandasi dengan argumen adanya
dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibanding pertumbuhan
ekonomi. Dengan perkataan lain, pembangunan ekonomi tidak lagi
memuja Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai sasaran
pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari
proses pembangunan. Pembangunan ekonomi diwujudkan dalam upaya
meniadakan atau setidaknya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan
ketimpangan. Sehingga strategi baru dalam pembangunan berorientasi
kepada menimbulkan kesempatan kerja, mewujudkan pemerataan,
pengentasan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
Indikator kinerja pembangunan Kota Medan Tahun 2006 ini,
diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro berbagai hasil,
manfaat, dan dampak pembangunan kota yang dilaksanakan Pemerintah
Kota Medan beserta seluruh stakeholders yang terlibat, baik masyarakat,
swasta, pers, profesional, dan komponen pembangunan kota lainnya
selama Tahun 2006, dan dalam tiga tahun terakhir.
Indikator kinerja makro yang digunakan untuk mengukur capaian
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kota selama
tahun 2006 di bagi dalam dua bidang yaitu:
1. Indikator Kinerja Makro untuk bidang ekonomi.
2. Indikator Kinerja Makro untuk bidang sosial.
Salah satu indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi yang
sering digunakan secara luas adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB Kota Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-7
jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya
untuk menghasilkannya atau sering disebut dengan biaya antara) oleh
berbagai unit produksi di wilayah Kota Medan, dalam jangka waktu satu
tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam sembilan
lapangan usaha yaitu:
1. Pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan);
2. Pertambangan dan penggalian;
3. Industri pengolahan (manufaktur);
4. Listrik, gas dan air bersih;
5. Konstruksi;
6. Perdagangan, hotel dan restoran/rumah makan;
7. Transportasi dan komunikasi;
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan;
9. Jasa perorangan dan kemasyarakatan, termasuk jasa pelayanan
pemerintah.
Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku (current
price) maupun berdasarkan harga konstan (constant price). PDRB Kota
Medan yang dihitung menurut harga berlaku (current price) menunjukkan
kontribusi atau pangsa masing-masing sektor dalam struktur
perekonomian kota, berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun yang
bersangkutan, yang di dalamnya tercakup unsur tingkat inflasi makro.
Oleh karena itu, tinggi rendahnya persentase pertumbuhan ekonomi yang
dihitung, akan dipengaruhi tinggi rendahnya tingkat inflasi dalam periode
yang bersangkutan. Dengan demikian PDRB-harga berlaku belum secara
riil menggambarkan pertumbuhan ekonomi Kota Medan.
Untuk mengukur pertumbuhan PDRB secara riil, digunakan PDRB
harga konstan. PDRB harga konstan menggambarkan pertumbuhan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-8
ekonomi Kota Medan tanpa dipengaruhi oleh masalah perubahan harga
atau inflasi yang terjadi atas barang dan jasa yang diproduksi, karena
menggunakan harga yang konstan, yakni harga dasar tahun tertentu yang
dipilih (saat ini menggunakan harga konstan tahun 2000).
Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk
Domestik Regional Bruto adalah PDRB per kapita dan tingkat
pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, inflasi, ekspor dan impor serta
investasi. PDRB per kapita dihitung dengan cara membagi jumlah PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB per kapita
memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing
penduduk, yang dapat menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk
Kota Medan. Sementara itu, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan
persentase kenaikan atau penurunan PDRB-harga konstan suatu tahun,
dibandingkan harga tahun sebelumnya. Selaras dengan indikator kinerja
PDRB, kedua indikator kinerja makro ini juga menggambarkan
keberhasilan atau kinerja pembangunan kota, dalam mewujudkan
kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Medan.
Berbeda dengan indikator kinerja makro bidang ekonomi, maka
indikator kinerja makro untuk bidang sosial mencakup indikator kinerja
pembangunan Kota Medan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat,
ditinjau dari aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, dan distribusi pendapatan. Beberapa konsep indikator
kinerja makro bidang sosial disajikan pada tabel di bawah ini :
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-9
Tabel 1.1 Indikator Kinerja Bidang Sosial
Indikator Kinerja Bidang
Nama Indikator Keterangan Indikator
Kependudukan Pertumbuhan Penduduk
Menunjukkan perubahan secara persentase penduduk tahun tertentu dibanding dengan tahun sebelumnya. Perhitungannya biasanya dilakukan dengan metode eksponensial atau deret ukur.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa pada level pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah level pendidikan tertentu kali 100 %. Misal: APK SD/MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD/MI dibagi penduduk usia 7-12 tahun dikali 100
Angka Partisipasi Murni (APM)
Menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa pada level pendidikan tertentu dan berusia pada level sekolah tertentu dengan penduduk usia sekolah level pendidikan tertentu kali 100 %. Misal: APM SD/MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD/MI dan berusia 7-12 tahun dibagi penduduk usia 7-12 tahun dikali 100
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Menunjukkan jumlah penduduk usia tertentu/usia sekolah yang masih bersekolah.
Pendidikan
Angka Melek Huruf
Menunjukkan besarnya persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis.
Ketenagakerjaan Angkatan Kerja Orang yang berusia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-10
Bukan Angkatan Kerja
Orang yang berusia 15 tahun ke atas yang sedang sekolah, mengurus rumahtangga, pensiunan atau sudah tidak mampu melakukan pekerjaan karena tua, sakit dan cacat.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Persentase penduduk yang aktif secara ekonomi (bekerja atau mencari kerja) atau angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).
Tingkat Pengangguran Terbuka
Persentase penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja
Tingkat Kelahiran Bayi
Menunjukkan tingkat bayi lahir hidup pada setiap 1.000 kelahiran.
Tingkat Kematian Bayi
Menunjukkan banyak kematian bayi berumur di bawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu
Menunjukkan tingkat kematian ibu melahirkan pada setiap 100.000 kelahiran hidup.
Kesehatan
Angka Harapan Hidup
Menunjukkan perkiraan rata-rata lama hidup yang dapat dicapai penduduk.
Rasio Gini
Menunjukkan gambaran distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok pendapatan. Bila rasio gini < 0,4 berarti tingkat ketimpangan rendah ; antara 0,4–0,5, ketimpangan sedang (moderat) ; >0,5 berarti ketimpangan tinggi.
Kesenjangan
Tingkat Kemiskinan
Persentase orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Keadaan Maret 2006, garis kemiskinan perkotaan adalah Rp 175.324/ kapita/bulan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-11
1. INDIKATOR EKONOMI
Ekonomi adalah aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi.
Oleh karenanya, ekonomi sangat terkait dengan kemampuan setiap
orang atau siapapun memenuhi kebutuhan hidup dan
kesejahteraannya, baik kemampuan untuk berproduksi atau
mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Mengingat
keterkaitan yang begitu tinggi antara kemajuan, dan kemakmuran,
bahkan kesejahteraan dengan aspek ekonomi, maka aspek ekonomi
secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai
tingkat kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan aspek ekonomi sebagai bagian dari ukuran
kinerja dalam pembangunan kota juga menjadi semakin penting
sebab secara praktis, konsep ekonomi menyediakan berbagai alat
ukur kuantitatif yang relevan, untuk mengevaluasi proses
pembangunan kota secara ekonomi. Berdasarkan hal tersebut,
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini, khususnya di
bidang ekonomi selama tahun 2006 dan periode 2004 – 2006 secara
makro akan mengungkapkan hasil-hasil pembangunan kota yang telah
dicapai melalui penyajian beberapa variabel ekonomi seperti : Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB Perkapita, pertumbuhan
ekonomi, inflasi, investasi, ekspor dan import serta lain-lain.
1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku)
Selama periode 2004 – 2006, perekonomian Kota Medan
ditandai oleh peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari 33,12
trilyun rupiah pada tahun 2004 menjadi 42,79 trilyun rupiah pada
tahun 2005 dan 48,92 triliyun rupiah pada tahun 2006, atau
mengalami peningkatan rata-rata 23,87 persen/tahun.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-12
TABEL 1. 2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA MEDAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2004 – 2006
(Milyar Rupiah)
Sektor / Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4]
1. PERTANIAN 1.012,23 1.306,92 1.447,70
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,20 2,60 3,28
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5.602,44 7.094,92 7.960,60
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 899,98 917,53 1.093,03
5. KONSTRUKSI 2.908,82 3.502,80 4.795,79
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 8.945,38 11.271,82 12.679,93
7. TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 5.689,84 7.979,78 9.024,10
8. KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 4.654,51 6.063,88 6.673,03
9. JASA-JASA 3.399,95 4.652,21 5.245,46
PDRB 33.115,35 42.792,45 48.922,90
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Melalui data tabel di atas, diketahui bahwa penataan kembali
perekonomian kota agar menjadi lebih baik dapat dikatakan cukup
berhasil. Hal tersebut ditandai oleh pertumbuhan positif di berbagai
sektor/subsektor lapangan usaha ekonomi yang berjalan.
Lapangan usaha yang memberikan konstribusi cukup besar
terhadap pembentukan PDRB Kota Medan selama periode 2004–2006
adalah sektor perdagangan/hotel/restoran, disusul transportasi/
telekomunikasi, sektor industri pengolahan, dan sektor
keuangan/jasa perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
perekonomian Kota Medan digerakkan sektor-sektor tersier dan
sekunder secara dominan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-13
PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Sejalan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga
berlaku, maka PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama periode
2004-2006 juga menunjukkan peningkatan cukup berarti, yang
menggambarkan tumbuhnya sektor dan sub sektor produksi serta
perdagangan barang dan jasa secara riil.
TABEL 1.3
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA MEDAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2004 – 2006
(Milyar Rupiah)
Sektor / Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4]
1. PERTANIAN 661,96 670,58 696,01
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,77 0,78 0,73
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3.725,21 3.842,15 4.095,39
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 404,19 413,36 435,64
5. KONSTRUKSI 2.522,96 2.712,63 3.011,37
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.202,57 6.850,44 7.274,04
7. TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 4.308,89 4.637,20 5.255,18
8. KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 3.343,87 3.507,54 3.683,04
9. JASA-JASA 2.452,72 2.637,75 2.784,74
PDRB 23.623,14 25.272,42 27.236,13
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan ini rata-rata
sebesar 7,65 persen/tahun atau dari Rp 23,62 trilyun tahun 2004,
menjadi Rp 27,24 trilyun tahun 2006. Berdasarkan data tabel
tersebut di atas, juga diketahui bahwa peningkatan PDRB secara riil
terjadi hampir di seluruh lapangan usaha sektoral, terutama sektor
perdagangan/hotel/restoran dan transportasi/telekomunikasi
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Sektor
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-14
perdagangan/hotel/restoran meningkat dari 6,20 triliyun pada
tahun 2004 menjadi 7,27 triliyun pada tahun 2006. Sedangkan sektor
transportasi/telekomunikasi, meningkat dari 4,31 triliyun pada
tahun 2004 menjadi 5,26 triliyun pada tahun 2006.
Gambar 1.1
PDRB Kota Medan ADH Berlaku dan Konstan Tahun 2000 Periode 2004-2006
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000M
ilyar
rupi
ah
ADH Berlaku 33115,35 42792,45 48922,90
ADH Konstan00
23623,14 25272,42 27236,13
2004 2005 2006
1.2. Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang
(mengikuti pertumbuhan PDRB), akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke
ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer,
khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale
(relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju
pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan
pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula
perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-15
penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja,
bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.
Perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi
struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang
saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan
agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi, seperti
tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar
lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku
tahun 2004–2006 menunjukkan, sektor tertier mendominasi
perekonomian Kota Medan sebesar 68,73 persen, disusul sektor
sekunder sebesar 28,31 persen pada tahun 2006. Masing-masing
lapangan usaha memberikan kontribusi relatif stabil, yakni 25,92
persen kontribusi lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran,
lapangan usaha transportasi/ telekomunikasi sebesar 18,45 persen
dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,27 persen pada
tahun 2006. Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti
bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2004.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-16
TABEL 1.4 STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
TAHUN 2004 - 2006 (Persentase)
Sektor / Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4]
1. PRIMER 3.06 3.06 2.97 PERTANIAN 3.06 3.05 2.96
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.01 0.01 0.01 2. SEKUNDER 28.42 26.91 28.31 INDUSTRI PENGOLAHAN 16.92 16.58 16.27
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2.72 2.14 2.23
KONSTRUKSI 8.78 8.19 9.80 3. TERTIER 68.52 70.03 68.73 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 27.01 26.34 25.92
TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 17.18 18.65 18.45
KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 14.06 14.17 13.64
JASA-JASA 10.27 10.87 10.72
JUMLAH 100.00 100.00 100.00
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Bila diamati lebih lanjut, terjadi perubahan share yang
menurun pada sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan/hotel/restoran, hal ini disebabkan adanya
kecenderungan alih fungsi lahan-lahan untuk kawasan pertanian dan
industri di Kota Medan. Sedangkan pada sektor yang perubahan
share-nya meningkat adalah transportasi/telekomunikasi dan
konstruksi, hal ini disebabkan pesatnya penggunaan alat
telekomunikasi dan dinamisnya pembangunan Kota Medan.
Sedangkan sektor lainnya cenderung fluktuatif perubahan share-nya.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-17
Gambar 1.2 Struktur PDRB Menurut Penggolongan Sektor
Tahun 2004-2006
01020304050607080
Per
sen
PRIMER 3,06 3,06 2,97
SEKUNDER 28,42 26,91 28,31
TERTIER 68,52 70,03 68,73
2004 2005 2006
1.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang
berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus dan
berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah terus, maka
dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa
diperoleh lewat peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau
sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap tahun. Jadi
dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penambahan PDRB atas dasar harga konstan.
Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan tahun 2000
Kota Medan selama periode 2004–2006, pertumbuhan ekonomi
Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas
5 persen per tahun yaitu 6,98 persen dari tahun 2004-2005 dan
7,77 persen dari tahun 2005-2006. Pertumbuhan ekonomi yang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-18
dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang
cukup stabil.
Pertumbuhan ekonomi selama periode 2004–2006 juga
menunjukkan trend positif, dimana pertumbuhan tahun 2006 relatif
tinggi (7,77 persen). Hal ini menunjukkan perkembangan
perekonomian yang terjadi, lebih disebabkan faktor-faktor
fundamental ekonomi yang terus membaik, walaupun pada bulan
Oktober 2005 Pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar
minyak.
TABEL 1.5 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2004 – 2006
(PERSENTASE)
Sektor / Lapangan Usaha 2004-2005*) 2005-2006**)
[1] [2] [3]
1. PERTANIAN 1,30 3,79 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,88 -5,89 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,14 6,59 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,27 5,39 5. KONSTRUKSI 7,52 11,01 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 10,45 6,18 7. TRANSPORTASI & TELEKOMUNIKASI 7,62 13,33 8. KEUANGAN & JASA PERUSAHAAN 4,89 5,00 9. JASA-JASA 7,54 5,57
PDRB 6,98 7,77 Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Melalui data tabel tersebut di atas, diketahui perekonomian
Kota Medan selama periode 2004–2006 menunjukkan kinerja yang
relatif cukup baik, dalam arti berhasil mendorong pertumbuhan
positif hampir untuk semua lapangan usaha ekonomi utama.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-19
Lapangan usaha yang memberikan kontribusi pertumbuhan
terbesar dalam perekonomian Kota Medan selama periode 2004–2005
adalah lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran yaitu sebesar
10,45 persen, kemudian disusul sektor transportasi/telekomunikasi
yang tumbuh sebesar 7,62 persen, sektor konstruksi dan jasa-jasa
masing-masing tumbuh sebesar 7,52 dan 7,54 persen. Sedangkan
selama periode 2005-2006, kontribusi pertumbuhan sektor
mengalami pergeseran. Kontribusi pertumbuhan terbesar menjadi
sektor transportasi/telekomunikasi sebesar 13,33 persen, disusul
sektor konstruksi sebesar 11,01 persen dan sektor industri
pengolahan sebesar 6,59 persen. Sehingga gambaran penggerak
pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 lebih disebabkan
pertumbuhan sektor transportasi/telekomunikasi dan konstruksi.
1.4. PDRB Perkapita
PDRB per kapita merupakan indikator makro ekonomi penting
lainnya yang menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota
Medan, sebagai dampak proses pembangunan kota yang
dilaksanakan. Walaupun PDRB per kapita tidak dapat dijadikan dasar
untuk melihat kesejahteraan suatu daerah, tetapi minimal dapat
dijadikan indikator sederhana apakah perubahan perekonomian
dapat mengimbangi perubahan penduduk.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-20
TABEL 1.6 PDRB PERKAPITA KOTA MEDAN ADH BERLAKU DAN ADH KONSTAN 2000
TAHUN 2004-2006
PDRB Perkapita (Jutaan Rupiah) Perubahan (%)
Tahun ADH
Berlaku ADH
Konstan ADH
Berlaku ADH
Konstan [1] [2] [3] [4] [5]
2004*) 16,47 11,75 - - 2005*) 20,91 12,35 26,96 5,11 2006**) 23,67 13,17 13,20 6,64
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan lebih kecil
dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Berarti proporsi pertambahan
jumlah penduduk Kota Medan lebih tinggi dibanding proporsi
pertambahan PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB per kapita Kota Medan selama tahun 2004–2006 atas
dasar harga berlaku mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,86
persen/tahun yakni dari 16,47 juta rupiah pada tahun 2004 menjadi
23,67 juta rupiah pada tahun 2006. Nilai riil pertumbuhan PDRB per
kapita adalah atas dasar harga konstan, yang tumbuh rata-rata
sebesar 6,04 persen/tahun yakni dari 11,75 juta rupiah tahun 2004
menjadi 13,17 juta rupiah tahun 2006. Melihat trend pertumbuhan
ekonomi yang terjadi sejak tiga tahun terakhir, perekonomian Kota
Medan dapat dikatakan dinamis, dan mengalami percepatan
pertumbuhan yang menggembirakan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-21
Gambar 1.3 PDRB Perkapita Kota Medan ADH Berlaku dan ADH Konstan
Tahun 2004-2006
0
5
10
15
20
25
Juta
rupi
ah
PDRB Per KapitaADHB
16,47 20,91 23,67
PDRB Per KapitaADHK
11,75 12,35 13,17
2004 2005 2006
1.5. Inflasi
Perkembangan inflasi di Kota Medan selama periode
tahun 2004–2006 dipengaruhi berbagai faktor, baik yang bersifat
ekonomi maupun non ekonomi, mekanisme pasar dan kebijakan
Pemerintah Pusat.
Selama periode tahun 2004–2006, inflasi tertinggi terjadi
tahun 2005 mencapai 22,91 persen. Hal ini disebabkan pada bulan
Oktober 2005, Pemerintah menaikkan harga BBM sehingga
melonjaknya inflasi lebih disebabkan faktor kebijakan yang
mengakibatkan jenis inflasi disebabkan faktor dorongan biaya
produksi barang dan jasa meningkat (cost push inflation), sedang
inflasi tahun 2006 sebesar 5,97 persen, dimana lebih rendah
dibanding tahun 2004 yang besarnya 6,64 persen.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-22
TABEL 1.7 LAJU INFLASI KOTA MEDAN MENURUT KELOMPOK KOMODITI
TAHUN 2004 – 2006 (PERSEN)
T A H U N Kelompok Komoditi 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4]
- Bahan Makanan 7,87 23,80 4,58 - Makanan Jadi, Minuman/ Rokok dan Tembakau 1,89 11,74 5,09
- Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bahan Bakar 9,71 17,11 10,50
- Sandang 7,20 8,72 8,80
- Kesehatan 6,19 4,88 8,22
- Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 4,05 3,52 8,02
- Transport dan Komunikasi 5,41 62,21 1,21
Umum 6,64 22,91 5,97
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Dilihat dari komoditinya, sumbangan inflasi pada
tahun 2006 didorong oleh kelompok komoditi perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar. Inflasi pada komoditi kelompok ini
sebesar 10,50 persen. Hal ini perlu menjadi perhatian, khususnya
komoditi perumahan, dimana sewa rumah sangat tinggi di
Kota Medan, sehingga pendapatan masyarakat begitu besar
proporsinya terserap kepada sewa rumah. Memperbanyak
pembangunan rumuh susun dan sehat sederhana lainnya, yang
sewanya murah kiranya dapat menjadi solusi agar supply rumah
dapat mengimbangi pertambahan penduduk di Kota Medan.
Begitu pula inflasi untuk komoditi sandang, kesehatan dan
pendidikan, rata-rata mencapai 8 sampai 9 persen pada
tahun 2006.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-23
Gambar 1.4 Laju Inflasi Kota Medan Tahun 2004-2006
0
5
10
15
20
25
pers
en
Inf lasi Kota Medan 6,64 22,91 5,97
2004 2005 2006
Dilihat menurut kelompok komoditi, inflasi tertinggi selama
tahun 2004 terjadi pada kelompok komoditi perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar yakni sebesar 9,71 persen, disusul
kelompok bahan makanan sebesar 7,87 persen dan sandang sebesar
7,20 persen. Sedangkan selama tahun 2006, inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok komoditi perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar yakni sebesar 10,50 persen, disusul kelompok sandang,
kesehatan dan pendidikan, rekreasi/olahraga masing-masing 8,80,
8,22, 8,02 persen.
Perkembangan inflasi lainnya selama tahun 2004 yang patut
dikemukakan adalah inflasi terkecil, yakni pada kelompok komoditi
makanan/minuman jadi dan rokok/tembakau yakni hanya
1,89 persen. Sedangkan tahun 2006, inflasi terkecil pada kelompok
komoditi transport dan komunikasi yakni sebesar 1,21 persen.
Hal ini karena sudah adanya penyesuaian pada pasar terhadap
kenaikan BBM pada Oktober 2005.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-24
Tingkat inflasi pada tahun 2005, sebesar 22,91%, lebih
disebabkan kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM), sehingga secara berantai menyebabkan
meningkatnya harga-harga komoditi lainnya seperti bahan makanan
jadi, (23,80 persen), makanan jadi (11,74 persen), perumahan
(17,11 persen), sandang (8,72 persen), kesehatan (4,88 persen),
pendidikan (3,52 persen) dan transportasi (62,21 persen).
Untuk mencapai tingkat inflasi yang terkendali, juga tidak
terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota, dunia
usaha, dan masyarakat, untuk menjamin keseimbang sisi
permintaan dan penawaran, sehingga permintaan total tidak jauh
melebihi penawaran totalnya. Dalam rangka memonitor dan
pengendalian angka inflasi tersebut, Pemerintah Kota melalui BPS
secara berkala (bulanan) membuat laporan perubahan indeks harga
konsumen, melalui pengamatan terhadap harga-harga umum,
sehingga jika terjadi gejolak harga dapat diantisipasi secara dini.
Untuk itu juga, dilakukan koordinasi intensif dengan Instansi terkait
sehingga program-program yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan
oleh masing-masing pihak.
1.6. Ekspor Dan Impor
Perekonomian Kota Medan selama tahun 2006 juga
digerakkan kegiatan ekspor dan impor, bahkan dapat dikatakan
memiliki peran penting untuk memperluas pasar produk yang
dihasilkan, sekaligus mendukung perekonomian Kota Medan yang
semakin terbuka. Namun, oleh karena kegiatan ekspor dan impor
secara administrasi merupakan barang yang keluar dan atau masuk
melewati wilayah kepabeanan, maka pengertian ekspor dan impor
untuk Kota Medan juga merupakan barang yang keluar atau masuk
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-25
melewati wilayah kepabeanan, baik melalui Pelabuhan Laut
Belawan maupun Bandara Polonia Medan. Sehingga belum tentu
ekspor – impor yang terjadi pada kedua pelabuhan tersebut
seluruhya adalah hasil kegiatan ekonomi masyarakat Kota Medan.
Ekspor Kota Medan dicatat berdasarkan nilai Free On Board
(FOB) yaitu nilai barang ekspor hingga berada di atas kapal di
pelabuhan, dan siap diekspor. Berdasarkan data yang tercatat, nilai
ekspor Kota Medan yang melalui pelabuhan muat Belawan dan
bandara Polonia selama tiga tahun terakhir sejak 2004–2006
menunjukkan kondisi yang meningkat, dengan nilai eksport
2,64 milyar US dolar pada tahun 2004 kemudian meningkat menjadi
3,86 milyar US dolar pada tahun 2005, selanjutnya tahun 2006
menjadi 4,52 milyar US dolar atau tumbuh rata-rata pertahun
sebesar 31,81 persen.
TABEL 1.8 NILAI EKSPOR DAN IMPOR MELALUI WILAYAH KOTA MEDAN
TAHUN 2004-2006
T a h u n Ekspor
(Nilai FOB, Milyar US $)
Impor (Nilai CIF,
Milyar US $)
Surplus Perdagangan (Milyar US $)
[1] [2] [3] [4]
2004*) 2,64 0,73 1,91
2005*) 3,86 1,00 2,86
2006**) 4,52 1,17 3,35
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Kinerja ekspor ini diharapkan tidak hanya merupakan
indikasi semakin bergairahnya perekonomian kota, juga akan dapat
mendorong peningkatan produksi produk-produk yang berorientasi
ekspor.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-26
Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat
ini dan masa yang akan datang, sekaligus untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif, maka dapat dipastikan setiap daerah
cenderung hanya akan menghasilkan produk-produk yang memiliki
keunggulan kompetitif baik dilihat dari sisi kualitas maupun harga.
Oleh sebab itu, kebutuhan akan produk-produk yang tidak
dihasilkan sendiri biasanya akan didatangkan dari luar atau impor.
Nilai impor yang dicatat di Kota Medan didasarkan kepada
nilai Cost Insurance & Freight (CIF) yang merupakan nilai barang
ketika berada di atas kapal di pelabuhan bongkar. Impor melalui
Kota Medan selama tahun 2004–2006 juga cenderung meningkat
dengan nilai import 0,73 milyar US dolar pada tahun 2004, lalu
meningkat menjadi 1,00 milyar US dolar pada tahun 2005 dan
meningkat lagi menjadi 1,17 milyar US Dolar pada tahun 2006 atau
tumbuh rata-rata 27,62 persen pertahun.
Melalui data tabel di atas diketahui bahwa selama
tahun 2004-2006 terjadi surplus perdagangan sebesar 1,91 milyar
US Dolar pada tahun 2004, kemudian 2,86 milyar US Dolar pada
tahun 2005 dan 3,35 milyar US Dolar pada tahun 2006 atau rata-
rata tumbuh 33,40 persen pertahun.
1.7. Investasi
Investasi merupakan salah satu motor penggerak
pertumbuhan ekonomi. Pada perekonomian tertutup, sumber dana
investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik. Sedangkan
pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui
dana dari luar wilayah.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-27
Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh
perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor
produksi tersebut adalah modal (investasi). Banyak studi
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat
kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal
(investasi).
Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota
Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan
yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh faktor-faktor
ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung juga oleh faktor – faktor
non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan
penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.
Langkah - langkah strategis yang ditempuh adalah dengan
mengembangkan kemitraan stratejik diantara sesama pelaku usaha
dengan Pemerintah Kota yang kenyataannya mampu menumbuhkan
minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan
modalnya di Kota Medan, di berbagai bidang lapangan usaha
potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari
seluruh stakeholders tentang perlunya menarik investasi lebih
besar, untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang
lebih besar, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih
banyak, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Perkembangan positif penanaman modal selama tahun 2006
dapat dilihat dari perkiraan nilai investasi di berbagai sektor
lapangan usaha, baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), di samping
sektor Pemerintah dan rumah tangga.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-28
TABEL 1.9 PERKIRAAN JUMLAH INVESTASI DI KOTA MEDAN
TAHUN 2004 - 2006 (Milyar Rupiah)
Sektor /Lapangan Usaha 2004*) 2005*) 2006**) Rata-rata pertahun
[1] [2] [3] [4] [5]
1. PERTANIAN 66,64 85,41 88,20 80,08
2. PENGGALIAN 0,14 1,61 1,02 0,92
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 915,94 873,81 1.038,15 942,63
4. LISTRIK, GAS DAN AIR 876,89 868,96 1.012,68 919,51
5. BANGUNAN 301,19 497,00 462,99 420,39
6. PERDAGANGAN 1.217,48 1.353,12 1.491,09 1.353,90
7. PENGANGKUTAN 572,57 973,44 896,76 814,26
8. KEUANGAN 281,63 336,43 358,51 325,52
9. JASA-JASA 241,83 246,87 283,47 257,39
JUMLAH 4.474,31 5.236,66 5.632,86 5.114,61
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Melalui data pada tabel di atas, diketahui bahwa total nilai
investasi di Kota Medan pada tahun 2004 diperkirakan sebesar
4,47 triliun rupiah dan meningkat menjadi 5,24 triliun rupiah pada
tahun 2005, selanjutnya meningkat lagi menjadi 5,63 triliun rupiah
pada tahun 2006. Dengan demikian, rata-rata akumulasi nilai
investasi selama tiga tahun terakhir diperkirakan mencapai
5,11 trilyun rupiah.
Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan utama
berinvestasi di Kota Medan pada tahun 2006 adalah sektor
perdagangan sebesar 1,35 triliyun rupiah pertahunnya, kemudian
disusul sektor industri pengolahan sebesar 942,63 milyar rupiah
pertahun, sektor listrik, gas dan air sebesar 919,51 milyar rupiah
pertahun dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
814,26 milyar rupiah pertahun.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-29
Berbagai faktor penting yang cukup berpengaruh terhadap
minat berinvestasi di Kota Medan adalah kondisi keamanan dan
ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor
produksi, suku bunga, tenaga kerja, dan lain-lain.
TABEL 1.10 STATISTIK EKONOMI TAHUN 2004 - 2006
T A H U N No. INDIKATOR Satuan 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1 PDRB (ADH berlaku) Milyar Rp 33.115,35 42.792,45 48.922,90
2 PDRB (ADH konstan) Milyar Rp 23.623,14 25.272,42 27.236,13
3 PDRB Perkapita ADHB Jutaan Rp 16,47 20,91 23,67
4 PDRB Perkapita ADHK Jutaan Rp 11,75 12,35 13,17
5 Pertumbuhan Ekonomi Persen 7,29 6,98 7,77
6 Inf lasi Persen 6,64 22,91 5,97
7 Eksport (FOB) Mi lyar US$ 2,64 3,86 4,52
8 Impor (CIF) Mi lyar US$ 0,73 1,00 1,17
9 Surplus Perdagangan Mi lyar US$ 1,91 2,86 3,35
10 Investas i Milyar Rp 4.474,31 5.236,66 5.632,86
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara 2. INDIKATOR SOSIAL
Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai
dengan terjadinya perubahan atau pergeseran pada struktur
permintaan dan penawaran barang dan jasa yang diproduksi, namun
juga ditandai dengan terjadinya perubahan struktur penduduk dan
ketenagakerjaan, perubahan ini adalah proses perubahan demografi.
Proses demografi ini terutama terjadi sebagai akibat dari perubahan
pada struktur permintaan, struktur produksi dan perbaikan fasilitas
kesehatan, gizi serta pendidikan yang timbul seiring pertumbuhan
pendapatan per kapita.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-30
Pembangunan kota adalah pembangunan seluruh aspek
penghidupan dan kehidupan masyarakat Kota Medan. Oleh karena itu,
kemajuan pembangunan kota selama tahun 2004 - 2006 juga
meliputi kemajuan pembangunan kesejahteraan sosial seperti; aspek
kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan
distribusi pendapatan, yang salah satu indikatornya ditunjukkan oleh
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Kependudukan
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah
ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir
masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga
disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan
tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat
akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini
pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini,
baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah
lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak
berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan
berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara
sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan
tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar
daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik
(commuters), akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang
diterapkan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-31
TABEL 1.11 JUMLAH, LAJU PERTUMBUHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006
T a h u n Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan
Penduduk
Luas Wilayah (KM²)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/KM²)
[1] [2] [3] [4] [5]
2004 2.006.142 0,63 265,10 7.567
2005 2.036.185 1,50 265,10 7.681 2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798
Sumber BPS Kota Medan
Melalui data tabel di atas diketahui, laju pertumbuhan
penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2004, laju pertumbuhan penduduk Kota Medan hanya
sebesar 0,63 persen pertahun, sedangkan pada tahun 2005
meningkat menjadi 1,50 persen pertahun dan pada tahun 2006
menjadi 1,53 persen pertahun. Jumlah penduduk Kota Medan
mengalami peningkatan yaitu dari 2,006 juta jiwa pada tahun 2004
menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006. Demikian juga kepadatan
penduduk Kota Medan, meningkat dari 7.567 jiwa/Km2 pada tahun
2004 menjadi 7.798 jiwa/Km2 tahun 2006.
Tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi tersebut
merupakan salah satu masalah yang harus diantisipasi.
Mengingat luas wilayah administrasi Kota Medan tidak bertambah,
sehingga berpeluang menjadi tidak seimbang dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan yang ada.
Faktor alami yang mempengaruhi peningkatan laju
pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran dan kematian,
sedang faktor lainnya adalah disebabkan meningkatnya arus
urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota Medan.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-32
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama
yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya
pandangan bahwa : (1) bekerja di kota lebih bergengsi (2) di kota
lebih gampang mencari pekerjaan, (3) tidak ada lagi yang dapat
diolah (dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari
nafkah yang lebih baik.
Walaupun selama periode 2004 – 2006, pertumbuhan
penduduk Kota Medan cenderung meningkat, tetapi
pertambahannya relatif sedikit yaitu rata-rata 1,22% per tahun.
Agar pertambahan penduduk dapat ditekan menjadi relatif lebih
kecil lagi, upaya-upaya dan kebijakan pengendalian kelahiran,
melalui program Keluarga Berencana (KB) harus lebih ditingkatkan
agar menjadikan angka kelahiran menurun.
Ciri lain kependudukan Kota Medan adalah besarnya arus
commuters di Kota Medan. Jumlah penduduk Kota Medan pada
siang hari diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, sedang pada malam
hari diperkirakan 2.067.288 jiwa. Hal ini berpengaruh terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus
disediakan secara keseluruhan.
Bila arus commuters cenderung mendorong terjadinya
peningkatan jumlah penduduk di siang hari, maka peningkatan
derajat pendidikan masyarakat secara umum menyebabkan angka
pertumbuhan penduduk selama periode 2004 - 2006 berada pada
persentase yang relatif kecil. Peningkatan derajat pendidikan
masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan
“calon orang tua” yang akan memasuki kehidupan rumah tangga.
Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-33
pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga juga semakin meningkat. Pandangan bahwa
jumlah anggota keluarga yang tidak terlalu besar akan
memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga,
karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan,
telah mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti
konsep untuk menjadi Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS). Sebagian PUS baru, bahkan memilih untuk menunda
kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun
alasan sosial dan physikologis lainnya.
Komposisi Penduduk
Kebijakan pembangunan kota juga dipengaruhi komposisi
penduduk Kota Medan, baik sebagai obyek maupun subjek
pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-
upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada
kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing
kelompok penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan
bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-34
TABEL 1.12 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
DI KOTA MEDAN TAHUN 2006
Laki-laki Perempuan Gol umur
Jiwa Persen Jiwa Persen Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0-4 103.340 10,06 97.231 9,35 200.572
5-9 102.827 10,01 96.394 9,27 199.221
10-14 105.245 10,24 100.405 9,66 205.650
15-19 119.440 11,62 122.706 11,80 242.146
20-24 113.386 11,03 128.253 12,34 241.638
25-29 101.445 9,87 110.684 10,65 212.128
30-34 89.145 8,68 90.830 8,74 179.976
35-39 73.317 7,13 74.296 7,15 147.613
40-44 63.581 6,19 61.408 5,91 124.989
45-49 48.506 4,72 45.644 4,39 94.150
50-54 33.019 3,21 31.761 3,05 64.780
55-59 25.985 2,53 26.041 2,50 52.026
60-64 20.879 2,03 21.031 2,02 41.911
65+ 27.492 2,68 32.998 3,17 60.490
1.027.607 100,00 1.039.681 100,00 2.067.288
Sumber BPS Kota Medan
Proporsi anak-anak balita dalam kelompok penduduk
Kota Medan lebih kurang 10 persen dari total jumlah penduduk.
Besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini
berimplikasi pada kebutuhan prasarana dan sarana pendidikan yang
harus disediakan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Begitu pula
porsi penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas), lebih kurang
2-3 persen yang berimplikasi pada penanganan kesehatan mereka
agar dapat menikmati hari tuanya dengan baik.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-35
Gambar 1.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Di Kota Medan Tahun 2006
0
500000
1000000
1500000
Jiw
a
Laki-laki 311412 688702 27492
Perempuan 294030 712654 32998
Total 605442 1401356 60490
0-14 15-64 65+
Bila dilihat dari kelompok umur seperti grafik di atas, orang-
orang yang tercakup pada kelompok umur 0-14 dan 65 tahun ke atas,
secara ekonomis tidak aktif. Kelompok umur orang yang tidak aktif
secara ekonomis ini akan ditanggung oleh orang yang berada pada
kelompok umur aktif, hal ini sering disebut dengan angka beban
tanggungan total (ABT). Dari grafik di atas ABT Kota Medan berkisar
47,52 atau 47 sampai 48 orang ditanggung oleh 100 orang produktif.
Di samping memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan remaja,
maka kebijakan yang ditempuh selama ini juga diarahkan untuk
dapat meningkatkan kesehatan dan status gizi anak, pengendalian
tingkat kenakalan anak dan remaja, dan lain-lain. Upaya ini
diharapkan dapat terus mempersiapkan masa depan anak dan
remaja, dengan kualitas sumber daya manusia yang semakin tinggi.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-36
Ciri penting lainnya dari penduduk Kota Medan adalah
kemajemukan agama, adat istiadat, seni budaya dan suku yang
sangat heterogen. Oleh karenanya, salah satu ciri utama masyarakat
Kota Medan adalah “terbuka”. Pluralisme kependudukan ini juga
yang menjadikan sebahagian mereka yang berkunjung ke Kota
Medan mendapat kesan ”Miniatur Indonesia di Kota Medan”.
Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pembangunan sumberdaya manusia akan
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi dan soaial, karena
manusia adalah pelaku aktif yang mengakumulasikan modal,
mengeksploitasi berbagai sumberdaya, serta menjalankan berbagai
kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat penting bagi
pembangunan sosial. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan
menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan kota.
Meningkatnya pendapatan per kapita, menjadikan
kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan menjadi lebih
tinggi, sehingga permintaan akan jenjang pendidikan menjadi lebih
tinggi dan waktu untuk sekolah pun menjadi lebih lama. Beberapa
upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk memenuhi permintaan
tersebut meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
pembangunan prasarana/sarana pendidikan, penataran guru-guru,
pengadaan peralatan belajar serta penyempurnaan kurikulum, dan
lain-lain yang dapat dilihat dalam pengeluaran pembangunan untuk
sektor pendidikan.
Tingkat partisipasi pendidikan menunjukkan kesadaran
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tingkat partisipasi ini
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-37
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sarana dan fasilitas
pendidikan, biaya pendidikan dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat
baik dari Angka Partisipasi Kasar (APK) maupun Angka Partisipasi
Murni (APM) selama periode 2004 – 2006.
TABEL 1.13
ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006
T A H U N Jenis Pendidikan 2004*)
(%) 2005*)
(%) 2006**)
(%) [1] [2] [3] [4]
SD/MI 103,72 104,28 103,17 SMP/MTs 98,26 99,79 99,31 SMA/MA 89,20 89,04 90,96
Sumber BPS Kota Medan (Olahan SUSENAS) Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Semakin tinggi angka APK, berarti semakin banyak
penduduk usia sekolah SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA yang bersekolah,
sehingga semakin baik. APK untuk SD/MI melewati 100% karena
adanya penduduk dari luar Kota Medan yang bersekolah di Kota
Medan dan hal ini tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan.
Tabel 1.14 Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Medan
Tahun 2004 – 2006
T A H U N Jenis Pendidikan 2004*)
(%) 2005*)
(%) 2006**)
(%)
[1] [2] [3] [4] SD/MI 91,50 91,36 90,72
SMP/MTs 77,43 78,49 79,48
SMA/MA 69,90 71,90 73,86
Sumber BPS Kota Medan (Olahan SUSENAS) Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-38
Berdasarkan data tabel di atas diketahui, Angka Partisipasi
Kasar (APK), maupun Angka Partisipasi Murni (APM) baik SD, SMP,
maupun SMA selama tahun 2004 – 2006 cenderung mengalami
peningkatan. Untuk APK SD/MI, tahun 2004 telah mencapai
103,72 persen sedangkan pada tahun 2006 menunjukkan angka yang
lebih kurang sama dengan kondisi tahun 2004. Sedangkan APK
SMP/MTs meningkat dari 98,26 persen pada tahun 2004 menjadi
99,31 persen pada tahun 2006. selanjutnya, APK SMA/MA juga
mengalami peningkatan dari 89,20 persen pada tahun 2004 menjadi
90,96 persen pada tahun 2006.
Tahun 2004, APM SD/MI mencapai 91,50 persen, sedikit
menurun menjadi 90,72 persen pada tahun 2006. Sedangkan APM
SMP/MTs, meningkat dari 77,43 persen pada tahun 2004, menjadi
79,48 persen pada tahun 2006. Selanjutnya, APM SMA/MA,
mengalami peningkatan dari 69,90 persen pada tahun 2004, menjadi
73,86 persen pada tahun 2006.
Gambar 1.6
Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kota Medan Tahun 2006
0
20
40
60
80
100
120
Per
sen
APK 103,31 99,31 90,96
APM 90,72 79,48 73,86
SD/MI SMP/MTs SMA/MA
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-39
Berdasarkan hal tersebut, salah satu keluaran dan hasil
penting penyelenggaraan pendidikan selama periode 2004 – 2006
adalah berhasilnya Kota Medan mempertahankan Wajib Belajar 9
Tahun pada tingkat “Tuntas Paripurna”.
Kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat Kota Medan
selama periode 2004 - 2006 juga ditunjukkan oleh Angka Partisipasi
Sekolah (APS) menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah
yang masih bersekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok
usia sampai tahun 2006, anak usia 07 - 12 tahun yang bersekolah
mencapai hampir 100 persen (99,16%), dan sebanyak 95,01 persen
anak usia 13 – 15 tahun masih bersekolah.
TABEL 1.15 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) MENURUT USIA SEKOLAH
DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 – 2006
T A H U N Jenis Pendidikan 2004*)
(%) 2005*)
(%) 2006**)
(%) [1] [2] [3] [4]
07 – 12 98,58 99,06 99,16 13 – 15 93,75 95,04 95,01 16 – 18 76,31 78,11 78,23 19 - 24 21,77 24,09 22,09
Sumber BPS Kota Medan (Olahan SUSENAS) Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah, khususnya pada
usia 16 -18 tahun diperkirakan lebih disebabkan alasan-alasan
ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan
untuk menjadikan penduduk usia 7 - 18 tahun untuk tetap
bersekolah bagi yang putus sekolah dan mendorong anak usia
sekolah untuk bersekolah adalah menempuh kebijakan pemberian
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-40
beasiswa terarah, baik di jenjang pendidikan SD sampai ke tingkat
SMP dan SLTA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan,
khususnya bagi anak kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka
tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk dapat bersekolah
sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki. Di samping itu,
penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan juga semakin baik,
khususnya untuk tetap mendorong anak usia bersekolah, agar tetap
bersekolah, dengan dilaksanakannya PKPS – BBM bidang pendidikan,
sejak semester ke dua tahun 2005 hingga sekarang.
Selain indikator yang telah disajikan di atas, ada lagi indikator
pendidikan lainnya adalah rata-rata lama sekolah penduduk 10 tahun
ke atas di Kota Medan. Bila dilihat dari rata-rata lama sekolah,
terlihat peningkatan dari tahun 2004 - 2006 walaupun kecil.
Pada tahun 2004 rata-rata lama sekolah penduduk 10 tahun ke atas
mencapai 10,6 tahun meningkat menjadi 10,8 tahun pada
tahun 2006.
Kesehatan
Selain pendidikan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan
merupakan faktor penting bagi pembangunan kota, karena erat
kaitannya dengan mutu sumberdaya manusia sebagai salah satu
modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan
menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada gilirannya
akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, selain
pembangunan pendidikan, pemerintah pun sangat berkepentingan
atas peningkatan kesehatan masyarakat secara umum.
Derajat kesehatan masyarakat Kota Medan juga merupakan
indikator penting yang mengindikasikan kemajuan pembangunan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-41
kota selama tahun 2004 – 2006. Hal ini disebabkan, derajat
kesehatan pada dasarnya dapat digunakan untuk mengukur
peningkatan kualitas SDM yang ada. Masyarakat dengan pendidikan
yang memadai, ditunjang dengan kesehatan yang baik, dapat
menjadi aset pembangunan kota yang berkualitas.
Salah satu indikator kesehatan masyarakat adalah angka
kelahiran kasar. Angka ini menunjukkan banyaknya bayi lahir dalam
keadaan hidup per 1000 penduduk. Tinggi – rendahnya angka ini
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : kondisi kesehatan,
perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun sikap
terhadap besarnya anggota keluarga. Besarnya angka kelahiran kasar
pada tahun 2004 adalah 2,37 dan menurun pada tahun 2006
menjadi 2,25.
Indikator lain yang digunakan adalah angka kesakitan
umum (Morbidity rate). Berdasarkan perhitungan selama
tahun 2004 – 2006, angka kesakitan umum pada masyarakat Kota
Medan relatif tidak mengalami perubahan berarti dari 12,30 persen
pada tahun 2004 menjadi 11.70 persen pada tahun 2006. Angka ini
menunjukkan bahwa banyaknya penduduk Kota Medan yang
mengalami keluhan kesehatan ringan dengan tanda-tanda fisik dapat
dideteksi, seperti demam, batuk, pilek, dan lain-lain dalam sebulan
yang mengganggu aktivitas sehari-hari, dibandingkan jumlah
penduduk secara keseluruhan cenderung atau relatif kecil, sehingga
mengindikasikan kondisi kesehatan masyarakat yang semakin baik.
Derajat kesehatan masyarakat yang relatif semakin membaik,
juga tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yang dijalankan. Dalam rangka ini Pemerintah Kota Medan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-42
dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan
program-program yang mendukung pelayanan kesehatan masyarakat
seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, pengembangan pembinaan
lingkungan sehat dan PHBS, pembinaan posyandu, peningkatan
quality assurance di Puskesmas, imunisasi, dukungan Forum
Kesehatan Kota, dan lain-lain.
Berdasarkan indikator kesehatan masyarakat tahun
2004 – 2006 di atas diketahui juga bahwa, peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Kota Medan ditunjukkan oleh Angka Kematian
Bayi per 1000 Kelahiran Hidup yang menurun dari 21 bayi pada tahun
2004 menjadi 15,09 bayi pada tahun 2006, Angka Kematian Ibu
melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang menurun, dari
162 pada tahun 2004 menjadi 110 pada tahun 2006.
Adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat tersebut secara
keseluruhan juga telah menjadikan bertambahnya Umur Harapan
Hidup dari 69,90 pada tahun 2004 menjadi 71,40 pada tahun 2006.
TABEL 1.16
INDIKATOR KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006
T A H U N No. Jenis Indikator
2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [4] [5] [6]
1 Angka Kelahiran Kasar 2,37 2,27 2,25
2 Umur Harapan Hidup 69,90 70,70 71,40
3 Angka Kematian Kasar per 1000 penduduk 1,70 1,59 1,50
4 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup 21,00 15,84 15,09
5 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 162 120 110
6 Angka Kesakitan Umum 12,30 12,21 11,70 Sumber BPS Kota Medan dan Instansi terkait Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-43
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan
selama tahun 2004 - 2006 juga dibarengi oleh peningkatan mutu dan
jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang diberikan.
Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh Puskesmas/ Puskesmas
Pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 40 unit Puskesmas
Pembantu, di samping Puskesmas Keliling 27 unit, Rumah Sakit
Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter, dan lain-lain.
Jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
berpenghasilan rendah juga meningkat, seiring dengan adanya
pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat Puskesmas.
Ketenagakerjaan
Selama tahun 2004 – 2006, keadaan ketenagakerjaan di Kota
Medan dipengaruhi oleh 2 (dua) sisi, yaitu sisi permintaan yang
didorong oleh dinamika pembangunan ekonomi kota, dan sisi
penawaran yang dipengaruhi oleh perubahan struktur umur
penduduk Kota Medan.
1. Komposisi Penduduk Usia Kerja
Sesuai dengan pengelompokan statistik yang dipergunakan,
maka batasan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 10
tahun ke atas, bila data bersumber dari SUSENAS, sedangkan yang
bersumber dari SAKERNAS sudah digunakan 15 tahun ke atas. Data
pada tabel di bawah ini sudah bersumber dari SAKERNAS.
Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah
penduduk yang aktif secara ekonomi, yaitu mereka yang bekerja dan
mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah
penduduk yang tidak aktif secara ekonomi dengan kegiatan antara
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-44
lain sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (pensiunan, orang
jompo, orang cacat, penerima pendapatan dan lainnya).
TABEL 1.17 BANYAKNYA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS (SUSENAS), 15 TAHUN KE ATAS (SAKERNAS) MENURUT JENIS KEGIATAN UTAMA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 – 2006
T A H U N Jenis Indikator 2004*) 2005**) 2006**)
[1] [2] [3] [4]
1. Angkatan Kerja 855.880 763.123 815.710 a. Bekerja 744.530 668.038 718.804 b. Mencari Kerja 111.350 95.085 96.906
2. Bukan Angkatan Kerja 761.310 676.731 646.136
a. Sekolah 389.800 331.164 321.188 b. Mengurus Rmh Tangga 298.370 273.575 277.751 c. Lainnya 73.140 71.993 47.197
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka SUSENAS
**) Angka Sementara SAKERNAS
Berdasarkan data tabel tersebut di atas diketahui bahwa
pada tahun 2006 angkatan kerja mengalami kenaikan dibandingkan
keadaan pada tahun 2005. Sejalan dengan kondisi tersebut,
banyaknya orang yang bekerja juga mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun yaitu dari 668.038 orang pada tahun 2005 menjadi
718.804 orang pada tahun 2006. Seiring dengan itu, peningkatan
juga terjadi pada kelompok “pencari kerja” yaitu dari 95.085 orang
pada tahun 2005 menjadi 96.906 orang pada tahun 2006.
Berdasarkan kondisi tersebut, proporsi penduduk yang bekerja
sedikit meningkat dari 87,54 persen pada tahun 2005, menjadi
88,12 persen pada tahun 2006. Sedangkan penduduk yang Bukan
Angkatan Kerja mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar
676.731 orang menjadi 646.136 orang pada tahun 2006.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-45
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Sebagai bagian dari sumber daya ekonomi, peranan tenaga
kerja dalam aktivitas ekonomi diukur dari Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK, maka semakin besar
keterlibatan tenaga kerja dalam kegiatan ekonomi. Tinggi
rendahnya TPAK sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan
kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Dilihat dari sisi usia,
TPAK penduduk usia muda biasanya rendah karena pada masa-masa
tersebut umumnya mereka banyak yang masih menjalani proses
pendidikan dan merasa belum memiliki kewajiban untuk mencari
nafkah. TPAK yang rendah juga akan ditemui pada kelompok
penduduk usia kerja wanita. Keadaan ini erat kaitannya dengan
sistem nilai yang dianut masyarakat, namun dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan masyarakat, sistem nilai yang dianut
juga semakin berubah sehingga TPAK ini juga cenderung meningkat.
Sedangkan bila dilihat dari sisi tingkat kemudahan/kesulitan untuk
mendapatkan kerja, nilai TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya
kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja dan
sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan
kerja yang tersedia.
Dibandingkan dengan penduduk usia kerja, data mengenai
angkatan kerja lebih menggambarkan keadaan penduduk yang aktif
secara ekonomi (economical active population). Perkembangan
angkatan kerja dapat direfleksikan dengan melihat Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan perbandingan
orang yang masuk ke dalam angkatan kerja terhadap total penduduk
usia kerja.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-46
TABEL 1.18 TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) MENURUT JENIS
KELAMIN DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2006
T A H U N
TPAK 2004*) (%)
2005*) (%)
2006**) (%)
[1] [3] [4] [5]
Laki- laki 70,82 71,31 70,43
Perempuan 35,67 38,67 35,59
Total (Lk+Pr) 52,92 53,00 55,80
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Secara total TPAK Kota Medan pada tahun 2006 sebesar
55,80 persen. Proporsi ini relatif meningkat dibanding keadaan
tahun 2004 yang hanya 52,92 persen. Bila diamati lebih rinci TPAK
laki-laki hampir mencapai 2 (dua) kali lipat dari TPAK perempuan.
Kondisi ini relatif sama, baik pada tahun 2004 maupun 2006. TPAK
laki-laki berada pada kisaran 70 persen, sedangkan TPAK perempuan
pada kisaran 35 persen. Secara umum TPAK bersifat fluktuatif
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, sehingga berdampak pada
meningkatnya kesempatan kerja yang membantu kelompok pencari
kerja memperoleh pekerjaan. Kondisi tersebut menjadikan lebih
banyak penduduk Kota Medan yang terlibat aktif secara ekonomi
dari tahun ke tahun, yang tentunya akan menambah produksi atau
pendapatan dan meningkatkan kesejahteraannya.
2. Penduduk Bekerja
Sesuai dengan ciri perekonomian Kota Medan, maka selama
tahun 2004 - 2006, lapangan pekerjaan yang paling banyak
menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan/hotel/restoran
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-47
yaitu sebesar 35,74 persen pada tahun 2006, diikuti sektor
transportasi/komunikasi sebesar 17,59 persen pada tahun 2006, dan
industri pengolahan serta jasa-jasa masing-masing sebesar 15,05 dan
12,19 persen pada tahun 2006. Persentase penyerapan tenaga kerja
pada ke empat lapangan usaha ini selama tahun 2004 - 2006 rata-
rata di atas 80 persen dari total angkatan kerja yang bekerja.
TABEL 1.19
PROPORSI JUMLAH PENDUDUK 10 TAHUN KEATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN DI KOTA MEDAN
TAHUN 2004 - 2006
Kegiatan Utama 2004*) (%)
2005*) (%)
2006**) (%)
[1] [2] [3] [4]
1. Pertanian 4,61 5,17 5,04
2. Pertambangan/Penggalian 0,38 0,38 0,39
3. Industri Pengolahan 16,67 16,30 15,05
4. Listrik,Gas Dan Air Minum 0,66 0,69 0,71
5. Bangunan 7,91 7,97 8,45
6. Perdagangan,Hotel & Restoran 31,26 34,28 35,74
7. Angkutan dan Komunikasi 18,83 17,98 17,59
8. Lembaga Keuangan 3,48 4,22 4,84
9. Jasa-Jasa 16,10 13,00 12,19
JUMLAH 100 100 100
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Penyerapan angkatan kerja yang tinggi di sektor-sektor utama
tersebut sangat wajar, karena di samping sektor formal, di sektor-
sektor tersebut penyerapan lapangan kerja di sektor informalnya
juga cukup besar, misalnya pada industri kecil dan kerajinan kecil
rumah tangga, pedagang asongan/kaki lima, sopir-sopir
angkutan/beca dan perseorangan di sektor jasa-jasa.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-48
Walaupun perkembangan penyerapan tenaga kerja di masing-
masing lapangan pekerjaan tersebut dari tahun ke tahun fluktuatif,
tetapi selama kurun waktu tiga tahun terakhir tidak merubah
komposisi lapangan pekerjaan berdasarkan penyerapan tenaga kerja
di masing-masing sektor.
Hal lain yang patut dikemukakan, ternyata pendidikan
seseorang (angkatan kerja) juga sangat berpengaruh kepada
kesempatan kerja dan produktivitas kerja, yang pada gilirannya akan
berpengaruh pada pendapatan dan kesejahteraan hidupnya.
Oleh karena itu, apabila “bekal pendidikan penduduk” yang
termasuk angkatan kerja yang ada relatif rendah (SLTA ke bawah),
maka peluang mendapatkan lowongan di sektor-sektor formal
dengan produktivitas tinggi menjadi terbatas. Dengan demikian,
kebijakan pokok yang ditempuh selama periode 2004 – 2006 adalah
meningkatkan SDM melalui peningkatan “Human Cavital” pada aspek
pendidikan.
3. Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan
Produktivitas tenaga kerja dalam perekonomian akan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki. Oleh karena itu,
upaya yang ditempuh selama tahun 2004 – 2006, selain mendorong
tingkat penyerapan tenaga kerja lebih besar dari tahun ke tahun,
juga dilakukan usaha-usaha yang menjadikan tenaga kerja yang
bekerja memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-49
TABEL 1.20 PERKEMBANGAN PERSENTASE PENDUDUK BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
DITAMATKAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2004 – 2006
Tahun No. Lapangan Usaha Satuan 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1 Tidak/Belum Pernah Sekolah Persen 0,58 0,22 0,21
2 Tidak/Belum Tamat SD Persen 5,16 3,44 2,05
3 SD Persen 16,72 17,95 17,48
4 SMTP Persen 20,90 20,65 20,15
5 SMTA Umum Persen 36,45 38,06 39,99
6 SMTA Kejuruan Persen 9,93 8,64 7,92
7 Diploma I/II Persen 0,72 0,79 0,72
8 Diploma III Persen 2,22 1,80 2,41
9 Diploma IV/S-1 Persen 7,32 8,45 9,06
J U M L A H 100 100 100 Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui jumlah terbesar
angkatan kerja yang bekerja di Kota Medan pada tahun 2006 adalah
tamatan SLTA umum sebesar 39,99 persen, yang diikuti kemudian
tenaga kerja tamatan SLTP sebesar 20,15 persen, SD sebesar
17,48 persen, dan D3 ke atas sebesar 11,47 persen. Hal yang patut
juga dikemukakan adalah adanya kecenderungan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja seperti halnya Sarjana, ada
kecenderungan semakin sulit mereka masuk dalam pasar kerja.
Hal ini disebabkan pasar kerja tidak hanya sekedar
mempertimbangkan aspek formal pendidikan pencari kerja, tetapi
juga kesesuaian skill dan keterampilan nyata yang dimiliki dengan
lapangan kerja yang tersedia.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-50
4. Penduduk Yang Mencari Pekerjaan (Pengangguran Terbuka)
Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi
selama periode 2004 – 2006 adalah relatif masih tingginya tingkat
pengangguran terbuka. Sulitnya menekan pengangguran disebabkan
laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju
pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga mengakibatkan relatif
masih tingginya angka pengangguran terbuka di Kota Medan.
Untuk menekan angka pengangguran, berbagai program
ketenagakerjaan selama periode 2004 – 2006 diarahkan pada
perluasan kesempatan kerja di segala bidang. Bidang yang paling
banyak menyerap tenaga kerja di Kota Medan adalah sektor
Perdagangan, Jasa dan Industri. Perluasan kesempatan kerja
diupayakan dapat membuka peluang bagi terciptanya lapangan kerja
baru, khususnya di sektor jasa, sektor industri rumah tangga maupun
industri kecil lainnya.
Pengangguran terbuka adalah banyaknya orang yang mencari
pekerjaan (dalam time reference) baik sudah pernah bekerja maupun
belum pernah bekerja sama sekali. Perkembangan tingkat
pengangguran dapat digambarkan dengan menggunakan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT/Open Unemployment Rate) yaitu
perbandingan banyaknya orang yang tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan terhadap total angkatan kerja.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-51
TABEL1.21 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI KOTA MEDAN
TAHUN 2004 - 2006
Tahun Satuan 2004*) 2005*) 2006**)
[1] [2] [3] [4] [5]
TPT Persen 13,01 12,46 11,88
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa sepanjang
tahun 2004 – 2006 tingkat pengangguran terbuka secara persentase
di Kota Medan mengalami sedikit penurunan yaitu dari 12,46 persen
pada tahun 2005, menjadi 11,88 persen pada tahun 2006. Tetapi
secara nominal seperti diperlihatkan pada Tabel 1.21 terjadi sedikit
peningkatan, hal ini disebabkan meningkatnya tenaga kerja yang
terampil tetapi belum terserap di pasar kerja, belum seimbangnya
jumlah pencari kerja dengan pertumbuhan lapangan kerja,
penggunaan teknologi, sehubungan kebijakan nasional yang
mempengaruhi perekonomian kota secara umum. Faktor lain yang
turut berperan adalah masih adanya konflik antara tenaga kerja dan
pengusaha yang berakibat terganggunya iklim investasi sehingga
menghambat terbukanya lapangan kerja baru.
Harus diakui walaupun selama periode 2004 – 2006 lapangan
kerja baru pada dasarnya tercipta secara signifikan dari tahun ke
tahun, namun akibat pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih tinggi
dari lapangan kerja baru yang tersedia, tingkat pengangguran masih
relatif tinggi. Oleh karena persoalan pengangguran berkaitan
langsung dengan upaya setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, sehingga dapat hidup layak dan tidak menjadi beban
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-52
sosial, maka berapapun angka pengangguran, tetap harus menjadi
perhatian yang serius dari semua pihak, agar mereka dapat aktif
secara ekonomi. Oleh karena itu, adalah kebijakan dasar Pemerintah
Kota selama periode 2004 - 2006, untuk mendorong terciptanya
lapangan kerja baru melalui penanaman modal. Namun demikian
masuknya investasi-investasi baru, ternyata juga tidak dapat
menampung seluruhnya angkatan kerja yang tersedia, sehingga
tetap menjadi masalah sosial yang harus terus dicarikan jalan
keluarnya melalui sinergitas pelaku-pelaku ekonomi. Untuk itu,
kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seyogianya juga
dapat lebih meningkat di bidang ekonomi dan investasi, di samping
bidang-bidang sosial lainnya.
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sesuai dengan paradigma pembangunan manusia, maka
keberhasilan pembangunan Kota Medan selama tahun 2004 – 2006
juga ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
masyarakat Kota Medan. Melalui IPM, diketahui tingkat kemajuan,
kemakmuran dan tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Medan
sebagai dampak proses pembangunan kota yang dilaksanakan.
Pengukuran IPM dilakukan terhadap 4 (empat) dimensi pokok
pembangunan manusia, meliputi : (1) Angka Harapan Hidup,
(2) Angka Melek Huruf, (3) Rata-rata Lama Sekolah, dan
(4) Konsumsi Perkapita Pertahun.
IPM Kota Medan selama tahun 2004 – 2006 cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari 74,7 pada
tahun 2004 meningkat menjadi 75,4 pada tahun 2005 dan meningkat
lagi menjadi 75,8 pada tahun 2006. Di samping itu, seluruh indikator
juga memiliki korelasi positif dengan peningkatan IPM. Peningkatan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-53
IPM tersebut disebabkan relatif membaiknya tingkat daya beli dan
pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat
kesehatan dan pendidikannya dari waktu ke waktu. Dengan kata
lain, proses pembangunan kota sampai saat ini selain dapat
memperbaiki daya beli masyarakat menjadi lebih baik, juga mampu
meningkatkan kapasitas fisik (kesehatan) masyarakat dan kapasitas
intelektual penduduk Kota Medan.
Berdasarkan kategori yang ditetapkan, status pembangunan
manusia di Kota Medan termasuk dalam kelompok memuaskan atau
tergolong pada tingkatan “atas”. Untuk level propinsi Sumatera
Utara angka IPM Kota Medan berada pada posisi 2 setelah
Kota Pematang Siantar.
6. Kemiskinan
Pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk
mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditekankan
pada peningkatan pemerataan pendapatan, yang pada akhirnya
diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan antar
golongan pendapatan dan penduduk bahkan antar wilayah sehingga
dapat mengentaskan kemiskinan.
TABEL 1.22
JUMLAH PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KOTA MEDAN TAHUN 2004-2006
Tahun Persentase
Penduduk Miskin Jumlah Penduduk
Miskin [1] [2] [3]
2004*) 7,13 142.627 2005*) 8,62 175.519 2006**) 7,77 160.653
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-54
Berdasarkan data tabel tersebut di atas, diketahui secara
umum upaya menurunkan angka kemiskinan, terutama yang
disebabkan oleh dampak krisis ekonomi pada dasarnya telah
menunjukkan hasil, walaupun masih bersifat fluktuatif. Hal itu dapat
diketahui dari persentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2005
dari 175.519 jiwa atau 8,62 persen dapat turun menjadi 160.653
jiwa atau 7,77 persen pada tahun 2006. Besarnya jumlah penduduk
miskin pada tahun 2005 disebabkan kenaikan BBM pada Oktober
2005, juga disebabkan kriteria-kriteria yang digunakan untuk
memperkirakan jumlah penduduk miskin, telah mempergunakan
kriteria baru.
Upaya-upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara
terencana terus dilakukan baik melalui subsidi-subsidi bidang sosial
yang diberikan melalui PKPS – BBM, P2KP maupun program lokal
lainnya, seperti BP-3 terarah dan pelayanan kesehatan tanpa
dipungut biaya, pemberdayaan masyarakat, maupun upaya-upaya
menarik investasi lebih besar ke Kota Medan, sehingga mereka dapat
bekerja dan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Dalam jangka
menengah, upaya menurunkan jumlah penduduk miskin juga
diprioritaskan dengan menjadikan percepatan pembangunan
wilayah lingkar luar sebagai prioritas pembangunan kota.
Upaya kelembagaan juga dilakukan dengan membentuk Forum
Koordinasi Pengentasan Kemiskinan Kota Medan, sebagai wadah
dimana seluruh stakeholders pembangunan dapat memformulasikan
kebijakan-kebijakan sebagai masukan kepada Pemerintah Kota
dalam upaya pengentasan kemiskinan termasuk mengawasi
pelaksanaannya.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-55
7. Distribusi Pendapatan
Pada akhirnya setiap kota yang melaksanakan pembangunan
akan menuju pada peningkatan kemakmuran masyarakat luas atau
pemerataan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menjadi lebih berarti jika diikuti pemerataan atas hasil-hasil
pembangunan. Berbagai kebijakan ekonomi untuk menumbuhkan
produksi akan lebih berarti jika dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat luas. Oleh karena itu orientasi pemerataan seharusnya
menjadi muara dari seluruh kegiatan perekonomian Kota Medan.
Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan
dengan masalah kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah yang
semakin lebar antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti
kemiskinan semakin meluas dan sebaliknya. Dengan demikian
orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi
kemiskinan. Persoalan pemerataan dan kemiskinan ini biasanya
merupakan evaluasi tahap akhir dari keberhasilan pembangunan.
Distribusi pendapatan masyarakat menjadi salah satu agenda
penting yang menjadi perhatian Pemerintah Kota Medan, karena
tidak dapat dipungkiri hasil dan manfaat pembangunan kota yang
telah dicapai selama ini, belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh
masyarakat secara merata. Salah satu ukuran yang digunakan untuk
melihat pemerataan pendapatan adalah “Distribusi Pendapatan”
menurut kriteria Bank Dunia.
Berdasarkan pendekatan tersebut, tingkat pemerataan
pendapatan dapat diukur dengan rasio gini. Rasio gini berkisar
antara 0 sampai dengan I, dengan kriteria bahwa semakin tinggi
rasio gini menunjukkan tingkat pendapatan yang semakin tidak
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-56
merata. Angka I menunjukkan tidak merata sempurna, sedang 0
adalah merata sempurna.
TABEL 1.23 DISTRIBUSI PENDAPATAN /RATIO GINI KOTA MEDAN
TAHUN 2004-2006
Tahun Distribusi Pendapatan /Gini Ratio [1] [2]
2004*) 0,28 2005*) 0,29 2006**) 0,28
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Rasio gini Kota Medan pada periode 2004 – 2006 cenderung
fluktuasi, namun secara keseluruhan setiap tahunnya berada
diantara 0,28 s/d 0,29. Hal ini mengindikasikan walapun ada
ketimpangan pendapatan dalam kelompok pendapatan masyarakat,
tetapi dapat dikatakan ada distribusi pendapatan yang relatif
cenderung semakin merata, (tingkat kesenjangan rendah).
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun 2006
I-57
TABEL 1.24 STATISTIK SOSIAL PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN 2004-2006
Tahun No. Indikator Satuan
2004 *) 2005 *) 2006**) [1] [2] [3] [5] [6] [7]
1 Jumlh Penduduk Jiwa 2.006.142 2.036.185 2.067.288
2 Pertumbuhan Penduduk Persen 0,63 1,50 1,53
3 APK - SD/MI Persen 103,72 104,28 103,17
- SMP/MTs Persen 98,26 99,79 99,31
- SMA/MA Persen 89,20 89,04 90,96 4 APM
- SD/MI Persen 91,50 91,36 90,72
- SMP/MTs Persen 77,43 78,49 79,48 - SMA/MA Persen 69,90 71,90 73,86
5 APS
- 07-12 Persen 98,58 99,06 99,16
- 13-15 Persen 93,75 95,04 95,01
- 16-18 Persen 76,31 78,11 78,23
- 19-24 Persen 21,77 24,09 22,09
6 Angka Kelahiran Kasar Orang 2,37 2,27 2,25
7 Umur Harapan Hidup Tahun 69,90 70,70 71,40
8 Angka Kematian Kasar per 1000 penduduk
Orang 1,70 1,59 1,50
9 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
Orang 21,00 15,84 15,09
10 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup
Orang 162 120 110
11 Angka Kesakitan Umum Persen 12,30 12,21 11,70
12 TPAK - 52,92 53,00 55,80
13 TPT Persen 13,01 12,46 11,88 14 IPM - 74,7 75,4 75,8
15 Penduduk Miskin Persen 7,13 8,62 7,77 Sumber BPS Kota Medan dan Instansi terkait Keterangan : *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Top Related