BAB VII
LINGKUNGAN, KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA
TENAGA KERJA
VII - 2
PERUSAHAAN BATUBARA
BAB VII
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
TENAGA KERJA
A. Sistem Manajemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Dalam rangka menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja
di tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif diperlukan suatu Sistem Manajemen K3.
Sistem Manajemen K3 berdasarkan Permenaker No. Per.05/1996 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaiatan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yanag aman, efisien dan produktif.
Ruang lingkup dari Sistem Manajemen K3 bervariasi tergantung pada
perusahaan, negara dan faktor lokal. Secara umum, Sistem Manajemen K3
mensyaratkannya :
a) Adanya suatu Kebijakan K3
b) Struktur organisasi untuk menerapkan kebijakan di atas
c) Program implementasi
d) Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan balik
e) Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan.
VII - 3
PERUSAHAAN BATUBARA
Sistem Manajemen K3 juga harus diterapkan dalam pertambangan, baik
dalam tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Penerapan Sistem Manajemen K3 tersebut harus mengacu kepada Kepmen No.555.K
Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum.
Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen
terhadap sistem manajemen tersebut. Oleh karena itu, elemen pertama dan memegang
peran yang sangat penting adalah manajemen puncak harus menyatakan kebijakan
dan komitmennya terhadap K3. Kemudian, untuk kepentingan operasional maka
disusun peraturan K3 perusahaan.
Untuk penerapan kebijakan K3 maka diperlukan beberapa hal yang masuk
dalam elemen organizing, yaitu Kepala Teknik Tambang, Pengawas
Operasional/Teknis, Komite K3, Buku Tambang, pelatihan, dan tim tanggap darurat.
Mengingat skala risiko dan karakteristik tambang bawah tanah, maka elemen
organizing pada Sistem Manajemen K3 Tambang Bawah Tanah ditambah dengan
Kepala Tambang Bawah Tanah, Buku Derek, Buku Kawat, Buku Catatan Ventilasi
dan Penyanggaan. Elemen selanjutnya dalam Sistem Manajemen K3 Pertambangan
adalah Planning and Implementation yang terdiri atas Rencana Kerja Tahunan Teknik
dan Lingkungan (RKTTL)/Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB)/Rencana Jangka
Panjang, Program K3, JSA dan SOP (Standar Operasional Prosedur).Nilai lebih
Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah perencanaan yang dibuat oleh
perusahaan tambang harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Setiap tahun
perusahaan pertambangan harus menyampaiakn dan mempresentasikan RKTTL dan
RKAB di depan pemerintah. RKTTL dan RKAB baru bisa dijalankan dan menjadi
acuan setelah disetujui oleh pemerintah.
Sebagai upaya pemantauan dan pengukuran kinerja dan penerapan K3 di
perusahaan maka diperlukan evaluasi. Elemen evaluation terdiri atas pemantauan
lingkungan kerja, seperti debu, pencahayaan, getaran, iklim kerja, curah hujan, dan
VII - 4
PERUSAHAAN BATUBARA
untuk tambang bawah tanah yakni penyanggaan, ventilasi, drainase, dan lain - lain;
pemantaun proses kerja seperti peledakan, pengangkutan, dan lain-lain; investigasi
kecelakaan; inspeksi dan audit. Sistem Manajemen K3 yang merupakan sebuah
system dengan siklus tertutup memiliki sebuah karakteristik utama yaitu keharusan
adanya perbaikan
yang berkelanjutan secara terus menerus (continous improvement). Oleh karena
itu, elemen terakhir Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah adanya action
for improvement dimana harus ada peningkatan kinerja dan budaya K3.
TABEL VIII. 1
PERALATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
No Lokasi Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1 Tambang a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Sarung tangan
e. Masker debu dan earplug
f. Reflector Vest
g. Alat pemadam api
h. Kendaraan personi
2 Instalasi Pengecilan
Ukuran Batubara
a. Helm Pengaman
b. Sepatu Pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu dan earplug
e. Jas Laboratorium
f. Kacamatan pelindung
VII - 5
PERUSAHAAN BATUBARA
g. Penampung minyak pelumas bekas
h. Alat pemadam kebakaran
i. Perlengkapan P3K
j. Ban pinggang pengaman dengan tali
pengikat
k. Penampung besi-besi bekas dan suku
cadang bekas
l. Material pembersih minyak tumpah
3 Gudang suku cadang a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran
4 Pelabuhan a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran
g. Perlengkapan P3K
B. Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan
Pengawasan K3 Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan menghindari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Ruang lingkup K3 pertambangan meliputi:
1. Keselamatan kerja,
Yang dimaksud keselamatan kerja antara lain berupa:
VII - 6
PERUSAHAAN BATUBARA
a. Manajemen risiko,
b. Program keselamatan kerja,
c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja,
d. Administrasi keselamatan kerja,
e. Manajemen keadaan darurat,
f. Inspeksi dan Audit keselamatan kerja,
g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
2. Kesehatan kerja,
Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Program kesehatan kerja
b. Pemeriksaan kesehatan pekerja,
c. Pencegahan penyakit akibat kerja,
d. Diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
e. Hiegiene dan sanitasi,
f. Pengelolaan makanan, minuman dan gizi kerja,
g. Ergonomis.
3. Lingkungan Kerja,
Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Pengendalian debu,
b. Pengendalian kebisingan,
c. Pengendalian getaran,
d. Pencahayaan,
e. Kualitas udara kerja (kuantitas dan kualitas)
f. Pengendalian radiasi
g. House keeping.
VII - 7
PERUSAHAAN BATUBARA
4. Sistem Manajemen K3.
Sedangkan pengawasan Keselamatan Operasi Pertambangan dilaksanakan
dengan tujuan menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan
selamat. Ruang lingkup Keselamatan Operasi Pertambangan meliputi:
a. Evaluasi laporan hasil kajian,
b. Pemenuhan standardisasi instalasi,
c. Pengamanan instalasi,
d. Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan pertambangan
e. Kompetensi tenaga teknik.
Pelaksanaan pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan
dilaksanakan dalam bentuk:
a. Pengawasan Administratif
Pengawasan administratif meliputi:
a) Bahan peledak
b) Laporan kecelakaan
c) Peralatan (dokumen untuk perijinan)
d) Persetujuan (dokumen kajian, tinggi jenjang, ventilasi, penyanggaan, dan
lain-lain)
e) Laporan pelaksanaan program K3 (Triwulan)
f) Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) merupakan bagian dari program yang
harus diperhatikan. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) di
pertambangan ini akan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 555.K/26/M.PE/1995.Bagian keselamatan dan kesehatan kerja
dipimpin oleh seorang Kepala Teknik Tambang yang membawahi bagian
ekslorasi, bagian tambang, bagian pengangkutan dan pengolahan dan bagian
VII - 8
PERUSAHAAN BATUBARA
mekanik. Bagian - bagian itu bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang
serta membawahi langsung pekerja tambang.
a. Peralatan Kerja
Peraltan kerja yg disiapkan untuk alat pelindung diriadalah sebagai berikut :
1) Safety Helm
2) Sarung Tangan
3) Safety Shoes
4) Apron (Alat pelindung badan saat mengelas)
5) Ear Plug
b. Pengawasan Operasional / Lapangan
Pengawasan operasional / lapangan meliputi:
1) Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Inspeksi dilaksanakan oleh PIT/IT dengan berkoordinasi dengan
pengawas pusat dan daerah berdasarkan prosedur tetap dan KTT diposisikan
sebagai mitra. Contoh objek yang diinspeksi antara lain area penambangan,
haul road, perbengkelan, pabrik, pengolahan, pelabuhan, fasilitas dan instalasi
lainnya.
2) Pemeriksaan / Penyelidikan Kecelakaan
3) Pemeriksaan / Penyelidikan Kejadian Berbahaya
4) Pengujian Kelayakan Sarana dan Peralatan
5) Pengujian Kondisi Lingkungan Kerja
c. Pengujian kelayakan peralatan, sarana dan instalasi
Pengujian peralatan sarana dan instalasi meliputi:
1) Sistem Ventilasi,
2) Sistem Penyanggaan,
3) Kestabilan Lereng,
VII - 9
PERUSAHAAN BATUBARA
4) Gudang Bahan Peledak
5) Penimbunan Bahan Bakar Cair
6) Kapal Keruk
7) Kapal Isap
8) Alat Angkut Orang, Barang, dan Material
9) Alat Angkat
10) Bejana Bertekanan
11) Instalasi Pipa
12) Pressure Safety Valve
13) Peralatan Listrik
d. Pengujian/penilaian kompetensi
Pengujian/penilaian kompetensi meliputi;
1) Penilaian kompetensi calon Kepala Teknik Tambang
2) Pengujian kompetensi Juru Ledak
3) Pengujian Kompetensi Juru Ukur
4) Pengujian Kompetensi Pengawas Operasional (POP; POM; POU)
5) Pengujian Kompetensi Juru Las (bekerja sama dengan pihak ke-3)
6) Pengujian Kompetensi Operator alat angkat (bekerja sama dengan pihak ke-3)
Pelaksanaan pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan bukan
hanya dilakukan oleh pemerintah pusat, tetapi juga dilaksanakan oleh Pemerintah
Provinsi (Dekonsentrasi) dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Desentralisasi).
Upaya dekonsentrasi pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi antara lain:
a. Melakukan supervisi terhadap pengawasan K3 dan keselamatan operasi
pertambangan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota :
VII - 10
PERUSAHAAN BATUBARA
1) Hasil Inspeksi
2) Hasil investigasi kecelakaan/kejadian berbahaya
3) Proses perizinan
4) Rekomendasi
b. Melakukan inventarisasi terhadap:
1) Statistik Kecelakaan
2) Pembelian dan Penggunaan dan stok bahan peledak
3) Jumlah dan jenis perizinan
Sedangkan upaya desentralisasi pengawasan K3 dan keselamatan operasi
pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain:
a. Kabupaten/kota melakukan pengawasan sesuai kewenangan sebagai daerah
otonom
b. Berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku serta juklak dan
juknis yang ditetapkan oleh pemerintah
c. Investigasi bersama daerah dan pusat untuk kecelakaan berakibat mati
C. Pembinaan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan
Berdasarkan Pasal 139 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, menteri melakukan
pembinaan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
kewenangannya. Oleh karena itu, pembinaan K3 dan keselamatan operasi yang
diberikan kepada aparat Dinas ESDM (Energi dan Sumberdaya Mineral)
Provinsi, Kabupaten/Kota antara lain:
1. Pemberian pedoman, standard pelaksanaan pengelolaan usaha pertambangan
2. Inspeksi bersama aparat dinas daerah dan pusat
3. Pemberian bimbingan dan konsultasi
4. Pendidikan dan pelatihan
VII - 11
PERUSAHAAN BATUBARA
Selain itu, berdasarkan Pasal 139 Ayat 4, UU No. 4 Tahun 2009, menteri,
gubenur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya bertanggungjawab
melakukan pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang
dilakukan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan
Rakyat (IPR), atau IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Oleh karena itu,
pembinaan K3 dan keselamatan operasi yang diberikan kepada pemegang IUP,
IPK dan IUPK antara lain:
1. Pemberian pedoman, standard pelaksanaan pengelolaan usaha pertambangan
2. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi
3. Pendidikan dan pelatihan
Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa Inspektur Tambang memiliki
peran yang sangat vital dalam pengawasan K3 dan keselamatan operasi
pertambangan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap inspektur tambang adalah hal
yang mutlak harus dilaksanakan. Pembinaan yang dilakukan terhadap inspektur
tambang antara lain:
1. Diklat Pra Jabatan IT
Merupakan pembinaan yang dilakukan sebagai syarat pengangkatan
untuk menjadi IT, antara lain:
a. Diklat Pengawas Pengusahaan Pertambangan bagi Aparat Dinas
Pertambangan
b. Diklat Praktik Pelaksana Inspeksi Tambang
2. Diklat Dalam Jabatan IT
Merupakan pembinaan yang dilakukan setelah dan saat menjadi IT,
antara lain:
a. Diklat (Pendidikan dan Latihan) ke luar negeri kerjasama dengan pihak
luar, seperti Diklat K3 Tambang Dalam di Tambang Ikheshima Jepang,
kerjasama dengan J-Coal
VII - 12
PERUSAHAAN BATUBARA
b. In house training kerjasama dengan pihak luar, seperti J-Coal, Teknik
Tambang ITB, dan lain - lain.
c. Magang di perusahaan tambang
D. Risiko dan Kerugian Akibat Terhentinya Operasional
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, salah satu karakteristik
industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko
yang besar. Top risk yang ada di tambang terbuka secara umum adalah :
1. Longsor
2. Interaksi anatar Light Vehicle&Dump Truck
3. Interaksi antara kendaraan ringan dan peralatan bergerak
4. Loading dan Dumping
5. Pembersihan bagian tepi bench(Lereng tambang)
6. Penanganan kabel shovel elektrik dan drill
7. Pemindahan drill jarak jauh
8. Blasting, fly rock, vibration, dan air blast
9. Pengangkatan dan Pendongkrakan
10. Sumber-sumber energi berbahaya
11. Bekerja di ketinggian
12. Permesinan dan peralatan
Sedangkan top risk yang ada di tambang bawah tanah secara umum adalah:
1. Pekerjaan high bomb di draw point
2. Pemasangan steel sets
3. Pekerjaan penarikan ore
4. Pekerjaan mengebor dengan jack leg
5. Kejatuhan batu
6. Pekerjaan diamond drill
VII - 13
PERUSAHAAN BATUBARA
7. Pengambilan ore basah dari draw point
8. Pekerjaan yang membutuhkan LOTO
9. Falling from high elevation
10. Mengganti belt conveyor, liner feeder
11. Kebakaran tambang dalam
12. Runtuhnya panel
13. Peledakan pada chute yang menggantung
14. Pejalan kaki didaerah truck haulage
15. Bahaya jatuh pada pekerjaan alimak raise
16. Terjepit dan terpukul oleh sesuatu
17. Bekerja disekitar lubang bukaan
18. Pekerjaan pemasangan alimak raise climber
19. Pemasangan pipa air dan angin
20. Bahaya batu terbang disekitar feeder
Risiko – risiko tersebut apabila tidak dikelola dan dikendalikan dengan
baik dapatmengakibatkan kecelakaan, penyakit akibat kerja, kejadian berbahaya,
atau terhentinya proses operasional yang mengakibatkan kerugian yang sangat
besar.
E. Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada wilayah kerja PT.
Sembarang Batubara antara lain terdiri dari :
1. Unit Mobil Pemadam Lebakaran.
2. Ruang Isolasi dan Pemulihan Pegawai.
3. Puskesmas atau Gedung Kesehatan Pegawai.
4. Safety Shoes dan SafetyHelm
5. Kebersihan Lingkungan Lokasi Kerja Tambang
VII - 14
PERUSAHAAN BATUBARA
6. Fasilitas Pendukung lainnya.
F. Langkah- Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
Secara umum langkah-langkah pelaksanaan K-3 Pertambangan adalah
sebagai berikut :
1. Mencatat dan melaporkan setiap kecelakaan atau kejadian yang berbahaya,
kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan, menganalisa
kecelakaan dan pencegahan kecelakaan.
2. Memberikan penerangan dan petunju-petunjuk mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan
pertemuan-pertemuan, ceramah, diskusi, pelatihinspeksi rut an dan lain-lain.
3. Melakukan inspeksi rutin ke tempat-tempat kerja di tambang dalam
melaksanakan fungsinya
4. Laporan Realisasi pelaksanaan pengelolaan K-3 tersebut disampaikan setiap
(tiga) bulan sekali.
VII - 15
PERUSAHAAN BATUBARA
TABEL VIII. 2
LANGKAH - LANGKAH PELAKSANAAN K3 PERTAMBANGAN
PT. SEMBARANG BATUBARA
No Kegiatan Uraian
1 Patroli Keamanan a. Implementasi angan peninjauan atau
pengecekan untuk mengantisipasi
kekurangan dan kondisi yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan
pemberhentian dan peringatan atau
menyarankan jika terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan peraturan K-3
c. Melaporkan secara lisan atau tertulis ke
supervisor dari pelanggar peraturan.
2 Inspeksi keamanan a. Cek kondisi dari alat pemadam api
b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama
dan lokasi kerja
3 Diskusi masalah
keselamatan
a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam
kerja
b. Diskusi pagi dengan karyawan
4 Kampanye keselamatan a. Implementasi pengutamaan keselamatan
pada setiap tingkat pekerjaan yang
dilakukan dengan system pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan
VII - 16
PERUSAHAAN BATUBARA
yang diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
5 Pelindung keamanan a. Memonitor pemakaian
b. Cek dan melengkapi pelindungan
keselamatan pada alat-alat
c. Cek dan melengkapi rambu-rambu
6 Pemilihan operator a. Cek jenis peralatan
7 Laporan keselamatan kerja a. Laporan kecelakaan
b. Laporan bulanan
c. Laporan pelatihan
G. Aspek Dampak Lingkungan
1. Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Penting
Kegiatan penambangan batubara tersebut akan menimbulkan dampak,
baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap komponen lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini akan terjadi pada tahap persiapan,
operasi, dan pasca tambang. Dampak yang telah ditelaah akan dikonsentrasikan
pada dampak penting yang dikaitkan dengan sebab dan akibat dampak, sifat dan
karakteristik dampak, serta luas dan pola penyebaran dampak.
Dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan penambangan batubara ini
akan mengakibatkan perubahan terhadap rona lingkungan awal, sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah :
1). Geofisik - Kimia
Meliputi iklim mikro, kualitas udara, bentang alam, erosi, kualitas air
sungai dan air tanah, perubahan fungsi lahan struktur dan tekstur tanah
serta kesuburannya.
VII - 17
PERUSAHAAN BATUBARA
2). Biologi
Meliputi vegetasi hutan, vegetasi binaan (kebun), satwa liar yang berada pada
wilayah yang akan dibuka, serta dilokasi pengolahan, biota perairan di perairan
sungai Muara Enim.
3). Sosial Ekonomi
Meliputi kesempatan kerja, kegiatan ekonomi masyarakat, tersedianya fasilitas
yang dapat dimanfaatkan masyarakat serta persepsi masyarakat, kesehatan
masyarakat.
4). Sosial Budaya
Yaitu perubahan budaya dan pembauran etnis atau budaya.
b. Tahap Operasi
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah :
1). Geofisik - Kimia
Meliputi bentang alam, erosi dan pelumpuran, kelongsoran pada jenjang
tambang dan timbunan tanah penutup, kualitas udara, kualitas air sungai dan air
tanah.
2). Biologi
Meliputi Hutan produksi, vegetasi binaan, satwa liar, dan biota perairan di
perairan sungai Muara Enim.
3). Sosial Ekonomi
Meliputi kesempatan kerja, kegiatan ekonomi masyarakat, tersedianya fasilitas
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta persepsi masyarakat, kesehatan
masyarakat di daerah Muara Enim dan sekitarnya.
4). Sosial Budaya
Meliputi perubahan sikap budaya, pembauran budaya, dan toleransi budaya
terutama di desa sekitar wilayah Muara Enim.
VII - 18
PERUSAHAAN BATUBARA
c. Tahap Pasca Operasi
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah :
1). Fisik - Kimia
Yaitu menurunkan intensitas dampak terhadap bentang alam, erosi dan
pelumpuran, kualitas udara, kualitas tanah dan kepadatan transportasi
batubara.
2). Biologi
Yaitu berkurangnya gangguan terhadap hutan pada lahan tambang dan
pulihnya habitat fauna darat serta habitat biota air.
3). Sosial Ekonomi
Yaitu kejadian pemutusan hubungan kerja, menurunnya aktifitas ekonomi
masyarakat, serta permasalahan sosial lainnya.
2. Dampak Komponen Kegiatan Penambangan
Setiap tahap kegiatan penambangan batubara, diperkirakan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang terjadi berdasarkan tahapan
kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
1) Pembebasan Lahan.
2) Pembersihan Lahan.
3) Pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan pembuatan jalan
tambang, penyiapan permukaan kerja tambang, pembangunan instalasi
“Crushing” batubara.
4) Mobilitas alat berat.
5) Penerimaan tenaga kerja.
b. Tahap Operasi
1) Pengupasan tanah pucuk (overburden)
2) Penggalian, pemindahan, dan penimbunan tanah penutup.
VII - 19
PERUSAHAAN BATUBARA
3) Penggalian batubara
4) Penimbunan kembali tanah penutup pada lubang tambang.
5) Reklamasi dan revegetasi pada setiap blok penambangan.
6) Pengangkutan batubara dari tambang menuju pelabuhan.
7) Peremukan batubara didaerah pelabuhan.
8) Penimbunan batubara hasil peremukan
9) Pengapalan batubara di dermaga Sungai Muara Enim.
10) Pengangkutan batubara dari dermaga ke laut lepas.
c. Tahap Pasca Operasi
1) Penutupan tambang.
2) Reklamasi tambang.
3) Pemutusan hubungan kerja (PHK).
4) Pemindahan sarana tambang.
5) Pemanfaatan bangunan dan sarana tambang.
Dampak negatif dari kegiatan penambangan terbuka batubara terhadap
komponen lingkungan, diuraikan sebagai berikut :
a. Perubahan Topografi
Akhir kegiatan penambangan batubara dapat menimbulkan berbagai
perubahan yaitu perubahan topografi didaerah tambang. Penambangan batubara
akan membuat lubang, karena penambangan akan mengupas dan menggali lapisan
penutup. Meskipun penimbunan lapisan penutup yang direncanakan akan
dilakukan dengan cara backfilling, penambangan akan meninggalkan bentuk
topografi yang berbeda dari keadaan awal. Bentuk akhir dari penambangan
biasanya meninggalkan sebuah sisa penggalian yang tidak tertimbun.
b. Kualitas Udara
Pengangkutan batubara dari lokasi penambangan di Sungai Muara Enim
dapat meningkatkan debu dan kebisingan, dampaknya dapat dirasakan oleh pekerja
VII - 20
PERUSAHAAN BATUBARA
dilokasi tempat proyek dan juga penduduk yang tinggal disepanjang jalan angkut.
Peningkatan debu terutama terjadi pada musim kemarau. Peningkatan kadar debu
akan menyebabkan gangguan terhadap penduduk dan juga tertumbuhan yang hidup
disepanjang jalan angkut.
c. Kualitas Air Permukaan dan Biota Air.
Aliran air permukaan pada lahan terbuka akan mengerosi permukaan tanah,
timbunan tanah penutup dan stockpile batubara. Keadaan ini dapat menyebabkan
sedimentasi dan pendangkalan sungai disekitar lokasi penambangan. Kegiatan
penambangan batubara dapat menurunkan kualitas air permukaan sungai.
Peremukan, penimbunan, dan pengapalan batubara di dermaga atau stockpile dapat
menurunkan kualitas air permukaan sungai.
d. Penurunan Kesuburan Tanah dan Erosi
Pengupasan tanah penutup atau pucuk (overburden) akan menimbulkan
dampak penurunan kesuburan tanah dan peningkatan erosi. Secara fisik,
pengupasan tanah mengakibatkan lapisan tanah tidak berprofil dan mengalami
pemadatan oleh kegiatan alat - alat berat. Hilangnya lapisan tanah penutup atau
tanah pucuk mengakibatkan perubahan unsur - unsur hara tanah sehingga
menciptakan ketidaksesuaian bagi pertumbuhan jenis tanaman local. Berkurangnya
vegetasi penutup tanah dan lapisan tanah pucuk akan meningkatkan laju erosi tanah
karena hilangnya bahan - bahan organik tanah. Pemindahan lapisan penutup serta
penggalian batubara menimbulkan dampak perubahan bentuk lahan berupa lubang
- lubang bekas galian tambang dan bukit - bukit bekas timbunan tanah penutup.
e. Penurunan keanekaragaman flora dan fauna darat
Penurunan keanekaragaman flora dan fauna darat dapat terjadi terutama di
daerah penambangan yang berada pada hutan produksi.oleh karena itu aktifitas
penambangan seperti pembersihan lahan, mobilisasi peralatan, pembuatan jalan,
pembangunan saran dan prasarana penunjang,akan menyebabkan menurunnya
VII - 21
PERUSAHAAN BATUBARA
keanekaragaman flora terutam jenis pohon yang berada dalam vegetasi hitan.
Dengan terbukanya hutan,habitat satwa liar menjadi terganggu sehingga dapat
menurunkan keanekaragamannya.
f. Masalah Sosialdan Perekonomian Masyarakat
Kegiatan penambangan akan menarik penduduk sekitar dan penduduk
pendatang. permasalahan yang mungkin timbul anatara lain friksi sosial
budaya,tuntunanpeluang kerja,ganti rugi lahan,keamanan. Pelepasan tenaga kerja
setelah proyek berakhir akan berdampak terhadap sumber mata pencaharian dan
pendapatan, selanjutnya akan terjadi peningkatan pengangguran.
g. Kesehatan Masyarakat
Kegiatan penambangan batubara dapat berpengaruh terhadap kesehatan
penduduk terutama yang berlokasi di sepanjang jalan angkut. Penurunan kualitas
air juga dapat mengganggu kesehatan penduduk yang menggunakan air sungai
sebagai sumber air untuk kehidupannya.
Top Related