1. I. Pendahuluan Salah satu bentuk sediaan steril adalah
injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang
diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke
dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral
memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu
kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus
memiliki kemurnian yang dapat diterima. Aminofilin diindikasikan
untuk asma bronkial dan untuk bronkospasme reversible yang
berhubungan dengan bronkhitis kronik dan emfisema. Obat-obat xantin
terutama teofilin dan bahan-bahan yang berhubungan dengan teofilin
merupakan bronkodilator yang paling banyak digunakan untuk
bronkospasme reversibel sedang atau berat. Juga memperbaiki
pertukaran pernafasan dengan speningkatan kontraktilitas diafragma.
II. Defenisi Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis
steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih
lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik. III.
Rute-rute Injeksi 1. Parenteral Volume Kecil
2. a.Intradermal Istilah intradermal (ID) berasal dari kata
"intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif,
lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-
betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan
dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan
sensitivitas terhadap mikroorganisme. b.Intramuskular Istilah
intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute
intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal
daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
c.Intravena Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena.
Ketika tidak ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi
dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir
sekejap. d.Subkutan Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan
di bawah kulit. Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai
perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikit daripada
yang diberikan dengan IV atau IM. e. Rute intra-arterial;
disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute
intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
f. Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan
ketika kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal
jantung.
3. g. Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan
khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam
pengobatan trigeminal neuroligia. h. Intraspinal; injeksi ke dalam
kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah
lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia. i.
Intraperitoneal dan intrapleural ; Merupakan rute yang digunakan
untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk
pemberian larutan dialisis ginjal. j.Intra-artikular Injeksi yang
digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi
secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
k.Intrasisternal dan peridual ; Injeksi ke dalam sisterna
intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya merupakan
cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.
l.Intrakutan (i.c) Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam
epidermis di bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk
memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau
vaksin. m. Intratekal Larutan yang digunakan untuk menginduksi
spinal atau anestesi lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang
subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk
mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam
serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis
dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak
atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.
4. 2. Parenteral Volume Besar Untuk pemberian larutan volume
besar, hanya rute intravena dan subkutan yang secara normal
digunakan. a.Intravena Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis
cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan
banyak digunakan IV daripada melalui SC, (2) cairan volume besar
dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek sistemik dapat
segera dicapai; (4) level darah dari obat yang terus-menerus
disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena
untuk pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat
disiapkan. Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan
kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam
sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam
jumlah besar; (2) perkembangan potensial trombophlebitis; (3)
kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan
atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan berair.
b.Subkutan Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah
alternatif ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan
volume besar secara relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus
diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan rute intravena,
absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan, jenis
cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan
isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya. IV. Keuntungan
injeksi 1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila
diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik
seperti gagal jantung, asma, shok.
5. 2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak
efektif secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran
pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik. 3. Obat-obat
untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus
diberikan secara injeksi. 4. Bila memungkinkan, terapi parenteral
memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus kembali untuk
pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak
dapat menerima obat secara oral. 5. Penggunaan parenteral dapat
menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada
gigi dan anestesi. 6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang
diperpanjang, bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid
periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin
periode panjang secara i.m. 7. Terapi parenteral dapat memperbaiki
kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan elektrolit. 8. Bila
makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total
diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral. 9. Aksi obat
biasanya lebih cepat. 10.Seluruh dosis obat digunakan. 11. Beberapa
obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif
ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara
parenteral. 12. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara
oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan secara intravena,
misalnya larutan kuat dektrosa.
6. 13. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian
intravena dapat menyelamatkan hidupnya. V. Kerugian Injeksi 1.
Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian
rute lain. 2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang
cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit
tidak dapat dihindari. 3. Obat yang diberikan secara parenteral
menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya. 4. Yang
terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan
parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain. 5.
Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh
pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk
pemakaian i.v. 6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat
dibutuhkan untuk mengatur dosis. 7. Sekali digunakan, obat dengan
segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas
terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit
untuk dikembalikan lagi. 8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit
membutuhkan perhatian sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk
ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada
bagian yang diinjeksikan. VI. Komposisi Injeksi 1. Bahan aktif 2.
Bahan tambahan
7. a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk
bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan
sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,
Monotiogliseril, Tokoferol. b. Bahan antimikroba atau pengawet :
Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol, Metakreosol,
Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p- hidroksibenzoat,
Propil p-hidroksibenzoat, Fenol. c.Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d.Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA). e.Gas
inert : Nitrogen dan Argon. f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven)
: Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen glikol,
Lecithin g.Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h.Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl i.Bahan pelindung :
Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia. j.Bahan
penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin. 3. Pembawa
a.Pembawa air b.Pembawa nonair dan campuran o Minyak nabati :
Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen o
Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol,
Polietilenglikol 300.
8. VII. Syarat-syarat Injeksi 1. Bebas dari mikroorganisme,
steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah kondisi yang
kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).
2.Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik
lainnya. 3.Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang
tidak larut. 4.Sterilitas 5.Bebas dari bahan partikulat 6.Bebas
dari Pirogen 7.Kestabilan 8.Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan
darah. VIII. Wadah Injeksi Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi
yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis tunggal yang
paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya dari
1-100 ml. pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya
berupa vial serum atau botol serum. Kapasitas vial serum 1-50 ml,
bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan. Ditutup
dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol
tipe army dengan kisaran ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut
yang lebar dimana ditutup dengan penutup karet spiral. Labu atau
tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk
cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis. 1. Gelas Gelas
digunakan untuk sediaan parenteral dikelompokkan dalam tipe I, Tipe
II, dan Tipe III (tabel 8). Tipe I adalah mempunyai derajat yang
paling tinggi,
9. disusun hampir ekslusif dan barosilikat (silikon dioksida),
membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam dan basa
yang ekstrim. Gelas tipe I, meskipun paling mahal, ini lebih
disukai untuk produk terbanyak yang digunakan untuk pengemasan
beberapa parenteral. Gelas tipe II adalah gelas soda-lime (dibuat
dengan natrium sulfit atau sulfida untuk menetralisasi permukaan
alkalinoksida), sebaliknya gelas tipe III tidak dibuat dari gelas
soda lime. Gelas tipe II dan III digunakan untuk serbuk kering dan
sediaan parenteral larutan berminyak. Tipe II dapat digunakan untuk
produk dengan pH di bawah 7,0 sebaik sediaan asam dan netral. USP
XXII memberikan uji untuk tipe-tipe gelas berbeda. Formulator harus
mengetahuidan sadar bahwa masing-masing tipe gelas adalah berbeda
dan level bahan tambahannya (boron, sodium, potassium, kalsium,
besi, dan magnesium) yang berefek terhadap sifat kimia dan fisika.
Oleh karena itu, formulator sebaiknya mempunyai semua informasi
yang diperlukan dari pembuatan gelas untuk memastikan bahwa
formulasi gelas adalah konsisten dan dari batch dan spesifikasi
bahan tambahan adalah konsisten ditemukan. Gelas untuk parenteral
volume kecil Tabel 8 Tipe Definisi Umum Test USP Batas Ukuran (ml)
ml 0,02 N asam I Paling resisten, gelas borosilikat Gelas serbuk
Semua 1,0 II Gelas dibuat dari soda lime Attack water 100 atau
kurang lebih 100 0,7 0,2 III Gelas soda lime Gelas serbuk Semua 8,5
IV Gelas soda lime- tujuan umum Gelas serbuk Semua 15,0 Wadah gelas
ambar digunakan untuk produk yang sensitif terhadap cahaya. Warna
ambar dihasilkan dengan penambahan besi dan mangan
10. oksida untuk formulasi gelas. Namun demikian, dapat leach
ke dalam formulasi dan mempercepat reaksi oksidasi. 2. Karet
Formulasi karet digunakan dalam sediaan parenteral volume kecil
untuk penutup vial dan catridge dan penutup untuk pembedahan.
Formulasi ini betul- betul kompleks. Tidak hanya mereka mengandung
basis polimer karet, tetapi juga banyak bahan tambahan seperti
bahan pelunak, pelunak, vulkanishing, pewarna, aktivator dan
percepatan, dan antioksidan. Banyak bahan-bahan tambahan ini tidak
dikarakteristikkan untuk isi atau pemurnian dan dapat bersumber
dari masalah degradasi fisika dan kimia dalam produk parenteral.
Seperti gelas, formulator harus bekerja dengan tertutup dengan
pembuat karet untuk memilih formulasi karet yang tepat dengan
spesifikasi tetap dan karakteristik untuk mempertahankan kestabilan
produk. Paling banyak polimer karet digunakan dalam penutup sediaan
parenteral volume kecil adalah alami dan butil karet dengan silikon
dan karet neopren digunakan jarang. Butil karet lebih disukai
karena ini diinginkan sedikit bahan tambahan, mempunyai penyerapan
uap air rendah (oleh karena itu, baik untuk serbuk kering steril
sensitif terhadap kelembaban) dan sifat sederhana dengan
penghormatan penyerapan gas dan reaktivitas dengan produk
farmasetik. Masalah dengan penutup karet termasuk leaching bahan ke
dalam produk, penyerapan bahan aktif atau pengawet antimikroba oleh
elastomer dan coring karet oleh pengulangan insersi benang. Coring
menghasilkan partikel karet yang berefek terhadap kualitas dan
keamanan potensial produk. Silikonisasi penutp karet adalah umum
dilakukan untuk memfasilitasi pergerakan karet melalui peralatan
sepanjang proses dan peletakan ke dalam vial. Akan tetapi, silikon
tidak bercampur dengan obat hidrofilik, khususnya protein. Kontak
yang luar biasa dengan karet tersilikonisasi dapat menghasilkan
agregasi protein. Pembuatan elastomer mempunyai perkembangan
formulasi
11. yang tidak menginginkan penggunaan silikon untuk
menggunakan dalam operasi produksi kecepatan tinggi. 3. Plastik
Pengemasan plastik adalah sangat penting untuk bentuk sediaan mata
yang diberikan oleh botol plastic fleksibel, orang yang
bersangkutan memeras untuk mengeluarkan tetesan larutan steril,
suspensi atau gel. Wadah plastic parenteral volume kecil lain dari
produk mata menjadi lebih luas dipakai karena pemeliharaan harga,
eliminasi kerusakan gelas dari kenyamanan penggunaan. Seperti
formulasi karet, formulasi plastik dapat berinteraksi dengan
produk, menyebabkan masalah fisika dan kimia. Formulasi plastik
adalah sedikit. Kompleks daripada karet dan cenderung mempunyai
potensial lebih rendah untuk bahannya. Paling umum digunakan
plastik polimer untuk sediaan mata adalah polietilen densitas
rendah. Untuk sediaan parenteral volume kecil yang lain, formulasi
polyolefin lebih luas digunakan sebaik polivinil klorida,
polipropilen, poliamida (nilon), polikarbonat dan kopolimer
(seperti etilen-vinil asetat). Tabel 9- Komponen karet Dapat
Diautoklaf Digunakan Dalam Sediaan Parenteral Volume Kecil Tipe
Bahan Tambahan Penyerapan Uap Air Reaksi Potensial Dengan Produk
Butil Sederhana Rendah Sederhana Natural Tinggi Sederhana Tinggi
Neupren Tinggi Sederhana Tinggi Polisopren Tinggi Sederhana
Sederhana Silikon Sederhana Sangat tinggi Rendah 4. Container /
wadah Tipe wadah yang paling umum digunakan untuk sediaan
parenteral volume kecil adalah gelas atau vial polietilen dengan
penutup karet dan besi.
12. Gelas ampul digunakan paling banyak untuk sistem pengemasan
parenteral volume kecil, tetapi jarang digunakan sekarang karena
masalah aprtikel gelas ketika leher ampul dibuka. Masing-masing
pembedahan dan wadah catridge mempunyai peningkatan popularitas dan
penggunaan karena kenyamanan mereka dibandingkan vial dan ampul.
Vial dan ampul menginginkan kemunduran produk dari kemasan.
Injeksi, sebaliknya produk-produk dalam pembedahan dan catridge
adalah siap untuk diberikan. Keduanya digunakan untuk parenteral
volume besar (LVP). Wadah plastik digunakan untuk penggunaan produk
mata. Salep dengan tube logam digunakan untuk kemasan salep mata
steril. IX. Cara Penyegelan Ampul Ampul dapat ditutup dengan
melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga membentuk segel
penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan
sebagian gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan
menutup bagian yang terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan
leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya kemudian
menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapat diputar
sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup. X.Cara Pengisian
Ampul. Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah
penting karena lubangnya kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam
ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak cukup jauh untuk
masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul. Jarum harus
dikeluarkan dari ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding
primer dari leher ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah
pengurangan dan pengotoran jika ampul disegel.
13. INJEKSI 1. Definisi Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas
dalam wadah 100 ml atau kurang 2. Penggolongan injeksi (menurut
Lachman) : 1 Intramuskular : Di bagian otot relaksasi 2. Intravena
: Pada vena yg tampak jelas 3. Subkutan : jaringan longgar di bawah
kulit (dermis) dan bagian tubuh yang sedikit lemaknya. 4.
Intraperitonial/ intra-abdominal : rongga peritonial atau langsung
ke dalam organ- organ abdominal seperti hati, ginjal, atau kandung
kemih 5. Hipodermoklisis : Sama dgn SC, yaitu disuntikkan ke dalam
jaringan yang longgar di bawah kulit (dermis) dan pada bagian tubuh
yang sedikit lemaknya. 6. Intrakardiak : bilik jantung 7.
Intrasisternal : rongga sisternal sekeliling dasar otak 8.
Intrakutan/ intradermal : Injeksi dilakukan ke dalam kulit.
Biasanya diberikan di permukaan anterior lengan depan. 9.
Intratekal : kantung lumbar (rongga sum-sum tulang belakang) yang
terletak di ujung kaudal dari spinalis cordata 10. Intrauterin
:Injeksi yang dilakukan ke dalam uterus pada keadaan hamil 11.
Intraventrikular : Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga-rongga
sisi otak. 12. Intra-arterial : Langsung ke dalam arteri 13.
Intra-artikular : Ke dalam cairan sinovial pada persendian 14.
Intralesional : Langsung ke dalam atau di sekitar luka 15.
Intra-okular : Ke dalam mata a. Subkonjungtiva : Di bawah kapsul
Tenon, di dekat mata b. Intrakameral/ intravitreal : Ke dalam
vitreous humour c. Retrobulbar : Di sekitar bagian posterior dari
bola mata d. Anterior chamber : Langsung pd arterior chamber
14. 16. Intrapleural : Ke dalam rongga selaput dada 3.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Injeksi Keuntungan Dapat dicapai
efek fisiolgis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (Jantung
berhenti) untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral
(tidak tahan asam lambung) Baik untuk penderita yang tidak
memungkinkan mengkonsumsi oral (Sakit jiwa atau tidak sadar)
Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk
mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan
Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada
kedokteran gigi/anastesiologi Pengobatan parenteral merupakan salah
satu cara untuk mengoreksi ganggun serius cairan dan keseimbangn
elektrolit Kerugian harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
waktu pemberian lebih lama Pemberian obat secara parenteral sangat
berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada
lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari Bila obat
telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada
dalam sirkulasi sistemik Harganya relatif lebih mahal Masalah lain
dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti
septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran
sediaan parenteral dan interaksi obat Persyaratan sediaan
parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikel partikulat,
bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus
disadari oleh semua personel yang terlibat. STERILISASI SEDIAAN
INJEKSI I. PENDAHULUAN Sterilisasi adalah proses yang dirancang
untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan
sterill adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Konsep
15. ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai
konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas
dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis
angka kematian mikroba. Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang
terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang
dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang
juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena
total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul
dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka
cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul
gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum
untuk pemakaian peroralia Ampul merupakan wadah takaran tunggal
sehingga penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari
bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka
terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan
gelas berwarna coklat tua. a. LATAR BELAKANG Produk steril adalah
sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral
mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang
unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini
disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh.
karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang
paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut
harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan
harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua
komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini
harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. II. PEMBAHASAN
Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak
tahun 1660, meskipun demikian perkembangan pertama injeksi semprot
baru berlangsung pada tahun 1852, khususnya pada saat dikenalkannya
ampul gelas, untuk mengembangkannya bentuk aplikasi ini lebih
lanjut. Ampul gelas secara serempak dirumuskan oleh apoteker
LIMOUSIN (Perancis) dan FRIEDLAENDER (Jerman) pada tahun 1886.
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput
lender. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan
secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya
hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak
biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan timbul
rasa sakit dan iritasi. Jaringan otot mentolerasi minyak dan
partikel-partikel yang tersuspensi cukup baik, di dalam minyak
sehingga jaringan tersebut merupakan satu-satunya rute yang
biasanya cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak Hal-hal yang
perlu diperhatikan antara dalam keadaan:
16. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal Tidak
perlu isotonis Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan
terlebih dahulu dengan alkohol 70 % Buret dibilas dengan larutan
obat sebelum diisi. a. Persyaratan dalam larutan injeksi : Kerja
optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan
secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut
terpenuhi : - Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di
dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan
efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan
sebagainya. - Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya
memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya
antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah. - Tersatukan
tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling
menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara
fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang. b.
Intravena Merupakan larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak
menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml
sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila
larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi
intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel
padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian.
Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan
jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. Pemberian obat
intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi
biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh
pemerian lewat IV. Syarat pemerian obat secara IM : dapat berupa
larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air
lebih cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak.
dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka tempat
penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan
pembuluh-pembuluh darah utama. pada orang dewasa, tempat yang
paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat bagian
atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit dan
komponen utama adalah lemak, Bukan otot tempat suntikan lebih baik
dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf
radial. Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5
mili, bila disuntuikan didaerah glutel dan 2 ml bila di deltoid. c.
Beberapa contoh Injeksi 1. Injeksi Antibiotik untuk Meningitis
Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan
bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ini
adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis, Streptococcus pneumoniae,
17. Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat
menyebabkan meningitis antara lain: virus coxsackie, virus
gondongan dan virus koriomeningitis limfositik. Ampisilin merupakan
salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati
meningitis. Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk
meningkatkan aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5
gr 3gr kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan
perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg kombinasi tersebut
larut dalam 1 ml air. Sehingga bentuk sediaan yang dipakai adalah
ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada air pada
waktu yang lama. 2. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam
Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk
serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan
airr sesaat sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang
dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat
anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak stabil untuk
disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air
maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk
dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan
pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat
tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi
stabil bila disuspensi. Suspensi kering dibuat dengan granulasi
maupun tanpa granukasi. Granulasi adalah suatu metode yang
memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir
serbuk. Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya : o Dalam bentuk
dan warana yang sedapat mungkin teratur o Memiliki sifat alir yang
baik o Tidak terlalu kering o Hancur baik dalam air o Menunjukkan
kekompakan mekanis yang memuaskan 3. Injeksi Oxytocin
(Intramuskular) Oksitosin (k's-t'sn) (bahasa Yunani: "kelahiran
cepat") adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang
kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah
dalam membantu proses kelahiran. Injeksi oksitosin adalah larutan
steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon
polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan kontraksi otot
rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan
sintesis atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria
hewan peliharaan sehat yang biasa dimakan. 4. Injeksi Vitamin C
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam
kondisi tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan
defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera diberikan
suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk
sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan
pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C
18. dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun
pemmberian secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat
suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat,
tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan 5.
Injeksi Digoksin ( Intravena ) Injeksi Digoxin adalah larutan
steril digoksin dalam pelarut yang sesuai. Digoksin merupakan
glikosida kardiotonik yang diperoleh dari daun Digitalis lanata.
Digoksin, manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena
efek peningkatan kontraktilitas jantung, sehingga menyebabkan
peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang dan akan
mengurangi gejala bendungan. Selain itu juga menyebabkan
perlambatan denyut ventrikel dan fibrilasi dan flutter atrium,
namun pada dosis toksik dapat menimbulkan aritmia. Injeksi digoksin
dibuat dalam bentuk suspensi, karena digoksin merupakan zat aktif
yang tidak larut dalam air. Agar larut dan stabil maka digunakan
zat tambahan yaitu suspending agent. Suspending agent yang
digunakan adalah CMC Na (Carboxymetylcellulosa natrium) dengan
konsentrasi 0,05 0,75 %, digunakan dalam konsentrasi yang rendah
agar dapat bercampur dengan darah dan tidak menghambat aliran
darah. Zat pengisotonis tidak digunakan dalam sediaan ini karena
voleme sediaan kecil yaitu 1 ml. Zat pengawet juga tidak digunakan
karena sediaan ini merupakan dosis tunggal. Sebelum dicampur dengan
suspending agent, digoksin digerus terlebih dahulu agar ukuran
partikelnya lebih kecil dan seragam sehingga lebih mudah
terdispersi dan tidak mengendap ketika digunakan. Rute pemberian
adalah secara intravena yang menimbulkan efek lebih cepat daripada
intramuscular atau subcutan karena digoksin merupakan obat jantung
yang efeknya harus cepat selain itu pemberian intramuscular dapat
menimbulkan nyeri yang hebat dan nekrosis. 6. Injeksi Klopromazin
(Intramuscular) Injeksi klorpromazin adalah sediaan larutan steril
yang mengandung klorpromazin hidroklorida dalam air injeksi yang
diberikan 7. Injeksi Anti Radang Anti Rematik Dexamethason
mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi. Dexamethason dibuat
sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek yang lebih cepat.
Wadah yang digunakan berbentuk ampul karena sediaan injeksi
dexamethason merupakan sediaan dosis tunggal dimana pemakaiannya
hanya untuk satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk menjaga
tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga. 8. Injeksi
Teofilin Cara sterilisasi : Aminofilin merupakan kompleks 2:1 dari
Teofilin dan etilendiamin Teofilin sebagai z.a untuk antiasma
Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks aminofilin yang
mudah larut dalam air Bentuk pemberian adalah injeksi iv yang
digunakan dalam wadah dosis tunggal ampul Tidak perlu ditambahkan
pengawet karena sediaan dalam wadah dosis
19. tunggal Sterilisasi akhir dengan autoklaf karena zat tetap
stabil pada pemanasan tinggi III. PENUTUPAN a. Kesimpulan
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan
steril. Secara tradisional keaadan sterill adalah kondisi mutlak
yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua
mikroorganisme hidup.Biasanya sterilisasi dapat dimasukkan kedalam
ampul yang hanya dapat digunakan hanya satu kali injeksi. Injeksi
adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender.
Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara
intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya hambatan
pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak biasanya
tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan timbul rasa
sakit dan iritasi Larutan injeksi mempunyai persyaratan tertentu .
Banyak macam-macam bahan injeksi yang dapat disterilisasi satu
diantaranya adalah injeksi teofilin sebagai obat anti asma b. Saran
Setiap bahan injeksi harus bebas dari mikroorganisme dan harus
disterilisasi terlebih dahulu karena dapat megakibatkan iritasi dan
demam. DAFTAR PUSTAKA www.wikipedia.com
http://pendahuluan-ampul.html
http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html
http://library.usu.ac.id/download/e-journal/MKN-mar2005-01.pdf
Bergabunglah dengan Multiply untuk mendapat pembaruan dari
Medissa
20. Halaman DepanCatatanBlogFotoMusikKalenderTinjauanPasar
Kutip pesan asli dadrumz 2010 Multiply Indonesian Perihal Blog
Syarat Privasi Perusahaan Iklankan Terjemahkan API Kontak Bantuan
Foto dari Medissa Pesan Pribadi Umpan RSS [?] Laporkan Pelanggaran
Tuliskan komentar di entri blog, untuk semuanya Kiri m pes an prib
adi