Sumber belajar menurut para ahli beserta 6 jenis sumber
belajar secara umumA. Pengertian Sumber Belajar
Menurut Association Educational Comunication and Tehnology AECT (As’ari, 2007) sumbr
belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah
siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar menurut AECT (Suratno, 2008) meliputi semua
sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan,
biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik dan tata tempat.
Sudjana (Suratno, 2008), menuliskan bahwa pengertian Sumber Belajar bisa diartikan secara
sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara
luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian sumber belajar menurut Ratno Dwi Joyo S.Pd.
- Secara sempit, yaitu buku atau bahan cetak lainnya.
- Secara luas, yaitu segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar.
Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, segala
sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
Menurut Ahmad Sudrajat Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Kesimpulan :
Jadi sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang
untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar
dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Secara umum sumber belajar dapat dikategorikan kedalam 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Pesan: informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain; dapat berbentuk ide, fakta, makna
dan data.
2. Orang: orang yang bertindak sebagai penyimpan dan menyalurkan pesan antara lain: guru,
instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan
sebagainya.
3. Bahan: barang-barang yang berisikan pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan;
1
kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian contohnya: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya.
4. Alat/ perlengkapan: barang-barang yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat
pada bahan misalnya: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis,
generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya.
5. Pendekatan/ metode/ teknik: prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan,
alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan pesan; misalnya: disikusi, seminar, pemecahan
masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan
sejenisnya.
6. Lingkungan/latar: lingkungan dimana pesan diterima oleh pelajar; misalnya: ruang kelas, studio,
perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Bagaimanakah Pengertian Belajar Menurut Para Ahli ?OPTION PERTAMA
Pengertian Belajar Menurut Para Ahli – Belajar menurut Anni (2004:4) merupakan proses
paling penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar
dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta
melalui proses tingkah laku. Belajar menurut Harun Nasution (2000:34) adalah sebagai perubahan
kelakuan berkat pengalaman dan latihan. R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya
Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: Belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
suatu situasi. Belajar menurut Darsono (2001:4) adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
2
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah yaitu suatu proses yang
menghasilkan suatu perubahan yang disebut sebagai hasil belajar.
OPTION KEDUAMenurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif
permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat
situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,
belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda
dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian
di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli - Media berasal dari kata “Medium”,
yang berasal dari bahasa latin “Medium” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media ini
mengarah pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk meneruskan suatu informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi.Pengertian Media Pembelajaran - Media merupakan suatu
wadah atau sarana dalam menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media adalah
segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. (Latuheru.
Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 11)
Banyak batasan-batasan yang diberikan dalam memberikan pengertian media. Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi Pendidikan atau Association of Education and Communication Technology (AECT)
membatasi media sebagai saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Batasan yang lain juga diberikan oleh Asosiasi pendidikan Nasional atau Education Association (NEA)
yang membatasi media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun Audio-Visual serta
peralatannya serta media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat dan dibaca. (Sadiman.
Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn dan Pemanfaatan. Jakarta : CV. Raja Wali .1984. Hlm 6)
Beberapa ahli telah memberikan batasan mengenai pengertian media, yaitu antara lain:
3
Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran disekolah. (Hamalik. Media Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. 1994. Hlm 12)
Danim menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap
yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan
peserta didik. (Sudarman, Danim. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,. 1995. Hlm 97)
Wildbur schraman menyebutkan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan instruksional.
Lislie. J. Briggs menjelaskan bahwa media adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi atau
isi pengajaran, seperti buku, film, slide dan lain-lain. (Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar.
Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197)
Heinich dkk mengatakan bahwa medium sebagai perantara mengantarkan informasi antara
sumber dan penerima pesan. (Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2002. Hlm
4)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Media merupakan wadah atau perantara pesan yang oleh sumber pesan atau pengaruhnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.
2. Materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional.
3. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan (anak didik).
(Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197-198)
Sebelum istilah media digunakan dan popular, dalam dunia pendidikan sudah berkembang kata
atau istilah yang bermakna sama yang sudah digunakan. Pertama dipakai istilah “alat peraga”
kemudian “Audio Visual Aids”, kemudian selanjutnya disebut “Instrucsional Materials” yang
akhirnya sekarang ini digunakan adalah “Media Pembelajaran”. Gagne dan Brings. (Latuheru.
Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 14) mengatakan
bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.
Sumber-Sumber Belajar dan Media InstruksionalA. Sumber belajar (learning resources)
Suatu pandangan yang keliru jika sumber belajar berarti di luar apa yang dimiliki guru, atau
siswa. Guru merupakan sumber belajar yang utama, yaitu dengan segala kemampuan, wawasan
keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat
diperoleh dari guru tersebut. Siswa, siswa memiliki sejumlah variasi aktivitas belajar, pengalaman
belajar, pengetahuan dan keterampilan, maka dalam konteks tertentu apa yang terdapat pada diri siswa
apat dijadikan sebagai sumber belajar dalam mempelajari suatu pengalaman-pengalaman belajar yang
4
baru. Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah,
sekitar sekolah bahkan di masyarakat, keluarga, di pasar, kota,desa, hutan dan sebagainya. Yang perlu
dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan
budaya mengajar guru atau pendidika itu sendiri.
1. Pengertian Sumber Belajar Menurut Ahli
Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah,‘segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Pendapat lain dikemukakan oleh
Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu ‘ berbagai atau semua
sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik
secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.’
Vernon S. Gerlach & Donald P. Ely (1971) menegaskan pada awalnya terdapat jenis sumber belajar
yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan, serta aktivitas.
a. Manusia
Manusia dapat dijadikan sebagai sumber belajar, peranannya sebagai sumber belajar dapat dibagi ke
dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah manusia atau orang yang sudah dipersiapkan khusus
sebagai sumber belajar melalui pendidikan yang khusus pula, seperti guru, konselor, administrator
pendidikan, tutor dan sebagainya. Kelompok Kedua yaitu manusia atau orang yang tidak dipersiapkan
secara khusus untuk menjadi seorang nara sumber akan tetapi memiliki keahlian yang mempunyai
kaitan erat dengan program pembelajaran yang akan disampaikan, misalnya dokter, penyuluh
kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.
b. Bahan
Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membawa pesan/ informasi untuk pembelajaran.
Baik pesan itu dikemas dalam bentuk buku paket, video, film, bola dunia, grafik, CD interaktif dan
sebagainya. Kelompok ini biasany disebut dengan media pembelajaran. Demikian halnya dengan bahan
ini, bahwa dalam penggunaannya untuk suatu proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi du
akelompok yaitu bahan yang didesain khusus untuk pembelajaran, dan ada juga bahan/media yang
dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan materi pembelajaran yang relevan.
c. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian belajar.
Lingkungan ini juga di bagi dua kelompok yaitu lingkungan yang didesain khusus untuk pembelajaran,
seperti laboratorium, kelas dan sejenisnya. Sedangkan lingkungan yang dimanfaatkan untuk
mendukung keberhasilan penyampaian materi pembelajaran, di antaranyai lingkungan museum, kebun
binatang dan sejenisnya.
d. Alat atau perlengkapan
5
Sumber belajar dalam bentuk alat atau perlengkapan adalah alat dan perlengkapan yang dimanfaatkan
untuk produksi atau menampilkan sumber-sumber belajar lainnya. Seperti TV untuk membuat
program belajar jarak jauh, komputer untuk membuat pembelajaran berbasis komputer, tape recorder
untuk membuat program pembelajaran audio dalam pelajaran bahasa Inggris, terutama untuk
menyampaikan informasi pembelajaran mengenai listening (mendengarkan), dan sejenisnya.
e. Aktivitas
Biasanya aktivitas yang dapat diajdikan sumber belajar adalah aktivitas yang mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran, di mana didalamnya terdapat perpaduan antara teknik penyajian dengan sumber
belajar lainnya yang memudahkan siswa belajar. Seperti aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati,
belajar tutorial, dan sejenisnya.
f. pesan
Pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, data, dan lain-
lain. Peserta didik dapat mengerti pelajaran yang diberikan oleh pembelajar/tutor tanpa harus bertatap
muka terlebih dahulu. Pesan dapat disampaikan melalui komponen lain dalam bentuk data atau fakta
yang dapat menunjukkan sebuah informasi yang dikehendaki oleh seseorang. Misalnya: seorang
pebelajar yang tidak dapat datang kesekolah tapi masih dapat mengerjakan tugas sekolah dengan
menerima pesan atau informasi yang diperoleh dari teman sekolahnya. Dengan demikian, proses
pembelajaran dapat terus berlangsung.
2. Jenis sumber belajar
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara
khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan
fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang
tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,
diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
3. Fungsi sumber belajar
Sumber belajar memiliki fungsi:
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan
membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru
dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)
mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan
6
program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar;
(b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran
yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan
pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang
mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar
untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa
4. Kriteria memilih sumber belajar
Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika memilih sumber belajar, yaitu:
1) Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).
2) Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
3) Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus pelaksanaannya.
4) Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.
5) Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa.
6) Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.
Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas
dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna.
B. Media instructional (media pembelajaran)
Media pembelajaran (media instructional) adalah sebuah alat atau sarana yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran yang dapat membantu pebelajar dalam memahami pesan yang disampaikan
oleh seorang pembelajar. Pada dasarnya media pembelajaran tersebut dapat berupa apa saja yang
memungkinkan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran
memiliki beberapa karakteristik dalam bentuk dan pemanfaatannya sesuai dengan maksud serta tujuan
dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
1. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari
berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran
7
yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik
media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera.
Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk
pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan
bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar
tertentu.
Media grafis
Semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbol-simbol
visual yang melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat
kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang
masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta
menggunakannya.
Media audio.
Media dalam kelompok ini berupa pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol auditif (verbal
dan atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Media audio memiliki
karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, pesan/program
dapat direkam dan diputar kembali kapan saja, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang
partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru.
Media proyeksi diam.
Media yang termasuk kelompok ini membutuhkan alat bantu dalam penyajiannya. Terkadang
media ini disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum
media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya
berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja),
terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis,
sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau
individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan
praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan
obyek/kejadian tertentu, dapat diulang-ulang, dihentikan, sesuai dengan kebutuhan.
Media permainan dan simulasi.
Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses
belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar
pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau
peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk
berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu
8
meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit
belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
Setiap jenis media memiliki karakteristiknya yang khas, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai
segi (misalnya dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya
oleh pemakai, menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera, dan petunjuk
penggunaannya untuk mengatasi kondisi pembelajaran). Secara umum media pembelajaran memiliki
tiga karakteristik atau ciri yaitu: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri
manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam
mengatasi masalah ruang dan waktu.; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media
mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan
kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian tersebut.
Kontribusi media dalam proses pembelajaran yang dikembangkan menurut (Kemp and Dayton, 1985)
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru berubah kearah yang lebih positif
2. Penggolongan Media Pembelajaran
Setiap jenis media pembelajaran memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing dalam
menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Agar peranan sumber dan media belajar dapat optimal
dan memudahkan para pendidik dalam memahami sifat media dan dalam memilih serta menentukan
media mana yang cocok untuk suatu topik pembelajaran maka media-media pembelajaran perlu untuk
dikelompokkan.
Terdapat berbagai cara dalam menggelompokkan media pembelajaran. Banyak cara dan metode
yang digunakan oleh para ahli media dalam mengelompokkan media. Menurut Setyosari &
Sihkabudden, 2005 (dalam Asyhar, 2010), media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam lima
katagori :
1. Pengelompokan berdasarkan ciri fisik media
Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu :
9
a. Media pembelajaran dua dimensi
Yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari satu arah pandangan saja. Media ini hanya
memiliki dimensi panjang dan lebar. Misalnya : grafik, peta, gambar, bagan, papan tulis dan lain-
lain.
b. Media pembelajaran tiga dimensi
Yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja. Media ini memiliki
dimensi panjang, lebar dan tinggi atau tebal. Sama dengan media dua dimensi, media tiga
dimensi juga tidak menggunakan media proyeksi dalam pemakaiannya. Misalnya bola, kotak,
meja, kursi, mobil, rumah, alat peraga dll.
c. Media pandang diam
Yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang hanya menampilkan gambar diam di layar
(statis). Misalnya foto, lukisan atau gambar.
d. Media pandang gerak
Yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang menampilkan gambar bergerak di layar,
termasuk televisi atau video recorder .
Gerlach dan Ely (1996) juga mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan ciri fisik
menjadi delapan tipe yaitu :
a. Real object and model misalnya orang, kejadian, objek atau benda tertentu.
b. Printed verbal, misalnya slide, transparansi, cetakan di papan tulis, majalah dan papan tempel.
c. Printed visuals, seperti bahan presentasi grafis, bagan, peta, grafik, diagram, lukisan, kartun dan
karikatur.
d. Still picture, misalnya potret dari berbagai macam objek atau peristiwa yang dapat
dipresentasikan melalui buku, film rangkai (trips film), slide atau majalah / koran.
e. Motion picture, yaitu film atau video tape dari pemotretan benda atau kejadian sebenarnya
maupun film dari pemotretan gambar (animasi).
f. Audio recorder, yaitu rekaman suara dari bahasa verbal maupun efek suara musik.
g. Programed instruction, yaitu pengajaran terprogram seperti sekuen dari informasi baik verbal,
visual atau audio yang sengaja dirancang untuk merangsang adanya respon dari pebelajar.
Termasuk yang diprogram melalui komputer.
h. Simulation, yaitu peniruan situsasi atau proses yang sengaja dirancang mendekati kejadian atau
keadaan sebenarnya.
2. Pengelompokan Berdasarkan Pengalaman Belajar
A. Menurut Edgar Dale
Dalam bukunya yang berjudul “Audio Visual Method in Teaching”, Edgar Dale (1969)
mengelompokan media pembelajaran berdasarkan jenjang pengalaman yang diiperoleh orang yang
10
belajar. Jenjang pengalaman ini disusun dalam bagan yang disebut Dale’s Cone of Experiences.
Jenjang pengalaman disusun secara urut menurut tingkat kekongkretan dan keabstrakkannya.
Pengalaman yang paling kongkret diletakkan pada dasar kerucut dan semakin tinggi semakin abstrak
B. Menurut Thomas
Thomas dalam Midun (2009) membagi media pembelajaran menjadi tiga kelompok yaitu :
1). Pengalaman langsung, yaitu pengalaman langsung yang dialami dalam suatu peristiwa maupun
hasil mengamati langsung atau objek sebenarnya.
2). Pengalaman tiruan adalah berupa tiruan atau model dari objek, tiruan dari situasi nyata melalui
dramatisasi atau sandiwara.
3). Pengalaman dari kata-kata yaitu berupa kata-kata lisan yang diucapkan, rekaman dari media
perekam, kata yang ditulis maupun dicetak.
3. Pengelompokan Berdasarkan Persepsi Indera
Klasifikasi media pembelajaran berdasar persepsi indera adalah berdasarkan pemahaman bahwa
pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahun (Aminuddin Rasyad, 2003;116). Salah satunya
dikemukakan oleh Rudy Bretz. Ia mencoba membaginya berdasarkan indera yang terlibat sehingga ia
memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual
dibagi menjadi gambar, garis dan simbol verbal yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Pada
unsur gerak, Bretz tidak mendasarkan pada gerak keterlibatan inderawi tatapi kepada alat-alat yang
mendukung media bersangkutan. Bretz juga membedakan antara media siar dengan media rekam
sehingga terdapat 8 klasifikasi media yakni : media audiovisual gerak, audiovisual diam, audio semi
gerak, visual gerak, visual diam, semi gerak, audio dan media cetak.
Menurut Yudhi Munadi, 2008, berdasarkan intensitas penggunaan panca indera yang membantu
manusia dalam perolehan pengetahun dan pengalaman, maka media dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu :
a. Media Audio
Yaitu media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi
kemampuan suara semata. Sifat pesan yang diterima adalah pesan verbal dan non verbal seperti bahasa
lisan (verbal), bunyi dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam, musik dll (non verbal). Termasuk jenis
media ini adalah program radio dan program media rekam.
b. Media Visual
Adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Sifat pesan visual verbal, visual non
verbal grafis, visual non verbal tiga dimensi. Seperti tulisan verbal, sketsa, lukisan, photo, grafik,
diagram, peta dan model. Jenis media visual adalah buku, majalah, koran modul, komik, poster, atlas,
display board, OHP, LCD.
11
c. Media Audio Visual
Media ini melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat
pesan yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal, terdengar dan
terlihat seperti : Film dokumenter, film drama dll menggunakan film 8mm, 16 mm, 35 mm, video (pita
magnetik, video disc, chip memory) dan televisi.
d. Multimedia
Yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk
dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui
komputer dan internet, melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat. Pengalaman berbuat
seperti : lingkungan nyata dan karyawisata, pengalaman terlibat : permainan dan simulasi, bermain
peran dan forum teater.
4. Pengelompokan Berdasarkan Penggunaan
Pengelompokan media pembelajaran berdasarkan penggunaannya dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu berdasarkan jumlah pengguna dan berdasarkan cara penggunaannya.
A. Berdasarkan Jumlah Penggunanya
1). Media pembelajaran individual yaitu media yang penggunaannya secara individual antara
lain :
a. Kelas atau laboratorium elektronik : lab bahasa, lab IPA, lab IPS.
b. Media Oto Instruktif : media periksa dan pendengar individual, buku pengajaran
terprogram,
mesin pengajaran.
c. Kotak unit pengajaran : unit pengajaran yang dilengkapi dengan buku teks, tape recorder,
filmstrips, gambar dan bahan latihan dan evaluasi.
2). Media pembelajaran yang penggunaannya secara berkelompok misalnya film dan slides.
3). Media pembelajaran yang penggunaannya secara massal misalnya : siaran televisi terbuka
dan tertutup, siaran radio umum maupun khusus pendidikan, film, slide.
B. Berdasarkan Cara penggunaannya
Berdasarkan cara penggunaannya, media pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Media tradisional atau konvensional
Metode penggunaan media-media sederhana ini secara konvensional. Setiap guru secara
individual memegang peranan dalam proses pembelajaran. Meliputi semua media pembelajaran dan
sumber belajar yang bisa digunakan oleh guru dalam mengajar di kelas, laboratorium, di luar kelas,
kelompok kecil maupun kelompok besar.
2. Media Modern atau kompleks
12
Seperti komputer yang diintegrasikan dengan media-media elektronik lainnya. Seperti ruang
kelas otomatis yaitu ruang kelas yang dapat diubah-ubah fungsinya secara otomatis misalnya kelas
besar untuk ceramah menjadi kelas kecil untuk diskusi. Sistem proyeksi berganda (multiprojection
system) yang memungkinkan proyeksi bahan-bahan melalui berbagai proyektor secara terkoordinasi
dan terintegrasi. Sistem interkomunikasi, digunakan dalam rangka pengajaran massal diaman program
pengajaran di-TV-kan. Sistem ini digunakan untuk beberapa kelas secara paralel dalam satu sekolah.
C. Berdasarkan Hirarki Manfaat Media
Pengelompokan media pembelajaran berdasarkan hirarki manfaat media dikemukakan oleh C.J.
Duncan. Ia hendak menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu
pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya
di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Dengan kata lain dapat
dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya
investasinya, semakin susah pengadaannya tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin
luas lingkup sasarannya. Dan sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya
akan lebih murah, pengadaanya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya
lebih terbatas.
13
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu : Muhammad Prayito,S.Pd.,M.Pd.
Oleh :
Kelas 3F
Anggota Kelompok:
1. Tulus Khusnul (11310234)
2. Nur Khotibul Umam (11310243)
3. Novita Ayuning Tyas (11310245)
4. Sofiatun Kasanah (11310260)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
14
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN ………………………………………………………………….…………. 1
2. RUMUSAN MASALAH ………………………………………….
………………………………….…..……….. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF……………………………………...………….. 3
2. MODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ……….………………...………… 4
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
………………………………………………….……………………………….……………. 7
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN………………………………………………………………….……………… 8
2. SARAN………………………………………………………………………….……………… 8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
……………… 9
LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBEAJARAN (RPP)
15
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar matematika efektif apabila tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai dengan
baik. Guru harus menguasai materi belajar dan dapat memilih metode mengajar yang cocok,
menerapkan strategi serta menciptakan suasana yang mendukung pada proses belajar mengajar.
Guru harus tepat dalam memilih metode dan strategi pembelajaran. Guru yang kurang menguasai
materi tentu akan kesulitan di dalam mengajar. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang mengerti
atau mamahami tentang materi yang disampaikan sehingga siswa menjadi malas untuk belajar dan
menganggap materi tersebut sulit.
Selama ini pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah pembelajaran secara konvensional,
pembelajaran ini cenderung bersifat searah yaitu peran guru lebih aktif dibanding peran siswa.
Sehingga dalam hal ini siswa kurang bisa mengembangkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran di
kelas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digunakan metode pembelajaran yang
bertujuan untuk mengaktifkan siswa, dimana siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit serta dapat saling mendiskusikan masalah-masalah dengan temannya.
Model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, terdiri
dari suku atau ras yang berbeda jenis kelamin yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan, kemampuan
tinggi, rendah dan sedang. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, keberhasilan dalam kelompok sangat
penting dalam pembelajaran ini sehingga anak yang lemah akan mendapat bantuan dari yang lebih
pandai dan sebaliknya, anak yang pandai akan dapat mengembangkan kemampuannya dengan
mengajarkan materi pada temannya yang kemampuannya rendah. Dalam hal ini, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan tipe yang lebih sederhana dibandingkan tipe–tipe yang lain.
Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok-kelompok akan dapat menjadikan pembelajaran
matematika lebih bermakna. Jadi materi pelajaran yang dipelajari siswa lebih mendalam dan
meningkatkan minat belajar siswa serta prestasi belajar siswa.
Fenomena yang terjadi di dalam pembelajaran matematika di sekolah saat ini adalah banyak terdengar
keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik bahkan penuh misteri. Ilmu
matematika dirasa sukar, sulit dan tidak nampak kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini
adalah sebuah persepsi yang negatif terhadap matematika. Sementara itu ada juga siswa yang sangat
menikmati keasyikan bermain dengan matematika, mengagumi keindahan matematika dan tertantang
untuk memecahkan setiap soal-soal matematika. Kenyataan ini adalah sebuah persepsi yang positif
terhadap matematika. Masalahnya yang terjadi saat ini adalah persepsi negatif lebih banyak dari pada
persepsi positifnya
16
Dari pernyataan di atas guru hendaknya memilih dan menggunakan pendekatan yang banyak
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara fisik, mental maupun sosial, sehingga proses
pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. Karena dalam pembelajaran matematika,
penggunaan model dan pendekatan yang tepat sangat diperlukan.
Bangun ruang merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran matematika. Materi tersebut dipilih
dengan alasan bahwa konsep bangun ruang lebih khususnya limas sulit dipahami siswa. Agar siswa
ikut aktif dalam belajar matematika, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sehingga materi tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan
dipahami oleh siswa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif ?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajran kooperatif tipe STAD ?
4. Apa saja langkah-langkah yang ada dalam tipe pembelajaran STAD
17
BAB II
PEMBAHASAN
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivitisme yang lahir dari
Piaget dan Vigosky . Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu
dibangun dalam pikiran anak . (Ratna,1988: 181 dalam Rusman,2011:201) . Dalam model
pembelajaran kooperatif , guru yang lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan
penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi , dengan catatan siswa sendiri . Guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa , tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya .
Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide
mereka , ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka
sendiri .
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati,2002:25dalam Rusman,2011:203) . Dalam
sistem belajar yang kooperatif , siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya . Dalam model ini
siswa memiliki dua tanggung jawab , yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar . Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka
dapat melakukannya seorang diri .
Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang
dengan struktur kelompok yang berisfat heterogen.Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah
interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
Pada pembelajaran kooperatif di yakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota
kelompoknya berhasil.(Woolfolk, 1993 dalam Budiyono dkk, 2012:13)
Lima unsur esensial yang di tekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, (a) saling ketergantungan
positif, (b) interaksi berhadapan (face to – face interaction), (c) tanggung jawab individu (individual
reponsibility), (d) ketrampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group
processing).
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi
perhatian serta di anjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian
yang di lakukan Slavin (1995) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
18
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis memecahkan masalah dan meintegrasikan
pengetahuan dan pengalaman.
1. Model kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)
Model ini di kembangkan ole Robert Slavin dan teman – temannya di Universitas John Hopkin.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan,
jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajarn dan siswa – siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua
siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi ersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling
membantu satu sama lain. Nilai – nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata – rata
mereka sendiri yang diperoleh sendrinya, dan nilai – nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa
tinggi peningkatan yang bisa merek capai atau seberpa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka
sebelumnya. Nilai – nilai ini kemudian di jumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang
dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.
Slavinmemaparkan bahwa: “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”. Jika
siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan
yang terbaik, memperlihatkan norma – norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling
membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggunggung
jawab perseorangan ). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan mungkin bertukar jawaban,
mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusiakan
pendekatan – pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau merekabisa saling memberikan
pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu.
Langkah – langkah pembelajaran kooperatif model STAD
1. Penyampaian tujuan dan motifasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa untuk
belajar.
2. Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4 – 5 siswa yang
memprioritaskan heterogenitas (keagamaan) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa
atau etnik.
3. Presentase dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan tersbut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi
19
motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu
oleh media, demonstrasi, pernyataan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari.
Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikusai siswa, tugas dan
pekerjaan yang harus dilakukan serta cara – cara mengerjakannya.
4. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompoknyang telah dibentuk. Guru menyiakan lembar kerja sebagai pedoman
bagi kerja kelompok , sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing memberikan
kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan
bantuan bila diperluan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
5. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pmberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga
melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi
secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini ilakukan untuk menjamin agar siswa secara
individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru
menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai
dengan tingkat kesulitan siswa.
6. Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan angka dengan rentang 0-
100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung
sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel penghitungan perkembangan skor individu
No. Nilai Tes Skor Perkembangan
1.
2.
3.
4.
5.
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
10 sampai 1 poin di bawah skor dasar
Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan dasar)
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
2. Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota kelompok,
yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan anggota kelompok dan membagi sejumlah
20
anggota kelompok tersebut. Sesusai dengan rata – rata skor perkembangan kelompok sebagaimana
dalam tabel 7.3 sebagai berikut:
No. rata – rata skor Kualifikasi
1.
N
N
16 N
N
– Tim yang baik (good team)
– Tim yang baik sekali (great team)
– Tim yang istimewa (super team)
3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing – masing kelompok satu tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau
penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan prstsinya (kiteria tertentu yang
ditetapkan guru). STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode
pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka
sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi
kebanyakan guru meggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi – materi
ini.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah
(2001:17) , yaitu:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan
membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
4. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
6. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Menurut Dess (1991) Pembelajaran STAD juga mempunyai kekurangan – kekurangan :
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau
menggunakan pembelajaran kooperatif
3. Menuntut sifat tertentu dari siswa , misalnya sifat suka bekerja sama
21
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pembelajaran kooperatif adalah setrategi belajar dimana siswa dapat belajar dalam kelompok
kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.
4. Model pembelajaran tipe STAD mempunyai banyak kelebihan sehingga dapat mendorong
peningkatan mutu pendidikan.
2. Saran
1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilan proses dan
keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut.
2. Agar pembelajaran-pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat
perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan
dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan
serta ketrampilan proses yang akan dikembangkan.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan
prestasi dan keaktifan siswa belajar pada pokok bahasan menghitung permukaan limas.
4. Untuk menambah motivasi anak didik sebaiknya sehabis mengadakan kuis, guru diharapkan
memberikan penghargaan baik berupa nilai maupun barang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru.Jakarta:Rajawali
Pers.
Budiyono,Budi Usodo &Yemi Kuswardi.2012.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran
Matematika.Surakarta:UNS
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . 2011 . http://www.sarjanaku.com ( 24 September 2012 )
Paul M La Bounty dkk . 2011 . International Society of Sports Nutrition position stand: meal
frequency.springer.com (20 September 2012)
Irma Pujiati .
2008 .PeningkatanMotivasidanKetuntasanBelajarMatematikaMelaluiPembelajaranKooperatifTipe
STAD . Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1
Mega Irhamna. 2009 . Cooperative Learning dengan Model STAD pada Pembelajaran Matematika
Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitu. Jurnal Penelitian Kependidikan , Tahun 19,Nomor 2, Oktober 2009
Nanik Pudjowati . 2009 . Implementasi Model STAD (Student Teams Achievement
Divisions )SebagaiUpayaPeningkatanApresiasi HAM PadaPesertaDidikKelas VII SMP 1.
JurnalLemlit, Volume 3, Nomer 2, Desember 2009
23
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi waktu : 50 menit
Kelas/Semester : VIII/2
Pertemuan : 8
Sekolah : SMP
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume kubus,
balok, prisma dan limas.
Indikator : Menggunakan rumus untuk menghitung luas
Permukaanlimas tegak.
D. Tujuan pembelajaran
1. Peserta didik dapat menggunakan rumus untuk menghitung luas permukaan dan volume limas
tegak, melalui pembelajaran kooperatif learning dengan model STAD.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
E. Topik
Menghitung luas permukaan (sisi) limas tegak.
F. Metode dan Model
Pendekatan/ Model : Pembelajaran kooperatif learning/ STAD
Metode : Ceramah dan tanya jawab
G. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan 1. Guru Hadir tepat waktu.
2. Guru menyiapkan kondisi fisik siswa seperti :memberi
salam, memimpin berdoa, mengecek kehadiran peserta didik
untuk mengikuti pembelajaran.
24
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru memberi motivasi dengan bertanya kepada siswa
dengan memberi contoh bertanya pernahkah kalian berkemah
dan mendirikan tenda?. Guru memberi apersepsi dan
mengajukan pertanyaan .
5 menit
2 Kegiatan Inti 1. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari luas
permukaan limas.
2. Dikelas guru membentuk kelompok belajar yang
heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap
anggota kelompok dapat saling bertatap muka yang terdiri dari
4 orang dan 5 orang.(Student Teams Achievment Division)
3. Guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing
kelompok.
4. Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKPD,
teman satu kelompok bertanggung jawab untuk menjelaskan
kepada temannya yang tidak bisa.
5. Berikan kunci jawaban LKPD agar siswa dapat
mengecek pekerjaan sendiri.
6. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
7. Guru bertindak sebagai narasumber atau fasilitator jika
diperlukan.
8. Setelah selesai mengerjakan LKPD secara tuntas, guru
memberikan kuis kepada seluruh siswa, para siswa tidak boleh
bekerja sama dalam dalam mengerjakan kuis, guru langsung
membahasnya.
9. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang
menjawab benar dan kelompok yang dapat mendapat skor
tinggi.
35menit
3 Penutup 1. Bersama-sama peserta didik membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
2. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
25
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
10 menit
H. Sumber Belajar
1. Buku Ajar Matematika SMP Kelas VIII terbitan PT . Esis
2. Buku Matematika konsep dan aplikasinya BSE karangan Dewi Nuharini , SE
3. Alat Peraga Limas
I. Penilaian
1. Teknik : Tes tertulis
2. Instrumen : Pilihan ganda
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Instrumen/Soal
1. Menghitung luas
permukaan limas.
Tes tertulis Uraian 1. Bagian atas sebuah tenda
berbentuk limas persegi, jika panjang
sisi pada persegi 12 m dan tinggi
limas 8 m. Hitunglah kain yang
dibutuhkan untuk menutup atap
tenda tersebut!
Semarang,24 September 2012
Tertanda
Guru Matematika Kelas 8
Pengajar
26
MAKALAH STAD
BAB I
PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi
maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam
peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenariokegiatan
pembelajaran di kelas.
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa
dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar.
Diaharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif,
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat
memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Situasi dalam kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas yang memungkinkan
mereka untuk memahami proses belajar dan memahami satu sama lain. Diharapkan, guru dapat
menciptakan situasi belajar sedemikian rupa, sehingga siswa dapat bekerjasama dalam kelompok serta
mengembangkan wawasannya tentang pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif,
diharapkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Apa prinsip dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3. Apa komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD?
4. Apa saja langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD?
5. Bagaimana hubungan antara pembelajaran model STAD dengan motivasi dan prestasi belajar
siswa?
6. Apa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran STAD?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD.
27
2. Menjelaskan prinsip dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Menjelaskan komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Menerapkan pembelajaran model STAD dengan motivasi dan prestasi belajar siswa.
6. Menjeaskan kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran STAD.
28
BAB II
PEMBAHASANStudent Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam
pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan
pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang
efektif.
Metode pemelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mendorong
siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi
kelas, 2) Kegiatan Kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian
penghargaan kelompok (Slavin,1995:34), STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana.
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran
kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada
suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John
Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau
perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.
1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD
a. Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen).
b. Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
29
c. Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga diri. kedua,pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
d. Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing
masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang).
Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
2. PRINSIP DAN CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai
tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
30
c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
3. KOMPONEN UTAMA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian kelas,
belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri
dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD):
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang
direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian
kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembanga dan latihan terbimbing dari keseluruhan
pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
a). Pembukaan
1). Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.
Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah
kehidupan nyata, atau cara lain.
2). Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3). Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b). Pengembangan
1). Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.
2). Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan.
3). Mengontrol pemahaman siswa sesring mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4). Memberi penjelasan mengapajawaban pertanyaan tersebut benar atau salah
5). Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok permasalahannya.
c). Latihan Terbimbing
1). Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pernyataan yang diberikan.
2). Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya
semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
3). Pemberian tugas kelompok tidak boleh menyita wakti yang terlalu lama. Sebaikanya siswa
mengerjakan satu atau dua masqalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
2. Belajar Kelompok
31
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru
dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan
yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri
mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif,
guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau
menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1). Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama sama dan pindah
kemeja kelompok.
2). Berikanlah waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3). Bagikan lembar kegiatan siswa.
4). Serahkan pada siswa untuk bekerja samadalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh,
tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing
siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan teman satu
kelompoknya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok
bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka
mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar
kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5). Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman satu
kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar
kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa
mempunyai lembar kegiatan unyuk mengecek diri mereka dan teman teman sekelompok mereka
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya
menanyakan teman sekelompoknya sebelum menanyakannya pada guru.
6). Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji
kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam
kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota lain bekerja dan sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukan apa saja yang telah
diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4. Skor perkembangan
Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk
meraih prestasi secara maksimal dan melakukan yang terbaik bagi dirinya berdasarkan prestasi
sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara
32
individu pada tes yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual dari semester
sebelumnya.
5. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan
nilai perkembangan individu dan member sertifikan atau penghargaan kelompok yang lain.
Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam
kelompoknya.
4. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperati tipe STAD adalah sebagai berikut :
- Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai.
- Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada
siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini
tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
- Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai
awal kemampuan siswa.
- Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota
kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda beda (tinggi, sedang, dan rendah).
Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender.
- Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang teah diberikan,
mendiskusikannya secara bersama sama, saling membantu antar anggota lain, serta mebahas
jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap
kelompokdapat menguasai konsep dan materi.Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh
guru agar kompetensi dasar yag diharapkan dapat dicapai.
- Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu.
- Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
- Guru memberi penghargaan.
Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
berikut.
33
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Sintaks model PembeSinta
Sintaks model pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Menyajikan informasi
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok- kelompok
belajar
Membimbimg
kelompok belajar
Evaluasi
Memberikan
penghargaan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang
materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Guru memberi penghargaan
hasil belajar
individual dan kelompok
34
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.
g. Guru
memberikan
evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan
skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Sumbangan poin peningkatan
siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar (Sumber:Slavin, 1995 dalam
Parlan, 2006:17). Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan
anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan dengan
empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria Nilai Perkembangan
Excellent 22,6 – 30
Skor Kuis Poin peningkatan
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
1-10 point di bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
5
10
20
30
30
35
The best teams
Good teams
General teams
15,1 – 22,5
7,6 – 15,0
≥7,5
(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
5. HUBUNGAN PENERAPAN MODEL STAD DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi
yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru
dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan
siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti
konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi
pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan
pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar
siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk
memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri
dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda,
sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping
itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk menceriterakan,
menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya,
kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh
guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika
yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STAD akan dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa.
6. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE PEMBELAJARAN STAD
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan cooperative
learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan
1). Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
2). Rasa peraya diri siswa meningkat \, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan
36
akademisnya.
3). Strategi kooperatif memberikan perkembangan yang berkesan pada hubungan interpersonal
diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi
(2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku
sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang berkelanjutan hingga masa dewasa.
g. Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,
normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan metode pembelajaran jangka pendek kooperatif tipe STAD untuk jangka
pendek menurut Soewarso (1995:22) sebagai berikut :
a. Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi yang sedang dibahas.
b. Adanya angota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah,
karena dalam tes lisan dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga
diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga
diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai
hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam
bekerja sama.
37
Sampai saat ini metode pembelajaran kooperatif tipe STAD belum banyak diterapkan dalam
dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa
alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif
dikelas yaitu :
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka diterapkan
dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negative mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam
kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.
d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan
siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih
pandai.
e. Siswa yang pandai juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil
jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut ;
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan kooperatif
dalam kelompok maka dinamika kelompok akan macet.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka
seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila
kelompok lebih dari lima kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya
membonceng dalam penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif,
maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain diatas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1993:23) adalah
bahwa yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang
lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan
waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan
materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. Kesimpulan yang dapat diambildari uraian diatas
bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yag berlainan,
sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka
mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab
untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
STAD, merupakan salah satu system pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk
kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan
tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa
bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah
menguasai pelajaran yang diberikan.Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan
mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
Nilai tes yang mereka peroleh,selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh
sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi criteria diberi nilai tersendiri sehingga
nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok. Menurut Slavin,STAD terdiri dari lima
komponen uatama, yaitu presentasi kelas,kelompok,tes,nilai peningkatan individu,dan penghargaan
kelompok. Strategi STAD lebih mementingkan sikap daripada teknik dan prinsip,yakni sikap
partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan afektif.Dengan demikian,siswa lebih
(being mode ) bukan hanya sekedar (being have ).
B. Saran
1. Kepada guru-gurumata pelajaran matematika diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternative untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar
dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika.
2. Kelemahan yang terdapat pada pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah pembagian
kelompok yang kurang merata dan kurang cermatnya dalam menentukan skor. Oleh karena itu,
diharapkan bagi guru yang menerapkan metode ini agar lebih cermat dan teliti dalam menentukan
kelompok dan dalam menghitung skor peningkatan individu atau kelompok.
3. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat
dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran matematika dan pelajaran yang lain.
39
DAFTAR PUSTAKASumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2032326-strategi-pembelajaran-stad-student-
teams/#ixzz27WLZiS41
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ind_0808452_chapter5.pdf
http://difgilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/archives/HASH35d7/8e2e4251.dir/doc.pdf
http://eprints.ums.ac.id/1263/1/9._HENY_cl.pdf
40
Top Related