8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
1/38
AGONIS
DAN
ANTAGONIS
ADRENERGIK
I.
KAIEKOI-AMIN
DAN
OBAT-OBAI
SIMPAIOMIMETIK
Kerja katekolamin
d"an
senyawa
simpatomimetik
dapat
digolongkan
ke
dalam
tujuh
tipe
besar:
(1)
kerja
eksi-
tarori perifer
terhadap
otot polos
(misalnya,
dalam
pem-
buluh
darah
yang
memasok
kulit,
ginjal,
dan
membran
mukosa)
dan
pada
sel-sel
kelenjar
(misalnya,
pada
kelenjar saliva dan
kelenjar keringat);
(2)
keLja peng-
hambatan perifer
terhadap
beberapa
tipe
otot polos
yang
lain
(misalnya,
pada
dinding
usus,
di
cabang-cabang
bronkus, dan
di pembuluh
darah yang
memasok otot
rangka);
(3)
kerja eksitasi
jantung
(peningkatan
frekuensi
jantung dan
kekuatan
kontraksi);
(4)
kerja
metabolik
(misalnya,
peningkatan
glikogenolisis
di hati dan
otot
serta
pelepasan
dipercepat
asam
lemak
bebas
dari
iaring'
an adiposa);
(5)
kerja endokrin,
(misalnya,
modulasi
sekresi
insulin,
renin,
dan
hormon
hipofisis);
(6)
kerja
sistem
saraf
pusat
(SSP) (misalnya,
stimulasi
pernapasan,
peningkatan
kesiagaan dan
aktivitas
psikomotor
serta
berkurangnya
nafsu makan); dan(7)
kerja prataut
(p.tg-
hambatan ata.u
fasilitasi pembebasan
neurotransmiter;
secara fisiologis,
kerja
penghambatan
lebih penting).
Tidak semui obat
simpatomimetik
memperlihatkan
setiap tipe
kerja di
atas
pada
tingkat yang
sama;
namun,
banyak perbedaan
efeknya
hanya bersifat
kuantitatif.
Pemahaman
mengenai sifat
farmakologis dari
senya-
wa
simpatomometik
dan
antagonisnya
sangat
ber-
gantung
pada
pemahaman
klasifikasi, distribusi,
dan
mekanisme kerja
berbagai
reseptor
adrenergik
a
dan
B
(lihatTabel
6-1,
5-6,
6-7,
Gambar
10-1,
dan
Tabel
I 0-6).
KI.ASIFIKASI
OBAT:OBAI
SIMPAIOMIMETIK
Katekolamin
dan
obat-obatan
simpatomimetik
diklasi-
fikasikan berdasarkan
kerjanya, yaitu
kerja
langsung,
tidak
langsung, atau
campuran. Obat
yang
mempunyai
kerja langsung bekerja
iecara
langsung
pada satu
atau
iebih reseptor
adrenergik.
Obat dengan
kerja tidak
lang-
sung bekerja dengan
cara meningkatkan
ketersediaan
norepinefrin
(NE)
atau
epinefiin
(Epi)
untuk
men-
stimulasi
reseptor adrenergik
(dengan
melepaskan atau
memindahkan
NE
dari
varikosit
saraf
simpatik
[misal-
nya,
amfetamin]
;
dengan menghambat
penghantaran
NE ke saraf simpatik
[misalnya,
kokain]; atau dengan
cara menghambat enzim
metabolik
MAO
[misalnya,
pargilin) atau
COMT
[misalnya,
entahapon].
Obat-
obatan yang
melepas NE,
secara
tidak
langsung
dan
juga
secara langsung mengaktivasi reseptol' digolongkan
sebagai obat-obatan
simpatomimetik kerja campuran
(contohnya,
efedrin). Klasifikasi
terSebut
tidak mutlak
dan
aktivitasnya mungkin
dapat
saling tumpang tindih;
contoh obat-obatan
tercantum
pada
Gambar
10-1.
B-phenylethylamine,
crncin
benzen
dengan
rantai
sam-
ping
etilamin, dapat dilihat sebagal struktur
induk
dari
amina
simpatomimetik
(Tabel
10-1). NE,
Epi, dopamin
(DA,),
isoproterenol, dan sejumlah kecil senyawa lainnya
me mpun
y
ai
g
ug
u
s
h id roksil
y
an
g
te
rsubstitu
si
p
ad
a
ci
nc
i
n
benzen
pos/sr
3 dan
4. Karena o-dihydroxybenzene
juga
dikenal
sebagai
katekol, amina simpatomimetik dengan
gugus
hidroksll
fersubsflfusl
pada
cincin aromatiknya ini
dinamakan katekolamin.
Banyak
obat simpatomimetik
kerja langsung memeng'aruhi
reseptor
a
dan
B
sekaligus,
namun
perbandingan
aktivitas di antard obalobatan ter-
sebut beruariasi dalam spektrum
kontinu mulai
dariyang
memiliki
aktivitas
dominan
pada
reseptar a
(fenilefrin)
sampai
yang
dominan
aktivitasnya
pada
reseptor
B
(isoproterenot).
Aktivitas a dan
B
maksimum tergantung
pada
adanya
gugus
hidroksil
pada
posisi
3
dan
4.
Respons terhadap
nonkatekolamin sebagian ditentukan
oleh
kapasitas
obat-obat
tersebut untuk melepaskan
NE
dai
tempat
penyimpanan.
Feniletilamin
yang
tidak
memiliki
gugus
hidroksil
pada
cincinnya seda
gugus
B-hidroksil
pada
rantai sampingnya bekerja
hampir hanya
dengan cara menyebabkan
pengeluaran
NE dari tempat
penyimpanan
NE
di
ujung saraf
simpatik.
Senyawa tak-
fersubsfifusi afau fersubstitus
i alkil lebih mud ah melewati
sawar
darah-otak serta lebih
memiliki
aktivitas sentral.
OIeh
karena
itu,
efedrin, amfetamin,
dan
metamfetamin
menunjukkan aldivitas SSP secara berafti, dan tidak
adanya
gugus
polar
hidroksil
berakibat
pada
hilangnya
aktivitas
si
m
p
ato
mimeti
k
I
an
g
su
ng.
Katekolamin hanya memiliki durasi
kerja
singkat
sefta tidak efektif
ketika diberikan
per
oral karena kate-
kolamin
diinaktivasi secara
cepat di mukosa usi;s
dan
hatl
(lihat
Bab 6).
Senyawa-senyawa
tanpa
satu
atau
"
kedua
subsllfuen
hidroksil bukan merupakan
substrat
untuk
COMT,
dan
efektivitas
oral
serta durasi kerjanya
r35
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
2/38
136
secIAN
II
obat-obat
yang Bekerja
pada
Tempat Pertautan
Sinaps
dan
Neuroefektor
01
-feni
l6fri n
qz-klonidin
9,-dobutamin
P2-terbutalin
al o2-oksimetazolin
01 o2-isoproter€nol
s1 o2
Pt P2-epinefrin
o1 a2
P1-norepineirin
Efedrin
Amfetamin
(q1
d2
9j P2
dan
Tiramin
senyawa
pelepas)
Kokain
pargilin
Entakapon
R".ponu-r*"pon"
r
i
tidak
be*urang
jika
sebelumnya
diberikan reserpin
atau
gua
netidin. Respans
dapat d ipotensiasi
ote
h
kokain,
reserpin. dan
guanetidin.
Respons ini
berkunng
jika
sebelumnya
diberikan
reserpin
afau
guanetidin.
meningkat.
Substitusi
pada
karbon
d memblok
deaminasi
oksidastif
oleh MAO
sehingga
memperpanjang
durasi
kerja
nonkatekolamin.
Oleh
sebab
itu,
durasikerja
efedrin
dan amfetamin
berada
dalam
kisaran
jam,
bukan
menit.
Subsfifusl
satu
gugus-OH
pada
karbon
B
secara
umum
menurunkan
aktivitas
di dalam
SSP
(terutama
karena
mengurangi
kelarutannya
dalam
lemak),
tetapi
sangat
meningkatkan
aktivitas
agonis
pada
reseptor
adrenergik
a
dan
B.
EFEK
FISIOLOGIS
AKIBAT
STIMULASI
RESEPTOR
ADRENERGIK
Kunci
dalam respons
sel atau
organ
rer-
hadap
amina sirhpatomimetik
adalah
densitas
din pro-
porsi
dari resepror
adrenergik
a
dan
p.
Sebagai conroh,
reseptor
pada
otot
halus
bronkial
sebagian
besar
merupa-
kan
subtipe
f
,;
jadi,
NE
(yang
rerurama
menstimulasi
reseptor
f
,
d^n
a) memiliki
relatif
sedikit
kemampuan
untuk meningkatkan
aliran
udara bronkial.
Sebaliknya,
isoproterenol
(agonis
B)
sera
Epi
(agonis
a
dan
B)
merupakan
bronkodilato
t
yangpoten.
Pembuluh
darah
kutan
secara
fisiologis
hampir
hanya
mengekspresikan
reseptor
a;
jadi,
NE dan Epi menyebabkan
konsrriksi
pembuluh-pembuluh
darah tersebut,
semenrara
iso-
proterenol hanya mengakibatkan
sedikit efek. Otot
halus
pembuluh
darah yang
menyuplai
otot
rangka
memiliki
resepror
a
dan
Brsekaligus;
aktivasi
reseptor/,
mengakibarkan
vasodilatasi,
sedangkan
stimulasi
resep-
tor
a mengakibatkan
kontraksi
pembuluh
darah tipe
ini.
Pada
tipe
pembuluh
ini,
konsentrasi
ambang
Epi
GAMBAR
10-1
Klasifikasi
agonls
resepfor
adrenergik
dan
obat-obatan yang
meng-
hasilkan
efek
simpatomrmefk
Diberikan
prototipe
0bat untu
k tiap
kategori,
*
Sebenarnya
bukan
merupakan
obatobat
simpatomimetik
namun
menghasilkan
efek
simpatomimetik,
Respons
menghilang
jika
se beluoTnya
d heika
n rcserpin
alau
guanetidln.
untuk
me.ngaktivasi
reseptorp,
lebih
rendah
dibanding-
kan
untuk
mengaktivasi
resepior
a, namun
bila
kedria
reseptor
diaktifkan
oleh
Epi
konsentrasi
tinggi,
respons
terhadap
resepror
a
lebih
dominan;
konsentrasi
fisio-
logis
Epi
rerurama
mengakibatkan
vasodilatasi.
Respons
terintegrasi
dari organ
terhadap
amina
simpato-
mimetik
berasaltidak
hanya
dari
efek
langsungnya,
tetapi
juga
berasal
dari
refleks
p.enyesuaian
hemostasis.
Efek
dari
banyak
amina
simpatomimetik
adalah
peningkatan
tekanan
darah
afteial
yang
disebabkan
oleh
stimulasi
reseptor
a
adrenergik
vaskular.
Strmu/asl
ini menghilang-
kan
refleks
kompensasi (dimediasi
o/eh
slsfem
b aroresep-
tor
karotid-aortik)
yang
menyesuaikan
aliran
SSp menulu
sistem
kardiovaskular.
Akibatnya,
tonus
simpatik
akan
dihilangkan
serfa fonus
vagal
meningkat;
tiap
respons
ini
menghasilkan
perlambatan
denyut
jantung.
Sebaliknya,
ketika
obat
(contohnya,
agonis
p)
menurunkan
tekanan
darah
rata+ata
pada
mekanoreseptor
sjnus
karotid
dan
Iengkung
aorta,
refleks
baroreseptor
bekerja
untuk me-
normalkan
tekanan
dengan
menurunkan
arus
parasim-
patik
(vagal)
dari
SSP ke
jantung,
serla
meningkatkan
arus
simpatik
menuju
jantung
dan
pembuluh-pembuluh
darah,
Efek
refleks baroreseptor
sangat
penting
bagi
obat-obatan yang
mempunyai
kapasitas
kecit
untuk
meng-
aktivasi
reseptor
B
secara
|angsung.
Adanya
penyakit
(contohnya,
alerosklerosis)
yang
dapat
merusak
meka-
nisme
baroreseptor
dapat
memperkuat
efek obat-obat
simpatomimetik.
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
3/38
BAB
10
Agonis dan Antagonis Adrenergik 137
Tabel 10-1
Struktur
Kimia dan
Kegunaan Klinis Utama dari
Obat-obat Simpatomimetik
Pentingt
Kegunaan Klinis Utama
5c
l--\ ll
r'
,
(/
\-sH-gH-NlH
\=11
I
I
ttl
Reseptor a Reseptor
0
SSP, O
Feniletilamin
Epinefrin
Norepinefrin
Dopamin
Dobutamin
Terbutalin
Metaraminol
Fenilefrin
Tiramin
H
3-0H,4-OH
0H
3-0H,4-OH
0H
3-OH,4-0H
H
3-0H,4-0H
H
3-0H,5-0H
OH
3-0H
0H
3-OH
OH
4-OH
H
cH2cH3
H
H CH(CH3)'
cH,cH3
cH(cH3)'
H
H
CH,
H
H
CH,
CH,
H
CH,
H
CH,
CH,
CH,
cH,
CH,
4
a
CH,
o
7*
o*
U
H
H
H
H
H
H
H
CH,
H
H
1*
c(cH.).
P
P
P
P
P
B
B
B
B
B
B
Kolterol
3-0H,4-0H
0H
Etilnorepinefrin
3-OH,4-0H
OH
lsoproterenol
3-0H,4-0H
0H
lsoetarin
3-0H,4-0H
0H
lvetaproterenol 3-0H,5-0H
OH
Hidroksiamfetamin
4-OH
Ritodrin
4-OH
Prenalterol
4-0H
H
OH
oHl
CH(CHJ,
c(cHJ3
H
CH,
H
H
2*
cH(cH3)'
H
c(cHJ3
H
CH,
J
CH,
H
CH,
H
AU
SSP,
O
ssq 0
0
0
0
0
0
0
Metoksamin
2-OCH3'5-0CH3
0H
Albuterol 3-CHrOH,4-OH
OH
H
H
H
OH
OH
H
H
H
Amfetamin
Metamfetamin
Benzfetamin
Efedrin
Fenilpropanolamin
Mefentermin
Fentermin
Propilheksedrin
5'
Dietilpropion
Fenmetrazin
Fendimetrazin
N
N
N
4
9H.
I
-c-
cHs
cH.
t"
N
I
cHz
-c",-cH,@oH
1
-1H-tc",r,-@oH
cH.
.h
()
o-cH^
,/
-cH
cH.
\./
CH-N
tl
cH3 cH3
7
o-cH^
/\'
-cH
cH.
\
CH_NH
I
CH.
-f
-?H-T-c,Hs
o
cH3
c2H5
(Berlanjut)
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
4/38
138
sA,cIAN II obat-obat
yang Bekerja pada Tempat Pertautan
Sinaps dan Neuroefektor
Tabel 10-1
Struktur
Kimia dan Kegunaan
Klinis Utama dari
Obatobat Simpatomimetik
Pentingl
(lanjufanf
Aldivitas
a
A
=
Reaksi
alergi
(termasuk
kerja
B)
N
=
Dekongesti nasal
P
=
Presor
(mungkin
termasuk keqa
B)
V
=
Vasokonstriksi
lokal lainnya
(misalnya,
pada
anestesia lokal)
Aktivitas
B
B
=
Bronkodilator
C
=
Kardiak
U
=
Uterus
SSP
=
Susunan
saraf
pusat
0
=
Anorektik
'Angka
dengan
tanda
bintang
mengacu
pada
substituen bernomor
pada
bagian bawah
tabel; substltuen
3
menggantikan
atom N,
substituen
5 menggantikan cincin
fenil,
dan 6,7 serta
B
berikatan
langsung
dengan cincin fenil, menggantikan rantai
samping
etilamin,
ta
dan
/
dalam formula
prototipe
mengacu
pada posisi
atom
C
pada
rantai
samping etilamin.
tPranalterol
memlliki
-OCH,-
di
antara cincin
aromatik
dan atom
karbon
yang
merupakan
/
pada
formula
prototlpe.
KAIEKOI-{MIN
ENDOGEN
Epinefrin
(Epi)
Epinefrin
(adrenalin)
merupakan
stimulan kuat baik
untuk
reseptor
adrenelgik
a
maupun
B,
dan
efeknya
pada organ target
cukup
kompleks.
Sebagian
besar
respons
yang tertera pada Tabel
6-1
tellihat
setelah
pemberian
inj eksi
Epi
(meskipun
berkeringat, piloereksi,
dan
midriasis
bergantung pada status fisiologis subjek).
Efek menonjol
yang
utama
adalah kerja
pada
jantung
dan
pada
pembuluh
serta
otot polos
lain.
Efek
Epi
menghasilkan
kembali stimulasi medula
adrenal
dan
sering
didesklipsikan
oleh
paradigma
"lawan
atau
lari."
TEKANAN
DARAH Epinefrin merupakan
vasopre-
sol
poten. Jika
Epi
dalam
dosis
farmakologis diberikan
secara
cepat
melalui rute intravena,
dosis tersebut akan
meningkatkan
tekanan
darah
secara
cepat sampai
puncak
yang
sebanding
dengan dosis
tersebut. Peningkatan
tekanan sistolik lebih
besar
daripada kenaikan
tekanan
diastolik sehingga tekanan
nadi
meningkat.
Setelah
respons
berkurang, tekanan rata-rata
dapat
turun
di
bawah normal sebelum
kembali
ke
tekanan kontrol.
Mekanisme
peningkatan tekanan darah
yang disebabkan
oleh epinefrin
ada
tiga macam:
(1)
stimulasi miokardial
langsung
yang meningkatkan kekuatan kontraksi ventri-
kular
(kerja
inotropik
positil
melalui reseptor
f
,);
(2)
peningkatan
denyut
jantung (kerja
kronotropik
positif,
melalui
reseptor/,);
dan (3) vasokonstriksi
pada
banyak
jaringan
vaskular
(terutama
pada pembuluh
darah
resis-
tensi
prakapileL
di
kulit, mukosa,
dan
ginjal)
disertai
konstriksi
vena
yang nyata
(melalui
reseptor a).
Denyut
nadi,
yang
m.ula-mula dipercepat
oleh
efek langsung
kronotropik
positif
dari Epi,
dapat menjadi
sangat
lambat
seiring
meningkatnya tekanan
darah
akibat
refeks kompensas
baroreseptor'
(bradikardia
karena
pembebasan
vagus). Dosis rendah
epinefrin
(0,1
mg/kg)
dapat menyebabkan
penurunan
tekanan
darah.
Efek
depresor
pada dosis
kecil
dan
respons bifase
terhadap
dosis
yang
lebih
besar
disebabkan
oleh
sensitivitas re-
septor/,
vasodilator terhadap
epinefrin lebih
besar
dari-
pada leseptor
a konstriktor.
Efek tersebut
agak berbeda
jika
obat diberikan me-
lalui infus intlavena
lambat
atau melalui injeksi
sub-
kutan.
Absorpsi Epi setelah
injeksi subkutan
berlang-
sung
lambat karena kerja
vasokonstriktol
Iokal. Terdapat
peningkatan
sedang pada tekanan
sistolik
yang disebab-
kan
oleh peningkatan
kekuatan
kontlaktilitas
jantung
dan peningkatan
curah
jantung (Gambar
10-2). Resis-
tensi perifer berkurang
karena
kelja
leseptor
B,
pem-
buluh
yang dominan di otot rangka,
rempar teLjadinya
peningkatan
aliran
darah; akibatnya, tekanan diastolik
biasanya
menurun. Karena
tekanan
darah
rata-rata
tidak banyak mengalami
kenaikan,
r'efleks
baroreseptor
kompensasi
tidak
terlalu menganragonis
kelja langsung
terhadap
jantung.
Denyut
jantung,
curah
jantung,
volume
stroke,
dan
kerja
stroke ventrikel kiri meningkat
akibat stmulasi langsung
pada
jantung
dan peningkatan
aliran
balikvena
ke
jantung,yangtercermin
dari pening-
katan tekanan
atrium kanan. Pada laju
infus
yang
sedikit
Iebih
tinggi,
resistensi perifer
dan tekanan
diastolik
dapat konstan
atau
naik sedikit, belgantung
pada
dosis
dan
resultan rasio
reSpons
a
terhadap
P
di
belbagai
jaringan
vaskular; refeks
kompensasi
juga
dapat ber-
pengaruh.
Efek infus
intravena
Epi,
NE,
dan
iso-
proterenol
pada manusia
dibandingkan pada Thbel
10-2
dan
Gambar
l0-2.
EFEK
VASKULAR
Kelja
ucama
Epi
di pembuluh
darah adalah
terhadap arteriol kecil
dan
sfingter pre-
kapiler,
walaupun vena dan arteri besar
juga
merespons
obat
ini.
Berbagai
jaringan
vaskulal memberi
reaksi
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
5/38
NorePinefrin
KECEPATANlOO-
:
I
DENYUT
.
-]-1____i
(detaldmenit) 50
J
;-----l
Epinefrin
JL
BAB
10
Agonis
danAntagonisedrenergik
139
GAMBAR
10-2
Efek
pemberian
infus
NE,
Epi,
dan
isoprofereno/
secara
intravena
pada
manusia'
tetap, fraksi
fittrasi
meningkat
secara
konslsfen.
Ekskresi
Na*,
K,
dan
Cf
berkurang.
Reabsorpsl
tubular
maksimal
dan kapasitas
ekskresi
tidak
mengalami
perubahan.
Sekresl
renin
meningkat
akibat
sfimu/asl
reseptor
B,
di
set
jukstaglomerular (ihal G ambar
30-2)'
Epi meningkatkan
tekanan
artei
dan
vena
pulmonal'
Walaupun
teriadi
vasokonsfnksi
pulmonal
langsung'
redistribusi
darah
dari
sirkulasisisfemlk
ke sirkulasi
puF
monal,
karena
konstriksi
otot
yang
lebih
kuat
pada
vena
besar
slsfemlk,
sangat
berperan
terhadap
kenaikan
tekanan
pulmoner.
Konsentrasi
Epi
yang
sangat
tinggi
dapat
menyebabkan
edema
pulmoner
yang
disebabkan
oteh
penirykatan tekanan
filtrasi
kapiler
paru
dan
mungkin oleh kapiler
yang
"bocof'.
Atiran
darah
koroner
ditingkatkan
oleh Epi
atau
oleh
sflmu/asl
slmpa
tik
antung
pada
kondisi
fisiologis.
Pening'
katan
atiran
yang
teriadi
bahkan
dengan
dosis
yang
tidak
menaikkan
tekanan
darah
aorta,
disebabkan
oleh
dua
fal
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
6/38
140
secrAN
Tabel 1 0.2
Perbandingan
Efek lnfus
lntravena
Epinefrin
dan
Norepinefrin
pada
Manusia"
Kardiak
Detak
jantung
Volume
sekuncup
Curah
jantung
Aritmia
Aliran darah
koroner
Tekanan
darah
Arterial
sistolik
Arterial rata-rata
Arterial
diastolik
Pulmonari
rata-rata
Sirkulasi Periferal
Hambatan
perifer
total
Aliran
darah serebral
Allran darah
ke
otot
Aliran darah ke
kulit
Aliran
darah ke
ginjal
Aliran
darah ke
pencernaan
Efek
Metabolik
Konsumsi
oksigen
Glukosa darah
Asam
laktat
darah
Respons
eosinofenik
Slstern
sarafpusaf
Pernapasan
Sensasi subjektif
+
+
].H
.{#
#
+
.i-.+
.l.-+
+
.#
.#
+
+
+
#
0,-
0,-
0,*
0,+
ll+
Q,+
0
+
+
.0,1-0,4
pglkg/menit
SINGMTAN:
Epi,
epinefrin;
NE,
norepinefrin;
+,
peningkatan;
0,
tidak
ada
perubahan;
-, penurunan;
i,
setelah
atropin,
+.
EFEK
KARDIAK
Epi merupakan
stimulan
jantung
yang kuat.
Respons
langsung
terhadap Epi
rermasuk
meningkatnya
kecepatan
perkembangan
tekanan, ke-
kuatan
kontraktil
puncak,
dan kecepatan
relaksasi;
menurunnya
waktu
menuju
stres
puncak; meingkatnya
eksitabilitas,
perceparan
laju
denyut
spontan,
dan
induksi
otomatisiras
pada region
khusus
di
jantung.
Epi
bekerja langsung pada
resepto
r
p
ryangmendominasi
di
miosit
dan
pada sel
pacu dan
jaringan
penghubung.
Denyut
jantung
meningkat
dan ritmenya
sering
ber-
ubah.
Sistolkardiaklebih
cepat
dan semakin kuat,
curah
jantung
meningkat,
dan kerja
jantung
serta konsumsi
O,
meningkat
secara
bermakna. Efisiensi
kardiak
(kerja
yang
dilakukan dibandingkan
dengan konsumsi
Or)
belkurang.
II
Obat-Obat yang Bekerja
pada Tempat
pertauran
Sinaps
dan Neuroefektor
EPI
Dengan
meningkatkan
kecepatan
kontraksi
dan
relak-
sasi ventrikular,
Epi
lebih
cenderung
memperpendek
durasi
sisto/
dan
biasanya
tidak
mengurangi
durasi
diastol.
Epi
mempercepat
kerja
jantung
dengan
cara
me m
p
e rce
p
at d e
po
I
a ris si I a
m b at
d ari sel
n o
d
u
s
si
n o
at
ri
al
(SA)
yang
berlangsung
selama
fase
4
potensia/aksl(lihat
Bab
34).
Amplitudo
AP dan
laju
maksimum
depolarisasi
,(fase
0)
juga
ditingkatkan.
Perubahan
di lokasi
pemacu
selama nodus
SA
sern
g
terjadi,
disebabkan
oleh
aktivasi
sel
pemacu
laten.
Pada
serabut
Purkinje,
Epi
mempen
cepat
depolarisasi
diastolik
dan
dapat
mengaktifkan
pemacu
laten.
Jika
Epi dalam
dosis
besar
diberikan,
terjadi
kontraksi
ventrikular
prematur
dan
mungkin
me-
nandakan
terjadinya
aritmia
ventrikular
yang
Iebih
serius.
Konduksi
melalui
sistem
Purkinje
bergantung
pada
tingkat
potensial
membran
pada
saat
eksifasl
terjadi. Epi
seringkali
meningkatkan
potensial
membran
dan
mening-
katkan
konduksi
pada
serabut Purkinje
yang
tetah
ten
depolarlsasi
se cara
berlebihan.
Epi
biasanya
memperpendek
periode
refraktori
nodus
atrioventrikular (AV)
melalui
efek
langsung
pada
jantung
meskipun
dosls
Epl
yang
menghasilkan
refteks
vagus
dapat memperlambat
jantung
dan
memperlama
periode
refraktori
nodus
AV
secara
tidak
langsung.
Epi
menurunkan
derajat
blok AV
yang
terjadi
akibat
penyakit,
obat,
atau
stimulasi
vagus.
Aritmia
supraventrikular
mungkin
terjadi
karena kombinasi
Epi
dan stimulasi
kolinergik.
Depresi
laju
sinus
dan
konduksi
AV oleh
pelepasan
vagus
mungkin
ikut
menyebabkan
aritmia
ventrikel
yang
diinduksi
oleh Epi
karena
berbagai
obat
yang
memblok
efek
vagus
memberikan
suatu
per-
lindungan.
Kerja
Epi
dalam meningkatkan
otomatisitas
jantung
dan menyebabkan
aritmia
dapat
diantagonis
secara
efektif
oleh
antagonis reseptor
B.
Namun,
aktivasi
reseptor
a,
jantung
memperpanjang
periode
refraktori
dan memperkuat
kontraksi
miokardial.
Aritmia
jantung
dijumpai
pada pasien
setelah
pemberian
dosis konven-
sional
Epi
subkutan
secara
intravena
dengan
kurang
hati-hati.
Epi
dan katekolamin
lain
dapat menyebabkan
ke-
matian
sel
miokardial,
terutama
setelah
pemberian
infus
int r
av e n a. Ioksr'sif
as a kut
b
e
rk
a it a n
d
e n
g
a n n
e
kro
s
i
s
p
it a
kontraksi
dan
perulsahan
patologis
lain;
stimutasi
simpa-
tik
yang
diperlama
pada
jantung,
sepefti
pada
kardio-
miopati
kongestif,
dapat meningkatkan
apoptosis
kardio-
miosit.
OT0T HALUS
NONVASKULAR
Efek Epi
pada
otot
polos
bergantung
pada tipe
dan densitas reseptor
adre-
nergik
yang
diekspresikan
di
otot
tersebut
(lihatTabel
6-1). Pada
umumnya, Epi
merelaksasi
otot polos
gastro-
intestinal.
Efek
ini
disebabkan
oleh aktivasi reseptor
d
_t
#
n_
#
+
.{-+.{+
+#
+,0,-
-r-r
##
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
7/38
dan
p.
Tonus
usus
serta frekuensi
dan amplitudo kon-
traksi spontan berkurang.
Lambung
biasanya terelaksasi.
Sebaliknya, sfingter pilorik
dan
sfingter ileosekal
ter-
kontraksi
(tetapi
efek ini bergantung
pada tonus otot
sebelumnya;
jika
tonus sudah
tinggi,
Epi menyebabkan
relaksasi
;
j
ika
rendah, menyebabkan kontraksi).'
Respons
otot
uterus
terhadap
Epi
berbeda-beda ber-
gantung
pada
slklus
seksual
status
kehamilan,
dan dosis
yang
dibeikan. Sepanjang
bulan terakhir
kehamilan
dan
pada
saat
melahirkan,
Epi menghambat tonus
dan
kon-
traksi
uterus,
Agonis
selektif-p,
(misalnya,
ritodrin
alau
terbutalin) dapat menunda
persalinan prematur,
walaupun
efikasinya terbatas
(lihat
dl
bawah
ini). Epi merelaksasi
otot
detrusor
kandung
kemih
(melalui
aktivasi reseptor
B)
sefta mengontraksi otot trigon
dan
sfingter
(melalui
aldi-
vitas
agonis-a).
Hal ini dapat
menyebabkan
kesulitan
urinasi dan memperbesar kemungkinan terjadinya retensi
urine
di
kandung
kemih.
Aktivasi kontraksi
otot
polos
di
pro
stat
me
n in
gkatkan
rete n
si
u rine.
EFEK PERNAPASAN
Epi merupakan
bronkodilator kuat
yang
bekerja
pada
reseptor
f
,
di
otot
halus
bronkial,
terutama
ketika
otot
bronkial terkontraksi
akibat
penyakit
atau akibat
respons
terhadap
obat atau berbagai autakoid. Efek menguntung-
kan
dari
Epi
pada
asma
mungkin timbul
dari inhibisiter-
mediasi
Brterhadap
pelepasan
mediator
inflamasi
yang
diinduksi
oleh
antigen dari sel mast, dan
pada
tingkat
yang
lebih
rendah
dari efek
adrenergik a
untuk
meng-
hilangkan sekresi
bronkial dan
kongesri
di dalam mukosa.
)bat-obatan lain,
sepefti
glukokortikoid
dan
antagonis
reseptor
leukotien, memiliki efek
antiinflamatori
yang
lebih
kuat
pada
kondisiasma
(lihat
Bab 27).
EFEK
PADA SSP
Epi
yang
merupakan
suatu senyawa
polar
sulit ben
penetrasi
ke SSP
dan bukanlah suatu
stimulan
SSP
yang
kuat
jika
diberikan
pada
dosis terapeutik lazimnya.
Walaupun Epi dapat menyebabkan kegelisahan, ketakuF
an,
sakit
kepala,
dan tremor,
efek
ini
sebagian
mungkin
disebabkan
oleh efek
Epi
pada
sistem kardiovaskular,
otot rangka, dan
metabolisme
antara
(yaitu,
efek-efek
yang
merupakan hasil manifestasi
somatik ansletas).
EFEK
METABOLIK Epi
meningkatkan
konsentrasi
glukosa dan
laktat
dalam darah
(lihatBab 6),
dan dapat
menghambat
(efek
ar) atau meningkatkan
(efek
/r)
sekresi
insulin;
efek
Epi yang tampak menonjol
adalah
penghambatan.
Sekresi
glukagon
ditingkatkan
oleh
kerja
reseptor
p
pada
sel a
pulau-pulau
pankreas.
Epi
juga
mengurangi ambilan
glukosa
oleh
jaringan
perifer,
setidaknya
sebagian karena efeknya pada sekresi
insulin,
tetapi
juga
mungkin karena efek langsung
pada otot
BAB
10
Agonis
danAntagonisedrenergik
141
rangka.
Glikosuria
jarang
terjadi.
Efek Epi
untuk men-
stimulasi
glikogenolisis di sebagian
besar
jaringan
dan
spesies
melibatkan
reseptor
B.
Epi
meningkatkan
konsentrasi
asam
lemak
bebas
dalam
plasma
dengan menstimulasi
reseptor
B
di
adi-
posit, mengaktivasi
lipase
trigliserida
dan mempercepat
penguraian
trigliserida
untuk
membentuk
asam
lemak
bebas
dan
gliserol.
Kerja
kalorigenik
Epi
(peningkatan
metabolisme)
tercermin
pada
kenaikan
konsumsi
oksi-
gen
sebanyak 20o/o
sampai
30o/o,
terutama
disebabkan
oleh meningkatnya
penguraian
trigliserida
di
dalam
jaringan
adiposa
cokelat, yang memberikan
penam-
b,ahan
substrat
yang dapat dioksidasi.
EFEK
LAINNYA
Epi
secara cepat meningkatkan
jumlah
leukosit
polimor-
fonuklear
yang
bersirkulasi,
kemungkinan
karena
demar-
glnasi
se/ ini
yang
diperantarai
oleh
reseptor
B,
Epi
mempercepat
koagulasi
darah
serta meningkatkan
fibrinolisis.
Efek
Epi
pada
kelenjar sekresl tidak
nyata;
sebagian
besar kelenjar mengalami
penghambatan
sekresr,
sebagian
karena
berkurangnya
aliran
darah
yang
disebabkan
oleh
vasokonstriksi.
Epi
menstimulasi
I akrimasi
dan
sejumlah
kecil
sekresi muku
s dari kelenjar
saliva.
Pemberian Epi
sisfemlk hanya
sedikit menye-
babkan keluarnya
keringat
dan
aktivitas
pilomotor,
tetapi
efek
ini terjadi
setelah
penyuntikan
intradermal
larutan
Epi
atau NE
encer.
Efek
tersebut
dihambat
oleh
anta-
gonis
reseptor-a.
Midriasis
mudah
teramati
selama
stimulasi simpatik
fisiologis,
tetapitidak
jika
Epiditeteskan
ke
dalam kantong
konjungtiva
mata
normal. Epi biasanya
menurunkan
tekanan intraokular
(ihat Bab
63).
Ep i me m
ud ahkan tran smi
si
n
eu ro mu
skular, terutam
a
sele/ah
sfrmu/asl
cepat
saraf motorik
yang
terus-mene-
rus;
stimulasi reseptor
a memudahkan
pelepasan
trans-
miter
dari neuron motorik
somatik, mungkin
sebagai
akibat
peningkatan-influks
Ca2t. Respons
ini kemungkinan
diperantarai
oleh
reseptor
a,
dan dapat
turut menjelaskan
kemampuan
intraafteri Epi untuk
meningkatkan
sesaat
kekuatan
pasien
miastenia
gravis.
Epi
juga
bekerja
'secara
langsung
pada
serabut otot kedut-cepat
putih
untuk
memperpanjang keadaan.
aktifnya
sehingga
meningkatkan
tekanan
puncak.
Kemampuan
Epi
dan
agonis
B,
selektif
untuk
meningkatkan
tremor
fisio/ogls
mempunyai
makna fisiologis
dan
klinis
yang
lebih
besar,
sedikitnya
sebagian
disebabkan oleh
peningkatan
pele-
pasan
gelendong
otof
(muscle
spindles)
yang
diperantarai
oleh reseptor
B.
Melalui
aktivasi reseptor
F,
epi menyebabkan
penurunan
K
plasma,
terutama karena
stimulasi ambilan
K ke
dalam
sel, terutama
otot rangka. Hal
ini
berkaitan
dengan
penurunan
ekskresl K
di
ginjaL
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
8/38
142 secIAN
II
obat-obat
yang
Bekerja
pada Tempat Pertautan
sindps
dan Neuroefektor
ABSORPSI,
NASIB, DAN
EKSKRESI
Epi tidak efek-
tif setelah
pemberian olal
karena senyawa
ini
secara
cepat
dimetabolisme
di
mukosa
gastrointestinal
dan
hati. Absorpsi
dari
jaringan
subkutan
bellangsung
lelatif
lambat
karena
vasokonstriksi lokal
dan lajunya
dapat
semakin ber-kurang
karena
hipotensi
sistemik, misalnya
pada
pasien
yang
mengalami
syok.
Absorpsi lebih
cepat
setelah injeksi
intramuskular'.
Pada keadaan
darurat,
pemberian
Epi
secara inrlavena
mungkin
diperlukan.
Jika
larutan
yang
relatif
pekat
(1%)
dibuat dalam bentuk
aerosol
(nebulized)
dan dihirup, kerja
obat
sebagian
besar terbatas
pada saluran pemapasan;
namun, reaksi
sistemik seperti
aritmia
dapat
terjadi,
rerutama
jika
digunakan
dalam
jumlah
yang
lebih
besar.
Epi
dengan cepat diinaktivasi,
terutama oleh hati
yang
kaya akan
COMT
dan
MAO
(lihat
Gambar
6-6
dan
Thbel
6-5).
FORMULASI
'lnjeksi
Epi
tersedia
dalam
larutan
1
mg/ml (1.1.000);
0,1
mg/ml
(1:10.000);
dan
0,5
mg/ml
(1:2000).
Dosis lazim
Epi
untuk dewasa bila diberikan
secara
subkutan berkisar
antara 0,3
sampai
0,5 mg.
Rute
intravena
digunakan
secara hati-hati
jika
harus
dicapai
efek
yang
dapat
diandalkan
dengan segera. Apabila larutan
Epi diberikan
melalui vena,
Iarutan
tersebut
harus
diencerkan
secara
memadaidan disuntikkan
secara sangat
perlahan.
Dosis
yang
diberikan
jarang
mencapai
0,25 mg, kecuati
untuk
henti
jantung,
ketika membutuhkan
dosis
yang
lebih
besar
Suspensi
Epi
digunakan
untuk memperlambat
ab-
sorpsi subkufan
dan
tidak boleh
disuntikkan
secara
intravena. Juga,
formulasi
1%
(10
mg/ml; 1:100)tersedia
untuk pemberian melalui inhalasi; harus
diwaspadai agar
tidak
keliru
antara larutan 1 :1
00
ini
dengan larutan 1 :1 000
yang
dirancang untuk
pemberian
parenteral,
karena
ketaksengajaan
pemberian
injeksi larutan 1:100
dapat
berakibat fatal.
Epitidak
stabil
dalam larutan
basa;
ketika
terpapar
oleh
udara
atau
cahaya,
Epi
akan
berubah
warna menjadi merah
muda akibat
oksidasi
menjadi
adrenokrom
dan
kemudian
menjadi
coklat
akibat
pem-
bentukan
polimer;
oleh karena itu,
dalam
sediaan harus
diseftakan antioksidan
atau
asam.
TOKSISITAS, EFEK
SAMPING, DAN
KONTRAINDIKASI
Epi
dapat menyebabkan
kegelisahan,
sakit kepqla
ber-
denyut, tremor,
dan
palpitasi;
efek tersebut
cepat
mereda
dengan istirahat, tenang,
sikap
berbaring, dan
penen-
teraman hati. Reaksi
y
ang
lebih
serius
meliputi
perd
arahan
otak dan
aritmia
jantung.
Penggunaan
dosis tinggi atau
injeksi Epi intravena
yang
tidak disengaja
dan cepat
dapat menyebabkan
perdarahan
otak karena
peningkal
an
tekanan darah
yang
tajam.
Aritmia
ventrikular dapat
terjadi
setelah
pemberian
Epl Pada
pasien
penyakit
afteri
koroner,
pemberian
Epi
dapat menginduksi
angina.
Penggunaan
Epi
biasanya dikontraindikasikan
pada
pasien
yang
sedang menggunakan
obat
pemblok
resep-
tor
B-adrenergik
nonselektif
karena
kerjanya
pada
resep-
tor
a,-adrenergik
vaskular
yang
tidak
terimbangi
dapat
menyebabkan
hipeftensi
parah
dan
perdarahan
otak.
PENGGUNAAN
TERAPEUTIK
Penggunaan
klinis
Epi didasarkan
pada
kerjanya
pada
pembuluh
darah,
jantung,
dan otot
bronkus.
Penggunaan
utama
Epi adalah
untuk
meredakan
reaksi
hiper-
sensitiyilas
se
c
a
ra
ce
p
at,
te
rm
asuk
an afil aksi
s, te
rh
ad ap
obat dan
alergen lain. Epi
dapat
digunakan
untuk mem-
perpanjang
kerja
anestetik
lokal, mungkin
melalui
vaso-
konstiksi
dan
penurunan
absorpsl
yang
dihasilkan
(lihal
Bab
14). Epidapat
memulihkan
ritme
jantung
pada
pasien
henti
jantung.
Epi
juga
digunakan
sebagai
senyawa
hemostatik
topikal
pada
permukaan
yang
berdarah
seperli
di
mulut atau
pada
perdarahan
tukak
peptik
selama endoskopi
lambung
dan duodenum,
Absorpslsis-
temik
obat
tersebut dapat
terjadi
bita
obat ini
digunakan
pada gigi.
Selain
itu,
inhalasi
Epi dapat
berguna
untuk
penanganan
pascaintubasi
dan
infectious
croup. Peng-
gunaan
terapeutik Ep| berkaitan
dengan
obat
simpato-
mimetik lain,
akan
dibahas
kemudian
pada
bab ini.
Norepinefrin
NE,
(levanrERENoL,
/-noradrenalin)
dilepaskan
oleh
salaf simpatik
pascaganglionik
mamalia
(Tabel
10-1).
NE
menyusun
l0o/o
sampai 20olo
kandungan
karekola-
min
pada
medula adrenal
manusia
dan sebanyak
97o/o
pada beberapa
feoklomositoma,
yang
tidak
dapat
meng-
ekspresikan
enzim feniletanolamin-N,metiltransferase.
SIFAT
FARMAKOLOGI
KeLja
farmakologis
NE
dan
Epi telah
sering
dibandingkan
secara in uiuo
dan in
uitro
(Tabel
10-2).
Keduanya kurang
lebih
memilikikekuatan
yang
sama
dalam menstimulasi
leseptorp,.
NE merupa,
kan
agonis
d poten
dan
kerjanya
relatif
kecil
pada
reseptor
f
,;
na
un, agak kurang
poten daripada
Epi
pada reseptor
a di
sebagian
besar organ.
Gambar
10-2
memperbandingtr
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
9/38
NE
mengonstriksi
pembuluh mesentelik serta mengu-
rangi
aliran darah visera dan
hati.
Aliran darah koroner
biasanya
bertambah, mungkin
disebabkan
oleh
dilatasi
koroner
yang
terinduksi secara
tidak
langsung, seperti
pada
Epi,
dan
juga
karena tekanan
darah
yang naik.
\Talaupun umumnya merupakan
agonis
[]ry^ng
buruk,
NE
dapat
meningkatkan
alilan
darah
koronel
secara
langsung
dengan menstimulasi reseptor
13rp^d^
pr
-
buluh
darah koroner. Pasien angina varian Prinzmetal
mungkin super:sensitif terhadap efek konstriktor a
dari
NE,.
ABSORPSI, NASIB, DAN EKSKRESI
NE,
seperfl Epi, tidak efektif
jika
diberikan secara oral
dan hanya sedikit diabsorpsi
daritempat
injeksi subkutan.
Senyawa tersebut diinaktivasi secara cepat di dalam
tubuh
oleh ambilan dan
kerja
C)MT
dan
MAO.
Sejumlah
kecil NE biasanya ditemukan di dalam urine. Laju ekskresi
dapat
sangat
meningkat
pada pasien
pengidap
feokro-
mositoma.
EFEK
SAMPING;
PERINGATAN
Efek
NE
yang
tidak diinginkan
mirip
dengan efek
Epi,
walaupun
ada
kenaikan
tekanan darah
yang
biasanya
lebih
tinggi
pada penggunaan
NE.
Dosis
yan
g
berlebihan
dapat menyebabkan
hipertensi
yang parah.
Perlu
di-
perhatikan
bahwa
nekrosis dan
pengelupasan
jangan
sampai te
rjadi
di tempat
injeksi i ntrave na
yang
disebabkan
oleh
ekstravasasi
obat
ini. lnfus harus
drberikan
di bagian
atas dari anggota
gerak,
lebih baik
melalui kanula
plastik
panjang yang
mengarah
ke
pusat.
Gangguan
sirkulasi
di
tempat injeksi, dengan atau tanpa ekstravasasi NE, dapat
dipulihkan dengan menginfiltrasi tempat tersebut dengan
fentolamin,
suatu antagonis
reseptor
a. Tekanan darah
harus
sering
diukur.
Berkurangnya aliran darah ke
organ
sepefti
ginjal
dan usus
senantiasa merupakan bahaya
pada penggunaan
NE.
PENGGUNAAN
TERAPEUTIK
NE
(rcvoeuro,
lainnya) hanya memiliki nilai
terapeutik
yang
terbatas.
Penggunaan
obat
ini untuk syok akan di-
bahas kemudian
pada
bab ini. Pada
penanganan
tekanan
darah rendah, dosrs harus dls esuaikan untuk memperoleh
respons
preso
r
yang
dikehendaki.
Dopamin
DA
(3,4-dihidroksifeniletilamin;
Thbel
I 0- l)
merupakan
prekulsor
metabolik
dari NE dan
Epi;
DA
merupakan
neulotransmiter
sentlal yang penting terutama dalam
regulasi gerakan
(lihatBab
12, 18, dan 20). Di perifer,
DA disintesis di
dalam
sel
epitelial tubulus
proksimal
dan diduga menghasilkan efek diuretik
lokal
dan
natliu-
BAB
l0
Agonis
dan Antagonis
adrenergik
143
retik.
DA
merupakan substrat
bagi
MAO
dan
COMT
dan karenanya
tidak
efektif
jika
dibeLikan
secara oral.
Klasifikasi
reseptor
DA dijelaskan
dalam Bab 12
dan
20.
SIFAT
FARMAKOLOGI
Efek
Kardiovaskular Efek
kaLdiovaskulal
DA
di-
perantarai
oleh beberapa
tipe
reseptor
yang
berbeda
afinitasnya terhadap
DA. Pada konsentrasi
rendah,
interaksi
utama DA
adalah dengan resepror
D,
vaskular,
telutama
di
ginjal,
mesenterium,
dan
jaringan
koroner;
interaksi
ini
menyebabkan
vasodilatasi
otot
polos
(melalui
yaluL
G.-adenilil siklase-cAMP).
Pembelian
infus
dosis rendah DA menyebabkan
peningkatan laju
filtrasi
glomelular, alilan
darah renal,
dan
ekskresi
Na..
Aktivasi
reseptor-
D, sel
tubulal
renal
menurunkan
tlanspor
natrium
dengan
mekanisme
bergantung-
cAMP
dan tidak
bergantung-cAMP. Peningkatan
plo-
duksi
cAMP
di sel tubular proksimal
dan
bagian
medular
dari
bagian
menaik
ansa
Henle
menghambat
penukar
Na.-H.
dan Na*, K.-ATPase.
Kerja
DA di
tubular
renal
yang
menyebabkan
natriuresis
dapat ber'-
.tambah
dengan peningkatan
aliran
darah
renal
dan
laju
filtrasi
glomelulus yang
terjadi
setelah
pemberiannya.
Peningkatan
yang
dihasilkan
dalam tekanan
hidrostatik
di
kapiler
peritubular dan pengurangan
pada tekanan
onkotik
dapat menyebabkan berkurangnya
reabsorpsi
Na-
oleh
sel tubular proksimal.
Oleh kalena itu,
DA
memiliki
efek
falmakoiogi
yang
tepat
untuk penanganan
kondisi
curah
jantung
rendah
yang membahayakan
kondrsi
ginjal, seperti pada kondisi
gagal
jantung
kongestif
parah.
Pada
konsentrasi
yang
lebih tinggi,
DA bekerja
pada
reseptor
B, iantung
untuk
menghasilkan
efek inotropik
positif
. DA
juga
menyebabkan
pelepasen
NE
dari
ujung
saraf,
yang
merupakan
penyebab
efek DA terhadap
jantung.
DA
biasanya meningkatkan
tekanan darah sistol
dan kekuatan
denyut, sefta tidak memiliki
efek atau
hanya
sediktt
meningkatkan-
tekanan darah
diastol,
Resislenslpedfer
total biasanya tidak berubah ketika DA
diberikan
dalam
dosis
rendah atau sedang, Hal
ini
mungkin
disebabkan
oleh
penurunan
resistensi afterial
regional
di beberapa
jaringan
vaskular
(contohnya,
mesentrik
dan renal) sefta sedikit
peningkatan
dijaringan
vaskular laiqnya.
Pada
konsentrasi
tinggi, DA
meng-
aktivasi reseptor
vaskular
(r
1,
yang
semakin meningkatkan
vasokonstriksi
umum.
SSP
Walaupun terdapat reseptor spesifik
DA di sistem saraf
pusat, injeksi
DA
biasanya
tidak memiliki
efek sentlal
karena DA
tidak dapat
menembus
sawar
darah-otak.
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
10/38
144 necrnN
U obat-obat
yang Bekerja
pada Tempat
Pertautan
Sinaps
dan
Neuroefektor
PENGGUNAANTERAPEUTIK
Dopamin(rNrnolrN,
lainnya)
digunakan
pada
penanganan
kegagalan
konges-
tif
parah, rerurama
pada
pasien
dengan
oligouria
dan
resistensi
vaskular
pelifer rendah
atau
normal.
Obat ini
juga
dapat
memperbaiki
parameter
fisiologis
pada
pena-
nganan
syok
kardiogenik
dan seprik.
\Walaupun
DA
dapat
secara
akut
meningkatkan
fungsi
kardiak
dan
renal
pada
pasien
yang
sakit parah
dengan
kondisi
penyakit
jantung
kronik
atau
gagal
ginjal,
hanya
sedikit
bukti
yang
mendukung
keuntungan jangka
panjang
penggunaan
klinis
DA.
Manajemen
syok
didiskusikan
sebagai
berikut.
Dopamin
hidroklorida
hanya
digunakan
secara intravena
dengan kecepatan
awal
2-5
1tg/kg/menit,
jika
dipelukan
dapat
ditingkatkan
hingga
20-50
trtg/kg/menit.
Setama
pemberian
infus,
pasien
memerlukan
pemeriksaan
klinis
fungsi
miokardia,
perfusi
organ-organ
vital
seperti
otak,
serta
produksi
urine,
Penurunan
aliran
urine,
takikardia,
atau
timbulnya aritmia
dapat
menjadi indikator
untuk
memperlambat
atau menghentikan
pemberian
infus.
Durasi
kerja DA
singkat;
oleh karena
itu, laju
pemberian
dapat digunakan
untuk
mengendalikan
intensitas
efek
yang
dihasilkan.
Obat-obatan
terkait mencakup
fenoldopam
dan
dopeksamin.
Fenoldopam
(coatonau),
suatu
derivat
benzazepin,
merupakan
vasodilator
kerja
cepat
yang
di-
gunakan
untuk
mengendalikan
hipeftensi
parah
(misal-
nya,
hipeftensi
malignan
dengan kerusakan
organ
sasar-
an)
pada
pasien
di
rumah
sakit
selama
tidak lebih
dari 48
jam.
Fenoldopam
merupakan
agonis reseplo
r
D,
perifer
sefta
beikatan
dengan
kekuatan
sedang
pada
reseptor
adrenergik
a2; fenoldopam
tidak
memiliki
afinitas
signifi-
kan
terhadap
reseptor
D,
atau reseptor
adrenergik
a,
atau
B.
Fenoldopam
merupakan
suatu
rasemat;
isomer
R-nya merupakan
komponen
yang
aktif.
Senyawa
ini
mendilatasi
berbagai
pembuluh
darah,
termasuk
afteri
koroner,
afteriol
aferen
dan eferen
dalam
ginjal,
sefta
afteri
mesenterik. Dari
salu
dosr's
pemberian
per
oral,
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
11/38
terenol
menurunkan
resistensi
vaskular perifer, terutama
pada otot
rangka,
namun
juga
pada
jaringan
vaskular
ginjal dan
mesenterik. Tekanan
diastolik
menurun.
Tekanan
darah sistolik dapat tidak berubah atau naik;
tekanan arterial
utama
biasanya
menurun.
Curah
jantung
meningkat akibat efek inotropik
dan
krono-
tropik positif dari
obat
tersebut dalam
menghadapi
menghilangnya
resistensi
vaskular perifer. Efek karidak
dari isoproterenol
dapat
mengakibatkan
palpitasi, sinus
takikardia, serta
aritmia
yang
lebih
serius.
Isoproterenol
merelaksasi hampir
semtia
jenis
otot
polos
jika
tonusnya
tinggi, yang paling
jelas
terlihat
pada otot
polos bronkus dan
gastrointestinal.
Efek
iso-
proterenol
terhadap asma
mungkin
turut disebabkan
oleh inhibisi
pelepasan
histamin
dan mediator infamasi
lain
yang
diinduksi-antigen;
kerja
ini
juga
dimiliki
oleh
agonis
selektif
resep
tar-B
r.
ABSORPSI,
NASIB, DAN EKSKRESI
lsoproterenol dengan mudah diabsorpsi ketika diberikan
secara
parenteral
atau sebagai aeros ol. Obat ini
dimeta-
bolisme
di
hati
dan
jaringan
lain oleh CaMT. lsoproterenol
merupakan
subsfraf
yang
relatif
buruk
bagi MAO
sefta
tidak
diambil oleh saraf simpatik melalui NET
pada
tingkat
yang
sama sepefti
Epi dan
NE. Durasi
kerja
isoproterenol
lebih
panjang
dibandingkan
Epi,
walaupun
tetap
singkat.
TOKSISITAS DAN
EFEK SAMPING
Palpitasi,
takikardia,
sakit
kepala,
dan wajah memerah
serfa
ferasa
panas
umum terladi.
Iskemia
jantung
dan
aritmia
dapat terjadi terutama
pada
pasien
dengan
p
e
ny
akit
a
rie
i
ko
ro
ne
r.
PENGGUNAAN TERAPEUTIK
lsoproterenol
(sueaet,
lainnya) dapat digunakan
dalam
kondsi
darurat
untuk
menstimulasi denyut
jantung
pada
pasien
dengan bradikardia atau blokade
jantung,
ter-
utama
dalam
mengantisipasi
pemasangan
alat
pacu
jantung
buatan atau
pada
pasien
yang
mengalami
aritmia
ventrikular torsades
de
pointes.
Pada
asma
dan syok,
isoproferenol sebagian
besar sudah digantikan oleh obat-
obat
simpatomimetik.lain'(ihal
di
bawah dan Bab
27).
Dobutamin
Efek farmakologi dobutamin
(lihat
Tabel
tO-l
untuk
struktur)
berasal
dari
interaksi
langsung
dengan
reseptor
rx
dan
p
serta bersifat
kompleks.
Sediaan dobutamin
yang
digunakan dalam terapi klinis merupakan
suatu
rasemat. Isomer
(-)
dobutamin.merupakan agonis a,
dan presor
yang
poten,
(+)
dobutamin merupakan
anta-
gonis
a, poten
yang dapat
menghambat
efek
(-)
dobu-
tamin.
Kedua isomer
dobutamin
ini
merupakan agonis
BAB
10
Agonis
danAntagonisadrenergik
145
penuh
pada
resepto
r
p,
tapi
isomer
(+)
kira-kira
sepuluh
kali
lebih
poten
dibandingkan isomer
(-).
EFEK KARDIOVASKULAR
Efek dobutamin
rasemat
pada
kardiovaskular
merupakan
campuran sifat
farmakologis
sfereoisomer
(-)
dan
(+1.
Dobutamin
memiliki
efek
inotropik
yang relatif
lebih
menonjol
daripada
efek
kronotropik
jika
dibandingkan
dengan
isoproterenol.
Se/ektivlfas
yang
bermanfaat
ini
mungkin
disebabkan
oleh relatif
tetapnya
resistensi
perifer
karena
penyeimbangan
vasokonstiksi
yang
di-
perantarai
oleh
reseptor
rx, dan
vasodilatasi
yang
di-
perantarai
oleh
reseptor
p,
Secara
alternatif
,
reseptor
a,
di
jantung
mungkin
berperan
pada
efek inotropik"
Pada
dosis inotropik
yang
setara, dobutamin
meningkatkan
automatisitas
nodus
slnus dalam
tingkat
yang
lebrh
kectl
daripada
isoproterenol;
namun,
peningkatan
konduksi
atrioventrikular
dan intraventrikular
mkip
untuk
kedua
obat ini.
EFEK
MERUGIKAN
Tekanan
darah
dan frekuensi
jantung
dapat meningkat
secara signifikan
selama
pemberian
dobutamin
sehingga
memerlukan
pengurangan
laju
infus;
pasien
hipeftensi
dapat
lebih
sering
menunjukkan
respons
presor
yang
berlebihan.
Karena
dobutamin mempermudah
konduksi
AV,
pasien
dengan
fibrilasi
atrial
berisiko
mengalami
kenaikan
laju
respons ventrikular
secara
nyata; mungkin
dibutuhkan
digoksin atau
tindakan
lain
untuk mencegah
terjadinya
hal tni. Beberapa
pasien
dapat
mengalami
aktivitas ektopik
ventrikular.
Seperti
pada
setiap senyawa
inotropik,
dobutamin
dapat meningkatkan
besarnya
infark
dengan
meningkatkan
kebutuhan
O, miokardial.
Khasiat
dobutamin
selama
peiode
lebih
dari beberapa
haritidak
menentu;
terdapat bukti
berkembangnya
toleransi.
PENGGUNAAN
TERAPEUTIK; FARMAKOKINETIKA
Dobutamin
(aosurarx,
lainnya)
diindikasikan
untuk
pena-
nganan
jangka-pendek
dekompensasi
jantung
yang
dapat terjadi
setelah
pembedahan
jantung
atau
pada
pasien
gagal
jantung
kongestif
atau infark
miokarriiat
akut. lnfus
dobutamin
dalam kombinasi
dengan
eko-
kardiografi
berguna
dalam
penilaian
noninvasif
pada
pasien
penyakit
afteri koroner;
pemberian
tekanan
pada
jantu
n
g
me ngg
u n akan
dob uta
mi
n
d
a
p
at
me n
g
un
g
ka
pkan
abnormalitas
jantung
pada pasien
tertentu.
Dosis muatan
tidak dip.erlukan,
dan konsentrasi
keadaan tunak
umumnya tercapai
dalam waktu
10
menit
setelah
awalpemberian
infus. Laju
infus
yang
dibutuhkan
untuk meningkatkan
curah
jantung
biasanya
2,5-10
pg/
kg
per
menit;
terkadang diperlukan laju
infus
yang
lebih
tinggi. Laju
dan durasi infus ditentukan
oleh
respons
klinis
dan respons hemodinam,ik
pasien.
Onset kerjanya
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
12/38
146 neCraN
II
Obat-Obat yang
Bekerja
pada
Tempat Pertautan
Sinaps dan Neuroefektor
cepat"
Dobutamin
mempunyai t,,, sekitar
2 menit; me-
tabolit utamanya
merupakan
hasil
konjugasi
dobutamin
dan 3-)-metildobutamin.
(saernNe,
dan lain-lain) digunakan
untuk
pengobatan
jangka
panjang
penyakit
saluran
napas
obstruktif dan
bronkospasme
akut;
formulasi
parenteral
obat
ini
diguna-
kan
untuk
penanganan
darurat status
asmatikus
(lihat
Bab 27).
ALBUTEROL
Albuterol
(veNrouN,
pRavENTtL,
dan lain-lain)
merupakan
agonis
Br-adrenergik
selektif dengan sifat farmakologis
dan
indikasi
terapeutik
yang
mirip
dengan terbutalin.
Obat
ini
diberikan
baik melalui
inhalasi
maupun
secara
oral
untuk
peredaan
simtomatik
bronkospasme.
Jika di-
berikan
melalui
inhalasi,
obat
ini
akan
menghasilkan
bronkodilatasiyang
signifikan dalam waktu
15
menit,
dan
efeknya bertahan
selama
3
sampai
4
jam.
Efek albuterol
pada
kardiovaskular
jauh
lebih
lemah
dibandingkan efek
isoproterenol
yang
menghasilkan
bronkoditatasi
yang
sebanding
jika
diberikan melalui
inhalasi. Albuterol
oral
dapat menunda kelahiran
prematur. Efek
samping
pada
slstem
saraf
pusat
dan
sistem pernapasan
jarang
ter-
amati.
ISOETARIN
*
Seiektrvifas
isoetarin terhadap reseplor
p,
adrenergik
mungkin
tidak
dapat
menyamai
beberapa
obat
lain.
Walaupun
reslsfen terhadap
metabolisme
oteh MAO,
se-
nyawa
ini termasuk katekolamin sehingga
merupakan
subsfraf
yang
baik untuk
C)MT
(Tabel
10-1). Obat ini
hanya digunakan secara inhalasi
untuk
penanganan
eplsode b
ro
n
ko
ko n stri
ksi
akut.
PIRBUTEROL
Pirbuterol merupakan agonis
B,
yang relatif
selektif.
Struktumya mirip dengan albuterol. Pirbuterol
asetat
(uxan)
tersedia
untuk
terapi
inhalasi;
pemberian
dosis
biasanya
setiap 4
sampai 6
jam.
BITOLTEROL
Bitolterol
(ronNturr)merupakan
suafu
prodrug
agonis
B,
baru
yang gugus
hidroksilnya di bagian katekol
terlindungi
oleh
esterifikasi. Aktivitas
esferase
yang
diduga lebih
besar
di
paru-paru
dibandingkan
di hati
menghidrollsis
prodrug
ini menjadi
bentuk
aktifnya
yaitu
kolterol, atau
terbutylne
(ihalTabel
10-1).
Durasi
efek
bitolterol
setelah
inhalasiadalah
3-6
jam
FENOTEROL
Fenoterol
(srnorec)
merupakan
agonls
seiekflf
reseptor
B,
yang
diberikan
melalui
inhalasi. Fenoterol
memiliki
onset kerja
yang
segera, dan
efek
yang
tahan
lama
(4
sampai
6
jam).
Kemungkinan adanya
hubungan antara
penggunaan
fenoterol
dan
meningkatnya
kematian
Agonis
Reseptor
Adrenergik
Selektif
/,
Dalam
penanganan
asma,
lebih diinginkan kecenderung-
an aktivasi reseptor
Brtanpa
stimulasi
reseptor
8,.
Obat-
obatan dengan kecenderungan afinitas terhadap
reseptor
F,
melebihi reseptor
F,
telah dikembangkan,
namun
se/ekflvifas
tidak absolut
dan hilang
pada
konsentrasi
tinggi. Pembelan
dosis
kecil agonis
B,
dengan
cara
inhalasi
mengakibatkan aktivasi efektif
reseptor
B,
di
bronkus,
namun konsentrasi
obat
secara sistemik sangat
rendah. Akibatnya, hanya sedikit
polensi
untuk
meng-
aktivasi
reseptor
F,
jantung
atau untuk
menstimulasi
reseptor
B,
di otot
rangka
(yang
dapat menyebabkan
tremor).
Penggunaan
agonis
B
untuk
penanganan
asma
dibahas
pada
Bab
27.
METAPROTERENOL
Metaprlterenol
(disebv(.
orsi-
prenalin
di
Eropa), terbutalin
dan
fenoterol,
termasuk
golongan
struktural bronkodilator
resorsinol yang
mempunyai
gugus
hidroksil
pada
posisi
3
dan
5
cincin
fenil
(bukan
pada
posisi
3
dan
4 seperti
pada
katekol;
lihatTabel
l0-1). Akibatnya, obat-obat
ini
resisren rer-
hadap metilasi
oleh COMT dan
suatu
fraksi yang
cukup
besar
(40%)
diabsorpsi dalam bentuk
aktif
setelah pembeqian oral.
Metaproterenol diekskresi
ter-
utama
sebagai konjugat
asam
glukuronat.
Metapro-
terenol selektif terhad^p
f
,,
meskipun
mungkin
kurang
selektif dibandingkan
albuterol atau
terbutalin; oleh
karena
itu,
metaproterenol lebih
mungkin
menyebabkan
stimulasi kardiak.
Efek terjadi dalam beberapa
menit
sete/ah
inhalasi dan
berlahan selama
beberapa
jam.
Sete/ah
pemberian
oral,
onset
kerja lebih lambat, tetapi efek bertahan
3 sampai
4
jam.
Metaproterenol
(nureNr,
Iainnya) digunakan
untuk
pengobatan
jangka
panjang penyakit
saluran
napas
obstruktif,
asma,
dan
untuk
penanganan
bronkospasme
akut
(lihat
Bab 27). Efek samping
mirip
dengan
bron-
kodilator simpatomimetik
kerja cepat
dan
sedang.
TERBUTALIN
Terbutalin
merupakan
bronkodilator selektif-p,
yang
mengandung
cincin
resorsinol sehingga
bukan meruBa-
kan
substrat
untuk COMT. Obat
ini
efektif
bila digunakan
secara oral, subkutan,
atau melalui
inhalasi. Efek obat
ini
cepat teramati
setelah
inhatasi atau
pemberian
parenteral;
sete/ah
inhalasi, kerjanya dapat
bertahan selama
3
sampai 6
jam.
Pada
pemberian
oral,
onset
efeknya
mungkin
tertunda selama
1
sampai
2
jam.
Terbutalin
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
13/38
karena
asma
di
Selandia
Baru
masih
diperdebatkan.
Fenoterol masih
di
bawah
investigasi
untuk
penggunaan
di As.
FORMOTEROL
Formoterol
(ronaou)
merupakan
agonis
selektif-p, kerja-
lama, Iipofilik,
dan
berafinitas
tinggi.
Bronkodilatasi yang
signifikan terjadi
dalam beberapa
menit
setelah inhalasi
dan dapat beftahan
hingga
12
jam,
suatu
keuntungan
jika
dibandingkan
dengan agonis selektif
B,lainnya
untuk
penanganan
kondisi seperti
asma
nokturnal.
Formoterol
telah disetujui FDA untuk
penanganan
asma, bronko-
spas/??e,
profilaksis
bronkospasme
yang
diinduksi
oleh
olahraga dan
C)PD.
PROKATEROL
Prokaierol
(uasucw,
Iainnya;
tidak
tersedia
di
AS),
me-
rupakan agonis
selektif
f
,,
diberikan dengan inhalasi
dan
mempunyai
onset kerja
yang
segera dan beftahan hingga
sekitar
5
jam.
SALMETEROL
Salmeterol
(szaevett)
merupakan agonis
resepto r
selek-
tif-|,
yang
lipofilik sefta memiliki kerja diperlama
(>12
jam)
dan selektifitas
yang
relatif tinggi
(50
kali dibanding-
kan
albuterol)
untuk
reseptor
B,
Karena
onset
kerjanya
setelah
inhalasi
relatif lambat,
salmeterol
tidak
cocok
sebagal
terapi tunggal untuk menangani
serangan
bronkospasme akut.
Salmeterol atau formoterol merupa-
kan
obat
pilihan
untuk
asma
nokturnal
pada
pasien yang
masih
mengalami
gejala
simptomatik walaupun
telah
diberikan
obat anti
inflamasi
sefta
penanganan
standar
lainnya.
Salmeterol'
menghasilkan kelegaan simptomatik
dan meningkatkan kerja
paru-paru pada pasien
dengan
COPD. Salmeteroltidak boleh digunakan lebih
dai
2 kali
sehari
(pagi
dan
sore)
dan
sebaiknya
tidak
digunakan
untuk menangani
gejala
asma akut,
yang
harus ditangani
dengan agonis
B,
kerja cepat ketika terjadi
gejala
serangan. Salmeterol dimetabolisme oleh CYP3A4 men-
jadi
a-hidroksi-salmeterol
yang
dieliminasi
terutama
melaluifeses.
RITODRIN
Ritodrin merupakan agonis
p,
selektif
yang
awalnya di-
kembangkan
sebagai relaksan uterus. Setelah
pemberian
o
ral,
rito
d
ri
n
d
absorpsi secara
ce
p
at
teta
i
ti
d
ak
s
e
m
p
u
m
a
(30%|
dan 90%
obat
diekskresi
dalam urine
sebagai
konjugat
tidak alrtif;
setelah
pemberian
intravena,
sekitar
50% ritodrin diekskresi
dalam bentuk awal. Farmakokinetik
ritodrin
bersifat
kompleks dan
belum seluruhnya
jelas,
terutama
pada
wanita
hamil, Pembeian ritodrin
secara
intravena
pada pasien
teftentu dapat menghentikan
per-
salinan
prematur
dan memperpanjang kehamilan. Namun,
BAB
10 Agonis
danAntagonisedrenergik
147
agonis
selektif
f
,
mungkin
tidak memiliki
manfaat
klinis
yang
signifikan
terhadap moftalitas
perinatal
dan mungkin
sebetulnya
meningkatkan
morbiditas
maternal,
Pada
satu
penelitian
yang
membandingkan
nifedipin
dengan
itodrin
dalam
penanganan
kelahiran
prematur,
nifedipin
dikaitkan
dengan
penundaan
kelahiran
yang
lebih lama,
efek
samping maternal
yang
lebih
sedikit
dan lebih
sedikit,
kasus
pemindahan
bayi ke neonatal
intensive
care
unit
(Ntcu)
EFEK MERUGIKAN
AGONIS
SELEKTIF
B,
Efek
merugikan
agonis
B-adrenergik
yang
utama
terjadi
akibat aktivasi
reseptor
B
secara
berlebihan:
tremor,
biasanya
akan
terjadi toleransi
terhadap
efek ini
dan dapat
d iminim
alkan deng an
meng aw ali
te
rapi
o
ral
me ngg
un akan
dosis
obaf
yang
rendah
dan meningkalkan
dosis
secara
beftahap
seiring
toleransi
terhadap
tremor berkembang;
perasaan
gelisah,
cemas,
dan
ansietas,
yang
dapat
membatasi
terapi; dan
takikardia,
terutama
terjadi melalui
reseptor
8,,
tetapi
juga
melalui
reseptor
p, jantung,
atau
merupakan
efek
refleks
yang
berasal
dari
vasodilatasi
perifer
yang
diperantarairesepfor
f
,.
Selama serangan
asma
yang
parah,.
frekuensi
jantung
sebenarnya
dapat
berkurang
selama terapi
dengan agonis
B,
diduga
hal ini
terjadi
karena
pekaikan
fungsi
pulmoner
yang
diikuti
dengan
pengurangan
stimulasi
simpatik
jantung
secara
endogen. Pada
penderita
tanpa
penyakit
jantung,
agonis
p
jarang
menimbutkan
aritmia signifikan
atau
iskemia
miokardial;
namun,
pasien yang
mempunyai
dasar
penya-
kit afteri koroner
atau aritmia
yang
ada
sebelumnya
me-
miliki
risiko
lebih
besar. Risiko
efek kardiovaskular
yang
merugikan
juga
beftambah
pada
pasien
yang
meneima
penghambat
MAO; harus
diberi
jeda
dua minggu
antara
penggunaan
inhibitor
MAO
dan
pemberian
agonis
pratau
obat
simpatomimetik
lainnya.
Udem
pulmoner
parah
dilaporkan
terjadi
pada
wanita
yang
menerima
ritodin
atau terbutalin
untuk
persalinan prematur.
Sejumlah
studi epidemiologi
menunjukkan
kemun -
kinan
adanya hubungan
antara
penggunaan
agonis
B
dalam
wal
8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik
14/38
148
seCIAN II Obat-Obat
yang Bekerja
pada Tempat
Pertautan
Sinaps dan
Neuroefektor
perlu
dipertimbangkan
(misalnya,
penggunaan
korliko-
steroid
secara inhalasi).
Pada beberapa
pasien
diabetes,
obat ini dapat
memperparah hiperglikemia,
dan
mungkin
dibutuhkan
dosis
lnsu/ln
yang
lebih tinggi.
Semua
efek
merugikan
ini memiliki kemungkinan
teriadi
yang
iauh
lebih kecil
pada
terapi
inhalasi dibandingkan terapi
paren-
teral atau oral.
AGONIS RESEPTOR
ADRENERGIK
SELEKTIF
a,
Aktivasi reseptor
adrenergik a
pada.
otot
polos
vaskular
berakibat pada
kontraksi yang
menyebabkan
pening-
katan
resistensi
vaskular periferal
dan tekanan
darah.
Valaupun
penggunaan
klinis agonis
a
terbatas, obat-
obatan
ini
dapat
berguna untuk
penanganan
hipotensi
dan
syok.
Beberapa sifat obat-obat
di bawah
ini dapat
dilihat dari
strukturnya
(Tabel
10-1).
Fenilefrin
Fenilefrin
(NEo-svNElHntwe,
lainnya)
merupakan
ago-
nis
reseptor a,
selektifi fenilefrin
hanya
mengaktivasi
reseptor-
B
pada dosis
yang
sangat
tinggi.
Fenilefrin
menyebabkan vaso
konstriksi
arterial
kuat selama pem-
berian
infus intravena.
Fenilefi'in
juga
digunakan
sebagai
dekongestan
nasal serta sebagai
midriatikdaiam
berbagai
folmulasi
nasal
dan
oftalmik
(lihatBab
63 untuk peng-
gunaan
oftalmik).
Mefentermin
Mefentermin
(wvauwe
sutrtrQ bekeria
baik
secara lang-
sung maupun
tidak
langsung. Sefe/ah
inieksi
intramus-
kular,
onset
kerjanya
segera
(dalam
5
sampai
15
menif
,
dan efek
dapat
berlangsung
selama beberapa
iam
Karena obat
ini melepaskan
NE,
kontraksi
iantung
meningkat,
curah
jantung
serla tekanan
sistolik
dan dias-
tolik
biasanya
naik. Perubahan
pada
denyut
iantung
tidak
sama,
bergantung
pada
tingkat
tonus
vagus. Efek
me'
rugikan berkaitan
dengan siimulasl
SSP,
peningkatan
tekanan
darah
yang
berlebihan,
dan
aritmia.
Mefentermin
digunakan
untuk
mencegah
hipotensi,
yang
seringkali
me nye
rtai anesfesia splnai.
Metaraminol
Metaraminol
(aanuwQ
merupakan
obat dengan
keria
campuran:
agonis
pada
reseptor rx-adrenergik vaskular
dan
juga
senyawa
yang
bekerja
secara
tidak
langsung
untuk
menstimulasi
pelepasan
NE. Obat
initelah
diguna'
kan
dalam
penanganan
keadaan
hipotensif
atau
peng'
gunaan
off
label untuk
meredakan
serangan
takikardia
atrial
paroksismal,
terutama
yang
berhubungan
dengan
hipotensi
(lihat
Bab
34
untuk
penanganan
aritmia
yang
Iebih
disukai).
Midodrin
Midodrin
(caomnwz)
merupakan
agonls
resepfo
r
a,yang
efektif
secara
oral.
Senyawa
ini
merupakan
suafu
pro-
drug; aktivitasnya disebabkan oleh konversinya menjadi
metabolit aktif, desglimidodrin,
yang
mencapai
kon-
senfrasi
puncak
sekitar
1
jam
setelah
pemberian
satu
dosis midodrin. Waktu
paruh
desglimidodrin
adalah
sekitar 3
jam,
durasi
kerjanya
ialah
4-6
jam.
Midodrin
menstimulasi
kontraksi olot
polos
arteri
dan vena, dan
bermanfaat
untuk menanganl insuilsiensi otonom
dan
hipotensi
postural.
Komplikasi lebih lanjut
yang
sering
ditemukan
pada
pasien
tersebut
adalah hipeftenslposisl
telentang.
Hal ini
dapat diminimalkan dengan
meng-
hindarkan
pemberian
obat
sebelum
tidur dan menaikkan
kepala
tempat
tidur Dosls lazim,
yang
dicapai dengan
penyesuaian
respons tekanan darah secara
cermat,
berkisar antara 2,5
dan
10
mg
tiga
kali
sehari.
AGONIS
ADRENERGIK SELEKTIF-a,
Agonis ad renergik selektif
resepto r-ct,
terutama digun a-
kan untuk
penanganan
hipertensi
slsfemrk. Penggunaan
ini
agak
mengherankan karena banyak
pembuluh
darah
mengandung
reseptor adrenergik
a,
pascasinaps yang
memicu vasokonstriksi; sesungguhnya,
peningkatan
tekanan darah
merupakan
respons
segera dan singkat
terhadap
senyawa
ini. Oleh karena itu,
semua agonis a,
harus
digunakan dengan sangat
hati-hati
pada pasien
dengan
penyakit
kardiovaskular. Beberapa
agonis a,
be rm anf a at u ntuk
m
e
n
u
ru
n
ka
n
te
ka
n a
n
i
ntraokul ar.
Klonidin
lnfus klonidin secara
intravena
dapat menyebabkan
pe-
ningkatan
tekanan darah akut karena aktivasi reseptor a,
pascasinaps
di otot
polos
vaskular. Afinitas
klonidin
terhadap reseptor
initinggi,
walaupun
obat
ini
merupakan
agonis
parsial
dengan
khasiat
yang
relatif rendah
pada
tempat-tempatlnl.
Respons
hrp ertensif setelah
pemberian
klonidin
secara
parenteral
umumnya tidak
terlihat
jika
obat
ini
diberikan
secara
oraL
Baik
setelah
pemberian
parenteral
meupun oral, vasokonstriksi
yang
bersifat
sementara
diikuti
oleh
respons hipotensif
yang
ber-
langsung le
Top Related