1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini kegiatan bongkar muat merupakan
kegiatan yang sangat penting. Sebagai sarana transportasi laut, kapal
juga memegang peranan penting khususnya kapal-kapal tanker
minyak yang didesain khusus untuk mengangkut muatan minyak
sehingga dapat melayani permintaan konsumen dengan cepat, baik
dalam persiapan pemuatan maupun pembongkarannya.
Sebelum melaksanakan pemuatan, kapal terlebih dahulu
memerlukan pencucian tangki (ruang muat), terutama apabila kapal
akan memuat muatan yang ber!ainan jenis (berbeda dari muatan
sebelumnya).
Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal
MT. Sulawesi Palm, beberapa kali mengalami pengulangan pencucian
tangki (ruang muat) dikarenakan tangki ruang muat yang belum
bersih. Dalam proses pembersihan tangki (ruang muat) di MT.
Sulawesi Palm, penulis banyak menemukan kekurangan - kekurangan
pada prosedur pencucian tangki (ruang muat). Oleh karenanya
dengan Jatar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk makalah
dengan judul "Upaya Meningkatkan Kelancaran Kerja dalam Pelaksanaan Tank Cleaning di Kapal MT. Sulawesi Palm".
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud penulisan
a. Untuk mencari permasalahan mengenai upaya meningkatkan
kelancaran kerja dalam pelaksanaan tank cleaning di kapal
2
MT. Sulawesi Palm.
b. Untuk mencari penyebab dari permasalahan proses pencucian
ruang muat dan kecelakaan yang terjadi pada saat kegiatan
proses pencucian ruang muat
c. Untuk mencari pemecahan atau solusi dari permasalahan
tersebut.
2. Tujuan penulisan
a. Manfaat bagi dunia akademik
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi diri sendiri
(penulis) maupun bagi kawan - kawan satu profesi untuk
mengetahui bagaimana upaya untuk meningkatkan
kelancaran kerja dalam pelaksanaan tank cleaning. Bagi
Jembaga pendidikan BP31P Jakarta sebagai bahan pedoman
penyelesaian masalah dan untuk kelengkapan perpustakaan.
b. Manfaat bagi dunia praktis
1) Diharapkan dapat menjadi masukan I sumbang saran bagi
perusahaan di mana penulis bekerja maupun perusahaan
pelayaran sejenis lainnya dalam upaya meningkatkan
kelancaran kerja pada proses tank cleaning di kapal.
2) Untuk memberi pengetahuan dan gambaran bagi rekan
pelaut maupun kepada pembaca, betapa pentingnya
kebersihan tangki (ruang muat) di atas kapal tanker.
C. Ruang Lingkup
Agar pembahasan tidak melebar jauh, maka lingkup bahasan
dalam penulisan makalah ini difokuskan pada masalah peningkatan
kelancaran kerja dalam proses tank cleaning di kapal MT. Sulawesi
Palm sewaktu penulis bekerja dalam kurun waktu Maret 2014 hingga
Juli 2014. Pembahasan masalah difokuskan pada:
3
1. Ketidak-lancaran proses pencucian ruang muat akibat
kurangnya ketrampilan ABK dan minimnya kelengkapan
peralatan dalam pencucian tangki.
2. Adanya beberapa kejadian kecelakaan kerja sebagai akibat
tidak adanya pembagian jam kerja dan kurangnya kesadaran
ABK terhadap aspek keselamatan kerja.
D. Metode Penulisan
1. Metode Pengumpulan Data a. Pengalaman Lapangan
Berdasarkan pengalaman penulis saat bekerja di atas kapal
MT. Sulawesi Palm sebagai Mualim I dan Mengadakan
diskusi langsung dengan rekan - rekan Pasis ANT-1
selama mengikuti pendidikan di BP31P Jakarta.
b. Studi Kepustakaan
1) Berdasarkan pada sumber - sumber bacaan yang ada
kaitannya dengan judul makalah di perpustakaan BP31P
dan sumber lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
2) Buku-buku referensi tentang Oil Tanker dari IMO
(International Maritime Organization)
c. Metode Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu data
yang ada pada fakta kondisi sebagaimana adanya, kemudian
secara kualitatf dianalisis dan diambil kesimpulannya yang ada
dipaparkan pada bab berikutnya.
4
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta
1. Obyek Penelitian Dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan penelitian
di atas kapal MT. Sulawesi Palm, yang dioperasikan oleh PACC
Shipmanagement Singapore, dicharter oleh Pertamina. Kapal
yang dibangun pada tahun 2008 ini mempunyai rute pelayaran
yang singkat, yaitu Balikpapan dan Bitung.
Kapal ini umumnya membawa muatan product oil (Gasoline,
Gas Oil dan Kerosene) dan setiap voyage nya membawa muatan
product oil yang berbeda dari muatan product oil sebelumnya.
Untuk pengangkutannya, muatan ini memerlukan penanganan
yang serius dimulai dari proses memuat di pelabuhan asal I
loading port hingga proses pembongkaran di pelabuhan tujuan I
discharging port.
Untuk itu tangki (ruang muat) harus benar - benar bersih
sebelum kegiatan pemuatan dilaksanakan dan juga untuk
menghindari terjadinya penolakan pada waktu diperiksa oleh
surveyor.
2. Fakta Kondisi Dari pengalaman penulis yang berlayar di MT. Sulawesi
Palm, ada beberapa kejadian yang berhubungan dengan
keterlambatan kapal dalam menerima muatan yang dikarenakan
oleh tangki (ruang muat) yang tidak layak.
Adapun kejadian- kejadian tersebut adalah sebagai berikut:
5
a. Proses Pencucian Tangki Kurang Sempurna
Pada awal April 2014, kapal dimana penulis bekerja,
membawa muatan Gasoline dengan tujuan pelabuhan
bongkar di Bitung. Setelah membongkar muatan, kapal
mendapat instruksi (voyage instruction) dari pencharter agar
melanjutkan pelayaran ke Balikpapan untuk memuat Gas oil
tujuan pelabuhan bongkar Bitung.
Setelah selesai bongkar muatan kapal menuju
pelabuhan Balikpapan dan di dalam perjalanan melakukan
cuci tangki (tank cleaning). Crew deck terlibat dalam kegiatan
persiapan pencucian tangki (ruang muat). Penulis sebagai
Mualim I bertanggungjawab dalam kegiatan pencucian tangki
(ruang muat) ini dan memberikan perintah secara lisan
kepada Pumpman mengenai tahap- tahap (procedure)
pencucian ruang muat (cargo tank), dimana saat itu Pump
man telah menyatakan bahwa ia paham karena pekerjaan ini
memang sudah biasa mereka kerjakan.
Setelah ruang muat (tank) selesai dicuci dan
dikeringkan dari gas minyak dengan portable fan, maka
Mualim I memeriksa kondisi tangki (ruang muat) tersebut dan
didapati masih banyak sisa-sisa muatan sebelumnya,
terutama pada bagian yang terlindung dan tidak terkena
semprotan air dari butterworth machine.
Akhirnya pencucian tangki (ruang muat) dengan
butterwort machine diulang kembali dan hal ini menyebabkan
terbuangnya waktu secara sia - sia yang seharusnya dapat
digunakan untuk melakukan pekerjaan lainnya.
6
b. Lambatnya proses pencucian tangki (ruang muat) akibat dari kerusakan peralatan kerja
Kondisi peralatan yang buruk dan terbatas sering
memperlambat kegiatan pencucian tangki (ruang muat)
di MT. Sulawesi Palm, padahal peralatan pencucian tangki
(ruang muat) sangat mempengaruhi hasil dari pencucian
tangki (ruang muat) itu sendiri.
Pernah dalam perjalanan menuju pelabuhan Balikpapan
dan sebelum melakukan pencucian tank, dilakukan
pemeriksaan alat-alat yang akan digunakan untuk pencucian
tangki (ruang muat). Pada proses pencucian tangki (ruang
muat) diperlukan 3 (tiga) buah butterworth machine
sementara di kapal MT. Sulawesi Palm memiliki 3 (tiga) buah
butterworth machine, sewaktu diperiksa dan dicoba hanya 1
(satu) buah yang dapat bekerja dan yang 2 (dua) lagi macet I
tidak dapat berputar, sehingga Bosun harus memperbaikinya
dahulu agar dapat digunakan.
Untuk pencucian tangki (ruang muat) dengan air laut
menggunakan butterworth machine bertekanan 5 (lima) bar,
karena adanya kerusakan pada tank cleaning pump maka
kecepatan air yang keluar melalui butterworth machine kurang
maksimum sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk
mencuci tangki agar menghasilkan cucian tangki yang baik
dan pengeringan ruang muat dengan free fan gas machine
lebih lama agar gas yang masih di dalam tangki hilang
sehingga tangki benar-benar siap memuat Gas oil.
7
c. Kecelakaan Kerja Pada Saat Proses Pencucian Tangki (Ruang Muat)
Seorang crew deck mengalami kecelakaan pada saat
proses pencucian tangki (ruang muat) akibat terpeleset pada
saat pencucian tangki. lnstruksi dari Mualim I agar
memakai peralatan safety (keselamatan) pada saat kegiatan
tersebut diabaikan.
Dan ternyata didapati crew tersebut tidak mengenakan
safety helmet sehingga ketika terjatuh di main deck yang licin
sehingga kakinya keseleo. Dan hal ini membuat ia tidak bisa
ikut melaksanakan proses pencucian tangki (ruang muat).
B. Permasalahan
Dari pengamatan yang penulis lakukan selama bekerja di kapal
MT. Sulawesi palm, ditemukan permasalahan dalam beberapa kali
pelaksanaan proses pencucian tangki (ruang muat), maka penulis
membagi ke dalam beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Keterampilan Crew Tentang Pembersihan Tangki Masih
Kurang
Kurangnya keterampilan khususnya crew tentang
pembersihan tangki yang baik dan benar ditambah lagi dengan
peralatan yang terbatas menyebabkan proses awal sebuah kapal
tanker dalam melaksanakan operasional atau kegiatan memuat
menyangkut persiapan ruang muat (tank cleaning) terlambat. Hal
keterampilan crew ini masih terbawa dengan kebiasaan-kebiasaan
sebelumnya tentang pembersihan tangki. Mereka menganggap
bahwa jika waktu lalu mereka membersihkan tangki dan diterima
oleh terminal, maka hal inilah yang seolah menjadi patokan
8
mereka dan mereka mengikuti cara tersebut untuk kelanjutannya
walaupun sebenarnya cara tersebut kurang benar.
Persiapan ini sangat penting dan harus
benar-benar diperhatikan, terutama muatan yang berlainan jenis
atau muatan yang sensitif atau muatan yang peka terhadap zat
lainnya sehingga akan mudah rusak contohnya gas oil.
Dalam melaksanakan pekerjaan pembersihan tangki
muatan, banyak crew kapal yang tidak mengerti prosedur
pelaksanaan pembersihan tangki muat, terutama mereka yang
baru bekerja di kapal tanker, ataupun mereka yang sudah
lama bekerja tetapi kurang memiliki perhatian dan pengetahuan
tentang pekerjaannya.
Umumnya perwira di kapal bila sudah dapat informasi
muatan berikut dan harus mempersiapkan tangki, maka sesuai
kebiasaan ia akan meneruskan order tersebut ke anak buah kapal
yaitu Pumpman atau bawahannya untuk melaksanakan
pembersihan tangki seperti biasa tanpa memberikan pengarahan
atau instruksi sebelum bekerja, karena mereka menganggap
bawahannya tersebut sudah tahu, sesuai kebiasaan yang pernah
dilakukan sebelumnya.
Dikarenakan tidak adanya petunjuk atau cara bagaimana
membersihkan tangki yang baik dan benar, serta bagaimana
pelaksanaannya dengan mempergunakan waktu yang tepat
mengingat operasional kapal, terjadilah keterlambatan dalam
mempersiapkan tangki muatan.
2. Kurang optimalnya pelaksanaan prosedur persiapan Tangki
Sebelum kapal tanker tiba di pelabuhan tujuan atau terminal
untuk keamanan suatu operasi kapal tanker maka informasi
mengenai semua sistem di kapal, peralatan kapal, manajemen
keamanan dan keadaan darurat kapal mengenai ruang tertutup
9
atau operasi kapal dan hal - hal mengenai bahan berbahaya,
sumber daya manusia ataupun jenis kapal harus dikomunikasikan
dan terjaga dengan baik antara pihak kapal dengan darat karena
semakin baik dan jelas informasi mengenai hal hal tersebut dapat
dikomunikasikan maka semakin optimal persiapan
Adanya keterlambatan khususnya dalam persiapan
pencucian tangki muat dapat timbul sebagai salah satunya akibat
dari kurangnya koordinasi atau komunikasi baik antara pihak yang
bertanggung jawab dari terminal di pelabuhan tujuan dengan
pihak kapal maupun antara para awak kapal itu sendiri baik
karena kurang memadainya peralatan ataupun kurang terjalin dan
terpelihara komunikasi yang baik.
3. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancar
MT. Sulawesi Palm merupakan kapal tanker yang dilengkapi
dengan 4 cargo pump. Kapal ini selalu membawa muatan product
oil yang bervariasi (berbeda dari voyage sebelumnya) setiap
voyagenya, sehingga setiap voyage kapal ini melaksanakan
pencucian tangki (ruang muat). Sebelum melaksanakan
pencucian tangki (ruang muat), biasanya Mualim I mengumpulkan
crew deck yang akan melaksanakan pencucian ruang muat
(bosun dan para juru mudi), di sini Mualim I memberikan
penjelasan mengenai prosedur pencucian tangki (ruang muat)
yang akan dilaksanakan.
Setelah semua crew deck mengerti, maka Mualim I akan
berkoordinasi dengan Nakhoda untuk menentukan waktu
pelaksanaan proses pencucian tangki (ruang muat) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Proses pencucian tangki melalui
beberapa tahap yang harus dilalui agar mencapai hasil pencucian
tangki yang baik dan bersih. Tahap awal yang harus disiapkan
adalah alat-alat untuk mencuci tangki dan pengecekan alat-
10
alatnya sebelum digunakan seperti tank cleaning pump, hose,
butterworth machine. Kapal MT. Sulawesi Palm ada 6 tangki port
and starboard dalam pencucian tangki (ruang muat)
menggunakan 2 butterworth machine selama 20 menit tiap tangki
tapi pada saat pencucian tangki kadang ada masalah yang
mengakibatkan terlambatnya proses pencucian tangki seperti tank
cleaning pump yang kurang tekanannya sehingga penyemprotan
tangki oleh butterworth machine kurang kencang, hose yang
digunakan untuk menyambung dari pipa tank cleaning pump ke
butterworth machine sudah bocor sehingga air tidak seluruhnya
menuju butterworth machine untuk menyemprot tangki, Disamping
itu butterworth machine yang digunakan untuk menyemprot
tangki ada yang macet, ini kebiasaan crew deck sehabis
pakai butterworth machine disimpan begitu saja seharusnya
sehabis dipakai butterworth machine harus direndam di air tawar
untuk menghilangkan air laut yang masih ada dan melekat di
butterworth machine. lni beberapa faktor yang menyebabkan
proses pencucian tangki tidak berjalan lancar, sehingga
mengganggu kelancaran operasional kapal, khususnya kegiatan
pencucian tangki (ruang muat).
4. Sering terjadi kecelakaan kerja pada saat kegiatan proses
pencucian tangki (ruang muat)
Kecelakaan yang terjadi pada saat kegiatan proses
pencucian tangki (ruang muat) disebabkan beberapa faktor
diantaranya crew deck yang melaksanakan pekerjaan tersebut
tidak sesuai dengan prosedur kerja tertulis. Prosedur kerja
mencakup tata cara melakukan pekerjaan dan cara menghindari
kecelakaan kerja termasuk penggunaan alat-alat keselamatan.
Namun karena jadwal pelayaran yang padat menyebabkan crew
deck bekerja dengan jalan pintas, tanpa memikirkan hasil yang
11
optimal dan keselamatan kerja mereka.
Selain itu faktor pembagian kerja yang tidak teratur
menyebabkan crew deck kelelahan sehingga konsentrasi kerja
menurun dan kinerja crew deck tidak maksimal sehingga mereka
tidak dapat mengantisipasi adanya bahaya kecelakaan kerja
seperti terpeleset, jatuh dan bila crew deck tidak menggunakan
alat keselamatan maka akan berakibat fatal.
Akibat dari kurang memperhatikan keselamatan kerja dalam
tugas dari pekerjaan anak buah kapal (bawahan) tersebut dapat
mempengaruhi kelancaran jalannya operasi kapal dan dapat
mengakibatkan kecelakaan di laut juga dapat mengakibatkan
kerugian materi dan korban jiwa dari manusia atau crew deck itu
sendiri.
Dari identifikasi masalah tersebut di atas maka penulis membahas
dua masalah utama yaitu :
a. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancer
b. Sering terjadi kecelakaan kerja pada saat kegiatan proses
pencucian tangki (ruang muat)
12
BAB Ill PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Untuk dapat menganalisis penyebab dan pemecahan
masalah yang dikemukakan pada bab II, maka penulis mengambil
dasar teori I pemikiran dari buku-buku publikasi International Maritime
Organization (IMO) sebagai berikut:
1. The STCW 1995 Amandement
Pelatihan di atas kapal harus berkaitan dengan prinsip prinsip
yang terkait dengan penerapan pengoperasian kapal. Pelatihan
dapat diselenggarakan di kapal oleh orang yang memenuhi syarat
dan pengalaman dalam hal ini biasanya di dilakukan oleh DPA
(Designated Person Ashore).
2. IMO Publication, International Safety Guide for Oil Tankers
and terminals, Fifth Edition 1998, Chapter 9
a. Testing of tank cleaning hoses
Semua selang yang dipergunakan untuk pencucian tangki
(ruang muat) harus diperiksa electrical continuitynya dalam
kondisi kering sebelum dipergunakan dan resistancenya tidak
melebihi 6 ohm per meter panjangnya.
b. Portable tank washing machines and hoses
Penutup terluar dari mesin pencuci tangki (ruang muat)
harus terbuat dari material yang apabila bersentuhan
dengan dinding tangki (ruang muat) tidak akan menimbulkan
percikan api. Dan semua bonding wire harus terhubung dari
13
mesin pencuci tangki ke semua selang - selang air hingga ke
pipa - pipa air pengalir. Dan mesin pencuci tangki harus
digantung dengan bantuan tali - tali pengikat, tidak hanya
tergantung dengan selangnya saja.
c. Removal of sludge, scale and sediment
Sebelum pembuangan sludge. scale dan sediment dengan
cara memasuki tangki (ruang muat) maka atmosfir dalam
tangki (ruang muat) harus aman untuk dimasuki dan entry
permit dibuatkan.
3. Tanker Operations, a Handbook for the Person In Charge
(PIC), Fourth Edition.
Sistem pencucian tangki (ruang muat) muatan terdiri dari:
sea chest, tank cleaning pump, heater dan pipa - pipa pengalir di
atas dek.
Pelaksanaan pencucian ruang muat yang baik yaitu melalui
mesin pencuci permanen yang dialiri air dari hydrant dan selang
pencuci tangki yang fleksibel. Mesin pencuci tangki mempunyai
mata bor yang memancarkan air dengan tekanan tinggi,
membersihkan dinding-dinding tangki (ruang muat) secara
langsung berupa pancaran dan memercikkannya kembali. Mesin
ini pada umumnya digerakkan oleh air pencuci yang mengalir di
dalamnya dan dapat berputar baik secara tegak dan melintang
hingga menutupi keseluruhan permukaan tangki (ruang muat)
untuk mencapai pencucian secara efektif. Lama pencucian mesin
ini tergantung dari faktor :
a) Pengalaman.
b) Ukuran tangki (ruang muat) dan konfigurasi dalamnya
c) Waktu yang lewat sejak operasi pencuci yang terakhir.
14
d) Jenis muatan yang diangkut sebelumnya.
e) Jenis tangki (ruang muat) apakah coated atau mild steel.
f) Air pencucian, apakah panas atau dingin.
g) Pembilasan atau pencucian penuh.
4. Code of Safe Working Practices for Merchant Seamen,
Consolidated Edition 2010
Setiap ABK mempunyai tanggung jawab atas keselamatan
kerja di atas kapal. Perusahan pelayaran bertanggung jawab
untuk memastikan keselamatan kapalnya dan keselamatan ABK
benar-benar diterapkan di atas kapal. Di dalam melaksanakan
suatu pekerjaan, perwira yang ditunjuk di atas kapal sebagai
Safety Officer harus melakukan inspeksi terhadap lingkungan
pekerjaan yang akan dilakukan, apakah daerah pekerjaannya
aman, apakah ada tersedia penerangan, daerah kerjanya bebas
dari sampah dan barang-barang yang dapat terbakar, peranginan
yang cukup, crew kapal yang akan bekerja nanti terlindung dari
kebisingan, apakah ada peralatan kerja lain yang tidak dibutuhkan
tergeletak di lingkungan tersebut. Setelah memastikan bahwa
lingkungan kerja yang akan dilakukan nanti aman, maka ia
mengeluarkan ijin bekerja terhadap ABK yang mana didalam
pekerjaannya nanti harus memenuhi prosedur yang berlaku
sesuai dengan peraturan dari perusahan seperti:
a) ABK harus memakai Personal Protective Equipment
didalam bekerja.
b) Tanda keselamatan dipasang di sekitar lingkungan
kerja.
c) Alat-alat kerja mekanik dijaga bila diperlukan.
d) Mengikuti urutan-urutan pekerjaan sesuai yang telah
disepakati antar ABK.
15
B. Analisis Penyebab Masalah
Dari permasalahan - permasalahan yang telah terjadi di atas,
maka penulis membuat analisis - analisis penyebab sebagai berikut :
1. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancer Penyebabnya adalah :
a. Kurangnya pengetahuan ABK dalam proses pencucian
tangki
Sumber daya manusia yang perlu dibenahi dan ini
menjadi tanggung jawab perusahaan yang telah mengirim
crew kapal tanpa proses seleksi yang ketat. Kenyataan yang
ada sesuai pengamatan penulls, jika diadakan pelatihan
terhadap anak buah kapal tentang penanganan muatan dan
pelatihan lainnya sering kali mereka merasa bosan. Jika
diberikan penjelasan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan tugas tanggung jawabnya dalam pekerjaan kurang
memperhatikan dan tidak tanggap terhadap apa yang
dibicarakan. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa
sumber daya manusia sebagian crew yang ada di atas kapal
tanker MT. Sulawesi Palm dibawah standar atau sub-standar.
Ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
keterampilan kerja di kapal tanker. Kita menyadari bahwa dewasa ini tenaga kerja banyak
tersedia, tapi tenaga kerja yang betul-betul memenuhi
persyaratan dan profesional untuk dipekerjakan di kapal
tanker pengangkut minyak sulit didapat. Untuk memenuhi
kelengkapan crew kapal, maka perusahaan menerima dan
16
memutasikan tenaga kerja yang ada meskipun belum
berpengalaman dan keterampilan di kapal tanker.
b. Minimnya peralatan untuk pencucian tangki (ruang muat)
Seperti yang penulis alami di atas kapal MT. Sulawesi
Palm, pernah terjadi masalah yang disebabkan oleh sarana
peralatan untuk perlengkapan pencucian tangki (ruang muat)
yang tidak berfungsi dengan baik dan kurang memadai,
seperti:
1) Selang pencucian tangki atau tank cleaning hose banyak
rusak
Karena sering menggunakan media air laut, maka kondisi
selang sering bocor sebagian. Sehingga air laut yang
dialirkan melalui selang ini tak dapat dialirkan secara total,
dan tentunya pasti akan kurang memaksimalkan hasil
yang dicapai dalam proses pencucian tangki (ruang muat).
2) Mesin pencuci tangki portable (butterworth machine)
Kondisi mesin pencuci tangki portable (butterworth
machine) yang sudah lama I tua menyebabkan sering
terjadi kemacetan dan daya putar I semprot kurang
maksimal. Ditambah lagi dengan terbatasnya jumlah
mesin pencuci tangki portable (butterworth machine)
mengakibatkan keterlambatan dalam proses pencucian
tangki (ruang muat).
2. Terjadinya kecelakaan pada saat kegiatan proses pencucian tangki (ruang muat)
Penyebabnya adalah :
17
a. Tidak Adanya Pembagian Jam Kerja
Pada waktu melaksanakan pencucian tangki (ruang
muat) harus dilakukan pembagian jam kerja karena waktu
proses pencucian tangki (ruang muat) yang memakan waktu
lama. Pembagian jam kerja yang tidak dilakukan dengan baik
akan mengakibatkan crew deck yang melakukan pencucian
tangki (ruang muat) kelelahan. Crew deck yang sudah
kelelahan saat bekerja dalam kegiatan pencucian tangki
(ruang muat) sering sekali tidak bisa berkosentrasi penuh dan
pekerjaan yang dilakukan tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan
tentunya akan berpengaruh pada penundaan waktu.
Berhubung dengan butterworth machine yang digunakan
untuk mencuci tangki cuma 1 (satu) dan agar konsentrasi
crew deck dalam mencuci tanki fokus pada mencuci tangki
dan tidak kelelahan, salah satu crew deck untuk istirahat dan
bergantian dengan crew deck yang lain agar dapat istirahat
yang cukup dan tidak kelelahan dalam bekerja mencuci
tangki. Setiap proses discharging selesai dilaksanakan maka
crew deck harus menyiapkan alat - alat pencuci tangki (ruang
muat).
b. Kurangnya kesadaran ABK akan pentingnya keselamatan
kerja
Keselamatan kerja merupakan prioritas utama bagi
seorang pelaut professional saat bekerja di atas kapal. Dalam
proses pencucian tangki (ruang muat), faktor keselamatan
adalah faktor yang sangat penting sekali diperhatikan oleh
semua crew deck yang melaksanakan pencucian tangki
(ruang muat).
18
Namun kondisi di lapangan, hal tersebut di atas sering
sekali diabaikan oleh crew deck. lni jelas sekali terlihat pada
saat proses pencucian tangki (ruang muat) berlangsung,
masih ada saja crew deck yang tidak menggunakan helmet
keselamatan (helm), sarung tangan (hand gloves) ataupun
kaca mata (goggles).
C. Analisa Pemecahan Masalah
1. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancar Pemecahannya adalah :
a. Mengadakan Training [Latihan] Bagi ABK
Diadakannya pengarahan dan latihan serta dibantu
dengan pemberian buku panduan kepada crew deck harus
diselenggarakan secara berkesinambungan agar apa yang
diharapkan dapat tercapai dan bila terdapat kekurangan -
kekurangan maka dapat dipantau dan diambil tindakan
selanjutnya. Dengan diberikannya pengetahuan dan
penerangan dari informasi tentang sistematika kerja crew deck
yang melaksanakan kegiatan pencucian tangki (ruang muat),
diharapkan crew deck dapat bekerja dan mengerti tugasnya.
Dalam hal pemberian penerangan atau informasi tentang
sistematika kerja dapat dilakukan dengan cara:
1) Ceramah atau diskusi
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
crew kapal, khususnya crew deck dalam pelaksanaan
pencucian tangki (ruang muat) sangat penting dilakukan.
Salah satu kegiatan yang harus diselenggarakan adalah
19
dengan menyampaikan dalam bentuk ceramah atau
diskusi.
Di dalam ceramah kita dapat memberikan pengertian
yang terfokus pada masalah kerja, keselamatan kerja dan
efek samping atas resiko kerja. Dalam diskusi ceramah,
seorang moderator harus pandai berbicara dalam
penyampaian informasi dan dilakukan oleh seorang
perwira yang berpengalaman. Biasanya ceramah I diskusi
di kapal sangat jarang dilaksanakan mungkin karena
waktu yang sempit, tetapi bila dilaksanakan biasanya
pada jam istirahat atau jadwal yang khusus yang telah
dibuat. Atau bila perlu diadakan meeting setiap . minggu.
Cara lain yang mungkin saja adalah ceramah I diskusi dan
training yang dibuat oleh perusahaan sebelum crew naik
ke kapal.
2) Melalui film dan poster- poster
Film dan poster adalah salah satu media informasi
yang baik (media elektronik) dan umumnya mudah
dimengerti oleh crew kapal. lnformasi yang diperoleh bisa
berupa cara - cara kerja yang difilmkan melalui video atau
slide. Karena melalui media film juga dapat
memperlihatkan I menunjukkan suatu operasional kerja
dan resikonya serta bagaimana cara pencegahannya.
Mengenai waktu pelaksanaanya dapat diatur oleh
Nakhoda atau Mualim I. Demikian juga mengenai
perhatian - perhatian khusus akan kecelakaan kerja dapat
ditempel di dinding atau tempat - tempat tertentu yang
mudah dilihat oleh crew kapal.
20
3) Adanya buku panduan dan latihan yang terpadu Umumnya pada setiap kapal sudah ada buku
panduan kerja dan keselamatan kapal. Bila buku - buku
tersebut diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh crew
kapal (dijadikan inventaris crew) maka diharapkan crew
kapal dapat mengerti akan prosedur kerja serta ada
kesamaan I kekompakan dalam bekerja karena mereka
dapat dari satu sumber yang sama. Setelah semua
memilikinya, tinggal mengadakan latihan. Latihan harus
diadakan secara terpadu dan berkesinambungan, yaitu
dikerjakan oleh semua crew deck yang melaksanakan
proses pencucian tangki (ruang muat) secara intensif baik
penggunaan alat - alat maupun pengoperasiannya.
b. Melengkapi peralatan pencucian
Perusahaan perlu melengkapi peralatan pencucian
dengan lengkap, karena kurangnya peralatan dapat
mengakibatkan terhambatnya proses pencucian tangki (ruang
muat). Dimana waktu yang seharusnya dapat dilaksanakan
dengan cepat tetapi menjadi lebih lambat karena keterbatasan
peralatan yang ada.
Satu contoh yang nyata pada kegiatan pencucian tangki
yang dilaksanakan hanya dengan menggunakan 1 unit mesin
pencuci tangki (butterworth machine). Memang kegiatan
pencucian tangki (ruang muat) dapat terlaksana tetapi dalam
pelaksanaannya akan memakan waktu yang lebih lama.
Dimana dalam pelaksanaan pencucian ruang muat dibutuhkan
paling sedikitnya 4 (empat) jam penyemprotan. lni juga
belum menghasilkan hasil pencucian yang optimal tetapi
sudah mencukupi untuk suatu pencucian tangki. Belum lagi
21
apabila pencucian untuk ke semua tangki muatan (dua belas
tangki muatan) maka akan begitu lama memakan waktu untuk
proses pencucian .
Apabila kapal memiliki 3 (tiga) unit mesin pencuci tangki
(butterworth machine), dimana 1 (satu) unit untuk cadangan
maka kegiatan pencucian dapat lebih cepat diselesaikan dan
hasilnya juga akan lebih optimal karena waktu pelaksanaan
pencucian yang cukup. Jadi, kelengkapan peralatan
pencucian sangat mendukung keberhasilan kegiatan
pencucian dan hasil yang optimal.
Selain itu menyediakan pengadaan instalasi mesin
pencuci tangki (butterworth machine) yang permanen. Dengan
adanya instalasi mesin pencuci tangki (butterworth machine)
yang permanen maka proses pencucian tangki (ruang muat)
akan lebih cepat terselesaikan dan kegiatan penyemprotan
akan lebih sempurna. Sehingga hasil pencucian tangki (ruang
muat) akan menjadi lebih optimal.
Pengadaan instalasi mesin pencuci tangki (butterworth
machine) ini sangat mendukung pelaksanaan pencucian
tangki (ruang muat). Penggunaan instalasi mesin pencuci
tangki (butterworth machine) dalam pembersihan tangki -
tangki ruang muat adalah untuk membersihkan sisa - sisa
muatan yang sebelumnya setelah proses bongkar
(discharging) selesai. Dengan instalasi mesin pencuci tangki
(butterworth machine) ini maka proses pencucian dan
penyemprotan akan lebih mudah dalam mengangkat sisa -
sisa endapan dari sekat dan dasar tangki (ruang muat),
karena pemyemprotan lebih teratur dan merata secara terus
menerus. Hasilnya tangki (ruang muat) bagian dalam mulai
dari atas hingga dasar tangki akan lebih bersih.
22
2. Terjadinya kecelakaan pada saat kegiatan proses pencucian tangki (ruang muat)
Pemecahannya adalah :
a. Melaksanakan prosedur-prosedur pencucian tangki (ruang muat) dengan baik dan benar
Semua kegiatan pencucian tangki (ruang muat)
mempunyai proseour sebagai acuan untuk menunjang
keberhasilannya. Prosedur ini meliputi segala macam kegiatan
yang berkaitan dengan pencucian tangki (ruang muat):
1) Pembagian jam kerja bagi semua crew deck selama
kegiatan pencucian tangki (ruang muat) berlangsung
Kegiatan pencucian tangki (ruang muat)
dilaksanakan selama 22- 24 jam, sehingga harus selalu
ada crew deck yang bekerja selama jangka waktu
tersebut. Untuk menghindari terjadinya kelelahan pada
crew deck diperlukan pembagian jam kerja yang merata.
Di kapal MT. Sulawesi palm. Crew deck yang
melaksanakan pencucian tangki (ruang muat) dibagi
menjadi 2 (dua) kelompok kerja yang masing - masing
akan mendapatkan 12 (dua belas) jam kerja. Kelompok
pertama akan bekerja selama 6 (enam) jam pertama dan
6 (enam) jam ketiga, sedangkan kelompok kedua akan
bekerja selama 6 (enam) jam kedua dan keempat
maka kelompok yang satu untuk istirahat agar mendapat
istirahat yang cukup dan tidak kelelahan jadi crew deck
fokus dalam mencuci tangki (ruang muat).
Dengan pengaturan jam kerja demikian maka tidak
23
ada kru dek yang mengalami kelelahan karena setelah
bekerja selama 6 (enam) jam akan akan mendapatkan
waktu istirahat yang cukup dan siap bekerja lagi.
2) Menentukan waktu yang dibutuhkan bagi tiap - tiap tangki (ruang muat) yang akan dicuci
Dalam menentukan waktu bagi tiap - tiap tangki
(ruang muat) yang akan dicuci perlu diingat bahwa tidak
ada waktu yang tepat untuk kegiatan pencucian tangki
(ruang muat) yang dapat disarankan. Hal ini sepenuhnya
tergantung pada jenis muatan yang akan dibersihkan.
Ukuran daripada tangki (ruang muat) bukan sesuatu yang
menentukan lamanya waktu bagi tiap - tiap tahapan
pencucian tangki pada banyak kasus. Tangki - tangki yang
lebih kecil biasanya terdapat banyak penghalang -
penghalang seperti penguat- penguat melintang, penguat-
penguat membujur yang tentu akan mempersulit proses
pencucian.
Dengan memperhatikan hal di atas maka untuk
menentukan berapa lama sebuah tangki (ruang muat)
harus dicuci selain dengan memperhitungkan besarnya
ukuran tangki (ruang muat), banyaknya penghalang di
dalam tangki dan posisi lubang - lubang untuk meletakkan
butterworth machine, karakteristik muatan yang telah
dibongkar dan muatan yang akan dimuat harus
diperhitungkan.
24
3) Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pencucian tangki (ruang muat)
Sebelum dimulainya kegiatan pencucian tangki
(ruang muat) maka Mualim I memberi pengarahan kepada
Bosun dan semua crew deck yang ikut dalam kegiatan
pencucian tangki (ruang muat) mengenai prosedur
pencucian tangki (ruang muat) yang akan dilaksanakan
serta keselamatan kerja yang harus diperhatikan.
Adapun tahapan-tahapan pencucian tangki (ruang
muat) harus direncanakan dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan panduan dari Tank
Cleaning Guide, agar hasil dari pencucian tangki (ruang
muat) akan sesuai dengan yang diinginkan.
Tahapan-tahapan pencucian tangki (ruang muat)
untuk kapal product tanker dapat digolongkan sebagai
berikut :
a) Pencucian ruang muat
Pelaksanaan pencucian pada tangki (ruang
muat) menggunakan mesin pencuci tangki
(butterworth machine) dengan media air laut atau air
tawar. Pada saat pencucian berlangsung mesin
pencuci tangki (butterworth machine) harus
ditempatkan pada posisi bagian atas, bagian tengah
dan bagian dasar tangki (ruang muat) dengan jumlah
mesin pencuci tangki (butterworth machine) yang
memadai.
Hal ini dilakukan agar seluruh bagian dalam
tangki (ruang muat) dapat terjangkau oleh semprotan
air bertekanan tinggi yang dikeluarkan dari nozzle-
25
nozzle mesin pencuci tangki.
Dalam pelaksanaan pencucian tangki (ruang
muat) utama maka air pencuci tangki di dalam jalur
pipa pencucian tangki disemprotkan dengan tekanan
tinggi ke dalam tangki (ruang muat) yang akan dicuci
oleh mesin pencuci tangki (butterworth machine). Air
yang digunakan dalam pencucian tangki utama ini
bisa air panas atau air dingin selama 20 menit agar
bercampur dengan sisa - sisa muatan yang ada.
Sisa- sisa air cucian di dalam tangki (ruang
muat) kemudian dihisap dengan menggunakan pompa
muatan dan dikumpulkan ke dalam tangki slop
ataupun dapat langsung dibuang ke laut melalui pipa
pembuangan di bawah air.
Selama pencucian dilaksanakan maka dasar
tangki (ruang muat) harus dijaga jangan sampai air
kotor hasil cucian banyak terakumulasi di dalam tangki
(ruang muat) dengan cara menghisap sisa - sisa air
pencuci secara terus - menerus dan juga dengan
mengontrol putaran pompa.
b) Pembilasan
Setelah pencucian tangki (ruang muat) selesai
maka tangki (ruang muat) harus dikontrol lagi
mengenai kebersihannya, terutama pada bagian
belakang gading - gading kapal, bagian belakang
maupun bagian bawah pipa - pipa muat dan bagian
sudut-sudut ruang kapal yang kemungkinan tidak
terjangkau oleh semprotan mesin pencuci tangki
(butterworth machine) bila kondisi tangki (ruang muat)
26
sudah bersih dan tidak ada sisa - sisa kotoran muatan
maka dilanjutkan pembilasan tangki (ruang muat)
dengan menggunakan semprotan air laut, sehingga
tidak ada lagi sisa - sisa muatan di dalam tangki
(ruang muat).
c) Penyemprotan air tawar
Setelah pembilasan selesai dan di dalam tangki
(ruang muat) sudah tidak ditemukan lagi sisa - sisa air
kotor maupun detergent hasil pencucian tangki (ruang
muat) dengan menyemprotkan air tawar keseluruh
ruangan tangki (ruang muat) secara merata. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan sisa - sisa garam dari
air laut yang menempel pada dinding dan dasar lantai
tangki (ruang muat) hingga airnya dipompa keluar
hingga bersih dan kering sebelum dilakukan
pembersihan tahap berikutnya.
d) Peranginan dan pengeringan tangki (ruang muat)
Peranginan tangki (ruang muat) merupakan
tahap akhir dari semua tahapan - tahapan pencucian
tangki (ruang muat). Setelah tangki (ruang muat)
cukup dingin maka kadar oksigen di dalam tangki
(ruang muat) dicek dengan oxygen meter. Demikian
juga halnya kadar gas- gas berbahaya dicek dengan
combustible gas detector. Apabila semua hasil
pengecekan baik dan aman bagi kru kapal yang akan
masuk ke dalam tangki (ruang muat) maka kegiatan
pengeringan tangki (ruang muat) dapat dilaksanakan.
Pekerjaan ini berupa pengangkatan sisa - sisa
27
air yang tidak dapat dihisap oleh pampa muatan dan
dilanjutkan dengan pengelapan bagian - bagian tangki
(ruang muat) yang basah dengan menggunakan
majun sehingga menjadi kering dan bersih. Setelah
semua tahap - tahap dilaksanakan, maka Mualim I
sebagai yang bertanggungjawab pada kegiatan ini
akan memeriksa keadaan tangki (ruang muat) apakah
sudah layak untuk disurvey atau belum.
b. Pentingnya keselamatan kerja bagi crew deck dalam
proses pencucian tangki (ruang muat)
Keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan oleh crew kapal, terutama pada saat
pelaksanaan proses pencucian tangki (ruang muat). Dimana
keselamatan kerja tidak hanya menyangkut pada proses dan
hasil dari pekerjaan tetapi juga yang lebih penting adalah
menyangkut jiwa individu yang melaksanakan kerja. Seperti
kita ketahui bahwa bekerja di kapal tanker sangat
mengutamakan unsur keselamatan. Kelalaian dalam bekerja
kerap sekali menimbulkan kecelakaan kerja.
Dari hasil penyelidikan ternyata faktor manusia dalam
menimbulkan kesalahan I kecelakaan sangat dominan.
Menurut data statistik dari tahun ke tahun bahwa 80 - 85%
kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia, sehingga
ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak
langsung semua adalah karena faktor manusia. (Kajian
Analisis Trend Kecelakaan Transportasi Laut tahun 2003 -
2008). Kecelakaan kerja terjadi tanpa disangka dan terjadi
dalam sekejap mata. Dalam setiap kejadian, empat faktor
bergerak dalam satu kesatuan rantai, yaitu: faktor lingkungan,
faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan dan faktor
28
manusia.
Kesatuan rantai, yaitu : faktor lingkungan, faktor bahaya,
faktor peralatan dan perlengkapan dan faktor manusia. Ada
beberapa konsep yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran kru akan keselamatan kerja sebagai berikut:
1) Education (Pemberian bekal pengetahuan dan keselamatan kerja)
Crew deck yang bekerja atau melaksanakan proses
pencucian tangki (ruang muat) dituntut untuk dapat
menyiapkan tangki (ruang muat) yang layak sehingga
dapat memuat muatan tepat waktu. Di kapal MT. Sulawesi
Palm terdapat crew deck yang masih muda - muda
dimana mereka minim sekali pengalaman dalam bekerja
dan pengetahuan akan keselamatan, sehingga
keselamatan mereka akan terancam dalam bekerja
apabila tidak ada penanganan yang serius dari sekarang.
Untuk itu diperlukan pelatihan dan bekal pengetahuan
tentang lingkup pekerjaan dan resiko dari pekerjaan
terutama mengenai pentingnya keselamatan kerja
secara berjenjang dan berkesinambungan.
2) Enforcement (Pemberian sanksi I teguran)
Adanya crew yang sudah benar - benar mengetahui
dengan jelas cara kerja, peraturan - peraturan, bahaya -
bahaya akan keselamatan atau kerja serta mampu
melakukannya tetapi kemauan yang tidak ada dimana
akhirnya orang tersebut akan melakukan kesalahan atau
mengakibatkan kecelakaan. Hal ini terjadi di kapal MT.
Sulawesi Palm dimana seorang crew mengalami
29
kecelakaan pada saat pencucian tangki (ruang muat),
crew deck tersebut sudah mengerti pentingnya
penggunaan alat - alat keselamatan I pelindung pada
pekerjaan pencucian tangki (ruang muat) tetapi ia tidak
memakainya dan akhirnya ia mengalami kecelakaan.
Untuk itu, enforcement (teguran I sanksi) merupakan
salah satu cara untuk memberikan kesadaran, sehingga
untuk kedepannya hal tersebut tidak terulang kembali.
Sanksi I teguran ini juga harus dilaksanakan secara
tegas bagi semua crew kapal yang melanggar; terutama
crew deck pada saat melakukan kegiatan pencucian
ruang muat yang benar - benar beresiko tinggi.
30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-
bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan dan keterampikan crew deck tentang tata
cara pencucian tangki (ruang muat) minim.
2. Perawatan alat-alt cuci tangki seperti butterworth machine tidak
dijalankan secara berkesinambungan.
3. Konsentrasi yang kurang dalam bekerja dan kelelahan
mengakibatkan kecelakaan kerja pada saat pencucian tangki
(ruang muat).
4. Kesadaran crew kapal akan pentingnya keselamatan kerja dalam
pencucian tangki muatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya perusahaan mengadakan training I latihan di atas
kapal, khususnya dalam penanganan pencucian tangki (ruang
muat) agar crew deck yang melaksanakan pekerjaan pencucian
tangki mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya sehingga
proses pencucian tangki (ruang muat) tidak mengalami
keterlambatan dan mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas
kapal.
31
2. Hendaknya ABK Memeriksa alat-alat untuk mencuci tangki secara
berkesinambungan dan pemeliharaan alat-alat untuk mencuci
tangki setelah digunakan untuk pencucian tangki seperti
butterworth machine di rendam di air tawar sehingga alat-alat
selalu siap digunakan untuk menunjang kelancaran proses .
pencucian tangki (ruang muat).
3. Hendaknya Crew deck memanfaatkan waktu untuk beristirahat
yang cukup sesuai aturan (rest hours) yang telah dibuat
untuk menghindari kelelahan kerja.
4. Sebaiknya Perwira memberikan pendidikan dan pelatihan
terhadap crew deck baik di kapal ataupun di darat dalam
rangka meningkatkan kesadaran crew kapal tentang pentingnya
keselamatan kerja melalui penggunaan alat-alat keselamatan
khususnya dalam penanganan tank cleaning (pencucian tangki I
ruang muat).
32
DAFTAR PUSTAKA
Code of Safe Working Practices for Merchant Seamen , Consolidated
Edition, 2010
________(1983), Konvensi lnternasional tentang Pencegahan
Pencemaran dari Kapal.
Sutiyar, (2010), Kamus lstilah Pelayaran & Perkapalan, Pustaka Beta.
________(1996), International Association of Ports and Harbors,
International Safety Guide for Oil Tankers & Terminals,
Fourth Edition, International Chamber of Shipping, Oil
Companies International Marine Forum, International
Association of Perth and Harbors, London, England.
International Maritime Organization (IMO), "STCW Convention and STCW Code Including 2010 Manila Amendments" Third Consolidated edition 2011, IMO Publication, London.
Huber, Mark (2001), Tanker Operations a Handbook For The Person in
Charge (PIC) Tankers Edition, Cornell Maritime Press,
Coentrevile, Maryland, United Stated of America.
Marton, G.S, (1992), Tanker Operations A. Handbook for The Ships
Officer, Cornell Maritime Press, Centreville Maryland, United
Stated of America.
Me. Guire, (1987), The Centre for Advance Studies, Hazardus Cargo
Handling Unit, Inert Gas and Crude Oil Washing System,
F.lnst, Pet. London, England.
33