Yuli Setio 207.311.085
-
Upload
intandiahningrum -
Category
Documents
-
view
52 -
download
13
description
Transcript of Yuli Setio 207.311.085
-
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS
KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN AJARAN
2010 - 2011
SKRIPSI
YULI SETIO BUDI PRABOWO
207. 311. 085
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
2011
-
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS
KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN AJARAN
2010 - 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
YULI SETIO BUDI PRABOWO
207. 311. 085
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
2011
-
ii
PENGESAHAN DEKAN
Skripsi diajukan oleh :
Nama : Yuli Setio Budi Prabowo
NRP : 207.311.085
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan
Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Tahun Ajaran 2010 2011
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Disetujui,
dr. Marlina D, M.Kes dr. Lucy Widasari, M.Si dr. Buddy HW. Utoyo, MARS
Penguji I Pembimbing I Pmbimbing II
Mengesahkan,
dr. Buddy HW. Utoyo, MARS
Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal ujian : 15 April 2011
-
iii
PENGESAHAN
KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
Skripsi diajukan oleh :
Nama : Yuli Setio Budi Prabowo
NRP : 207.311.085
Program Studi : Kedokteran Umum
Judul Skripsi : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan
Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Tahun Ajaran 2010 2011
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Disetujui,
dr. Anisah, MPdKed
Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal ujian : 15 April 2011
-
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yuli Setio Budi Prabowo
NRP : 207.311.085
Tanggal : 11 April 2011
Tanda Tangan :
-
vPERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yuli Setio Budi Prabowo
NRP : 207.311.085
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN
INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN
AJARAN 2010 - 2011
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 11 April 2011
Yang menyatakan,
(Yuli Setio Budi Prabowo)
-
vi
PRAKATA
Sembah sujud puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS
KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN AJARAN 2010 -
2011 dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini secara khusus ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Lucy Widasari, M.Si dan dr. Buddy
HW. Utoyo, MARS selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk,
pengarahan dan nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan
selesainya skripsi ini.
Melalui kesempatan ini pula, penulis menghaturkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak berjasa dalam memberikan bantuan, semangat,
serta doa yang tulus, teristimewa kepada :
1. Kedua orangtua tercinta; Ayahanda Rochip Hari Purnomo dan Ibunda
Sulistiowati yang tiada hentinya mendoakan serta memberikan
dukungan moril dan materil.
2. Kedua Kakakku; Christian Bambang Sulistyo berserta istri dan Bagus
Yudo Siswanto berserta istri, yang selalu mendoakan serta memberikan
semangat.
3. Ketiga Keponakan tersayang; Natasha Diva Rosavana Sulistyo, Abdad
Ehnzy Danadyaksa dan Bianca Callista Fedora Sulistyo, yang selalu
menjadi sumber inspirasi bagi penulis.
4. dr. Buddy HW. Utoyo, MARS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
5. dr. Anisah, MPd.Ked selaku Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran
(Ka PSSK) Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta.
-
vii
6. dr. Marlina M.Kes selaku Dewan Penguji Utama yang terhormat, serta
sebagai koordinator skripsi yang telah banyak membantu dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
7. dr. Ferdiana Yunita, selaku Koordinator Mahasiswa Tingkat IV Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
8. dr. Agneta Irmarahayu, selaku Koordinator Mahasiswa Tingkat III
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada
mahasiswa tingkat III.
9. dr. Tuty Rizkianti, selaku Koordinator Nilai Mahasiswa Tingkat III
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta yang telah banyak membantu dalam memberikan data kepada
penulis.
10. dr. Sri Wahyuningsih, selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta.
11. Bapak Sugeng Wiyono dan Bapak Purwanto, S.Si, M.Kom yang telah
memberikan arahan dalam metode penelitian ini.
12. Seluruh Jajaran Staf Pengajar, Tenaga Administrasi dan Laboratorium di
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
13. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
angkatan 2007 dan semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
14. Randi Ika Rahman, SE selaku motivator training and self management.
Semoga semua pihak yang telah disebutkan diatas mendapat anugrah yang
berlimpah dari Allah SWT atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
-
viii
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang dituangkan di dalam skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap skripsi ini
dapat memberi manfaat bagi orang lain dalam melaksanakan tugas pembangunan
kesehatan terutama yang berkaitan dengan gizi kesehatan dan ilmu kesehatan
masyarakat.
Jakarta, April 2011
Yuli Setio Budi Prabowo
-
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Yuli Setio Budi Prabowo
Alamat : Kahuripan Nirwana Village blok CB Raya
No. 12 A, Sidoarjo, Jawa Timur 61252
Telepon : 031 885 2578
HP : 082110520290
Email : [email protected]
Agama : Islam
Tempat/Tgl. lahir : Jakarta, 14 Juli 1988
KELUARGA
Orang tua
Ibu : Sulistyowati
Ayah : Rochip Harry Purnomo
Saudara
Kakak : 1. Christian Bambang Sulistyo
2. Bagus Yudo Siswanto
PENDIDIKAN FORMAL
2003 2006 Sekolah Menengah Atas Negeri 99 Jakarta
2000 2003 Sekolah Menengah Pertama Islam PB. Soedirman Jakarta
1999 2000 Sekolah Dasar Negeri 2 Kepodang Sidoarjo, Jawa Timur
1996 1999 Sekolah Dasar Negeri 15 Dauh Puri Denpasar, Bali
1994 1996 Sekolah Dasar Negeri 2 Farol Dilli, Timor-Timur
PENDIDIKAN NON FORMAL
2006 2007 Kursus Bahasa Perancis CCCL Surabaya
2003 2005 Anggota tim Bola Basket Putra SMAN 99 Jakarta
2000 2002 Anggota tim Bola Voli Putra SMP Islam PB. Soedirman
Jakarta
-
xPengalaman Organisasi / Kejuaraan
2005 2007 Wakil Ketua Bliss Event Organizer
2004 2005 Ketua OSIS Angkatan 16 SMAN 99 Jakarta
2005 Juara I Kirab Perorangan Hari AIDS Sedunia oleh Yayasan
AIDS Indonesia
2005 Peserta Green Car 2005, Reduksi Emisi Kendaraan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup
2004 Juara Grup Al-Maruf Basketball Tournament
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
I.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
I.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
I.3.1. Tujuan Umum................................................................................. 5
I.3.2. Tujuan Khusus................................................................................ 5
I.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
I.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 6
I.4.2. Manfaat Praktis............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Konsep Dasar Gizi Seimbang ......................................................... 7
II.2. 13 Pesan Dasar Gizi Simbang ......................................................... 8
II.3. Sarapan Pagi .................................................................................. 15
II.3.1. Definisi ....................................................................................... 15
II.3.2. Manfaat Sarapan Pagi .................................................................. 15
II.3.3. Jenis Makanan Seimbang Untuk Sarapan Pagi ............................. 16
II.3.4. Dampak Tidak Sarapan Pagi ........................................................ 18
II.4. Kebutuhan Kalori (Angka Kecukupan Gizi) ................................... 18
II.5. Otak Manusia ................................................................................ 19
II.6. Teori Belajar Gestalt ...................................................................... 21
II.7. Problem Based Learning (PBL) ..................................................... 23
II.7.1. Definisi PBL ............................................................................... 23
II.7.2. Tujuan PBL ................................................................................. 23
II.7.3. Pendekatan SPICES Dalam PBL ................................................. 26
-
xii
II.8. Indeks Prestasi ............................................................................... 28
II.9. Metode Food Frequency Questionnaire ......................................... 30
II.10. Kerangka Teori .............................................................................. 31
II.11. Kerangka Konsep .......................................................................... 32
II.12. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 33
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 33
III.3. Subjek Penelitian ........................................................................ 33
III.3.1. Populasi ................................................................................... 33
III.3.2. Sampel ..................................................................................... 33
III.4. Teknik Sampling ........................................................................ 34
III.5. Rancangan Penelitian ................................................................. 35
III.6. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 35
III.6.1. Jenis Data ................................................................................. 35
III.6.2. Cara Pengumpulan Data ............................................................. 36
III.7. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 36
III.8. Definisi Operasional ................................................................... 36
III.9. Instrumen Penelitian ................................................................... 37
III.10. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian) .................................. 37
III.10.1. Pra-Penelitian ............................................................................ 37
III.10.2. Saat Penelitian .......................................................................... 37
III.10.3. Pengolahan Data ...................................................................... 37
III.11. Analisis Data ............................................................................... 40
III.11.1. Analisis Univariat ..................................................................... 40
III.11.2. Analisis Bivariat ........................................................................ 40
III.12. Penyajian Data ............................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gambaran Umum Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta .... 41
IV.1.1. Sejarah ...................................................................................... 41
-
xiii
IV.1.2. Sistem Pendidikan ..................................................................... 42
IV.1.3. Aktivitas Perkuliahan Mahasiswa .............................................. 42
IV.2. Hasil Penelitian .............................................................................. 45
IV.2.1. Hasil Analisis Univariat ........................................................... 45
IV.2.1.1. Usia Mahasiswa....................................................................... 45
IV.2.1.2. Jenis Kelamin ......................................................................... 46
IV.2.1.3. Tempat Tinggal Mahasiswa ................................................... 46
IV.2.1.4. Kebiasaan Sarapan Pagi ......................................................... 46
IV.2.1.5. Tempat Sarapan Pagi ............................................................. 47
IV.2.1.6. Waktu Sarapan Pagi ............................................................... 47
IV.2.1.7. Menu Sarapan Pagi ................................................................. 48
IV.2.1.8. Persiapan Sarapan Pagi ........................................................... 48
IV.2.1.9. Konsumsi Pengganti Sarapan Pagi .......................................... 49
IV.2.1.10.Jenis Pengganti Sarapan Pagi .................................................. 49
IV.2.1.11.Konsumsi Sumber Energi Pada Pagi Hari ............................... 50
IV.2.1.12.Jenis Sumber Energi Yang Di Konsumsi ................................. 50
IV.2.1.13.Indeks Prestasi Kumulatif ....................................................... 51
IV.2.1.14.Gambaran Frekuensi Jenis Konsumsi Mahasiswa .................... 51
IV.2.2. HasilAnalisis Bivariat ............................................................... 55
IV.3. Pembahasan ................................................................................... 56
IV.3.1. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 56
IV.3.2. Kebiasaan Sarapan Pagi Mahasiswa .......................................... 56
IV.3.3. Food Frequency Questionnaire ................................................. 58
IV.3.4. Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi Terhadap Indeks Prestasi ....... 59
BAB V PENUTUP
V.1. Kesimpulan ..................................................................................... 61
V.2. Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 63
LAMPIRAN ........................................................................................... 66
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kecukupan Energi Baku Bagi Orang Indonesia Per Hari ... 19
Tabel 2 Perbedaan Antara Kelompok Pendekatan SPICES Dan
Kelompok Pendekatan Konvensional .................................. 26
Tabel 3 Distribusi Usia Mahasiswa ................................................. 45
Tabel 4 Distribusi Jenis Kelamin ..................................................... 46
Tabel 5 Distribusi Tempat Tinggal .................................................. 46
Tabel 6 Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Mahasiswa ................... 46
Tabel 7 Distribusi Tempat Sarapan Pagi Mahasiswa ....................... 47
Tabel 8 Distribusi Waktu Sarapan Pagi Mahasiswa ......................... 47
Tabel 9 Distribusi Menu Sarapan Pagi Mahasiswa .......................... 48
Tabel 10 Distribusi Persiapan Sarapan Pagi Pada Mahasiswa ............ 48
Tabel 11 Distribusi Kebiasaan Konsumsi Pengganti Sarapan Pagi ..... 49
Tabel 12 Distribusi Jenis Konsumsi Pengganti Sarapan Pagi ............. 49
Tabel 13 Distribusi Kebiasaan Konsumsi Energi Pada Pagi Hari ....... 50
Tabel 14 Distribusi Jenis Konsumsi Sumber Energi Di Pagi Hari ...... 50
Tabel 15 Distribusi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa ....... 51
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Karbohidrat ................ 51
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Protein Hewani ........... 52
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Protein Nabati ............ 52
Tabel 19 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Lemak ....................... 53
Tabel 20 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Sayur-Sayuran ........... 53
Tabel 21 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Buah-Buahan ............. 54
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Susu........................... 54
Tabel 23 Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Indeks ................. 55
-
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Kerangka Teori ................................................................ 31
Bagan 2 Kerangka Konsep ............................................................ 32
Bagan 3 Teknik Sampling .............................................................. 35
Bagan 4 Protokol Penelitian ........................................................... 39
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 Pedoman Umum Gizi Seimbang ......................................... 8
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian .................................................... 66
LAMPIRAN 2 Kuesioner ................................................................... 67
LAMPIRAN 3 FFQ ............................................................................. 70
LAMPIRAN 4 Analisis Univariat ........................................................ 71
LAMPIRAN 5 Analisis Bivariat .......................................................... 77
LAMPIRAN 6 Tabel Krejcie ............................................................... 79
-
xviii
ABSTRAK
YULI SETIO. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011.Dibimbing oleh dr. LUCY WIDASARI, M.Si. dan dr. BUDDY HW UTOYO, MARS.
Sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran sedang menuju proses yang lebih baik, agar mahasiswa dapat menerapkan ilmunya dalam setiap kasus di bidang kesehatan. Salah satu perubahan yang sangat berpengaruh adalah metode pembelajaran yang diterapkan, yaitu dengan pendekatan Problem Based Learning.Untuk itu dibutuhkan dukungan yang adekuat dari berbagai faktor, baik faktoreksternal maupun internalnya. Salah satu faktor eksternalnya adalah asupan nutrisi. Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, sudah sepantasnya memahamipentingnya asupan nutrisi dalam menunjang proses belajar. Asupan nutrisi yang baik dimulai sejak pagi hari dengan sarapan. Sarapan pagi merupakan sumber energi yang sangat penting sebelum menjalani aktivitas. Pada mahasiswa, sarapansangat berpengaruh untuk menunjang aktivitas yang padat, karena sarapanmeningkatkan asupan glukosa darah. Kekurangan glukosa darah di pagi hari dapat menyebabkan gangguan konsentrasi yang mengakibatkan penurunan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan design cross sectional. Data primer yang dingunakan berupa kuesioner dan data sekunder yaitu berupa data IPKmahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat III yang memenuhi kriteria inklusi dengan besar sampel 118 responden, cara pemilihan responden berdasarkan Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan Uji Statistik Gamma dan Somersd dengan kemaknaan (p < 0.05) dan korelasi (r = 0-1). Hasil Uji Statistik Gamma dan Somersd menunjukkan terdapat korelasi (p = 0.000) yang kuat (r = 0.659) antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa.
Kata Kunci : Mahasiswa, Sarapan Pagi, Indeks Prestasi Kumulatif.
Kepustakaan : 43 (2001-2011)
-
xix
ABSTRACT
YULI SETIO. The Correlation Between Breakfast Routine with the Grade Point Average of III Grade Students of UPN Veteran Jakarta, Faculty of Medicine in 2010 2011.Under direction of dr. LUCY WIDASARI, M.Si. dan dr. BUDDY HW UTOYO, MARS.
The intent of current learning system implemented in the Faculty of Medicine is to assist the student in applying their knowledge in their practices. This is achieved through many methods, one of them is by applying the Problem Based Learning method (PBL). To apply this method successfully, adequate support from internal and external factors is required. One of the external factors is nutritional intake. As a student of the Faculty of Medicine, we should have realized the influence of nutrition intake to the learning process. Good nutrition intake begins in the morning with breakfast. Breakfast is the most important energy sources of the day. Breakfast is important for students to support their active lifestyle, because it would influence their blood glucose levels. The lack of glucose in the morning may affect their concentration that would affect their study results. The objective of this research was to discover the correlation between the routine of breakfast with the Grade Point Average (GPA) of III grade students of the Faculty of Medicine of UPN Veteran Jakarta. This was a descriptive analytic study that utilized the cross-sectional design. The data obtained was primary data from questionnaires and secondary data from the students GPA. This research was located at the faculty of Medicine of UPN Veteran Jakarta. The population of this research was all the III grade students that satisfied the inclusion criteria. The sample size was 118 respondents selected through the simple random sampling method. The data was then analyzed with Gamma and Somersd statistical test with a significance of < 0.05 and the r-value = 0-1. The results of that test showed that there was a strong correlation (r = 0.659) between the routine of breakfast and the students GPA.
Keywords : Students of the Faculty of Medicine, Breakfast, Cumulative Grade-Point Average.
Refference : 43 (2001-2011)
-
xx
RINGKASAN
YULI SETIO. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011.Dibimbing oleh dr. LUCY WIDASARI, M.Si. dan dr. BUDDY HW UTOYO, MARS.
Pendidikan kedokteran di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia sedang
dalam taraf peningkatan menuju proses pembelajaran yang lebih baik, agar dapat
mengimplementasikan dalam setiap kasus yang didapat di rumah sakit.
Pendekatan metode belajar yang kini sedang diterapkan adalah Problem Based
Learning (PBL). Metode pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa masalah
(problem) digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun
mengintegrasikan ilmu baru (knowledge). Berdasarkan Pedoman Program Studi
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun 2007,
pelaksanaan pendidikan di Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Pendekatan PBL.
Dalam pelaksanaan kurikulum baru tersebut, dibutuhkan dukungan secara
menyeluruh baik dari faktor internal maupun eksternalnya. Salah satu faktor yang
berperan penting yaitu pola makan. Pola makan mahasiswa akan menentukan
jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya.
Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat
gizi yang cukup untuk mahasiswa, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan
dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya.
Kebutuhan kalori untuk mendukung metode pembelajaran PBL, dapat
dipenuhi dengan konsumsi sarapan pagi yang seimbang. Untuk menu sarapan
pagi, sebaiknya makanan mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun
dan sumber zat pengatur. Dan yang lebih diutamakan kandungan gula sebaiknya
memenuhi 58% energi (terdiri dari 2/3 gula kompleks dan 1/3 gula cepat terserap).
Sedangkan lemak 30% (2/3 lemak tidak jenuh dari nabati dan 1/3 dari hewani,
yaitu ikan dan ternak) dari kebutuhan energi harian.
-
xxi
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Data yang digunakan adalah primer terdiri dari kebiasaan sarapan pagi
mahasiswa yang didapat dari kuesioner dan Food Frequency Questionnaire (FFQ)
melalui responden. Sementara data sekundernya adalah indeks prestasi kumulatif
(IPK) mahasiswa yang di dapat dari Koordinator Nilai Mahasiswa Tingkat III
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta.
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta. Penentuan besar sampel dilakukan penghitungan
dengan menggunakan Tabel Krejcie dimana didapatkan 118 orang mahasiswa.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Simple
Random Sampling. Analisis penelitian ini menggunakan uji Gamma dan
Somersd. Uji ini digunakan pada hipotesis korelatif antara variabel ordinal
dengan ordinal dengan kemaknaan (p 0,05 menunjukkan hasil yang tidak bermakna.
Serta menilai kekuatan korelasinya (r = 0-1).
Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat III FK UPN
Veteran Jakarta. Mahasiswa Tingkat III memiliki jadwal perkuliahan yang
dimulai pada pagi hari pukul 09.00 yaitu tutorial. Aktivitas perkuliahan
mahasiswa pada Tingkat III ini terbagi menjadi 4 blok. 2 blok (Cardiovascular
System dan Respiratory system) dilaksanakan pada smester V dan 2 blok
selanjutnya (Genito Urinary System dan Gastro Intestinal System) dilaksanakan
pada Smester VI. Setiap blok yang akan dipelajari menggunakan metode diskusi
tutorial selama 3 jam dengan modifikasi seven jump selama 3 kali dalam
seminggu, serta kuliah pakar yang dilaksanakan diluar jam tutorial, praktikum
laboratorium dan belajar keterampilan klinik di laboratorium keterampilan klinik
(skills lab activity) yang dilaksanakan 1 kali dalam seminggu setelah tutorial.
Hasil penelitian didapatkan bahwa kebiasaan sarapan pagi Mahasiswa
Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta yang terbanyak adalah
kebiasaan sarapan pagi tetapi tidak setiap hari, yaitu sebanyak 52 mahasiswa
(44,0%). Berdasarkan hasil penelitian mengenai IPK Mahasiswa Tingkat III
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta yang tertinggi dengan predikat
pujian (Cum Laude) hanya terdapat satu orang (0.8%). Analisis korelasi antara
-
xxii
kebiasaan dan waktu sarapan pagi terhadap indeks prestasi, maka dilakukan
analisis bivariat dengan uji Gamma dan Somersd, dengan tingkat kemaknaan
sebesar 5% ( = 0,05) dan kekuatan korelasi mulai dari yang lemah hingga sangat kuat (r = 0 1).
Hasil uji statistik didapatkan nilai P-Value = 0.000 ( p < alfa ) maka dapat
disimpulkan bahwa tolak Ho yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara
kebiasaan sarapan pagi terhadap indeks prestasi kumulatif (IPK) dengan kekuatan
korelasi (Lampiran 4) yang kuat (r = 659). Artinya terdapat perbedaan IPK antara
mahasiswa yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik dengan yang kurang
baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran UPN
Veteran Jakarta, didapatkan Kebiasaan sarapan pagi mahasiswa tingkat III
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta masih kurang baik. Karena terdapat
83 orang mahasiswa (69,4%), ini menandakan bahwa kesadaran mahasiswa akan
pentingnya asupan makanan pada pagi hari masih sangat kurang. Sementara
Indeks prestasi mahasiswa tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
yang mencapai angka pujian (cum laude) hanya terdapat 1 orang mahasiswa
(0.8%), yang terbanyak adalah IPK dengan predikat memuaskan (2.00 2.75)
yaitu sebanyak 68 orang mahasiswa (57.6%). Dan terdapat korelasi yang kuat (r =
0.659) antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa
tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta (p < 0.05) dengan nilai
signifikansi 0.000 dan arah korelasi positif.
Kata Kunci : Mahasiswa, Sarapan Pagi, Indeks Prestasi Kumulatif.
Kepustakaan : 43 (2001-2011)
-
1BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada tahun 1990, United Nation Development Program (UNDP)
memperkenalkan pengukuran pembangunan manusia yang dikenal dengan
Human Development Index (HDI), atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
yang menggambarkan tingkat pembangunan kualitas manusia. Pendekatan ini
menggunakan tiga indikator yang dapat mengukur kondisi tersebut yaitu
kesehatan, pendidikan dan kemampuan ekonomi. Dalam perkembangannya,
perhitungan pembangunan manusia juga memperhatikan aspek lain yang juga
merupakan kebutuhan masyarakat modern seperti aspek demokrasi, hak azasi
manusia, kebebasan budaya dan kebersihan lingkungan. (Tjiptoraharja, 2008)
Masalah yang banyak berkembang dalam pembangunan nasional adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Masalah ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhadap pendidikan, dan sistem
pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya di daerah yang lebih perifer
dari perkotaan. Masalah tersebut telah menjadi perhatian bangsa dengan adanya
upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat sedini
mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif
dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa. Penegasan tersebut semakin
memenempatkan pendidikan sebagai salah satu komponen yang strategis dalam
meningkatkan pembangunan nasional. (Nawawi, 2005)
Untuk meningkatkan pembangunan kualitas sumber daya manusia perlu
diperhatikan berbagai aspek yang mendasarinya sejak dini, harus tertata secara
sistematis, dan berkesinambungan. Dimulai dari anak sekolah yang merupakan
investasi bangsa, hingga mahasiswa yang memiliki pengembangan-
pengembangan metoda belajar, sehingga diharapkan mampu meningkatkan indeks
pembangunan kualitas manusia. (Depkes RI, 2005 & Tjiptoraharja, 2008)
Mahasiswa merupakan awal dari terbentuknya suatu tata kelola sumber daya
yang baik. Dalam berbagai aspek, mahasiswa diharapkan mampu
mengimplementasikan pengetahuannya dalam bentuk perilaku guna
1
-
2meningkatkan indeks pembangunan nasional. Dalam hal ini, mahasiswa
kedokteran diharapkan mampu mengintegrasikan pengetahuan yang dimilikinya
untuk membangun suatu tatanan sistem yang baik, sesuai dengan kurikulum yang
terus berkembang. Dan dalam mendukung aspek tersebut tidak akan luput dari
berbagai masalah seperti pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan,
masalah kesehatan maupun gizi dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
intelegensi dan indeks prestasi. (Harsono, 2004)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi penggerak dalam
pengetahuan kesehatan, sudah sepantasnya mengetahui pentingnya asupan nutrisi
dalam menunjang proses belajar. Sehingga mahasiswa yang sedang mengalami
proses belajar secara formal dan ditunjang oleh status gizi yang optimal, akan
mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian serta perilaku
tertentu sesuai dengan apa yang ingin dituju oleh lembaga pendidikan guna
meningkatkan mutu kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan visi Indonesia
sehat 2010. (Depkes RI, 2004)
Pendidikan kedokteran di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia sedang
dalam taraf peningkatan menuju proses pembelajaran yang lebih baik, agar dapat
mengimplementasikan dalam setiap kasus yang didapat di rumah sakit. Metoda
pembelajaran yang kini sedang diterapkan adalah Problem Based Learning (PBL).
Metoda pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)
digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu
baru (knowledge). (Saptono, 2003)
PBL dikembangkan berdasarkan dari beberapa teori belajar, seperti teori
belajar Gestalt yang menyatakan belajar merupakan suatu bentuk atau
konfigurasi, sehingga semua yang dipelajari akan dipandang sebagai suatu
keseluruhan yang terorganisir. Belajar adalah suatu proses konstruksi, bukan
proses menerima (receptive process). Dari hasil implementasi teori belajar
tersebut, pokok permasalahan (problem) dapat diselesaikan dengan pemikiran
kritis (critical thinking) dan penerapan pembelajaran yang mendalam (deep
learning aproach). (Emilia, 2007)
-
3Berdasarkan Pedoman Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun 2007, pelaksanaan pendidikan di
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dengan Pendekatan PBL. Metode ini menggunakan kelompok kecil
tutorial dengan didampingi seorang fasilitator dan dilaksanakan secara terintegrasi
sebagai landasan untuk menjawab segala kemungkinan permasalahan klinik di
masa yang akan datang. (PSSK, 2007)
Dalam pelaksanaan kurikulum baru tersebut, dibutuhkan dukungan secara
menyeluruh baik dari aspek internal maupun eksternalnya. Salah satu aspek yang
berperan penting yaitu pola makan. Pola makan mahasiswa akan menentukan
jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya.
Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat
gizi yang cukup untuk mahasiswa, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan
dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya. (Anwar, 2008)
Pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma
yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk
menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi
penting dari kongres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun
pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan
pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini
masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat
itu sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS. (Depkes RI, 2002).
Dari ketiga belas pesan PUGS, terdapat satu butir pesan yang menarik bagi
penulis untuk di teliti, yaitu pada pesan ke delapan, biasakan makan pagi. Makan
pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas
kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar,
sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan sarapan pagi juga
membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Sarapan
pagi yang baik terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun
dan sumber zat pengatur. (Khomsan, 2003 & Depkes RI, 2002)
-
4Sarapan pagi merupakan indikator status gizi yang sangat berperan untuk
menunjang proses belajar. Diharapkan tunjangan proses belajar ini mampu
mendukung peningkatan indeks prestasi. Meskipun banyak faktor yang
mempengaruhi indeks prestasi, baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar
(eksternal). Beraneka ragam teori telah membuktikan bahwa sarapan pagi yang
bergizi memiliki peran dalam proses penalaran serta meningkatkan daya
konsentrasi yang erat kaitannya dengan efisiensi belajar. (Depkes RI, 2005 &
Anwar, 2008)
Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan
kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain:
lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak
sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang
mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Dan bagi para pekerja, keadaan ini
akan menurunkan produktivitas kerja. Dari beberapa penelitian yang sebelumnya
pernah dilakukan, penelitian mengenai sarapan pagi lebih banyak dilakukan
terhadap anak, terutama siswa siswi sekolah dasar. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja motorik dan kesehatan
sekolah ditentukan oleh status gizinya. Sehingga optimalisasi gizi sangat
diperlukan untuk menunjang komponen yang dibutuhkan anak, karena anak
sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia
bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Dalam hal ini, khususnya sarapan pagi.
Ketersediaan sarapan yang bermutu akan meningkatkan kapasitas belajar anak,
sehingga anak akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. (Ristiana, 2009 &
Anwar 2008)
Namun demikian, penelitian ini juga harus disadari oleh mahasiswa yang
benar mengerti akan pentingnya sarapan pagi untuk menunjang mekanisme daya
ingat kognitif (memori) meskipun hanya sedikit berpengaruh terhadap tingkat
kecerdasannya (Depkes RI, 2005 & Pasiak, T. 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan Indeks Prestasi
Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Tahun Ajaran 2010 - 2011.
-
5I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dari
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kebiasaan sarapan pagi Mahasiswa Tingkat III Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta?
2. Bagaimana indeks prestasi belajar Mahasiswa Tingkat III Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta?
3. Apakah terdapat korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks
prestasi Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta?
I.3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kebiasaan sarapan pagi dan Indeks Prestasi
Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran
Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011
I.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kekuatan korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan
Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran
UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011
2) Mengetahui faktor maupun kebiasaan yang menyebabkan mahasiswa
jarang makan pagi.
-
6I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan
sarapan pagi terhadap indeks prestasi, dimana secara teoritis asupan energi
di pagi hari sangat bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi, agar otak
dapat bekerja secara optimal sehingga proses belajar berjalan dengan baik
dan hasil dari prestasi belajar mahasiswa mengalami peningkatan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisconsin School Breakfast
Program pada anak sekolah dasar, yang membuktikan adanya pengaruh
sarapan terhadap peningkatan konsentrasi anak.
I.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penilitian ini bermanfaat:
1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar informasi bagi mahasiswa
guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya sarapan pagi.
2) Penelitian ini diharapkan menjadi dasar agar Institusi pendidikan
menyusun program intervensi gizi maupun pengadaan sarapan pagi di
lingkungan Kampus UPN Veteran Jakarta guna meningkatkan status
gizi dan indeks prestasi mahasiswa secara optimal.
3) Untuk menambah wawasan penulis mengenai ilmu gizi seimbang
secara lebih menyeluruh serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dalam dunia penelitian yang telah dipelajari sebelumnya dalam kuliah
program CRP (Community Research Programe).
4) Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dan ilmu
pengetahuan sehingga diharapkan masyarakat dapat mengetahui
pentingnya sarapan pagi untuk meningkatkan konsentrasi dan
pemenuhan nutrisi.
-
7BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Dasar Gizi Seimbang
Gizi berasal dari bahasa arab Al-Gizzai yang artinya makanan dan
manfaatnya untuk kesehatan. Al-Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang
bermanfaat untuk kesehatan. Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara
memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan
yang optimal. Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan
kemampuan tubuh seseorang mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis
aktivitas, dan kondisi lain seperti sakit, hamil, menyusui. (Almatsier, 2006)
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5
kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam
jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu,
manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses fisiologis
dalam tubuh. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki
keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi
karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain
kaya vitamin C tetapi miskin vitamin A. (Moehdji, 2003)
Konsumsi makanan sehari-hari harus beraneka ragam, dengan demikian
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh
keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat
gizi yang seimbang. Keterangan di atas menguatkan adanya saling ketergantungan
antar zat gizi. Misalnya penyerapan yang optimun dari masukan vitamin A
memerlukan kehadiran lemak sebagai zat pelarut dan mengangkut vitamin A ke
seluruh bagian tubuh. Selain itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam tubuh
kurang, maka vitamin A juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal.
Contoh lain, diperlukan vitamin C yang cukup dalam makanan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi (Fe). (Depkes RI, 2002 & Moehdji, 2003)
7
-
8Pada teori sebelumnya, susu seringkali mendapat pujian, karena bernilai gizi
tinggi. Makanan lain dinilai rendah karena kurang bergizi. Sesuai konsep
keterkaitan antar zat gizi, sudah saatnya penilaian kualitas makanan yang
didasarkan pada pengagungan terhadap kandungan zat gizi mulai ditinggalkan.
Kini saatnya memasyarakatkan adanya ketergantungan antarzat gizi atau
antarberbagai jenis makanan. Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-
masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. (Khomsan, 2003)
Peranan berbagai kelompok bahan makanan secara jelas tergambar dalam
logo gizi seimbang yang berbentuk kerucut (Tumpeng). Dalam logo tersebut
bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam
ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah Tri Guna Makanan. (Depkes RI, 2002)
Gambar 1. Pedoman Umum Gizi Seimbang
(Sumber: http://Gizi.net/13pugs)
II.2 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
1. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Semua bahan makanan mengandung zat gizi dengan jumlah yang
bervariasi. Oleh karena itu mengkonsumsi bahan makanan yang beragam akan
memberikan nilai gizi yang lebih baik daripada makanan yang dikonsumsi
secara tunggal. Makin beranekaragam jenis bahan makanan yang dikonsumsi,
makin terjamin keseimbangan zat gizi dalam tubuh. (Depkes RI, 2002 &
Sulistyoningsih, 2011)
-
9Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan, sebab kekurangan zat gizi tertentu pada satu jenis makanan akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa pada makanan yang lain. Kekurangan satu jenis
zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-hari akan menyebabkan penggunaan
zat gizi lainnya tidak optimal. Misalnya zat besi (Fe), penyerapannya oleh tubuh
akan berkurang bila konsumsi vitamin C rendah. Makanan yang beraneka ragam
paling tidak terdiri dari salah satu jenis dari masing-masing golongan pangan
berikut: makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. (Depkes RI, 2002 &
Sulistyoningsih, 2011)
2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung sumber
zat tenaga atau energi. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai dengan berat
badan yang normal. Dengan berat badan yang normal kita dapat hidup dan
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Seseorang yang ingin
mengetahui status gizi, sebenarnya harus melakukan pengukuran antropometri
dan dibandingkan dengan standar. Untuk mengetahui berat badan dapat
dilakukan dengan menimbang berat badan satu kali sebulan yang disesuaikan
dengan grafik Indeks Massa Tubuh, sehingga diketahui keadaan berat badan.
(Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung energi atau
kekurangan energi yang berlangsung lama mengakibatkan penurunan berat
badan dan apabila berlanjut dapat menyebabkan kurang gizi, namun sebaliknya
apabila kelebihan energi akan menyebabkan kelebihan berat badan dan apabila
berlanjut akan menyebabkan kegemukan yang merupakan salah satu resiko
gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi dan
sebagainya. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat, protein dan lemak. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih,
2011)
-
10
3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan
Energi.
Makanan sumber karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam
hidangan di Indonesia seperti nasi, jagung, ubi atau sagu. Energi yang berasal
dari makanan digunakan untuk aktivitas di dalam tubuh dan aktivitas di luar
tubuh . Aktivitas dalam tubuh misalnya kerja jantung, proses metabolisme sel,
proses pencernaan dan sebagainya. Sedangkan aktivitas di luar tubuh seperti
jalan, bekerja dan sebagainya. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Terdapat 2 kelompok sumber karbohidrat yaitu sumber karbohidrat
komplek (padi-padian, umbi-umbian, tepung dan sebagainya) dan sumber
karbohidrat sederhana (gula). Konsumsi karbohidrat yang berlebih dapat
mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain. Konsumsi gula sebaiknya
dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan
setiap hari dan konsumsi karbohidrat perlu dibatasi setengah dari kebutuhan
energi (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari
Kecukupan Energi.
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berperan sebagai
sumber dan cadangan energi, membantu penyerapan vitamin A,D,E dan K,
sumber asam lemak esensial, penyebab makanan mempunyai tekstur khusus
(lunak atau keras) dan menambah lezat hidangan serta memberikan rasa kenyang
yang lebih lama. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Berdasarkan kemudahan proses pencernaan, lemak dibagi 3 yaitu : lemak
yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda, asam lemak tak jenuh tunggal
dan asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda dan asam lemak tak jenuh
tunggal mudah dicerna dan berasal dari sumber pangan nabati (kecuali minyak
kelapa). Asam lemak jenuh tidak mudah dicerna dan berasal dari sumber pangan
hewani. Konsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Oleh karena
itu mengkonsumsi lemak atau minyak perlu dibatasi 1/4 dari kecukupan energi
atau jika dalam bentuk minyak antara 2 - 4 sendok makan sehari. (Depkes RI,
2002 & Sulistyoningsih, 2011)
-
11
5. Gunakan garam beryodium
Garam yodium merupakan salah satu zat gizi yang berperan untuk
pembentukan hormon tiroksin dari kelejar thyroid, yang diperlukan untuk
perkembangan fisik dan mental, untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Apabila dalam keadaan kekurangan yodium, kelenjar gondok akan berupaya
membuat kompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok yang disebut
dengan penyakit gondok. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Jumlah yodium pada makanan tergantung kandungan yodium dalam tanah,
sehingga rendahnya kadar yodium dalam tanah mengakibatkan kadar yodium
dalam air dan tumbuh-tumbuhan menjadi rendah. Pada daerah-daerah yang
kandungan yodiumnya rendah, konsumsi yodium tidak memenuhi kecukupan
sehingga dianjurkan untuk menggunakan garam yodium yang telah diiodisasi.
Untuk memenuhi kebutuhan garam yodium dianjurkan untuk mengkonsumsi
garam yodium 150 g perhari atau 1 sendok teh (2,5 gram) perhari dan tidak
boleh lebih dari 6 gram sehari atau 2,5 sendok teh karena akan berdampak
negatif pada kesehatan (tekanan darah tinggi). Sebaiknya membubuhi garam
beryodium setelah makanan dimasak karena kandungan yodium bisa rusak atau
hilang saat makanan dimasak. (Pujinarti, 2007)
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan sel darah merah
dan penting untuk menjaga kerja sel tubuh sebagaimana mestinya. Manfaat lain
dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan
vitamin B karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber
vitamin B. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi besi (kurang darah) dimana pembentukan
sel-sel darah merah terganggu. Gejala umum anemia gizi adalah, lemah, letih,
lesu, mudah lelah yang dapat mengganggu produktifitas kerja dan konsentrasi
belajar. Anemia gizi besi terutama banyak diderita oleh wanita hamil, wanita
menyusui, wanita usia subur, anak sekolah, remaja, pekerja berpenghasilan
rendah, balita, pria dewasa dan wanita usia lanjut. (Depkes RI, 2002 &
Sulistyoningsih, 2011)
-
12
Untuk mencegah anemia gizi besi dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan sumber zat besi yaitu lauk pauk dan sayuran hijau yang merupakan
bagian dari anekaragam makanan. Vitamin C dapat membantu meningkatkan
penyerapan sumber zat besi dari pangan hewani. (Depkes RI, 2002 &
Sulistyoningsih, 2011)
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi karena ASI memenuhi
seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan kesehatan
sampai berumur 6 bulan. Selain itu ASI sangat menguntungkan ditinjau dari segi
gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis diantaranya membantu
tumbuh kembang anak, mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh
anak terhadap penyakit infeksi. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Didalam ASI terkandung zat kekebalan, asam lemak omega 3 yang
penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak serta nilai psikologis
atau kejiwaan berupa jalinan kasih sayang antara ibu dan anak. Bayi yang tidak
mendapatkan ASI ekslusif akan mudah terkena penyakit infeksi terutama infeksi
usus (diare), sehingga dianjurkan untuk memberikan ASI saja pada bayi sampai
berumur 6 bulan (ASI Ekslusif). (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
8. Biasakan makan pagi
Makan pagi atau sarapan penting bagi tubuh karena selama satu malam
atau 12 sampai 13 jam kita tidak makan lagi dan semua zat makanan yang
diperoleh dari makan malam sudah diubah dan diedarkan keseluruh tubuh. Jika
tidak makan pagi dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti menurunnya
kadar gula dalam darah sehingga untuk menaikkan kadar gula darah, tubuh
mengambil cadangan hidrat arang dan jika ini habis maka cadangan lemaklah
yang diambil sehingga tubuh tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
(Sulistyoningsih, 2011)
Jenis makanan yang dimakan untuk makan pagi sangat menentukan
kestabilan kadar gula darah karena gula yang didalam darah merupakan sumber
energi untuk bekerja. Kadar normalnya adalah 80-120 miligram per 100 cc
darah. Makan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur. (Depkes RI, 2002)
-
13
Makan pagi secara teratur dalam jumlah yang cukup amat penting untuk
memelihara ketahanan fisik, daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi belajar
dan meningkatkan produktifitas kerja (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih,
2011).
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan
sehingga bila tubuh kehilangan 20% air saja dapat mengakibatkan kematian.
Tubuh orang dewasa membutuhkan paling sedikit delapan gelas air setiap hari.
Air berperan penting dalam metabolisme sel. (Depkes RI, 2002 &
Sulistyoningsih, 2011)
Air bersih dan aman adalah air bersih yang jernih, tidak mengandung
kuman penyakit dan bahan beracun, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak
berbau dan sebelum diminum harus dimasak sampai mendidih. (Depkes RI,
2002 & Sulistyoningsih, 2011)
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan
kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru
dan otot, meningkatkan suplai darah ke hati, membantu mempertahankan
kekuatan otot dan kelenturan tulang sendi serta memperlambat proses penuaan,
membantu mengurangi kegelisahan dan tidur lebih nyenyak, membantu
mengatur nafsu makan. Kegiatan fisik dan olahraga yang tidak seimbang dengan
energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan berlebih atau kurang
yang dapat mmeningkatnya resiko berkembangnya beberapa penyakit kronis
seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi dan diabetes (Depkes RI, 2002).
Olahraga yang cukup dapat dilakukan dengan memenuhi prinsip FIT
(Frequency, Intensity, dan Time). FIT yang baik adalah frekuensi tiga kali
seminggu dengan intensitas mencapai denyut nadi sebesar 70-85% dari denyut
nadi maksimum yaitu angka 220 dikurangi umur dan dilakukan selama 20 menit.
Berjalan, naik tangga, berkebun, kegiatan rumah tangga merupakan bagian dari
kegiatan fisik yang dianjurkan. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
-
14
11. Hindari minum minuman beralkohol
Meminum alkohol meskipun sedikit akan merusak dua organ utama yaitu
otak dan jantung, dimana alkohol akan mengurangi kesanggupan jantung untuk
mengedarkan darah keseluruh tubuh. Depkes RI (2002) menjelaskan kebiasan
minum-minuman beralkohol dapat menyebabkan terhambatnya proses
penyerapan zat gizi, hilangnya zat gizi yang penting sehingga menyebabkan
kurang gizi, ketagihan serta kehilangan kendali diri. Oleh sebab itu dianjurkan
tidak meminum minuman alkohol. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus bebas dari
kuman, cemaran, racun, tidak mengalami perubahan bentuk, warna, aroma, rasa
dan diolah dengan cara yang benar sehingga kandungan gizinya tidak rusak dan
tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut (halal). Makanan yang aman
dan sehat merupakan faktor penting untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Tanda umum makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir,
berjamur, aroma dan rasa serta warna berubah, khusus untuk makanan olahan
pabrik terjadi kerusakan pada kemasan seperti kaleng karatan, kaleng tidak utuh
(menggelembung atau peot) dan tidak melewati tanggal kadaluarsa. (Depkes RI,
2002 & Sulistyoningsih, 2011)
Akibat mengkonsumsi makanan yang tidak aman dapat menimbulkan
keracunan dengan gejala mual, muntah, sakit perut, diare dan demam yang
dimulai 1 jam sampai 36 jam setelah mengkonsumsi makanan yang sudah
tercemar sehingga dianjurkan untuk makan makanan yang aman bagi kesehatan
(Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat gizi, tanggal
daluarsa dan keterangan penting lain yang dicantumkan pada kemasan. Semua
keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu
konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam makanan
tersebut. Selain itu dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada
konsumen yang beresiko tinggi karena punya penyakit tertentu, seperti alergi
dan lain sabagainya. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)
-
15
II.3 Sarapan Pagi
II.3.1. Definisi
Sarapan pagi adalah makanan yang dikonsumsi pada pagi hari setelah
malam hari kita tidak makan. Sarapan pagi berarti memutus masa puasa
tersebut, bila puasa tersebut tidak disudahi dengan sarapan pagi, cadangan
glukosa dalam tubuh seseorang hanya cukup untuk aktivitas selama dua hingga
tiga jam saja pada pagi hari. Kadar glukosa normal seseorang di pagi hari antara
70 hingga 110 mg/dl. Tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia
atau kekurangan glukosa darah. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran,
pusing, dan sulit berkonsentrasi. Itu semua karena kekurangan glukosa yang
merupakan sumber tenaga bagi otak. (Khan, 2005)
Sarapan pagi sangatlah penting bagi seseorang dengan aktivitas fisik yang
beraneka ragam, karena aktivitas yang dilakukan seseorang memerlukan energi
dan kalori yang cukup besar. Sarapan pagi harus memenuhi sebanyak 1/4 kalori
sehari. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan saat bekerja dan mempertahankan produktivitas
kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi
belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih
baik. (Judarwanto, 2008)
Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih
dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari
makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
(Depkes RI, 2002)
II.3.2. Manfaat Sarapan Pagi
Berikut adalah manfaat sarapan pagi: (Khomsan, 2003)
1. Memberi energi untuk otak
Seseorang yang hanya minum teh manis atau makan beberapa potong
biskuit hingga waktu makan siang tidak dapat dikatakan sebagai sarapan pagi.
Manfaat sarapan pagi adalah meningkatkan kemampuan otak sehingga
seseorang lebih mudah untuk berkonsentrasi.
-
16
2. Meningkatkan asupan vitamin
Jus buah segar merupakan salah satu variasi sarapan yang dianjurkan
karena mengandung vitamin dan mineral yang menyehatkan. Sari buah alami
dapat meningkatkan kadar glukosa darah, meskipun belum sepenuhnya
menunjang kebutuhan energi untuk aktivitas. Maka setelah itu bisa dilanjutkan
dengan makan sereal, nasi ataupun roti. Menu pilihan lain berupa roti dan telur,
bubur, susu, mie, pasta dan lain-lain.
3. Memperbaiki memori/daya ingat
Penelitian terakhir membuktikan bahwa tidur di malam hari membuat otak
kita kekurangan glukosa. Jika kita tidak mendapat glukosa yang cukup pada
saat sarapan, maka fungsi otak khususnya memori dapat terganggu. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Suzan E. Bagwel tahun 2008 (Loyola
University New Orleans) pada dua kelompok populasi dengan kebiasaan
sarapan pagi yang rutin pada satu kelompok dan kebiasaan sarapan pagi yang
tidak rutin pada kelompok lainnya, menggunakan Tes Daya Ingat. Hasil dari
tes tersebut didapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok dengan
kebiasaan sarapan pagi rutin dibandingkan dengan kelompok yang kebiasaan
sarapan paginya tidak rutin. (Bagwel, 2008)
4. Meningkatkan daya tahan terhadap stress
Anak-anak dan remaja yang sarapan pagi memiliki performa lebih, mampu
mencurahkan perhatian pada pelajaran, berperilaku positif, ceria, kooperatif,
mudah berteman dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan
anak yang tidak sarapan, tidak dapat berpikir dengan baik dan selalu kelihatan
malas. (Madanijah, 2004)
II.3.3. Jenis Makanan Seimbang Untuk Sarapan Pagi
Untuk menu sarapan pagi, sebaiknya makanan mengandung sumber zat
tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dan yang lebih
diutamakan kandungan gula sebaiknya memenuhi 58% energi (terdiri dari 2/3
gula kompleks dan 1/3 gula cepat terserap). Sedangkan lemak 30% (2/3 lemak
tidak jenuh dari nabati dan 1/3 dari hewani, yaitu ikan dan ternak) dari
kebutuhan energi harian. (Sulistyoningsih, 2011)
-
17
Agar seimbang dan lengkap nilai gizinya, sarapan pagi hendaknya tersusun
dari jenis pangan seperti berikut:
1. Susu dan Produk Olahan Susu
Susu, keju, dan yoghurt merupakan sumber protein hewani, kalsium,
Vitamin A, B2, dan D. Meski susu bergizi, namun masih ada kekurangan
asam amino esensial (penting dan mutlak ada tapi tidak dapat dibuat dalam
tubuh) khususnya metionin. Susu merupakan pangan terbaik sebagai
pembawa kalsium dalam tubuh. Mineral kalsium sangat penting sebagai dasar
masa pertumbuhan tulang dan gizi. Satu liter susu mengandung protein setara
dengan empat butir telur. Susu sebanyak itu mencukupi kebutuhan bayi/balita
sebanyak 40% energi, 70% protein, >100% kalsium, >100% fosfor, 10% besi,
40% vitamin A, 10% vitamin D, 60% vitamin B1, >100% vitamin B2 dan
40% vitamin C. Sedangkan bagi orang dewasa, 1 liter susu identik dengan
pemenuhan kebutuhan sebanyak 22% energi, 45% protein, >100% kalsium,
100% fosfor, 6% zat besi, 40% vitamin A, 30% vitamin B1, 60% vitamin B2
dan hanya 25% vitamin C. (Depkes RI, 2002)
Protein sangat penting untuk membangun tubuh serta pembaruan
jaringan dan otot. Sedangkan vitamin B2 berperan dalam transformasi dan
asimilasi berbagai zat gizi (protein, lemak, karbohidrat) oleh organ tubuh.
Susu juga mengandung vitamin A, sehingga penting bagi penglihatan malam
serta kualitas kulit. Sedangkan vitamin D untuk membantu penglihatan dan
penggunaan kalsium oleh organ tubuh. (Khomsan, 2003)
2. Telur
Dilihat dari kualitas gizi proteinnya telur merupakan pangan standar.
Satu butir setara gizi proteinnya dengan semangkuk susu. Dibandingkan
dengan protein susu, protein telur unggul dalam penyediaan asam amino
esensial treonin dan methionin, namun kalah kandungan isoleusin, leusin,
tyrosin dan ionin. Dibandingkan dengan daging, telur unggul pada semua
asam amino esensial kecuali kandungan lisin dan histidinnya, sedangkan
kedelai, unggul dalam semuanya, kecuali fenilalanin. (Khomsan, 2003)
-
18
3. Nasi, Roti dan Produk Serealia
Nasi, roti dan produk serealia merupakan sumber karbohidrat kompleks,
vitamin kelompok B, dan mineral.Roti bisa diolesi margarin, mentega atau
madu kental. Di samping itu mentega juga sebagai sumber vitamin A. Pagi
hari sebaiknya makan makanan yang rendah lemak, khususnya bagi mereka
yang bermasalah dengan kadar kolesterol atau ingin melangsingkan tubuh.
Produk serelia dikenal sebagai sumber energi karena kandungan gulanya
(karbohidrat). Bila dikonsumsi saat makan, gulanya akan membebaskan
energi sepanjang pagi dan akan menghindari menurunnya tekanan terus
(ketegangan otot). Selain sebagai sumber energi, serealia juga kaya akan
protein untuk melengkapi protein susu, khususnya karena kadar metioninnya
cukup tinggi. (Depkes RI, 2002 & Khomsan, 2003)
II.3.4. Dampak Tidak Sarapan Pagi
Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan
kesehatan berupa menurunnya kadar glukosa darah dengan tanda-tanda antara
lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi
anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang
mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Bagi pekerja akan menurunkan
produktivitas kerja. (Depkes RI, 2002)
Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk
menurunkan berat badan, jelas merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu
kondisi kesehatan. Antara lain berupa gangguan pada saluran pencernaan.
Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar tetap
mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan. (Rubin, 2003)
II.4 Kebutuhan Kalori (Angka Kecukupan Gizi)
Di masa remaja, kebutuhan energi menjadi prioritas dalam menunjang
aktivitas. Karena pada masa ini, remaja mulai mencari citra diri untuk membentuk
pola kepribadian menuju taraf kedewasaan, sehingga kebutuhan kalori akan
menjadi cermin dari asupan nutrisi remaja tersebut. Dan pada masa remaja ini,
kebutuhan kalori sudah dibedakan antara remaja laki-laki dan perempuan.
Biasanya, kebutuhan kalori pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
-
19
perempuan, mengingat aktivitas yang lebih dominan pada laki-laki dibandingkan
perempuan. (Pardede, 2002 & Soetjiningsih, 2004)
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan kalori pada
remaja adalah bilamana remaja tersebut duduk di bangku kuliah. Pada umumnya
mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus yang tidak menutup
kemungkinan sifatnya menyita waktu yang panjang, sehingga mereka
mengabaikan waktu makan. Yang paling utama adalah sarapan pagi sebelum
memulai aktivitas. Sarapan pagi yang cukup akan memenuhi kebutuhan energi
selama aktivitas kuliah di pagi hari, sehingga asupan glukosa darah tetap terjaga
dan konsentrasi dalam belajar tidak mengalami hambatan. (Khomsan, 2003)
Tabel 1 Kecukupan Energi Baku Bagi Orang Indonesia per hari (Berdasarkan Komisi Ahli FAO/WHO 1993)
Jenis Kelamin
Golongan Umur(Tahun)
Berat Tubuh(kg)
Energi yangdigunakan
(kalori)Laki-laki 0,5 - 1
1 - 34 - 67 - 9
10 - 1213 - 1516 - 1920 - 3940 - 50
> 60
8,011,516,523,030,040,053,055,055,055,0
900116014501790213022802600253024702020
Wanita 10 1213 1516 1920 3940 59
> 60
32,042,045,047,047,047,0
198021001940188017401500
Sumber : diambil dari Widyakarya Natioanal Pangan & Gizi 2004.
II.5 Otak Manusia
1. Otak Manusia Sebagai Pusat Intelegensia
Proses Berfikir merupakan suatu Proses intelektualitas. Intelektualitas atau
kognisi merupakan salah satu komponen fungsi luhur, dimana secara anatomis
berkaitan dengan sitem limbik. (Pasiak, 2009)
-
20
Daya Saing Kecerdasan sesungguhnya merupakan daya saing yang
menggunakan semua kecerdasan yang ada pada otak manusia yaitu
menggabungkan kecerdasan rasional di neokorteks , emosional di sistem limbik
dan spritual di God spot (temporal). (Kusumoputro, 2008)
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kecerdasan otak,
diketahui bahwa kecerdasan otak yang bersumber di sistem limbik justru
memberikan kontribusi jauh lebih besar dibandingkan dengan kecerdasan yang
bersumber dari neokorteks. Terdapat dua kecerdasan yang bersumber selain dari
neo kortex yaitu pada emosional di sistem limbik dan spiritual di God spot
(temporal). Kontribusi kecerdasan emosional dan spiritual terhadap keberhasilan
karir atau hidup seseorang diperkirakan sekitar 80 %, sedangkan sisanya
merupakan kontribusi dari kecerdasan rasional. Dari 80 % kontribusi tersebut
ternyata spiritual mendominasi sekitar 60 % dan sisanya merupakan kontribusi
emosional. (Kusumoputro, 2008)
Sementara sistem limbik itu sendiri meliputi komponen dari lobus limbik
dan struktur yang berkaitan, di antara semua adalah area septalis dan entorinal,
indusium griseum, kompleks amigdaloid dan kormus mamilare. Karena hubungan
serat yang ekstensif inilah, Papez (1937) memberikan teori bahwwa sirkuit yang
dibentuk oleh berbagai unit dapat merupakan substrat anatomis bagi mekanisme
emosi dan ekspresinya dan untuk komponen aktif dari dorongan instingsif.
2. Manajemen Perangkat Otak
Fungsi manajemen yang diatur oleh SDM dalam organisasi merupakan
rentetan kegiatan (planning, organizing, actuating/ motivating, dan controlling)
sesuai dengan fungsi eksekutif (lobus prefrontal) sesuai dengan mekanisme kerja
otak. Seorang profesional, pemimpin dan manejer harus berupaya menguasai
fungsi lobus ini karena problem solving, kreativitas dan innovasi berada di
bagian otak ini.
Otak merupakan organ yang mempunyai kemampuan belajar, terdiri dari
belahan kiri dan kanan yang mempunyai tugas berbeda, sedangkan daya saing
ditentukan oleh kecakapan menyerap pelajaran karena pikiran (mind), tubuh
(body), emosi dan otak merupakan suatu kesatuan. Maka dari segi manajemen
menggunakan whole brain learning menjadi dasar seutuhnya menggunakan
-
21
komunikasi otak, inteligensi emosi, dan spiritual. Timbul pertanyaan, mengapa
seseorang hanya mampu menghafal pelajaran dan lupa dalam jangka waktu
pendek, sedangkan untuk menceritakan kisah detail tentang kehidupan pribadi 10
tahun yang lalu dapat diingat secara keseluruhan. (Pasiak, 2009)
Pada prinsipnya dalam menggunakan otak untuk belajar dan mengingat
harus sesuai dengan cara kerja otak dan menggunakan ke dua belah otak. Setiap
belahan dipisahkan oleh jembatan emas (golden bridge) yang merupakan tempat
penyeberangan kecerdasan dan kecerdikan seseorang, ini yang disebut dengan
plastisitas otak. Setiap belahan menunjukkan pola pikir tertentu yang berbeda dan
bertentangan. Gabungan ke dua pola belahan tadi akan membentuk seseorang
menjadi cerdas dan cerdik berfikir dan berakal sekaligus berakhlak yang
menjadikan otak sebagai pusat spiritual. Selain mengatur kecerdasan, otak juga
memiliki kemampuan untuk mengalihkan dan menggeser pola pikir dari kiri ke
kanan dan sebaliknya sesuai dengan kebutuhan kondisi otak pada saat itu.
Terdapat Corpus Callosum (jembatan emas) yang disebut sebagai pusat
intelektual manusia. Ciri khas berfikir seseorang ditentukan dengan
kecenderungan pola pikirnya. (Harsono, 2008)
II.6 Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Sesuai dengan struktur yang diterapkan dalam metode belajar
PBL, teori belajar Gestalt merupakan yang paling sesuai dengan implementasi
dari penerapan cara belajar. (Ahmadi, 2008)
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta
didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
-
22
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-
unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Oleh karena itu,
guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-
prinsip pokok dari materi yang diajarkannya. (Ahmadi, 2008)
-
23
II.7. Problem Based Learning (PBL)
II.7.1. Definisi PBL
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu metoda pembelajaran yang
dilakukan secara diskusi kelompok kecil (small group discussion) yang dipandu
oleh tutor dengan menggunakan permasalahan sebagai pemicu. PBL atau disebut
tutorial bertujuan menfasilitasi mahasiswa untuk belajar aktif dan mandiri.
Permasalahan yang dirumuskan hendaknya berpotensi mengembangkan
pemahaman akan keterkaitan ilmu alam dasar (fisika, kimia), biomedik, klinis
dan humaniora dalam suatu permasalahan klinis. Setiap permasalahan dibuat
agar memprovokasi penelusuran kritis (critical enquiry), akses secara mandiri ke
berbagai sumber pembelajaran, dan mengembangkan kedalaman dan keluasan
pembahasan materi-materi dalam tutorial. (Saptono, 2003)
II.7.2. Tujuan PBL
1) Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang relevan yang menuntut ditindak lanjuti dalam diskusi-
diskusi dan belajar mandiri.
2) Mengembangkan pemahaman sifat keterkaitan antara ilmu alam dasar,
biomedik, klinis dan humaniora yang harus ditelaah dalam setiap
permasalahan.
3) Mengembangkan basis keilmuan yang diperlukan untuk memahami dan
mengelola permasalahan-permasalahan kesehatan, mencakup aspek fisik,
emosionil dan sosial, dalam konteks penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang efektif di dalam masyarakat.
4) Mengembangkan kemampuan pertimbangan klinis (clinical reasoning)
yang efektif dan kritis termasuk menganalisa suatu permasalahan,
merumuskan hipotesis, dan mengambilan keputusan.
5) Menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan agar mampu
belajar mandiri, menyadari perlunya pembelajaran individuil dan
kelompok, dan memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia.
6) Berfungsi secara efektif sebagai peserta aktif dalam kelompok kecil dalam
pembelajaran dan pemecahan permasalahan kesehatan.
-
24
7) Dapat mengidentifikasi, mengembangkan dan mempertahankan sikap dan
perilaku yang dibutuhkan dalam profesi kedokteran, antara lain: menyadari
kemampuan, keterbatasan, dan reaksi-reaksi emosional pribadi.
8) Bertanggung jawab.
9) Kemampuan berkomunikasi dan menaruh perhatian (empati) terhadap
individu lain.
10) Kemampuan menilai kemajuan diri sendiri, orang lain di dalam kelompok
dan kelompok itu sendiri.
Setidaknya ada 8 tahap dalam menerapkan Problem Based Learning (Harsono,
2004), yaitu:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berarti membaca masalah yang diberikan dan
mendiskusikannya. Dalam hal ini, setiap individu dapat mendiagnosis masalah
tersebut dengan segera. Mereka harus didorong untuk berpikir lebih dalam
semua hal dengan apa, siapa mengapa, kapan, dimana, bagaimana
dan bilamana.
2. Explore Pengetahuan yang Telah Dimiliki
Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah (problem) dan artinya.
Peserta didik datang dengan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya, termasuk
dari pengalaman hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat memahami materi
atau pengetahuan baru jika ia telah pernah tahu sekilas tetang topik tersebut.
3. Hasilkan Hipotesis
Pada tahap ini diharapkan peserta didik dapat membangun hipotesis dari
permasalahan yang diberikan.
4. Identifikasi Isu-isu yang Dipelajari
Isu pembelajaran dapat didefiniskan sebagai pertanyaan yang tak dapat
dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki oleh peserta didik. Pada
tahap ini peserta didik harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran
(learning issues) baik bagi kelompok maupun bagi tiap pribadi.
-
25
5. Belajar Mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi tiap
peserta didik. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan
bagian dari belajar mandiri peserta didik. Hal ini bermanfaat sebelum masuk
pada pertemuan (tutorial) berikutnya.
6. Re-evaluasi dan Terapkan Pengetahuan Baru terhadap Masalah
Ini tahap yang paling krusial dalam proses PBL, yaitu saat peserta didik
berkumpul kembali, setelah membahas isu pembelajaran pada tahap
sebelumnya. Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru, diterapkan
kepada permasalahan yang diberikan di awal. Penelitian di bidang pendidikan
mengungkapkan bahwa jika bekerja dengan informasi baru,
mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi yang berbeda dapat
membantu merangsang pembelajaran pada masa mendatang.
7. Assessment dan Refleksi
Sebelum proses pembelajaran selesai, penting bahwa peserta didik
mendapat kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang
terjadi. Hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah
diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan-balik
mengenai proses yang telah berlangsung.
8. Simpulan
Setelah langkah 1-7 dilakukan kelompok diskusi menyimpulkan jawaban
atas persoalan yang dikemukakan.
II.7.3. Pendekatan SPICES Dalam PBL
Proses pembelajaran PBL menggunakan pendekatan Inovatif (Student
Centered Learning) yang juga dikenal sebagai pendekatan SPICES. Pendekatan
ini memudahkan mahasiswa dalam memahami suatu kasus dibandingkan dengan
pendekatan konvensional (Teacher Centered Learning). (Grant, 2006)
-
26
Tabel 2. Perbedaan antara kelompok pendekatan SPICES dan kelompok pendekatan KonvensionalSPICES approaches/Student Centered Learning (Innovative approaches)
Conventional approaches/Teacher Centered Learning
Student-centered Teacher-centered
Problem- based Information gathering
Integrated Discipline-based
Community-based (Consummer-based) Hospital-based
Elective Standard program
Systematic Apprenticeship-based
Emilia, Ova. 2007. Problem Based Learning.Yogyakarta:PSN
Student centered berarti mahasiswa secara aktif mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, aktif dalam pengelolaan
pengetahuan, belajar menentukan apa yang ingin mereka ketahui, mampu mencari
pengetahuan sendiri (mandiri) dan belajar berkesinambungan, memanfaatkan
banyak media bukan hanya dari kuliah, penekanan pada pencapaian kompetensi
bukan pada tuntasnya materi. Dalam hal ini, dosen tidak hanya berfungsi sebagai
pemberi kuliah saja tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing praktikum dan
pendamping dalam mendapatkan ketrampilan. Pada Teacher Centered
pengetahuan ditransfer dari dosen ke mahaiswa dan mahasiswa hanya menerima
secara pasif, dosen merupakan satu-satunya sumber informasi sehingga dapat
bersikap Dosen can do no wrong, lebih menekankan pada penguasaan materi
saja dan kuliah merupakan bagian yang terbesar. (Harsono, 2008)
Problem based learning berarti mahasiswa diberikan trigger atau ilustrasi
kasus yang akan digunakan untuk mencari, menggali dan mengumpulkan
informasi ilmu pengetahuan tanpa harus memecahkan masalah yang ditampilkan.
Dengan cara ini mahasiswa dirangsang untuk mengembangkan nalar dan daya
analisanya serta berpikir kritis serta mampu menggunakan ilmu yang telah
dimilikinya serta menggali ilmu atau informasi yang masih dibutuhkannya.
(Wood, 2003)
-
27
Integrasi berarti mahasiswa harus mampu menghubungkan dan
mengintegrasikan ilmu yang diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Mahasiswa tidak boleh berpikir secara terkotak-kotak dalam masing-masing
disiplin ilmu. (Harsono, 2008)
Community based berarti pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan
masyarakat. Pada institusi pendidikan komputer hal ini dapat disesuaikan sebagai
consummer based, yaitu berorientasi pada kepentingan konsumen. (Harsono,
2004)
Elektif berarti untuk mahasiswa disiapkan modul-modul pilihan yang dapat
diambil sesuai dengan kemauan dan bertujuan untuk mengembangkan minat dan
bakat. Pada Institusi pendidikan komputer hal ini sangat penting untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiawa untuk mengembangkan minat dan
bakatnya diluar mata ajaran yang telah terstruktur. (Emilia, 2007)
Sistematis berarti dalam pelaksanan pembelajarannya mahasiswa harus
belajar dan menguasai ilmu secara sistimatis tidak melompat-lompat agar
didapatkan pemahaman secara baik. (Grant 2006)
1. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning
Kelebihan PBL
1) Student Centered-PBL mendorong active learning, memperbaiki
pemahaman, dan pengembangan lifelong learning skills.
2) Generic Competencies- PBL memberi kesempatan mengembangan
generic skills dan attitude yang diperlukan pada saat praktik kedokteran.
3) Integration-PBL memberi fasilitas tersusunnya integrated core
curriculum.
4) Motivation- PBL cukup menyenangkan bagi peserta didik dan tutor, dan
prosesnya membutuhkan keikutsertaan seluruh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Lingkungan belajar member stimulasi untuk meningkatkan
motivasi.
5) Deep Learning-PBL mendorong pembelajaran yang lebih mendalam
(peserta didik berinteraksi dengan materi ajar, menghubungkan konsep-
konsep dengan aktivitas keseharian, dan meningkatkan pemahaman
mereka).
-
28
6) Constructivism Approach-PBL mengaktifkan prior knowledge dan
mengembangkan pada kerangka pengetahuan konseptual yang sedang
dihadapi.
7) Relevansi-relevansi kurikulum difasilitasi oleh struktur pembelajaran