YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) …/Yayasan... · gan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul...
Transcript of YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) …/Yayasan... · gan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA)
SURAKARTA (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi
Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
NOVI YULYASTIKA
C 0504035
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA)
SURAKARTA (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi
Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009)
Disusun oleh
Novi Yulyastika
C0504035
Telah disetujui oleh pembimbing:
Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd
NIP. 195905091985032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum
NIP. 195402231986012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA)
SURAKARTA (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi
Kebangkitan Islam di Surakarta)
Disusun oleh
Novi Yulyastika
C0504035
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal........................
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd ( )
NIP. 195806011986012001
Sekretaris Umi Yuliati, SS, M.Hum ( )
NIP. 197707162003122002
Penguji I Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd ( )
NIP. 195905091985032001
Penguji II Drs. Suharyana, M.Pd ( )
NIP. 195801131986031002
Dekan,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A
NIP. 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Nama : Novi Yulyastika
NIM : C0504035
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Yayasan Majlis Tafsir
Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi
Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009) adalah betul-betul karya
sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan
Novi Yulyastika
C0504035
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Berusaha mendapatkan ke Ridho’an Allah SWT
(Novi Yulyastika)
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat
sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
( Q.S Al Baqoroh ayat 153)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S Alam Nasyah ayat 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayah
Ibu
Sofi Mufidah Salsabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai sebagian syarat
memperoleh gelar Sarjana Sastra di jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan
Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki
bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarah, bantuan
serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah
memberikan kemudahan dan ijin untuk melakukan penelitian.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah yang telah
memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.
3. Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd, selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi.
4. Seluruh dosen Ilmu Sejarah yang telah memberikan banyak ilmunya kepada
penulis.
5. Seluruh staf UPT Perpustakaan Pusat UNS yang telah membantu penulis
memperoleh referensi daalam penulisan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret.
7. Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina selaku Pembina MTA yang telah memberikan
ijin untuk melakukan penelitian.
8. Drs. Medi selaku Sekretaris MTA yang telah membantu penulis memperoleh
data dan mendapatkan informan untuk menulis skripsi ini.
9. Seluruh informan yang telah membantu penulis mendapatkan informasi
dalam penulisan skripsi ini.
10. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dorongan kepada penulis
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman angkatan 2004, Retna, Imah,Wulan, Sapto, Adit, dll yang telah
banyak memberikan bantuan dan dorongan selama belajar di Jurusan Ilmu
Sejarah dan selama menyusun skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna
bagi pembaca.
Surakarta
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xii
ABSTRAK .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9
F. Metode Penelitian ................................................................................. 13
G. Sistematika Penelitian .......................................................................... 16
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SURAKARTA
A. Kondisi Geografis Kota Surakarta ..................................................... 18
B. Kondisi Demografis Masyarakat Surakarta ....................................... 21
1. Jumlah Penduduk .......................................................................... 21
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Surakarta ............................ 23
3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Surakarta .............................. 29
BAB III JARINGAN DAN STRATEGI DAKWAH YAYASAN MAJLIS
TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA
A. Gambaran Umum BerdirinyaYayasan Majlis Tafsir Al Qur’an
(MTA) Pusat Surakarta ...................................................................... 37
1. Latar Belakang Berdirinya MTA .................................................. 37
2. Proses Terbentuknya MTA ........................................................... 41
3. Tujuan dan Sasaran Dakwah ......................................................... 45
4. Arti dari Lambang MTA ............................................................... 46
5. Struktur Organisasi MTA………………………………………...47
B Al Qur’an dan Hadits sebagai Pedoman Dakwah dalam MTA ........... 55
C Jaringan Dakwah MTA Surakarta……………………………………57
1. Peranan Ustadz dalam Dakwah ..................................................... 58
2. Perekrutan dan Pembinaan Ustadz ................................................ 60
3. Aktivitas Dakwah MTA ................................................................ 63
a. Bidang Keagamaan .................................................................. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
b. Bidang Sosial ........................................................................... 70
c. Bidang Pendidikan ................................................................... 78
1.Pendidikan Formal ................................................................ 78
2.Pendidikan Non Formal ........................................................ 81
d. Bidang Kesehatan dan Ekonomi ................................................ 81
1.Bidang Kesehatan................................................................... 82
2.Bidang Ekonomi .................................................................... 83
D. Strategi Dakwah MTA……………………………………………….92
1. Pendekatan MTA dengan Pemerintah, MUI,dan Ormas
Islam Lain ...................................................................................... 92
a. Kerjasama dengan Pemerintah dan MUI .................................. 92
b. Kerjasama dengan Ormas Islam Lain ....................................... 93
2. Keanggotaan dan Pembinaan Peserta Pengajian ............................... 95
BAB IV PERANAN YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA)
SURAKARTA BAGI MASYARAKAT
A. Peran di Bidang Sosial Keagamaan ................................................... 98
B. Peran di Bidang Pendidikan ............................................................... 107
C. Peran di Bidang Kesehatan dan Ekonomi .......................................... 110
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah MTA .......................... 117
1. Faktor Pendukung ............................................................................ 117
2. Faktor Penghambat .......................................................................... 122
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 128
DAFTAR INFORMAN .................................................................................. 131
LAMPIRAN .................................................................................................. 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Alamat Perwakilan dan Cabang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an .... 133
2. Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an .................... 135
3. Gambar Pembina MTA dengan Tokoh dari MPR dan MUI ........................ 169
4. Gambar Suasana Pemberangkatan Peserta Nafar dan Pengajian
Umum Ahad Pagi ........................................................................................ 170
5.Gambar Acara Peresmian Gedung Ahad Pagi dan Silaturahmi
Menteri Kesehatan di MTA ......................................................................... 171
6. Gambar Bentuk Kerjasama MTA dengan Pemerintah, MUI, dan Ormas Islam
Lain .............................................................................................................. 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2005................................... 22
2. Jenis-jenis Mata Pencaharian Penduduk (untuk Usia 10 tahun
ke atas) Tahun 1999-2005 ........................................................................... 24
3. Pertumbuhan Ekonomi Surakarta Tahun 2000-2008 ................................... 27
4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Surakarta Tahun 2003-2008 ................... 28
5. Jumlah Pemeluk Agama di Surakarta Tahun 1999-2005 ............................. 31
6. Jumlah Zakat Fitrah dan Hewan Kurban di MTA Pusat
Surakarta Tahun 1999-2009 ………………………………………............75
7. Jumlah Warga MTA di Surakarta Tahun 1999-2009………………………106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISTILAH
Akhlaqul Karimah : Budi pekerti yang baik.
Al Hadits : Sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik perkataan,
perbuatan, maupun hal ihwalnya
Bi’ah : Semua amal ibadah yang baru dan tidak tercantum dalam
Al Qur’an dan Hadits.
Fiqih : Salah satu bidang ilmu dalam Islam yang mempelajari
hukum Islam.
Grebeg : Upacara adat dalam budaya Jawa yang dilakukan pihak
keraton dengan memberikan sedekah berupa gunungan
kepada rakyat.
Kejawen : Ajaran spiritual asli leluhur tanah Jawa.
Khurafat : Cerita-cerita yang dihubungkan dengan kepercayaan dan
keyakinan dan tidak ada hubungannya dengan Al Qur’an
dan Hadits.
Madhab : Aliran hukum dalam Islam.
Nafar Fi Sabilillah : Berpergian di jalan Allah.
Riba : Pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli maupun
pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan
dengan prinsip Islam.
Sanad : Rangkaian para periwayat Hadits dari nabi sampai
dengan pengumpulnya.
Shahih : Hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang adil,
sempurna ingatannya, bersambung sanadnya, tidak cacat,
dan tidak janggal.
Slametan : Upacara adat dalam budaya Jawa yang dilakukan untuk
mendapatkan keselamatan.
Syirik : Suatu perbuatan yang menyekutukan Tuhan.
Tahlilan : Ritual yang dilakukan untuk menghormati kematian
seseorang dengan berdzikir dan membaca ayat Al
Qur’an.
Tahayul : Angan-angan yang dijadikan kepercayaan dan
keyakinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Novi Yulyastika. C0504035. “Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta
(Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta
Tahun 1999-2009).’’Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni
Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini membahas tentang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA)
Surakarta (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di
Surakarta Tahun 1999-2009). Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1)
Bagaimanakah jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an
Surakarta? (2) Bagaimanakah peranan dakwah Islamiyah Yayasan Majlis Tafsir
Surakarta bagi Masyarakat Surakarta? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA)
Surakarta dan peranan dakwah Islamiyah MTA bagi masyarakat Surakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.
Metode sejarah mempunyai empat tahap, yaitu heuristik atau pengumpulan data,
kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan kritik ekstern, interpretasi atau
penafsiran data dan historiografi yang berupa hasil penelitian dalam penyusunan
fakta-fakta ke dalam kisah sejarah.
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an
(MTA) adalah sebuah lembaga keagamaan Islam yang mempunyai tujuan
mengajak umat Islam untuk mempelajari Al Qur’an dan Hadits serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sumber ajaran Islam dalam MTA
adalah Al Qur’an dan Hadits, keduanya merupakan sumber hukum Islam yang
utama. Kegiatan dakwah dilakukan dalam bidang keagamaan, sosial, pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Dalam melakukan aktivitas dakwahnya, MTA juga
menjalin kerjasama dengan pemerintah, MUI, dan ormas Islam lainnya. Bentuk
kerjasama diwujudkan dengan mengundang dari tokoh-tokoh dari elemen tersebut
dalam kegiatan sosial keagamaan yang diselenggarakan MTA, begitu pula MTA
senantiasa diundang dalam acara keagamaan yang diselenggarakan oleh pihak-
pihak tersebut.MTA juga mempunyai peranan dalam bidang sosial, pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi. Peranan pada bidang-bidang tersebut digunakan sebagai
strategi MTA untuk melancarkan kegiatan dakwahnya.
Kesimpulannya adalah MTA merupakan ormas Islam yang mempunyai
peranan besar di bidang dakwah, sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Dakwah dilakukan dengan penyiaran agama Islam di masyarakat dalam bentuk
kegiatan pengajian, berkerjasama dengan pemerintah, MUI, dan ormas Islam lain
serta berperan di bidang sosial kemasyarakatan. Kegiatan tersebut dilakukan agar
dakwah MTA dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Novi Yulyastika. C0504035. Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion (MTA) Surakarta
( Study of Islamic Religious Proselytizing Islamic Revivalism Organization in
Surakarta 1999-2009).Thesis, Departement of Historical Science, Faculty of
Letters and Fine Art, Sebelas Maret University of Surakarta.
This research discuses about Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion ( MTA)
Surakarta ( Study of Islamic Religious Proselytizing Islamic Revivalism
Organization in Surakarta 1999-2009). The research problems are (1) How
element and stategy religious proselytizing Mjlis Tafsir Al Qur’an Fonndtion? (2)
H0w role Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion for Surakarta society. The aims of
the reseach to find out the element and stategy religious proselytizing Majlis
Tafsir Al Qur’an Fondtion (MTA) and the role Islamic religious proselytizing
MTA for Surakarta society.
The method used in this research is historical method. The historical
method has four steps, namely heuristic or data collection, source critics consist of
intern and extern critics, interpretation and historiography or the explanation of
facts in history.
The result of the research shows that Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion
(MTA) as the Islamic institution invites Muslims to learn Al Qur’an and Hadits
and to apply them in daily activities. They are as main source in MTA. The are
many activities in MTA. In doing this, MTA holds the relation with government,
MUI, and other Islamic organization. The relations are MTA invited them in
MTA’s events and programs or reversely. MTA also hols some programs in social
activition, education, health and economy. This role in society to make the
mission of Islam run well.
The conclusion, MTA as Islamic organization has the mission in Islamic
mission, social, education, health, and economy. The mission is through the
spreading of Islamic teaching in society in the form of Islamic preaching
couperation with government, MUI, and other Islamic organization. This make
MTA mission in spreading Islamic teaching accpted
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam muncul kembali sebagai kekuatan global dalam dunia muslim pada
tahun 1970-an dan 1980-an. Ruang lingkup kebangkitan Islam tidak hanya terjadi
di satu negara tertentu saja, namun mencangkup seluruh dunia dari Sudan sampai
Indonesia. Kebangkitan Islam mencerminkan tumbuhnya kebangkitan agama,
baik dalam kehidupan pribadi maupun umum yang terjadi di sebagian besar dunia
Islam dan mempunyai dampak penting pada barat.1 Fenomena kebangkitan Islam
muncul karena beberapa alasan, yaitu pertama adanya perasaan bahwa isme-isme
non Islam, sistem politik, ekonomi maupun sosial budaya yang telah ada gagal
menyelesaikan masalah kehidupan manusia secara utuh. Kedua, adanya
ketidaksukaan dan penolakan terhadap barat. Ketiga, adanya upaya identitas dan
keotentikan yang lebih jelas dan keempat, keyakinan bahwa Islam merupakan
ideologi yang memadai bagi negara dan masyarakat, serta sebagai suatu alternatif
yang sah untuk menggantikan isme-isme yang ada seperti sosialisme dan
kapitalisme.2
Pada tahun tersebut perkembangan Islam ditandai dengan fenomena
menguatnya religiustas umat Islam. Fenomena yang sering ditandai dengan
kebagkitan Islam (Islamic Revivalism) ini muncul dalam bentuk meningkatnya
kegiatan peribadatan, menjamurnya pengajian, merebaknya budaya yang islami,
1 Jhon. L. Esposito, 1996, Ancaman Islam Mitos atau Realitas?, Bandung: Mizan,
halaman 21-22.
2 M. Hamdan Basyar, dkk, 2000, Indonesia dan Dinamika Islam Politik, Jakarta: PPW-
LIPI, halaman 126-127.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
munculnya lembaga ekonomi Islam (bank syariah), islamisasi hukum keluarga
(UU Perkawinan) dan menguatnya warna keagamaan dalam sistem pendidikan
(UU Pendidikan Nasional)3
John. L. Esposito manberikan pengertian bahwa fundamentalisme Islam
sama dengan kebangkitan Islam. Fundamentalisme Islam ini dicirikan sebagai
sifat kembali kepada kepercayaan fundamental agama. Dalam semua praktek
kehidupan, kaum muslimin fundamentalis mendasarkan pemahaman Al Qur’an
dan sunnah serta pengamalannya dalam kehidupannya. John. L. Esposito tidak
sepakat jika gerakan Islam ini diletakkan pada kasus Kristen yang dituduh sebagai
kelompok litaralis dan ekstrem karena pada gilirannya fundamentalisme dimaknai
sebagai gerakan yang mengacu literalisme dan berharap kembali pada kehidupan
masa lalu, bahkan lebih jauh lagi Esposito mengkritik orang yang mengartikan
fundamentalisme secara sembarangan menyamakan dengan ekstremisme,
fanatisme, dan terorisme. Esposito lebih memilih menggunakan istilah Islamic
Revivalism daripada Islamic Fundamentalism untuk menggambarkan gerakan
kebangkitan Islam kontemporer karena istilah tersebut dianggap memiliki akar
tradisi Islam.4
Diantara latar belakang munculnya gerakan kebangkitan Islam yang
muncul dalam kehidupan kaum muslimin antara lain berbagai masalah internal
kaum muslimin. Diantara masalah internal kaum muslimin Indonesia dapat dilihat
dari dua realitas, yaitu realitas individu dan realitas umat. Probematika umat Islam
Indonesia yang tercermin dari realitas individu diantaranya adalah lemahnya
3 M. Imadudun Rahmat, 2005, Arus Baru Islam Radikal Transmisi Revivalisme Islam
Timur Tengah ke Indonesia, (Jakarta: Erlangga), halaman 10.
4 Jhn. L. Esposito, op.cit., halaman 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
aqidah Islam, lemahnya wawasan dan pengetahuan kaum muslimin Indonesia
terhadap Islam, lemahnya spiritualitas kaum muslimin Indonesia, lemahnya
kemauan yang dimiliki pribadi-pribadi muslim Indonesia untuk meningkatkan
kualitas diri, lemahnya harga diri pribadi-pribadi muslim untuk menampilkan
identitas kemuslimannya. Adapun realitas kolektif masyarakat muslim di
Indonesia antara lain berupa lemahnya kepemimpinan umat Islam, lemahnya
ikatan persaudaraan (ukhuwah) di kalangan umat muslim, lemahnya kekuatan
dalam semua dimensi kemanusiaan, lemahnya arahan untuk menjadi pembimbing
peradaban dan lemahnya dakwah yang terprogram sebagai upaya untuk
memperbaiki kondisi umat muslim.5
Salah satu permasalahan yang mendasar pada umat Islam Indonesia
lemahnya aqidah mereka, lemah dalam pengetahuan dan lemah dalam
pengamalan ajaran Islam. Pada kenyataannya, banyak ditemukan orang Islam di
Indonesia yang pengetahuan aqidahnya masih rancu. Hal tersebut terlihat dari
keimanan mereka kepada Allah yang tercampur dengan syirik dan khurafat. Hal
ini dapat mengotori kemurnian aqidah kepada Allah, karena aqidah dalam Islam
menghendaki keyakinan dan kepercayaan yang menjadikan Allah sebagai sumber
keyakinan tunggal dan tidak dapat dipersekutukan dengan apapun.
Secara umum wawasan dan pengetahuan tentang Islam yang dimilik oleh
umat Islam Indonesia relatif rendah. Para tokoh dan dai terkadang juga masih
memiliki wawasan Islam yang kurang memadai, padahal mereka menjadi panutan
bagi umat di sekitarnya. Kondisi yang demikian membuat umat Islam Indonesia
tidak memperoleh wawasan keislaman yang sempurna.
5 Hartoyo, dkk, 2002, Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi, Surakarta: Nurul Huda Press,
halaman 121-123.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pada realitas kolektif yang menjadi permasalahan bagi umat Islam di
Indonesia antara lain berupa lemahnya kepemimpinan, lemahnya persaudaraan,
lemahnya jaringan, lemah dalam perencanaan dakwah. Lemahnya kepemimpinan
umat Islam dapat berdampak fatal, karena dapat melemahkan sisi kehidupan umat
Islam. Lemahnya persaudaran dalam umat Islam di Indonesia terlihat dalam
lemahnya hubungan antar umat. Mereka masing-masing sibuk dengan urusannya
sendiri dan mengabaikan urusan saudara seimannya bahkan lemahnya
persaudaraan umat Islam ini juga terlihat buruknya hubungan umat Islam yang
saling menyalahkan dan menghina antara organisasi Islam yang satu dengan
organisasi Islam yang lain. Lemahnya jaringan umat Islam Indonesia terlihat dari
jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia yang banyak, tetapi jaringannya
lemah. Kelemahan jaringan berdampak pada kelemahan di berbagai segi lainnya,
seperti kelemahan pada aspek pendanaan.
Problematika kolektif umat Islam yang terakhir adalah perencanaan
dakwah yang lemah. Lemahnya perencanaan dakwah yang ada di Indonesia
tedapat dengan merebaknya kegiatan dakwah di Indonesia, berbagai lembaga
dakwah terbentuk di mana-mana, tetapi kegiatan tersebut tidak terprogram dengan
baik sehingga menyebabkan umat Islam Indonesia yang memiliki beragam tingkat
pendidikan dan pemahaman tidak dapat menerima hasil yang sempurna dari
kegiatan dakwah tersebut.
Pada tahun 1970-an di Asia Tenggara, termasuk Indonesia terjadi
kebangkitan Islam yang tidak pernah ada sebelumnya. Kebangkitan Islam ini
dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor dari luar yang berupa revolusi Iran,
tumbuhnya kekuatan ekonomi Timur Tengah sejak tahun 1970-an, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kekecewaan dunia Islam terhadap nasionalisme sekuler. Faktor yang datang dari
dalam ialah pembaharuan Islam yang terus dilakukan. Semuanya itu ditandai
dengan peningkatan program pengajian, banyaknya jumlah masjid di kota dan di
desa, pendirian sekolah agama, dan berkembang pesatnya buku-buku, majalah,
dan surat kabar Islam di Indonesia.6
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) merupakan salah satu organisasi
kebangkitan Islam. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Abdullah Thufail Saputro
pada tanggal 19 Septembar 1972 di Surakarta. Didirikan organisasi ini
mempunyai tujuan mengajak umat Islam untuk kembali mempelajari dan
mendalami ajaran Islam yang asli, yakni Al Qur’an dan Hadits beserta tafsirannya
secara menyeluruh, kemudian menghayati dan mengamalkan setiap yang sudah
diyakini di dalam kehidupannya sehari-hari. Baik secara pribadi, maupun sebagai
bagian dari masyarakat luas, sehingga tercipta suatu bentuk kehidupan yang
benar-benar merupakan perwujudan dari yang dikendaki oleh Al Qur’an dan
Hadits.7
Terbentuknya MTA didorong oleh keinginan melaksanakan agama sebagai
rahmat bagi seluruh alam berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Tujuan lain didirikan
MTA adalah membersihkan aqidah umat Islam dari praktek-praktek keagamaan
yang menyimpang seperti bi’ah, syirik, khurafat, dan tahayul yang masih
dikerjakan oleh masyarakat Islam di Indonesia. Pembersihan aqidah menjadi
tujuan utama MTA sebagai organisasi kebangkitan Islam. Hal tersebut tidak
6 Hefner, W Robert dan Patricia Horvarch, 2001, Islam di Era Negara Bangsa: Politik
dan Kebangkitan Muslim Asia Tenggara, Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 7.
7 Sekretariat MTA, 1998, Mengenal Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA), Surakarta:
Sekretariat MTA,1998, halaman 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
terlepas dari budaya masyarakat Indonesia yang di dalamnya tidak sesuai dengan
apa yang diajarkan dalam Al Qur’an dan Hadits.
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an yang telah berdiri sejak tahun 1972 dapat
berkembang dalam masyarakat, walaupun banyak rintangan serta cobaan yang
didapat oleh organisasi ini dan warga pengajiannya dalam bentuk yang berbeda-
beda, MTA dapat diterima oleh masyarakat dan pemerintah. Bidang-bidang yang
dimiliki oleh MTA meliputi dakwah, pendidikan, kesehatan, olahraga, ekonomi,
pers, dan sosial. Pada bidang dakwah, MTA menyelenggarakan kegiatan
pengajian umum dan pengajian khusus. Bidang pendidikan, MTA
menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal. Pada pendidikan formal,
organisasi ini mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat TK sampai SMA,
sedangkan pada pendidikan non formal dengan menyelenggarakan pembinaan
keterampilan bagi warga MTA.
Pada bidang kesehatan, MTA mendirikan Balai Pengobatan (BP)/RB
MTA di Semanggi, Surakarta. Balai pengobatan ini memberikan pelayanan
bidang kesehatan terhadap masyarakat umum serta warga MTA pada khususnya.
Bidang olahraga, organisasi ini mengadakan berbagai macam kegiatan olahraga
seperti volley, bulu tangkis, bela diri, tennis meja. Pada olahraga sepak bola, MTA
mendirikan P.S MTA pada tahun 1974. Pada bidang ekonomi, MTA membuka
UB (Usaha Bersama). UB ini didirikan untuk memperkuat ekonomi dan
membantu kesejahteraan warga MTA. Selain mendirikan UB, MTA juga
mendirikan usaha pertokoan, percetakan ‘’Al Abror’’, produksi air minum
kemasan ‘’Kaafur’’, mendirikan Koperasi Serba Usaha (KSU) bernama
Dirgantara, biro perjalanan ‘’Adi Tour & Travel’’, usaha pelayanan sound system
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dan sejenisnya ‘’Sasana Adi Suara 234, lembaga bimbingan penyelenggaraan haji
dan biro jasa konstruksi.
Pada bidang pers, MTA mempunyai dua media untuk mendukung kegiatan
dakwahnya, yakni media cetak dan media elektronik. Pada media cetak MTA
mengeluarkan majalah bulanan yang bernama Respond an Al Mar’ah. Majalah
tersebut membahas kajian agama secara jelas, memuat tafsir Al Qur’an maupun
Al Hadits berikut keterangan para ulama di samping itu juga membahas tentang
muamallah, amalan hidup dalam kehidupan manusia kesehariannya. Pada media
elektronik, MTA memiliki sarana dakwah melalui radio, televise, dan website.
Radio dakwah yang dimiliki oleh MTA bernama MTA FM. Radio ini mengudara
di frekuensi 107,9 MHZ.
Adanya radio ini mampu menarik perhatian umat Islam untuk
mendengarkan siaran dakwah MTA. Adanya keberhasilan penyiaran dakwah
lewat radio mendorong pimpinan Majlis Tafsir Al Qur’an untuk mengelola
penyiaran media televise. Bermula dari kegiatan dokumentasi foto dan video,
MTA berupaya mengelola media televise yang islami bernama MTATV, melalui
media ini dapat memberikan tontonan yang islami kepada masyarakat. Media
elektronik lainnya yang digunakan sebagai penunjang dakwah MTA adalah
dengan mendirikan website. Website yang dikeluarkan oleh MTA bernama
www.mta.or.id, dalam perjalanannya ternyata website tersebut kosong tidak ada
apa-apa. Akhirnya website www.mta.or.id diperbarui dengan nama www.mta-
online.com dan website tersebut diluncurkan pada bulan Juni 2004. Pada bidang
sosial, MTA mengadakan berbagai kegiatan sosial bagi masyarakat umum, seperti
donor darah, kerja bakti serta bantuan bagi fakir miskin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Berdasarkan keterangan di atas, dalam memperdalam kajian mengenai
perkembangan MTA, maka penelitian ini menarik untuk diteliti dengan judul
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi Tentang Dakwah
Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an
(MTA) Surakarta tahun 1999-2009?
2. Bagaimanakah peran dakwah islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an
(MTA) bagi masyarakat Surakarta tahun 1999-2009?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada tiga tujuan yang ingin
didapat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al
Qur’an (MTA) Surakarta tahun 1999-2009.
2. Untuk mengetahui perana dakwah islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an
(MTA) bagi masyarakat Surakarta tahun 1999-2009.
D. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian tentang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) ini
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1. Sebagai sumbangan bagi ilmu sosial khususnya ilmu sejarah. Penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya tema penulisan sejarah keagamaan dan sejarah
kontemporer.
2. Dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang ingin menulis sejarah
sosial keagamaan dan sejarah kontemporer.
3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
E. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa referensi pustaka. Referensi
tersebut antara lain:
Buku yang berjudul Telaah Kasus Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) (1998)
yang ditulis oleh Sulaiman. Buku ini berisi tentang sejarah, perkembangan dan
berbagai aktivitas MTA pada bidang sosial keagamaan. Mengenai aqidah, ibadah,
kegiatan pengajian dijelaskan secara ringkas pada buku ini. Mengenai aqidah,
MTA menghendaki warganya hanya mempercayai Allah sebagai Tuhan yang
wajib disembah serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.
Buku ini juga menjelaskan berbagai rintangan dakwah yang dialami MTA
dalam menyiarkan agama Islam pada tahun 1972-1998. Rintangan tersebut antara
lain berupa MTA difitnah sebagai pengikut Darul Hadits, pengikut Komando
Jihad, peserta pengajian wanita yang mendapat julukan serendo-rendo. Selain itu
rintangan dakwah lain berupa pengerusakan gedung pengajian dan penganiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
fisik terhadap warga MTA oleh orang-orang yang tidak suka dengan dakwah yang
dilakukan MTA.8
Buku yang berjudul Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (2001)
karya Abuddin Nata. Buku ini membahas berbagai bentuk pemikiran Islam yang
ada di Indonesia, yang antara lain Islam Tradisional, Islam Modernis dan Islam
Kultural. Dalam buku ini menjelaskan ciri-ciri Islam tradisional yang eksklusif
(tertutup), berorientasi ke belakang dalam hal pengambilan keputusan hukum
(berpedoman dan mengagungkan ulama masa lampau), tidak mempermasalahkan
pencampuran unsur tradisi dalam agama, kurang menghargai iptek. Sedangkan
Islam modernis bercirikan rasional, dinamis, dan progresif. Islam modernis
merupakan kelompok Islam yang menghendaki ajaran Islam mampu memberikan
kontribusi secara nyata dalam memecahkan berbagai masalah sosial sepanjang
masa. Islam kultural adalah kelompok Islam yang muncul karena adanya respon
Islam terhadap berbagai masalah kebudayaan dalam masyarakat. Islam kultural
bersifat mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial tempat ajaran Islam
dipraktekkan. Buku ini dianggap penting untuk dijadikan referensi mengkaji
pengembangan dakwah dan peranan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA)
bagi masyarakat Surakarta tahun 1999-2009. Kaitan dengan tema yang diangkat
adalah MTA dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk Islam tersebut, yakni
Islam modernis.
Buku karangan Azumardi Azra yang berjudul Historiografi Islam
Kontemporer (1996). Buku ini menjelaskan tentang perkembangan Islam di
Indonesia. Salah satu bab pada buku ini menjelaskan pandangan orientalisme
8 Sulaiman, 1998, Telaah Kasus Majlis Tafsir Al Qur’an Pusat Surakarta, Semarang:
Departemen Agama, Balai Penelitian Aliran Kerohanian/ Keagamaan, halaman 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yaitu paham dan pengetahuan barat tentang dunia Islam yang beranggapan bahwa
Islam di Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah Islam pariferal (pinggiran)
yang jauh dari bentuk aslinya dari Timur Tengah. Hal ini karena adanya
pandangan bahwa orang-orang Timur Tengah saja yang merupakan muslim baik,
sedangkan masyarakat yang mengalami Islamisasi lebih akhir adalah muslim
buruk, sinkretis dan nominal seperti terlihat pada masyarakat Jawa. Namun
pandangan tersebut mulai runtuh sekitar tahun 1970-an dengan adanya gerakan
kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
Buku yang berjudul Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Revivalisme
Islam Timur Tengah ke Indonesia (2005) ditulis M. Imdadun Rahmat. Buku ini
menjelaskan pengaruh gerakan kebangkitan Islam Timur Tengah melalui
organisasi massa Islam seperti Ikhwanul Muslim, Hizbut Tahrir dan Al Dakwah
Al Salafiyah terhadap gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Negara-negara di
Timur Tengah memiliki kota suci dan pusat ilmu pengetahuan Islam yang selalu
dikunjungi oleh orang Islam Indonesia untuk berhaji dan menuntut ilmu. Melalui
kegiatan tersebut terbentuk jaringan keulamaan dan jaringan dakwah. Adanya
para pelajar muslim Indonesia yang semakin banyak menuntut ilmu di Timur
Tengah menyebabkan mereka mengikuti berbagai keyakinan, ideologi, sikap, dan
tindakan kaum muslimin di Timur Tengah. Berbagai keyakinan, ideologi yang
didapat para pelajar muslim Indonesia dari Timur Tengah mereka sebarkan dan
terapkan di negeri ini.
Gerakan kebangkitan Islam memiliki prinsip-prinsip antara lain. Pertama,
din wa dawlah, yakni Islam merupakan sistem kehidupan yang total yang secara
universal dapat diterapkan pada semua keadaan, tempat dan waktu. Kedua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
fondasi Islam adalah Al Qur’an dan Al Hadits. Umat Islam diperintahkan untuk
menjalankan segala aktivitas keagamaannya berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
Ketiga, umat Islam diperintahkan untuk menjaga nilai-nilai Islam, baik dalam
pergaulan dan pembagian peran laki-laki dengan perempuan serta kehidupan
sehari-hari. Keempat, kedaulatan dan hukum Allah berdasarkan syariat. Tujuan
umat Islam adalah menegakkan kedaulatan Tuhan di bumi, hal ini dapat dicapai
dengan menetapkan tatanan Islam (nizam Islami) dengan menggunakan syariat
sebagai undang-undang tertinggi. Kelima, jihad sebagi pilar menuju nizam
Islami.9
Skripsi yang berjudul ‘’Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta
Tahun 1972-1998 (Studi Tentang Gerakan Modern Islam di Surakarta)’’ (2000)
karya Widodo. Skripsi ini memuat tentang perkembangan Yayasan Majlis Tafsir
Al Qur’an ( MTA ) di Surakarta dari tahun 1972-1998. Dalam skripsi ini memuat
biografi K.H. Al Ustadz Abdullah Thufail Saputro, selaku pendiri dari MTA, latar
belakang, perkembangan dan tantangan dakwah yang dialami oleh MTA, aktivitas
yang dilakukan MTA serta hubungan MTA dengan pemerintah dan organisasi
Islam yang lain. Latar belakang K.H. Al Ustadz Abdullah Thufail Saputro
mendirikan MTA adalah keprihatian beliau melihat kondisi umat Islam di
Indonesia yang masih melaksanakan praktek-praktek keagamaan yang telah
menyimpang dari ajaran Islam yang berupa Al Qur’an dan Hadits. Selain itu juga
adanya pertentangan organisasi-organisasi Islam yang ada, organisasi-organisasi
Islam tersebut menganggap bahwa organisasinya yang paling baik dan cenderung
menjelekkan organisasi Islam yang lain.
9 M. Imdadun Rahmat, op.cit, halaman 155.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Skripsi ini dianggap penting untuk dijadikan referensi dalam mengkaji
Pengembangan dakwah dan peranan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA)
bagi masyarakat Surakarta Tahun 1999-2009. Dijadikannya skripsi ini sebagai
pendukung pembahasan karena buku ini membahas tentang perkembangan MTA
di Surakarta tahun 1972-1998.
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk membahas kajian
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta ( Studi Tentang Dakwah
Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009) adalah
metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk, metode sejarah adalah proses
mengumpulkan, menguji, dan menganalisa secara kritis rekaman-rekaman
peninggalan masa lampau menjadi kajian yang dapat dipercaya.10
Metode sejarah
ini mempunyai empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historigrafi.
Landasan utama metode sejarah adalah bagaimana menangani dan
menghubungkan bukti-bukti sejarah yang ada.11
Tahap pertama dalam metode
sejarah adalah mengumpulkan bukti-bukti sejarah. Pada tahap ini, dikumpulkan
bukti tertulis berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan segala hal yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikaji, selain mengumpulkan
dokumen, pada tahap ini juga dikumpulkan bukti-bukti sejarah berupa sumber
lisan yang dilakukan dengan wawancara. Proses ini dinamakan heuristik.
10
Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusuanto
Jakarta: Universitas Indonesia Press, halaman 32.
11
William H. Frederich dan Soeri Soeroto, 1991, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum
dan Sesudah Revolusi, Jakarta: LP3ES, halaman 13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tahap kedua adalah kritik sumber yang bertujuan untuk mencari keaslian
sumber melalui kritik intern maupun kritik ekstern.12
Kritik intern digunakan
untuk membuktikan bahwa isi dari suatu sumber tersebut memang dapat
dipercaya kebenarannya, sedangkan kritik ekstern bertujuan untuk mencari
keaslian sumber.
Tahap ketiga adalah interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang
dimunculkan dari data yang telah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah
menyatakan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data se4jarah dan
bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi yang menyeluruh.13
Pada tahap interpretasi ini digunakan ilmu bantu yang berupa sosiologi dan agama
untuk membantu dalam menafsirkan data-data yang terseleksi. Proses terakhir
adalah historiografi, yaitu menyajikan hasil penelitian dalam penyusunan fakta-
fakta ke dalam kisah sejarah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: studi dokumen, studi
pustaka, dan wawancara.
a. Studi dokumen
Dalam sebuah penelitian sejarah, penggunaan dokumen sangat diperlukan.
Dokumen diartikan sebagai jejak yang tertinggal dan dapat dilacak karena
peristiwanya dapat terjadi. Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan
memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat
12
Dudung Abdurrahman, 1991, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
halaman 58.
13
Ibid, halaman 64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pengertian historis tentang fenomena unik.14
Dokumen mempunyai dua
pengertian, yaitu artian luas dan artian sempit. Dokumen dalam artian luas berupa
monumen, artefak. Dokumen dalam artian sempit berupa data tertulis seperti
arsip, foto, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
Adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip-arsip
yang dimiliki oleh MTA. Dokumen tersebut antara lain Anggaran Dasar MTA,
Anggaran Rumah Tangga MTA, dan Laporan Tahunan MTA. Dokumen tersebut
disebut juga dengan sumber primer, yakni sumber yang didapat langsung dari
sumber informasi. Dokumen tersebut diperoleh dari bagian sekretariat MTA.
Penggunaan sumber sekunder juga diperlukan dalam pengumpulan data. Sumber
sekunder digunakan sebagai pendukung sumber primer. Sumber sekunder berasal
dari buku-buku yang berkaitan dengan kajian penelitian.
b. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai bahan pelengkap dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, sumber pustaka yang digunakan hanya berkaitan dengan
kajian penelitian. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk menambah teori dan
konsep yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber pustaka yang digunakan antara
lain berupa buku, majalah, surat kabar, dan sumber lain yang memberi informasi
tentang kajian penelitian.
Dalam penelitian ini studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Fakultas
Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Umum Daerah
Surakarta, dan Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Surakarta.
14
Sartono Kartodirjo, 1983, ‘’ Metode Penggunaan Bahan Dokumen’’ dalam
Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
halaman 47.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Wawancara
Wawancara adalah sebuah kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan
untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh15
. Wawancara yang dilakukan
antara lain dengan Medi ( Sekretaris MTA Pusat Surakarta), Zaenal Ahmad (
Ketua MTA cabang Grogol I, Sukoharjo), Lintang ( Crew MTA TV), Muhammad
Al Faruq ( Staf Markerting KSU Dirgantara), Daryanto Ahmad ( Seksi Bidang
Sosial MTA Pusat Surakarta ), Suparmin ( Karyawan UB MTA ), dan Muhammad
Fathoni ( Karyawan Kaafur)
3. Teknik Analisa Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini adalah
analisa historis, yaitu analisa untuk mencari hubungan sebab akibat dari suatu
fenomena historis pada ruang dan waktu tertentu. Tujuan dari analisa historis
adalah agar penelitian tidak hanya menjawab apa, kapan, dan dimana peristiwa
tewrsebut berlangsung, tetapi juga menjelaskan gejala sejarah sebagai kausalitas.
Analisa ini kemudian disajikan dalam bentuk penulisan diskriptif.
G. Sistematika Penulisan
Dalam rangka memberi gambaran yang sistematis dan menyeluruh tentang
pembahasan penelitian ini, sistematika yang dirancang adalah:
BAB 1 Bab ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
15
James A. Black dan Dean J. Champion, 1992, Metode dan Masalah penelitian Sosial,
Bandung: PT Eresco, halaman 306.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB II menjelaskan tentang gambaran umum masyarakat Surakarta. Pada
bab ini dijelaskan tentang deskripsi wilayah Surakarta dan kondisi demografis
masyarakat Surakarta.
BAB III berisi tentang jaringan dan strategi dakwah MTA. Pada bab ini
dijelaskan tentang jaringan dakwah MTA yang meliputi peranan, perekrutan dan
pembinaan ustad ( guru daerah ) serta aktivitas-aktivitas dakwah MTA. Untuk
strategi dakwah MTA dilakukan melalui pendekatan dengan pemerintah, MUI,
serta ormas Islam lain. Bab ini juga menjelaskan keanggotaan dan pembinaan
peserta pengajian.
BAB IV membahas peranan dakwah Islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Al
Qur’an ( MTA ) bagi masyarakat Surakarta. Peranan tersebut meliputi bidang
sosial keagamaan, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Bab ini juga menjelaskan
tentang faktor pendukung dan penghambat dakwah MTA.
BAB V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SURAKARTA
A. Kondisi Geografis Kota Surakarta
Surakarta bisa disebut sebagai wilayah perkotaan apabila didasarkan pada
definisi Grunfield atas suatu wilayah. Grunfeld membedakan definisi perkotaan
menjadi dua, yaitu perkotaan fisik dan perkotaan mental. Perkotaan fisik
menyangkut luas wilayah, kepadatan penduduk, dan tata guna tanah yang non
agraris, sedangkan perkotaan mental berkaitan dengan orientasi kepada nilai dan
kebiasaan hidup penduduk kota.1 Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh
Grunfeld tersebut, maka Surakarta dapat dikategorikan sebagai wilayah perkotaan
baik secara fisik maupun mental.
Sebagai kota, Surakarta banyak terdapat gedung perkantoran dan gedung-
gedung lain yang memberi ciri khas tersendiri sehingga Surakarta mendapat
sebutan sebagai kota budaya, kota pelajar, dan kota perdagangan. Disebut sebagai
kota budaya karena kota ini memiliki tempat-tempat untuk kegiatan kebudayaan,
benda-benda budaya, berbagai tradisi budaya Jawa yang masih dipegang kuat oleh
masyarakat Surakarta, dan tempat-tempat bersejarah di kota ini.
Surakarta yang berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan merupakan
salah satu pusat kerajaan Mataram Islam dan memiliki banyak sebutan,
diantaranya: ‘’ Kota Bengawan’’, disebut demikian karena kota Surakarta dialiri
Sungai Bengawan Solo, orang-orang desa menyebutnya ‘’Nagari’’, karena dulu
merupakan kerajaan dan tempat tinggalnya raja. Solo adalah sebutan secara
1 Grunfeld, ‘’Definisi Suatu Wilayah’’, dalam N. Daldjoeni, 1988, Seluk Beluk
Masyarakat Kota, Bandung: Penerbit Alumni, halaman 41.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tradisional yang berasal dari sebuah pohon solo yang banyak tumbuh di wilayah
Batu Retno atau nama pendiri Desa Solo yang bernama Ki Gede Solo. Kota Solo
sendiri berarti suatu kesederhanaan dan pandangan hidup orang Jawa. Surakarta
Hadiningrat nama sebutan resmi secara administrasi pemerintahan.2
Kota Surakarta yang juga dikenal sebagai Kota Solo merupakan sebuah
dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut
dengan luas sekitar 44 km2. Surakarta terletak diantara 110 45’ 15’’-110 45’ 35’’
bujur timur dan 70’ 36’’-70’ 56’’ lintang selatan. Surakarta dibelah dan dialiri
oleh tiga sungai besar, yaitu Bengawan Solo, KaliJenes, dan Kali Pepe.3
Surakarta berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan
Kabupaten Sukoharjo. Secara keseluruhan luas wilayah Surakarta mencapai 44,06
km yang terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Serengan, Laweyan, Pasar Kliwon,
Jebres, dan Banjarsari. Lima kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 52
kelurahan, jumlah kelurahan untuk masing-masing kecamatan adalah: Laweyan
terdiri dari 11 kelurahan, Serengan terdiri dari 7 kelurahan, Pasar Kliwon terdiri
dari 9 kelurahan, Jebres terdiri dari 11 kelurahan dan Banjarsari terdiri dari 13
kelurahan. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 61%
sedangkan untuk kegiatan ekononomi menggunakan tempat yang cukup besar
yaitu berkisar 20% dari luas lahan yang ada.4
2 Radjiman, 1984, Sejarah Mataram Kartosuro sampai Surakarta Hadiningrat,
Surakarta: TB Krida , halaman 66.
3 http://www.surakarta.go.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2010 pukul 14.26
4 Badan Pusat Statistik, Surakarta dalamAngka Tahun 2000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Sejak resmi menjadi daerah administratif, tepatnya setelah kemerdekaan,
Kota Surakarta telah mengalami enam kali perubahan sebutan, yaitu periode
Pemerintahan Daerah Surakarta dimulai tanggal 16 Juni 1946 dengan berlakunya
Undang-undang No.16 Tahun 1947 tanggal 5 Juni 1947, periode Pemerintahan
Daerah Haminte Kota Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang
No.16 Tahun 1947 sampai dengan berlakunya Undang-undang No.22 Tahun 1948
tanggal 10 Juli 1948, periode Pemerintahan Kota Besar Surakarta dimulai dengan
berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1948 tanggal 10 Juli 1948 sampai
dengan berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1957 tanggal 18 Januari 1957,
periode Pemerintahan Daerah Kotapraja Surakarta dimulai dengan berlakunya
Undang-undang No. 1 Tahun 1957 sampai dengan berlakunya Undang-undang
No.18 Tahun 1965 tanggal 1 September 1965, periode Pemerintah Kotamadya
Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No.18 tahun 1965 tanggal 1
September 1965 sampai dengan berlakunya Undang-undang No. 5 Tahun 1974,
periode Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta dimulai dengan
berlakunya Undang-undang No. 5 tahun 1974 sampai dengan berlakunya Undang-
undang No. 22 Tahun 1999 tanggal 4 Mei 1999, periode Pemerintah Kota
Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah sampai sekarang.5
Tanah di Solo bersifat pasiran dngan komposisi mineral muda yang tinggi
sebagai akibat aktivitas vulkanik gunung api. Komposisi ini ditambah ndengan
ketersediaan air yang cukup melimpah sehingga menyebabkan dataran rendah ini
sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri seperti
5 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tembakau dan tebu. Namun demikian, industri manufaktur dan pariwisata
berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk
kegiatan industri dan perumahan penduduk.6
Sebagai kota industri dan perdagangan, ada banyak pabrik dan perusahaan
yang terdapat di berbagai daerah Surakarta yang menyerap tenaga kerja, baik dari
dalam kota maupun luar kota. Dari sektor perdagangan dapat dilihat dari jumlah
pasar yang ada, baik itu pasar tradisional maupun modern. Pasar tradisional yang
ada di Surakarta antara lain Pasar Gede, Pasar Triwindu, Pasar Gading, Pasar
Gemblekan dan lain sebagainya.
B. Kondisi Demografis Masyarakat Surakarta
1. Jumlah Penduduk
Penduduk atau masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam
masalah perkotaan. Pertumbuhan, perkembangan serta penyebarannya sering kali
menimbulkan efek sosial yang menjadi perhatian pemerintah daerah satempat.
Demografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu yang
mamberikan uraian atau gambaran statistik suatu bangsa dilihat dari sudut sosial,
politik dan ilmu kependudukan, sedangkan masalah umum kependudukan terdiri
dari masalah jumlah, penyebaran, transmigrasi atau perpindahan penduduk,
kesempatan kerja, pemukiman dan lingkungan hidup, kesehatan, pendidikan dan
aspek sosial lainnya.
Kependudukan merupakan salah satu bidang yang menjadi perhatian
pemerintah dalam proses pembangunan. Masalah kependudukan memuat
6 http://www.wikipedia.org.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2010 pukul 15.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kuantitas penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, angkatan
kerja serta kualitas penduduk (pendidikan dan kesehatan). Jumlah penduduk perlu
diperhatikan, selain sebagai subyek penduduk Indonesia juga dijadikan obyek
bagi pembangunan. Penduduk merupakan kunci dari pembangunan itu.7 Berikut
ini merupakan tabel jumlah penduduk Surakarta berdasarkan jenis kelamin tahun
1999-2005.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
Tahun 1999-2005
Tahun Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1999 255.252 268.203 523.455
2000 237.562 252.752 490.214
2001 259.191 272.186 531.377
2002 263.943 275.444 539.387
2003 270.104 280.147 550.251
2004 247.247 257.906 505.153
2005 250.868 283.672 534.540
Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 1999-2005
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Surakarta dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan, meskipun dalam tabel tersebut ada yang
menunjukkan penurunan jumlah penduduk pada tahun 2000 menjadi 490.214 dan
tahun 2004 menjadi 505.153. Kenaikan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yaitu perbedaan antara angka kelahiran dan kematian serta
perbedaan antara angka penduduk masuk dan penduduk keluar. Pertumbuhan
7 Sumitro Harjokusumo, 1985, Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan, Jakarta:
LP3ES, halaman 76.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penduduk yang meningkat menyebabkan kepadatan penduduk di dalam kota
karena luas daerah yang digunakan untuk tempat tinggal tidak mungkin
bertambah, sehingga pertambahan penduduk dengan pertumbuhan aspek lainnya
tidak berjalan dengan seimbang yang menyebabkan masalah sosial dan ekonomi
diantaranya terlihat kesenjangan sosial dalam masyarakat, pemukiman kumuh,
tingkat kriminalitas yang tinggi, pengangguran, dan lain sebagainya.
Mayoritas penduduk Surakarta adalah suku Jawa, lainnya merupakan
penndatang dari luar daerah seperti Banjar, Sunda, Melayu, bahkan ada yang
berasal dari keturunan etnis luar daerah seperti Cina dan Arab yang telah menetap
dan menjadi bagian dari kota Surakarta karena telah berkewarganegaraan
Indonesia. Sebagian mereka telah mempunyai perkampungan sendiri seperti
komunitas keturunan Arab dikenal di Kecamatan Pasar Kliwon.
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Surakarta
Aspek sosial ekonomi mempunyai peranan penting dalam mempelajari
suatu masyarakat dan suatu daerah karena dapat mengukur seberapa berhasilnya
kemajuan suatu masyarakat atau suatu daerah. Kota Surakarta sendiri merupakan
suatu wilayah yang perkembangan ekonominya tergolong tinggi di Propinsi Jawa
Tengah. Salah satu penyebabnya adalah letaknya yang strategis tepatnya di
persimpangan jalur penting yang terkoneksi ke kota besar seperti Semarang dan
Yogyakarta serta wilayah timur terkoneksi ke kota-kota Jawa Timur seperti
Surabaya dan Madium.
Untuk memproduksi potensi manusia perlu dikerahkan unsur-unsur tenaga
kerja, Sumber Daya Alam (SDA), teknologi, modal dan jiwa usaha.8 Dalam suatu
8 Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1976, Seminar: Segi-segi Hukum Pembangunan
dan Kependudukan, Jakarta: Bina Cipta, halaman 59.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
proses produksi dibutuhkan peningkatan, baik kuantitas maupun kualitas dari
unsur-unsur tersebut. Semakin besar peningkatan unsur tersebut maka semakin
besar pula untuk meraih pendapatan serta untuk memperoleh kesejahteraan.
Masyarakat Surakarta adalah masyarakat heterogen yang terdiri dari
berbagai suku bangsa. Beberapa suku bangsa ada di Surakarta seperti Arab, Cina,
Jawa, Sunda, Banjar. Sifat pluralistik penduduk Surakarta tidak hanya terlihat dari
kesukuanbangsaannya saja, tetapi juga terlihat dari segi pekerjaan. Jenis-jenis
pekerjaan masyarakat Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Jenis-jenis Mata pencaharian Penduduk Surakarta (untuk usia 10 tahun keatas)
Tahun 1999-2005
NO Jenis Mata
Pencaharian
Tahun
1999 2000 2001 2003 2004 2005
1 Pedagang 17.171 18.352 19.061 22.079 33.226 31.975
2 Pengangkutan 15.888 16.081 17.906 15.858 17.948 -
3 PNS 23.714 23.826 23.832 24.654 27.787 27.505
4 Pensiunan 16.395 15.756 9.573 16.235 20.669 30.791
5 Lain – lain 13.569 152.548 77.473 164.548 156.358 151.494
Jumlah 86.737 226.566 147.844 143.374 225.988 241.765
Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta dalam Angka Tahun 1999, 2000, 2001,
2003, 2004, 2005
Pada tabel tersebut jumlah pedagang pada tahun 1999 adalah 17.171 orang
lebih sedikit dibandingkan tahun 2000 yang mencapai 18. 355 orang. Adanya
jumlah pedagang di Surakarta tahun 1999 lebih sedikit dibanding pada tahun 2000
disebabkan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia dan berimbas pada
perekonomian Surakarta. Krisis tersebut menyebabkan para pedagang mengalami
kebangkrutan karena langkanya barang dagangan dan harganya yang melonjak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
naik. Cermin lain dari beratnya kondisi perekonomian masyarakat Surakarta
adalah membesarnya mata pencaharian penduduk pada sektor informal. Sektor
informal yang ada antara lain pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung,
pengamen dan pengemis. Sektor informal bertambah jumlahnya sejak krisis
moneter tahun 1997.
Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah
menurunkan tingkat perekonomian Surakarta. Selain krisis ekonomi, penurunan
tingkat ekonomi Surakarta juga disebabkan adanya kerusuhan pada tahun 1998
yang membuat perekonomian Surakarta semakin terpuruk dengan dibakarnya
beberapa pusat belanja di hampir seluruh wilayah Surakarta. Pembakaran pusat-
pusat belanja, gudang, dan aset-aset penting lainnya yang kebanyakan dimiliki
oleh etnis Cina menyebabkan terjadinya kelangkaan barang-barang kebutuhan
hidup baik pangan maupun non pangan dan harga barang pun semakin tinggi
karena kelangkaan barang tersebut.
Rendahnya kondisi ekonomi yang melanda sebagian besar masyarakat
kecil di kota Surakarta menyebabkan mereka melakukan berebagai usaha kecil-
kecilan dengan berdagang barang-barang bekas. Usaha kecil-kecilan tersebut
sering disebut sebagai usaha ‘’klitikan‘’. Usaha yang tersebar di berbagai daerah
Surakarta ini dilakukan oleh masyarakat Surakarta karena sulitnya mendapatkan
pekerjaan yang layak. Usaha klitikan tersebut antara lain terletak di daerah depan
Pura Mangkunegaran, yaitu Pasar Triwindu, depan kampus UNS Mesen, barat
perempatan Gading, terdapat juga Pasar Klitikan di daerah Semanggi, Pasar
Kliwon. Usaha ini makin merebak di Surakarta setelah Indonesia dilanda krisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
ekonomi pada tahun 1997 dan lebih parah lagi adalah paska kerusuhan Mei 1998
yang menyebabkan sebagian masyarakat Surakarta menganggur.
Tingkat pengangguran di Surakarta tergolong tinggi, hal ini terlihat masih
banyaknya penduduk yang belum mempunyai pekerjaan tetap dan masih dalam
taraf mencari pekerjaan sehingga menimbulkan masalah dalam penyerapan tenaga
kerja yang tidak seimbang dengan jumlah pencari pekerjaan tiap tahunnya. Hal ini
juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat Surakarta yang lulus dari
perguruan tinggi dan SMA banyak yang belum mendapatkan pekerjaan yang
layak sesuai dengan bidangnya, apalagi banyaknya pencari pekerjaan dari kota-
kota lainnya mempertinggi persaingan memperoleh pekerjaan.
Sebagian besar masyarakat Surakarta menganggap bahwa pendidikan yang
tinggi merupakan syarat bagi kesejahteraan masa depannya dan sebagian pendapat
tersebut ada benarnya karena tawaran kerja dengan ijasah pendidikan formal
tinggi masih diutamakan. Permasalahan pendidikan yang dialami oleh sebagian
masyarakat kecil di Surakarta adalah orang-orang miskin di kota ini tidak dapat
meraih pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan karena tidak adanya biaya
pendidikan, sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada masyarakat
miskin tetap rendah.
Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat membantu mengetahui tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi di Surakarta
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun pada tahun 1997 Indonesia
mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan penurunan tingkat perekonomian
Surakarta, tetapi pada tahun 2001 hingga 2008 perekonomia Surakarta mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pertumbuhan berkisar 4-6%. Pertumbuhan perekonomian Surakarta pada tahun
2000-2008 dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 3
Pertumbuhan Ekonomi Surakarta Tahun 2000-2008
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen)
2000 4,10
2001 4,12
2002 4,97
2003 6,11
2004 5,80
2005 5,12
2006 5,43
2007 5,82
2008 6,69
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Surakarta Tahun 2008
Pada tabel di atas perekonomian Surakarta sejak tahun 2001 mengalami
peningkatan yakni mencapai 4,12 persen, tapi pada tahun 2004 perekonomian
Surakarta justru mengalami penurunan hingga 3,1 persen dari tahun 2003 yang
mencapai 6,11 persen. Perekonomian Surakarta kembali meningkat lagi tahun
2005. Pertumbuhan ekonomi tersebut banyak disebabkan mulai bangkitnya
kembali perekonomian Surakarta dengan mulai dibangunnya fasilitas kegiatan
ekonomi seperti pusat perbelanjaan.
Sebagai kota perdagangan, letak Surakarta mendukung di sektor ini, hal ini
dapat ditunjukkan letak Surakarta yang sering disebut sebagai wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri,
Sragen dan Klaten). Namun sejauh ini kalangan pengembang di Surakarta dan
sekitarnya tidak ada yang tertarik membangun kawasan industri, padahal kawasan
industri diperlukan untuk mendukung Surakarta sebagai kota perdagangan, para
pengembang lebih banyak membangun perumahan atau pusat perbelanjaan seperti
mall atau ruko.9
Pada tahun 2000 perekonomian Surakarta mulai membaik, seluruh sektor
ekonomi berhasil bangkit dengan laju pertumbuhan yang positif. Berikut ini
adalah tabel pertumbuhan sektor ekonomi Surakarta tahun 2003-2008.
Tabel 4
Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Surakarta tahun 2003-2008
Sektor Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian -11.62 -2.37 0.88 1.20 1.54 -1.14
Pertambangan 4.45 -0.72 3.34 -0.21 2.31 4.22
Industri 6.70 6.07 1.47 2.55 3.46 2.32
Listrik,gas & air 0.64 7.61 4.45 9.25 5.56 6.35
Bangunan 7.05 1.44 8.24 5.85 9.64 10.27
Perdagangan,
Hotel & Restoran
6.45 8.01 7.58 6.93 6.36 7.52
Pengangkutan dan
Komunikasi
5.02 6.13 5.48 5.96 6.00 4.92
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan
3.86 3.65 6.74 6.20 5.93 5.73
Jasa-jasa 6.98 4.54 4.79 6.97 6.20 5.22
Total 6.11 5.800 5.15 3.43 5.82 5.69
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta 2008-08-24
9 Solo Pos, Rabu Kliwon, 13 April 2005, halaman 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada tabel tersebut tahun 2008 sektor bangunan mengalami pertumbuhan
yang paling besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya, yaitu sebesar
10,27 persen. Sedangkan sektor pertanian merupakan sektor yang mengalami
pertumbuhan terendah yaitu -1,14 persen.
3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Surakarta
Adat merupakan wujud riil dari kebudayaan. Wujud tersebut disebut adat
tata kelakuan karena adat berfungsi sebagai pengatur kelakuan. Secara umum
budaya masyarakat Surakarta sama seperti budaya Jawa pada umumnya. Sebagai
salah satu kota budaya di Jawa, maka masyarakat Surakarta dengan sendirinya
masih sangat lekat dengan sejarah dan warisan para leluhurnya.10
‘’Solo Kota Budaya’’ adalah slogan yang selama ini masih didengungkan
oleh Pemerintah Surakarta. Pemerintah kota Surakarta sebagai suatu daerah
otonom di Indonesia mempunyai bermacam potensi daerah, salah satunya adalah
sebagai kota budaya, yakni kota yang dikenal sebagai pusat kebudayaan
masyarakat Jawa tradisional. Hal ini ditandai dengan masih adanya dua kerajaan
Jawa yaitu Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran.11
Sebagai kota budaya, kota ini memiliki unsur-unsur budaya yang masih
dipelihara oleh masyarakat Surakarta. Menurut Koentjaraningrat unsur-unsur
budaya terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi
10
Heru Susanto, 1994, Surakarta Hadiningrat dalam Strategi Elit, Suatu Analisis
Kepemimpinan 1985-1990, Surakarta: PWI Cabang Surakarta dan PT Pebelan Surakarta, halaman
60. 11
Soegeng Soerjadi, 2000, Otonomi, Potensi Masa Depan Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, halaman 479.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup, sistem teknologi dan peralatan.12
Agama dan kepercayaan merupakan salah satu dari unsur budaya. Agama
menjadi faktor yang paling penting dalam kehidupan masyarakat. Agama
mengajarkan kebaikan, memberikan petunjuk mana yang baik dan mana yang
buruk, agama menjadi suatu pedoman hidup yang sangat menyentuh privasi
seseorang sebagaimana yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 29 dan
dilindungi oleh hukum. Agama dapat tumbuh subur tergantung pada keadaan
masyarakat dan pemerintah yang ada, yakni kebijakan pemerintah memperhatikan
agama sebagai sarana dalam pembaharuan dan diikuti oleh masyarakat yang telah
menyadari peranan agama sebagai pegangang hidup dalam pergaulan masyarakat
dan bernegara.13
Agama juga mengajarkan manusia untuk tunduk dan patuh
kepada Tuhan. Ajaran agama berisi ketauhidan yang harus dicerminkan dalam
kehidupan sehari-hari dan bertujuan memberikan dasar pedoman keyakinan hidup
sehingga manusia sadar dan mengetahui asal usul kejadian alam. Sikap tauhid
harus dicerminkan dalam tingkah laku dan budi pekerti dalam pergaulan sosial.
Kehidupan beragama di Surakarta berjalan dengan baik, hal itu dapat
dilihat begitu berkembangnya pemeluk agama dan hampir tidak ada konflik yang
dipicu persoalan agama. Agama di Surakarta secara umum berkembang mengikuti
peraturan nasional, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Islam menjadi
agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Surakarta. Hal ini disebabkan
karena Surakarta adalah bekas Kerajaan Mataram Islam, kekuasaan kerajaan
12
Koentjaraningrat, 2002, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, halaman 46.
13
Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo, 1977, Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), halaman 227.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
inilah yang menyebarkan ajaran Islam secara luas dengan kegiatan dakwah yang
membawa pendekatan budaya sehingga dapat dikatakn adanya sinkretisme. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut tentang jumlah pemeluk agama di
Surakarta.
Tabel l5
Jumlah Pemeluk Agama di Surakarta tahun 1999-2005
Tahun Islam Katholik Kristen Hindu Budha
1999 395.728 73.101 67.627 2.814 4.907
2000 396.928 73.686 68.305 2.643 4.811
2001 398.084 75.613 69.944 2.816 4.982
2002 401.723 76.061 70.258 - 4.711
2003 402.297 77.112 71.811 - -
2004 381.297 68.112 62.355 -
2005 403.412 73.251 72.171 1993 4211
Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 1999-2005
Berdasarkan tabel di atas, agama Islam menjadi agama mayoritas di
Surakarta, hal ini dikarenakan agama terbesar di Jawa adalah Islam. Selanjutnya
jumlahnya diikuti oleh pemeluk agama Katholik, Kristen, Budha dan Hindu.
Kebanyakan agama selain Islam itu dibawa oleh orang-orang dari luar daerah
Surakarta bahkan dari pendatang mancanegara yang kemudian menetap dan
beraktivitas di Surakarta.
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, negeri ini telah memiliki
pengalaman sejarah yang cukup kental mewarisi kebudayaan Hindu dan Budha
yang selaras dengan keyakinan asli nusantara, yakni animisme dan mistisme.
Animisme merupakan ekspresi dalam pemujaan roh-roh yang mengakui adanya
roh-roh dalam orang hidup, orang mati dan benda-benda mati. Salama agama
Hindu-Budha berpengaruh di negeri ini, kepercayaan animistik hidup dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bentuk yang lembut dan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap agama
baru, yakni Islam.14
Mudahnya Islam masuk dan berkembang pesat di negeri ini, terutama
Pulau Jawa disebabkan oleh kesanggupan para penyebar agama Islam yang
mampu menyelaraskan Islam dengan adat kebiasaan yang telah ada dan tumbuh di
dalam masyarakat. Adat kebiasaan tersebut bukanlah tradisi murni setempat
melainkan sudah bercampur dengan tradisi dan agama sebelum Islam, yaitu
Hindu, Budha, animisme, dinamisme.15
Agama Islam yang berkembang di Jawa
ini disebut juga Islam sinkretisme, yaitu Islam yang mengalami percampuran
dengan budaya setempat. Berawal dari adanya Islam sinkretis tersebut muncul
berbagai praktek keagamaan Islam yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang
murni.
Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan yang telah mengalami
sinkretisme dengan budaya dan agama-agama yang ada di Indonesia, khususnya
Islam dengan Hindu-Budha. Wujud sinkretisme kebudayaan Jawa yang menonjol
adalah timbulnya bentuk agama Islam orang Jawa, yang disebut agama jawi atau
kejawen, yaitu suatu kompleks keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Budha yang
cenderung kearah mistik dan tercampur menjadi satu serta diakui sebagai agama
Islam.16
14
Howard W. Federspiel, 1996, Persatuan Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, halaman 1.
15
Mukti Ali, 1976, Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia, Yogyakarta: Yayaysan
Nida, halaman 6-7.
16 Koentjaraningrat, 1984, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, halaman 312.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pembagian pemeluk agama Islam di Surakarta menurut pelaksanaannya
ada dua sebutan, yakni pemeluk agama Islam yang taat atau disebut sebagai santri.
Selain santri, sebagai salah satu ciri khas orang Jawa adalah Islam Jawa atau Islam
abangan. Islam abangan ada karena adanya sinkretisme antara agama Islam
dengan budaya lokal setempat sehingga sering kali terjadi benturan-benturan
tentang keberadaan Islam Jawa. Hal itu lebih disebabkan adanya perbedaan yang
cukup mendasar dalam hal fiqih dan kaidah agama yang di kalangan Islam
modern dan Islam taat. Ada dua hal yang menjadi keberatan Islam modernis dan
Islam taat terhadap keberadaan Islam Jawa tersebut, yaitu pertama watak Islam
Jawa yang sinkretis dan menghalalkan penggabungan berbagai perilaku budaya
dan agama dalam kesatuan pandangan perilaku yang dicurigai jatuh perbuatan
bi’ah dan syirik, kedua berupa watak orang Islam Jawa yang cenderung
istanasentris dan berbau feodalisme.17
Adanya perbedaan pandangan ini juga
digambarkan secara jelas oleh Clifford Geertz melalui bukunya tentang konsep
priyayi, santri, dan abangan. Dalam konsep tersebut santri lebih diartikan sebagai
pihak putih yang berjalan sesuai dengan aqidah Islam dan abangan lebih diartikan
sebagai pihak yang tidak menjalankan syariat Islam secara benar.
Surakarta merupakan salah satu kota di Pulau Jawa yang menjadi pusat
kebudayaan Jawa. Hal ini ditandai dengan keberadaan dua kerajaan di Surakarta
sebagai lanjutan dari Kerajaan Mataran Islam. Dua kerajaan tersebut adalah
Keraton Kasunan dan Pura Mangkunegaran yang lengkap dengan budaya yang
melingkupinya seperti bangunan, upacara adat grebeg maulud dengan nama
sekaten, Taman Bale Kambang, Museum Radya Pustaka, dan lain sebagainya.
17
M. Mutardho, 2002, Islam Jawa: Keluar dari Kemeluk Santri vs Abangan, Yogyakarta:
Lappera Pustaka Utama, halaman 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kondisi sosial budaya masyarakat Surakarta banyak dipengaruhi oleh
kehidupan beragama dan sistem kepercayaan yang dianut raja beserta anggota
komunitas keraton. Hingga awal masa Pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X,
hampir seluruh masyarakat baik dari kalangan bangsawan, priyayi, abdi dalem
maupun wong cilik.18
Mayoritas masyarakat Surakarta beragama Islam, namun
sebagian masyarakatnya menganut dan menjalankan Islam yang dianut oleh
anggota komunitas keraton. Islam yang dianut oleh komunitas keraton ini menjadi
panutan bagi sebagian masyarakat Surakarta dan masyarakat cenderung
memegang erat adat yang berasal dari keraton.
Keraton sebagai pusat kebudayaan Jawa yang mempengaruhi kehidupan
sosial budaya masyarakatnya. Bentuk-bentuk simbolisme dalam budaya Jawa
sangat dominan di segala hal dan segala bidang. Hal ini terlihat dalam tindakan-
tindakan sehari-hari orang Jawa sebagai realisasi dari pandangan dan sikap
hidupnya. Bentuk-bentuk simbolisme itu biasa dikelompokkan dalam tiga macam,
yakni simbolisme dalam religi, simbolisme dalam tradisi, dan simbolisme dalam
kesenian. Ketiga tersebut tercermin dalam satu kesatuan. Perilaku orang Jawa
tersebut dilakukan secara khusus dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan
dan untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup.19
Pandangan hidup orang Jawa lazim disebut kejawen atau dalam kesustraan
Jawa dinamakan ‘’ilmu kesempurnaan jiwa’’. Ilmu kesempurnaan jiwa ini
termasuk ilmu kebatinan dan dalam filsafat Islam disebut ‘’tasawuf atau sufisme’’.
Orang Jawa menyebutnya ‘’suluk atau mistik. Budaya yang bersumber dari
18
M. Hari Mulyadi Sudarmono, dkk, 1999, Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit,
Surakarta: LPTP, halaman 147.
19
Heru Susanto, op.cit, halaman 60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Keraton Surakarta mengartikan istilah kejawen adalah pandangan hidup orang
dengan pengertian serta tindakan-tindakannya di bidang kehidupan, baik
kehidupan lahir maupun batin.20
Mistik merupakan salah satu bentuk dari
kejawen. Sebagian Jawa diliputi oleh suasana mistik bagi semua kelompok
penduduk, lapisan, tingkat sosial, dan pendidikan. Surakarta bersama dengan
kebudayaan Jawanya dikenal sebagai kota yang menjadi pusat mistik.
Kejawen atau agama Jawa yang berasal dari Keraton Surakarta sebenarnya
bukanlah agama, melainkan lebih cocok dinamakan sebagai kepercayaan.
Didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang berdasarkan kepercayaan terhadap Tuhan
dan roh-roh makhluk halus. Ciri-cirinya terlihat dari adat istiadatnya serta cara
melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan mistik. Kesemuanya itu ditunjukkan
kea rah pencapaian ketenteraman lahir maupun batin. Golongan masyarakat
abangan di Surakarta sudah terbiasa menjalankan adat istiadat dalam agama Jawa
dan mereka memegang kuat serta mempertahankan kebiasaan ini tanpa
memperhatikan bahwa ajaran tersebut telah menyimpang dari ajaran Islam yang
murni.
Kehidupan kejawen di Surakarta dapat ditunjukkan dalam upacara-
upacaraadat seperti acara-acara grebeg maulud, tradisi slametan, ruwah, tahlilan
untuk orang yang sudah meninggal, dan lain-lain. Selain itu kehidupan kejawen
juga terlihat dalam perilaku masyarakat abangan Surakarta yang mengkeramat
benda pusaka berupa keris. Keris tersebut digunakan sebagai jimat yang
melindungi mereka dari berbagai macam bahaya dan dipercaya mempunyai
kesaktian. Mereka juga mempercayai adanya kemampuan dukun. Dukun dianggap
20
Budiono Heru Satoto, 2000, Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita,
halaman 65.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sebagai orang sakti yang dapat mengendalikan roh-roh makhluk halus yang jahat
serta dukun dipercaya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
JARINGAN DAN STRATEGI DAKWAH
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA)
SURAKARTA
A. Gambaran Umum Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta
1. Latar Belakang Berdirinya MTA
Agama Islam merupakan agama yang masuk dan berkembangdi Indonesia
sejak abad pertama Hijriah ( abad ke VII/VIII M ). Sukses besar penyiaran Islam
di Indonesia disebabkan ajaran Islam yang mudah dimengerti, selain itu
disebabkan karena kesanggupan para pembawa Islam pada periode awal dalam
memberi kelonggaran terhadap adat kebiasaan yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat. Adat kebiasaan tersebut bukanlah tradisi murni setempat melainkan
sudah banyak tercampur dengan berbagai tradisi agama sebelum Islam, yakni
Hindu-Budha.1
Hal yang demikian tersebut terdapat di berbagai tempat di Indonesia.
Berbagai bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik dipraktekkan oleh umat Islam,
sehingga tanpa disadari bahwa hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Islam
yang essensial, yaitu nilai tauhid.2
Fenomena tersebut telah membangkitkan kesadaran beberapa tokoh Islam
yang senantiasa prihatin dengan kondisi umat Islam di Indonesia, oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya di kalangan umat Islam untuk mengembalikan kondisi
umat Islam yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang murni. Salah seorang ulama
1 Endang Saefudin Anshori, 1983, Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran tentang Islam
dan Umatnya, Bandung: Penerbit Pustaka, halaman 214.
2 Mukti Ali, op.cit, halaman 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Islam yang merasakan dan menyadari fenomena tersebut adalah K.H Abdullah
Thufail Saputro. Beliau adalah seorang pedagang antar kota dan antar pulau yang
telah mendatangi hampir seluruh wilayah Indonesia. Di tengah kesibukannya
berdagang batu permata, beliau juga aktif berdakwah dengan ceramah sambil
mencermati praktek keagamaan di kalangan umat Islam.3
Kegigihan semangat beliau dalam berdakwah dan berdakwah dipengaruhi
oleh ayahnya yang juga seorang pedagang dan mubaligh terkenal di Jawa Timur.
Sejak kecil beliau belajar agama Islam dari ayahnya yang bernama Kyai Thufail
Muhammad. Ketika usianya masih muda, beliau sudah lancar membaca kitab-
kitab yang berbahasa Arab. Selain itu, beliau juga belajar agama Islam kepada
seorang ustadz dari Hadramaut yang terkenal dengan panggilan ‘’ Habib Hud’’.
Kedua guru inilah yang banyak mempengaruhi pola pikir beliau.4
Selama kurang lebih 16 tahun, beliau telah banyak menyaksikan praktek-
praktek keagamaan di kalangan umat Islam yang menyimpang dari sumber
ajarannya,yakni Al Qur’an dan Hadits. Setelah beliau cermati, beliau
berkesimpulan bahwa semuanya itu disebabkan oleh jauhnya umat Islam dari Al
Qur’an. Jauh dalam pengertian dan penghayatan hakekat Islam serta penerannya
pada masa rosulullah dan sahabat.5
Selain itu, beliau juga menyaksikan perpecahan dalam tubuh umat Islam
sendiri, yaitu dalam bentuk kelompok-kelompokkeagamaan Islam yang masing-
masing menganggap kelompoknya sendiri yang paling benar dan cenderung
menyalahkan dan menghina kelompok lain, yang disebabkan adanya perbedaan
3 Sekretariat MTA, op.cit, halaman 2.
4 Sulaiman, op.cit, halaman 12.
5 Wawancara dengan Medi pada tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
paham dalam masalah-masalah yang bersifat furu’iyah atau praktek ibadah.
Kondisi yang demikian mencerminkan Islam di Indonesia menjadi agama
mayoritas, tetapi secara kualitas tidak mencerminkan umat Islam yang
seharusnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya ukhuwah islamiyah yang kuat,
sedangkan yang ditonjolkan umat Islam pada saat itu adalah golongan saja.
Rasa kebersamaan dan jalinan ukhuwah diantara umat Islam secara
seksama pernah KH. Abdullah Thufail rasakan dalam sebuah perkumpulan
gabungan dari organisasi pemuda Islam se-eks Karisidenan Surakarta yaitu
Koordinasi Kesatuan Pemuda Islam (KKPI) Surakarta, yang sengaja dibentuk
untuk melawan pemberontakan G 30 S/PKI. Gabungan organisasi yang beliau
ketuai ini terdiri dari tujuh organisasi pemuda Islam di Surakarta. Organisasi
tersebut adalah Gerakan Pemuda Anshor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda
Muslimin, Pemuda Al Irsyad, Pemuda Al Islam, Pelajar Islam Indonesia, dan
Himpunan Mahasiswa Islam. Kebersamaan yang terjalin di dalamnya telah
menjadi perkumpulan dalam mengalahkan kekuatan PKI. Namun kondisi tersebut
tidak bertahan lama yang hanya berlangsung kurang selama satu tahun yaitu
1966-1967, dengan tumbangnya pemberontakan PKI, bubar pula KKPI.6
Berdasarkan kondisi riil yang beliau rasakan terebut di atas, beliau
mempunyai gagasan yang kuat untuk mengajak umat Islam agar mau kembali
menghayati dan mengamalkan Al Qur’an secara murni dan konsekuen,
sebagaimana umat Islam pada periode awal penerimaan Al Qur’an sehingga tidak
ada lagi umat Islam yang mengamalkan ajaran Islam yang menyimpang dan
bertentangan dengan syariat Islam, baik berupa bi’ah, khurafat, syirik, dan
6 Pitoyo, 1989, ‘’ Koordinasi Kesatuan Pemuda Islam (KKPI) Surakarta 1966-1967’’,
Surakarta: Skripsi, halaman 67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tahayul. Dengan demikian umat Islam akan menjadi umat yang kokoh, umat yang
satu yang berpegang teguh kepada kitab Allah dan Sunnah Rosul.
Menurut beliau, untuk menjadikan umat Islam bersatu bukanlah pekerjaan
yang mudah, karena tidak semua manusia mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang sama. Hal ini telah diperingatkan Allah dalam salah satu
firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Anfaal ayat 63 yang bunyinya’’……..
walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka…..’’7
Berdasarkan ayat tersebut di atas, menurut beliau satu hal yang penting
adalah adanya saling pengertian antara satu dengan yang lain akan adanya
perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu wajar terjadi antar manusia, dan dilarang
berburuk sangka serta wajib menghilangkan sifat sentrisme yang menyebabkan
manusia terjerumus kepada golongan musyrik, sebagaimana tercantum dalam Al
Qur’an Surat Ar Rum ayat 31-32, yang bunyinya ‘’dengan kembali bertaubat
kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah sholat dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang menpersekutukan Allah, yaitu orang-orang
yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.’’8
Apabila umat Islam dapat memahami ayat tersebut di atas, dengan
demikian perselisihan atau perbedaan paham tidak akan menimbulkan
perpecahan, melainkan tetap akan menjadikan umat Islam sebagai umat yang satu,
7 Departemen Agama Republik Indonesia, 1984, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:
Departemen Agama Republik Indonesia, halaman 271.
8 Ibid, halaman 645-646.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
yang nilai-nilainya tidak akan bergeser sedikitpun selama umat Islam berpegang
teguh kepada kitab Allah dan Sunnah Rosul.
Kesadaran beliau terhadap pentingnya umat Islam untuk sesegar mungkin
kembali pada Al Qur’an diperkuat oleh adanya pemahaman terhadap firman Allah
Surat Al Hadid ayat 16, yang artinya ‘’ Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang
yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran
yang telah turun kepada mereka , dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan diantara
mereka adalah orang-orang yang fasik.9’’ Bertitik tolak ayat tersebut, beliau
bertekad untuk mendirikan lembaga khusus yang mengkaji Al Qur’an dan
tafsirnya dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan
konsekuen.
2. Proses Pembentukan MTA
Gagasan untuk membentuk lembaga khusus bukanlah sekedar impian
semata. Pertama kali ide tersebut beliau sampaikan kepada beberapa tokoh Islam,
baik yang independen maupun yang sudahbergabung dengan salah satu organisasi
besar Islam dalam sebuah pertemuan. Organisasi yang beliau undang waktu itu
antara lain: Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, dan PSII. Pertemuan tersebut
berlangsung selama tiga hari, dan pada pertemuan yang terakhir menghasilkan
suatu kesepakatan bahwa ide yang dikemukakan oleh KH Abdullah Thufail
Saputro tidak dapat diterima. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap organisasi
9 Ibid, halaman 902.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
yang ada mempunyai ideologi sendiri-sendiri sehingga mereka tidak menyetujui
adanya persatuan dari beberapa organisasi Islam menjadi satu bentuk lembaga.
Tidak disetujuinya gagasan tersebut bukan berarti menyurutkan semangat
juang dalam mensukseskan harapannya, dengan kebulatan tekad akhirnya beliau
mengusahakan sendiri dengan cara membentuk panitia bayangan yang terdiri dari:
Ketua : KH Abdullah Thufail Saputro
Penulis : M. Ihsan
Bendahara : Ahmad Sungkar
Maka sejak itu berdirilah lembaga bagi umat Islam untuk mempelajari
kembali Al Qur’an dan tafsirnya yang dinamakan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA).
Lahirnya kelompok pengajian yang mengkaji Al Qur’an dan tafsirnya merupakan
cikal bakal lahirnya lembaga keagamaan MTA yang didirikan pada tanggal 19
September 1972. Pada saat itu pengajian Al Qur’an diselenggarakan di rumah
Bapak Soleh di daerah Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Pengajian ini
merupakan angkatan pertama yang diistilaskan dengan pengajian ‘’gelombang
pertama.’’ 10
Istilah gelombang pertama dimaksudkan untuk mengikuti falsafah
gelombang laut yang tidak pernah berhenti , tidak pernah merasa lelah dan jenuh
walaupun setiap detik harus terhempas membentur karang. Hal ini senada dengan
firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 54 yang bunyinya ‘’Allah akan
menggantikan suatu kaum yang baru , yang berbeda dengan kaum yang lama jika
10
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kaum yang lain sudah tidak mampu lagi bertahan pada garis lurus yang telah
ditetapkan’’.11
Tiga bulan kemudian, dibukalah pengajian gelombang kedua melalui
pemancar-pemancar radio amatir di Surakarta. Melalui pengumunan tersebut
jumlah orang yang mendaftarkan semakin banyak, sehingga tempat pengajian
dipindah ke Masjid Marwah yang letaknya tidak jauh dari rumah Bapak Saleh.
Pengajian gelombang kedua ini dikelompokkan lagi menjadi tiga bagian, masing-
masing masuk pagi, sore, dan malam hari. Peresmian pengajian gelombang kedua
ini dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 1972 dan dihadiri oleh sejumlah
ulama, tokoh fungsionaris Islam Surakarta dan masyarakat skitar. Kemudian
berturut-turut dibukalah pengajian gelombang tiga dan empat. Keempat
gelombang tersebut ditangani langsung oleh KH Abdullah Thufail Saputro.
Setelah dirasa bahwa peminat pengajian semakin banyak, beliau berpikir
segera memiliki gedung pengajian sendiri. Pada saat itu semangat peserta
pengajian untuk mengaji kepada Al Ustadz Abdullah Thufail semakin besar,
sehingga diperlukan tempat yang memadai. Akhirnya beliau membeli tanah di
daerah Semanggi dengan uang pribadi dan dibantu oleh Hj. Nur Jannah beserta
keluarganya. Pelaksanaan pembangunan ditangani oleh H. Mathori. Gedung
tersebut diresmikan penggunaannya oleh Dandim 0735 Surakarta pada tanggal
1974.12
Agar semua kegiatan yang diadakan MTA bersifat legal dan dapat
diterima semua pihak, maka MTA mendaftarkan diri sebagai salah satu lembaga
11
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 169.
12
Sulaiman, op.cit, halaman 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
keagamaan Islam yang berstatus hukum berbentuk yayasan dengan akte notaris R.
Soegondo Notodisoerjo, nomor 23, tertanggal 23 Januari 1974, berasaskan Islam
dan berlandaskan pancasila dan UUD 1945. Adapun susunan pengurusnya
meliputi: ketua ( KH.Abdullah Thufail Saputro ), wakil ketua ( Ir. Sumarno ),
Sekretaris I ( Wahidin Jabari ), Sekretaris II ( Junaedi Husein ), Bendahara I (
Nyonya Sumarno ), Bendahara II (Umi Salamah), Pembantu Umum ( Nyonya
Suprapti, Yahya Saputro, dan Hidar Muharim ).13
Dengan diresmikan MTA sebagai salah satu lembaga Islam yang berpusat
di Surakarta, maka perkembangan dakwahnya bisa lebih leluasa. Keluasaan
lembaga ini diperkuat oleh salah satu bunyi Anggaran Dasar Yayasan MTA pasal
1 ayat 2 yang berbunyi’’ Yayasan ini dapat membuka cabang atau perwakilan di
tempat lain di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, berdasarkan Rapat
Pengurus dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pembina.’’14
Berdasarkan anggaran dasar tersebut, MTA dapat mengembangkan
kegiatan dakwahnya diluar daerah Surakarta. Perkembangan dakwah MTA tahun
199-2009 jumlah perwakilannya sebanyak 27 perwakilan dan 131 cabang.
Perwakilan dan cabang tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran. Sementara
perkembangan MTA di Surakarta ditunjukkan melalui jumlah cabangnya
sebanyak 6 cabang. Cabang-cabang tersebut adalah Banjarsari, Jebres 1/
Mojosongo, Jebres 2/ Kentingan, Gelombang 7 dan 8/ Pasar Kliwon, Gelombang
12/ Pasar Kliwon, dan Gelombang 13/ Pasar Kliwon.
Cabang-cabang MTA yang ada di Surakarta pada tahun 2009 belum
tersebar di seluruh kecamatan Surakarta, namun jumlah warga MTA sudah
13
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 8.
14
Anggaran Dasar MTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tersebar di seluruh kecamatan Surakarta. Warga MTA yang bertempat tinggal di
lingkungan yang belum ada cabang MTA, mereka mengikuti pengajian di cabang/
perwakilan yang sudah diresmikan MTA Pusat.
3. Tujuan dan Sasaran Dakwah MTA
Tujuan didirikannya MTA adalah mengajak umat Islam memperdalam
pengertian dan pemahaman Al Qur’an dan Hadits, untuk dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Harapan tersebut ditindaklanjuti dengan upaya
mengajak umat Islam untuk merealisasikan hasil kajiannya dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai bagian dari
masyarakat Islam, baik dalam kehidupan lembaga maupun dalam kehidupan
masyarakat luas, sehingga nantinya tercipta suatu bentuk kehidupan yang benar-
benar merupakan perwujudan dari segala hal yang dikehendaki Al Qur’an.
Tujuan lain didirikannya MTA adalah membersihkan aqidah dari praktek-
praktek keagamaan yang menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits seperti bi’ah,
khurafat, tahayul, dan syirik yang masih dikerjakan umat Islam di Indonesia.
Praktek-praktek keagamaan yang menyimpang tersebut dipengaruhi oleh budaya
masyarakat Indonesia yang menggabungkan ajaran agama dengan perilaku
budaya masyarakat.
Berdasarkan tujuan yayasan yang demikian tersebut, maka yang menjadi
sasarann dakwah MTA adalah seluruh umat Islam, terutama dari masyarakat yang
masih menganut Islam sinkretis dengan tidak memandang dari kelompok apapun
dan strata sosial mereka berasal. Menjadi sebuah kewajaran apabila terdapat
berbagai strata sosial dan ekonomi dari peserta pengajian MTA. Ada yang
berprofesi sebagai tukung becak, buruh bangunan, PNS, insyinyur, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Arti dari Lambang Organisasi
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) mempunyai lambang berupa
gambar kitab yang di atasnya terdapat QS Al Israa’ ayat 9 dan di bawahnya
tertulis QS Al Hadid ayat 6.
Sumber: www. mta-online.com
Lambang tersebut memiliki arti:
a. Kitab yang berarti Al Qur’an sebagai kitab suci yang berisi firman Allah untuk
dijadikan sebagai pedoman hidup umat Islam dalam menjalankan ajaran
agama.
b. QS Al Israa’ ayat 9 yang bunyinya ‘’ Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.’’ Makna ayat tersebut adalah Al
Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad digunakan sebagai
petunjuk bagi manusia jalan yang lurus dan menjadi sumber rujukan bagi
kehidupan manusia agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang.
c. QS Al Hadid ayat 16 yang bunyinya ‘’ Belumkah tiba waktunya bagi orang-
orang yang beriman supaya tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kebenaran Al Qur’an yang telah turun?’’. Makna ayat tersebut merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
suatu teguran bagi orang-orang beriman agar mereka selalu mengingat Allah
sebagai Tuhan Yang Esa dan mempercayai kebenaran ayat-ayat Al Qur’an
yang tidak ada keraguan apapun padanya.15
4. Struktur Organisasi
Suatu organisasi atau lembaga dapat memperoleh keberhasilan dalam
mencapai tujuannya apabila didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
ada. Mereka merencanakan, mengorganisasikan (mengatur), menggerakkan atau
mengendalikan sehingga masing-masing bidang dapat bekerja secara maksimal.
Struktur Organisasi MTA Pusat SurakartaTahun 1999-2002
Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta
Sumber: Sekretariat MTA Pusat Surakarta
15
Wawancaradengan Medi pada tanggal 10 Juli 2010.
Ketua Umum
Ketua I
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Ketua II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dalam struktur organisasi tersebut, kepengurusan MTA Pusat dan
perwakilan/ cabang-cabangnya terdiri atas pengurus inti dan pengurus bidang.
Pengurus inti terdiri atas ketua umum, ketua I dan II, sekretaris I dan II, bendahara
I dan II. Adapun pengurus bidang terdiri atas bidang dakwah, bidang pendidikan,
bidang sosial, bidang kepemudaan dan olahraga, bidang rumah tangga, bidang
ekonomi, dan bidang kesehatan.
Menurut fungsinya, ketua umum mempunyai tanggung jawab terhadap
keseluruhan kegiatan yayasan, baik unsur ke dalam maupun unsur ke luar. Ketua I
dan II mempunyai tanggung jawab membantu tugas-tugas ketua umum apabila
berhalangan atau karena sesuatu hal yang tidak melakukan tugasnya. Sekretaris
mempunyai tanggung jawab tentang masalah administrasi secara keseluruhan.
Bendahara mempunyai tanggung jawab mengelola dana dan penyimpanan
keuangan, pengeluaran dan pemasukan.16
Kepengurusan inti MTA Pusat Surakarta tahun 1999-2002
Ketua Umum : Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua I : Suharto, S.Ag
Ketua II : Dahlan Harjotaruno
Sekretaris I : Drs. Yoyok Mugiyatno, M.Si
Sekretaris II : Drs. Medi
Bendahara I : Mansyur Masyhuri
Bendahara II : Sri Sadono
16
Sulaiman, op.cit, halaman 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Untuk alasan perubahan peraturan, semua organisasi yang berbentuk
yayasan harus menyesuaikan dengan peraturan Undang-undang RI Nomor 16
Tahun 2001 tentang yayasan. Undang-undang tersebut menetapkan bahwa semua
yayasan yang ada di Indonesia harus menyesuaikan struktur organisasinya dengan
undang-undang yayasan dan wajib mematuhi segala ketentuan yang berlaku,
yakni suatu yayasan harus mempunyai tiga unsur, yaitu pembina, pengurus, dan
pengawas.
Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta Tahun 2002-2009
Sumber : Sekretariat Yayasan MTA Pusat Surakarta
Struktur organisasi MTA Pusat Surakarta terdiri dari Pengurus inti dan
pengurus bidang. Pengurus inti terdiri dari: Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
Pembina adalah orang perseorangan sebagai pendiri yayasan atau orang yang
Pembina
Ketua Umum
Ketua
Sekretaris Umum
Sekretaris
Bendahara Umum
Bendahara
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pengawas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
berdasarkan keputusan rapat anggota dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi
untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Tugas dan wewenang Pembina
adalah memutuskan mengenai perubahan anggaran dasar, mengangkat dan
memberhentikan pengurus dan pengawas, menetapkan kebijakan umum yayasan
berdasarkan anggaran dasar yayasan, mengesahkan program kerja dan rancangan
tahunan yayasan, menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau
pembubaran yayasan, mengesahkan laporan tahunan. 17
Sementara itu pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam mengurusi
yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, masyarakat, dan negara
berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak
tanggal putusan berkekuatan hukum tetap. Pengurus terdiri: ketua umum, ketua,
sekretaris umum, sekretaris, bendahara umum, dan bendahara. Tugas dan
wewenang pengurus adalah bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan
untuk kepentingan yayasan, menyusun program kerja dan rancangan anggaran
tahunan yayasan untuk disahkan pembina, memberikan penjelasan tentang segala
hal yang ditanyakan pengawas, bertanggung jawab penuh menjalankan tugasnya
dengan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, berhak mewakili
yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan tentang segala hal dan segala
kejadian, pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana
kegiatan yayasan berdasarkan keputusan rapat pengurus.18
Adapun pengawas adalah orang perseorangan yang melakukan
pengawasan dan memberikan nasehat kepada pengurus dalam menjalankan
17
Anggaran Dasar MTA
18
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kegiatan yayasan. Pengawas terdiri dari dua orang. Tugas dan wewenang adalah
bertanggung jawab penuh menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan
yayasan, ketua pengawas dan satu anggota pengawas berwenang bertindak untuk
dan atas nama pengawas, memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih
pengurus apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar
atau perundang-undangan yang berlaku.19
Kepengurusan MTA Pusat Surakarta pada tahun 2002-2009 adalah sebagai
berikut:
Pembina : Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Pengurus
Ketua Umum : Suharto, S.Ag.
Ketua : Dahlan Harjotaruno
Sekretaris Umum : Drs. Yoyok Mugiyatno, M.Si
Sekretaris : Drs. Medi
Bendahara Umum : Mansyur Masyuri
Bendahara : Sri Sadono
Pengawas
Ketua : Sardjiman
Wakil : Drs. Heru Siswanto
Dalam tubuh organisasi MTA terdapat tujuh bidang kerja. Bidang-bidang
tersebut adalah:
a. Bidang Dakwah
19
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Bidang ini bertugas dalam penyiaran agama seperti kegiatan pengajian,
pembangunan gedung pengajian serta pengembangan dakwah.
b. Bidang Pendidikan
Bidang ini bertugas menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal
dalam usaha membina kepribadian, kemampuan warga MTA.
c. Bidang Sosial
Bidang ini bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan sosial kemanusiaan
yang diwujudkan dalam bentuk pemberian santunan kepada fakir miskin, korban
bencana alam, kegiatan donor darah dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
d. Bidang Kepemudaan dan Olah Raga
Bidang ini bertugas melakukan pembinaan terhadap generasi muda MTA
seperti melaksanakan pengajian khusus generasi muda, menyelenggarakan
kegiatan olah raga dalam usaha meningkatkan kesehatan. Bidang kepemudaan dan
olah raga juga mengurusi masalah kesatgasan untuk keamanan dan memperlancar
kegiatan yang diselenggarakan MTA.
e. Bidang Rumah Tangga
Bidang ini mengurusi jadwal kegiatan Pembina yayasan, mengurusi
masalah-masalah yang berkaitan dengan operasional majlis, seperti pelaksanaan
dan jadwal piket majlis di MTA Pusat, kebersihan lingkungan, listrik, air serta
sarana prasarana majlis.
f. Bidang KBIH
Bidang ini merupakan bidang yang dimiliki MTA yang dibentuk pada
tahun 2005 yang mengurusi masalah penyelenggaraan ibadah haji. Mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pendaftaran, pengecekan persyaratan, tes kesehatan, manasik haji sampai
pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji.
g. Bidang Ekonomi dan Kesehatan
Bidang ini bertugas memberdayakan potensi ekonomi di lingkungan MTA
dengan pendirian dan pengembangan koperasi dan usaha lainnya sepert UB (
Usaha Bersama), BP/RB ( Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin), KSU (Koperasi
Serba Usaha). Pada awalnya, bidang ekonomi dan bidang kesehatan merupakan
bidang terpisah. Sejak tahun 2003 bidang-bidang tersebut digabung menjadi satu
di bawah naungan ‘’CV Al Abrar’’.20
Mengenai pola rekruitmen dilakukan menurut kesanggupan calon
pengurus untuk diangkat menjadi pengurus. Untuk pengangkatan pengurus dicari
orang yang mau dan sanggup menjadi pengurus. Hal yang dipentingkan adalah
kesanggupan untuk mencurahkan waktunya menjadi pengurus. Rekruitmen
pengurus tidak dihargai berupa materi. Semua dilakukan untuk dakwah sehingga
pengurus tingkat pusat sampai ke cabang tidak menerima gaji. Pengembangan
SDM untuk para pengurus dilakukan melalui diklat. Misalnya penataran
kesekretariatan , yaitu pemberian pengarahan tentang manajemen administrasi
bagi para sekretaris, tutorial bagi para guru daerah setiap dua seminggu sekali,
training kepemimpinan bagi ketua cabang, misalnya pelatihan tentang
pengambilan kebijakan di cabang, manajemen kepemimpinan, dan lain
sebagaianya.21
Kepengurusan MTA dari tingkat pusat hingga cabang bersifat fleksibel,
jangka waktunya tidak dibatasi, kecuali bila ada penyimpangan-penyimpangan
20
Wawancara dengan Medi pada tanggal 10 Juli 2010.
21
Wawancara dengan Medi pada tanggal 17 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang dilakukan pengurus, karena mengundurkan diri, dan alasan yang dibenarkan
dalam agama. Melalui sifat yang fleksibel tersebut, pengurus yang masih mampu
melaksanakan tugas kepengurusan tetap menjadi pengurus sampai waktu yang
tidak ditentukan.
Menurut struktur kelembagaan, Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA)
terdiri atas tiga unsur, yaitu MTA Pusat, MTA Perwakilan dan MTA cabang.
Adapun strukturnya adalah sebagai berikut:
Struktur Kelembagaan MTA
Keterangan
Pusat : Nasional
MTA Perwakilan : Kabupaten / Kota
MTA Cabang : Kecamatan
Sumber : Sekretariat Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an Pusat Surakarta
Berdasarkan struktur tersebut MTA Pusat berada di daerah perintisan atau
pendiriannya, yaitu Surakarta, Jawa Tengah. MTA Perwakilan berada di daerah
kabupaten atau kota dan MTA Cabang berada di daerah kecamatan.
Pusat
Perwakilan Perwakilan
Cabang Cabang Cabang Cabang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Al Qur’an dan Hadits sebagai Pedoman Dakwah dalam MTA
Al Qur’an dan Hadits menjadi pedoman utama kegiatan dakwah MTA.
Keduanya merupakan sumber ajaran Islam yang utama dan dijadikan sebagai
pedoman hidup dengan tujuan supaya manusia tidak tersesat sebagaimana nabi
bersabda ‘’ Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu
tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab
Allah (Al Qur’an) dan Sunnah nabi (Al Hadits)’’. (HR Malik)22
Al Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang paling utama, didalamnya
memuat firman-firman Allah swt yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw
secara berangsur-angsur sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Al Qur’an
mengandung ajaran yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan,
sejarah Islam, filsafat, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata
cara hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Al
Qur’an terjaga keasliannya sampai akhir zaman.
Dijadikannya Al Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang pertama dan
utama karena kitab ini adalah firman Allah yang kebenarannya tidak ada keraguan
di dalamnya sebagaimana yang termuat dalam QS Al Baqoroh ayat 2 yang
bunyinya ‘’ Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertakwa.23
Al Qur’an tidak diragukan sebagai sebagai wahyu Allah
dan tidak diragukan kebenaran seluruh isinya. Al Qur’an berfungsi sebagai
petunjuk bagi kehidupan bagi orang yang bertakwa. Takwa adalah menjaga diri
lahir maupun batin dari segala macam bencana dan malapetaka di dunia dan di
22
Brosur Ahad Pagi, 29 Januari 2006.
23
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
akhirat dengan cara menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya.
Untuk mengetahui makna ayat-ayat dalam Al Qur’an diperlukan ilmu
tafsir Al Qur’an. Tafsir mempunyai fungsi sebagai penjelas makna ayat-ayat Al
Qur’an dengan menggunakan keterangan secara jelas. MTA yang merupakan
singkatan dari Majlis tafsir Al Qur’an bukanlah suatu lembaga yang mengajarkan
ilmu tafsir Al Qur’an dengan menafsirkan sendiri, melainkan mempelajari kitab-
kitab tafsir yang telah ada yang telah ditulis oleh para ahli tafsir untuk
menjelaskan makna ayat-ayat Al Qur’an. Kitab tafsir yang digunakan MTA
antara lain kitab Al Manar, Al Maroghi. Ilmu tafsir yang utama diajarkan kepada
para anggota adalah tafsir Al Qur’an Departemen Agama.24
Berdasarkan
keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa apa yang dilakukan MTA bukanlah
menafsirkan Al Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir untuk pemahaman
Al Qur’an agar dapat dipelajari, dihayati kemudian diamalkan ajarannya.
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang utama setelah Al Qur’an.
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan rosulullah saw, baik itu berupa
ucapan, perbuatan maupun ketetapan.25
Hadits berfungsi menerangkan petunjuk
dari Al Qur’an yang bersifat global karena banyak ayat-ayat Al Qur’an yang
dikemukakan secara umum dan memerlukan perincian, dengan berpedoman pada
Hadits ayat-ayat Al Qur’an yang tidak dapat dipahami maksudnya dapat
dimengerti secara jelas.
24
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 17-18.
25
Abuddin Nata, 2002, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
halaman 189.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Kitab-kitab Hadits yang digunakan oleh MTA antara lain kitab Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai,
Ibnu Majjah, Ibnu Huzaimah. Kitab-kitab tersebut sebagai pelengkap keterangan-
keterangan mengenai hukum Islam bila Al Qur’an tidak menjelaskan hukum
tersebut. Untuk meneliti shahih atau tidaknya suatu Hadits digunakan kitab-kitab
Mizanul I’tidal, Lizanul Mizan, Al Jarhwat Ta’dil, Al Ishabah Fi Asmaish
Shababah. Kitab-kitab tersebut tidak diajarkan kepada warga MTA, melainkan
hanya digunakan sebagai alat untuk menerangkan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits
yang dipelajari oleh pengurus pusat dan para guru daerah.26
Pada bidang fikih (hukum Islam), MTA tidak terikat kepada maadzab
apapun. Para pemimpin MTA melarang kepada para warga MTA untuk
melaksanakan suatu hukum tanpa mengetahui sumber-sumbernya atau dasar-
dasarnya. Adapun yang menjadi rujukan dalam melaksanakan suatu hukum Islam
hanya Al Qur’an dan As Sunnah, bila warga MTA mengiukuti pendapat imam
madzab, maka mereka harus melihat terlebih dahulu dasar-dasar Al Qur’an
ataupun Hadits.27
B. Jaringan Dakwah MTA di Surakarta
Jaringan adalah sesuatu hal yang menjelaskan hubungan antara unsur-
unsur dasar penyusun jaringan.28
Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia
kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik sehingga mereka
meninggalkan kesehatan dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari
26
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 35.
27
Sulaiman, op.cit, halaman 29.
28
‘’Topologi Jaringan-Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas’’,
www.wikipedia.org, diakses 16 Maret 2011 pukul 09.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kegelapan menuju cahaya yang terang, yaitu Islam. Menurut bahasa aslinya,
Bahasa Arab, dakwah mempunyai arti sebagai ajakan, panggilan, seruan, dan
himbauan.29
Kegiatan dakwah ditujukan untuk mengubah jahiliyah (kebodohan)
kepada pengetahuan, pengetahuan menjadi pola pikir (fikrah), pola pikir menjadi
aktivitas, aktivitas amal menjadi hasil dan mengubah hasil menjadi tujuan yaitu
ridho Allah. Oleh karena itu berdakwah merupakan tugas dan kewajiban mulia
bagi setiap muslim. Dakwah juga diartikan pelaksanaan ajaran islam ke segala
aspek kehidupan manusia. Jaringan dakwah adalah segala hal yang menjerlaskan
hubungan antara unsur-unsur penyusun dakwah yang bertujuan untuk
menyebarkan ajaran Islam ke semua lapisan masyarakat.
1. Peranan Ustadz dalam Dakwah
Dalam tradisi kehidupan sosial di lingkungan umat Islam, hirarki,
wewenang dan status sosial dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang
tentang Islam dan kemampuan orang tersebut disebut ulama. Tokoh ini
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan pengetahuannya tentang Islam kepada
masyarakat. Ulama sebagai elit santri adalah orang yang memiliki status sosial
dengan suatu kedudukan tertinggi dalam struktur masyarakat Islam.30
Ulama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan seringkali disebut dengan
kyai, ustadz, khotib, dan mubaligh. Mereka memiliki kedudukan khusus dalam
struktur sosial Islam sebagaimana istilah tersebut sering dipergunakan untuk
menyebut ulama dalam fungsi penyiar agama Islam.
29
Faisal Ismail, 2001, Islam Transformasi Sosial dan Kontinuitas Sejarah, Yogyakarta:
Tiara Wacana, halaman 227.
30
Ghozali, 1966, Ikhtisar Ihyau Ulumaddin, terjemahan Mochtar Rasjidi, Yogyakarta: Al
Fatah, halaman 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berbagai keputusan tindakan anggota masyarakat seringkali diserahkan
dan lebih banyak ditentukan oleh ulama sebagai referensi tindakan sosial, oleh
sebab itu sikap dan tindakan umat pengikut sebagai lapisan terbawah struktur
sosial Islam adalah fungsi dari sikap dan tindakan ulama, kyai, ustadz,
mubaligh.31
Hubungan antara elit santri dalam hal ini adalah ustadz sebagai
pemimpin organisasi dan umatnya sebagai lapisan terbawah struktur sosial Islam
sangat dekat. Hubungan tersebut muncul dan tumbuh berdasarkan pengalaman
keagamaan dan emosi keagamaan. Sifat hubungan yang demikian merupakan
daya perekat dan pembentuk solidaritas keagamaan sebagai intra struktur tata
kehidupan sosial umat. Proses interaksi tersebut secara tradisional terpelihara
melalui kegiatan sosialisasi Islam, pengajian dan khutbah.32
Peran ustadz sangat penting dalam penyiaran agama. Melalui dakwah
yang mereka lakukan, agama Islam dapat tersiar pada masyarakat. Ketika ada
permasalahan mengenai hukum Islam, mereka mernjadi tempat bertanya karena
penguasaan ilmu agama yang mereka miliki. Dalam MTA, orang yang
menyiarkan agama mendapat sebutan sebagai ustadz (guru ngaji). Ustadz-ustadz
dalam MTA terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu:
a. Ustadz pada tingkat pusat. Pada tingkat ini disebut juga sebagai Pembina, yakni
Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina. Beliau mengajar pada pengajian umum Ahad Pagi
dan pengajian gelombang khususi. Beliau bertindak sebagai penceramah tunggal
pada kedua pengajian tersebut dengan menyampaikan materi pengajian kepada
peserta pengajian. Selain bertindak sebagai pengajar pada pengajian umum dan
31
Sudjito S, 1986, Transformasi Msyarakat, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, halaman 37.
32
Abdul Munir Mulkan, 1994, Runtuhnya Mitos Politik Santri Strategi Kebudayaan
dalam Dakwah Islam, Yogyakarta:SIPRESS, halaman 48.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pengajian gelombang khususi, beliau juga dijadikan sebagai sosok untuk
memecahkan permasalahan hidup warga MTA ketika mereka menghadap ustadz
dan mengkonsultasikan masalah hidup yang mereka alami. Sebagai seorang yang
menduduki jabatan sebagai Pembina, Ustadz Ahmad Sukina bertanggung jawab
penuh terhadap semua kegiatanYayasan Majlis tafsir Al Qur’an (MTA).
b. Ustadz pada tingkat perwakilan/cabang
Ustadz pada tingkat ini disebut juga sebagai guru daerah yang jumlahnya
cukup banyak. Mereka mengajar pengajian pada pengajian perwakilan/ cabang
MTA. Bagi setiap guru daerah wajib memberikan ceramah pengajian secara rutin
di daerah yang sudah ditunjuk oleh Pengurus MTA Pusat kepadanya. Untuk
menjadi seorang guru daerah harus mempunyai pengetahuan agama Islam yang
memadai serta kesungguhan hati untuk mengajarkan ajaran Islam dengan baik
yakni sesuai Al Qur’an dan Hadits kepada warga MTA.
Bagi setiap guru daerah dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun
dari daerah yang ia datangi. Diupayakan agar guru daerah dapat hadir pada
pertemuan khusus guru daerah setiap dua minggu sekali guna membahas berbagai
permasalahan yang belum dapat dijawab oleh guru yang bersangkutan, disamping
itu mengetahui perkembangan dakwah gelombang pengajian yang dibinanya.33
2. Perekrutan dan Pembinaan Ustadz
Setiap warga MTA laki-laki bisa menjadi ustadz. Perekrutan ustadz
dilakukan melalui beberapa cara diantaranya pengiriman calon ustadz ke Pondok
Pesantren Darussalam, Gontor, Jawa Timur. Setiap tahun MTA Pusat Surakarta
dapat mengirimkan beberapa siswa lulusan SMA MTA Surakarta untuk belajar
33
Wawancara dengan Zaenal Ahmad tanggal 23 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
agama ke pondok pesantren tersebut. Bagi siswa lulusan SMA MTA Surakarta
yang berniat untuk menjadi ustadz, mereka dapat mendaftarkan diri di MTA
Pusat. Sebelum dikirim, mereka harus mengikuti beberapa tes membaca Al
Qur’an, menulis huruf Arab, membaca Hadits, dan tes Bahasa Arab. Persyaratan
lainnya adalah sehat jasmani, berakhlak baik, dan bersungguh-sungguh menuntut
ilmu agama. Jika lulus tes dan memenuhi persyaratan tersebut, mereka dapat
dikirim ke Pondok Pesantren Darussalam, Gontor, Jawa Timur agar dididik
menjadi ustadz.
Jadi untuk menjadi ustadz seseorang harus memenuhi persyaratan tersebut.
Mereka belajar ilmu agama kurang lebih selama enam tahun. Selama belajar di
pondok tersebut, biaya ditanggung sepenuhnya oleh MTA Pusat. Setelah lulus,
mereka kemudian ditugaskan sebagai guru pelajaran diniyah di SMP MTA
Gemolong atau di SMA MTA Surakarta. Selain sebagai guru diniyah, mereka
juga ditugaskan mereka juga ditugaskan sebagai guru daerah di cabang-cabang
MTA yang ditunjuk oleh pengurus pusat. Selain bertugas di cabang-cabang MTA,
mereka juga berdakwah di daerah tempat tinggalnya.
Cara lain dalam merekrut ustadz adalah dengan mengadakan pengajian
generasi penerus yang diikuti para remaja MTA. Setelah mereka lulus, mereka
akan ditugaskan mengisi pengajian di tingkat cabang. Meskipun mereka tidak
sepandai dengan para ustadz lulusan pondok pesantren, tetapi jika terus dididik
dan dilatih maka kemampuannya menjadi berkembang. Mereka ini yang
diharapkan dapat menggantikan para ustadz yang telah tua dan meneruskan
kegiatan dakwah MTA. Warga MTA juga dapat menjadi ustadz dengan cara rajin
mengikuti pengajian. Selama kegiatan pengajian, mereka dipantau oleh pengurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
cabang dan jika dianggap memiliki kemampuan berdakwah, mereka akan diberi
tugas mengajar.
Para ustadz ( guru daerah ) yang ada dibina agar dapat terus meningkatkan
kemampuan dan peran sertanya dalam berdakwah. Pembinaan ini dilakukan oleh
bagian seksi bidang dakwah. Pembinaan dilakukan dengan cara mengadakan
pengajian khusus bagi guru daerah, tes bagi para ustadz, dan mengirimkan para
calon ustadz untuk memperdalam ilmunya di Pondok Pesantren Darussalam,
Gontor, Jawa Timur.
Pengajian khusus para ustadz (guru daerah) diikuti oleh semua ustadz dari
tingkat pusat sampai cabang. Jumlah ustadz se-eks Karisidenan Surakarta ada
sekitar 285 orang. Besarnya jumlah mereka dikarenakan terbukanya kesempatan
bagi setiap warga MTA untuk menjadi ustadz, selain itu juga tersedianya fasilitas
yang mendukung seperti pondok pesantren, kitab dan buku-buku agama yang
disediakan secara gratis bagi para ustadz dan para ulama yang telah disiapkan
untuk mendidik mereka.34
MTA juga mengadakan pertemuan antar ustadz ( guru daerah) di Surakarta
yang diadakan setiap dua minggu sekali, yakni setiap Senin malam di Kantor
MTA Pusat. Sesuai dengan namanya, yang dilibatkan dalam pertemuan ini adalah
semua guru daerah di Surakarta dan sekitarnya. Maksud diadakan pertemuan ini
adalah untuk membahas ilmu yang dalam pengajian cabang/perwakilan, selain itu
juga membahas pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh guru daerah
terkait dengan materi-materi yang disampaikan saat memberi ceramah di daerah
34
Wawancara dengan Medi pada tanggal 17 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
yang dibinanya, sehingga apa yang disampaikan oleh ustadz (guru daerah) tetap
ada kesesuaian dengan Al Qur’an dan Hadits.35
3. Aktivitas Dakwah MTA
MTA merupakan sebuah lembaga dakwah dan pendidikan yang berbadan
hukum dalam bentuk yayasan untuk menyeru umat Islam mengamalkan ajaran
Islam secara kaffah (menyeluruh) dengan berpedoman pada Al Qur’an dan
Hadits.36
Sebagai salah satu organisasi Islam di Surakarta, MTA memfokuskan
kegiatannya pada bidang dakwah. Dakwah memiliki arti penyiaran agama dan
pengembangannya dalam masyarakat atau seruan memeluk, mempelajari dan
mengamalkan ajaran Islam. Dakwah Islam bertujuan untuk mengajak manusia
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama berdasarkan sumber aslimnya, yakni
Al Qur’an dan Hadits. Aktivitas dakwah dalam MTA dilakukan melalui bidang
keagamaan, bidang sosial, bidang pendidikan, bidang kesehatan dan ekonomi.
a. Bidang Keagamaan
Kegiatan dakwah Islam dalam MTA menggunakan dasar ayat-ayat Al Qur’an
yang isinya perintah berdakwah. Ayat-ayat tersebut antara lain QS Al Imron ayat
104 yang bunyinya ‘’ Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan orang-orang
yang menyeru pada kebajikan dan dan menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar’’. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.37
Ayat yang masih berhubungan dengan perintah dakwah adalah QS Al
Imron ayat 110 yang bunyinya ‘’ Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
35
Wawancara dengan Zaenal Ahmad pada tanggal 8 Maret 2011.
36
Sekretariat MTA, Selayang Pandang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA),
(Surakarta: Sekretariat MTA), 2008, halaman 1.
37
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 93.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan
beriman kepada Allah.’’38
Ayat lain yang digunakan sebagai pedoman untuk berdakwah adalah QS
Yusuf ayat 108 yang bunyinya’’ Katakanlah inilah jalan (agama)Ku dan orang-
orang yang mengikuti mengajak kamu pada Allah dengan hujjah yang nyata.
Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.’’39
Selain dalam
Al Qur’an, tugas dan kewajiban mulia manusia untuk berdakwa juga tertera jelas
dalam sejumlah Hadits nabi, diantaranya:
Barang siapa yang menganjurkan orang berbuat baik, maka orang itu
beroleh pahala sama seperti pahala orang yang mengerjakannya. (HR
Muslim). Barang siapa berdakwah kepada petunjuk, adalah baginya
pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang mengikutinya, dan
tidak dikurangkan sedikitpun juga sesuatudaripadanya. (HR Muslim)
sekiranya manusia melihat kezaliman dan tidak berusaha
mengatasinya dengan segera, Allah akan meratakan siksaan terhadap
mereka. (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai).
Ayat-ayat dalam Al Qur’an dan Hadits-hadits tersebut dijadikan sebagai
pedoman MTA melakukan kegiatan dakwah dalam bidang keagamaan, yaitu
kegiatan pengajian.
Secara umum sistem dan metode pengajian dalam MTA di seluruh
Indonesia adalah sama. Pengajian yang diselenggarakan di tingkat Pusat,
Perwakilan/Cabang serta pengajian umum. Kegiatan pengajian Umum dipimpin
oleh Pembina yayasan, yakni Ustadz Ahmad Sukina. Beliau bertindak sebagai
penceramah tunggal, yang tidak bisa diwakilkan oleh penceramah lain. Hal ini
merupakan itba (mengikuti) langkah pendahulunya, yaitu Ustadz Abdullah
Thufail Saputro yang tidak pernah absen dalam memberikan ceramah pada
38
Ibid, halaman 94.
39
Ibid, halaman 421.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pengajian Umum Ahad Pagi selama beliau menjadi Pembina MTA.40
Meskipun
demikian, pengajian ini tidak menutup kemungkinan ada penceramah dari pihak
luar, yang diundang atau bersilaturahmi dengan MTA misalnya dari
Muhammadiyah, Majlis Mujahidin Indonesia, MUI, pemerintah, serta ormas
Islam lainnya.
Sistem dan metode pengajian ini disampaikan melalui ceramah dan tanya
jawab. Pengajian dimulai dengan pembacaan brosur materi pengajian yang telah
disediakan petugas. Setelah itu diadakan pembahasan melalui ceramah seputar
materi yang telah dibrosurkan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang
materi pengajian dan permasalahan unum dari peserta, baik ditanyakan secara
langsung kepada Ustadz Ahmad Sukina meupun lewat tulisan yang pertanyaannya
dibacakan oleh petugas.
Materi yang disampaikan oleh pengajian ini bersifat kondisional tematik,
artinya materi tersebut mempunyai tema-tema tertentu dan tema itu disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Materi disusun dalam bentuk brosur, seperti brosur
yang mengkaji bab tentang sholat, puasa, zakat, halal haram dalam Islam, seluk
beluk bersuci, tarikh nabi, janaiz (pengurusan jenazah), sholat ied, aqiqoh,
qurban, dan lain-lain dengan dilengkapi dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits.
Sistem dan metode pengajian di tingkat perwakilan/ cabang juga dilakukan
dengan cara ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar pengajian menyampaikan
materi yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan dari peserta
pengajian. Melalui tanya jawab tersebut pokok bahasan dapat berkembang ke
berbagai hal yang dipandang perlu. Melalui sistem tersebut, pokok bahasan tafsir
40
Sulaiman, op.cit, halaman 43.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Al Qur’an dapat berkembang pada kajian aqidah, syariat, akhlak, tarikh dan
kajian masalah aktual sehari-hari. Meskipun materi pokok dalam pengajian ini
adalah tafsir Al Qur’an bukan berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak
dibahas bahkan seringkali kajian tafsir hanya disajikan satu bulan sekali.
Pengkajian tafsir yang dilakukan MTA secara otomatis mencakup pangkajian
Hadits karena Hadits dijadikan sebagai rujukan dalam memahami ayat-ayat Al
Qur’an yang bersifat umum.41
Materi yang diberikan pada pengajian ini adalah tafsir Al Qur’an dan
Hadits. Pada pengkajian tafsir Al Qur’an dilakukan dengan menggunakan acuan
tafsir Al Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir
lainnya, baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia
Islam yang lain.
Kegiatan pengajian yang dilakukan MTA meliputi pengajian umum,
pengajian cabang/ perwailan dan pengajian khusus (khususi), disamping itu juga
terdapat kegiatan pengajian lainnya, yaitu kegiatan nafar fi sabilillah yang
dilaksanakan setahun sekali pada bulan Ramadhan, dan pengajian-pengajian lain
yang sifatnya insidental seperti pengajian akbar saat peresmian cabang/perwakilan
dan pengajian dalam rangka PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).
1) Pengajian Umum
Pengajian ini diselenggarakan oleh Yayasan MTA Pusat Surakarta setiap
hari Minggu pukul 07.30-10.30. Pengajian ini lebih sering dikenal dengan nama ‘’
Kajian Ahad Pagi’’. Tempat pelaksanaannya di Donoyudan Rt 6/Rw 1, tepatnya
di Jalan Empu Barada No 11, Serengan, Surakarta. Pengajian umum ini diikuti
41
Sekretariat MTA, Selayang Pandang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an, op.cit, halaman
2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
oleh sekitar 4.000-5.000 orang laki-laki dan perempuan, yang datang dari
berbagai daerah.42
Banyaknya peserta dalam pengajian ini karena pesertanya tidak
dibatasi. Tidak hanya warga MTA saja, semua orang boleh mengikutinya, baik
mereka dari ormas Islam lain maupun dari orang non Islam boleh datang pada
pengajian ini.
Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, pengajian ini
disiarkan melalui radio. Sebelum MTA memiliki media dakwah berupa radio,
pengajian ini disiarkan radio amatir Hizbullah secara langsung, setelah MTA
memiliki media dakwah radio sendiri pengajian ini disiarkan melalui radio MTA
FM pada tahun 2007 hingga sekarang. Melalui penyiaran radio tersebut
menyebabkan jumlah peserta pengajian semakin bertambah dan gedung yang
dipakai di Kemlayan menjadi tidak muat menampung semua peserta pengajian.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Pusat
membangun gedung pengajian Ahad Pagi yang baru di Jalan Ronggowarsito
No.111 A, Surakarta. Gedung tersebut dibangun sejak Oktobe Yudhoyono.
Setelah gedung tersebut diresmikan Pengajian Umum Ahad Pagi diselenggarakan
di gedung ini yang dapat memuat semua pesarta pengajian.
2) Pengajian Cabang/ Perwakilan
Pengajian cabang/ perwakilan adalah pengajian yang diselenggarakan
MTA cabang atau MTA perwakilan di daerah-daerah yang sudah ada cabang atau
perwakilan. Peserta pengajian ini dinamakan warga MTA yang terdaftar dan
setiap masuk diabsen. Pengajian ini diselenggarakan seminggu sekali, yang
dipimpin ketua cabang atau ketua perwakilan masing-masing. Penceramahnya
42
Widodo, 2000, ‘’Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi tentang
Gerakan Modern Islam di Surakarta Tahun 1972-1998), Surakarta: Skripsi, halaman 93.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
berasal dari guru daerah yang ditugaskan oleh MTA Pusat Surakarta. Dalam
pengajian ini, ketua cabang/ perwakilan tidak diperkenankan mengambil
penceramah dari guru lain, sebab pengajian ini merupakan pembahasan ulang dan
penjabaran lebih lanjut dari hasil pengajian umum ahad pagi.43
3) Pengajian Khusus (Khususi)
Pengajian khususi merupakan peningkatan dari pengajian cabang/
perwakilan, sehingga terdapat persyaratan khusus bagi pesertanya. Disamping
harus memenuhi norma-norma warga MTA biasa, pesartanya masih harus
memenuhi persyaratan yang lainnya. Persyaratan tersebut antara lain mempunyai
keseriusan yang lebih dibandingkan warga MTA biasa, kecerdasan, kesungguhan,
memiliki waktu, tenaga, pikiran dan dana yang cukup mapan.44
Pesarta pengajian
khususi ini diharapkan untuk ditingkatkan menjadi guru daerah dan perilakunya
bisa menjadi contoh bagi orang-orang di sekitarnya.
Sebelum gedung Ahad Pagi diresmikan, pengajian khususi dibagi menjadi
3 gelombang, yakni hari Rabu sore, Jum’at sore, dan Sabtu sore. Khususi Rabu
sore dan Jum’at sore diperuntukkan bagi peserta laki-laki, sedangkan Sabtu sore
untuk peserta perempuan pelaksanaannya dilakukan di Kantor MTA Pusat
Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Setelah Gedung Pengajian Ahad Pagi
diresmikan, pengajian ini dibagi menjadi 2 gelombang, yakni Rabu sore untuk
peserta perempuan dan Jum’at sore untuk peserta laki-laki. Pelaksanaannya
dilakukan di gedung tersebut.
43
Wawancara Zaenal Ahmad tanggal 11 Juli 2010.
44
Wawancara dengan Medi tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4). Nafar Fi Sabilillah
Kegiatan nafar fi sabilillah merupakan kegiatan perjalanan dakwah yang
diselenggarakan Yayasan MTA setahun sekali pada bulan Ramadhan. Kegiatan
ini bagi menjadi tiga periode selama Bulan Ramadhan, yakni minggu petama
hingga minggu ketiga Bulan Ramadhan. Pelaksanaannya selama lima hari, yakni
Rabu samapai Minggu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat
berjuang di jalan Allah bagi warga MTA sehingga dapat menumbuhkan semangat
rela berkorban. Tujuan diadakannya kegiatan nafar fi sabilillah antara lain:
mendapatkan ilmu, mendapatkan sahabat yang baik, menambah atau mendapatkan
ma’isyah (pekerjaan) baru, karena bisa saling tukar informasi pekerjaan antar
peserta nafar fi sabilillah, melatih membiasakan diri untuk hidup mandiri jauh
dari keluarga, sebagai sarana silaturahim ke cabang lain.45
Kegiatan nafar ini diikuti oleh warga MTA yang berasal dari berbagai
daerah dan diperuntukkan bagi laki-laki. Peserta nafar wajib mengikuti kegiatan
dengan ikhlas dan menaati tata tertib yang telah ditetapkan oleh Panitia Nafar
Ramadhan Pusat. Tata cara pendaftaran peserta dikoordinasikan melalui pengurus
masing-masing cabang/ perwakilan dengan cara mengisi formulir pendaftaran,
kemudian dikoordinasikan lagi oleh panitia pusat. Pembiayaannya ditanggung
oleh masing-masing peserta dengan menyesuaikan kondisi daerah yang ditempati
atau yang menjadi tujuannya.
5) Pengajian Insidental
Pengajian insidental atau biasa disebut dengan pengajian akbar merupakan
pengajian yang pelaksanaannya tidak menentu, menyesuaikan dengn kebutuhan
45
Wawancara dengan Zaenal Ahmad tanggal 11 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
atau ketika ada acara-acara tertentu, misalnya waktu peresmian cabang/
perwakilan baru, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), dan lain-lain. Pelaksanaan
pengajian ini dilakukan dengan mengundang pemerintah, MUI dan tokoh-tokoh
dari ormas Islam lain.
b. Bidang Sosial
Islam pada keseimbangan hidup hubungan manusia dengan sesama serta
hubungannya dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain ditunjukkan melalui QS
Islam merupakan agama yang memberikan perhatian pada keseimbangan hidup
antara kehidupan dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan dan
antara hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam Islam terdapat ajaran untuk berbuat amal baik di bidang sosial
kemasyarakatan. Islam mengajarkan umatnya tentang perlunya menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, menghargai orang lain, saling menolong tanpa
membedakan status sosial serta menyuruh bekerjasama antar sesama. Perhatian Al
Imron ayat 110 yang bunyinya ‘’ kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang
ditugaskan kepada manusia menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat mungkar
dan beriman kepada Allah.46
Selain ayat Al Qur’an di atas yang dijadikan pedoman bahwa Islam adalah
agama yang mangajarkan manusia untuk berbuat kebaikan dengan sesama dan
makhluk hidup lain, terdapat Hadits nabi yang yang berhubungan dengan perintah
berbuat kebaikan. Hadits tersebut bunyinya ‘’ Sayangilah makhluk yang berada di
bumi, tentu kalian disayangi oleh Allah. ( HR Bukhori Muslim).47
46
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 94.
47
Brosur Ahad Pagi tanggal 20 April 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pengamalan Al Qur’an dan Hadits membawa pada pembentukan
kehidupan bersama berdasakan ajaran Islam. Kehidupan bersama ini menuntut
adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kehidupan para
anggota dan masyarakat umum. Oleh karena itu, disamping kegiatan pengajian,
MTA juga menyelenggarakan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain
kegiatan sosial seperti kerja bakti, donor darah, pemberian santunan kepada fakir
miskin, penanganan korban bencana alam, reboisasi. Selain itu juga ada kegiatan
di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Pada umumnya warga MTA menjalin hubungan sosial yang baik dengan
masyarakat sekitar, hubungan sosial tersebut terjalin melalui tempat tinggal,
lingkungan kerja dan lingkungan sekolah. MTA senantiasa memerintahkan
warganya untuk dapat bergaul dengan masyarakat luas secara baik dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Untuk mewujudkan hubungan sosial yang
baik dengan masyarakat sekitar, warga MTA Surakarta sering melakukan kegiatan
sosial, baik dengan lingkungan internal MTA maupun dengan masyarakat umum.
Dakwah dalam bidang sosial yang dilakukan antara lain:
1) Kegiatan Kerja Bakti
Kerja bakti yang dilakukan warga MTA bersama dengan masyarakat
antara lain: pada tahun 1999, warga MTA di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta
dan masyarakat sekitar mengadakan kerja bakti pengerasan jalan dengan
menggunakan bahan adukan semen pasir. Pada waktu itu jalan di daerah tersebut
rusak akibat musim hujan. Untuk mengatasi masalah tersebut masyarakat
mengadakan kerja bakti memperbaiki jalan selama lima hari. Pengerasan jalan
dilakukan agar para pengguna jalan bisa lewat dengan aman dan nyaman. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ikut serta dalam kegiatan kerja bakti pengerasan jalan, warga MTA di Semanggi
bersama masyarakat juga mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan yang
diadakan setiap tahun. Seperti pada tanggal 13 Agustus 2000, warga MTA turut
serta dalam kerja bakti lingkungan dengan masyarakat sekitar membersihkan
lingkungan dalam rangka menyambut HUT RI ke-60. Dalam kerja bakti tersebut
warga MTA bersama masyarakat membersihkan saluran air yang tersumbat,
memisahkan sampah organik dengan non organik, memangkas pohon yang
menghalangi tiang listrik, dan lain-lain. Selain terjalin suasana kekeluargaan,
manfaat lain yang didapat dari kerja bakti tersebut adalah terciptanya hidup bersih
dan sehat.48
Kegiatan kerja bakti lainnya yang dilakukan oleh warga MTA adalah
kegiatan pembangunan masjid. Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam
sehingga apabila ada kegiatan pembangunan atau renovasi masjid, warga MTA
secara gotong royong dengan masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut. Hal
ini terlihat dalam kegiatan kerja bakti warga MTA Grogol I pada renovasi masjid
An Nur pada tanggal 23 Januari 2004.
Kegiatan kerja bakti menjadi sasaran dakwah MTA di bidang muamallah
(kemasyarakatan). MTA senantiasa menanamkan diri pada warganya untuk
berdakwah. Dakwah tidak hanya diartikan dalam pengertian sempit yang berupa
kegiatan pengajian saja, tetapi dakwah juga diartikan dalam artian pelaksanaan
ajaran Islam ke segala aspek kehidupan manusia. Melalui kegiatan ini pula,
masyarakat dapat mengetahui bahwa MTA bukan organisasi Islam eksklusif,
yakni organisasi yang menutup diri dari masyarakat serta menganggap
48
Wawancara dengan Medi pada tanggal 8 Februari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
organisasinya paling baik, MTA senantiasa menyuruh warganya untuk terlibat
dalam kegiatan sosial di daerahnya.
2) Donor Darah
Donor darah merupakan kegiatan penyumbangan darah secara suka rela.
Penyumbang diambil darahnya untuk disimpan di bank darah dan sewaktu-waktu
dapat diambil pada transfusi darah. Sekantong darah yang disumbangkan sering
kali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah merupakan komponen tubuh
yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh seperti otak,
jantung, hati, paru-paru dan ginjal. Jika darah yang ada dalam tubuh sedikit maka
organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi.
Salah satu bentuk kegiatan dakwah MTA dalam bidang sosial adalah
mengadakan kegiatan donor darah. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap tiga
bulan sekali, pelaksanaannya diserahkan pada MTA cabang/ perwakilan masing-
masing dan bekerja sama dengan PMI cabang kota atau kabupaten masing-masing
daerah, seperti cabang-cabang MTA di Surakarta yang rutin mengadakan donor
darah tiap tiga bulan sekali, yakni bulan Januari, April, Juni, dan Agustus.
Kegiatan tersebut dilakukan di Kantor Pusat MTA yang berada di Jalan Serayu no
12, Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Seperti pada tanggal 14 Juni 2002
diadakan kegiatan donor darah untuk warga MTA cabang-cabang Surakarta di
Aula Kantor MTA Pusat Surakarta. Pada kegiatan tersebut diikuti sekitar 124
pendonor.49
Kegiatan donor darah juga biasa dilaksanakan pada saat acara peresmian
cabang/ perwakilan MTA serta peristiwa tertentu. Contohnya dalam rangka
49
Wawancara Daryanto Ahmad pada tanggal 9 Februari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menyambut peresmian gedung pengajian Ahad pagi tanggal 8 Maret 2009, MTA
mengadakan acara peduli kesehatan dalam bentuk pemeriksaan, pengobatan
massal serta donor darah massal. Untuk kegiatan donor darah dilaksanakan pada
tanggal 8 Februari 2009 di Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta dan tanggal 9-
11 Februari 2009 di Aula MTA Pusat Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Donor
darah tersebut semula hanya menargetkan 1000 peserta dalam empat hari, namun
pelaksanaannya ternyata melebihi target. Hari pertama diikuti sebanyak 250
orang, hari kedua diikuti 350 orang, hari ketiga 350 orang dan hari terakhir 350
orang.50
3) Penyantunan Fakir Miskin
Salah satu kewajiban umat Islam adalah membayar zakat. Zakat adalah
bagian dari harta seseorang yang wajib diberikan kepada orang-orang yang
berhak. Orang-orang yang berhak menerima zakat tercantum dalam QS At Taubah
ayat 60, yang diantaranya adalah orang-orang fakir miskin. Kegiatan pemberian
santuan kepada fakir miskin di MTA dilakukan setiap menjelang hari raya Idul
Fitri dan hari raya Idul Adha. Santunan tersebut berupa pembagian zakat fitrah
dan daging kurban. Zakat fitrah dan daging kurban di MTA Pusat pada tahun
1999-2009 dapat dilihat dalam tabel berikut:
50
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 04.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 6
Jumlah Zakat Fitrah dan Hewan Kurban di MTA Pusat Surakarta
Tahun 1999-2009
Tahun Zakat Fitrah Hewan Kurban
Beras Uang tunai Kambing Sapi
1999 22 Ton Rp.10.342.000,00 5243 Ekor 384 Ekor
2000 25 Ton Rp.14.133.000,00 5415 Ekor 390 Ekor
2001 27 Ton Rp.17.526.000,00 7831 Ekor 419 Ekor
2002 29 Ton Rp.22.192.000,00 8907 Ekor 504 Ekor
2003 28 Ton Rp.27.468.000,00 9425 Ekor 575 Ekor
2004 33 Ton Rp.29.841.000,00 10240 Ekor 604 Ekor
2005 32 Ton Rp.30.724.000,00 10935 Ekor 710 Ekor
2006 38 Ton Rp.35.942.000,00 12731 Ekor 783 Ekor
2007 41 Ton Rp.38.411.000,00 14870 Ekor 831 Ekor
2008 44 Ton Rp.40.737.000,00 15510 Ekor 860 Ekor
2009 46 Ton Rp.42.380.000,00 15835 Ekor 912 Ekor
Sumber: Seksi Bidang Sosial MTA Pusat Surakarta
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah zakat fitrah dan hewan
kurban yang terkumpul di MTA Pusat Surakarta dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, meskipun dalam tabel tersebut ada yang menunjukkan penurunan
perolehan zakat fitrah yang berupa beras pada tahun 2005 menjadi 32 ton.
Kenaikan jumlah zakat fitrah dan hewan kurban yang terkumpul dipengaruhi oleh
semakin bertambahnya peserta pengajian MTA serta kepercayaan dari warga
masyarakat yang menitipkan zakatnya pada MTA.
Pemberian santunan kepada fakir miskin juga pernah dilakukan dalam
rangka menyambut peresmian gedung pengajian Ahad pagi. Dalam kegiatan
tersebut, MTA Pusat mengadakan acara peduli sosial dengan menyerahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kambing dan paket sembako untuk diberikan kepada masyarakat kurang mampu
di Pacitan dan Blora melalui perwakilan MTA di daerah tersebut. Penyerahan
kambing dan paket sembako tersebut dilakukan di Pagelaran Keraton Surakarta
tanggal 18 Januari 2009.51
Kegiatan pemberian santunan fakir miskin juga biasa
dilakukan dalam memeriahkan HUT Kemerdekaan RI dengan memberikan paket
sembako kepada masyarakat kurang mampu. Kegiatan ini diserahkan ke MTA
cabang/ perwakilan masing-masing daerah. Kegiatan tersebut diawali dengan
pengumpulan dana dari warga MTA pada saat pengajian cabang. Dana yang
terkumpul digunakan untuk membeli paket sembako selanjutnya paket sembako
diberikan kepada masyarakat kurang mampu. Tujuan dari kegiatan ini agar tidak
ada orang yang kelaparan di hari kemerdekaan RI.
4) Penanganan Korban Bencana Alam
Wujud lain dari kepedulian MTA pada bidang sosial adalah ikut serta
dalam penanganan korban bencana alam. Peranan tersebut diwujudkan dengan
membantu menangani korban bencana alam seperti mengevakuasi korban bencana
banjir di Surakarta pada bulan Desember 2007. Dalam menangani korban bencana
alam tersebut, asrama putra SMA MTA Surakarta dijadikan sebagai tempat
penampungan korban dan dapur umum. Selain itu, MTA juga memberikan
bantunan dana dan paket semabako untuk meringankan beban para korban.
MTA juga ikut berpartisipasi dalam penanganan korban bencana tanah
longsor di Karanganyar pada tahun 2007. Penanganan korban bencana dilakukan
dengan mengevakuasi dan mengidentifikasi korban yang meninggal dunia,
mendirikan pos kesehatan dan pelayanan kesehatan, mengirim 4 dokter untuk
51
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/ 1430 H, halaman 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
memberikan pelayanan kesehatan bagi korban serta memberikan bantuan berupa
dana, obat-obatan, pakaian pantas pakai, sembako untuk meringankan beban
korban bencana.
Selain penanganan korban banjir di Surakarta, kegiatan-kegiatan
penanganan korban bencana alam yang dilakukan MTA antara lain berupa terlibat
langsung membantu korban tsunami Aceh dengan mendirikan dua posko di Banda
Aceh dan Aceh Besar tahun 2004, penanganan korban banjir di Kerawang dan
Pati tahun 2005, penanganan korban tanah longsor di Banjar Negara tahun 2006,
penanganan korban gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 dan penanganan
korban banjir di Langkat, Sumatera Utara tahun 2006.52
5) Kegiatan Reboisasi
Reboisasi adalah penghijauan, artinya menanam tanaman kembali supaya
udara di sekitar lingkunganr menjadi sejuk dan bersih. Reboisasi menjadi salah
satu solusi mengatasi pemanasan global. Salah satu wujud kepedulian MTA
terhadap lingkungan adalah melaksanakan kegiatan reboisasi. Kegiatan tersebut
bekerjasama dengan Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan telah
mengirimkan 15 ribu batang tanaman kepada MTA Pusat Surakarta untuk ditanam
di bantaran Sungai Bangawan Solo. Kegiatan penanaman 15 ribu batang pohon
dilakukan pada tanggal 17 Januari 2009, kegiatan ini juga dihadiri oleh pembina
MTA, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, menteri kehutanan Dr. MS Ka’ban dan
walikota Surakarta Ir. Joko Widodo.53
Kegiatan reboisasi lain yang dilakukan MTA dilaksanakan pada tanggal
15 Februari 2004. Waktu itu kota Solo dicanangkan Solo Royo-royo oleh
52
Wawancara, Daryanto Ahmad tanggal 5 Agustus 2010.
53
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Walikota Surakarta Slamet Suryanto. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam
rangka menyambut hari jadi Kota Surakarta ke-259. Kegiatan reboisasi ditandai
dengan penanaman 1000 batang pohon di Monumen Soekarno Hatta Pemersatu
Bangsa. Dalam kegiatan penghijauan ini, warga MTA Surakarta ikut
berpartisipasi guna mensukseskan kegiatan tersebut, kegiatan ini juga dihadiri
oleh Menteri lingkungan hidup, Nabiel Makarim.
c. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pendidikan
dapat digunakan sebagai penolong bagi manusia untuk menjalani kehidupannya,
tanpa pendidikan manusia sekarang tidak ada bedanya dengan manusia purba.
Maju mundurnya suatu bangsa juga ditentukan oleh keadaan pendidikan yang
dijalankannya.54
Melalui pendidikan manusia melakukan proses belajar mengajar
untuk mengembangkan segala pengetahuan, kemampuan serta keterampilan
sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. MTA sangat
memprhatikan bidang pendidikan. MTA berusaha memberikan pelayanan
pendidikan yang terbaik bagi masyarakat dengan mendirikan lembaga pendidikan
formal dan non formal.
1) Pendidikan Formal
Pada pendidikan formal, MTA menyelenggarakan jenjang pendidikan dari
tingkat TK hingga SMA. Latar belakang MTA menyelenggarakan pendidikan
formal adalah untuk menyesuaikan anggaran dasarnya pada pasal 3 yang
menyebutkan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuannya, yayasan dapat
melakukan kegiatan yang salah satunya menyelenggarakan pendidikan formal:
54
Muslih Usa (ed), 1991, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Jakarta:
PT Tiara Wacana, halaman 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
sekolah- agama dan umum dari tingkat kelompok bermain (play group), Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Umum (SMU) serta
Perguruan Tinggi (PT).55
Selain itu juga didasari adanya kenyataan pada tahun
1980-an lembaga pendidikan Islam barada pada tingkat bawah sarta pada tahun-
tahun tersebut di Indonesia banyak terjadi kasus pelarangan siswa putri yang
bersekolah di nageri untuk memakai jilbab.
Jenjang pendidikan TK dikelola di 9 tempat, yaitu TK MTA I dan II di
Surakarta, sementara 7 lainnya di Sragen dan Karanganyar. Jenjang pendidikan
SD yang dimiliki MTA bernama SDIT MTA Gemolong. SDIT MTA dirancang
sebagai sekolah unggulan dengan sistem full day scholl, jam belajar dimulai dari
pukul 07.00 sampai 15.30 WIB. Melalui sistem tersebut, sekolah ikut membantu
orang tua dalam mengawasi putra-putrinya. Jenjang pendidikan SMP dikelola di
Gemolong, Sragen dan jenjang pendidikan SMA berada di Surakarta.
Kurikulum yang digunakan sekolah-sekolah MTA menyesuaikan
kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dengan penambahan aspek
keagamaan Islam. Penggunaan kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional
mempunyai maksud untuk menyesuaikan lulusan dari sekolah MTA agar dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Pendidikan yang diajarkan pada
kurikulum ini meliputi matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan
alam, dan ilmu pengetahuan umum yang lain. Penggunaan kurikulum ini menitik
beratkan pentingnya siswa untuk belajar secara aktif dan mampu memberikan
tanggapan atas permasalahan dalam pembelajaran tersebut.
55
Anggaran Dasar MTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Banyak prestasi yang dicapai oleh sekolah-sekolah MTA, diantaranya
prestasi di bidang akademik, SMP MTA Gemolong telah menjuari beberapa
lomba siswa teladan tingkat kabupaten dari tahun 1999-2001, lomba pidato
Bahasa Inggris tingkat kabupaten pada tahun 2002, lomba gemar baca tulis tingkat
nasional tahun 2003, lomba cerdas cermat tingkat kodya tahun 2003. Prestasi di
bidang olahraga, SMP MTA Gemolongtelah menjuarai beberapa kejuaraan
olahraga seperti gerak jalan dalam memperingati HUT RI, kejuaraan tenis, senam,
dan sepak bola. Untuk prestasi di bidang ilmu agama SMP MTA telah menjuarai
lomba mubaligh cilik dan cerdas cermat agama pada tahun 2000.56
Untuk prestasi yang telah dicapai SMA MTA hampir di setiap ajang
kompetisi bidang akademik dijuarai oleh SMA ini, diantaranya juara 2 lomba
fisika mekanika tingkat nasional tahun 2006, juara harapan I lomba mata pelajaran
matematika mechanical tahun 2006, juara 2 OSN fisika tingkat Kota Surakarta
tahun 2006, juara I medical competiton Jateng& DIY di UNS tahun 2007. Pada
tanggal 18 Juli 2007, SMA MTA Surakarta resmi menjadi RSBI (Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional). Program SBI merupakan salah satu usaha
pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan jenjang pendidikan
menengah yang dijadikan satuan pendidikan bertaraf internasional. Tidak semua
Sekolah Menengah Atas ditunjuk untuk menyelenggarakan program tersebut dan
SMA MTA Surakarta menjadi satu-satunya sekolah swasta Islam di Surakarta
yang menyelenggarakan SBI.57
Murid yang menempati kelas program tersebut telah menjalani seleksi
yang ketat, selain itu jam belajar mereka ditambah dengan kegiatan penunjang
56
Al Mar’ah edisi Juni-Juli 2008/1430 H, halaman 29.
57
Ibid, halaman 07.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
lain, seperti muraja’ah di Ma’had Tahfidzul Qur’an Masjid Agung Surakarta.
Khusus pelajaran Bahasa Arab, pengajarnya dari alumni Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) cabang Universitas Imam Muhammad Ibn
Su’ud Saudi Arabia. Disisi lain SMA MTA Surakarta menyelenggarakan
kerjasama dengan IEC Solo dan Ma’had Abu Bakar As Sidiq UMS untuk
meningkatkan mutu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab siswanya.58
2) Pendidikan Non Formal
Pada pendidikan non formal, MTA Pusat Surakarta menyelenggarakan
kegiatan kursus keterampilan dan sekolah diniyah. Kursus-kursus keterampilan
yang diselenggarakan MTA meliputi: kursus bahasa Arab di Semanggi, Surakarta,
kursus Bahasa Inggris di Semanggi, Surakarta, kursus menjahit bagi wanita di
Mangkubumen dan Bimbingan Latihan Keterampilan (BLK) di Surakarta.
Penyelenggaraan kegiatan kursus tersebut bertujuan untuk membantu
meningkatkan keterampilan warga MTA.59
d. Bidang Kesehatan dan Ekonomi
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh MTA Pusat Surakarta tidak hanya
dalam artian sempit, yakni kegiatan pengajian saja tetapi juga meliputi bidang lain
yaitu bidang kesehatan dan ekonomi. Pada awalnya bidang kesehatan dan
ekonomi dalam MTA Pusat Surakarta merupakan bidang yang berdiri sendiri-
sendiri, namun pada bulan April 2003 bidang-bidang tersebut digabung menjadi
satu di bawah naungan CV Al Abror. Usaha-usaha yang dijalankan oleh CV Al
Abror antara lain: balai pengobatan, lembaga keuangan, percetakan, pertokoan,
58
Ibid.
59
Wawancara dengan Medi pada tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
biro perjalanan, Air Minum dalam Kemasan (AMDK), koperasi, penyewaan
perlengkapan sound system serta kajang deklit dan biro jasa konstruksi.
1) Bidang Kesehatan
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan semakin meningkat, maka Yayasan MTA Pusat
mengupayakan berdirinya pelayanan di bidang kesehatan yang berupa Balai
Pengobatan (BP). Balai Pengobatan tersebut diberi nama BP MTA yang didirikan
pada tanggal 5 Mei 1974 di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Berdirinya BP ini
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada
umumnya dan warga MTA pada khususnya. Latar belakang pendirian BP ini
adalah adanya kondisi sosial ekonomi masyarakat Semanggi yang lemah pada saat
itu, mereka yang sakit tidak mampu periksa ke dokter dikarenakan biaya periksa
kesehatan mahal sehingga mereka cenderung pergi ke dukun daripada ke dokter.60
Pada awalnya BP MTA hanya memberikan pelayanan berupa klinik umum
dan apotik, sementara kebutuhan terhadap bentuk pelayanan kesehatan lain
khususnya persalinan semakin mendesak. Pada tahun 2000, pelayanan kesehatan
di BP MTA ditingkatkan dengan memberikan penambahan pelayanan berupa
rumah bersalin dan nama BP MTA diganti dengan BP/RB MTA. Respon positif
diperoleh BP/RB MTA dari masyarakat, terutama warga MTA dan masyarakat
Semanggi, mereka menggunakan pelayanan di BP/RB MTA walaupun ada
fasilitas pelayanan yang sama yang lebih dahulu berada di Semanggi.
Selain mamberikan pelayanan klinik umum dan rumah bersalin, BP/RB
MTA juga memberikan pelayanan berupa poliklinik gigi, fisioterapi, dan
60
Widodo, op.cit, halaman 105.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
poliklinik anak. Poliklinik umum memiliki peralatan medis yang memadai serta
tenaga kesehatan yang profesional, poliklinik gigi melayani pengobatan gigi sakit
dan perawatan gigi, rumah bersalin melayani KB, imunisasi, dan USG. Rumah
bersalin ini tidak pernah tutup sehingga setiap saat dapat melayani persalinan.
Fisioterapi melayani perawatan terkilir, stroke dan pijat bayi. Apotik menyediakan
keperluan obat bagi pasien.
Pada bidang ekonomi, MTA Pusat Surakarta mendirikan berbagai usaha
yang berupa: lembaga keuangan yang UB, percetakan, pertokoan, biro perjalanan,
AMDK, penyewaan sound system dan kajang deklit, koperasi dan biro jasa
konstruksi. Bidang ekonomi yang dijalankan MTA mempunyai peranan penting
dalam menggerakkan warga MTA dan masyarakat untuk menjalankan prinsip
ekonomi Islam. Penekanan dakwah pada bidang ini adalah memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat.
1) Usaha Bersama (UB) MTA
UB MTA merupakan lembaga keuangan milik MTA yang bergerak di
bidang usaha simpan pinjam. Tujuan dari pendirian UB adalah untuk memperkuat
ekonomi dan membantu kesejahteraan warga MTA. Awalnya UB MTA
merupakan kegiatan usaha bersama di perwakilan MTA seperti Karanganyar,
Sragen, Sukoharjo, Klaten dan Surakarta, karena berkembang maka pada tahun
1992 disatukan di pusat dan terbentuklah UB MTA.
Pada awal pembentukannya, UB MTA masih dikelola part time (separuh
waktu). Petugas UB saat itu masuknya malam hari. Mulai bulan Maret 2001, UB
MTA mulai diperbaiki cara kerjanya dan dikelola secara profesional dengan cara
kerja penuh dan merekrut karyawan dengan profesional kerja yang baik. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
tahun tersebut juga sistem kerja mulai menggunakan sistem komputerisasi data
dengan pemograman data yang lengkap.61
UB MTA masih diperuntukkan hanya kepada warga MTA, prinsipnya
menghimpun dana dari warga untuk warga. Karena sifatnya kekeluargaan, UB ini
belum mempunyai ijin resmi dari pemerintah. Seperti lembaga keuangan lainnya,
UB MTA melayani penyimpanan uang dan peminjaman uang. Untuk aturan
peminjaman uang dilakukan dengan melibatkan kemajlisan, hal ini dimaksudkan
untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah warga MTA. Syarat-syarat peminjaman
uang di UB MTA antara lain: mempunyai tabungan di UB dan sekaligus sebagai
warga MTA, mengajukan pinjaman dengan seijin ketua cabang/ perwakilan, hasil
peminjaman digunakan untuk kepentingan usaha dan lain-lain, hasil peminjaman
tidak untuk kepentingan konsumtif seperti membeli kebutuhan rumah tangga, TV,
sepeda motor, dan lain-lain.62
Pada tahun 2004 sistem syariah mulai berkembang sehingga pada bulan
September 2004 UB MTA mulai menggunakan sistem bank syariah dan
meninggalkan sistem bank konvensional. Hal tersebut dikarenakan bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga adalah haram, didalamnya
termasuk riba. Bank konvensional termasuk usaha riba karena usahanya
memunggut tambahan uang atas pinjaman yang diberikan. Untuk bank syariah
yang menggunakan sistem bagi hasil hukumnya halal dan sesuai dengan hukum
Islam. Penentuan bagi hasil dibuat pada waktu perjanjian dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi, besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh, apabila ada kerugian ditanggung bersama dan jumlah
61
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 8.
62
Wawancara dengan Suparmin pada tanggal 5 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. Selain
menggunakan sistem bank syariah, UB MTA juga melakukan pembagian hadiah
kepada nasabahnya melalui undian yang dilakukan setiap tahun sekali, yakni
menjelang hari raya Idul Fitri.
Adapun susunan badan usaha UB MTA adalah:
1. Pusat sebagai badan yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap yayasan.
2. Unit perwakilan sebagai badan yang membantu pusat dan bertanggung jawab
penuh pada perwakilan daerah naungannya.
3. Cabang sebagai badan yang bertanggung jawab membantu perwakilan daerah.63
2) Percetakan
Usaha percetakan yang dimiliki MTA bernama Al Abror. Usaha ini
dibentuk untuk mendukung kelancaran kegiatan pengajian MTA serta
memudahkan pemahaman ilmu agama Islam bagi pesertanya dengan mencetak
buku-buku agama dan brosur materi pengajian. Awalnya percetakan ini bernama
percatakan 234 yang dibuka pada tahun 1988 di Semanggi, Pasar Kliwon,
Surakarta. Percetakan tersebut hanya mencetak brosur-brosur Ahad pagi saja,
serta peralatannya masih menggunakan tenaga manual.
Pada tahun 2003 pecetakan 234 berganti nama menjadi percetakan Al
Abror. Percetakan ini tidak hanya mencetak brosur-brosur Ahad pagi saja, tetapi
juga mencetak buku-buku agama, majalah Respon, Mar’ah, lembar kegiatan
siswa, serta melayani masyarakat umum yang membutuhkan jasa percetakan,
misalnya membuat nota dan membuat undangan. Pengelolaan percatakan ini
dilakukan lebih profesional dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih.
63
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Untuk percetakan buku-buku agama dan brosur Ahad pagi hingga saat ini
masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan warga MTA dan didistribusikan saat
pengajian umum Ahad pagi atau peresmian cabang/ perwakilan MTA dan dikirim
ke cabang/ perwakilan MTA, belum didistribusikan secara luas ke toko-toko
buku. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat umum yang
ingin mendapatkan buku-buku agama atau brosur tersebut untuk membeli
langsung saat pengajian umum Ahad pagi atau memesan ke MTA, baik di pusat
maupun cabang MTA yang dekat dengan rumahnya.64
3) AMDK (Air Minum Dalam Kemasan)
Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama yang sangat diperlukan
tubuh manusia. Air minum juga merupakan benda yang sangat diminati oleh
warga MTA terutama untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan pada waktu
peresmian cabang/ perwakilan. Berdasarkan kenyataan tersebut, Yayasan MTA
Pusat Surakarta memproduksi air minum dalam kemasan sendiri yang diberi
merek dagang Kaafur. Kaafur mulai diproduksi pada tahun 2004 di Sondakan,
Purwosari, Surakarta. Nama Kaafur diambil dari Al Qur’an Surat Al Insan ayat 5
yang berarti air surga.
Air minum dalam kemasan Kaafur diproses melalui 3 tahap, yaitu
penyaringan, disinfeksi, dan pengisian. Penyaringan dilakukan untuk
menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air. Disinfeksi bertujuan
untuk menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri dalam air.
Pengisian air merupakan tahap terakhir berupa pengemasan air yang telah
diproses.
64
Wawancara dengan Medi pada tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Proses produksi AMDK Kaafur adalah: pertama air baku ditampung dalam
bak atau tangki penampung. Bak tersebut terbuat dari bahan-bahan yang bebas
dari hal-hal yang dapat mencemari air. Kedua, berupa penyaringan. Penyaringan
dilakukan melalui 3 tahap, yaitu penyaringan dari pasir. Fungsi dari penyaringan
ini adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Tahap kedua adalah
penyaringan dari karbon aktif, fungsi dari penyaringan ini adalah menyerap bau,
rasa, warna. Tahap ketiga adalah mikro filter, fungsinya adalah sebagai saringan
halus. Ketiga berupa disinfeksi. Disinfeksi dimaksudkan untuk membunuh
kumanpatogen. Proses disinfeksi ini berlangsung dalam tangki pencampur ozon.
Keempat berupa pencucian kemasan. Kemasan yang digunakan dicuci dan
disanitasi dalam mesin pencuci botol. Untuk membersihkan kemasan digunakan
berbagai deterjen dengan suhu 60-85 derajat celcius, sedangkan sanitasi
digunakan air ozon. Kelima berupa pengisian dan penutupan yang dilakukan
dengan mesin pencucian dan penutup botol di ruang pengisian yang bersih dengan
suhu ruangan 25 derajat celcius.65
Kapasitas produksi air minum dalam kemasan Kaafur mencapai 6 juta liter
per tahun. Kemasan Kaafur diproduksi dalam ukuran botol galon, ukuran 1,5 liter,
600 mili liter, dan kemasan gelas. Air Kaafur telah mengalami serangkaian uji
kelayakan sehingga berhak mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
sehingga aman dikonsumsi oleh manusia. Pungujian kelayakan dilakukan dengan
cara mengambil dua sampel air pada saat pengisian. Satu sampel diuji pada itu,
sedangkan satu sampel yang lain diuji pada hari keenam. Hal yang harus diuji
65
Wawancara dengan Muhammad Fathoni pada tanggal 5 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
adalah keadaan air yang meliputi bau, rasa, warna, PH, kekeruhan, dan cemaran
mikroba.66
4) Pertokoan
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) telah membuka usaha
perdagangan dengan mendirikan pertokoan atau mini market. Pertokoan yang
dimiliki MTA antara lain: Toko Dirgantara I di Jamus, Kerjo, Karanganyar dan
Toko Dirgantara II di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Pertokoan tersebut
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang melayani
penjualan dalam bentuk grosir dan eceran.
Awalnya MTA mendirikan Toko Dirgantara I pada tahun 1988 bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warganya di desa Jamus, Kerjo,
Karanganyar. Dalam perkembangannya toko tersebut menghasilkan omzet
penjualan yang mencapai puluhan juta per bulan. Hal ini menyebabkan MTA
mendirikan toko Dirgantara II di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta pada tahun
2004. Toko ini juga mengalami perkembangan yang baik dengan omzet penjualan
puluhan juta per bulan.
Barang-barang yang dijual di toko Dirgantara I dan II adalah barang untuk
kebutuhan sembako seperti beras, teh, kopi, gula, mie instan, telur. Selain itu juga
menjual barang lainnya seperti sabun mandi, deterjent, aneka makanan ringan,
minuman, peralatan sekolah, dan lain-lain. Toko Dirgantara juga berperan dalam
menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dengan membantu para pengusaha
kecil untuk menitipkan produknya serta menolong masyarakat untuk memperoleh
barang kebutuhannya dengan harga yang relatif murah dibanding toko-toko lain.
66
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/ 1430 H, halaman 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
5) Persewaan sound system dan kajang deklit
Usaha MTA Pusat Surakarta yang mengurusi pelayanan sound system dan
kajang deklit diberi nama Sasana Adi Suara 234. Usaha ini berdiri sejak bulan
Maret 2007 di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Sasana Adi Suara 234
bergerak dalam bidang persewaan peralatan sound system dan kajang deklit.
Peralatan sound system yang disediakan meliputi speaker, microphone, dan video.
Speaker yang dipakai merupakan pengeras suara yang menghasilkan suara
berkualitas baik begitu pula dengan microphone dan peralatan video.
Awalnya usaha ini dilakukan hanya untuk keperluan dakwah MTA saja,
yakni untuk acara pengajian umum Ahad pagi dan peresmian cabang/ perwakilan
MTA, namun semakin dikenalnya MTA oleh masyarakat umum, usaha ini juga
melayani persewaan sound system dan kajang deklit bagi masyarakat yang
membutuhkannya.67
6) Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi Serba Usaha (KSU) milik MTA bernama KSU Dirgantara yang
berada di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. KSU ini didirikan pada tahun 2007
dan telah mendapat ijin dari Dinas Koperasi Jawa Tengah dengan nomor:
14141/BH/KPK.II/2007. Layanan utama KSU Dirgantara ini berupa unit simpan
pinjam berdasarkan sistem syariah atau pola bagi hasil.
Produk simpanan yang ada dalam KSU Dirgantara antara lain: simpanan
mudharabah, simpanan pendidikan anak, simpanan qurban, simpanan hari raya
dan simpanan berjangka. Simpanan mudharabah adalah simpanan yang dapat
diambil dan disetor setiap saat. Simpanan pendidikan adalah simpanan untuk
67
Ibid, halaman 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pendidikan (dari TK sampai perguruan tinggi) yang dapat disetor setiap saat dan
pengambilannya diberi jangka waktu tertentu yakni dua kali dalam setahun di
awal dan pertengahan semester, disesuaikan dengan jadwal pendidikan anak
sekolah. Simpanan qurban adalah simpanan yang digunakan untuk keperluan
ibadah qurban yang dapat disetor setiap saat serta pengambilannya hanya dapat
dilakukan satu kali untuk pembelian hewan qurban, yakni bulan Dzulhijjah.
Simpanan hari raya adalah simpanan yang digunakan untuk keperluan hari raya
Idul Fitri yang dapat disetor setiap saat dan pengambilannya juga hanya dapat
dilakukan satu kali, yakni menjelang lebaran. Simpanan berjangka adalah
simpanan yang pengambilannya telah direncanakan waktunya (3/6/12 bulan).68
Jenis peminjaman di KSU Dirgantara da 4 macam. Yaitu peminjaman
mudharabah, peminjaman musyarakah, peminjaman murabahah dan peminjaman
qodhrul hasan. Peminjaman mudharabah adalah suatu kerja sama kemitra
berdasarkan bagi hasil, baik untung maupun rugi, pihak KSU Dirgantara
menyediakan seluruh dana yang diperlukan oleh pengusaha atau mitra untuk
melakukan kegiatan usaha. Peminjaman musyarakah adalah suatu kerja sama
usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada
suatu proyek atau kegiatan usaha, masing-masing pihak mempunyai hak untuk
ikut serta, mewakilkan dan menggugurkan haknya untuk ikut serta. Keuntungan
dan kerugian yang dibagikan berdasarkan ukuran penyertaan modal masing-
masing pihak sesuai dengan kesepakan bersama. Peminjaman murabahah adalah
peminjaman atas dasar jual beli yang diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi atau kebutuhan lainnya, dalam hal ini pihak KSU
68
Wawancara dengan Muhammad Al Faruq pada tanggal 25 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
bertindak pembeli dan nasabah bertindak sebagai penjual. Peminjaman qodhrul
hasan adalah peminjaman kepada nasabah yang tidak mampu, tetapi dia memiliki
kemauan dan kemampuan untuk berusaha atau bekerja, dalam hal ini nasabah
tidak dituntut untuk mengembalikan apapun baik keuntungan atau bagi hasil
kecuali modal pinjaman.69
7) Biro Perjalanan
MTA menyediakan biro perjalanan untuk keperluan perjalanan wisata
yang diberi nama Adi Tour & Travel pada tahun 2007 di Semanggi, Pasar
Kliwon, Surakarta. Adi Tour & Travel adalah biro perjalanan yang progresif,
memiliki komitmen pelayanan, persaudaran, profesionalitas dan harga yang
kompetitif pada semua pelanggan.
Bidang usaha yang dikerjakan Adi Tour & Travel melayani pelanggan
untuk mendapat tiket bus, kamar hotel, perjalanan wisata, penyewaan mobil.
Untuk mendapatkan tiket bus, pelanggan dapat memesannya dengan menelpon
pihk Adi Tour & Travel atau datang ke kantornya. Adi Tou & Travel juga
memberikan informasi tentang wisata di kota Surakarta dan sekitarnya,
menyediakan paket liburan, sewa kendaraan, dan kegiatan petualangan.70
8) Biro Jasa Konstruksi
Biro Jasa Konstruksi MTA didirikan pada tahun 2007 di Semanggi,
Surakarta. Biro ini memberikan pelayanan jasa di bidang konstruksi, yang
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu bentuk bangunan fisik
serta merawat dan memeriksa bangunan tersebut.
69
Ibid
70
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/ 1430 H, halaman 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gedung-gedung MTA tersebar di beberapa tempat yang berbeda
memerlukan perawatan dan pemeriksaan yang memadai. Pemeliharaan dan
pemeriksaan gedung-gedung tersebut dilakukan oleh Biro Jasa Konstruksi MTA.
Meskipun secara lembaga belum memiliki lembaga formal, namun biro jasa ini
sudah ada sejak MTA melakukan pembangunan-pembangunan gedung.
D. Strategi Dakwah MTA Pusat Surakarta
Strategi adalah cara atau pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan, gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas untuk
mencapai tujuan jangka panjang.71
Sedangkan strategi dakwah adalah cara atau
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan penyebaran agama Islam agar dakwah
dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. Stategi dakwah yang dilakukan
MTA adalah dengan melakukan pendekatan kepada pemerintah, MUI, dan ormas
Islam lain. Pendekatan terhadap elemen-elemen tersebut diwujudkan dalam
bentuk kerjasama. Stategi yang lain adalah dengan melaku pembinaan terhadap
warga MTA.
1. Pendekatan MTA dengan Pemerintah, MUI, dan Ormas Islam Lain
a. Kerjasama dengan pemerintah dan MUI
Bentuk kerjasama MTA dengan pemerintah dan MUI antara lain diwujudkan
dengan mengundang tokoh dari pemerintah dan MUI dalam kegiatan sosial
keagamaan seperti peresmian cabang/ perwakilan MTA, pelaksanaan kegiatan
Pengajian Umum Ahad Pagi, pelaksanaan nafar fi sabilillah dan PHBI.
71
Strategi-wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas, www.wikipedia.org, diakses
tanggal 15 Maret 2011 pukul 15.00 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Contoh dari kerjasama ini adalah kunjungan Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid
pada tahun 2008 pada acara Pengajian Umum Ahad Pagi. Pada acara tersebut
Hidayat Nur Wahid memberikan ceramah tentang pentingnya menjalin dan
menjaga persatuan antar umat Islam di Indonesia. Pada waktu Hidayat Nur Wahid
menjabat sebagai Ketua MPR. Contoh yang berupa kunjungan Menteri Kesehatan
Dr.dr. Siti Fadhilah Supari, Sp.JK (K) pada Pengajian Umum Ahad Pagi pada
tahun 2009. Pada kunjungan tersebut Menteri Kesehatan memberikan penyuluhan
tentang kesehatan kepada peserta pengajian.
Contoh lain sebagai bentuk kerjasama MTA dengan pemerintah dan MUI
adalah MTA mengundang Presiden RI beserta Kabinet Indonesia Bersatu, MUI
Pusat, MUI Saurakarta, Pemerintah Daerah Se-Karisidenan Surakarta serta tokoh-
tokoh ormas Islam Surakarta dalam acara peresmian Gedung Pengajian Ahad Pagi
pada tanggal 8 Maret 2009. Pada acara tersebut, Gedung Pengajian Ahad Pagi di
Jalan Ronggowarsito N0.111A diresmikan oleh Presiden RI Dr. H. Susilo
Bambang Yudhoyono.
Bentuk lain dari kerjasama MTA dengan pemerintah dan MUI adalah
MTA selalu diundang dalam acara yang diselenggarakan oleh MUI, seperti Apel
Akbar MUI Surakarta dengan tema ‘’ Umat Islam Memberitahu Dunia bahwa
Terorisme Bukan Islam’’ di Lapangan Kota Barat, Surakarta pada tanggal 25
September 2009. Acara tersebut juga dihadiri oleh Walikota Surakarta, Kapolwil
Surakarta, Kapoltabes Surakarta dan tokoh dari ormas-ormas Islam Surakarta.
b. Kerjasama dengan Ormas Islam lain
MTA sebagai salah satu organisasi Islam senantiasa menjalin kerjasama
dengan ormas Islam lain dalam berbagai acara, seperti dengan Muhammadiyah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
NU, LDII, Laskar-laskar jihad, MMI, dan lain-lain. Bentuk dari kerjasama ini
berupa MTA senantiasa mengundang tokoh-tokoh ormas Islam Surakarta pada
kegiatan dakwah MTA, begitu pula ormas Islam lain sering mengundang tokoh
dari MTA untuk mengisi ceramah pada acara yang mereka selenggarakan.
Sebagai bentuk dari kerjasama dengan ormas Islam lain, MTA juga
tergabung dalam Forum Komunikasi Lembaga Dakwah Surakarta. Forum ini
mewadahi lembaga-lembaga dakwah Surakarta. Dalam forum ini terdapat 18
lembaga dakwah yang lain MTA, LDII, Muhammadiyah, NU, Al Islam,
Himpunan Wanita Muslimah Surakarta, Aisyiyah, Al Irsyad, MMI, dan lain-lain.
Dalam membina hubungan baik dan kerjasama dengan ormas Islam lain
Surakarta, MTA tidak mempersoalkan perbedaan pendapat, paham maupun aliran.
Kerjasama yang dijalankan didasarkan pada jalinan ukhuwah Islamiyah dan
dakwah, bahkan pendiri MTA, Ustadz Abdullah Thufail Saputro menanamkan
paham kepada warga MTA tentang haram hukumnya memusuhi dan memutuskan
hubungan silaturrahim kepada siapa saja yang berbeda pendapat, baik kepada
organisasi Muhammadiyah, NU maupun golongan lainnya. MTA menjalin
hubungan baik dengan elemen-elemen umat Islam Surakarta untuk bekerjasama
dalam kegiatan dakwah serta menyikapi berbagai permasalahan umat Islam di
negeri ini dan biasanya MTA menyediakan akomodasinya misalnya penyediaan
sound system dan Kantor MTA Pusat di Semanggi dijadikan sebagai tempat
pertemuan membahas permasalahan tersebut.72
72
Wawancara dengan Medi tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
2. Keanggotaan dan Pembinaan Peserta Pengajian
Dalam MTA istilah anggota atau peserta pengajian lebih dikenal sebagai
warga MTA. Kata warga lebih bersifat kekeluargaan. Keanggotaan pengajian
dalam MTA bersifat terbuka dan sukarela. Untuk menjadi warga MTA baru tidak
sulit, biasanya warga MTA yang baru mengikuti pengajian yang diselenggarakan
MTA dengan status sebagai mustami’ (pendengar) hingga 2 atau 3 kali pengajian.
lebih dari itu, mereka ditanyai oleh pengurus cabang atas kesediaannya mengikuti
pengajian secara aktif. Jika mereka memutuskan untuk mengikuti pengajian
secara aktif, mereka harus memenuhi syarat-syarat menjadi warga MTA.
Syarat-syarat menjadi warga MTA antara lain: mempunyai niat ikhlas
menuntut agama Islam, bermujahadah ( bersungguh-sungguh) untuk memahami
pelajaran, bermujadallah untuk menyakini dan mengamalkan isi pelajaran pada
tingkat perorangan, keluarga dan masyarakat, tertib, rapi dalam berpakaian, sopan
dalam berbicara di dalam dan luar pelajaran, menjaga ketertiban masuk dan keluar
pelajaran, menghindar pergaulan bebas, menyebarkanluaskan isi pelajaran kepada
keluarga dan masyarakat.73
Setiap pengajian cabang/ perwakilan selalu diadakan pengabsenan bagi
pesertanya, bagi warga yang tidak hadir harus memberikan keterangan alasan dia
tidak hadir. Tiga kali tanpa keterangan maka dia dinyatakan keluar dari pengajian
cabang/ perwakilan. Bagi siswa yang melanggar peraturan, khususnya dalam
masalah pergaulan dan etika terhadap orang tua, siswa yang bersangkutan akan
dikenai sanksi, dari sanksi yang halus berupa teguran sampai pada sanksi yang
paling keras yakni dikeluarkan dari keanggotaan pengajian.
73
Sulaiman,op.cit, halaman 47.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Setiap warga MTA wajib menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
sehingga mampu mempererat hubungan persaudaraan seiman.Wujud dari prinsip
tersebut terlihat dalam sikap warga MTA yang saling tolong menolong ketika
saudaranya sedang menghadapi persoalan hidup. Warga MTA berasal dari strata
ekonomi dan pendidikan yang hetoregen. Ada yang berasal dari golongan
ekonomi bawah, menengah, dan atas. Tingkat pendidikan pun juga demikian,
mulai dari orang yang tidak mengenyam pendidikan formal sampai orang yang
berpendidikan S-3. Namun kebanyakan warga MTA berasl sosial ekonomi
menengah dan menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan mayoritas lulusan
SMP dan SMA.
Sebagai warga MTA, mereka juga memiliki beberapa hak yang
diantaranya mendapatkan perlindungan hukum dari MTA Pusat. Jika seorang
anggota mempunyai masalah di bidang hukum, maka masalahnya diselesaikan
secara bersama dengan para anggota lain dan para pengurus. Jika ada yang
mendapatkan masalah dalam hukum agama dapat meminta bantuan pada seksi
bidang dakwah. Dalam majalah Al Mar’ah yang diterbitkan MTA Pusat terdapat
rublik konsultasi agama yang ditampu oleh Al Ustadz Ahmad Sukina, dalam
ruplik tersebut warga MTA dapat bertanya mengenai masalah agama yang
dialaminya.
Pembinaan anggota dilakukan oleh bagian sekretaris masing-masing
cabang MTA di Surakarta. Para anggota diberi pengetahuan mengenai
keanggotaannya dalam MTA. Mereka juga dikenalkan dengan para pengurus
organisasi beserta ketua dan susunan organisasinya. Hal ini dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tujuan memberikan pengetahuan kepada para anggota tentang organisasi Islam
yang mereka ikuti.
Pembinaan yang paling penting adalah pembinaan yang dilakukan oleh
seksi bidang dakwah yang bertujuan menjadikan para anggota sebagai orang-
orang yang paham agama dan mengamalkan ajaran Islam. Pembinaan dimulai dari
masa kanak-kanak hingga orang tua dengan mengadakan berbagai macam
pengajian. Pembinaan menjadi fokus utama adalah pembinaan para remaja MTA.
Pembinaan ini dilakukan karena mereka ang diandalkan untuk meneruskan
kegiatan dakwah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
BAB IV
PERANAN DAKWAH ISLAMIYAH
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA)
BAGI MASYARAKAT SURAKARTA
A. Peran di Bidang Sosial Keagamaan
Dalam menyoroti fenomena keagamaan diperlukan adanya suatu langgam
keagamaan, yaitu bagaimana agama dihayati, ditampakkan keluar, dan
dilaksanakan dalam perbuatan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
sosiokultural. Adanya langgam keagamaan mencetuskan teori langgam etis, yaitu
mementingkan urusan kemasyarakatan sebagai perwujudan dari agama.
Disamping itulanggam tersebut juga mengurusi masalah manusia yang tidak
hanya sebagai unit keagamaan tetapi juga merupakan suatu unit sosial, sehingga
dalam fenomena keagamaan akan memunculkan bagaimana agama tersebut
dihayati, ditampakkan keluar dan dilaksanakan dalam kehidupan yang nyata.1
MTA sebagai organisasi modern memilih dan menempatkan diri sebagai
gerakan amar ma’ruf nahi munnkar dalam masyarakat. Kegiatan MTA dalam
bidang sosial kemasyarakatan dimulai sejak berdirinya seperti kegiatan kerja bakti
yang merupakan amalan dari surat Al Imron ayat 110. Kehidupan bersama yang
dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA saja melainkan juga
untuk masyarakat pada umumnya. Melalui kebersamaan yang kokoh berbagai
amal sosial dapat dilakukan seperti kegiatan kerja bakti bersama dan kegiatan
reboisasi dengan masyarakat. Melalui kegiatan tersebut terjalin kegiatan saling
membantu untuk menyelesaikan pekerjaan secara bersama. Suasana yang terjalin
1 Kuntowijoyo, 1983, Paradigma Islam, Bandung: Mizan, halaman 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
dalam kegiatan tersebut penuh kekeluargaan, tidak ada rasa saling iri dan rasa
tertekan dengan beban kerja yang dilakukan. Semuanya dilandasi dengan rasa
senang.
Islam mengakui manusia makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri
dari hubungan sesamanya. Bagaimanapun tinggi statusnya, ia tidak akan punya
nilai apabila sifat kehidupannya hanya berguna bagi dirinya sendiri. Nilai
seseorang akan ditentukan oleh ukuran seberapa jauh ia memberikan pengorbanan
dan darma baktinya dalam upaya membina serta melestarikan hidup bersama,
untuk itu MTA berusaha untuk merealisasikan peranya dalam memfungsikan diri
sebagai makhluk yang bermasyarakat serta untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat yang diridhoi Allah. Upaya
tersebut dilakukan melalui kegiatan donor darah, penyantunan fakir miskin,
penanganan korban bencana alam.
Sebagian besar masyarakat Surakarta beragama Islam, namun dari segi
kualitas pengamalan ajaran Islam mereka dinilai kurang. Mereka mengaku
beragama Islam tetapi sebagian besar dari mereka tidak menjalankan perintah
wajib sholat lima waktu, tidak berpuasa di Bulan Ramadhan, dan tidak
menjalankan kewajiban berzakat. Sebagian besar masyarakat Islam Surakarta
masih menjalankan ajaran agama yang menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits.
Masyarakat yang melaksanakan perbuatan tersebut disebut sebagai masyarakat
penganut Islam sinkretis. Mereka masih tetap mengikuti pola pikir nenek moyang
yang masih memegang teguh kehidupan kejawen yang lekat dengan pengaruh
animisme, dinamisme, serta ajaran Hindu dan Budha yang menyimpang dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
syariat Islam. Adanya Islam sinkretis ini menyebabkan masyarakat secara tidak
sadar telah berbuat bi’ah, khurafat, dan tahaul.
Bi’ah menurut bahasa artinya adalah sesuatu yang baru , yang tidak
didahului oleh contoh atau sesuatu yang diadakan dengan bentuk yang belum
pernah ada contohnya. Bi’ah menurut agama adalah barang baru dalam ibadah
sesudah sempurna. Sebagian ahli hadits mengartikan bi’ah sebagai urusan yang
baru dalam agama, baik berupa aqidah maupun ibadah atau berupa sifat bagi
ibadah yang belum pernah terjadi di masa rosululloh saw.2 Jadi bi’ah adalah
sesuatu perkara yang baru dalamagama, yang tidak pernah dicontohkan oleh
rosululloh saw atau tidak ada dasar yang shahih dari agama.
Bentuk-bentuk bi’ah yang biasa dilakukan oleh masyarakat Surakarta
antara lain: Selamatan yang dilakukan untuk memperingati menionggalnya
seseorang atau istilah jawanya adalah mbelah bumi atau ngesur tanah, selamatan
tersebut dilakukan dengan doa-doa di malam hari setelah meninggal dunia atau
dinamakan tahlil. Tahlil adalah membaca ‘’la ila ha illa Allah’’ dan dimaksudkan
agar pahala yang didapatkan dari bertahlil bisa dikirimkan kepada jenazah yang
ada dalam kubur. Selamatan hari kematian yang berupa tahlilan ini dilaksanakan
mulai hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, kesatahun, dan dihari ke-1000
meninggalnya seseorang.
Biasanya kegiatan selamatan ini dilakukan dengan mengundang beberapa
orang untuk berdoa bersama dengan dipimpin oleh seseorang yang dipercaya bisa
memimpin jalanya selamatan atau istilah Jawanya kondangan. Tujuan
pelaksanaan upacara yang dilaksanakan secara berbulan-bulan sesudah
2 Bachtiar Ali, 1997, Beberapa Persolan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali Press,
halaman 79.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
meninggalnya seseorang adalah bermaksud untuk menolong yang meninggal itu,
yang mula-mula bertempat tinggal di dalam kubur hingga ke dunia akhirat dengan
jalan memberikan doa-doa supaya perjalanannya lancar.3 Hal ini merupakan
bentuk bi’ah yang harus ditinggalkan dalam peribadatan Islam.
Kata khurafat berasal dari Bahasa Arab al khuraf yang berarti dongeng,
legenda, kisah, cerita bohong. Sedangkan menurut agama adalah suatu cerita atau
dongeng yang dijadikan kepercayaan, yang sesungguhnya tidak memiliki dasar
dari agama dan bertentangan dari Al Qur’an dan Hadits. Ciri-ciri khurafat dapat
dilihat dari tidak didasarkan pada nas-nas syarak (Al Qur’an dan Hadits), cerita
yang berisi tentang rekaan dan khayalan, bersumberkan pada kepercayaan lama,
menggunakan obyek tertentu seperti (kubur, pohon), mempunyai unsur negatif
dari segi aqidah dan syariah, dan berbentuk pemujaan dan permohonan kepada
makhluk halus.
Contoh perilaku khurafat adalah kepercayaan terhadap Nyi Roro Kidul
sebagai penguasa Laut Selatan. Dia dipercaya sebagai istri raja-raja Mataram.
Masyarakat yang mempercayai kekuatan dan kekuasaan Nyi Roro Kidul memuja
dan memberi sesajen agar mendapatkan keberkahan, kesuksesan serta terhindar
dari mara bahaya. Setiap tanggal 15 Muharam, masyarakat yang memuja Nyi
Roro Kidul mengadakan upacara persembahan untuknya yang berupa makanan.
Tahayul menurut bahasa artinya adalah berangan-angan, melamun,
menghayal. Menurut istilah tahayul adalah sesuatu yang hanya dikhayal belaka
yang berupa kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada tetapi sebenarnya
tidak ada atau sesuatu dianggap sakti tetapi sebenarnya tidak. Contoh bentuk
3 Fischer, H, TH, 1980, Pengantar Anthoropologi Kebudayaan Indonesia, Jakarta:
Pustaka Sarjana, halaman 121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
tahayul yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Surakarta adalah kepercayaan
terhadap jimat. Jimat adalah benda yang dianggap mengandung kesaktian (dapat
menolak penyakit, menyebabkan kebal, dsb). Kepercayaan terhadap jimat
merupakan suatu peninggalan kebudayaan dinamisme yang bersifat tahayul.
Sedangkan kepercayaan dinamisme itu sendiri adalah kepercayaan bahwa segala
sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya. Benda-benda
yang dianggap mempunyai kekuatan tertentu seperti tulisan mantra, keris, cincin,
batu akik, kalung, ikat pinggang, bunga kering, dll.4
Dipakainya salah satu dari benda-benda tesebut pemakainya akan
terlindungi dan terpenuhi apa yang diinginkannya. Alasan memiliki jimat tersebut
adalah mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa bekerja dengan keras. Hal ini
merupakan perbuatan menyekutukan Tuhan YME. Orang-orang yang memiliki
jimat ini biasanya orang yang tidak memiliki iman yang kuat dan kurangnya
pengetahuan tentang agama.
Praktek-praktek keagamaan yang berbau bi’ah, khurafat, dan tahayul ini
bisa berkembang dalam berbagai aspek, baik aspek hubungan manusia dengan
Allah (hablu min Allah) maupun pada aspek hubungan manusia dengan
sesamanya (hablu min nas). Lebih khusus lagi dalam bidang aqidah, ibadah, dan
syariah. Bi’ah, khurafat, dan tahayul dapat menjurus kepada syirik, yakni
mempercayai dan menyakini ada kekuatan atau kekuasaan lain selain Allah.
Secara bahasa syirik artinya taswiyatu bayna asysyaiain (menyamakan
antara dua hal). Menurut agama, syirik adalah menyamakan Allah dengan sesuatu
4 Ibid, halaman 123.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
yang lain, baik urusan rububiyah, uluhiyyah ataupun asmawashshifat. Syirik
bukan hanya masalah menganut agama atau tidak. Seorang muslim bisa berbuat
syirik dan dosanya tidak akan diampuni kecuali dengan bertaubat kepada Allah.
Menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain dalam urusan rububiyah
adalah menyakini Dzat atau makhluk hidup lain yang mempunyai kekuatan atau
sifat rububiyah sifat menciptakan, mengatur, memelihara alam semesta,
mendatangkan bahaya, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan serta sifat-
sifat lain yang hanya dimiliki Allah. Sifat Allah tertulis jelas dalam Al Qur’an
seperti yang tercantum dalam Surat Fathir ayat 3 yang artinya ‘’ Adakah Pencipta
Sselain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?
Tidak ada Tuhan selain Dia. Maka mengapa kamu berpaling dari ketauhidan?’’.5
Menyakini Allah sebagai pencipta semesta alam bukanlah jaminan seorang
muslim terhindar dari sifat syirik. Sifat ini bisa dilihat dari banyaknya praktek
kebudayaan dan tingkah laku manusia yang melanggr hukum-hukum ketahidan.
Tingkah laku manusia yang mnunjukkan sifat syirik antara lain percaya dengan
kekuatan lain yang berkuasa di Laut Selatan, menyakini keberuntungan dapat
diatur dengan feng-shui, percaya ramalan bintang, mengkeramatkan hari-hari
tertentu, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan seperti itu termasuk perbuatan
musyrik.
Menyamakan Allah dalam praktek uluhiyyah adalah ketika seseorang
mengarahkan ibadah kepada selain Allah. Praktek ibadah yang bukan ditujukan
untuk Allah seringkali dilakukan masyarakat Islam Surakarta dengan perbuatan
seperti meminta kelapangan rezeki kepada orang Saleh yang wafat (contohnya
5 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 695.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
KH. Samanhudi) dan berdoa dikuburannya dengan harapan mendapatkan
kemudahan dalam urusan dunia di kehidupannya sehari-hari. Contoh perbuatan
lainnya mematuhi syarat-syarat dukun serta menyembelih binatang guna ditanam
di bawah jembatan guna menolak bala. Menurut Islam, beribadah dan berdoa itu
hanya semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah, begitu pila dengan
berpuasa maupun menyembelih binatang. Allah memerintahkan dengan firman-
Nya di dalam Al Qur’an Surat Al An’an ayat 162-163 yang bunyinya ‘’
Katakanlah, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk
Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah itu
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri kepada Allah’’.6
Agar aqidah, syariat, dan ibadah umat Islam dapat terhindar dari bi’ah,
khurafat, tahayul, dan syirik dapat dilakukan dengan menuntut ilmu, rajin
mengikuti pengajian, banyak membaca buku-buku kajian tentang Islam. Adapun
misi dari pendirian MTA adalah untuk menyebarluaskan ajaran Islam serta
memurnikan aqidah umat Islam yang telah tercampur dengan praktek-praktek
keagamaan yang menyimpang ajaran Islam, seperti bi’ah, khurafat, tahayul, dan
syirik. Praktek-praktek keagamaan yang menyimpang tersebut dilakukan oleh
umat Islam yang kurang memiliki ilmu dan tidak mau menambah ilmunya,
khususnya ilmu-ilmu agama Islam. Mereka ini disebut orang-orang jahiliyah,
yakni orang-orang yang malas belajar, merasa cukup puas dengan ilmu yang
dimilikinya sehingga tidak perlu lagi menuntut dan mendalami ilmu agama,
bahkan kadang-kadang ada pengetahuan sedikit sudah merasa cukup pintar.
6 Ibid, halaman 216.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Dakwah Islamiyah MTA dalam bidang keagamaan dilakukan dengan
menyelenggarakan kegiatan pengajian. Melalui pengajian umat Islam dapat
menuntut ilmu agama dan bertanya tentang aqidah, syariat, dan ibadah dalam
agama Islam sehingga dalam menjalankan ibadah, mereka dapat terhindar dari
taklik ( menjalankan syariat Islam tanpa mengetahui dasar atau pedoman agama)
serta berbagai bentuk bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik. Selain mendapatkan
ilmu agama, umat Islam yang mau menuntut ilmu agama akan ditinggikan
derajatnya Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Mujadallah ayat 11
yang bunyinya’’ Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu’’
berlapang-lapanglah dalam majlis’’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan’’ berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetauan beberapa derajat, Allah Maha
mengetahui apa yang kamukerjakan.’’7
Penyampaian syiar agama ynag dilakukan MTA tidak lepas dari dua unsur
utama ajaran Islam, yakni Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad. Setiap warga
MTA yang melaksanakan kewajiban dalam syariat Islam serta menjalankan tugas
sebagai pendakwah harus berpegng pada segala ketentuan serta keterangan yang
ada dalam Al Qur’an dan Hadits tekanan utama materi dakwah tidak lepas dari
aqidah Islam, tauhid, dan ibadah kepada Allah swt.
Melalui dakwah yang dilakukan MTA di bidang sosial keagamaan tersebut
mempunyai pengaruh bagi masyarakat. Dakwah MTA di bidang sosial keagamaan
tersebut mempunyai pengaruh bagi masyarakat. Dakwah Islamiyah MTA yang
7 Ibid, halaman 912.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kebersamaan serta
melakukan syiar agama dalam bentuk kegiatan pengajian membuat masyarakat
Surakarta menjadi simpati dengan organisasi ini. Mulanya mereka memberikan
toleransi terhadap kegiatan dakwah MTA dengan menghargai dan tidak
menghalangi kegiatan pengajian. Rasa simpati tersebut meningkat dengan
keinginan mereka untuk mengikuti pengajian lewat mendengarkan radio. Setelah
mereka merasa cocok dengan beberapa kajian Islam, mereka menjadi peserta aktif
pengajian. Perkembangan peserta pengajianMTA di Surakarta tahun 1999-2009
aemakin meningkat. Perkembangan warga MTA di Surakarta dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 7
Jumlah Warga MTA di Surakata Tahun 1999-2009
Tahun Warga MTA
Putra Putri
1999 452 216
2000 461 235
2001 493 270
2002 523 294
2003 578 316
2004 594 338
2005 632 372
2006 680 391
2007 904 405
2008 927 426
2009 942 491
Sumber: MTA Cabang Banjarsari, Jebres, Gelombang 7,8,12,13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Peran MTA dalam bidang sosial keagamaan melalui dakwahnya dapat
diketahui keberhasilannya dengan semakin banyaknya warga MTA di Surakarta.
Semakin bertambahnya warga MTA di Surakarta dapat mengurangi praktek-
praktek keagamaan umat Islam yang menyimpang dari ajaran Islam seperti bi’ah,
khurafat, tahayul, dan syirik.
B. Peran di Bidang Pendidikan
Pendidikan, terutama pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk
manusia yang menyadari dan melaksanakan tugaas-tugas kekhalifahannya dan
memperkaya diri dengan khasanah ilmu pengetahuan tanpa mengenal batas,
namun tetap menyadari bahwa hakekat keseluruhan hidup dan pemilikan ilmu
pengetahuan tersebut tetap bersumber dan bermuara pada Allah SWT. Pendidikan
Islam juga mempunyai cita-cita melahirkan manusia-manusia beriman dan
berpengetahuan yang satu sama lain saling menunjang.8
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, baik
laki-laki maupun perempuan. Pandangan Islam tentang pentingnya pendidikan
terdapat dalam hadits-hadits nabi yang antara lain’’ Menuntut ilmu adalah wajib
bagi muslim laki-laki dan perempuan (HR Muslim) serta hadits yang berbunyi ‘’
Orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya daripada ahli ibadah tanpa ilmu (HR
Muslim).
Pendidikan tinggi yang dicapai oleh umat Islam membuat keadaan umat
Islam yang aqidahnya kuatdan ilmu pengetahuannya luas dan dalam itulah akan
melahirkan khoiru ummah yang disebutkan oleh Allah dalam QS Al Imron serta
menjadi umat yang dijanjikan Allah diangkat derajatnya karena beriman dan
8 Muslih Usa (ed), op.cit, halaman 9-10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
berilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi bahwa mereka yang paling taat
menjualankan ibadah wajib Islam justru ditemukan di kalangan muslim yang lebih
terdidik.9
Kurikulum yang digunakan sekolah-sekolah MTA menyesuaikan
kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dengan penambahan aspek
keagamaan Islam. Penambahan kurikulum dari Yayasan MTA Pusat yang
mencangkup aspek diniyah (keagamaan) seperti materi tentang Al Qur’an, Hadits,
Fiqih, Akhlak, Tarikh, dan Bahasa Arab. Penambahan aspek diniyah tersebut
bertujuan untuk menanamkan aqidah Islam sejak usia dini sehingga diharapkan
anak lulusan dari sekolah-sekolah MTA mempunyai aqidah Islam yang lurus dan
kuat serta mempunyai akhlaqul karimah.
Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas yang dikelola MTA juga
memberikan kegiatan ekstrakurikuler untuk memperkaya ilmu yang kurang
didapatkan dalam pelajaran formal. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain:
sepak bola, basket, bulu tangkis, jurnalistik/KIR, musik/band, pramuka, [pecinta
alam, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, teater, dan komputer. Kegiatan
ekstrakurikuler di bidang olahraga, teater, dan musik diselenggarakan untuk
mengembangkan bakat siswa. Bidang bahasa dan jurnalistik diselenggarakan
untuk meningkatkan kreativitas siswa. Kegiatan pramuka dan pecinta alam
melatih siswa agar dapat menghadapi sesuatu dengan mandiri serta menumbuhkan
jiwa kepemimpinan dan kedisiplinan. Agar siswa tidak ketinggalan dalam
perkembangan teknologi diadakan pelajaran ekstrakurikuler komputer.
9 Syaipul Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik
Indonesia Pasca Orde Baru, 2007, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, halaman 111.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Pada jenjang pendidikan SMP dan SMA terdapat fasilitas asrama. Asrama
putra SMP MTA Gemolong terletak di sebelah timur SMP MTA Gemolong dan
asrama putrinya terletak di belakang SMP MTA Gemolong. Siswa SMP dan SMA
merupakan siswa yang berusia remaja, mereka merupakan masa transisi antara
anak-anak dengan dewasa. Mereka senang meniru dan coba-coba, belum bisa
membedakan yang baik dengan yang jelek. Dalam perkembangan sosialnya
mereka melakukan dua arah gerakan, yaitu arah memisahkan diri dari orang tua
dan arah menyatukan diri dengan teman-temanya. Arah menyatukan diri dengan
teman-temannya apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak terarah dapat
menyebabkan terjadinya kenakalan remaja seperti kasus tawuran antar pelajar,
penggunaan narkoba serta kasus ‘’anak dugem’’ (dunia gemerlapan).10
Agar gerak remaja yang memisahkan diri dari orang tua mendapat tempat
yang aman, nyaman, dan berada dalam lingkungan sekolah, maka SMP dan SMA
MTA membangun asrama untuk siswa yang rumahnya jauh dari sekolah, dengan
tinggal di asrama diharapkan mereka bisa nyaman bergaul dengan teman-
temannya dan aman dari pengaruh negatif yang ada di lingkungan pergaulannya.11
Melalui pendidikan Islam siswa dibiasakan untuk melaksanakan syariat
Islam seperti sholat 5 waktu, puasa, tilawah Qur’an, dzikir, dan doa-doa harian.
Selain itu siswa juga diajarkan untuk menjadi manusia yang mempunyai akhlaqul
karimah dengan menampilkan perilaku yang santun, tertib, menghormati orang
yang lebih tua dan peduli terhadap sesama.
Melalui dakwah yang dilakukan MTA di bidang pendidikan, masyarakat
dapat terangkat aspek pendidikannya, mereka bisa menggunakan akal pikirannya
10
Al Mar’ah edisi April-Mei 2008/1429 H, halaman 09.
11
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dalam menyelesaikan masalah. Pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk
melakukan perubahan.12
Melalui pendidikan generasi muda dapat melihat banyak
alternatif pemikiran. Generasi muda lebih suka menggunakan etos daripada mitos
dalam penyelesaian masalah. Sebab, sudah menjadi tugas akal dan pikiran
manusia untuk mencari solusi atas masalah hidup yang diberikan Allah swt.
Intelegewnsi dan rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi
dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik yang bersifat perorangan maupun
kelompok. Intelegensi menjadikan manusia mampu mengarahkan dirinya sendiri.
C. Peranan di Bidang Kesehatan dan Ekonomi
1. Peran di Bidang Kesehatan
Pendirian BP/RB MTA dijadikan sebagai sarana untuk menyelenggarakan
upaya pemeriksaan dan perawatan kesehatan, hal itu dikarenakan kesehatan
merupakan sesuatu yang sangat berguna. Pendirian BP/RB ini juga menjadi
strategi dakwah untuk mengurangi kepercayaan masyarakat Surakarta yang
berobat ke dukun. Melalui bidang ini, masyarakat lebih memilih pengobatan
umum daripada pengobatan dukun, karena mempercayai dukun dapat
menyembuhkan berbagai penyakit termasuk syirik.
Dukun adalah orang yang dianggap tahu segalanya dan bisa memenuhi apa
yang diinginkan oleh orang yang meminta bantuan. Dukun biasanya memberikan
mantra-mantra tertentu dan tindakan-tindakan tertentu. Ada juga yang harus
memberikan imbalan tertenru. Sampai sekarang banyak orang yang masih datang
ke dukun untuk meminta dapat disembuhkan penyakitnya, minta dapat pekerjaan,
12
Ngainum Naim dan Ahmad Syauqi, 2008, Pendidikan Multikultural: Konsep dan
Aplikasi, Yogyakarta: Arus Media, halaman 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
meminta dukun untuk menyantet orang yang dibenci, dan lain-lain. Praktek magis
atau supranatural ini dipelajari dari nenek moyang Indonesia. Tindakan
perdukunan ini dilakukan seseorang, apabila mereka merasa menghadapi
kesulitan-kesulitan, ketika frustasi terhadap penyakit yang dideritanya biasanya
meminta tolong kepada dukun atau ahli nujum. Dukun dianggap bisa menjadi
perantara orang biasa untuk meminta pertolongan dari dunia gaib.
Islam sangat tidak membenarkan bagi orang yang sakit mendatangi dukun.
Para dukun tersebut menganggap dirinya mengetahui hal-hal yang ghoib, yang
menyebabkan seseorang terkena penyakit yang disebabkan gangguan makhluk
halus. Islam juga tidak membolehkan seorang muslim mempercayai dan
membenarkan apa yang dukun ucapkan. Sesuatu yang mereka katakan mengenai
hal-hal yang ghoib tersebut hanyalah didasarkan pada sangkalan-sangkalan belaka
atau dengan cara meminta bantuan jin. Dengan cara demikian dukun-dukun
tersebut telah melakukan perbuatan kufur dan sesat.
Banyak Hadits nabi yang berisi tentang larangan mempercayai dukun.
Hadits-hadits tersebut berbunyi ‘’ Barang siapa yang mendatangi ‘arraf (tukang
ramal), kepadanya tidak diterima sholat empat puluh hari (HR Muslim). Barang
siapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan,
sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW
(HR Abu Dawud)’’13
. Hadits-hadits tersebut membuktikan tentang kekufuran para
dukun dan tukang ramal. Mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghoib,
padahal mereka tidak sampai pada maksud yang diinginkan, melainkan dengan
cara menyembah jin. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan kufur dan syirik
13
‘’ Larangan Berbuat Syirik’’, dalam Brosur Pengajian Ahad Pagi, tanggal 26 Februari
2006/27 Muharram 1427.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kepada Allah SWT. Orang-orang membenarkan atas pengakuan mereka,
hukumnya sama seperti mereka.
2. Peran di Bidang Ekonomi
Bidang ekonomi yang dijalankan MTA mempunyai peranan penting dalam
menggerakkan warga MTA dan masyarakat untuk menjalankan prinsip ekonomi
Islam. Penekanan dakwah pada bidang ini adalah memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat.
Untuk usaha yang berupa pertokoan, persewaan, percetakan, AMDK, biro
perjalanan dan biro jasa konstruksi dituntut memberikan hasil yang memuaskan
bagi konsumen dengan tidak menyalahi perjanjian, berlaku jujur, dan dapat tepat
waktu. Contohnya AMDK Kaafur harus berlaku jujur sesuai dengan apa yang
tertera, keadaan air jernih harus benar-benar jernih serta tidak mengurangi takaran
yang tertera dalam kemasan. Perintah berbuat jujur terdapat dalam Hadits nabi
yang bunyinya:
Hendaklah kamu sekalian berbuat jujur. Sebab kejujuran membimbing ke
arah kebajikan dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada henti-
hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan kejujuran sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang jujur
dan hindarilah perbuatan dusta sebab dusta membimbing ke arah kejelekan
dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya
seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta
sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta. (HR Bukhori Muslim).
Bidang ekonomi dalam bentuk lembaga keuangan UB dan koperasi
memberikan bimbingan bagi anggotanya dalam usaha di bidang ekonomi. Peranan
bidang ini adalah mengangkat kaum lemah untuk berusaha, berwiraswasta,
berdagang kecil-kecilan. UB dan koperasi berfungsi untuk membebaskan kaum
miskin dari pemerasan lintah darat, menolong mereka agar mampu hidup mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
serta menerapkan sistem ekonomi syariah melalui kegiatan keuangan Islam serta
menjauhi riba.
Dalam institusi keuangan Islam ini dipertimbangkan mengadakan transaksi
yang berdasrkan prinsip-prinsip Islam, seperti harus menghindari riba yang
bunganya meningkat terus secara tidak wajar, harus berdasarkan prinsip halal
(diperbolehkan secara agama) dan secara umum harus berprinsipkan pada
keadilan, norma dan etika agama.
Mengenai riba, para ustadz dalam MTA berpendapat bahwa sistem
perbankan konvensional yang menggunakan bunga dalah haram karena termasuk
jenis riba. Bank dan pegadaian konvensional termasuk usaha riba karena semua
usaha tersebut memungut tambahan uang atas pinjaman yang diberikan. Untuk
pegadaian bahkan bunga yang dikenakan bisa lebih besar karena perhitungan
bunga pada pegadaian per 15 hari sehingga apabila pembayaran dilakukan pada
akir hari ke-16, maka bunga yang harus dibayar menjadi duakali lipat.14
Sistem
seperti ini tentu sangat memberatkan peminjam. Sedangkan asuransi mengandung
unsur gharar yang termasuk dalam praktek riba.
Mengenai bunga bank dan perbankan. MUI pada tahun 1990
mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank bisa haram maupun halal. Haram karena
dalam bunga bank terdapat unsur riba yaitu unsur tambahan pembayaran atas
modal yang dipinjamkan, mensyaratkan tambahan dalam aqad, dan dapat
menimbulkan pemerasan. Sedangkan alasan bahwa bunga bank halal karena ada
kesukarelaan kedua belah pihak dalam aqad, tidak ada unsur pemerasan, dan
14
Suhrawadi K. Lubis, 2000, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offeset,
halaman 111.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
mengandung kemaslahatan umum.15
Selain kedua hukum tersebut, beberapa ahli
hukum Islam berpendapat bahwa hukum bunga bank adalah musytabihat yakni
kedudukan hukumnya masih meragukan. Dalam hal ini, ulama MTA mengambil
sikap yang pertama bahwa bunga bank adalah haram.
Untuk bank syariah yang memakai prinsip bagi hasil atau asuransi syariah
hukumnya halal karena badan usaha syariah dianggap sesuai dengan hukum
Islam. Hal-hal yang membedakan antara sistem bagi hasil dalam usaha syariah
dengan sistem bunga adalah penentuan bagi hasil dibuat pada waktu aqad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung rugi, besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh, apabila ada kerugian ditanggung
bersama, dan jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan
pendapatan.
Larangan tentang riba terdapat dalam ayat-ayat dalam Al Qur’an yang
antara lain:
Orang-orang yang makan (mengambil riba) tidak dapat berdiri melainkan
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
kembali menggulangi mengambil riba maka orang itu adalah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya, Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah dan Allahtidak menyukai setiap orang yang tetap
dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. (Al Baqoroh :275-276). Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat gandadan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan (Al Imron: 130). Dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya,
dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan bathil.
menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu. Dan
sesuatu riba yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah di sisi Allah. (Ar Rum: 39).16
15
Ibid, halaman 45-46.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Ketika seorang muslim meminjamkan uangnya, dia diminta untuk
mengambilnya kembali sebatas modalnya saja, dan mengikhlaskannya jika tidak
mampu membayar. Riba dapat menghapus keridhoan Allah terhadap harta
kekayaan tersebut. Riba dapat disamakan dengan mengambil kekayaan milik
orang lain. Seorang muslim selayaknya menjauhi riba demi kesejahteraan mereka.
Para ulama mengklasifikasikan riba menjadi dua jenis, yakni riba al fadl,
yaitu riba yang terjadi karena adanya penambahan yang tidak sah terhadap salah
satu dari nilai imbang. Riba al Nasi’ah adalah riba yang terjadi karena
penangguhan atau penundaan penyelesaian pertukaran nilai-nilai imbangan.
Untuk menghindari riba, UB MTA dan KSU Dirgantara mengganti sistem
bunga bank dengan pripsip ekonomi syariah melalui sistem bagi hasil. Prinsip
ekonomi syariah antara peminjaman terhadap peminjaman dari nilai yang berbeda
dari nilai peminjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha orang yang meminjam dana. Unsur gharar (ketidakpastian) tidak
dibolehkan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan
mereka peroleh dari sebuah transaksi. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-
usaha yang tidak diharamkan dalam Islam contohnya usaha minuman keras tidak
boleh didanai perbankan syariah. Prinsip ekonomi syariah telah diatur berbagai
macam transaksi yang tidak merugikan kedua belah pihak, karena jika sampai ada
yang dirugikan maka sudah melanggar ajaran Islam. Prinsip ekonomi syariah
bersumber dari Al Qur’an dan Hadits.17
16
Ibrahim Wade, 2009, Keuangan Islam dalam Perekonomian Global, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, halaman 123-126.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Dalam ekonomi syariah, sistem bagi hasil bukan bunga, karena bagi hasil
sebenarnya sesuai dengan iklim usaha yang memiliki kewajaran untung atau rugi.
Tidak seperti sifat bunga yang memaksa agar hasil usaha selalu pasti. Sistem bagi
hasil pada hakekatnya menjaga prinsip keadilan tetap berjalan dalam
perekonomian. Jadi solusi ekonomi Islam terhadap bunga bank yang dianggap
riba dalam sistem pinjam meminjam dana untuk berbisnis adalah sistem bagi
hasil, bail melalui bentuk mudharabah atau musyarakah. Selain dalam bentuk bagi
hasil, solusi Islam untuk menggantikan bunga dapat memakai produk jual beli
(bai’)
Secara umum, sistem bagi hasil ini ada yang disebut dengan mudharabah,
yaitu bentuk usaha bisnis yang dilakukan oleh dua pihak, dimana dalam
menjalankan usaha bisnis ini satu pihak bertindak sebagai pemodal dan pihak
lainnya bertindak sebagai pelaksana bisnis. Sementara musyarakah dimaksudkan
sebagai suatu bentuk usaha bisnis yang modalnya dibiayai oleh semua pihak yang
terlibat dalam bisnis tersebut. Kedua bentuk bisnis ini jauh lebih berkeadilan
dibandingkan dengan bentuk bisnis dalam ekonomi konvensional, sebab apapun
keuntungan atau resiko yang terjadi terhadap bisnis ini memiliki hak yang sama
terhadap hasil usaha yang diperoleh. Bila bisnih mereka berhasil, maka semua
pihak akan menerima keuntungan dan bila bisnis mereka bangkrut, maka
kerugianpun harus ditanggung bersama. Oleh karena itu, UB MTA dan KSU
Dirgantara menerapkan kerjasama dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
yang lebih berkeadilan bagi pemilik modal dan pelaksana bisnis.18
17
Wawancara dengan Muhammad Al Faruq tanggal 9 Maret 2011.
18
Wawancara dengan Medi tanggal 12 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Jumlah keuntungan yang akan diperoleh didasarkan pada perjanjian
bersama, misalnya 60% untuk pemilik modal dan sisanya 40% untuk mereka yang
menjalankan bisnis. Bila usaha bisnis tersebut mengalami kerugian, maka
pelaksana tidak bertanggung jawab atas kehilangan modal yang diberikan pemilik
modal. Ini tidak berarti pelaksana tidak mengalami kerugian apapun, mereka juga
dirugikan atas jerih payahnya yang disumbangkan untuk memajukan bisnisnya.
Dengan kata lain, pemodal rugi atas modalnya dan pelaksana rugi atas usaha dan
jerih payahnya.19
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah MTA
MTA adalah organisasi Islam yang memfokuskan kegiatannya pada
bidang dakwah. Dalam melakukan aktivitas dakwahnya tentu ada hal-hal yang
mendukung maupun yang menghambatnya. Adapun faktor pendukung dan
penghambatnya adalah:
1. Faktor Pendukung
Dakwah adalah seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan
agama. Para penyiar atau ustadz mempunyai peranan penting kegiatan tersebut.
Melalui mereka, ajaran Islam dapat tersiar ke semua lapisan masyarakat. Faktor
pendukung lainnya adalah gedung pengajian, gedung pengajian mempunyai
peranan penting sebagai tempat penyelenggaraan dakwah. Setiap cabang MTA
memiliki satu gedung pengajian yang dijadikan sebagai tempat kegiatan
pengajian.dakwah MTA ditentukan melalui media cetak dan media elektronik
yang dimiliki MTA. Media cetak yang dimiliki MTA berupa Majalah Respon
yang mulai diterbitkan pada tahun1992 dan Majalah Mar’ah yang diterbitkan pada
19 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
tahun 2000. Respon merupakan media dakwah MTA yang terbit tiap bulan sekali.
Majalah ini membahas kajian Islam secara jelas, dengan membaca Respon,
pembaca dapat menemukan bahasan tentang tafsir Al Qur’an maupun Hadits
dengan disertai keterangan pendapat para ulama.
Sama halnya dengan Respon, Majalah Mar’ah juga merupakan media
cetak untuk mendukung kegiatan dakwah MTA, namun majalah ini lebih
dikhususkan dalam bidang pendidikan. Majalah ini lebih dikhususkan untuk
wanita guna meningkatkan pengetahuannya tentang agama dan hal-hal yang
bersifat keduniaan. Majalah Mar’ah bergerak di bawah naungan seksi Pendidikan
dan Keputrian Yayasan majlis Tafsir Al Qur’an. Latar belakang diterbitkan
majalah ini adalah adanya ketertarikan ibu-ibu untuk membeli majalah dan
membaca majalah wanita, namun majalah wanita yang beredar masih ada
kekurangan dalam hal pembinaan nilai agama Islam20
Media elektronik yang menjadi faktor pendukung bagi kelancaran dakwah
MTA antara lain berupa radio, televisi dan situs internet. Salah satu media yang
sangat efektif dan efisien untuk memberikan berbagai macam informasi adalah
dengan radio yang bisa didengarkan setiap saat dan kondisi apapun.
Radio MTA FM merupakan sebuah radio dakwah yang mengudara pada
frekuensi 107,9 MHz. pembangunan radio dakwah didorong oleh kenyataan
lemahnya pemancar radio yang dipergunakan untuk menyiarkan Pengajian Umum
Ahad Pagi. Pada waktu dulu, saat pengajian berlangsung, siarannya masih
menumpang pada radio amatir Hizbullah FM, namun lemahnya daya pancar radio
20
Al Mar’ah, edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
tersebut, maka banyak pendengar yang mengeluh terhadap susahnya mencari
frekuensi radio tersebut.
Permasalahan tersebut menyebakan ustadz Ahmad Sukina merespon keluhan
tersebut dengan menawarkan kepada warga MTA untuk mendirikan pemancar
radio dakwah dan warga MTA menyetujuinya. Sebagian relawan pada waktu itu
ada yang bertugas untuk menghimpun dana guna membangun stasiun radio yang
cukup kuat untuk berdakwah. Daya pancar radi yang dimiliki saat itu hanya 60
watt, sehingga jangkauannya sangat pendek, namun terjadi kesepakatan untuk
membeli sebuah pemancar dengan kapasitas 2000 watt, yang kira-kira
menghabiskan dana sekitar 200 juta rupiah. Radio ini mulai aktif mengudara
setiap hari sejak bulan Maret 2007.21
Keberadaan radio MTA FM ternyata mampu menarik para pendengar
untuk setia mendengarkan radio ini. Format siaran yang dibuat dalam nuansa
dakwah mampu menarik minat para pendengar yang ingin menambah
pangetahuan mereka terhadap ajaran Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan
Hadits. Siaran radio MTA FM menjangkau wilayah yang cukup luas, dari wilayah
eks karesidenan Surakarta seperti Kabupaten Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Klaten,
Wonogiri dan Kodya Surakarta sampai sebagian wilayah Semarang Selatan,
Gunung Kidul, Pacitan, Bojonegoro, Ngawi, Blora, Purwadadi, Cepu, Rembang
dan Tuban. Selain itu radio MTA FM juga dapat didengarkan di seluruh dunia
melalui live streaming.22
Dalam perkembangannya, radio MTA FM juga menyajikan siaran berupa
informasi dan hiburan bagi pendengarnya. Informasi yang disiarkan berupa
21
Wawancara dengan Medi tanggal 15 Juli 2010.
22
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
pendidikan, ekonomi dan bisnis, kesehatan, teknologi dan pertanian. Informasi
yang disiarkan dalam bentuk news dan talk show. Hiburan yang disiarkan berupa
lagu nasyid.
Dalam perkembangannya, radio MTA FM juga menyajikan siaran berupa
informasi dan hiburan bagi pendengarnya. Informasi yang disiarkan berupa
pendidikan, ekonomi dan bisnis, kesehatan, teknologi dan pertanian. Informasi
yang disiarkan dalam bentuk news dan talk show. Hiburan yang disiarkan berupa
lagu nasyid.
Keberhasilan pengembangan dakwah melalui radio menyebabkan
Pimpinan Majlis Tafsir Al Qur’an mempunyai keinginan untuk mengembangkan
dakwah melalui siaran televisi, selain itu juga adanya keprihatian warga MTA
terhadap tayangan televisi Indonesia yang mayoritas kurang mendidik bagi anak-
anak serta tayangannya yang jauh dari ajaran Islam. Proses terbentuknya dimulai
dari kegiatan dokumentasi foto dan video dengan bertekad pengalaman para
petugas dokumentasi MTA berkeinginan mengelola media televisi, dengan visi
memberi tuntunan dan tontonan kepada masyarakat agar berkepribadian,
berwawasan, bersikap dan berjiwa Islam. MTA TV mulai mengudara bulan
Agustus 2007.23
Semakin berkembangnya teknologi di era globalisasI, MTA juga
mengembangkan dakwahnya dalam bidang internet dengan mendirikan website
pada tahun 2003. Awalnya website yang dimiliki MTA bernama www.mta.or.id,
dalam perjalanannya ternyata website tersebut kosong. Akhirnya website
www.mta.or.id diperbarui dengan nama www.mta-online.com dan diluncurkan
23
Wwancara dengan Lintang tanggal 22 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
pada bulan Juni 2004. Melalui situs ini, MTA dapat mengembangkan dakwah ke
luar negeri. Beberapa artikel tentang Islam disajikan dalam bahasa Inggris pada
situs ini, situs ini juga digunakan oleh warga MTA yang berada di luar negeri,
baik yang sedang bekerja maupun sedang menuntut ilmu untuk tetap bisa
bersilaturahmi dengan warga MTA di Indonesia
Materi yang dapat diakses adalah brosur Ahad Pagi, live streaming MTA
FM, dan mp3 jihad pagi. Melalui situs ini juga, warga MTA yang berada di luar
negeri dapat mengakses kegiatan pengajian umum Ahad pagi dan mereka juga
dapat berkomunikasi langsung dengan Ustadz Ahmad Sukina serta bertanya
mengenai masalah-masalah amalan ajaran Islam yang mereka hadapi di luar
negeri.
Suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan tanpa didukung oleh
pendanaan yang cukup. Dana juga menjadi faktor pendukung kegiatan dakwah
MTA. Sumber dana untuk kegiatan dakwah MTA berasal dari warga yang
diperoleh melalui infaq, shadakoh dan zakat secara kesadaran. Ketiga jenis
tersebut dikumpulkan secara rutin lalu disimpan oleh bendahara.
Cara pengumpulan shodakoh dilakukan dengan memasukkan uang ke
kotak infaq pada saat pengajian, baik pengajian umum, cabang, maupun
gelombang. Shodakoh tidak hanya dilakukan pada saat pengajian tetapi juga pada
saat sholat ied. Banyak sedikitnya jumlah uang yang warga MTA infaqkan
tergantung pada keikhlasan hati mereka dan tidak ada aturan dan paksaan dari
pemimpin MTA tentang jumlah nominal uang yang diinfaqkan untuk seluruh
kegiatan dakwah MTA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Sumber dana lain dalam MTA adalah zakat. Kewajiban umat Islam untuk
membayar zakat terdapat dalam QS Al Baqoroh ayat 43 yang bunyinya’’ Dan
dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’.24
Mengenai golongan yang berhak menerima zakat tercantum dalam QS At
Taubah ayat 60. Golongan tersebut adalah: fakir, miskin, pengurus zakat, muallaf,
memerdekakan budak, orang yang berhutang untuk keperluan agama, orang yang
sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat serta membutuhkan pertolongan, fi
sabilillah (pada jalan Allah). Dalam MTA, penggunaan uang zakat ditempatkan
pada golongan terakhir, yakni digunakan untuk membiayai kegiatan dakwah
organisasi.
Setiap aktivitas dakwah MTA yang membutuhkan dana, yayasan tidak
mengharapkan bantuan dari pihak luar atau non warga MTA, tetapi hal ini tidak
menutup kemungkinan dapat menerima bantuan dari pihak luar yang ingin
membantu dengan catatan sifat bantuan yang diberikan tidak bersyarat, ikhlas dan
pengelolaannya diserahkan kepada yayasan.25
2. Faktor Penghambat
Sejak berdirinya hingga tahun 2009, kegiatan dakwah MTA selalu
mendapat hambatan dari orang-orang yang tidak suka dengan organisasi Islam ini.
Hambatan-hambatan dakwah MTA antara lain berupa pemboikotan masyarakat
terhadap warga MTA, penganiayaan fisik warga MTA serta melontarkan fitnah
terhadap Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA). Sebagai organisasi yang
berusaha mengembalikan kemurnian ajaran Islm dari penyimpangan nilai-nilai
tauhid Islam, MTA banyak mendapat reaksi keras dari masyarakat. Masyarakat
24
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 16.
25
Widodo, op.cit, halaman 41.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
yang tidak suka dengan dakwah MTA, terutama kegiatan pengajiannya
melakukan pemboikotan terhadap warga MTA. Pemboikotan tersebut antara lain:
pada tahun 2000, sekitar 35 warga MTA di Brumbung, Sukoharjo diusir dari
kampung halamannya selama kurang lebih 2,5 tahun hanya karena mereka
mengadakan aktivitas pengajian dan dianggap tidak umum di masyarakat. Selama
diusir mereka tinggal di Perwakilan MTA Sukoharjo.
Pada tahun 2001 warga desa Manyaran, Wonogiri menolak kegiatan
pengajian MTA yang dianggap kegiatan tersebut telah merusak adat setempat.
Masyarakat Manyaran memboikot warga MTA dengan melarang mereka
menggunakan masjid untuk pengajian, mereka juga dilarang melaksanakan ibadah
sholat di masjid. Masyarakat Manyaran bahkan menyebut warga MTA sebagai
masyarakat yang tidak menganut adat.
Pemboikotan terhadap warga MTA juga di Bangkerep, Blora pada tahun
2004, sekitar 50 warga MTA diboikot oleh masyarakat setempat hanya karena
mereka mengadakan aktivitas pengajian dan mengamalkan ajaran Islam dengan
tidak datang dalam acara kondongan yang diadakan oleh salah satu warga
masyarakat setempat. Masyarakat Bangkerep memboikot warga MTA dengan
melarang warga MTA membeli kebutuhan rumah tangga di toko-toko milik warga
Bangkerep, masyarakat Bangkerep juga memboikot warga MTA dengan tidak
membantu warga MTA, apabila warga MTA mempunyai acara hajatan, mereka
juga menolak menghadiri undangan pada acara-acara yang diadakan warga
MTA.26
26
Wawancara dengan Medi tanggal 12 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Selain pemboikotan, masyarakat yang tidak menyukai MTA juga ada yang
melakukan tindakan anarkis yang berupa pemukulan terhadap warga MTA dan
pengerusakan gedung pengajian. Kejadian tersebut antara lain terjadi pada tanggal
23 Juli 1999 gedung pengajian MTA cabang Bulu 2, Sukoharjo dilempari batu
pada saat pengajian berlangsung. Peristiwa tersebut diulangi lagi tanggal 30 Juli
1999 dan 10 Desember 1999 oleh warga Masyarakat yang tidak sepaham dengan
MTA. Pelemparan batu ini juga terjadi di rumah warga MTA pada saat pengajian
kelompok berlansung.27
Pada tahun 2001 sekelompok masyarakat Gemolong, Sragen menghadang
dan memukuli beberapa warga MTA sepulang pengajian dan pada tanggal 27
Desember 2002 terjadi penganiayaan yang berupa pemukulan dengan tongkat
terhadap dua orang pengurus MTA cabang Kalijambe, Sragen oleh sekelompok
masyarakat yang merasa dirugikan oleh kegiatan pengajian MTA. Beberapa
kejadian tersebut, yang menjadi faktor penyebab penentangan masyarakat
terhadap kegiatan MTA adalah faktor budaya, terutama budaya yang bercampur
dengan kemusyrikan yang masih dipegang erat oleh masyarakat yang
menganutnya.
Upaya yang dilakukan MTA agar kegiatan dakwahnya dapat diterima oleh
masyarakat dan tidak mendapat reaksi keras dari orang yang tidak menyukai
organisasi ini adalah dengan tetap menjalin hubungan baik dengan masyarakat.
Selain itu, penyelesaian konflik dilakukan dengan meminta bantuan dari bupati
dan polisi setempat untuk menjadi pihak penengah yang dapat membujuk orang-
orang yang tidak sepaham dengan MTA agar mau menerima keberadaan MTA.
27
Wawancara dengan Zaenal Ahmad tanggal 10 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
BAB V
KESIMPULAN
Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Pusat Surakarta merupakan
sebuah lembaga keagamaan yang berbadan hukum. Maksud didirikannya lembaga
ini adalah mengajak umat Islam untuk mempelajari dan menghayati Al Qur’an
dan Hadits serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga ini
didirikan oleh K.H Abdullah Thufail Saputro pada tahun 1972. Berdirinya MTA
dilaterbelakangi oleh kondisi umat Islam di Indonesia yang sebagian besar masih
melakukan praktek-praktek keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
seperti bi’ah dan khurafat.
Sumber ajaran Islam yang digunakan dalam kegiatan dakwah MTA adalah
Al Qur’an dan Hadits. Keduanya merupakan sumber ajaran Islam yang utama dan
dijadikan sebagai pedoman hidup dengan tujuan supaya manusia tidak tersesat.
Sebagai ormas Islam yang bergerak dalam bidang dakwah, aktivitas dakwah
MTA meliputi bidang keagamaan, sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Dakwah di bidang keagamaan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengajian.
Kegiatan pengajian di MTA meliputi pengajian umum, pengajian cabang/
perwakilan, dan pengajian khusus (khususi), di samping itu juga terdapat kegiatan
pengajian lainnya, yaitu nafar fi sabilillah yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan dan pengajian-pengajian lain yang sifatnya insidental seperti pengajian
akbar saat peresmian cabang/ perwakilan MTA dan pengajian dalam rangka PHBI
(Peringatan Hari Besar Islam). Metode pengajian di MTA disampaikan melalui
ceramah dan tanya jawab. Meteri utama dalam pengajian adalah Al Qur’an dan
hadits.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Dakwah dalam bidang sosial dilaksanakan dengan melakukan kegiatan
berbagai macam kegiatan sosial di masyarakat seperti kegiatan kerja bakti, donor
darah, penyantunan fakir miskin, penanganan korban bencana alam, dan reboisasi.
Dakwah bidang pendidikan, dengan menyelenggarakan pendidikan secara formal
maupun non formal. Pada pendidikan formal mengikuti kurikulum nasional
dengan penekanan pada ilmu agama Islam. Pada pendidikan non formal, MTA
menyelenggarakan berbagai kursus keterampilan dan sekolah diniyah. Dakwah
bidang kesehatan dan ekonomi, MTA Pusat Surakarta telah menggabungkan dua
bidang tersebut di bawah naungan CV Al Abror pada bulan April 2003. Usaha-
usaha yang dijalankan oleh CV Al Abror antara lain: balai pengobatan, lembaga
keuangan, percetakan, pertokoan, biro perjalanan, AMDK, koperasi, penyewaan
sound system dan kajang deklit serta biro jasa konstruksi.
Agar dakwah Islam sampai kepada semua kelompok, MTA mengadakan
kerjasama dengan pemerintah, MUI serta ormas Islam lain di Surakarta. Bentuk
kerjasama tersebut diwujudkan dengan mengundang tokoh dari pemerintah, MUI,
serta ormas Islam lain dalam kegiatan dakwah MTA seperti mengundang mereka
dalam pengajian umum Ahad pagi, peresmian cabang/ perwakilan MTA,
pelaksanaan nafar fi sabilillah. Bentuk kerjasama tersebut juga diwujudkan
dengan diundangnya MTA pada acara sosial keagamaan yang diselenggarakan
MUI dan ormas Islam lain di Surakarta. Sebagai bentuk kerjasama dengan ormas
islam lain Surakarta, MTA juga tergabung dalam Forum Komunikasi Dakwah
Surakarta yang terbentuk pada tahun 2007. Forum ini mewadahi lembaga-
lembaga dakwah yang ada di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Melalui dakwah yang dilakukan MTA di bidang sosial keagamaan
mempunyai pengaruh bagi masyarakat. Masyarakat mengalami perubahan dalam
beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari mereka menjadi simpati dengan MTA
dan mengikuti kegiatan pengajian MTA. Semakin bertambahnya warga MTA di
Surakarta dapat mengurangi praktek-praktek keagamaan umat Islam yang
menyimpang dari ajaran Islam seperti bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik. Bidang
pendidikan yang dikelola MTA mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
generasi muda yang memiliki kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Islam serta
berprestasi di bidang akademik.
Bidang kesehatan yang dikelola MTA mempunyai peranan penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan serta dapat mengurangi kepercayaan
masyarakat yang berobat dukun. Melalui bidang ini, masyarakat lebih memilih
pengobatan umum daripada pengobatan dukun karena mempercayai dukun dapat
menyembuhkan penyakit termasuk syirik. Bidang ekonomi mempunyai peranan
dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat serta menerapkan sistem
ekonomi syariah Islam dengan menjauhi riba.