(WORD) aSsigMeNt mAta 4_mIkroftALmuS
-
Upload
henri-bagus-adhi-pradana -
Category
Documents
-
view
131 -
download
19
description
Transcript of (WORD) aSsigMeNt mAta 4_mIkroftALmuS
1
ASSIGNMENT MATA KELOMPOK IV
“Mikrophtalmus”
Blok XV
Dosen Pembimbing :: dr. Suwandi, Sp.M
Anggota :
Resti Hardianti Lestari (G1A108004)
Muhammad Irga (G1A108023)
Sora Melisa (G1A108042)
Rizky Alhuda Rahman (G1A108060)
Haristi Wulan Sari (G1A108078)
Risa Pratama (G1A107047)
Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Jambi
2010/2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
Anatomi Bola Mata ::
Gambar. 1.
Gambar. 2.
3
Gambar. 3.
EMBRIOLOGI MATA ::
Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitive, ectoderm permukaan termasuk
derivatnya yaitu crista neuralis, ectoderm neural dan mesoderm. Endoderm tidak ikut dalam
pembentukan mata. Mesenkim adalah istilah untuk jaringan ikat embrional. Jaringan ikat
okuler dan adneksa dulu diduga berasal dari mesoderm, namun kini ternyata kebanyakan
mesenkim di kepala dan leher berasal dari Krista neuralis cranial.
1. Ektoderm permukaan membentuk lensa, glandula lakrimalis, epitel kornea,
konjungtiva, glandulae adnexa dan epidermis palpebra.
2. Crista Neuralis, yang berasal dari ectoderm permukaan daerah yang tepat
bersebelahan plika neuralis dari ectoderm neural, berfungsi membentuk keratosit
kornea, endotel kornea, endotel kornea dan jalinan trabekel, stroma iris dan koroid,
muskulus ailiaris, fibroblast dari skela, vitreus, dan meninges nervus optikus. Krista
neuralis juga terlibat membentuk tulang dan tulang rawan orbita, jaringan ikat dan
saraf orbita, muskulus ekstraokular, dan lapis-lapis subepidermal palpebra.
3. Ektoderm Neural menghasilkan vesikel optiK dan mangkuki optic dan karenanya
berfungsi untuk pembentukan retina dan epitel pigmen retina, lapis-lapis berpigmen
dan tidak berpigmen dari epitel siliaris, epitel posterior, muskulus dilatators dan
sphincter papillae pada iris, dan serat-serat nervus optikus dan glia.
4. Mesoderm hanya terlibat pada pembentukan Muskulus Ekstraokular dan endotel
vaskuler orbita dan ocular.
4
Tahap Vesikula Optikum
Diskus embrional adalah tahap paling awal dalam perkembangan fetal, saat struktur-struktur
mata dapat dikenali. Pada tahap 2,5 mm (2 minggu), tepian sulkus neuralis menebal
membentuk plika neuralis. Lipatan ini kemudian menyatu membentuk tuba neuralis, yang
tenggelam ke dalam mesoderm dibawahnya dan melepaskan diri dari epitel permukaan.
Tempat sulkus optikus adalah di dalam plika neuralis sefalika pada kedua sisi dan parallel
terhadap sulkus neuralis. Hal ini terjadi saat plika neuralis mulai menutup pada minggu ke-3.
Pada tahap 9 mm (4 minggu), sesaat sebelum bagian Anterior Tuba Neuralis menutup
seluruhnya, ektoderm neural bertumbuh ke luar dan ke arah permukaan ektoderm pada kedua
sisi untuk membentuk vesikel optik bulat. Vesikel optik berhubungan dengan otak depan
melalui tangkai optik. Pada tahap ini pun terjadi penebalan ektoderm permukaan (lempeng
lensa) berhadapan ujung-ujung vesikel optik.
Gambar. 4.
Tahap Mangkuk Optik
Saat vesikel berinvaginasi membentuk mangkuk optic, dinding luar vesikel mendekati
dinding dalamnya. Invaginasi permukaan ventral dari tangkai optic dan dari vesikel optic
terjadi bersamaan dan menghasilkan alur, yaitu fissure optikum (embrional). Tepian mangkuk
optic kemudian tumbuh mengitari fissure optic. Bersamaan dengan itu, lempeng lensa
berinvaginasi pertama-tama membentuk mangkuk, kemudian membentuk bola berongga
yang dikenal sebagai vesikel lensa. Pada tahap 9 mm (4 minggu), vesikel lensa melepaskan
diri dari ectoderm permukaan dan terdapat bebas dekat tepian mangkuk optic.
5
Fissura optikum memungkinkan mesoderm vaskuler memasuki tangkai optik dan akhirnya
membentuk system hialoid dari rongga Vitreus . Setelah invaginasi selesai, fissura optikum
menyempit dan menutup pada tahap 13mm (6 minggu), menyisakan lubang permanen yang
kecil diujung anterior dari tangkai optik, yang dilalui Arteria Hialoidea. Pada tahap 100mm
(4 bulan), Arteria dan Venae Retinae melalui lubang ini. Pada tahap ini pula bentuk umum
akhir mata telah ditetapkan.
Perkembangan mata selanjutnya berupa perkembangan struktur optik masing-masing. Pada
umumnya perkembangan struktur optik lebih cepat dari segmen posterior dari pada segmen
anterior mata selama tahap-tahap awal dan lebih cepat di segmen anterior selama tahap-tahap
akhir kehamilan.
KELAINAN MATA KONGENITAL ::
Defek kongenital struktur mata digolongkan dalam dua kategori utama yaitu ::
1. Anomali Perkembangan; Faktor genetic adalah penyebab utamanya.
2. Reaksi Jaringan terhadap gangguan In Utero (Infeksi,Obat, dsb)
Beberapa proses kelainan dari bola mata dapat terjadi karena kongenital. Kelainan tersebut
juga tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Kegagalan invaginasi menyebabkan timbulnya
Mata Kistik Kongenital. Kegagalan penutupan menghasilkan Coloboma Iris, Retina, dan atau
Koroid. Selain itu terjadinya Kriptoftalmos apabila kelopak mata tidak memisah.1
Mata ysng kecil abnormal dapat dibagi menjadi Nanoftalmus (fungsinya normal) dan
Mikroftalmus yang fungsinya abnormal dan mungkin terdapat kelaian mata lain misalnya
Katarak, Kolombo, atau Kista Kongenital.
Kelainan kongenital pada mata yaitu ::
I. Bola Mata
1. Nanoftalmos
Pengecilan bolan mata yang mana fungsi dari mata normal. Kelainan ini hanya
mempengaruhi ukuran bola mata secara anatomis.
2. Mikroftalmos
Pengecilan bola mata yang disertai dengan fungsi mata yang terganguan dan
mungkin disertai kelainan mata lainnya seperti
a. Katarak
b. Coloboma
c. Kista kongenital. 1
II. Kelopak Mata ::
Yaitu seperti Ptosis, coloboma
6
III. Kornea ::
Kekeruhan kornea, megalokornea
IV. Iris dan Pupil ::
Ektopik iris (korektopia) atas temporal, polikoria, coloboma iris pada inferior nasal,
aniridia pada tumor Wilms, heterokromia (warna tdk sama)
V. Lensa ::
Katarak, koloboma, sublksasi, rubella, ambliopia, komplikasi pada operasi.
VI. Segmen Anterior ::
Axenfeld, reiger, peter anomaly, glaucoma, obstruksi duktus nasolakrimalis.
VII. Kelainan Korpus Vitreum ::
Mittendorf, Bergmeister, korpus vitreum primer hiperplastik persisten.
VIII. Koroid dan Retina ::
Koloboma pada nasal / inferior, parut korioretina pada toxoplasma, sindroma charge,
aicardi, goldenhar.
IX. Saraf Optikus ::
Hipoplasi saraf optikus, koloboma sentralis diskus (morning glorysyndrome).
X. Kelainan Orbita ::
Crouzon diseases (eksoftalmos).
XI. Dermoid Ekstraokuler ::
Dermoid kista pd superolateral sutura.1
7
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Mikroftalmus merupakan kelainan mata yang ditandai dengan ukuran bola mata lebih kecil
dari pada normal dan fisura palpebra biasanya sempit dan orbita kecil yang dapat terjadi
unilateral dan bilateral. 2
Gambar. 5.
Gambar. 6.
EPIDEMIOLOGI
Kelainan bola mata mikroftalmus merupakan kelainan bola mata kongenital.
8
ETIOLOGI
Mikroftalmusterjadi akibat terhentinya perkembangan pada setiap tingkat vesikel optik.tapi,
penyebab mikroftalmus tidak sepenuhnya dipahami. Seringkali, kasus tampaknya terjadi
secara kebetulan murni. Tetapi, beberapa teori menjelaskan bahwa :
1. Beberapa kasus diketahui adanya riwayat keluarga dengan adanya mutasi pada gen
pengkode (microphthalmia-associated transcription factor atau MITF).
2. Mikroftalmus pada bayi baru lahir juga dikaitkan dengan infeksi selama kehamilan,
terutama rubella dan sitomegalovirus (CMV), trisomi 13 (sindroma Patau ), triploid
Sindrom , dan Wolf-Hirschhorn Syndrome. Selain itu, mikroftalmus mungkin juga
akibat dari fetal alkohol syndrom tetapi sangat jarang suatu infeksi dalam rahim
dapat menyebabkan microphthalmia.
3. Tidak ada bukti bahwa mikroftalmus disebabkan oleh obat-obatan. 3,5
PATOGENESIS
Penutupan dini salah satu atau lebih sutura tulang tengkorak akan mengakibatkan bentuk
kepala menjadi abnormal dan terjadi kerusakan-kerusakan pada jaringan otak dan mata
karena penekanan. 2
MANIFESTASI KLINIS
a. Ukuran bola mata lebih kecil dari pada normal.
b. Fissura palpebra biasanya sempit, orbita kecil dan rongga orbita dangkal.
c. Gejala yang sering ditemukan pada mikroftalmus yakni hipermetropia.
d. Umumnya tajam penglihatan subnormal karena mungkin retina tidak berkembang.
e. Dapat unilateral atau bilateral.
f. Pada yang unilateral, muka pada sisi yang terkena sering tidak berkembang atau
bahkan seluruh tubuh sisi yang terkena tidak berkembang.
g. Dapat ditemukan adanya strabismus dan nistagmus.
h. Dapat disertai dengan glukoma, karena ::
Kornea yang kecil sehingga sudut dangkal.
Lensa besar sehingga mendorong iris kedepan.
Terdapat sisa-sisa jaringan embrional disudut bilik mata.2
Gambar. 7.
9
Kelainan dapat berupa ::
a. Kraniostenosis.
b. Akrosefalo Sindaktili (Sindrom Apert).
c. Mandibulofasial Disostosis (Franceschatti).
d. Hipertelorisme.
PEMERIKSAAN MATA
A. Pemeriksaan mata neonatus
Inspeksi ekstenal ::
Pupil dilatasi setelah 29 hari, refleks lambat, anisokoria 0,5mm >20%
Oftalmoskopik
B. Pemeriksaan mata pada bayi & anak
Visus ::
Respons gerakan, fiksasi, reaksi pupil, refleks konfergensi, gerakan
binokuler, periksa satu per satu (mata satunya diplester), lihat nistagmus/
strabismus.
Refraksi ::
Sikloplegia untuk atasi akomodasi, siklopentolat 1% sebanyak 2 X tetes
selama 30 menit sebelum pemeriksaan, interval 5 menit diberi atropin zalf
mata 1%, 2-3 X/hr selama 2-3 hr.
80% hiperopia, 5% miopia,15% emetropia dan 10% gangguan refraksi.
Pemeriksaan segmen anterior dan posterior :
1. Senter, Loupe, Slit Lamp, Oftalmoskop.
2. TIO, Gonioskop ::
a. Refleks fovea (-)
b. Fundus perifer abu-abu. 4
TATALAKSANA
Pembedahan. 2
KOMPLIKSI
Suatu saat mungkin akan menderita glaukoma yang dapat timbul karena:
a. Kornea yang kecil sehingga sudut dangkal
b. Lensa besar sehingga mendorong iris ke depan
c. Terdapat sisa-sisa jaringan embrional di sudut bilik mata 2
PROGNOSIS ::
Quo Ad Vitam :: Dubia Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam :: Dubia Ad Malam
10
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan bola mata mikroftalmus merupakan kelainan bola mata yang dapat mempengaruhi
fungsi penglihatan karena bayangan tidak jatuh tepat di retina. Dan mikroftalmus ini
memerlukan tindakan bedah untuk penanganannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan. 2008. Mikroftalmus dalam Buku Oftalmologi Umum. Edisi 17, EGC. Jakarta:
Hal 357
2. Ilyas, Sidarta. 2002. Mikroftalmus dalam Buku Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 3, Sagung Seto. Jakarta: Hal 233-234.
3. Definition of Micropthalmia: Multimedia. MedicineNet (serial online) 23 April 2009
(diakses tanggal 19 April 2010) diunduh dari http://www.medicinenet.com
4. Pediatric Ophtalmologi: Multimedia. Medical Articles (serial online) 4 Januari 2008
(diakses tanggal 21 April 2010) diunduh dari http://www.nlm.nih.gov
5. Deteksi Dini Kelainan Mata pada Anak: Multimedia. Medical Articles (serial online) 6
Maret 2008 (diakses tanggal 21 April 2010) diunduh dari
http://www.cerminduniakedokteran.com