Word 2003 Omsk Benigna
-
Upload
anisah-noviariyanti -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Word 2003 Omsk Benigna
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari
telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling
banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di
Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan
dengan beberapa negara lain. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-
1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di
Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus
telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis
media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.
OMSK dapat terbagi atas 2, yaitu otitis media supuratif kronik
tubotimpani dan otitis media supuratif kronik atikoantral. OMSK atikoantral
merupakan bentuk yang paling berbahaya karena sifatnya yang dapat
mendestruksi jaringan sekitar sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang
lebih berat.
OMSK merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan di
poliklinik, maka dari itu penulis akan membahas laporan kasus mengenai
OMSK.
BAB II
STATUS PASIEN
2.1. Identitas
Nama anak : An. F
Umur anak : 3,9 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp jembatan-Penggilingan
2.2. Anamnesis : Autoanamnesis (Orang tua An. F)
Keluhan Utama :
Keluar cairan lengket berwarna putih pada telinga sebelah kiri sejak ± 3 hari
yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Sejak ± 3 hari yang lalu telinga sebelah kiri mengeluarkan cairan lengket
berwarna putih tapi tidak disertai darah, cairan keluar setiap hari, cairan yang
keluar tidak terlalu banyak. 5 hari yang lalu pasien mengeluh telinganya sakit,
tidur pasien menjadi gelisah, dan badan sedikit demam. Selain itu ibu pasien
juga mengatakan bahwa dahulu telinga kiri pasien juga pernah mengeluarkan
cairan yang sama namun sekarang sudah tidak lagi.
Pada saat ini pasien sedang mengalami batuk dan pilek. Pasien tidak
mengalami mimisan. Nafsu makan pasien mengalami penurunan.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien mempunyai keluar cairan sebelumnya
- Pasien mempunyai riwayat sering batuk pilek
- Riwayat trauma kepala tidak ada.
Riwayat Alergi
Tidak ada
PEMERIKSAAN Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Nadi : 88 x / menit, kuat, reguler.
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,9 °C
Kepala : normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Thorax : simetris, retraksi (-/-), massa (-/-), scar (-/-)
Abdomen : cembung (-), massa (-), scar (–)
Ekstremitas : udem (-/-)
Kulit : scar (-)
Status Lokalis THT
1. Telinga
Tabel 2.1 pemeriksaan telinga
Dextra Aurikula Sinistra
Normotia, helix sign (-),
tragus sign (-)
AurikulaNormotia, helix sign (-), tragus
sign (-)
Preaurikula appendege (-)
tanda radang(-), pus(-),
nyeri tekan(-), fistula(-)
PreaurikulaPreaurikula appendege (-)
tanda radang(-), pus(-), nyeri
tekan(-), fistula(-)
Tenang, udem(-), fistel(-),
sikatriks(-), nyeri tekan(-)Retroaurikula
Tenang, udem(-), fistel(-),
sikatriks(-), nyeri tekan(-)
Hiperemis(-), udem(-),
sekret(-), serumen (-),
massa(-)
MAE Hiperemis(-), udem(-),
serumen(+), sekret(+)
berwarna putih sedikit
kekuningan dan tidak berbau
busuk, massa (-)
Intak, reflek cahaya (-),
perforasi (-), hiperemis (+)
Membran timpanireflek cahaya(-), perforasi(-),
hiperemis (+)
Tidak diuji Uji Rinne Tidak diuji
Tidak diuji Uji Weber Tidak diuji
Tidak diuji Uji Schwabach Tidak diuji
Interpretasi : Membran timpani telinga kanan hiperemis, refleks cahaya
negatif. Membrane timpani kiri mengalami perforasi pada pars tensa
2. Hidung
Tabel 2.2 Pemeriksaan hidung
Dextra Rhinoskopi anterior Sinistra
Sedikit hiperemis Mukosa Sedikit hiperemis
(+) Sekret (+)
Eutrofi Konka inferior Eutrofi
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
(-) Massa (-)
(+) Passase udara (+)
a. Sinus paranasal
1) Inspeksi : pembengkakan pada wajah (-), sudut medial mata (-),
dahi (-)
2) Palpasi : nyeri tekan kedua pipi (-), dahi (-), sudut medial mata
(-)
b. Rinoskopi posterior : tidak dilakukan
3. Tenggorok
cc
Tabel 2.3 Pemeriksaan Orofaring
Dextra Pemeriksaan Orofaring Sinistra
Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Bersih, basah Lidah Bersih, basah
Tenang Palatum molle Tenang
Karies (-) Gigi geligi Karies (-)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Tenang Mukosa Tenang
T1
Besar
T1
tidak melebar Kripta tidak melebar
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Post nasal drip -
Tabel 2.4 Pemeriksaan Nasofaring
Nasofaring (Rhinoskopi posterior)
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
Muara tuba eustachius Tidak dilakukan
Tabel 2.5 Pemeriksaan Laringofaring
Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan
Diagnosis kerja
Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aurikularis Sinistra .
2.4 Penatalaksanaan
Larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari
Setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik
dan kortikosteroid selama1-2 minggu.
Jika sudah tenang diberikan antibiotika oral Ampicilin atau Eritromisin bila
pasien alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan
ampicilin asam klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling
baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama
2 bulan maka dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Edukasi :
Hindari air masuk ke telinga ketika mandi
Hindari aktivitas yang berhubungan dengan air yang memungkinkan air
masuk ke telinga seperti berenang
Nutrisi yang cukup dan seimbang untuk mencegah penyakit ISPA
2.5 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI
Gambar. Anatomi Telinga Manusia
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari auricula atau daun telinga dan meatus
acusticus externus atau liang telinga sampai membrana timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.Pada sepertiga bagian luar kulit liang
telinga terdapat banyak kelenjar serumen(modifikasi kelenjar keringat =
kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga.Pada duapertiga bagian dalamnya sedikit dijumpai
kelenjar serumen.
Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan
puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya
bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah
yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas
melampauibatas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipo
timpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timpani.
Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar,
lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan
lapisan mukosa bagian dalamlapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus
lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang
disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut sebagai umbo.Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of
light) kearah bawah, yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan
pukul 5 untuk membrane timpani kanan.Refleks cahaya ialah cahaya dari
luar yang dipantulkan oleh membran timpani.Pada membrane timpani
terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan radier.Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut.
Gambar. Membran timpani sinistra
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu
kotak dengan enam isi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding
anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada
dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membran timpani
sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/ otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window), dan promontorium.
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa kranii
media. Pada dinding bagian atas dinding posterior terdapat auditus ad
antrum tulang mastoid dan dibawahnya adalah saraf fasialis. Otot
stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus
melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani
timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan
menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah
lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan
saraf lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke
ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari duapertiga
anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang berada di
sebelah superolateral menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah
menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena utama rongga
tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari
dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas
kanalis tersebut, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang
menmpati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus
kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.
Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah
promontorium yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf
timpanikus berjalan melintas promontorium. Kanalis falopii bertulang
yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari
prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior.
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid dengan puncak mengarah ke
kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah
dinding lateral fossa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah
dura mater pada daerah tersebut. pada dinding anterior mastoid terdapat
aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semi sirkularis lateralis menonjol ke
dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam
kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot
digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan
mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Bagian lateral tuba eustakius adalah bagian yang bertulang.
Sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot
tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang, sementara kanalis
karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan
melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot levator
palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus
faringeal dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari: koklea( rumah siput ) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis
semisirkularis). Dan Labyrinthus membranaseus (labirin membran)
terdiri dari utrikulus dan sakulus, 3 duktus semisirkularis dan duktus
koklearis.Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Gambar. Labirin
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibule di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan
skala media (duktus koklearis) diantaranya.Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan
garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini
penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai
membranevestibule ( Reissner’s membrane ) sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membrane ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrane tektoria, dan pada membrane basalis melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang
membentuk organ corti.
3.2 Otitis Media Supuratif Kronik
a. Definisi OMSK
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dahulu disebut dengan Otitis
Media Perforasi (OMP), yaitu infeksi kronis di telinga tegah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau ketal, bening
atau berupa nanah.
b. Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral,
marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa,
sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada
perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak
di pars flaksida.Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi:
1) Perforasi Sentral kecil 2) Perforasi Sentral (Sub Total)
3) Perforasi Atik 4) Perforasi Postero Superior
c. Klasifikasi OMSK
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis:
1. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja dan biasanya
tidak mengenai tulang.Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.
2. OMSK tipe Maligna
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi
epitel (keratin). Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital
dan didapat.OMSK tipe maligna dikenal juga dengan OMSK tipe
berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe
maligna letaknya di atik atau marginal, kadang-kadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe maligna.
d. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi
kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higienis dan
nutrisi yang jelek. Kebanyakan prevalensi OMSK dilaporkan pada anak
termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data
yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.
e. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa.Faktor infeksi biasanya berasal
dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga
tengah melalui tuba Eustachius.
f. Patogenesis dan Patologi
Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang
patofisiologi OMSK, akan dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya
OMA. OMA biasanya disebabkan oleh Infeksi di Saluran Nafas Atas
(ISPA), umumnya terjadi pada anak karena keadaan tuba eustakius , yang
sangat berperan penting dalam patofisiologi OMA pada anak berbeda
dengan orang dewasa. Tuba eustakius pada anak lebih pendek, lebih
horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa.
g. Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium
peradangan.Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang
tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa
telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.Keluarnya
sekret biasanya hilang timbul.Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga.Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid
dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya
lapisan mukosa secara luas.Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret
yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran.Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran
suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat
tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus.Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat
hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal
abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya
fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo
yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak
atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya
karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan
labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu
diperhatikan mengingat OMSK tipe ini seringkali menimbulkan
komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini
yang menjadi pedoman yaitu adanya perforasi pada marginal atau
pada atik.Sedangkan pada kasus yang lanjut dapat terlihat adanya
Abses atau fistel retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang
telinga yang berasal dari kavum timpani, pus yang selalu aktif atau
berbau busuk (aroma kolesteatom) dan foto rontgen mastoid adanya
gambaran kolesteatom.
h. Diagnosis OMSK
1. Anamnesis
Gejala yang dikeluhkan diantaranya adalah otorrhoe dan
supurasi kronik telinga tengah yang umumnya bersifat purulen
(kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer). Sekret yang sangat
bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Bakteri penginfasi sekunder, seperti
stafilokokus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa, serta
sejumlah bakteri anaerob yang merupakan bagian dari flora campuran,
selalu ditemukan dalam sekret telinga kronik. Jika sekret encer berbau
busuk dan bercampur darah, maka perlu dipertimbangkan
kemungkinan keganasan.
Gejala penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang
biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak
lazim dikeluhkan, namun jika ada mungkin akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya duramater, atau dinding sinus lateralis
atau adanya pembentukan abses otak.
Vertigo juga merupakan gejala serius pada OMSK. Memberi
kesan adanya fistula, akibat erosi pada labirin tulang paling sering
pada kanalis semisirkularis horizontal.
Pedoman klinik OMSK tipe bahaya adalah perforasi pada
marginal atau pada atik. Sedangkan pada kasus lanjut dapat terlihat,
abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi diliang
telinga luar yang berasal dari dalam serta terlihat kolesteatoma pada
telinga tengah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Ototskopi dilakukan untuk melihat perforasi, letaknya dan
jenisnya, sekret yang keluar, serta ada tidaknya komplikasi
kolesteatoma.
3. Pemeriksaan audiologi
Untuk memeriksa fungsi pendengaran yakni dengan : (1) tes
penala, (2) tes berbisik, (3) Audiometri nada murni.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller
berguna untuk melihat struktur-struktur telinga tengah. Dan
pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang
temporal dan kolesteatoma.
i. Penatalaksanaan
Terapi OMSK
Terapi OMSK sering memerlukan waktu yang lama serta harus
berulang-ulang, karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu
kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa
keadaan, yaitu:
a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga
tengah berhubungan dengan dunia luar.
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasal.
c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid.
d. Gizi dan higiene yang kurang.
Tipe Benigna
Prinsip terapinya ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga,
berupa larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka
terapi dilanjutkan dengan memeberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Karena semua obat tetes yang
mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga dianjurkan
penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1
atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi
terhadap penisilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resistensi terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya
adenoidektomi dan tonsilektomi.
Tipe Maligna
Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau
tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat
abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Jenis Pembedahan pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau
maligna, antara lain:
1) Mastoidektomi sederhana
Indikasi : Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuan : Agar
infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
2) Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang
sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang
telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang
seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol,
supaya tidak terjadi infeksi kembali.
3) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan
dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah
membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan
mempertahankan pendengaranyang masih ada.
4) Miringoplasti
Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada
membran timpani.
Tujuannya adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada
OMSK tipe benigna dengan perforasi menetap. Dilakukan pada
OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya
disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Komplikasi : Infeksi, Kegagalan graft, Kondroitis, Trauma nervus
korda timpani, Tuli sensorineural dan vertigo, Peningkatan tuli
konduksi, Stenosis kanal auditori eksternal.
5) Timpanoplasti
Indikasi : Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih
berat atau OMSK benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medikamentosa.
Tujuan : Untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani
sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.
Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan
maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi
kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk
membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini
terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan 12
bulan.
6) Timpanoplasti dengan Pendekatan ganda (Combined approach
tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan
Benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding
posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang
telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.
Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK maligna belum disepakati
oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan kolesteatoma.
j. Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius
karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan
menyebabkan kematian.Tendensi otitis media mendapat komplikasi
tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun
demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan
menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi
akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat
menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom. Adams
dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :
1. Komplikasi telinga tengah
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf ( sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c.Hindrosefalus otitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, Boies, Higler.Boies Buku Ajar Penyakit THT.Edisi 6.Jakarta: EGC. 1997.
2. Helmi.Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2005.
3. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah Dan Mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 1997.
4. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 6.Jakarta: FKUI. 2007.