Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

7
PATOFISIOLOGI HEMATOMA EPIDURAL Hematoma epidural paling sering terjadi di daerah parietotemporal akibat robekan arteri meningea media. Hematoma epidural di daerah frontal dan oksipital sering tidak dicurigai dan memberi tanda-tanda setempat yang tidak jelas. Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang dipermukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematoma epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematoma bertambah besar. Hematoma yang meluas didaerah temporal menyebabkan tertekannya lobus temporalis otak ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian media lobus (unkus dan sebagian dari girus hipokampus) mengalami herniasi dibawah tepi tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis. Tekanan herniasi unkus pada sirkulasi arteria ke farmasio retikularis medula oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini juga terdapat nuklei saraf kranial III (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada jaras kortikospinalis asendens pada area ini menyebabkan kelemahan renspon motorik kontralateral ( berlawanan dengan tempat hematoma), refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif. Dengan makin meluasnya hematoma, seluruh isi otak akan terdorong ke arah yang berlawanan sehingga terjadi peningkatan ICP, termasuk kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda vital dan fungsi pernapasan. Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif memberat. Kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut dengan interval lucid. Fenomena lucid interval karena pasien

Transcript of Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

Page 1: Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

PATOFISIOLOGI HEMATOMA EPIDURALHematoma epidural paling sering terjadi di daerah parietotemporal akibat

robekan arteri meningea media. Hematoma epidural di daerah frontal dan oksipital sering tidak dicurigai dan memberi tanda-tanda setempat yang tidak jelas.

Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang dipermukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematoma epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematoma bertambah besar.

Hematoma yang meluas didaerah temporal menyebabkan tertekannya lobus temporalis otak ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian media lobus (unkus dan sebagian dari girus hipokampus) mengalami herniasi dibawah tepi tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis.

Tekanan herniasi unkus pada sirkulasi arteria ke farmasio retikularis medula oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini juga terdapat nuklei saraf kranial III (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada jaras kortikospinalis asendens pada area ini menyebabkan kelemahan renspon motorik kontralateral ( berlawanan dengan tempat hematoma), refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.

Dengan makin meluasnya hematoma, seluruh isi otak akan terdorong ke arah yang berlawanan sehingga terjadi peningkatan ICP, termasuk kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda vital dan fungsi pernapasan.

Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif memberat. Kemudian kesadaran berangsur menurun.

Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut dengan interval lucid. Fenomena lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.

Sumber Perdarahan pada kasus hematoma epidural: Arteri Meningea ( lucid interval 2-3 jam) Sinus duramatis Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi arteri

diploica dan vena diploica.

Page 2: Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

Cedera Kepala(Trauma tumpul, deselarisasi, dll)

Fraktur tulang tengkorak

Terjadi robekan arteri meningeal media

Hematom epidural

Menekan lobus temporalis

Kompresi

Okulomotorius Korteks serebri

Suplai O2 ke otak menurun

MK: Ketidakfektifan perfusi jaringan

serebral

Palpebra ptosis

Dilatasi

Peningkatan TIK

Kompensasi tubuh vasokontriksi

Gangguan autoregulasi

Penurunan kesadaran

MK:Resiko tinggi cedera

Resiko ntinggi perubahan nutrisi

Hipoksia

Nyeri kepala

MK :Nyeri akut

(-) InformasiMK :

Ansietas

Page 3: Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

MANIFESTASI KLINIS HEMATOMA EPIDURALGejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif yang

dapat berlangsung beberapa jam sebelum fungsi otak memburuk, kadang-kadang pasien dalam keadaan koma. Jika tidak diobati, kondisi dapat menyebabkan tekanan darah meningkat, kesulitan bernapas, kerusakan fungsi otak dan kematian. Pasien dengan kondisi seperti ini sering kali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga.

adanya respon chusing yang menetap dapat timbul sejalan dengan adanya peningkatan tekanan intra kranial, dimana gejalanya dapat berupa:

Hipertensi Bradikardi Bradipneu

DAFTAR PUSTAKAAnderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi 4, Anugrah P. Jakarta: EGC, 1995

Price, Sylvia Anderson,. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC, 2005

Epidural Hematomas, UCLA Neurosurgery, Web

Mardjono M., Sidarta P., Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-8. Jakarta: Dina Rakyat, 2000

PATOFISIOLOGI HEMATOMA SUBDURALHematoma subdural berasal dari vena. Hematoma ini timbul akibat ruptur vena

yang terjadi dalam ruangan subdural. Hematoma subdural dipilah menjadi berbagai tipe dengan gejala dan prognosis yang berbeda, yaitu:

AkutHematoma subdural akut akan menimbulkan gejala neurologik yang

penting dan serius dalam 24 sampai 48 jam setelah cedera. Hematoma sering berkaitan dengan trauma otak berat dan juga mempunyai mortalitas yang tinggi. hematoma subdural akut sering terjadi pada pasien yang meminum obat antikoagulan terus menerus yang tampaknya mengalami trauma kepala minor. Cedera ini seringkali berkaitan dengan cedera deselerasiakibat kecelakaan kendaran bermotor.

Defisit neurologik progresif disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak kedalam foramen magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada batang otak. Keadaan ini cepat menimbulkan henti napas dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan darah.

SubakutHematoma subdural subakut menyebabkan defisit neurologik bermakna

dalam waktu lebih dari 48 jam tetapi kurang dari dua minggu setelah cedera. Seperti pada hematoma subdural akut, hematoma ini juga disebabkan oleh perdarahan vena ke dalam ruang subdural.

Kronik

Page 4: Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

Trauma otak yang menjadi penyebab dapat sangat sepele atau terlupakan dan seringkali terjadi akibat cedera ringan. Gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan, bahkan beberapa tahun setelah cedera awal. Pada orang dewasa, gejala ini dapat dikelirukan dengan gejala awal demensia.

Trauma pertama merobek salah satu vena yang melewati ruang subdural sehingga terjadi perdarahan lambat kedalam ruang subdural. Dalam 7 sampai 10 hari setelah perdarahan, darah dikelilingi oleh membran fibrosa. Terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma sehingga terbentuk peredaan tekanan osmotik yang menyebabkan tertariknya cairan ke dalam hematoma. Bertambahnya ukuran hematoma ini dapat menyebabkan perdarahan lebih lanjut akibat robekan membran atau pembuluh darah di sekelilingnya sehingga meningkatkan ukuran dan tekanan hematoma. Jika dibiarkan mengikuti perjalanan alamiahnya unsur-unsur kandungan hematoma subdural akan mengalami perubahan-perubahan yang khas.

MANIFESTASI KLINIS HEMATOMA SUBDURALHematoma subdural biasanya disebabkan oleh cedera kepala, seperti dari jatuh,

tabrakan kendaraan bermotor, atau serangan. Pukulan mendadak ke pembuluh darah kepala air mata yang berjalan di sepanjang permukaan otak. Hal ini disebut sebagai hematoma subdural akut.

Orang dengan gangguan perdarahan lebih mungkin untuk mengembangkan hematoma subdural. Sebuah cedera kepala yang relatif kecil dapat menyebabkan hematoma subdural pada orang dengan kecenderungan perdarahan.

Dalam hematoma subdural kronis, pembuluh darah kecil di permukaan luar otak mungkin merobek, menyebabkan perdarahan di ruang subdural. Gejala mungkin tidak terlihat selama beberapa hari atau minggu. Orang tua berada pada risiko tinggi untuk hematoma subdural kronis karena penyusutan otak menyebabkan pembuluh darah kecil menjadi lebih menggeliat dan lebih rentan untuk robek.

Gejala hematoma subdural tergantung sebagian besar pada tingkat perdarahan: Dalam cedera kepala dengan tiba-tiba, pendarahan parah menyebabkan

hematoma subdural, seseorang bisa kehilangan kesadaran dan masuk ke koma segera. Seseorang mungkin tampak normal selama beberapa hari setelah cedera kepala,

namun perlahan-lahan menjadi bingung dan kemudian beberapa hari kemudian sadar. Ini hasil dari tingkat lebih lambat dari perdarahan, menyebabkan hematoma subdural perlahan memperbesar.

Dalam hematoma subdural sangat lambat tumbuh, mungkin tidak ada gejala nyata selama lebih dari dua minggu setelah pendarahan dimulai.

Gejala hematoma subdural dapat meliputi: o Sakit kepala o Kebingungan o Perubahan perilaku o Pusing o Mual dan muntah o Lesu atau mengantuk berlebihan o Kelemahano Apati o Kejang

Page 5: Woc Patofisiologi Hematoma Epidural

Orang mungkin bervariasi dalam gejala mereka hematoma subdural. Selain ukuran hematoma subdural, usia seseorang dan kondisi medis lainnya dapat mempengaruhi respon untuk memiliki hematoma subdural.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson,. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC, 2005

http://www.webmd.com/brain/subdural-hematoma-symptoms-causes-treatments diakses pada pukul 11:39