kanalispolban.files.wordpress.com€¦ · Web viewTeori Dasar: Spektrofotometri ... Lazimnya...
Transcript of kanalispolban.files.wordpress.com€¦ · Web viewTeori Dasar: Spektrofotometri ... Lazimnya...
LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI
PENENTUAN KADAR BESI MENGGUNAKAN SPEKTOFOTOMER SPEKTRONIC-20
Dosen Pembimbing : Ibu Dewi , MT
Kelompok 6
Nevy Puspitasari NIM 111431020
Nur Fauziyyah Ambar NIM 111431021
Nurul Latipah NIM 111431022
Oktaviani Ratanasari NIM 111431023
Tanggal Percobaan : 18 September 2012
Tanggal Penyerahan : 25 September 2012
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TEKNIK KIMIA - D3 ANALIS KIMIA
Tahun Ajaran 2011-2012
Tanggal Percobaan : 18 September 2012
Judul Percobaan : Penentuan Kadar Besi menggunakan Spektronic-20
Pembimbing : Ibu Dewi, MT
Tujuan Percobaan :
1. Untuk menentukan kadar besi dalam sampel
2. Dapat menggunakan spektrofotometer spektronic-20 dengan benar
Teori Dasar :Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual
dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi
kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan
pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh
suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya
panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan
yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi
serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang
ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan
spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif
senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi. Metode
spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu
larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode
kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan
metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya
dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+
dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri
dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat
pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya
yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering
digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air minum. Pada metode
spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi cahaya
ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton dan
asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan untuk
transisi electron. Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya tampak
maka energy UV dapat menyebabkan transisi electron s dan p.
Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan
bila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak.
Dalam hal demikian senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang
berwarna. Ion besi (III) warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya
kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi tertentu misalnya 1,10
fenantrolin atau potasium tiosianat, sehingga memberikan warna yang menyerap
dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil.
Pereaksi yang menimbulkan warna itu harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain :
1. Reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.
2. Tak boleh membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam
larutan.
3. Warna yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.
Bila tidak ada zat-zat lain yang mengganggu, maka panjang gelombang yang
digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif secara spektrofotometri , biasanya
adalah panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum. Kurva
kalibrasi dibuat dengan jalan mengukur serapan larutan – larutan standar . bila
hukum Lambert – Beer dipenuhi, maka grafik / kurva ini akan membentuk garis
lurus melalui titik nol.
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
berwarna antara besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar
tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam
suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik
spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar
penentu kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna
sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara
maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum
pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti
hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus
dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat. Dengan
menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan dengan
membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap terhadap
larutan standar yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara standar
adisi , pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur
serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara
kalibrasi. Cara yang kedua dilakukan dengan menambahjkan sejumlah larutan
contoh yang sama kedalam larutan standar.
Alat dan Bahan:
Alat Bahan Jumlah
Labu ukur 50 mL 5 buah
Gelas kimia 100 mL 3 buah
Gelas kimia 50 mL 3 buah
Pipet ukur 1,5,10 mL 1 buah
Batang pengaduk 2 buah
Ball pipet 1 buah
Botol semprot 1 buah
Corong 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Larutan KSCN 50 mL
Larutan HNO3 50 mL
Larutan baku Fe 100 ppm 25 mL
Aquadest 500 mL
Langkah Kerja
A. Persiapan Larutan
1. Menyiapkan 7 buah labu takar 50 mL
2. Menambahkan larutan standar kedalam masing-masing labu (Fe3+ 100
ppm)
3. Menambahkan 5 mL larutan KSCN 10% dan 5 mL larutan HNO3 4 N
4. Mengencerkan hingga tanda batas dan mengocoknya
(menghomogenkannya)
B. Pengukuran dengan Sp. Spektronic-20
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Menghubungkan alat dengan sumber listrik dan menyalakan alat
dengan memutar (ke kanan) tombol yang terletak di bagian depan
bawah sebelah kiri (dan memanaskannya selama 30 menit)
2. Mengatur skala pada posisi 0 dengan memutar tombol bagian depan
bawah sebelah kiri
3. Mengatur panjang gelombang yang diinginkan
4. Memasukan kuvet atau sel yang berisi larutan blanko ke dalam alat
5. Mengatur skala %T pada posisi 100% dengan memutar tombol bagian
depan bawah, sebelah kanan
6. Mengganti larutan blanko dengan larutan standar Fe 1,5 ppm dan
mengubah panjang gelombang sesuai dengan senyawa yang akan
diukur
7. Mencatat nilai %T yang tertera pada alat
8. Mengulangi langkah 2,3,4,5 dan 6 sampai diperoleh panjang
gelombang maksimum
9. Membuat kurva antara panjang gelombang lawan absorbsi, A
(mengubah %T menjadi A) dan menentukan panjang gelombang
maksimumnya.
b. Penentuan Kurva Kalibrasi dan Konsentrasi Cuplikan
1. Mengulangi pengerjaan/langkah (a) ke 2,3,4 dan 5 (mengatur panjang
gelombang pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari
percobaan sebelumnya)
2. Mengganti larutan blanko dengan larutan standar dari konsentrasi
yang paling rendah yaitu 0,5 ppm.
3. Mengulangi pengerjaan no. 2 dengan mengganti larutan standar yang
berbeda-beda konsentrasinya
4. Membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi, c lawan absorbansi, A
5. Mengulangi pengerjaan no. 2 dengan mengganti larutan standar
dengan larutan cuplikan dan mencatat nilai %T
6. Menentukan konsentrasi larutan cuplikan tersebut dengan cara
menginterpolasikan nilai absorbansi cuplikan (dengan mengubah %T
menjadi A) kedalam kurva kalibrasi atau kedalam persamaan garis
linear
Data Pengamatan
Perlakuan PengamatanA.Pembuatan Larutan Deret Standar
Pemipetan dari larutan induk Larutan induk tidak berwarna sehingga pada saat pemipetan larutan induk kedalam labu ukur, larutan tidak berwarna
Penambahan KSCN Larutan menjadi berwarna merah darah ketika ditambahkan KSCN
Penambahan HNO3 Larutan menjadi warna merah darah pekat ketika ditambahkan HNO3
Penandabatasan labu ukur Ketika ditambahkan aquadest dan ditandabataskan, larutan masih berwarna merah darah pekat
Pengenceran larutan deret standar
Karena warna larutan terlalu pekat maka diencerkan diaquadest dengan memipet tiap labu 5mL kedalam labu takar 50 mL, sehingga warna larutan deret standar yang diperoleh adalah warna merah darah yang tidak terlalu pekat
Larutan deret standar siap digunakan
Larutan standar dari konsentrasi terendah terlihat warnanya yang paling muda dan konsentrasi terbesar warnanya yang paling pekat. Sedangkan semakin besar konsentrasinya maka warna yang
terlihat dari 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 dan 3ppm secara berurutan warnanya terlihat semakin pekat
Pembuatan larutan blanko Pada pembuatan blanko warna yang dihasilkan awalnya tidak berwarna, tetapi lama kelamaan warnanya menjadi warna merah darah tipis. Sehingga dibuat larutan blanko kembali dan larutan blanko kali ini tidak berwarna.
B. Pengukuran Panjang Gelombang, Kurva Kalibrasi serta Konsentrasi Cuplikan
Menentukan panjang gelombang maksimum
Pada penentuan ini yang tertera pada dispaly adalah nilai %T serta tombol pengatur panjang gelombang untuk menentukan panjang gelombang. Larutan yang digunakan adalah blanko yang tidak berwarna dan larutan standar Fe 1,5 ppm yang berwarna merah darah dimasukan kedalam spektrotometer secara bergantian
Menentukan kurva kalibrasi dan konsentrasi cuplikan
Larutan yang digunakan untuk kurva kalibrasi adalah larutan deret standar, larutan deret standar yang dimasukan kedalam spektrofotometer adalah larutan standar dari konsentrasi 0,5 ppm berurutan hingga 3 ppm
Data Percobaan
Untuk mencari panjang gelombang maksimal diambil larutan dengan konsentrasi 1,5 ppm
Panjang Gelombang %T400410420430440450460465470475480490500510520530
95,592
89,588,5868674747498
74,58889909294
540550560570580590600
9596,599100100100100
Diperoleh panjang gelombang maksimum : 470 nm
Konsentrasi (ppm) %T0,51
1,52
2,53
Sampel 1Sampel 2
9283756758557773
PerhitunganGrafik penentuan panjang gelombang maksimum Fe (1,5 ppm)
Missal pada panjang gelombang 400 nm:
% T = 95,5 %
T = 0,955
A = log 1T
A = log 10,955 = 0,0199
Panjang Gelombang %T A400410420430440450460465
95,592
89,588,586867474
0,01990,0360,04820,05310,06550,06550,13080,1308
470475480490500510520530540550560
7498
74,5888990929495
96,599
0,13080,00880,12780,05550,05060,04580,03620,02690,02230,01550,0044
380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 5800
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Grafik penentuan panjang gelombang maksimum
panjang gelombang (nm)
Abso
rban
si
Sehingga diperoleh panjang gelombang maksimum : 470 nm
Pembuatan Larutan Standar Besi
Untuk konsentrasi besi 0 mL Untuk konsentrasi besi 0,25 mL
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
0 . 100 = N2 . 50 0,25 . 100 = N2 . 50
N2 = 0 ppm N2 = 0,5 ppm
Untuk konsentrasi besi 0,5 mL Untuk konsentrasi besi 0,75 mL
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
0,5 . 100 = N2 . 50 0,75 . 100 = N2 . 50
N2 = 1 ppm N2 = 1,5 ppm
Untuk konsentrasi besi 1 mL Untuk konsentrasi besi 1,25 mL
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
1 . 100 = N2 . 50 1,25 . 100 = N2 . 50
N2 = 2 ppm N2 = 2,5 ppm
Untuk konsentrasi besi 1,5 mL
N1 . V1 = N2 . V2
1,5 . 100 = N2 . 50
N2 = 3 ppm
Penentuan Kurva Kalibrasi
Perhitungan menentukan nilai Absorbansi setiap larutan
Untuk konsentrasi besi 0,5 ppm
% T = 92 %
T = 0,92
A = log 1T
A = log 10,92 = 0,036
Larutan %T Absorbansi
Larutan standar 0,5 ppm 92 0,036
Larutan standar 1 ppm 83 0,081
Larutan standar 1,5 ppm 75 0,125
Larutan standar 2 ppm 67 0,174
Larutan standar 2,5 ppm 58 0,236
Larutan standar 3 ppm 55 0,259
Sampel 1 77 0,114
Sampel 2 73 0,137
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
f(x) = 0.087978021978022 xR² = 0.997467986456006
Kurva Kalibrasi larutan standar Fe pada =470 nm
Absorban (y)Linear (Absorban (y))Linear (Absorban (y))
Konsentrasi (ppm)
Abso
rban
Perhitungan penentuan kadar Fe pada sampel
Persamaan garis dari grafik: y = 0,088 x
a. Kadar sampel 1 :
Abs sampel = 0,114A
y = ax
0,114 = 0,088 x
x = 0,114 = 1,29 ppm 0,088
b. Kadar sampel 2 :
Abs sampel = 0,137A
y = ax
0,137 = 0,088 x
x = 0,137 = 1,56 ppm 0,088
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
f(x) = 0.087978021978022 xR² = 0.997467986456006
Kurva Kalibrasi larutan standar Fe pada =470 nm
Absorban (y)Linear (Absorban (y))Linear (Absorban (y))
Konsentrasi (ppm)Ab
sorb
an
PEMBAHASAN :
Metode spektrometri sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Hanya larutan berwarna saja yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna, seperti pada percobaan ini, untuk ion besi dalam larutan perlu direaksikan dengan pereaksi warna tertentu karena ion besi (III) warnanya sangat lemah sehingga serapannya kecil, terlebih lagi konsentrasi ion besi dalam larutan pada percobaan ini sangat kecil.
Langkah-langkah utama dalam analisis dengan sinar tampak adalah :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar tampak.
2. Pemilihan panjang gelombang maksimum.3. Pembuatan kurva kalibrasi.4. Pengukuran segera cuplikan.
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan dengan mereaksikan larutan standar besi yang berada didalam 6 labu ukur dengan larutan KSCN yang merupakan pereaksi warna dan reaksinya dengan larutan besi yang merupakan senyawa kompleks [Fe(SCN)]2+. Pereaksi ini akan menghasilkan warna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil. Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak. Senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi (III) warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi tertentu misalnya 1,10 potasium tiosianat, sehingga memberikan warna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil. Pereaksi yang menimbulkan warna itu harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
- Reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.- Tak boleh membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam
larutan- Warna yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.
Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus memenuhi beberapa persyaratan. KSCN merupakan pereaksi warna, sebab :
- Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi(Fe) selektif dan sensitif yaitu membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
- Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
- Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl- dan NO3
- yang ada dalam larutan.
Selain ditambahkan KSCN larutan standar Fe direaksikan dengan HNO3. HNO3
digunakan untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ serta agar ion besi tetap stabil berada pada keadaan bilangan oksidasi 2+. Sehingga kompleks yang tersebut bersifat sangat stabil dan dapat diukur absorbansi atau persen transmittannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang sekitar 470 nm.
Setelah itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memilih panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe 1,5 ppm. Larutan yang dipilih adalah larutan standar Fe 1,5 ppm karena pada konsentrasi tersebut absorbansinya antara 0,2 – 0,8 , dikarenakan pada daerah absorbansi tersebut adalah daerah absorbansi yang baik. Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada suatu panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena konsentrasi besar terletak pada titik ini, artinya serapan larutan encer masih terdeteksi. Panjang gelombang yang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer Pada panjang gelombang maksimum pun apabila dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Rohman, Abdul, 2007). Panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Berdasarkan grafik pengukuran yang dihasilkan panjang gelombang yang dikur dari 400 nm hingga 600 nm didapatkan panjang gelombang maksimalnya pada daerah 460-470 nm, maka panjang gelombang terbesar yang diambil untuk pengukuran Fe yaitu 470 nm.
Selain itu, pada percobaan ini juga yang diukur bukan langsung nilai Absorbansi, namun nilai % transmitan. Detektor yang ada pada alat spektrofotometri lebih peka untuk mendeteksi sinar dan mengkomunikasikannya dalam bentuk angka digital dari pada menghitung nilai absorbansi larutan dengan menggunakan % transmitan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menghasilkan pengukuran yang lebih akurat, kita menggunakan nilai % transmittan yang kemudian kita bisa mendapatkan nilai absorbansi dari nilai % transmittan itu sendiri.
Pada saat pengukuran transmitan di perlukan blanko. Namun pada saat pengukuran dilakukan blanko yang tadinya tidak berwarna namun lama-kelamaan menjadi berwarna jingga. Hal ini mungkin bisa disebabkan karena pipet yang digunakan saat memipet larutan tidak bersih, dan mungkin juga hal ini disebabkan karena aquadest yang digunakan mengandung unsur Fe sehingga warna larutan blanko pun menjadi seperti warna larutan standar. Sehingga blanko kembali dibuat dihasilnya adalah adalah warna yang seharusnya yaitu berwarna bening karena pada blanko kadar Fe dianggap 0. Fungsi dari blanko sendiri adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pereaksi dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga absorbansi yang didapat pada pengukuran ini adalah serapan untuk Fe dalam sampel, fungsi kalibrasi juga untuk menghilangkan efek refleksi akibat pancaran sinar radiasi menuju larutan. Pada percobaan ini diukur larutan standar 0,5; 1; 1,5 ;2 ;2,5 dan 3 ppm dengan regeresi yang dihasilkan adalah sebesar 0,9941. Nilai ini menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik. Selain itu dari percobaan didapat gallat yang dihasilkan adalah sebesar 0,011, nilai tersebut adalah nilai error atau gallat acak yang dihasilkan pada pengukuran. Selain itu didapatkan absorbansi dari sampel 1 adalah 0,114 Adan absorbansi dari sampel 2 adalah sebesar 0,137 A. Sehingga bila digambar dengan kurva ataupun persamaan garis konsentrasi sampel 1 yang didapat adalah sebesar 1,29 ppm dan konsentrasi sampel 2 adalah 1,56 ppm.
KesimpulanLarutan deret standar yang digunakan menghasilkan kurva kalibrasi dengan
regresi sebesar 0,9941. Sehingga konsentrasi sampel 1 yang ditentukan dengan
pengukuran spektrofotometri spektronic-20 adalah sebesar 1,29 ppm, serta
konsentrasi sampel 2 adalah sebesar 1,56 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. “Spektrofotometer”, (online),
(http://roheemar.wordpress.com/2012/02/28/spektrofotometer/ diunduh 20
Sepetember 2012 pkl.16.14)
Anonim, 2011. “Cara pengoperasian Spektronic-20”, (online), (http://cheme-
learning.blogspot.com/2011/08/praktikum-kimia-analitik-instrumen-
cara_30.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.16.19)
Depi, 2012. “Penentuan Besi Secara UV/VIS”, (online),
(http://depisatir.blogspot.com/2012/09/laporan-penentuan-besi-dengan-cara-
uvvis.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.15.27)
Purnama,Yaktiva, 2010. “Penentuan Kadar Besi dengan Teknik Spektrofotometri
UV/VIS”, (online), (http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/penentuan-
kadar-besi-fe-dalam-sampel.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.16.28)
LAMPIRAN
Berikut adalah grafik kurva kalibrasi serta pengukuran sampel dimana penentuan
kadar sampel ditentukan berdasarkan grafik.