file · Web viewStomata adalah derivat jaringan epidermis pada daun. Stomata berupa...
Transcript of file · Web viewStomata adalah derivat jaringan epidermis pada daun. Stomata berupa...
MENGETAHUI STOMATA DENGAN TEKNIK WHOLE
MOUNT
Oleh :
ANA RODIYAH
Pembimbing :
wirdatul Muslihatin
Program Study Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebelum menjelaskan apa itu stomata sebaiknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan teknik whole mount. Teknik whole mount adalah sebuah kekuatan dan merupakan alat
yang sangat penting dalam perkembangan biologi sebagai ilmu yang universal (Darby,
2006).Merupakan metode yang digunakan pembuatan preparat secara utuh. Preparat utuh
bermakna preparat yang digunakan adalah preparat dari obyek secara utuh tanpa adanya
pemotongan terhadap obyek.Obyek tersebut dapat berupa sel, jaringan, organ maupun tubuh
suatu organisme namun tentunya organisme yang sangat kecil. Setelah memahami teknik whole
mount sedikit pembahasan mengenai pengertian stomata.
Stomata adalah derivat jaringan epidermis pada daun. Stomata berupa lubang-lubang
yang masing-masing dibatasi oleh sel penutup, yaitu sel-sel epidermis yang telah mengalami
perubahan bentuk dan fungsi, selain itu stomata merupakan pengolahan zat anorganik menjadi
organic yang dilakukan oleh daun ( sesungguhnya zat hijau daun atau klorofil- nya ) dengan
bantuan sinar matahari,dan tumbuhan yang dapat kita jadikan prtikum stomata yaitu kelompok
tumbuhan monokotil dan dikotil.
Tumbuhan manokotil adalah tumbuhan yang berkeping satu sedangkan tumbuhan dikotil
tumbuhan yang berkeping dua, contoh tumbuhan monokotil antara lain jagung, padi, angrek,
begitu pula contoh tumbuhan dikotil yaitu mangga, rambutan, blimbing.Dan pratikan dilakukan
pada tumbuhan dikotil yaitu manga untuk pengujian stoamata.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui stomata dengan teknik whole mount
2. Mengetahui pengertian stomata
3. Mengetahui bentuk stomata pada tumbuhanmanga
4. Mengetahui perbedaan dan persamaan tumbuhan monokotil dan dikotil
5. Mengetahui cara terbentuknya stomta
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Whole mount merupakan sebuah kekuatan dan merupakan alat yang sangat penting
dalam perkembangan biologi sebagai ilmu yang universal (Darby, 2006).Merupakan metode
yang digunakan pembuatan preparat secara utuh. Preparat utuh bermakna preparat yang
digunakan adalah preparat dari obyek secara utuh tanpa adanya pemotongan terhadap
obyek.Obyek tersebut dapat berupa sel, jaringan, organ maupun tubuh suatu organisme
namun tentunya organisme yang sangat kecil.
Kelebihan dari metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas
tiap bagian-bagiannya
Kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran
yang kecil saja tidak bisa dilakukan untuk tanaman yang besar sehingga metode ini perlu
terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.
BEBERAPA PROSES PENTING DALAM METODE WHOLE MOUNT :
Fiksasi adalah menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan
jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan
keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehinggaterjadi koagulasi
protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma.
Staining
Dehidrasi bertujuan untuk menarik air dari sel, jaringan ataupun organ tergantung dari
obyeknya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan preparat yang bagus.Dehidrasi biasa
dilakukan dengan menggunakan alkohol.
Cleaning adalah dilakukan untuk memperjelas bagian – bagian yang akan diamati.
Senyawa yang digunakan sebagai bahan cleaning adalah Xylol, Toluol, Kloroform, dan
Benzen yang merupakan senyawa pelarut. Selain sebagai pelarut, bahan tersebut
berfungsi sebagai mediator antara larutan dehidrasi yang digunakan dengan larutan
embeding yang akan digunakan.
Impregnasi merupakan penghilangan larutan dehidran dalam jaringan tersebut melalui
proses infiltrasi
Pengertian stomata
Stomata berasal dari kata yunani : stomata yang mempunyai arti lubang atau porus. ESAU
mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada diantaranya. Jadi stomata adalah
porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-masing dibatasi oleh dua
buah “ guard cell “ atau sel penutup. ( Drs. Yayan sutrian, pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan,
RINEKA CIPTA, Jakarta : 2004, h. 136. )
Pengertian tumbuhan monokotil dan dikotil
Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar
tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga.
Kelompok ini diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat
berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.
Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai tumbuhan paling berguna dalam kehidupan
manusia. Sebagai sumber pangan, sumber energi nabati, sumber bahan baku industri, perumahan,
dekorasi, pakaian, media penulisan, zat pewarna, dan sebagainya
Contoh tumbuhan monokotil :
suku anggrek-anggrekan
suku padi-padian (Graminae)
suku pinang-pinangan (Palmae)
suku bawang-bawangan (alliaceae)
suku pisang-pisangan (Musaceae)
Ciri pada tumbuhan monokotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki adalah :
Bentuk Akar
Memiliki sistem akar serabut
Bentuk sumsum atau pola tulang daun
Melengkung atau sejajar
Kaliptrogen / tudung akar
Ada tudung akar / kaliptra
Jumlah keping biji atau kotiledon
satu buah keping biji saja
Kandungan akar dan batang
Tidak terdapat kambium
Jumlah kelopak bunga
Umumnya adalah kelipatan tiga
Pelindung akar dan batang lembaga
Ditemukan batang lembaga / koleoptil dan akar lembaga /keleorhiza
Pertumbuhan akar dan batang
Tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
Dikotil
Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah segolongan tumbuhan
berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun lembaga
(kotiledon:daun yang terbentuk pada embrio) berbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji
sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua
dan sistem Crouquist mengakui kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas
Magnoliopsida. Nama ini dibentuk dengan menggantikan akhiran -aceae dalam nama
Magnoliopsida dengan akhiran -opsida . Kelas Magnoliopsida dipakai sebagai nama takson bagi
semua tumbuhan berbunga bukan monokotil. Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk
menggantikan nama yang dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae (kelas
“tumbuhan berdaun lembaga dua” atau “tumbuhan dikotil”).
Contoh tumbuhan dikotil :
Kacang tanah
Mangga
Rambutan
Belimbing dll
Ciri pada tumbuhan dikotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki adalah :
Bentuk akar
Memiliki sistem akar tunggang
Bentuk sumsum atau pola tulang daun
Menyirip atau menjari
Kaliptrogen / tudung akar
Tidak terdapat ada tudung akar
Jumlah keping biji atau kotiledon
Ada dua buah keping biji
Kandungan akar dan batang
Ada kambium
Jumlah kelopak bunga
Biasanya kelipatan empat atau lima
Pelindung akar dan batang lembaga
Tidak ada pelindung koleorhiza maupun koleoptil
Pertumbuhan akar dan batang
Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
Struktur-struktur pada tumbuhan
Struktur Anatomi Akar
Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, sistem jaringan
dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta sistem berkas pembuluh. Pada akar
sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang tersusun berselang-seling.
Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda.
Struktur Anatomi Batang
Secara umum batang tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat
stomata, sistem jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh
yang terdiri atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada kedua kelas
tumbuhan tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil dan
tersebar pada tumbuhan monokotil.
Struktur Anatomi Daun
Daun tumbuhan tersusun atas epidermis yang berkutikula dan terdapat stomata atau
trikoma. Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada
tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan atas jaringan pagar dan
bunga karang, tidak demikian halnya pada monokotil khususnya famili Graminae. Sistem
berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang terdapat pada tulang daun.
2.2 METODOLOGI
Alat dan bahan Teknik Whole Mount yaitu sebagai berikut :
Alat Bahan
1. Mikroskop
2. Silet Goal
3. Kaca Arloji
4. Cawan Petri
5. Pipet Tetes
6. Kuas Halus
7. Kaca Objek dan Penutup
8. Tissue
9. Kertas Label
1) Daun mangga ( tumbuhan dikotil )
2) Alcohol 70%
3) Aquades
4) Safranin 1%
5) byclean
2.3 PROSEDUR
a) Memfiksasi daun dalam larutan fiksatif dalam alcohol 70 % selama 1 jam.
b) Pencucian dilakukan dengan membuang larutan fiksatf lalu mengganti aquades beberapa
kali ( tiga kali )
c) Sayatan direndam dalam larutan bayclin selama 5-10 menit untuk melarutkan klorofil
yang akan mernghalangi stomata.
d) Membilas sayatan selanjutnya dalam aquades sampai larutan bayclin hilang.
e) Pewarnaan : mewarnai sayatan epidermis daun dengan pewarna tunggal, yaitu safranin
1% selama 3-5 menit.
f) Membilas aquades kembali sayatan yang telah diwarnai dengan aquades.
g) Menutup sayatan dengan kaca penutup,lalu membersihkan sisa larutan safranin dengan
tissue.
h) Mengolesi pinggiran kaca penutup dengan kutek bening.
i) Memberi label di salah satu ujung kaca objek
j) Mengamati preparat yang sudah jadi di bawah mikriskop.
2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melakukan pengujian stomata, tumbuhan yang di pratikan adalah tumbuhan dikotil yaitu
pada tumbuhan mangga. Hal pertama yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
a) Mengambil sehelai daun mangga dan letakan di dalam beaker glass kemudian rendam
dengan alkohol 70 % selama 1 jam yang bertujuan sebagai pengeras daun.
b) Membilas daun mangga yang telah di rendam alcohol dengan air beberapa kali ( tiga
kali ).
c) Menyayat daun mangga setipis mungkin ( paradermal ) kemudian letakan dalam larutan
bayclin dan diamkan selama 5-10 menit.
d) Kemudian daun mangga bilas dengan dengan aquades hingga larutan bayclin hilang.
e) Masukkan daun mangga yang telah di bilas ke dalam larutan safranin selama 3 menit
untuk pewarnaan daun mangga.
f) Membilas daun mangga dengan aquades, letakkan sayatan mangga diatas objek glass
kemudian tutup dengan kaca penutup
g) Mengolesi pinggiran kaca penutup dengan kutek bening.
h) Memberi label di salah satu ujung kaca objek
i) Mengamati preparat yang sudah jadi di bawah mikriskop
Setelah mengamati preparat dengan mikroskop terlihat gambar stomata daun mangga seperti
gambar dibawah ini :
Stomata di bagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
1. Sel Penutup (Guard Cell)
Sel penutup disebut juga sel penjaga.Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya
simetris dan umumnya berbentuk ginjal.Sel-sel penutup merupakan sel-sel aktif (hidup).Pada sel-
sel penutup terdapat kloroplas.
2. Celah (Aperture = porus)
Di antara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang berupa lubang kecil.Sel penutup dapat
mengatur menutup atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya.
3. Sel Tetangga (Subsidiary Cell)
Sel tetangga merupakan sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-
sel penutup.Sel-sel tetangga dapat terdiri dari dua buah atau lebih yang secara khusus
melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan selsel penutup.
4. Ruang Udara Dalam (Substomata Chamber)
Ruang udara merupakan suatu ruang antarsel yang besar dan berfungsi ganda dalam fotosintesis,
transpirasi, dan juga respirasi. Keadaan keempat bagian tersebut berbeda pada saat stomata
terbuka dan tertutup.
Berdasarkan letak sel penutupnya, stomata dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Stomata fanerofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan
daun (menonjol) sehingga memudahkan pengeluaran air, misalnya pada tumbuhan
2. Stomata kriptofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di bawah
permukaan daun
3. (tersembunyi), fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Contohnya
pada tumbuhan xerofit.
Cara terbentuknya stomata :
Pada permulaannya sel-sel prooderm melangsungkan pembelahan-pemlahan dan terjadi beberapa
kali. Dari hasil-hasil pembelahan ini sel-sel tertentu akan membentuk stomata. Sel-sel tersebut
akan membelah dalam dua bagian yang biasanya tidak sama, yang masing-masing mempunyai
dinding sel baru yang terbentuk secara antiklinal. Dari dua bagian sel yang tidak sama besar
selanjutnya dapat dikemukan sebagi berikut :
a) sel yang terbentuk kecil
sel ini akan tumbuh lebih dahulu, berbentuk bulat dan kemudian jorong, sel ini
merupakan sel induk dari sel-sel penutup. Sel-sel induk dari sel penutup ini kemudian
akan membelah lagi menjadi dua buah sel simetris yang dalam hal ini dinding selnya
yang baru terletak longitudal.
b) sel yang besar
sel yang besar karena pertumbuhan dan perkembangannya akan melangsungkan pula
pembelahan-pembelahan. Selanjutnya terbentuk sel-sel yang dalam perkembangannya
akan mengitari sel-sel penutup yang terjadi ( seperti yang diterangkan diatas ). Di antara
sel-sel yang mengitari ini,karena letaknya berdekatan dengan sel-sel penutup tersebut,
sel-sel itu akan merupakan sel-sel tetangga ( subsidiary cells ).
Untuk diperjelas keterangan pembentukan stomata dapat dikemukan para ahli menurut
DE BARY dan STRASBURGER : Sel induk dari sel-sel penutup ternyata dihasilkan
dengan adanya suatu pembelahan tunggal dari suatu sel protoderm tertentu. Dalam hal ini
misalnya pembelahan tunggal dari sel protoderm tersebut melakukan pembelahan terlebih
dahulu hingga berapa kali yaitu pada saat sebelum terbentuknya sel induk dari sel-sel
penutup.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pratikum stomata pada tumbuhan mangga dapat menyakinkan bahwa stomata terjadi
pada tumbuhan dikotil maupun monokitil yang terbentuk sel penutup kalau dilihat dari atas
terbentuk seperti ginjal, dimana dinding punggungnya tipis akan tetapi dinding perutnya terlihat
tebal yang terdapat zat hijau atau klorofil dengan bantuan cahaya matahari. Dan stomata
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas untuk pengolahan zat makanan.
Daftar pustaka
Sutrian yayan. 2004 . pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan tentang sel dan jaringan . Jakarta :
RINEKA CIPTA.
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.
Gembong tjitrosoepomo . 1994 . morfologi tumbuhan . Yogyakarta : GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.